PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gempa bumi adalah suatu bencana alam yang sekarang ini sering terjadi di
Indonesia, beberapa wilayah di Indonesia kerap kali menjadi daerah langganan
gempa. Contoh kasus bencana alam gempa bumi yang baru baru ini terjadi yaitu,
gempa di Palu dan Donggala pada tanggal 22 September 2018 dan gempa di
Situbondo Jawa Timur 11 Oktober 2018 . masing masing gempa di daerah tersebut
mempunyai penyebab yang berbeda bahkan sama.
Penyebab gempa bumi bermacam-macam, karena gunung meletus atau karena
pergeseran lempeng. penyebab gempa yang terjadi di Indonesia kebanyakan adalah
pergeseran lempengan. Indonesia merupakan negara dimana terjadi pertemuan antara
lempeng euroasia dan Australia, selain itu juga Indonesia di lalui oleh garis cincin
gunung api pasifik, itulah mengapa terkadang indonesia sering terjadi gempa.
Seiring dengan banyaknya bencana gempa yang terjadi, banyak dampak yang
diraskan oleh masyarakat yang ada di daerah yang terkena gempa tersebut. Dampak
dari bencana gempak itu tidak dari fisik dan bangunan tapi juga berdampak pada
psikologis masyarakat yang terkena bencana gempa tersebut.
Untuk mengurangi dampak dari bencana gempa tersebut kita sebagai
masyarakat harus mempunyai pengetahuan tentang bencana gempa dan cara
penanganan pencegahannya. Dari pemaparan diatas, maka kami mengambil judul
makalah gempa bumi sbegai tugas untuk mata kuliah Disaster Management.
B. Rumusan masalah
a. Apa pengertian gempa bumi?
b. Apa penyebab gempa bumi?
c. Bagaimana proses terjadinya gempa bumi?
d. Apa saja klasifikasi gempa bumi?
e. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan gempa bumi?
f. Dimana saja Daerah rawan gempa bumi
g. Apa dampak dari gempa bumi?
h. Bagaimana mitigasi gempa bumi?
1
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian gempa bumi.
b. Untuk mengetahui penyebab gempa bumi.
c. Untuk dapat menjelakan proses terjadinya gempa bumi.
d. Untuk dapat mengetahui klasifikasi gempa bumi.
e. Untuk menjelaskan Untuk mengetahui daerah rawan gempa bumi di indonesia.
f. Untuk mengetahui dampak dari bencana gempa bumi.
g. Untuk menjelaskan cara mitigasi gempa bumi.
D. Manfaat
Dengan dibuatnya makalah mata kuliah Disaster Managemnet tentang Gempa bumi
ini semoga bisa menjadi sumber informasi tentang apa itu gempa bumi sampai
bagaimana cara kita untuk menghadapi gempa bumi.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
Gempa bumi buatan manusia adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas
dari manusia, yakni seperti peledakan dinamit, nuklir, ledakan bom, atau palu
yang dipukulkan ke permukaan bumi.
C. Proses Terjadinya Gempa Bumi
Bumi sering dikaitkan dengan kombinasi gaya atau stress yang bekerja pada suatu
batuan. Kombinasi stress, kompresi (tekanan kedalam) dan dilatasi (tarikan keluar),
yang menyebabkan terjadinya suatu gempabumi dapat dimodelkan dengan
mempelajari polarisasi gelombang gempa bumi yang terekam pada komponen
vertikal.
Model idealisasi dari mekanisme terjadinya suatu gempa bumi dalam seismologi
disebut dengan mekanisme fokus (focal mechanism). Melalui data seismogram bisa
didapatkan banyak informasi gempabumi sehingga diketahui parameter gempabumi
seperti: magnitudo, kedalaman, lokasi, waktu asal gempabumi, termasuk juga
mekanisme fokus. Dengan menganalisis mekanisme fokus, kita bisa menganalisis
sistem gaya‐gaya tektonik yang bekerja pada suatu daerah (Puspito, 1997).
Gambar 2.1 Data seismogram dapat memberikan informasi parameter gempa bumi
serta mekanisme sumbernya (Sumber: Yagi, 2006).
Pada Gambar 2.2 terlihat keadaan I menunjukan suatu lapisan yang belum terjadi
perubahan bentuk geologi. Karena di dalam bumi terjadi gerakan yang terus‐menerus,
maka akan terdapat stress yang lama kelamaan akan terakumulasi dan mampu
merubah bentuk geologi dari lapisan batuan.
Keadaan II menunjukan suatu lapisan batuan telah mendapat dan mengandung
stress dimana telah terjadi perubahan bentuk geologi. Untuk daerah A mendapat stress
ke atas, sedang daerah B mendapat stress ke bawah. Proses ini berjalan terus sampai
stress yang terjadi (dikandung) di daerah ini cukup besar untuk merubahnya menjadi
gesekan antara daerah A dan daerah B. Lama kelamaan karena lapisan batuan sudah
tidak mampu lagi untuk menahan stress, maka akan terjadi suatu pergerakan atau
perpindahan yang tiba‐tiba sehingga terjadilah patahan. Peristiwa pergerakan secara
tiba‐tiba ini disebut gempabumi.
Pada keadaan III menunjukkan lapisan batuan yang sudah patah karena adanya
pergerakan yang tiba‐tiba dari batuan tersebut. Gerakan perlahan‐lahan sesar ini akan
berjalan terus sehingga seluruh proses di atas akan diulangi lagi dan sebuah
gempabumi akan terjadi lagi setelah beberapa waktu lamanya, demikian seterusnya.
Teori Reid ini dikenal dengan nama "Elastic Rebound Theory" ( Sujono, 2012).
D. Klasifikasi Gempa Bumi
6
Fowler (1990) mengklasifikasikan gempa bumi berdasarkan kedalaman fokus
(hypocentre) sebagai berikut: gempabumi dangkal (shallow) kurang dari 70 km,
gempabumi menengah (intermediate) kurang dari 300 km, dan gempabumi dalam
(deep) lebih dari 300 km atau 45 km.
Gempabumi dangkal menimbulkan efek goncangan dan kehancuran yang lebih
dahsyat dibanding gempa bumi dalam. Ini karena sumber gempa bumi lebih dekat ke
permukaan bumi sehingga energi gelombangnya lebih besar. Karena pelemahan
energi gelombang akibat perbedaan jarak sumber ke permukaan relatif kecil.
1. Berdasarkan kekuatannya atau magnitudo (M) berskala Richter (SR) dapat
dibedakan atas:
a. Gempa bumi sangat besar M > 8 SR
b. Gempa bumi besar M 7 ‐ 8 SR
c. Gempa bumi merusak M 5 ‐ 6 SR
d. Gempa bumi sedang M 4 ‐ 5 SR.
e. Gempa bumi kecil M 3 ‐ 4 SR
f. Gempa bumi mikro M 1 ‐ 3 SR
g. Gempa bumi ultra mikro M < 1 SR
2. Berdasarkan urutan terjadinya
Berdasarkan proses kemunculan dan kesudahannya, Mogi membedakan gempa
bumi atas beberapa jenis, di antaranya:
a. Gempa bumi utama (main shock) langsung diikuti gempa bumi susulan tanpa
gempa bumi pendahuluan (fore shock).
b. Gempa bumi sebelum terjadi gempa bumi utama diawali dengan adanya gempa
bumi pendahuluan dan selanjutnya diikuti oleh gempa bumi susulan.
c. Gempa bumi terus‐menerus dan dengan tidak terdapat gempa bumi utama yang
signifikan disebut gempa bumi swarm. Biasanya dapat berlangsung cukup lama
dan bisa mencapai 3 bulan atau lebih. Terjadi pada daerah vulkanik seperti di
Gunung Lawu 1979, dan Kemiling, Bandar Lampung 2006.
3. Berdasarkan pergerakan sesar
Sesar atau patahan (fault) adalah bidang batas antara dua fraksi kulit bumi yang
mengalami gerakan relatif, biasanya merupakan daerah yang relatif lemah,
mengalami retakan atau terdapat celah. Dampak gempabumi yang terjadi
dipengaruhi oleh pergerakan model gerak relatif batuan yang terjadi di sekitar sesar
tersebut.
Bila batuan yang menumpu merosot ke bawah akibat batuan penumpu di kedua
sisinya bergerak saling menjauh, sesarnya dinamakan sesar normal (normal). Bila
batuan yang menumpu terangkat ke atas akibat batuan penumpu di kedua sisinya
bergerak saling mendorong, sesarnya dinamakan sesar naik (reverse/thrust). Bila
7
kedua batuan pada sesar bergerak saling menggelangsar, sesarnya dinamakan sesar
geseranjurus (strike‐slip).
Sesar normal dan sesar naik, keduanya menghasilkan perpindahan vertikal
(vertical displacement), sedangkan sesar geseran‐jurus menghasilkan perpindahan
horizontal (horizontal displacement). Selain itu, terdapat pula kombinasi antara
sesar vertikal dengan sesar horisontal yang dinamakan sesar oblique. Sebagai
contoh kejadian nyata seperti
Gambar 2.3 Tipe pergerakan sesar gempa bumi (1) Turun, (2) Naik, (3) Mendatar,
dan (4) Sesar Oblique (Sumber : USGS).
Gambar 2.4 Sesar gempabumi bertipe sesar naik ke arah hulu sungai pada gempabumi
Chi‐chi Taiwan 1999 (Sumber : Kuge, 2007).
8
Gambar 2.5 Gempa bumi Kobe 1995 menyebabkan sesar mendatar yang tampak di
permukaan (Sumber: Sagiya, 2004).
4. Berdasarkan kedalamannya Hiposentrum
a. Gempa Dangkal: gempa yang memiliki kedalaman titik
hiposentrumnya rendah. Titik hiposentrum ini dihitung dari permukaan laut
sampai pada titik pusat gempa berada.
b. Gempa Menengah: gempa yang memiliki kedalaman titik
hiposentrumnya tidak terlalu dalam dan jauh dari permukaan bumi. Berada
sekitar 100-300 km di bawah permukaan laut.
c. Gempa Dalam: gempa yang memiliki kedalaman titik hiposentrumnya
sangat jauh dari permukaan laut. Titik hiposentrum > 300 km di bawah
permukaan air lut
5. Berdasarkan jarak Episenteumnya
a. Gempa Setempat: gempa yang guncangannya dirasakan pada
permukaan bumi namun hanya pada daerah tempat titik pusat gempa berada.
Biasanya gempa semacam ini memiliki kekuatan yang sangat rendah sehingga
hanya dirasakan oleh wilayah setempat saja.
b. Gempa Jauh: gempa yang guncangannya dirasakan pada permukaan
bumi dan getarannya dirasakan hingga daerah yang jauh dari titik pusat gempa
berada. Gempa ini dapat terjadi apabila memiliki kekuatan yang cukup besar
sehingga mengakibatkan guncangan yang kuat.
c. Gempa Sangat Jauh: gempa yang guncangannya dirasakan pada
permukaan bumi dan getarannya dapat dirasakan hingga daerah yang sangat
9
jauh dari daerah asal gempa terjadi. Gempa ini memiliki kekuatan yang sangat
besar sehingga menimbulkan guncangan yang dahsyat dan mencakup wilayah
yang sangat luas.
6. Berdasarkan bentuk Episentrumnya
a. Gempa Sentral: gempa yang episentrumnya berupa suatu titik. Gempa
yang dirasakan pada daerah setempat.
b. Gempa Linier: gempa yang episentrumnya berupa suatu garis. Gempa
ini dirasakan oleh daerah-daerah yang berada disebelah daerah pusat gempa
dan terus merambat hingga daerah berikutnya sehingga membentuk suatu
garis.
7. Berdasarkan Letak Episentrum
a. Gempa Laut: gempa yang episentrumnya berada di bawah dasar laut.
Gempa ini terjadi karena hiposentrumnnya berada di bawah dasar laut
sehingga guncangan dan getarannya berada di dasar laut. Biasanya gempa ini
dapat mengakibatkan tsunami apa bila kekuatannya sangat besar.
b. Gempa Darat: gempa yang episentrumnya berada di permukaan bumi
atau daratan. Gempa ini terjadi apabila hiposentrumnya berada di bawah
permukaan bumi dan berada pada lempeng benua.
10
c. Zona 3. Daerah yang terdapat lipatan, patahan dan rekahan (> 7 SR ):
sepanjang pantai Sumatera bagian Barat, Sepanjang pantai Jawa bagian
Selatan.
d. Zona 4. Daerah Lipatan dan Patahan (M sekitar 7) : Sumatra, Jawa
bagian utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan Irian.
e. Zona 5. Daerah dengan seismitas rendah : Sepanjang pantai Timur
Sumatra dan Kalimantan Tengah.
f. Zona 6. Daerah stabil : Irian bagian Selatan.
F. Dampak gempa bumi
Menurut sunarjo, 2012 Gempa bumi memiliki dampak negatif bagi manusia
diantaranya kerusakan berat pada tempat tinggal warga yang bertempat tinggal
ditempat kejadian. Terutama apabila gempa yang terjadi memiliki kekuatan yang
besar. Banyak dari korban bencana kehilangan tempat tinggal dan tempat berlindung.
Selain itu gempa yang menyebabkan banyaknya bangunan yang runtuh akan
mengakibatkan banyak korban jiwa berjatuhan akibat tertindih bangunan.
Selain kerusakan fisik, gempa juga memiliki dampak negative bagi psikologis
korban yang mengalami bencana. Beberapa dari korban juga akan mengalami trauma
atas kejadian yang dialaminya. Ini juga dapat berdampak bagi perekonomian negara
karena secara tidak langsung negara perlu mengeluarkan banyak biaya untuk
mengatasi korban-korban bencana alam baik dari pangan maupun sandang. Tenaga
medis dan fasilitasnyapun sangat diperlukan untuk mengatasi dampak dari bencana
tersebut.
Gempa juga dapat mengakibatkan timbulnya gelombang besar tsunami apabila
gempa tersebut hiposentrumnya berada pada dasar laut dan memiliki kekuatan yang
besar. Gelombang trunami tersebut dapat merusak semua benda yang dilaluinya dan
membawa semua material-material kedalam laut.
G. Mitigasi
1. Sebelum gempa bumi
Pertama yang harus dilakukan adalah mengenali daerah yang kita tinggali
termasuk kepada tingkat kerawanan gempabumi bumi seperti apa (ringan, sedang,
rawan, sangat rawan). Kemudian memastikan bahwa struktur dan letak rumah kita
dapat terhindar dari bahaya yang disebabkan gempabumi (longsor, liquefaction,
dan lain‐lain).
11
Gambar 2.5 Memperkuat barang‐barang elektronik berharga, dan barang‐barang
berat dengan mengikatnya dengan plat besi pada dinding agar tidak jatuh menimpa
orang saat terjadi gempabumi (Sumber: Jonathan, Upaya Riksa, 2009).
Gambar 2.6 Melindungi kepala ketika bergegas namun tetap diusahakan tertib
dan
tidak berdesakan keluar dari gedung (Sumber: Gunawan, 2007).
13
Gambar 2.7 Tips keluar lewat tangga darurat. (1) Tetap berpegangan pada
tangga ketika turun, (2) Jangan berlari, dan (3) Untuk wanita lepaskan sepatu
berhak tinggi demi menghindari terpeleset jatuh (Sumber: Jonathan, Upaya Riksa,
2009).
Apabila berada di pusat keramaian seperti mall, bioskop, apartemen, hotel, dan
lainnya, jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan. Ikuti semua
petunjuk dari pegawai atau satpam. Jangan menggunakan lift saat terjadi
gempabumi atau kebakaran. Jika kita merasakan getaran gempabumi saat berada
di dalam lift, maka tekanlah semua tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat
keamanannya dan mengungsilah. Jika kita terjebak dalam lift, hubungi manajer
gedung dengan menggunakan interphone jika tersedia.
Akan tetapi apabila berada di luar bangunan atau area terbuka, hindari
bangunan yang ada di sekitar kita seperti gedung, tiang listrik, pohon. Perhatikan
tempat kita berpijak, hindari apabila terjadi rekahan tanah. Lindungi kepala kita
dan hindari benda‐benda berbahaya. Di daerah perkantoran atau kawasan industri,
bahaya bisa muncul dari jatuhnya kaca‐kaca dan papan‐papan reklame. Lindungi
kepala kita dengan menggunakan tangan, tas, atau apapun yang kita bawa.
Jika kita sedang mengendarai mobil segera keluar, turun, dan menjauh dari
mobil. Hindari jika terjadi rekahan tanah atau kebakaran. Untuk penduduk atau
14
wisatawan yang sedang berada di pantai, jauhi pantai menuju ke tempat yang
lebih tinggi untuk menghindari terjadinya tsunami. Sedangkan di daerah
pegunungan, apabila terjadi gempabumi hindari daerah yang mungkin terjadi
longsoran.
3. Sesudah gempa bumi
Apabila berada di dalam bangunan, segera keluar dengan tertib. Jangan
menggunakan tangga berjalan atau lift, gunakan tangga biasa. Periksa apakah ada
yang terluka, lakukan pertolongan medis sementara. Telepon atau mintakan
pertolongan apabila terjadi luka parah pada kita atau sekitar kita. Lakukan
evakuasi korban secepat mungkin. Periksa lingkungan sekitar kita bila terjadi
kebakaran, kebocoran gas, arus pendek, aliran dan pipa air serta hal‐hal yang
dapat membahayakan lainnya.
Jangan masuk ke dalam atau mendekati bangunan yang sudah rusak terkena
gempa karena kemungkinan sewaktu‐waktu dapat runtuh akibat gempabumi
susulan kecuali sudah mendapat rekomendasi dari tim ahli gempabumi dan
bangunan sipil. Menyimak informasi mengenai gempabumi susulan dari media
cetak maupun media elektronik.
Evakuasi, tempat‐tempat pengungsian biasanya telah diatur oleh pemerintah
daerah. Pengungsian perlu dilakukan jika kebakaran meluas akibat gempabumi.
Pada prinsipnya, evakuasi dilakukan dengan berjalan kaki di bawah kawalan
petugas polisi atau instansi pemerintah. Bawalah barang‐barang secukupnya.
Dengarkan informasi, saat gempabumi besar terjadi, masyarakat terpukul
kejiwaannya. Untuk mencegah kepanikan, penting sekali setiap orang bersikap
tenang dan bertindaklah sesuai dengan informasi yang benar. Kita dapat
memperoleh informasi yang benar dari pihak berwenang, polisi, atau petugas
pemerintah daerah setempat. Jangan bertindak karena informasi orang yang tidak
jelas.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi secara umum gempa bumi adalah sebagai getaran yang bersifat alamiah,
yang terjadi pada lokasi tertentu, dan sifatnya tidak berkelanjutan. Gempa bumi
biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi) secara tiba-tiba
(sudden slip). Pergeseran secara tiba-tiba terjadi karena adanya sumber gaya
(force) sebagai penyebabnya, baik bersumber dari alam maupun dari bantuan
manusia (artificial earthquakes). Terdapat dua jenis gempa yaitu gempa bumi
tekntonik dan gempa bumi vulkanik.
B. Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini, diharapkan dapat memahami apa
macam-macam dan bagaimana gempa bumi itu terjadi, dan dengan belajar
Disaster Manajemen ini, kita bisa mengetahui cara menanggulangi bencana gempa
bumi dan siap siaga ketika terjadi bencana gempa bumi.
16