PPOK
PPOK
Badan Kesehatan Dunia – World Health Organization (WHO) memperkirakan, pada tahun 2030
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK ) akan jadi penyebab kematian ketiga di dunia.
Meningkatnya prevalensi penyakit itu terkait bertambahnya usia harapan hidup penduduk,
pergeseran pola penyakit infeksi yang menurun sedangkan penyakit degeneratif bertambah,
meningkatnya kebiasaan merokok, dan polusi udara. Situasi ini menyebabkan PPOK menjadi
salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat global termasuk
Indonesias.
Meski ancaman kesehatan yang ditimbulkan PPOK sangat nyata, namun belum banyak orang
yang mengenal PPOK. Beberapa tahun lalu, tidak ada yang menggunakan istilah PPOK, padahal
kondisi penyakit itu telah dikenal sejak berabad-abad lalu. PPOK atau dalam bahasa Inggris
disebut chronic obstructive pulmonary disease (COPD) merupakan istilah yang pertama kali
digunakan oleh para dokter di pertengahan 1960-an.
Gejala PPOK
Secara umum, gejala PPOK tidak muncul sampai kerusakan paru-paru yang signifikan telah
terjadi, dan biasanya semakin memburuk dari waktu ke waktu. Penderita PPOK juga cenderung
mengalami episode yang disebut gejala eksaserbasi ketika gejala PPOK mereka semakin buruk.
Tanda dan gejala PPOK dapat bervariasi, tergantung pada penyakit paru-paru yang paling
menonjol. Kebanyakan orang memiliki lebih dari satu tanda-tanda dan gejala pada saat yang sama.
Gejala utama yang dirasakan adalah:
1. Sesak nafas dengan intensitas yang berbeda, semakin parah kerusakan yang terjadi maka gejala
sesaknya akan semakin berat
2. Batuk kronis yang disertai dengan dahak biasanya berlangsung berbulan- bulan
3. Bibir dan kuku berwarna kebiruan
4. Kekurangan oksigen darah
5. Berat badan menurun drastis
6. Sering terkena infeksi pernafasan
7. Gagal jantung karena jantung harus bekerja lebih keras memompa darah yang ditandai dengan
jantung berdebar kuat dan Sesak
8. Dahak berlebih
9. Sebelumnya memiliki riwayat merokok selama bertahun-tahun atau riwayat bekerja dengan
tempat kerja yang terpapar asap (termasuk di antaranya asap memasak atau memanaskan), debu,
atau asap kimiawi serta faktor risiko lainnya.
A. Merokok
Merokok merupakan candu bagi setiap orang terutama para kaum adam. Di Amerika Serikat, 80
sampai 90% kasus PPOK disebabkan oleh merokok. Paparan asap rokok diukur dalam paket-
tahun, rata-rata jumlah rokok yang dihisap paket harian dikalikan dengan jumlah tahun merokok.
Tidak semua perokok akan mengalami PPOK, namun perokok terus menerus memiliki setidaknya
risiko 25% setelah 25 tahun. Kemungkinan mengalami PPOK pada perokok juga meningkat
dengan bertambahnya usia karena paparan asap kumulatif.
B. Pekerjaan eksposur
Paparan intens dan berkepanjangan debu tempat kerja ditemukan di pertambangan batubara,
pertambangan emas, dan industri tekstil kapas dan bahan kimia seperti kadmium, isosianat, dan
asap dari pengelasan telah berperan dalam peningkatan obstruksi aliran udara, termasuk pada
kelompok bukan perokok. Pekerja yang merokok dan terpapar partikel atau gas polutan berpotensi
besar untuk berkembang menjadi PPOK. Paparan debu silika intens menyebabkan silikosis,
namun paparan debu silika yang kurang intens juga berkaitan erat dengan kondisi seperti PPOK.
C. Polusi udara
Studi di banyak negara telah menemukan bahwa orang yang tinggal di kota-kota besar memiliki
tingkat yang lebih tinggi mengalami PPOK dibandingkan mereka yang tinggal di daerah pedesaan.
Perkotaan yang memiliki tingkat polusi udara yang tinggi berkontribusi meningkatkan penderita
PPOK warganya karena dianggap memperlambat pertumbuhan normal paru-paru meskipun
penelitian jangka panjang masih dibutuhkan untuk membuktikannya. Di banyak negara
berkembang polusi udara dalam ruangan dari asap api memasak (sering menggunakan bahan
bakar biomassa seperti kayu dan kotoran hewan) adalah penyebab umum dari PPOK, terutama
pada wanita.
D. Genetika
Disamping paparan asap, faktor risiko lainnya yang meningkatkan kerentanan adalah genetik.
Alpha 1-antitrypsin adalah suatu kondisi genetik yang bertanggung jawab untuk sekitar 2% dari
kasus PPOK. Dalam kondisi ini, tubuh tidak membuat cukup protein, alpha 1-antitripsin. Alpha 1-
antitripsin melindungi paru-paru dari kerusakan yang disebabkan oleh enzim protease, seperti
elastase dan tripsin, yang dapat dilepaskan tubuh khususnya paru-paru ketika terpapar asap dan zat
polutan lainnya.
Pencegahan PPOK
Kabar baiknya? Anda dapat bernapas lebih mudah dengan PPOK. Bagi Anda yang merokok,
segeralah berhenti. Program olahraga rutin dapat meningkatkan pernapasan, dan menjalani pola
makan yang memasukkan ikan maupun buah-buahan juga bisa membantu Anda. Begitu menurut
sebuah penelitian terbaru. Dan berbagai pengobatan juga sudah tersedia. Misalnya, terapi oksigen
dan obat-obatan yang disebut bronkodilator, yang dapat memperlebar jalan napas. Vaksin flu
tahunan pun juga bermanfaat besar untuk menjaga kesehatan orang-orang dengan PPOK.
Selain rokok, pekerjaan yang membuat anda terpapar uap kimia dan debu juga merupakan faktor
risiko untuk PPOK. Jika anda bekerja dengan jenis iritan paru-paru seperti ini, bicarakan dengan
atasan anda mengenai cara terbaik untuk melindungi diri, seperti memakai masker.
Jika Anda mengalami gejala PPOK seperti diatas, ditambah lagi jika hasil pemeriksaan spirometri
mengarah ke diagnosis PPOK, segeralah kunjung fasilitas kesehatan atau dokter keluarga Anda
untuk segera mendapatkan pengobatan.