Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Fraktur adalah suatu terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Biasanya patahan itu lengkap dan fragmen tulang bergeser. Fraktur dapat terjadi pada
semua tulang, salah satunya yang terjadi adalah fraktur colles. Fraktur Colles merupakan salah
satu dari macam fraktur yang biasa terjadi pada pergelangan tangan. Umumnya terjadi karena
jatuh dalam keadaan tangan menumpu dan biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut usia.
Fraktur Colles merupakan 15 % dari seluruh kejadian fraktur pada dewasa.
Fraktur Colles adalah trauma yang sering terjadi pada pergelangan tangan manula yang
biasanya mengalami osteoporosis. Secara klasik fraktur ini terjadi setelah adanya jatuh
bertumpu pada tangan yang teregang.Garis fraktur biasanya berada 2,5cm disebelah proksimal
pergelangan tangan dan fragmen distalnya berpindah tempat ke posterior (deformitas
menyerupai garpu bila dilihat dari samping) dan ke radial sering kali disertai beberapa derajat
pemendekan tulang akibat impaksi beberapa bagian komponen.
Kebanyakan fraktur colles diderita oleh wanita usia lanjut, hal ini dikarenakan tulang
wanita yang berumur di atas 50 tahun mengalami menopause dan osteophorosis. Tidak
menutup kemungkinan juga, fraktur colles ini diderita oleh anak-anak ataupun dewasa dan
biasanya 3 dikarenakan oleh faktor traumatik. Untuk itu penulis ingin membahas mengenai
proses, penyebab, keluhan dan penanganan dari fraktur colles ini.
BAB II
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Nn. E
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Banyumanik
Pekerjaan : Mahasiswi
Tanggal MRS : 12 September 2018

B. Anamnesis
a. Keluhan Utama : Nyeri pergelangan tangan kiri
b. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan bahwa mengalami kecelakaan lalu
lintas sepeda motor vs sepeda motor pukul 15.30 wib. Saat kejadian pasien masih sadar
dan ingat kejadian, muntah(-), gelisah (-). Pasien merasakan nyeri pada pergelangan
tangan kiri dan tidak bisa digerakkan.
c. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat trauma : disangkal


Riwayat sakit seperti ini sebelumnya : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Stroke : disangkal
Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
Riwayat Operasi : disangkal
Riwayat Mondok : disangkal
1. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
2. Riwayat Penggunaan Obat-obatan : disangkal

C. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan di IGD pada tanggal 12 September 2018

a. Status Present
 Kesadaran : Compos mentis GCS 15 (E4M6V5)
 Keadaan Umum : Sedang
 Tekanan Darah : 100/70 mmHg
 Nadi : 88 x/menit, isi dan tegangan cukup
 Frekuensi pernafasan : 20 x/menit.
 Suhu : 36,7 °C
 Saturasi : 94%
 VAS : 7
b. Status Generalis
 Kepala : normocephale, hematom (-), mukosa bibir kering (+)
 Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
(3mm/3mm), Reflek Cahaya (+/+), Reflek Cahaya Tidak
Langsung (+/+)
 Leher :
- Sikap : simetris
- Pergerakan : normal
- Kaku kuduk : (-)
 Thorax :
- Pulmo :
Inspeksi : simetris normal kanan kiri

Palpasi : pergerakan paru simetris, stem fremitus kanan=kiri

Perkusi : sonor seluruh lapang paru


Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)

- Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V

Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal

Auskultasi : bunyi jantung I-II regular

 Abdomen :
Inspeksi : datar, distensi (-), skar (-)

Auskultasi : bising usus normal

Perkusi : timpani (+) di seluruh lapang abdomen

Palpasi : supel, nyeri tekan (-)

 Extremitas : VE multiple di lengan dan kaki


Superior Inferior

Oedem -/- -/-

Sianosis -/- -/-

Akral hangat +/+ +/+

CRT <2detik +/+ +/+

Status Lokalis
Look : deformitas (+), udema (+), Laserasi (-). Vulnus (+), hiperemis -
Feel : Nyeri tekan (+), False movement (+). Arteri radialis (+) normal,
akral hangat(+), capillary refill < 2 detik
D. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :

Parameter Uji Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hemoglobin 13.7 13.2 – 17.3 gr/dL

Leukosit 4.0 3.8 – 10.6 103 /uL

Trombosit 234 150 – 440 103 /uL

Hematokrit 18 40 – 52 %

Eritrosit 2.5 4,4 – 5,9 106 /uL

Granulosit 50.0 43.6 – 73.4 %

Limfosit 43 25 – 40 %

Monosit 10 2–8 %

MCV 83 80 – 100 Fl

MCH 28 26 – 34 Pg

MCHC 34 32 – 36 g/dL

RDW 15,3 11,6 – 14,5 %

E. Hasil Pemeriksaan Radiologi


 Terdapat fraktur pada radius sinistra melintang pada sambungan
kortikokanselosa.
 Fragmen radius bergeser dan miring ke belakang

F. Diagnosa Kerja
 Fraktur Colles Sinistra
 VE multiple antebrachia dan cruris

G. Penatalaksanaan Awal
 Infus RL 20 tpm
 Rawat Luka
 Balut bidai antebrachii sinistra
 Inj Ranitidin 2 x 1A
 Inj Ketorolac 30 mg 2x 1A
 Inj Ceftriaxon 2 x 1gr  skin test

H. Penatalaksanaan Lanjutan
Dilakukan operasi open reduction dan pemasangan plate pada radius distal pada tanggal
14 September 2018.

I. Follow Up

13/09/2018 S : nyeri pada pergelangan tangan

O : TD 100/60
Nyeri +, demam - , mual muntah -
A : Fraktur colles sinistra pre op

P : tx lanjut
Puasa 8 jam

14/09/2018 S : tangan masih terasa nyeri

O : TD 110/70
Luka terbalut perban post operasi
Nyeri +, bengkak (-), NVD -, akral dingin -
A : nyeri post op

P : tx lanjut
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Fraktur radius distal adalah fraktur metafisis distal radius yang sudah mengalami
osteoporosis, garis fraktur transversal, komplit, jaraknya 2-2,5 cm proximal garis sendi, bagian
distal beranjak ke dorsal dan angulasi ke radial serta fraktur avulsi dari processus styloideus
ulna (Abraham Colles tahun 1814).
Fraktur radius distal merupakan 15% dari seluruh kejadian fraktur pada dewasa. Fraktur
Colles adalah fraktur melintang pada radius tepat di atas pergelangan tangan, dengan
pergeseran dorsal fragmen distal. Pertama kali diuraikan oleh Abraham Colles pada tahun
1814. Fraktur ini paling sering ditemukan pada manula, insidensinya yang tinggi berhubungan
dengan permulaan osteoporosis. Tersering pada usia dewasa, lebih dari 50 tahun, wanita,
karena proses penuaan, postmenopause, osteoporosis. Terjadi karena jatuh bertumpu pada
tangan terbuka. Terjadi fraktur transversal radius distal 2 cm, dengan fragmen distal deviasi ke
dorsum manus.

B. TANDA & GEJALA


Tanda-tanda:
a. Fraktur radius 1/3 distal dengan jarak kurang lebih 2, 5 cm dari permukaaan radius .
b. Dislokasi pragmen distalnya kearah poterior / dorsal
c. Subluksasi radioulnar distal
Secara klinik bentuk permukaan tangan seperti “GARPU MAKAN”, mekanisme terjadinya
fraktur colles yakni penderita jatuh dalam tangan terbuka, tubuh berserta lengan berputar ke
dalam.

C. EPIDEMIOLOGI
Fraktur Colles lebih sering ditemukan pada wanita dan jarang ditemui sebelum usia 50
tahun. Secara umum insidennya kira-kira 8-15% dari seluruh fraktur. Insidensi fraktur Colles
sebelum usia 50 tahun sama antara pria dan wanita. Setelah usia di atas 50 tahun, fraktur ini
lebih banyak ditemukan pada wanita dengan rasio wanita dibandingkan pria adalah 5:1.
D. ETIOLOGI & FAKTOR RESIKO
1. Kecelakaan dan trauma
2. post menopause
3. massa otot rendah
4. osteoporosis
5. kurang gizi
6. olahraga seperti sepakbola
7. kekerasan
8. ACR (albumin-creatinin ratio) yang tinggi, efek ini kemungkinan disebabkan oleh
gangguan sekresi 1,25-dihidroksivitamin D, yang menyebabkan malabsoprsi kalsium.

E. PATOGENESIS
Umumnya fraktur distal radius terutama fraktur Colles dapat timbul setelah penderita
terjatuh dengan tangan posisi telungkup dan menyangga badan. Pada saat terjatuh sebagian
energi yang timbul diserap oleh jaringan lunak dan persendian tangan, kemudian baru
diteruskan ke distal radius, hingga dapat menimbulkan patah tulang pada daerah yang lemah
yaitu antara batas tulang kortikal dan tulang spongiosa.

F. MANIFESTASI KLINIS
Kita dapat mengenali fraktur ini – seperti halnya Colles jauh sebelum radiografi
diciptakan – dengan sebutan deformitas garpu makan malam, yaitu penonjolan punggung
pergelangan tangan dan depresi di depan. Pada pasien dengan sedikit deformitas mungkin
hanya terdapat nyeri tekan lokal dan nyeri bila pergelangan tangan digerakkan. (Apley &
Solomon, 1995)
Gambar 1.mekanisme trauma pada fraktur coless

Gambar 2. Deformitas garpu makan malam pada fraktur Colles,

G. DIAGNOSIS
Diagnosis fraktur dengan fragmen terdislokasi tidak menimbulkan kesulitan. Secara
klinis dengan mudah dapat dibuat diagnosis patah tulang Colles. Bila fraktur terjadi tanpa
dislokasi fragmen patahannya, diagnosis klinis dibuat berdasarkan tanda klinis patah tulang.
Proyeksi AP dan lateral biasanya sudah cukup untuk memperlihatkan fragmen fraktur.
Pemeriksaan radiologik juga diperlukan untuk mengetahui derajat remuknya fraktur kominutif
dan mengetahui letak persis patahannya. Pada gambaran radiologis dapat diklasifikasikan
stabil dan instabil. Stabil bila hanya terjadi satu garis patahan. Instabil bila patahnya kominutif
dan “crushing” dari tulang cancellous.
Gambar 3. Fraktur Colles – This term is not used in young adults; they are simply named distal
end radius fracture

Dinner fork deformity merupakan temuan klinis klasik dan radiologi pada fraktur colles.
Dislokasi dan angulasi dorsal dari fragmen distal radius mengakibatkan suatu bentuk garis pada
proyekasi lateral yang menyerupai kurva garpu makan malam
H. PENATALAKSANAAN
Fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser), fraktur dibebat dalam slap
gips yang dibalutkan sekitar dorsum lengan bawah dan pergelangan tangan dan dibalut kuat
dalam posisinya. Fraktur yang bergeser harus direduksi di bawah anestesi. Tangan dipegang
dengan erat dan traksi diterapkan di sepanjang tulang itu (kadang-kadang dengan ekstensi
pergelangan tangan untuk melepaskan fragmen; fragmen distal kemudian didorong ke
tempatnya dengan menekan kuat-kuat pada dorsum sambil memanipulasi pergelangan tangan
ke dalam fleksi, deviasi ulnar dan pronasi. Posisi kemudian diperiksa dengan sinar X. Kalau
posisi memuaskan, dipasang slab gips dorsal, membentang dari tepat di bawah siku sampai
leher metakarpal dan 2/3 keliling dari pergelangan tangan itu. Slab ini dipertahankan pada
posisinya dengan pembalut kain krep.

Gambar 4. Reduksi dan Pembebatan pada fraktur colles


Reduksi : (a) Pelepasan impaksi, (b) Pronasi dan pergeseran ke depan, (c)
Deviasi ulnar
Pembebatan : (d) penggunaan sarung tangan, (b) slab gips yang basah, (f) slab
yang dibalutkan dan reduksi dipertahankan hingga gips mengeras

Lengan tetap ditinggikan selama satu atau dua hari lagi. Latihan bahu dan jari segera
dimulai setelah pasien sadar. Kalau jari-jari membengkak, mengalami sianosis atau nyeri,
harus tidak ada keragu-raguan untuk membuka pembalut. Setelah 7-10 hari dilakukan
pengambilan sinar-X yang baru. Pergeseran ulang sering terjadi dan biasanya diterapi
dengan reduksi ulang – sayangnya sekalipun manipulasi berhasil, pergeseran ulang sering
terjadi lagi
Gambar 5. (a) Film pasca reduksi
(b).Gerakan-gerakan yang perlu dipraktekkan oleh pasien secara teratur.

Fraktur menyatu dalam 6 minggu dan, sekalipun tak ada bukti penyatuan secara radiologi,
slab dapat dilepas dengan aman dan diganti dengan pembalut kain krep sementara.

Indikasi operasi:

· Kominusi Dorsal lebih dari 50% dari dorsal ke palmar distance


· Kominusi metafiseal Palmar
· Initial dorsal tilt lebih dari 20°
· Pergeseran initial (fragment translation) lebih dari 1 cm
· Pemendekan Initial lebih dari 5 mm
· Disrupsi Intra-artikuler
· Disertai Fraktur ulna
· Osteoporosis massif

I. KOMPLIKASI
Umumnya akan selalu ada komplikasi, komplikasi yang mungkin terjadi:
1. Dini
 Kompresi / trauma a. ulnaris dan medianus
 Kerusakan tendon
 Edema post reposisi
 Redislokasi
2. Lanjut
 Arthrodosis dan nyeri kronis
 Shoulder hand syndrome
 Defek kosmetik (penonjolan styloideus radii)
 Malunion/ non union
 Stiff hand
 Volksman ischemic contraktur
 Suddeck atropi
Mortalitas (tidak ada)
Perawatan Pasca reduksi tertutup
Imobilisasi dengan forearm splint selama 3 minggu
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

 Apley, Graham. Ortopedi dan Fraktur system,Jakarta: Widya medika. 2005


 Mansjoer, Arief et Kapita Selecta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius
FK_UI 2000
 Syamsudin, R, dan de jong, wim. Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta : EGC,2003
 Staf pengajar FK UI, Kumpulan Kuliah Ilmu bedah, Jakarta: Binarupa Aksara, 1994

Anda mungkin juga menyukai