Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Upaya kesehatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
secara terpadu, terintregasi, dan berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan
kesehatan oleh pemerintah dan oleh masyarakat. Pasal 47 Undang-Undang
No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan mengatakan, upaya kesehatan
tersebut diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara
terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan, sedangkan menurut Pasal 48,
UU No. 36 tahun 2009 menyatakan bahwa penyelenggaraan Pasal 47
dilaksanakan melalui kegiatan: Pelayanan kesehatan, Pelayanan kesehatan
tradisional, Peningkatan kesehatan dan Pencegahan penyakit,
Penyembuhan penyakit dan Pemulihan kesehatan, Kesehatan reproduksi,
Keluarga berencana, Kesehatan sekolah, Kesehatan olahraga, Pelayanan
kesehatan pada bencana, Pelayanan darah, Kesehatan gigi dan mulut,
Penanggulangan gangguan penglihatan dan pendengaran, Kesehatan
matra, Pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan,
Pengamanan makanan dan minuman, Pengamanan zat adiktif, dan/atau,
Bedah mayat.
1
2
Diantara upaya-upaya kesehatan tersebut istilah pelayanan
kesehatanlah yang paling sering kita dengar penggunaan nya. Undang-
Undang kesehatan No.36 tahun 2009 Pasal 52 ayat 1, mengkategorikan
pelayanan kesehatan itu menjadi dua yaitu pelayanan kesehatan
perseorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan
yang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tersebut meliputi kegiatan
dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, sedangkan
menurut Pasal 53 ayat 1 UU No. 36 tahun 2009, pelayanan kesehatan
perorangan ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan
kesehatan perseorangan dan keluarga, sedangkan ayat 2 nya mengatakan
pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan
masyarakat. Kegiatan pelayanan kesehatan tersebut dapat diselenggarakan
di beberapa tempat atau sarana pelayanan kesehatan seperti Rumah sakit,
Puskesmas, balai pengobatan, praktik dokter, dan sarana kesehatan
lainnya.
Di Indonesia Rumah Sakit merupakan rujukan akhir pelayanan
kesehatan, pengertian Rumah sakit itu sendiri menurut Pasal 1 angka 1 UU
No.44 tahun 2009, adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat,
sedangkan Pengertian pelayanan kesehatan paripurna menurut Pasal 1
angka 3 UU No. 44 tahun 2009 adalah pelayanan kesehatan yang meliputi
3
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, dan pengertian pelayanan
kesehatan promotif, preventif dan kuratif masing-masing disebutkan
berurutan pada Pasal 1 angka 12, 13, 14, 15 UU No. 36 tahun 2009,
menyebutkan masing-masing bahwa pelayanan kesehatan Promotif adalah
suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. Pelayanan
kesehatan Preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu
masalah kesehatan/penyakit. Pelayanan kesehatan Kuratif adalah suatu
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk
menyembuhkan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit,
pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas
penderita dapat dijaga seoptimal mungkin, dan pelayanan kesehatan
rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan bekas penderita kedalam masyarakat sehingga dapat
berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan
masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Rumah Sakit
merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang lengkap meliputi
pelayanan kesehatan paripura yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan dan gawat darurat. Pelayanan rawat inap di sebuah Rumah
Sakit merupakan cerminan dari pelayanan paripurna yang dalam kegiatan
penyelenggaraannya hampir memenuhi kesemua aspek paripura, dimana
didalamnya terdapat unsur pelayanan promotif, preventif, kuratif maupun
4
rehabilitatif. Ke empat jenis pelayanan kesehatan tersebut dalam praktik
nya melibatkan banyak tenaga kesehatan, mulai dari dokter, perawat,
bidan, apoteker, psikolog, analis kesehatan, radiografer, petugas rekam
medis, ahli gizi, dan petugas kesehatan lainnya.
Dalam penyelenggaraan pelayanan rawat inap ini, dokter dan
perawat mempunyai peranan yang sangat penting hal ini dikarenakan
frekuensi dan interaksi yang sering mereka lakukan kepada pasien,
pelayanan yang diberikan secara terus menerus, terpadu, menyeluruh dan
berkesinambungan dari awal pasien dirawat sampai pasien dipulangkan
kembali kedalam masayrakat. Hubungan kerja yang dilakukan secara terus
menerus oleh dokter dan perawat menghasilkan hubungan timbal balik
yang kuat diantara keduanya. Dalam menjalankan tugasnya dokter dan
perawat mempunyai peran, fungsi, tugas, wewenang, dan tanggung jawab
masing-masing, yang sudah diatur baik dalam peraturan internal profesi
maupun peraturan perundang-undangan lain yang berlaku di Indonesia.
Dokter dan perawat harus menjalankan tugas keprofesian mereka sesuai
dengan peraturan-peraturan yang berlaku tersebut, mereka tidak
diperkenankan melaksanakan tugas diluar kompetensi dan wewenang
profesinya masing-masing. Perawat yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada Pasien selama 24 jam penuh, tidak diperkenankan
melakukan tindakan medis atas inisiatif sendiri. Perawat dapat dibenarkan
melakukan tindakan medis apabila sudah mendapat limpahan tugas secara
5
tertulis dari dokter1, dan atau dalam keadaan darurat. Apabila perawat
mengambil inisiatif secara mandiri untuk melaksanakan tindakan medis,
kemudian terjadi kesalahan dalam pelaksanaannya sehingga menimbulkan
kerugian pada pasien maka perawat tersebut dapat dikatakan telah
melakukan perbuatan yang melanggar hukum (Onrechtmatige daad)2.
Menurut Gamarnikow3, bila dokter berada dirumah sakit maka perintahnya
adalah langsung (Standing order) kepada perawat dan bila tidak berada di
rumah sakit maka dokter memberikan perintah secara bersyarat
(Conditional order). Instruksi yang diberikan oleh dokter secara langsung
kepada perawat ketika dokter sedang berada di Rumah Sakit adalah lazim
dilakukan, instruksi yang di berikan dapat berupa tindakan medis ataupun
bukan merupakan tindakan medis melainkan instruksi yang masuk dalam
kewenangan perawat. Instruksi yang berupa tindakan medis harus
diberikan secara tertulis, sesuai dengan apa yang diamanatkan pada Pasal
14 ayat 1 Permenkes No. 1419 tahun 2005 tentang Penyelenggaraan
Praktik Dokter dan Dokter Gigi, Pasal 15 ayat 1 Permenkes No.512 tahun
2007, serta Pasal 15 huruf d Kepmenkes No.1239 tahun 2001.
Instruksi dokter secara tertulis yang berupa tindakan medis sangat
jarang dilakukan ini dikarenakan tidak adanya peraturan yang berlaku
yang mengatur secara teknis tentang pelaksanaannya, akan tetapi
1 Wiradharma, Danny, 1996, Hukum Kedokteran, Bina Rupa Aksara, Jakarta,
Hlm. 129-130
2 Marzuki, Peter Mahmud , 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta, Hlm.258
3 Sciortino, Rosalia, 2008, Perawat Puskesmas Diantara Pengobatan dan
Perawatan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, Hlm. 49
6
kenyataan yang terjadi dilapangan khusus nya di ruang rawat inap Sebuah
Rumah Sakit, perawat masih kerap melakukan tindakan medis yang bukan
merupakan kewenangannya tanpa adanya pelimpahan tertulis dari dokter,
mereka melakukan tindakan medis tersebut atas instruksi yang diberikan
dokter secara lisan melalui media komunikasi seperti telepon. Kondisi
seperti ini sudah terjadi sejak lama, dan berlangsung terus-menerus hingga
kini. Fenomena yang tidak disadari oleh profesi dokter dan perawat ini
sangat berpotensi untuk menjadi masalah apabila tidak disikapi dan
dicermati dengan baik permasalahannya. Atas dasar itulah penulis tertarik
untuk melakukan penelitian terkait dengan fenomena yang terjadi antara
kedua profesi tersebut. Penelitian ini difokuskan pada upaya perawat
dalam melaksanakan tindakan medis yang diinstruksikan melalui telepon,
mulai dari proses penerimaan instruksi sampai dengan instruksi tersebut
dilaksanaan, serta pertanggung jawaban hukum atas pelaksanaan tindakan
tersebut. Adapun judul penelitian yang penulis angkat adalah
‘‘Pelaksanaan Instruksi Medis Via Telpon oleh Perawat di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Islam YARSIS Surakarta’’.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pertanggung jawaban
hukum seorang perawat sebagai pelaksana tindakan medis yang
dinstruksian oleh dokter melalui telepon dalam pelayanan kesehatan
7
dirumah sakit khususnya diruang rawat inap”, selanjutnya masalah
tersebut diperinci sebagai berikut:
1. Bagaimana proses terjadinya instruksi medis via telepon dari dokter
kepada perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam YARSIS
Surakarta?
2. Apa saja jenis instruksi yang diberikan dokter via telepon kepada
perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam YARSIS Surakarta?
3. Bagaimana pertanggung jawaban hukum seorang perawat sebagai
pelaksana instruksi medis via telepon di ruang rawat inap Rumah Sakit
Islam YARSIS Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah agar memperoleh data yang
diperlukan untuk:
1. Mengetahui proses terjadinya instruksi medis via telepon dari dokter
kepada perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam YARSIS
Surakarta.
2. Mengetahui jenis instruksi yang diberikan dokter via telepon kepada
perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Surakarta.
3. Mengkaji dan menganalisis pertanggung jawaban hukum seorang
perawat sebagai pelaksana instruksi medis via telepon di ruang rawat
inap Rumah Sakit Islam YARSIS Surakarta.
8
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis yaitu:
Sebagai bahan rujukan, referensi bagi penelitian terkait, serta dapat
dijadikan landasan pemikiran hukum dalam rangka pengembangan
hukum khususnya di bidang hukum kesehatan.
2. Manfaat praktis yaitu :
a. Dapat dijadikan acuan bagi dokter, perawat dan, tenaga kesehatan
lain dalam melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan tugas
pelimpahan, yang dilakukan secara tertulis maupun lisan.
b. Bagi sarana pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit dapat
dijadikan bahan rujukan dalam membuat dan melaksanakan aturan
atau kebijakan internal yang berhubungan dengan tugas
pelimpahan bagi tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian dengan tema yang sama sebenarnya pernah diteliti oleh
beberapa peneliti sebelumnya, oleh karena itu penelitian ini bukanlah
penelitian yang baru sama sekali. Meskipun temanya sama, tetapi
spesifikasi, arah, dan tujuan penelitian tentunya sangat berbeda. Sepanjang
pengetahuan penulis belum ada penelitian sebelumnya yang membahas
mengenai pelaksanaan instruksi medis via telepon oleh perawat di ruang
9
rawat inap sebuah Rumah Sakit. Penelitian-penelitian sebelumnya yang
pernah dilakukan adalah sebagai berikut:
Peneliti Isti H dalam tesisnya berjudul “Evaluasi Pelimpahan
Wewenang Dokter Kepada Perawat (Kajian di Puskesmas kabupaten
Sleman)”, dilakukan di Puskesmas kabupaten Sleman pada tahun 2010.
Rumusan masalah yang ditetapkan adalah “Bagaimanakah evaluasi
pelimpahan wewenang dokter kepada perawat di Puskesmas kabupaten
Sleman ditinjau dari aspek hukum?. Tujuan pokok penelitiannya adalah
mengetahui evaluasi pelimpahan wewenang dokter kepada perawat di
Puskesmas kabupaten Sleman ditinjau darri aspek hukum, dengan tujuan
khusus adalah mengetahui kebijakan pelimpahan wewenang, mengetahui
pelaksanaan pelimpahan waewenang dan mengetahui kesesuaian
pelaksanaan pelimpahan wewenang dokter kepada perawat di Puskesmas
Sleman. Jenis penelitian nya adalah studi deskriptif kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Subyek penelitian nya adalah dokter dan perawat
yang diambil dari tiga Puskesmas terbaik di Sleman yang menerapkan
pelimpahan wewenang berdasarkan hasil monev SPMKK kabupaten
Sleman tahun 2008. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah
daftar pertanyaan panduan Focus Grop Discussion (FGD), daftar
pertanyaan wawancara, tape recorder, kamera digital, alat tulis dan check
list. Tehnik pengumpulan datanya adalah wawancara dan FGD kemudian
data dianalisa dengan membuat coding data untuk mempermudah
menelusuri sasaran dan sumber. Penelitian ini lebih menitik beratkan pada
10
penerapan regulasi yang sudah ada. Kesimpulan akhir penelitian ini antara
lain pelaksanaan pelimpahan wewenang dari dokter kepada perawat belum
sesuai dengan aturan yang ada, masih sebatas persyaratan administrasi dan
tidak dijabarkan secara teknis operasionalnya4.
Peneliti Wawan Rismawan dengan tesisnya yang berjudul
“Pelimpahan Wewenang Dokter Kepada Perawat Dalam Upaya
Pencegahan Malpraktik”, dilakukan di RSUD Tasikmalaya, tahun 2008.
Penelitian nya dilakukan di ruang rawat inap RSUD kota Tasikmalaya
pada bulan Mei-Juni 2008. Rumusan masalah yang ditetapkan adalah
“Bagaimanakah pelimpahan wewenang dokter kepada perawat dalam
upaya pencegahan malpraktik, sedang tujuan khususnya adalah
mengetahui pelaksanaan, aspek legalitas dan prosentase dari pelimpahan
wewenang antara dokter kepada perawat dalam upaya pencegahan
malpraktik. Jenis penelitiannya adalah cross sectional study dengan
pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Subyek penelitiannya adalah
populasi perawat dan dokter dengan penuntun besar sampel menggunakan
tehnik disproporsional stratified random sampling menurut rumus Isaac
dan Michael. Pengumpulan datanya melalui metode penyebaran quisioner
dan studi dokumen rekam medis. Instrumen pengumpulan data yang
digunakan adalah quisioner responden. Analisa data dilakukan dengan
memberi skor pada setiap jawaban responden kemudian diolah
4Handayaningsih, Isti, 2010, Evaluasi Pelimpahan Wewenang Dokter Kepada
Perawat (Kajian DiPuskesmas Kabupaten Sleman), tesis, Magister Hukum Kesehatan
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
11
menggunakan software komputer SSPS versi 15 dengan tehnik analisa
data secara univariant dan bivariant. Kesimpulan akhir pada penelitian
nya adalah belum adanya dasar hukum eksplisit yang mengatur
pelimpahan wewenang dari dokter kepada perawat dalam upaya
pencegahan malpraktik dilahan penelitian5.
Peneliti Reni suryanti dengan tesisnya yang berjudul “Pelimpahan
Wewenang Dokter Kepada Perawat Dalam Tindakan Medis Di Ruang
Rawat Inap RSUD Kabupaten Badung Sebagai Upaya Pencegahan
Terjadinya Kelalaian”. Penelitian nya dilakukan di ruang rawat inap
RSUD kabupaten Badung pada bulan Mei-Juni 2010. Rumusan masalah
yang ditetapkan adalah “Bagaimanakah pelimpahan wewenang dokter
kepada perawat dan batasan wewenang profesi dokter dan perawat dalam
melakukan tindakan medis di Rumah Sakit terutama di ruang rawat inap”
tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui jenis tindakan medis yang
dilimpahkan dokter kepada perawat diruang rawat inap RSUD kabupaten
Badung, mengetahui cara pelimpahan wewenang dokter kepada perawat
dalam tindakan medis di ruang rawat inap RSUD kabupaten Badung dan
untuk mengetahui tanggung jawab yang melimpahkan wewenang dan
yang dilimpahi wewenang dalam tindakan medis diruang rawat inap
RSUD kabupaten Badung. Jenis penelitiannya adalah normatif sosiologis.
Pengumpulan data kepada responden dilakukan dengan cara penyebaran
5 Rismawan,Wawan, 2008, Pelimpahan Wewenang Dokter Kepada Perawat
Dalam Upaya Pencegahan Malpraktik, tesis, Magister Hukum Kesehatan Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
12
kuesoner. Kesimpulan penelitian nya adalah jenis tindakan yang
dilimpahkan oleh dokter kepada perawat di RSUD kabupaten Badung
adalah injeksi, pemasangan infus, pemasangan kateter, pengawasan
pasien-pasien beresiko tinggi, NGT, kumbah lambung, dan pemasangan
skin traksi, ditinjau dari kewenangannya6.
Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ricky
Ronaldy Jusuf Therik dengan judul “Tinjauan Yuridis Pelaksanaan
Tindakan Medis Oleh Perawat Dalam Pelayanan Kesehatan di RSUD
Prof.DR.W.Z. Johannes Kupang”, dilakukan dari tanggal 11 februari
sampai 2 maret 2012. Rumusan masalah pokoknya adalah bagaimanakah
pelaksanaan tindakan medis oleh perawat dalam pelayanan kesehatan di
RSUD Prof.DR.W.Z. Johannes Kupang jika ditinjau dari aspek yuridis?.
Tujuan umumnya adalah mengetahui dan memahami aspek yuridis
pelaksanaan tindakan medis oleh perawat dalam pelayanan kesehatan di
RSUD Prof.Yohannes Kupang, dengan tujuan khususnya adalah
mengetahui dan memahami pedoman tatacara pelaksanaan pelimpahan
wewenang tindakan medis dari dokter kepada perawat serta mengetahui
dan memahami tanggung jawab dokter, perawat dan rumah sakit dalam hal
pelimpahan wewenang pelaksanaan tindakan medis dari dokter kepada
perawat. Jenis penelitiannnya adalah hukum sosiologis dengan pendekatan
empiris, subjek penelitiannya adalah narasumber pihak management dan
6 Suryanti,
Reni, 2011, Pelimpahan Wewenang Dokter Kepada Perawat dalam
Tindakan Medis di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Badung sebagai upaya
pencegahan terjadinya kelalaian, tesis, Magister Hukum Kesehatan Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
13
responden pelaku (dokter dan perawat). Penentuan sampel menggunakan
metode non random purposive sampling. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah daftar pertanyaan wawancara dan kuisioner. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, penyebaran
quisioner dan studi dokumen. Data yang terkumpul lalu dianalisa secara
deskriptif dalam bentuk narasi. Penelitian ini lebih menitik beratkan untuk
mengetahui dan memahami peraturan internal Rumah Sakit tentang
pelimpahan wewenang pelaksanaan tindakan medis dari dokter ke
perawat. Kesimpulan akhirnya antara lain adalah peraturan internal yang
ada belum disosialisasikan oleh manajemen Rumah Sakit serta belum
adanya standar operasional prosedur secara khusus yang mengatur tentang
pelimpahan wewenang pelaksanaan tindakan medis dari dokter kepada
perawat7.
Penelitian yang dilakukan Penulis adalah “Pelaksanaan Instruksi
Medis Via Telepon oleh Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam
YARSIS Surakarta”. Penelitian dilakukan di ruang rawat inap Rumah
Sakit Islam Surakarta. Rumusan masalah utama yang ditetapkan adalah
“Bagaimanakah Pertanggung jawaban hukum seorang perawat sebagai
pelaksana Tindakan Medis yang di instruksikan dokter Via telepon di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Surakarta”. Tujuan penelitiannya
adalah untuk mengetahui terjadinya proses penginstruksian tindakan medis
7 Ronaldy Jusuf Therik, Ricky, 2012, Tinjauan yuridis pelaksanaan tindakan
medis oleh perawat dalam pelayanan kesehatan di RSUD prof.DR.W.Z. Johannes
Kupang,tesis, Magister Hukum Kesehatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
14
via telepon oleh dokter kepada perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit
Islam Surakarta, mengetahui jenis instruksi yang diberikan dokter via
telepon kepada perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Surakarta,
serta mengkaji dan menganalisis pertanggung jawaban hukum seorang
perawat sebagai pelaksana tindakan medis yang diinstruksikan via telepon
oleh dokter di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam YARSIS Surakarta.
Jenis penelitiannya adalah penelitian sosiologis atau yuridis empiris
dengan menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif analitis,
analisis data menggunakan pendekatan kualitatif dengan cara
mengumpukan data primer dari responden dengan menggunakan Panduan
wawancara. Data yang terkumpul dianalisis lalu disajikan dalam bentuk
narasi. Subjek utama dalam penelitian ini adalah responden pelaku
perawat, ditambah responden penunjang dari staf komite medis Rumah
Sakit Islam Surakarta.
Kesimpulan penelitiannya adalah instruksi medis via telepon
kepada perawat terjadi karena terbatasnya jumlah tenaga dokter bangsal
yang mempunyai tugas untuk menerima dan menjalankan instruksi medis
dari Dokter Penanggung Jawab Perawatan (DPJP). Pelaksanaan instruksi
medis oleh perawat dilakukan tanpa adanya pelimpahan wewenang tertulis
dari dokter. Tanggung jawab hukum di pikul bersama baik perawat, dokter
maupun Rumah Sakit atas kejadian yang merugikan pasien akibat dari
pelaksanaan instruksi medis yang dilakukan oleh perawat.

Anda mungkin juga menyukai