Anda di halaman 1dari 18

Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan

Posted by Hadi Susanto on 20 Juni 2013

Posted in: Pembelajaran. 13 Komentar

Pendahuluan

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar nasional Pendidikan pada pasal 19,
ayat 1 mengamanatkan bahwa: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kemudian dalam
pasal 28, ayat 1 mengamanatkan bahwa: Yang dimaksud dengan pendidik sebagai agen
pembelajaran (learning agent) pada ketentuan ini adalah peran pendidik sebagai fasilitator,
motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Berdasarkan kutipan regulasi
pendidikan tersebut, dapat dipahami secara jelas bahwa proses pendidikan dan pembelajaran pada
satuan pendidikan manapun, secara yuridis formal dituntut harus diselenggarakan secara aktif,
inovatif, kreatif, dialogis, demokratis dan dalam suasana yang mengesankan dan bermakna bagi
peserta didik. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa perundangan dan peraturan pendidikan
yang berlaku di Indonesia, mengindikasikan pentingnya diterapkan strategi pembelajaran yang
memperdayakan peserta didik. Dalam konteks ini, PAKEM sebagai salah satu pembelajaran yang
telah dikembangkan dan sedang gencar dipromosikan implementasinya dalam praktik dunia
pendidikan di Indonesia, memiliki singgungan dan relevansi yang kuat terhadap apa yang menjadi
tuntutan yuridis formal ini (Ismail, 2008: 49-50).

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak guru saat ini cenderung pada pencapaian target
materi kurikulum dan lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal
ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam
penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah yang dalam pelaksanaannya
siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikan guru dan sedikit peluang
bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif
sehingga siswa menjadi pasif.

Jika secara psikologis siswa kurang tertarik dengan metode yang digunakan guru, maka dengan
sendirinya siswa akan memberikan umpan balik psikologis yang kurang mendukung dalam proses
pembelajaran. Indikasinya adalah timbul rasa tidak simpati terhadap guru, tidak tertarik dengan
materi-materi pembelajaran, dan lama-kelamaan timbul sikap acuh tak acuh terhadap mata
pelajaran.

Dalam hal peningkatan prestasi belajar siswa ini diperlukan guru kreatif yang dapat membuat
pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu
direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat
agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada
gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menuntut adanya partisipasi aktif
dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator
di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik (Darsono,
2000:24). Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana
sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan.
Belajar memang merupakan suatu proses aktif siswa dalam membangun pengetahuannya, bukan
proses pasif yang hanya menerima ceramah guru tentang pengetahuan, sehingga jika pembelajaran
tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk berperan aktif maka pembelajaran tersebut
bertentangan dengan hakikat belajar.

Peran aktif siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu
menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Seseorang bisa dikatakan kreatif
apabila ia secara konsisten dan terus menerus menghasilkan sesuatu yang kreatif, yaitu hasil yang
asli/orisinal dan sesuai dengan keperluan (Hassoubah, 2004:50). Kreativitas siswa bisa dilihat pada
kemampuannya dalam mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan. Selain itu kreativitas
siswa juga bisa dilihat dari kecekatannya dalam mengikuti proses belajar mengajar di dalam kelas.
Kreatif juga dimaksudkan guru mampu memilih materi yang akan diberikan kepada siswa agar
materi yang diberikan bisa sesuai dengan kemampuan siswa, memilih metode pembelajaran yang
dapat mempermudah pemahaman siswa tentang materi yang diberikan dan memilih media yang
tepat untuk memperlancar proses pembelajaran serta mampu menentukan evaluasi yang tepat
untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan. Menyenangkan adalah
suasana belajar mengajar yang membuat siswa senang sehingga siswa memusatkan perhatiannya
secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (time on task) tinggi. Tingginya waktu
curah akan meningkatkan hasil belajar.

Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidaklah efektif, yaitu
tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab
pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya
aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif maka pembelajaran tersebut tidak ubahnya seperti
bermain biasa (Muslim, 2001). Muslim (2001) mengemukakan pengertian PAKEM dari dua dimensi
yaitu dimensi guru dan dimensi siswa.

1. Dari dimensi guru:

dalam proses belajar mengajar guru aktif dalam memantau kegiatan belajar siswa, memberi umpan
balik, mengajukan pertanyaan yang menantang, mempertanyakan gagasan siswa,

guru harus kreatif dalam mengembangkan kegiatan yang beragam, membuat alat bantu atau media
pembelajaran,

pembelajaran efektif jika guru dapat mencapai tujuan pembelajaran,


agar pembelajaran menyenangkan guru harus bisa mengemas materi agar lebih mudah dipahami
siswa, menggunakan metode pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar, menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi untuk
menarik perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

2. Dari dimensi siswa:

siswa harus aktif dalam bertanya, mengemukakan gagasan, mempertanyakan gagasan orang lain
dan gagasannya,

siswa kreatif dalam menulis /merangkum, merancang atau membuat sesuatu dan menemuakan
seseatu yang baru bagi diri siswa,

keefektifan siswa bisa dilihat dari penguasaan ketrampilan yang dibutuhkan oleh siswa,

pembelajaran yang menyenangkan dapat membuat siswa berani mencoba atau berbuat, berani
bertanya, berani mengemukakan gagasan, berani mempertanyakan gagasan orang lain.

Pengertian

Menurut Budimansyah, dkk (2009:70) PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan. Aktif dimaksutkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif mengajukan pertanyaan,
mengemukakan gagasan, dan mencari data dan informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan
masalah. Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga
memenuhi tingkat kemampuan siswa. Efektif yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa
setelah proses pembelajaran berlangsung. Sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan
pembelajaran yang harus dicapai. Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang
menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga
waktu curah perhatiannya tinggi. Selain itu menurut Utami (2010:23) PAKEM adalah suatu proses
pembelajaran yang komunikatif dan interaktif antara sumber belajar, pendidik dan peserta didik.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa PAKEM adalah suatu
pembelajaran dimana terjadi hubungan yang komunikatif antar semua komponen pembelajaran
sehingga mampu menanggapi suatu permasalahan yang terjadi serta mampu mencurahkan
perhatiannya untuk belajar secara optimal.

Menurut UNESCO dalam Dasim Budimansyah, dkk (2009:38-39) memeparkan tentang empat pilar
pendidikan yang sesuai denagan pembelajaran PAKEM yakni (1) learning to know, (2) learning to do,
(3) learning to be, dan (4) learning how to live together. Empat pilar pendidikan tersebut
memberikan indikasi bahwa hasil pendidikan dewasa ini diarahkan untuk dapat menghasilkan
manusia yang memiliki ciri-ciri manusia paripurna sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
(1) Learning to know. Dalam pilar ini, belajar dimaknai sebagai upaya hanya sebatas untuk
mengetahui. Belajar ini termasuk dalam kategori sebagai belajar pada tingkat yang rendah, yakni
belajar yang lebih menekankan pada ranah kognitif. (2) Learning to do. Dalam pilar ini, belajar
dimaknai sebagai upaya untuk membuat peserta didik bukan hanya mengetahui, tetapi lebih kepada
dapat melakukan atau mengerjakan kegiatan tertentu. Fokus pembelajaran pada pilar ini lebih
memfokuskan pada ranah psikomotorik. (3) Learning to be. Dalam pilar ketiga ini, belajar dimaknai
sebagai upaya untuk menjadikan peserta didik sebagai dirinya sendiri. Belajar dalam konteks ini
bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi peserta didik, sesuai dengan minat dan
bakatnya atau tipe-tipe kecerdasannya (types of intelligence). (4) Learning how to live together. Pilar
keempat ini memaknai belajar sebagai upaya agar peserta didik dapat hidup bersama dengan
sesamanya secara damai.

Dikaitkan dengan tipe-tipe kecerdasan, maka pilar keempat ini berupaya untuk menjadikan peserta
didik memiliki kecerdasan sosial (social intelligence). Di samping didasarkan pada upaya optimalisasi
implimentasi konsep pembelajaran, pendekatan PAKEM menurut Khaerudin dalam
http://www.texascollaborative.org (2009) juga didasarkan pada sejumlah asumsi tentang apa itu
belajar. Sejumlah asumsi tentang belajar yang dimaksud, di antaranya:

Belajar adalah proses individual. Artinya kegiatan belajar tidak bisa diwakilkan kepada orang lain,
hanya orang yang bersangkutanlah yang dapat melakukannya. Ini berarti kegiatan belajar menuntut
aktivitas orang yang sedang belajar.

Belajar adalah proses sosial. Kegiatan belajar harus dilakukan melalui interaksi sosial dengan
lingkungan sekitar. Ini berarti seseorang yang belajar harus secara aktif berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya, karena melalui interaksi social inilah akan diperoleh pengalaman sebagai hasil
belajar.

Belajar adalah menyenangkan. Apabila kegiatan belajar dilakukan dengan sukarela, atas kesadaran
dan kemauan sendiri, dan tanpa ada paksaan, maka kegiatan belajar akan menyenangkan. Karena
itulah, setiap orang yang belajar harus melakukannya dengan penuh kesadaran bahwa belajar itu
yang akan membawa manfaat bagi kelangsungan hidupnya. Dengan demikian maka kegiatan belajar
benar-benar akan menyenangkan.

Belajar adalah aktivitas yang tidak pernah berhenti. Proses belajar akan terus berlangsung selama
manusia berinteraksi dengan lingkungannya. Pada saat seseorang berinteraksi dengan lingkungan,
apakah itu disadari ataupun tidak dan terjadi perubahan perilaku dalam dirinya (kognitif, afektif,
atau psikomotorik) maka pada dasarkan orang tersebut telah belajar. Proses ini tidak akan pernah
berhenti selama seseorang masih hidup dan beraktivitas.

Belajar adalah membangun makna. Pada saat seseorang melakukan kegiatan belajar, pada
hakikatnya ia menangkap dan membangun makna dari apa yang diamatinya. Hal ini sejalan dengan
pembelajaran kontekstual (contextual learning) yang mengasumsikan bahwa otak secara alamiah
mencari makna dari suatu permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan dimana seseorang
tersebut berinteraksi.

Oleh karena itu hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran PAKEM menurut
Dasim Budimansyah, dkk (2009:74-76) yaitu :

Memahami sifat yang dimiliki anak. Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan
berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak
bukan Indonesia selama mereka normal terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut
merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan
pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya
kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena
hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak
untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.

Mengenal anak secara perorangan. Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan
memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Menyenangkan, dan Efektif)
perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua
anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan
kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk
membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat
membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.

Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar. Sebagai makhluk sosial, anak sejak
kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat
dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu,
anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan
menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan
mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan
tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.

Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah. Pada
dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan
kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternative pemecahan
masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi
yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah
mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan
pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika…” lebih
baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup
(jawaban betul hanya satu).

Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik. Ruang kelas yang menarik
merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan
untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan
memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang
dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat
berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang
penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam
pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.

Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya)
merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai
media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai
sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan
lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk
menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat men-gembangkan sejumlah
keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan,
berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.
Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar. Mutu hasil belajar akan
meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa
merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih
mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun
harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-
tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan
komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi
pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.

Membedakan antara aktif fisikal dan aktif mental. Banyak guru yang sudah merasa puas bila
menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur
berkelompok siswa duduk duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah cirri dari PAKEM.
Aktif mental lebih diinginkan dari pada aktif fisikal. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang
lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental.

Syarat perkembangannya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut : takut ditertawakan,
takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan
penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya.
Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan “PAKEM” Bila ditengok dari sejumlah teori
yang tentunya berdasarkan hasil eksperimen, kemudian dari pengalaman orang, maupun
pengalaman dari penulis sendiri. Menurut Utami (2010 : 42) manfaat dari penerapan PAKEM ini bagi
siswa, guru dan sekolah di antaranya sebagai berikut :

Pembelajaran dengan model PAKEM membuat siswa benar-benar lebih asyik belajar, betah tinggal
di kelas, karena guru tidak berperan sebagai orang yang paling tahu, melainkan berperan sebagai
fasilitator yang dinamik dan kreatif.

Pembelajaran dengan model PAKEM memungkinkan munculnya berbagai potensi siswa.

Pembelajaran dengan model PAKEM juga menunjukkan sisi demokratis.

Pembelajaran dengan model PAKEM membuat guru bukanlah satu-satunya sumber belajar yang
mutlak dan benar.

Pembelajaran dengan model PAKEM juga mendorong maksimalnya daya serap para siswa terhadap
materi pelajaran.

Pembelajaran dengan model PAKEM akan mendorong perkembangan intelektual siswa (intellectual
growth).

Pembelajaran dengan model PAKEM juga membantu perkembangan fisik siswa (physical
development).

Pembelajaran dengan model PAKEM juga dapat membangun ketrampilan sosial siswa (building
social skills).

Pembelajaran dengan model PAKEM juga akan membantu perkembangan emosi siswa (emotional
development).

Pembelajaran dengan model PAKEM juga akan mendorong perkembangan kemampuan membaca
dan berbahasa siswa (language and literacy development).
Pembelajaran dengan model PAKEM akan menumbuhkan daya kreativitas siswa (creativity).

Pembelajaran dengan model PAKEM juga akan mendorong anak untuk mencintai belajar sepanjang
hidupnya.

Pembelajaran dengan model PAKEM juga akan mendorong kreativitas dan dedikasi guru.

Pembelajaran dengan model PAKEM juga mendorong keterlibatan orang tua.

Karakteristik PAKEM

Pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) adalah sebuah model
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan yang beragam untuk
mengembangkan keterampilan, sikap, dan pemahaman berbagai sumber dan alat bantu belajar
termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan efektif.
Menurut Suparlan (2008: 70-71), karakterisitk PAKEM, meliputi:

Aktif: pembelajaran ini memungkinkan peserta didik berinteraksi secara aktif dengan lingkungan,
memanipulasi obyek-obyek yang ada di dalamnya, dalam hal ini guru terlibat secara aktif, baik dalam
merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran.

Kreatif: Pembelajaran membangun kreativitas peserta didik dalam berinteraksi dengan lingkungan,
bahan ajar dan sesama peserta didik, utamanya dalam menghadapi tantangan atau tugas-tugas yang
harus diselesaikan dalam pembelajaran. Guru dituntut untuk kreatif, yaitu merancang dan
melaksanakan PAKEM.

Efektif: Efektifitas pembelajaran akan mendongkrak kualitas hasil bekajar peseta didik.

Menyenangkan: Pembelajaran diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang


menyenangkan, dengan didukung lingkungan aman, bahan ajar relevan, menjamin bahwa belajar
secara emosional adalah positif, yang pada umunya hal itu terjadi ketika dilakukan bersama dengan
orang lain sebagai dorongan dan selingan humor serta istirahat dan jeda secara teratur. Selain itu,
pembelajaran akan menyenangkan manakala secara sadar pikiran otak kiri dan kanan sadar,
menantang peserta didik berekspresi dan berfikir jauh ke depan, serta mengonsolidasikan bahan
yang sudah dipelajari dengan meninjau ulang dalam periode-periode yang relaks.

Secara fisikal, ada beberapa ciri menonjol yang tampak dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan PAKEM adalah sebagai berikut.

Mengandalkan buku sebagai satu-satunya sumber belajar. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
lebih memperkaya pengalaman belajar peserta didik. Bukan semata-mata untuk menafikan sama
sekali buku pelajaran sebagai salah satu sumber belajar peserta didik.

Sumber belajar yang beraneka ragam tersebut kemudian didesain skenario pembelajarannya dengan
berbagai kegiatan.

Hasil kegiatan belajar mengajar kemudian dipajang di tembok kelas, papan tulis, dan bahkan
ditambah dengan tali rapiah di sana-sini. Pajangan tersebut merupakan hasil diskusi atau hasil karya
siswa.pajangan hasil karya siswa menjadi satu ciri fisikal yang dapat kita amati dalam proses
pembelajaran.

Kegiatan belajar mengajar bervariasi secara aktif, yang biasanya didominasi oleh kegiatan individual
dalam beberapa menit, kegiatan berpasangan, dan kegiatan kelompok kecil antara empat sampai
lima orang, untuk mengerjakan tugas-tugas yang telah disepakati bersama, dan salah seorang di
antaranya menyampaikan (presentasi) hasil kegiatan mereka di depan kelas. Hasil kegiatan siswa
itulah yang kemudian dipajang.

Dalam mengerjakan berbagai tugas tersebut, para siswa, baik secara individual maupun secara
kelompok, mencoba mengembangkan semaksimal mungkin kreativitasnya.

Dalam melaksanakan kegiatannya yang beraneka ragam itu, tampaklah antusiasme dan rasa senang
siswa.

Pada akhir proses pembelajaran, semua siswa melakukan kegiatan dengan apa yang disebut sebagai
refleksi, yakni menyampaikan (kebanyakan secara tertulis) kesan dan harapan mereka terhadap
proses pembelajaran yang baru saja diikutinya (Suparlan, 2008: 73).

Seperti yang dikemukakan oleh Budimansyah, dkk (2009:73) Selain ciri fisik yang ada dalam PAKEM,
ada lima karakteristik utama yang dikemukakan oleh Utami (2010:37) dalam PAKEM, yaitu :

Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka
dengan penekanan belajar melalui berbuat.

Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik,
menyenangkan, dan cocok bagi siswa.

Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan
menyediakan pojok baca.

Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar
kelompok.

Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk
mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

Sementara itu ciri-ciri yang paling menonjol dalam PAKEM menurut Suparlan dalam Utami (2010 : 38
) adalah sebagai berikut :

Adanya sumber belajar yang beraneka ragam.

Sumber belajar yang beragam tersebut kemudian didisain skenario pembelajarannya dengan
berbagai kegiatan.

Hasil kegiatan pembelajaran berupa karyakarya individu atau kelompok siswa dipajang di kelas.

Aktivitas pembelajaran bervariasi secara aktif.

Dalam mengerjakan berbagai tugas, para siswa baik secara individual maupun kelompok, mencoba
mengembangkan kreativitas mereka semaksimal mungkin.
Dalam menjalankan aktivitas, terlihat antusiasme dan rasa senang siswa.

Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Melaksanakan PAKEM

Dalam pembelajaran PAKEM terdapat empat prinsip utama dalam proses pembelajaran: Pertama,
proses Interaksi (siswa berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa, multi-media, referensi,
lingkungan dsb). Kedua, proses Komunikasi (siswa mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka
dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita, dialog atau melalui simulasi role-play). Ketiga,
proses Refleksi, (siswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari,
dan apa yang mereka telah lakukan). Keempat, proses Eksplorasi (siswa mengalami langsung dengan
melibatkan semua indera mereka melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM, yaitu:

Memahami sifat yang dimiliki anak. Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan
berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin. Kedua sifat tersebut
merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap kritis dan kreatif. Suasana pembelajaran yang
ditunjukkan dengan guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang
menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan
pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.

Mengenal anak secara perorangan. Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan
memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM, perbedaan individual perlu diperhatikan dan
harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan
kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang
memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor
sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan
sehingga anak tersebut belajar secara optimal.

Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar. Sebagai makhluk sosial, anak sejak
kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat
dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu,
anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan
menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan
mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan
tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.

Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah. Pada
dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal tersebut memerlukan kemampuan berpikir
kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif
pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan
imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah
mengembangkannya, antara lain dengan sesering-seringnya memberikan tugas atau mengajukan
pertanyaan yang terbuka. Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam
PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain
itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan
menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan,
berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli,
puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa,
dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam KBM karena dapat dijadikan rujukan ketika
membahas suatu masalah.

Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya)
merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai
media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai
sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan
lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk
menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah
ketrampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan,
berhipotesis, mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan membuat gambar atau diagram.

Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar. Mutu hasil belajar akan
meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa
merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih
mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun
harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-
tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan
komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi
pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.

Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental. Banyak guru yang sudah merasa puas bila
menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur
berkelompok serta siswa duduk saling ber-hadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang
sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya,
mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif
mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut, seperti takut
ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya
menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari
temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan PAKEM (Suparlan, 2008: 74-76).

Sejalan dengan prinsip di atas, yang harus diperhatikan ketika pendidik/guru menerapkan PAKEM
menurut Ismail (2008: 46-56), adalah sebagai berikut.

Memahami sifat peserta didik. Pada dasarnya peserta didik memiliki sifat rasa ingin tahu atau
berimajinasi. Kedua sifat ini merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/ berpikir kritis dan
kreatif. Untuk itu kegiatan pembelajaran harus dirancang menjadi lahan yang subur bagi
berkembangnya kedua sifat tersebut.

Mengenal peserta didik secara perorangan. Peserta didik berasal dari latar belakang dan
kemampuan yang berbeda. Perbedaan individu harus diperhatikan harus tercemin dalam
pembelajaran. Semua peserta didik dalam kelas tidak harus selalu mengerjakan kegiatan yang sama,
melainkan berbeda sesuai dengan kecepatannya belajarnya. Peserta didik yang memiliki
kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya)

Memanfaatkan perilaku peserta didik dalam mengorganisasi belajar. Peserta didik secara alami
bermain secara berpasangan atau berkelompok. Perilaku yang demikian dapat dimanfaatkan oleh
guru dalam pengorganisasian kelas. Dengan berkelompok akan mudah mereka untuk berinteraksi
atau bertukar pikiran.

Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif serta mampu memecahkan masalah. Pada
dasarnya hidup adalah memecahkan masalah, untuk itu peserta didik perlu dibekali kemampuan
berpikir kritis dan kreatif untuk menganaliasis masalah, dan kreatif untuk melahirkan alternatif
pemecahan masalah. Kedua jenis pemikiran tersebut sudah ada sejak lahir, guru diharapkan dapat
mengembangkannya.

Menciptakan ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik. Ruangan kelas yang menarik
sangat disarankandalam PAKEM. Hasil peserta didik sebaiknya dipajang di dalam kelas, karena dapat
memotivasi peserta didik untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi peserta didik yang
lain. Selain itu pajangan dapat juga dijadikan bahan ketika membahas materi pelajaran yang lain.

Memanfaatkan lingkungan sebagai lingkungan belajar. Lingkungan (fisik, sosial, budaya) merupakan
sumber sangat kaya untuk bahan belajar peserta didik. Lingkungan dapat berfungsi sebagai media
belajar serta objek belajar peserta didik.

Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan. Pemberian umpan balik dari guru
kepada peserta didik merupakan interaksi antara guru dan peserta didik. Umpan balik hendaknya
lebih mengungkapkan kekuatan dan kelebihan peserta didik dari pada kelemahannya. Umpan balik
juga harus dilakukan secara santun dan elegan sehingga tidak meremwhkan dan menurunkan
motivasi.

Membedakan antara aktif fisik dengan aktif mental. Dalam pembelajaran PAKEM, aktif secara
mental lebih diinginkan dari pada aktif fisik. Karena itu, aktivitas sering bertanya, mempertanyakan
gagasan orang lain, mengemukakan tanda-tanda aktif mental.

Penataan dan atau pengelolaan kelas dalam PAKEM perlu mempertimbangkan enam elemen
Constructivist Learning Design (CDL) yang dikemukakan oleh Gagnon and Collay, yaitu situation,
groupings, bridge, questions, exhibit, and reflections (Ismail, 2008: 56). Situation, terkait dengan hal-
hal berikut; apa tujuan episode pembelajaran yang akan dicapai, apa yang diharapkan setelah siswa
keluar ruangan kelas, bagaimana mengetahui bahwa siswa telah mencapai tujuan, tugas apa yang
diberikan kepada siswa untuk mencapai tujuan, bagaimana deskripsi tugas tersebut (as a process of
solving problems, answering question, creating metaphors, making decisions, drawing conclusions,
or setting goals). Grouping, dapat dilakukan berdasarkan karakteristik siswa atau didasarkan pada
karakteristik materi. Bridge, terkait dengan; aktivitas apa yang dipilih untuk menjembatani atara
pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya dengan pengetahuan baru yang akan dibangun
siswa. Question, pertanyaan apa yang dapat membangkitkan tiap elemen desain (panduan
pertanyan apa yang dapat mengintrodusir situasi, menata pengelompokan, dan membangun
jembatan), pertanyaan klarifikasi apa yang digunakan untuk menengetahui cara berpikir dan
aktivitas belajar siswa. Exhibit, bagaimana siswa merekan dan memamerkan kreasi mereka melalui
demonstrasi cara berpikir mereka dalam menyelesaikan dan atau memenuhi tugas. Reflections,
bagaimana siswa melakukan refleksi dalam menyelesaikan tugas mereka, apakah siswa ingat tentang
(feeling, images, and language of their thought), apa sikap, proses, dan konsep yang akan dibawa
siswa setelah keluar kelas (Ismail, 2008: 57-58).

Prinsip-prinsip PAKEM
Ciri-ciri atau karakteristik PAKEM adalah: Pembelajarannya mengaktifkan peserta didik, mendorong
kreativitas peserta didik dan guru, pembelajarannya efektif, pembelajarannya menyenangkan
utamanya bagi peserta didik. Dan prinsip PAKEM antara lain:

mengalami: peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun emosional

komunikasi: kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya komunikasi antara guru dan peserta
diidik

interaksi: kegiatan pembelajarannyaa memungkinkan terjadinya interaksi multi arah

refleksi: kegiatan pembelajarannya memungkinkan peserta didik memikirkan kembali apa yang telah
dilakukan (Ismail, 2008: 46-47).

Menurut John B. Biggs and Ross Telfer, dalam bukunya “The Process of Learning”, 1987, edisi kedua,
menyebutkan paling tidak ada 12 aspek dari sebuah pembelajaran kreatif, yang harus dipahami dan
dilakukan oleh seorang guru yang baik dalam proses pembelajaran terhadap siswa, yaitu:

memahami potensi siswa yang tersembunyi dan mendorongnya untuk berkembang sesuai dengan
kecenderungan bakat dan minat mereka.

memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar meningkatkan rasa tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas dan bantuan jika mereka membutuhkan.

menghargai potensi siswa yang lemah atau lamban dan memperlihatkan entuisme terhadap ide
serta gagasan mereka.

mendorong siswa untuk terus maju mencapai sukses dalam bidang yang diminati dan penghargaan
atas prestasi mereka.

mengakui pekerjaan siswa dalam satu bidang untuk memberikan semangat pada pekerjaan lain
berikutnya.

menggunakan kemampuan fantasi dalam proses pembelajaran untuk membangun hubungan


dengan realitas dan kehidupan nyata.

memuji keindahan perbedaan potensi, karakter, bakat dan minat serta modalitas gaya belajar
individu siswa.

mendorong dan menghargai keterlibatan individu siswa secara penuh dalam proyek-proyek
pembelajaran mandiri.

menyatakan kapada para siswa bahwa guru-guru merupakan mitra mereka dan perannya sebagai
motivator dan fasilitator bagi siswa.

menciptakan suasana belajar yang kondusif dan bebas dari tekanan dan intimidasi dalam usaha
meyakinkan minat belajar siswa.

mendorong terjadinya proses pembelajaran interaktif, kolaboratif, inkuiri dan diskaveri agar
terbentuk budaya belajar yang bermakna (meaningful learning) pada siswa.
memberikan tes atau ujian yang bisa mendorong terjadinya umpan balik dan semangat pada siswa
untuk ingin mempelajari materi lebih dalam.

Menurut (Hadi Mustofa, 1998) lima metode kunci untuk merancang seting kelas yang konstruktif ,
yaitu:

melindungi pemelajar dari kerusakan praktik instruksional dengan mengembangkan otonomi dan
kontrol pemelajar, mendorong pengaturan diri dan membuat instruksi secara pribadi yang relevan
dengan pemelajar.

menciptakan konteks belajar yang mendorong pengembangan otonomi pribadi.

mengkondisikan pemelajar dengan alasan-alasan belajar dalam aktivitas belajar.

mendorong pengaturan diri dengan pengembangan keterampilan dan tingkah laku yang
memungkinkan pemelajar meningkatkan tanggung jawab dalam belajarnya.

mendorong kesadaran belajar dan pengujian kesalahan

Teknik Penyajian

Program belajar mandiri adalah perencanaan yang disusun secara runtut sebagai kegiatan pokok
dala PAKEM untuk memotivasi dan membelajarkan siswa senang belajar dan berprestasi. Beberapa
aplikasi dari model PAKEM yaitu:

Everyone is a teacher here (Setiap Murid sebagai guru) yaitu strategi PAKEM yang bertujuan untuk
membiasakan peserta didik untuk belajar secara aktif dan membudayakan sikap berani bertanya,
tidak minder dan tidak takut salah. Penerapannya yaitu dengan meminta peserta didik untuk
membuat pertanyaan yang nantinya akan dijawab oleh teman-temannya yang lain (Ismail, 2008: 74).

Indeks card match (Mencari Jodoh Kartu Tanya jawab) yaitu strategi PAKEM yang bertujuan untuk
melatih pesrta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahannya terhadap suatu materi pokok.
Penerapannya yaitu guru membuat dua kartu yang sesuai dengan jumlah siswa kemudian kartu
tersebut dibagi dua, dikartu tersebut ditulis pertanyaan, dan kartu yang lain ditulis jawaban. Setelah
itu kartu dibagikan kepada siswa. Siswa mencari pasangan kartu yang tepat antara pertanyaan dan
jawaban(Ismail, 2008: 81-82).

Hal-hal yang Harus diperhatikan dalam PAKEM

Melaksanakan PAKEM artinya guru dan murid secara bersama-sama mengembangkan fisik dan
mental sehingga terbiasa bertindak aktif, kreatif, dan menyenangkan. Keadaan aktif dan
menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, sebab pembelajaran memiliki
sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai dengan baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam melaksanakan PAKEM sebagai berikut:
Memahami sifat yang dimiliki anak

Mengenal anak secara perorangan

Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar

Mengembangkan kemampuan berfikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah

Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik

Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

Memberikan umpan balik untuk meningkatkan kegiatan belajar

Membedakan aktif fisik dan aktif mental. (Subdin Kurikulum Pembinaan Pendidikan Dasar, 2003:2-3)

Penerapan PAKEM

Secara psikologis-pedagogis, penerapan PAKEM dalam proses belajar mengajar, diyakinidan telah
terbukti berdasarkan pengalaman memiliki dampak positif terhadap penguatan hasil belajar, kesan
mendalam, dan tahan lama dalam memori peserta didik sehingga tidak mudah lupa terhadap
pengetahuan yang telah diperolehnya, atau dalam bahasa psikologi belajar dikenal dengan istilah
long term memory. Di samping itu, dari sisi pendidik, penerapan PAKEM dengan sendirinya akan
semakin memotivasi pendidik sebagai manager, fasilitator, motivator, inspirator, transformator, dan
pembelajaran yang memiliki learning tradition yang kuat untuk secara terus menerus
mengembangkan diri dan meningkatkan profesionalitasnya.

Indikator PAKEM

Dalam penerapan PAKEM oleh pendidik atau guru bias dilihat dan dicermati berbagai indikasi yang
muncul pada saat proses belajar mengajar dilaksanakan. Di samping itu, pendidik juga perlu
memperhatikan berbagai prinsip ketika menerapkannya. Kriteria ada atau tidaknya pembelajaran
yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan di antaranya dapat dilihat pada beberapa indikator
berikut.

INDIKATOR PROSES

PENJELASAN

METODE
1. Pekerjaan Peserta Didik (Diungkapkan dengan bahasa/ kata-kata peserta didik sendiri).
PAKEM sangat mengutamakan agar peserta didik mampu berfikir, berkata-kata, dan
mengungkap sendiri. Guru membimbing peserta didik dan memajang hasil karya nya agar dapat
saling belajar.

2. Kegiatan Peserta Didik (peserta didik banyak diberi kesempatan untuk mengalami atau melakukan
sendiri). Bila peserta didik mengalami atau mengerjakan sendiri, mereka belajar meneliti
tentang apa saja. Guru dan peserta didik interaktif dan hasil pekerjaan peserta didik dipajang
untuk meningkatkan motivasi.

3. Ruang Kelas (Penuh pajangan hasil karya peserta didik dan alat peraga sederhana buatan guru dan
peserta didik). Banyak yang dapat dipajang di kelas dan dari pajangan hasil itu peserta didik saling
belajar. Alat peraga yang sering digunakan diletakkan strategis. Pengamatan ruangan kelas dan
dilihat apa saja yang dibutuhkan untuk dipajang, dimana, dan bagaimana memajangnya.

4. Penataan Meja Kursi (Meja kursi tempat belajar peserta didik dapat diatur secara fleksibel).
Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan berbagai cara/metode/tehnik, misalnya
melalui verja kelompok, diskusi, atau aktivitas peserta didik secara individual. Diskusi kerja
kelompok, kerja mandiri, pendekatan individual guru kepada murid yang prestasinya kurang baik,
dsb.

5. Suasana Bebas (Peserta didik memiliki dukungan suasana bebas untukmenyampaikan atau
mengungkapkan pendapat). Peserta didik dilatih untuk mengungkapkan pendapat secara bebas,
baik dalam diskusi, tulisan, maupun kegiatan lain. Guru dan sesama peserta didik
mendengarkan dan menghargai pendapat peserta didik lain, diskusi, dan kerja individu.

6. Umpan Balik Guru (Guru memberi tugas yang bervariasi dan secara langsung memberi umpan
balik agar peserta didik secara memperbaiki kesalahan). Guru memberikan tugas yang mendorong
peserta didik bereksplorasi; dan guru memberikan bimbingan individual atau pun kelompok dalam
hal penyelesaian masalah. Penugasan individual atau kelompok; bimbingan langsung; dan
penyelesaian masalah.

7. Sudut Baca (Sudut kelas sangat baik bila diciptakan sebagai sudut baca untuk peserta didik)
Sudut baca diruang kelas akan mendorong peserta didik gemar membaca. (Peserta didik
didekatkan dengan buku-buku, jurnal, koran, dll) Observasi kelas diskusi, dan pendekatan
terhadap orangtua.

8. Lingkungan Sekitar (Lingkungan sekitar sekolah dijadikan media pembelajaran). Sawah,


lapangan, pon, sungai, kantor pos, puskesmas, stasiun dan lain-lain dioptimalkan pemanfataannya
untuk pembelajaran. Observasi lapangan eksplorasi, diskusi kelompok, tugas individual, dan lain-
lain.

Penutup

PAKEM merupakan pendekatan dalam proses belajar mengajar yang bila diterapkan secara tepat
berpeluang dapat meningkatkan dua hal, yaitu (1) menciptakan ketertarikan bagi siswa, (2)
memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat berfikir dan bekerja, (3) (Suparlan, 2008: 7).
Meskipun dalam model ini siswa lebih aktif, namun guru tetap mengawasi kelas untuk memberikan
semangat, dorongan belajar dan memberikan bimbingan secara individu/kelompok. Proses
pembelajaran aktif dalam memperoleh informasi, ketrampilan dan sikap serta perilaku positif akan
terjadi melalui suatu proses pencarian dari diri peserta didik. Hal ini akan terwujud bila peserta didik
dikondisikan sedemikian rupa sehingga berbagai tugas dan kegiatan yang dilaksanakan dapat
memotivasi mereka untuk berpikir. Dalam pembelajaran Model PAKEM, seorang guru mau tidak
mau harus berperan aktif, proaktif dan kreatif untuk mencari dan merancang media/bahan ajar
alternatif yang mudah, murah dan sederhana, tetapi tetap memiliki relevansi dengan tema mata
pelajaran yang sedang dipelajari siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Anitah W, Sri, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran di SD, Jakarta : Universitas Terbuka

BSNP, 2006. Standar Isi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Budimansyah, Dasim. dkk. 2009. PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan,
Bandung: PT Genesindo

Chatarina, Tri Anni. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Press

Dalyono, M. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Darhim. 1993. Workshop Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
2008. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional, Jakarta : Kegiatan Penyusunan/ Pengembangan
Kurikulum/ Bahan Ajar dan Model Pembelajaran

Dimyati & Mudjiono, 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah, Saeful Bahri, 2005. Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif. Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah, Saeful Bahri, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

E. Mulyasa, 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya

Engkoswara dan Rocham Natawidjaja. 1979. Alat Peraga dan Komunikasi Pendidikan. Jakarta: PT
Bunda Karya.

Hamalik, 2001. kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: PT. Bumi Aksara

Hamalik, 2004. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Bumi Aksara


Hamalik, Oemar. 2001. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar berdasarkan CBSA. Jakarta: Sinar
Baru Algensindo.

Hamzah, 2007. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hartono Kasmadi, 2001.Pengembangan Pembelajaran dengan pendekatan modelmodel pengajaran


sejarah. Semarang: Prima Nugraha Pratama

Ismail, 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam berbasis Paikem. Semarang: RaSAIL Media Group.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional: Balai Pustaka

Kasbolah, Kasihani, 2001. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Malang: Universitas Negeri Malang

Max Darsono, 2000. Belajar dan pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press

Moleong, J. Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Munib, 2007.Pengantar Ilmu Pendidikan: UPT Unnes Press

Muslim, Faisol. Jiyono. Masjudi. dan Bellen. 2001. Orientasi Program Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS). Jakarta:Unesco,-Unicef-Depdiknas.

Purwadaminta ,2002. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Salim, Agus. 2009. Edukasi, Semarang Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

Satmoko, Retno Sriningsih. 1999. Proses Belajar Mengajar II. Semarang: IKIP Semarang Press.

Seksi Kurikulum Subdin Pembinaan Pendidikan Dasar. 2003. Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar
Melalui Pendekatan PAKEM, Kontekstual, dan Kecakapan Hidup. Semarang: Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan.

Sudjana, 2001. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production.

Sudjatmiko. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Sugeng, Hariyadi ,dkk, 2003. Psikologi Perkembangan. Semarang: UPT MKDK Unnes

Suherman, Erman. 1994. Strategi Belajar dan Mengajar Matematika. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Suparlan, dkk. 2008. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Bandung: PT.
Genesindo

Suprayekti. 2003. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Suryanto, Adi, dkk. 2009. Evaluasi Pembelajaran di SD, Jakarta : Universitas Terbuka

Tim Bina Karya Guru. 2003. Matematika Terampil Berhitung. Jakarta: Erlangga.

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Utami, Dwi Tyas. 2010. Panduan PAKEM PKn SD, Jakarta : Erlangga

Wahyuni, Baharuddin, 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Widja, I Gede.1989. Dasar-dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta:
Depdikbud

Winataputra, Udin. 2008. Pembelajaran PKn di SD, Jakarta : Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai