PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan kualitas
diri individu, terutama dalam menentukan kemajuan pembangunan suatu bangsa dan negara.
Tingkat kemajuan suatu bangsa tergantung kepada cara bangsa tersebut mengenali,
menghargai dan memanfaatkan sumber daya manusia yang berkaitan erat dengan kualitas
pendidikan yang diberikan kepada calon penerus dan pelaksana pembangunan.
Keluarga bagi seorang anak merupakan lembaga pendidikan non formal pertama, di mana
mereka hidup, berkembang, dan matang. Di dalam sebuah keluarga, seorang anak pertama
kali diajarkan pada pendidikan.
Pada dasarnya, semua orang tua menghendaki putra-putri mereka tumbuh menjadi anak yang
baik, cerdas, patuh, dan terampil. Selain itu, banyak lagi harapan lainnya tentang anak yang
kesemuanya berbentuk sesuatu yang positif. Pada posisi lain, setiap orang tua berkeinginan
untuk mendidik anaknya secara baik dan berhasil. Mereka berharap mampu membentuk anak
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, berbakti pada orang tua,
berguna bagi dirinya, keluarga, masyarakat, nusa bangsa-negara juga bagi agamanya serta
anak yang cerdas memiliki kepribadian yang utuh.
Sejak lahir anak dididik dengan cara yang baik dan benar, dihindarkan dari kesalahan dalam
mengasuh dan mendidik, baik kesalahan yang diperbuat oleh orang tuanya maupun oleh
lingkungan sekitamya. Orang tua mencoba sedapat mungkin membantu anak-anak mereka
agar memperoleh segala hal yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan perkembangan dan
pertumbuhannya. Orang tua bukan saja merasa tidak bahagia karena jarang mempunyai
waktu untuk bersama dengan anak-anak mereka, tetapi mungkin ada yang merasa bahwa
waktu bekerja khususnya yang ditujukan bagi pemenuhan kebutuhan juga biasanya menuntut
lebih banyak waktu dari pada yang diberikan untuk anak mereka. Selain itu, pembiayaan
untuk mendidik dan mengasuh anak di luar keluarga ternyata cukup tinggi.
Pola kekeluargaan manusia sebagian ditentukan oleh tugas khusus yang dibebankan
kepadanya. Keluarga itu adalah satu-satunya lembaga sosial yang diberi tanggung jawab
untuk mengubah suatu organisme biologis menjadi manusia. Pada saat sebuah lembaga
keluarga mulai membentuk kepribadian seseorang dalam hal-hal penting, keluarga tentu
banyak berperan dalam persoalan perubahan itu, dengan mengajarnya berbagai kemampuan
dan keterampilan serta penanaman fungsi-fungsi sosial.
Tidak dapat disangkal lagi betapa pentingnya pendidikan dalam lingkungan keluarga bagi
perkembangan anak-anak menjadi manusia yang berperibadi dan berguna bagi masyarakat.
Tentang pentingnya pendidikan dengan lingkungan keluarga itu telah dinyatakan oleh banyak
ahli didik dari zaman yang telah mampu. J.J. Rousseau (1712 – 1778) dalam Syafei. S. M,
(2006 : 12), sebagai salah seorang pelopor ilmu jiwa anak, mengutarakan pula betapa
pentingnya pendidikan keluarga itu.
Dalam mendidik anak agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan yaitu mengantarkan anak
pada tahapan perkembangan sesuai dengan pertambahan usia dan tugas perkembangannya
secara utuh dan optimal. Namun hal tersebut banyak dipengaruhi oleh berbagai hal. Salah
satu di antaranya adalah latar belakang pendidikan yang memberikan dampak bagi pola pikir
dan pandangan orang tua terhadap cara mengasuh dan mendidik anaknya.
Sehubungan dengan tingkat pendidikan orang tua akan memberikan pengaruh terhadap pola
berpikir dan orientasi pendidikan yang diberikan kepada anaknya. Semakin tinggi pendidikan
yang dimiliki oleh orang tua maka akan semakin memperluas dan melengkapi pola
berpikirnya dalam mendidik anaknya. Kondisi yang berupa latar belakang pendidikan orang
tua merupakan satu hal yang pasti ditemui dalam pengasuhan anak. Demikian pula terjadi di
Desa Campurejo, di mana tingkat pendidikan orang tua sebagian besar merupakan lulusan
sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama, bahkan banyak yang tidak sampai tamat dalam
mengikuti pendidikan formal.
Berdasarkan kondisi latar belakang pendidikan orang tua yang sedemikian, menyebabkan
pola berfikir orang tua di desa Campurejo masih cenderung tradisional dan kolot. Orientasi
berfikir orang tua di Desa Campurejo mengenai jumlah anak dalam keluarga menganut
falsafah Jawa kuno bahwa banyak anak banyak rejeki. Untuk masa dahulu memang ada
baiknya, karena dengan basis pertanian dan kepemilikan lahan yang luas, semakin banyak
anak berarti semakin banyak tenaga kerja yang dapat membantu dalam pengolahan lahan.
Namun pola berfikir seperti itu, jika diterapkan untuk saat sekarang ini, sangat tidak cocok
mengingat saat ini tidak semua orang tua memiliki lahan dan orientasi penghidupan sudah
beralih dari agraris ke arah industri.
Berbagai ketidakserasian hubungan antara anak dan orang tua mengakibatkan terjadinya
gesekan-gesekan yang mengarah pada ketidakharmonisan hubungan. Terjadinya krisis
hubungan yang melibatkan antara orang tua dan anak sebagian besar disebabkan karena
ketidakbijaksanaan orang tua dalam menerapkan pola asuh kepada anaknya. Untuk mencegah
ketidakharmonisan hubungan antara orang tua dan anak, sebagai orang tua harus mengetahui
bagaimana cara yang baik untuk membawa sang anak mencapai masa depan dengan
menempuh jalan yang terbaik (Tjerje Yusuf 1980 : 16 – 17).
Kondisi tersebut sering terjadi pada keluarga menengah ke bawah atau kebanyakan karena
minimnya pendidikan orang tua mempengaruhi pola asuh terhadap anak-anak mereka. Betapa
besarnya kecintaan tiap-tiap orang tua kepada anaknya memang sukar untuk mencari tolok
bandingnya. Segala sesuatu yang mereka lakukan baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai
sama sekali dengan alam dan jaman adalah semata-mata demi kepentingan seorang anak.
Kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya yang sedang senang mengadakan
eksperimen, juga akan memupuk sifat negatif yang cenderung menjauhi arah perkembangan
ideal yang diharapkan.
1. Tujuan
Untuk mengetahui perkembangan anak usia dini (3-5 tahun) dilihat dari pendidikan orangtua.
1. Manfaat Penelitian
2. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi orang tua dan anak.
Hasil ini dapat memberikan gambaran akan pentingnya pendidikan dan pola asuh yang
diterapkan pada anak.
1. Bagi anak
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran akan pentingnya kesadaran akan pendidikan
dan bentuk pola asuh yang digunakan orang tua kepada anaknya.
BAB II
PELAKSANAAN OBSERVASI
2. Pelaksanaan Observasi
3. Senin, 6 Maret 2017
Melakukan pengamatan dan wawancara dengan salah satu dewan guru TK Al-Ihsan, Ibu Ani
1. Subyek Observasi
Subyek observasi yang penulis pilih untuk narasumber observasi yaitu salah satu dewan guru
TK Al-Ihsan, Ibu Ani Rohaeni, SE.
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah dengan melakukan wawancara dan
pengamatan saat berlangsungnya pembelajaran.
BAB III
HASIL OBSERVASI
1. Kondisi Objektif RA Al-Ihsan Cibiru Hilir
2. Profil RA Al-Ihsan Cibiru Hilir
3. Data Umum RA
1. Alamat RA
SK Pendirian : 32-04/PAUD/509/2010
Tanggal SK Pendirian : 23 Juni 2010
SK Ijin Operasional : Kd.10.4/04/PP.00.4/349/2010
Status Akreditasi : Tidak Terakreditasi
1. Penyelenggara RA
Penyelenggara RA : Yayasan
Organisasi Afiliasi : Nahdlatul Ulama
1. Data Kepala RA
No Uraian
Nama Hj. Rida Nurfarida, M. Ag
Kelahiran Bandung, 27/12/1972
Agama Islam
NUPTK 8559-7506-5221-0083
1 Status Kepegawaian Non PNS
TMT 21/07/1998
Tingkat Pendidikan S2
Mata Pelajaran Utama Guru Kelas
Jabatan Kepala Sekolah
Nama Ani Rohaeni, SE
Kelahiran Ciamis, 27/05/1981
Agama Islam
NUPTK –
2 Status Kepegawaian Non PNS
TMT 01/11/2011
Tingkat Pendidikan S1
Mata Pelajaran Utama Guru Kelas
Jabatan Guru
Nama Heni Heryeni, S. Ag
Kelahiran Sumedang, 16/06/1969
3 Agama Islam
NUPTK 4948-7476-4921-0142
Status Kepegawaian Non PNS
TMT 21/07/1998
Tingkat Pendidikan S1
Mata Pelajaran Utama Guru Kelas
Jabatan Guru
Nama Imun Muyassaroh, S. Ag
Kelahiran Bandung, 11/02/1975
Agama Islam
NUPTK 6543-7536-5421-0052
4 Status Kepegawaian Non PNS
TMT 21/07/1998
Tingkat Pendidikan S1
Mata Pelajaran Utama Guru Kelas
Jabatan Guru dan Bidang Kurikulum/Kesiswaan
Nama Nurul Kamilah, S.Pd.I
Kelahiran Bandung, 23/04/1987
Agama Islam
NUPTK 9755-7656-6721-0032
5 Status Kepegawaian Non PNS
TMT 21/07/2006
Tingkat Pendidikan S1
Mata Pelajaran Utama Guru Kelas
Jabatan Guru
Nama A. Saepul Millah, SH
Kelahiran Bandung, 16/05/1981
Agama Islam
NUPTK 3848-7596-6112-0000
6 Status Kepegawaian Non PNS
TMT 01/07/2008
Tingkat Pendidikan S1
Mata Pelajaran Utama Guru Kelas
Jabatan Guru
Nama Ela Holilah
Kelahiran Bandung,31/03/1978
Agama Islam
NUPTK –
7 Status Kepegawaian Non PNS
TMT 21/07/1999
Tingkat Pendidikan S1
Mata Pelajaran Utama Guru Kelas
Jabatan Guru
8 Nama Sri Haryani
Kelahiran Cilacap, 05/01/1978
Agama Islam
NUPTK –
Status Kepegawaian Non PNS
TMT 07/07/2013
Tingkat Pendidikan S1
Mata Pelajaran Utama Guru Kelas
Jabatan Guru
Nama Yuli Setiowati, Amd
Kelahiran Bandung, 15/07/1982
Agama Islam
NUPTK –
2 Status Kepegawaian Non PNS
TMT 01/11/2011
Tingkat Pendidikan D3
Mata Pelajaran Utama –
Jabatan Bendahara dan TU
Bagi yang pernah belajar kemudian berhenti maksimal selama 2 tahun , dikenakan
biaya pendaftaran ulang dan biaya perlengkapan lain yang diperlukan
Bagi siswa yang sudah mendaftar kemudian mengundurkan diri dan belum pernah
mengikuti kegiatan belajar, hanya dikenakan biaya pendaftaran
Bagi siswa yang sudah mendaftar dan belajar minimal 2 bulan, kemudian
mengundurkan diri maka kewajibannya adalah membayar DPP penuh dan mengganti
fasilitas yang sudah diberikan sesuai kesepakatan
Bagi siswa/i yang masuk pada pertengahan tahun pelajaran,dikenakan biaya secara
penuh, kecuali jika pernah menjadi siswa/i Al-Ihsan sebelumnya
Bagi siswa/i yang mengulang (masuk dikelas yang sama) dikenakan biaya
pendaftaran ulang dan biaya perlengkapan lainyang diperlukan sesuai kebutuhan dan
disesuaikan dengan anggaran tahun pelajaran tersebut
Apabila siswa/i mempunyai saudara kandung di institusi ini maksimal berbeda satu
tahun pelajran berhak mendapatkan keringanan sebesar 10% dari seluruh infak
(siswa/i kakak beradik)
Infak bisa dibayar secara dicicil selama 3x dan berlaku sanksi edukatif bagi yang
tidak sesuai dengan kesepakatan
Setiap siswa, guru, tenaga TU dan admin, dan kepala sekolah wajib mengikuti setiap
peraturan yang telah disepakati bersama
Setiap siswa berhak mendapatkan pelayanan pendidikan yang sama dan adil sesuai
dengan potensi masing-masing
Setiap penyelenggara kepala sekolah, tenaga TU dan admin, para guru berhak
mendapatkan upah dengan besaran yang telah disepakati yang dibayarkan pada jumat
terakhir setiap bulannya sekaligus evaluasi bulanan
Pihak penanggung jawab sekolah mengadakan evaluasi incidental apabila diperlukan
Jawab: Anak yang diantar-jemput oleh orangtuanya langsung biasanya lebih aktif dalam
belajar dan cepat mengerti apa yang disampaikan oleh guru. Sedangkan anak yang tidak
diantar-jemput oleh orangtuanya atau diantar-jemput oleh nenek, kakek, saudara bahkan
tetangga biasanya lebih pendiam dan malas untuk menerima pelajaran yang disampaikan oleh
guru.
Jawab: Rata-rata pekerjaan orangtua siswa adalah wiraswasta dan buruh, sisanya ada yang
PNS dan pegawai swasta.
Jawab: Anak dengan orangtua yang jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih aktif dan
cepat mengerti pelajaran yang diberikan oleh guru, sedangkan anak dengan orangtua yang
jenjang pendidikan rendah cenderung lebih diam dan tergolong lambat dalam mengerti
pelajaran yang diberikan oleh guru.
1. Analisis
Dari observasi yang kelompok kita lakukan kita menganalisis tentang perkembangan anak
dilihat dari tingkat pendidikan orangtua, dari kegiatan yang kita lakukan, kita dapat
mengetahui bahwa pada dasarnya semua anak itu sebenarnya sama ketika dia menemukan hal
baru, yaitu selalu memperhatikan segala yang dianggapnya baru baik itu orang asing maupun
benda/ mainan. Selain dari itu kita juga mengetahui bahwa anak perempuan memiliki
kefokusan lebih tinggi dan lebih cepat menangkap pelajaran. Namun , secara kecerdasan
motorik anak laki-laki memiliki keaktifan lebih tinggi dari anak perempuan.
Anak-anak rentang usia 3-5 tahun memiliki semangat belajar atau ingin dimotivasi belajar
dengan cara nyanyian, gerakan atau bisa dikatakan audio visual. Pemberian motivasi lainnya
adalah dengan memberikan pujian dan senang diperhatikan. Ketika seorang guru memberikan
motivasi tersebut anak-anak pasti ada yang merespon dengan negatif dan positif. Respon
negatif adalah rasa syirik anatara satu anak ke anak lain. Respon positif nya adalah ketika
anak tersebut menjadi lebih giat lagi, lebih memperhatikan lagi, dan lebih meningkatkan lagi
kemampuannya agar mendapat pujian atau perhatian dari ibu gurunya.
Di TK Al-Ihsan kita meneliti 2 orang anak yang satu bernama Ali dan yang satu bernama
Rizki, ketika dicaritahu tentang latar belakang orangtuanya. Ali menjadi anak yang aktif dan
cenderung pintar dan cepat menerima pelajaran yang diberikan. Rizki merupakan anak yang
cenderung kurang juga lebih lama menerima pelajaran dari gurunya.
Kelas : B1 kelompok A
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : S1
Golongan Darah :O
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Dari data yang didapatkan diatas dapat diketahui bahwa dilihat dari tingkat pekerjaan
orangtua, cara orangtua mendidik dan memberi perhatian itu berbeda. Lebih perhatian karena
setidaknya dari tingkat pendidikan orangtua, orangtua tersebut memiliki pengetahuan yang
luas tentang bagaimana cara untuk memotivasi anak. Selain itu tahu juga cara tentang
bagaimana meningkatkan perkembangan anak. Salah satu cara meningkatkan motivasi,
orangtua Ali selalu mengantarkan Ali ke sekolah seperti apapun kesibukannya.
Hasil observasi kita membuktikan bahwa Ali, memiliki pengetahuan yang lebih luas dari
teman-temannya. Ketika yang lain baru belajar bagaimana niat wudhu, Ali dengan lantang
bisa menjelaskan bahwa Wudhu itu bisa pakai air dan pakai debu (Tayamum). Ali berkata “
Bu guru, kalau kata Umi aku berwudhu itu bisa pakai debu cara nya gini (dipraktekan)”. Dari
pernyataannya tersebut dapat dilihat bahwa Ali belajar dan mendapatkan informasi pertama
dari orangtuanya.
Golongan Darah :O
Pekerjaan : Supir
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Karyawati
Hasil observasi kita membuktikan bahwa Rizki cenderung lebih pendiam di dalam kelas.
Ketika guru bertanya dikelas, Rizki tidak menjawab dan diam saja. Setelah kami melakukan
wawancara dengan dewan guru, ternyata Rizki setiap hari diantar ke sekolah oleh neneknya,
karena kedua orangtuanya sibuk bekerja. Hal ini membuktikan bahwa motivasi yang
diberikan orangtua sangat kurang dan menyebabkan kurangnya semangat Rizki dalam
menyerap pelajaran.
Hal ini juga berkaitan dengan komunikasi yang diberikan oleh orangtua terhadap anaknya.
Komunikasi merupakan suatu unit dasar organisasi manusia. Keluarga sangat memainkan
perananan dalam mewarnai transformasi sosial dan kultural sebagai penentu maju tidaknya
suatu bangsa. Keluarga yang ideal adalah keluarga yang mampu memenuhi fungsi-fungsi
keluarga, seperti fungsi keagamaan, pendidikan, sosial, ekonomi, kasih sayang, budaya,
perlindungan dan pembinaan lingkungan. Miskomunikasi dapat menyebabkan ketimpangan
dan kesalahpahaman karena orang dapat saja salah menilai oranglain serta oranglain pun
dapat melakukan kesalahan dalam menilai diri kita (Sofyan Sauri, 2006: 58).
Komunikasi pendidikan sebenarnya merupakan komunikasi timbal balik antara pihak satu
dengan yang lain dan mengandung maksud-maksud atau tujuan yang diinginkan. Komunikasi
dalam pendidikan merupakan unsur yang sangat penting kedudukannya. Bahkan sangat besar
peranannya dalam menentukan keberhasilan pendidikan yang bersangkutan. Pelaksanaan
pendidikan dalam keluarga tampak jelas adanya peran komunikasi yang sangat menonjol,
pendidik dalam keluarga adalah ayah atau ibu yang menyampaikan atau mengomunikasikan
nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari kepada anak-anaknya sebagai terdidik.
Kewajiban orangtua terhadap keluarga selain memenuhi kebutuhan lahirnya, juga kebutuhan
batinnya pun sangat dipentingkan (Sofyan Sauri, 2006: 61).
Anak dilahirkan di dunia dalam kondisi serba kurang lengkap; sebab semua naluri, fungsi
jasmaniah, seta rohaniahnya belum berkembanga dengan sempurna. Oleh karena itulah anak
manusia mempunyai kemnungkkinan panjang untuk bebas berkembang. Yaitu “survive”
mempertahankan hidup, dan untuk menyesuaikan diri dalam lingkungannya. Bahkan anak
manusia bisa meningkat pada taraf perkembangan tertinggi pada usia kedewasaannya.
Dikemudian hari ia mampu mengendalikan alam sekitar dan bumi (Kartini
Kartono,1990:107)
Teori informatif pressing adalah teori belajar yang menekankan pada segala informasi yang
sampai pada peserta didik. Dimana informasi pertama yang didapat seseorang peserta didik
adalah dari lingkungan keluarganya, terutama orang tua mereka (Ahmad Subandi,1993:23).
Menata komunikasi dalam keluarga dapat dilakukan dengan pendekatan yang berbeda-beda.
Pendekatan komunikasi dapat dibedakan menjadi 4 komponen yang saling menunjang
keharmonisan suatu keluarga (Sofyan Sauri, 2006: 63), yaitu:
Kewajiban orang tua adalah menolong anak dalam memenuhi kebutuhan hidup anak-
anaknya, akan tetapi tidak boleh berlebih-lebihan dalam menolong sehingga anak tidak
kehilangan kemampuan untuk berdiri sendiri di masa yang akan datang (Chabib Thoha:111).
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan hasil observasi di Bab III maka dapat disimpulkan bahwa jenjang
pendidikan orangtua menjadi salah satu poin yang berpengaruh terhadap perkembangan anak.
Kami membandingkan dua anak dengan jenjang pendidikan orangtua yang berbeda. Ketika
kedua orangtua sibuk bekerja, perhatian yang diberikan orangtua terhadap anak menjadi
kurang. Hal ini mengakibatkan perkembangan anak terhambat. Tetapi ketika orangtua bisa
membagi waktu untuk memberikan perhatian terhadap anak, maka perkembangan anak
disadari atau tidak berkembang secara baik.
DAFTAR PUSTAKA
Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar