Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH EVIDENCE BASED DALAM ASKEB NIFAS DAN

MENYUSUI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan, persalinan, dan
kala nifas serta kembalinya alat reproduksi ke keadaan normal. Tujuan ilmu kebidanan adalah
untuk mengantarkan kehamilan, persalinan, dan kala nifas serta pemberian ASI dengan
selamat dengan kerusakan akibat persalinan sekecil-kecilnya dan kembalinya alat reproduksi
kekeadaan normal. Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan
perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal.
Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan suatu
negara untuk memberikan pelayanan kesehatan. Indonesia, di lingkungan ASEAN,
merupakan negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti
kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan segara untuk memberikan pelayanan
kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.
Dengan perkiraan persalinan di Indonesia setiap tahunnya sekitar 5.000.000 jiwa dapat
dijabarkan bahwa:
1. Angka kematian ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunnya atau terjadi setiap 26-27 menit.
Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 30,5 %, infeksi 22,5.%, gestosis 17′,5 %, dan
anestesia 2,0 %.
2. Kematian bayi sebesar 56/10.000 menjadi sekitar 280.000 atau terjadi setiap 18- 20 menit
sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 49-60 %, infeksi 24-34 %,
prematuritas/BBLR 15-20 %, trauma persalinan 2-7 %, dan cacat bawaan 1-3 %.

Memperhatikan angka kematian ibu dan bayi, dapat dikemukakan bahwa:


1. Sebagian besar kematian ibu dan perinatal terjadi saat pertolongan pertama sangat di
butuhkan.
2. Pengawasan antenatal masih belum memadai sehingga penyulit hamil dan hamil dengan
risiko tinggi tidak atau terlambat diketahui.
3. Masih banyak dijumpai ibu dengan jarak hamil pendek, terlalu banyak anak, terlalu muda,
dan terlalu tua untuk hamil.
4. Gerakan keluarga berencana masih dapat digalakkan untuk meningkatkan sumber daya
manusia melalui norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS).
5. Jumlah anemia pada ibu hamil cukup tinggi.
6. Pendidikan masyarakat yang rendah cendrung memilih pemeliharaan kesehatan secara
tradisional, dan belum siap menerima pelaksanaan kesehatan modern.

Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang dialami sebagian besar
negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha yang sangat penting untuk
dapat mencapai peningkatan pelayanan kebidanan yang menyeluruh dan bermutu yaitu
dilaksanakannnya praktek berdasar pada evidence based. Dimana bukti secara ilmiah telah
dibuktikan dan dapat digunakan sebagai dasar praktek terbaru yang lebih aman dan
diharapkan dapat mengendalikan asuhan kebidanan sehingga mampu memberikan pelayanan
yang lebih bermutu dan menyeluruh dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan
angka kematian perinatal.

1.2 Tujuan
Tujuan makalah ini adalah : .
1. Untuk mengetahui informasi tentang evidence based kebidanan
2. Untuk mengetahui informasi evidence based pada asuhan Postnatal terkini

1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa tentang evidence based kebidanan.
2. Untuk meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa tentang evidence basedpada Asuhan post
natal terkini.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Evidence Based


1. Pengertian Evidence Based
Pengertian evidence Base jika ditinjau dari pemenggalan kata (Inggris) maka evidence
Base dapat diartikan sebagai berikutEvidence adalah Bukti atau fakta dan Based adalah
Dasar. Jadi evidence base adalah: praktik berdasarkan bukti.
Evidence Based Midwifery (Practice) didirikan oleh RCM dalam rangka untuk
membantu mengembangkan kuat profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan
tubuh bidan berorientasi akademis. EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal
mandiri untuk penelitian murni bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris
pada tahun 2003 (Hemmings et al, 2003). Itu dirancang 'untuk membantu bidan dalam
mendorong maju yang terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan
perawatan untuk ibu dan bayi '(Silverton, 2003). EBM mengakui nilai yang berbeda jenis
bukti harus berkontribusi pada praktek dan profesi kebidanan. Jurnal kualitatif mencakup
aktif serta sebagai penelitian kuantitatif, analisis filosofis dan konsep serta tinjauan pustaka
terstruktur, tinjauan sistematis, kohort studi, terstruktur, logis dan transparan,
sehingga bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk praktek, pendidikan dan
penelitian lebih lanjut.
Jadi pengertian Evidence Base-Midwifery dapat disimpulkan sebagai asuhan
kebidanan berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji menurut metodologi ilmiah yang
sistematis.

2. Manfaat Evidence Base


Manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan Evidence Base antara lain:
a. Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti ilmiah
b. Meningkatkan kompetensi (kognitif)
c. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam memberikan asuhan yang
bermutu
d. Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien mengharapkan
asuhan yang benar, seseuai dengan bukti dan teori serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
2.2 Postnatal Care
1. Pengertian Asuhan Postnatal Care
Posnatal artinya suatu periode yang tidak kurang dari 10 atau lebih dari 28 setelah
persalinan. Dimana selama waktu itu kehadiran yang continue dari bidan kepada ibu dan bayi
sedang di perlukan bertujuan untuk mendeteksi dini adanya kompiliasi dan penyulit pada
masa postnatal.

2. Konsep dasar masa nifas


1. Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung
kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau ± 40 hari
(Prawirohardjo, 2002).

2. Masa nifas (puerperium) adalah pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat –
alat kandung kembali seperti pra hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu
(Mochtar, 1998).

3. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul
Bari,2000:122).

4. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi
minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil
yang normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).

3. Peran dan Tanggung Jawab Bidan


Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum.
Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :

 Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan


kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.

 Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.


 Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
 Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan
mampu melakukan kegiatan administrasi.
 Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
 Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta
mempraktekkan kebersihan yang aman.
 Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk
mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan
ibu dan bayi selama periode nifas.
 Memberikan asuhan kebidanan secara professional.
 Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam peranannya sebagai
orang tua.

4. Tahapan Masa Nifas


Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :

 Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan.
 Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6 – 8
minggu.
 Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat sempurnah
baik selama hamil atau sempurna berminggu – minggu, berbulan – bulan atau tahunan.

5. Perubahan fisik masa nifas


 Rasa Kram dan mules dibagian bawah perut akibat penciutan rahim (involusi)
 Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (Lochia)
 Kelelahan karena proses melahirkan.
 Pembentukan ASI sehingga payudara membesar.
 Kesulitan buang air besar (BAB) dan BAK.
 Gangguan otot (betis, dada, perut, panggul dan bokong)
 Perlukaan jalan lahir (lecet atau jahitan)
Perubahan psikis masa nifas

 Perasaan ibu berfokus pada dirinya, berlangsung setelah melahirkan sampai hari ke 2 (Fase
Taking In)
 Ibu merasa merasa kwatir akan ketidak mampuan merawat bayi, muncul perasaan sedih (Baby
Blues disebut Fase Taking Hold (hari ke 3 – 10)
 Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya disebut Fase Letting Go. (hari ke 10-
akhir masa nifas)
6. Pengeluaran lochea terdiri dari :
o Lochea rubra : hari ke 1 – 2.
Terdiri dari darah segar bercampur sisa-sisa ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix
kaseosa, lanugo, dan mekonium

o Lochea sanguinolenta : hari ke 3 – 7


Terdiri dari : darah bercampur lendir, warna kecoklatan.

o Lochea serosa : hari ke 7 – 14.


Berwarna kekuningan.

o Lochea alba : hari ke 14 – selesai nifas


Hanya merupakan cairan putih lochea yang berbau busuk dan terinfeksi disebut lochea
purulent.

7. Tujuan kunjungan masa nifas yaitu:


 Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
 Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu
nifas dan bayinya.
 Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
 Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas
maupun bayinya.

8. Kunjungan masa nifas terdiri dari :


1. Kunjungan I : 6 – 8 jam setelah persalinan, tujuannya :
 Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
 Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila perdarahan berlanjut.
 Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
 Pemberian ASI awal.
 Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
 Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
2. Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan, tujuannya :
 Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus,
tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
 Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal.
 Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat.
 Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda – tanda penyakit
 Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari– hari
3. Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan.
Tujuannya : sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan )

4. Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan.


Tujuannya :

a). Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami.

b). Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar, 1998).

9. Perkembangan Evidence Base dalam praktik Kebidanan postnatal care :

Kebiasaan Keterangan
Tampon Vagina Tampon vagina menyerap darah tetapi tidak
menghentikan perdarahan, bahkan perdarahan tetap
terjadi dan dapat menyebabkan infeksi
Gurita atau sejenisnya Selama 2 jam pertama atau selanjutnya penggunaan
gurita akan menyebabkan kesulitan pemantauan
involusio rahim
Memisahkan ibu dan bayi
Bayi benar-benar siaga selama 2 jam pertama setelah
kelahiran. Ini merupakan waktu yang tepat untuk
melakukan kontak kulit ke kulit untuk mempererat
bonding attachment serta keberhasilan pemberian ASI

2.3 Asuhan Kebidan Postnatal


a. Deteksi dini komplikasi masa postnatal
b. Persiapan pasien pulang
c. Home visit dalam asuihan postnatal
d. Suport sistem dalam asudan postnatal
e. Breastfeeding
f. Peran menjadi orang tua
g. Kelompok ibu postpartum

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang dialami sebagian
besar negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha yang sangat penting
untuk dapat mencapai peningkatan pelayanan kebidanan yang menyeluruh dan bermutu yaitu
dilaksanakannnya praktek berdasar pada evidence based. Dimana bukti secara ilmiah telah
dibuktikan dan dapat digunakan sebagai dasar praktek terbaru yang lebih aman dan
diharapkan dapat mengendalikan asuhan kebidanan sehingga mampu memberikan pelayanan
yang lebih bermutu dan menyeluruh dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan
angka kematian perinatal.

3.2 SARAN
Diharapkan akan adanya peningkatan jumlah bidan terlibat dalam penelitian, akan
pengetahuan berdasar bukti mengenai asuhan kebidanan khususnya dalam memberikan
pelayanan kesehatan pada ibu dan anak dalam upaya penurunan AKI dan AKB.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2001, Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan, EGC : Jakarta..

Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Edisi Baru Dengan Resusitasi, Jakarta.

Pusdiknakes – WHO – JHPIEGO, 2003, Asuhan Intrapartum, Jakarta.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Eviden Based” ini dengan lancar.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Asuhan Kebidanan
Persalinan Dan Bayi Baru Lahir atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini, sehingga
dapat diselesaikannya makalah ini dengan baik.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang jauh lebih baik.

Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai masa nifas dan eviden based, khususnya
bagi penulis.

Palembang, Desember 2015

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………ii

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………..………..1

1.2 TujuanPenulisan ………………..............……………………………………......1

1.3 Manfaat……………………………………………………………….…………..2

PEMBAHASAN

2.1 Masa Nifas………………………………………………………………………3

2.2 Evidenbce Based………………………………………………………………..4

PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………..………………..……... 10

3.2 Saran…………………………………………………………..……………. …..10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan, persalinan, bayi baru
lahir, dan kala nifas serta kembalinya alat reproduksi ke keadaan normal. Tujuan ilmu kebidanan
adalah untuk mengantarkan kehamilan, persalianan, dan kala nifas sertapemerian ASI dengan
selamat dengan kerusakan akibat persalinan sekecil-kecilnya dan kembalinya alat reproduksi
dalam keadaan normal.
Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan suatu
Negara untuk memberikan pelayanan kesehatan. Indonesia, merupakan Negara yang angka
kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan
kesehatan segera untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang
bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.
EBM didirikan Oleh RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat
professional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorietasi akademis. EBM secara
resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian murni bukti pada konferensi
tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada tahun 2003. Itu dirancang untuk membantu bidan dalam
mendorong maju yang terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan
perawatan untuk ibu dan bayi.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui lebih jelas tentang konsep nifas.
2. Untuk mengetahui Informasi Eviden Based pada masa nifas.

1.3 Manfaat Penulisan


1. Mahasiswa mampu memahami konsep pada ibu nifas dan mengaplikasikannya.
2. Mahasiswa mampu meningkatkan pengetahuan tentang evidence based pada masa nifas
BAB II

PEMBAHASAN
2.1MASA NIFAS

2.1.1 Pengertian Masa Nifas

Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali sepeti keaadaan semula( sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-
kira 6 minggu.

Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan, baik
secara fisik maupun psikologis sebenarnya sebagian besar bersifat fisiologis, namun jika tidak
dilakukan pendampingan melalui asuhan kebidanan maka tidak menutup kemungkinan akan
terjadi keadaan patologis.

2.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas

Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk:

 Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu.


 Pencegahan diagnosa
 Merujuk ibu keasuhan tenaga ahli bilamana perlu
 Medukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan ibu untuk mampu
melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya khusus.
 Imunisasi ibu terhadap tetanus
 Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak, serta peningkatan
pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak.

2.1.3 Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas

Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas ini, antara lain sebagai:

 Teman terdekat, sekaligus pendamping ibu nifas dalam menghadapi saat-saat kritis masa nifas.
 Pendidik dalam usaha pemberian pendidikan kesehatan terhadap ibu dan keluarga.
 Pelaksana asuhan kepada pasien dalam hal tindakan perawatan, pemantauan, penanganan
masalah, rujukan, dan deteksi dini komplikasi masa nifas.

2.1.4 Tahapan Masa Nifas


Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu puerperium dini, puerperium intermedial dan
remote puerperium.

1) Puerperium dini
Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2) Puerperium intermedial
Peurperium intermedial merupakn masa kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia, yang lamanya
sekitar 6-8minggu.
3) Remote puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi . waktu untuk sehat sempurna
dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan.

2.2 EVIDENCE BASED

2.2.1 Pengertian evidence based p

Pengertian evidence based jika ditinjau dari pemenggalan kata ( inggris ) maka evidence based
dapat diartikan sebagai berikut evidence adalah bukti atau fakta dan based adalah dasar. Jadi
evidence based adalah praktik berdasarkan bukti.

Evidence based midwifery (pranctice) didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu
mengembangkan kuat profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorientasi
akademis. EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian murni
bukti pada konferensi tahunan di RSCM Harrogate, inggris 2003 (hemmings et al, 2003). Itu
dirancang untuk membantu bidan dalam mendorong maju yang terikat pengetahuan kebidanan
dengan tujuan utama meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi.

Jadi pengertian evidence based midwifery dapat disimpulkan sebagai asuhan kebidanan
berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji menurut metodologi ilmiah yang sistematis.

2.2.2 Manfaat Evidence Based

 Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti ilmiah.
 Meningkatkan kompetensi (kognitif)
 Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagai profesional dalam memberikan asuhan yang
bermutu.
 Memenuhi kepuasan pasien yang mana dalam asuhan kebidanan klien mengharapkan asuhan
yang benar, sesuai dengan bukti dan teori serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.2.3 Perkembangan Evidence Based dalam Kebidanan Postnatal Care

Pada proses asuhan masa nifas ada beberapa hal yang dahulunya bahkan sampai sekarang
kita lakukan dan ternyata setelah dilakukan penelitian ternyata tidak bermanfaat dan bahkan
merugikan pasien.

NO Tindakan yang dilakukan Sebelum EBM Setelah EBM

1. Pemakaian Tampon Vagina Tampon menyerap Tampon dapat


pendarahan tapi tidak menyebabkan infeksi.
mengehentikan
pendarahan.

2. Perawatan Terpisah (ibu Bayi benar-benar siaga Untuk mempererat


dan bayi) selama 2 jam pertama. bounding attachment.

3. Pemakaian Gurita atau Gurita untuk memperbaiki Gurita


sejenisnya bentuk tubuh ibu mempersulit
pemantauan involusio
rahim dan dapat
menyebabkan infeksi.

4. Perawatan Tali Pusat Perawatan tali pusat Perawatan tali pusat


dikasih alkohol dan sekarang hanya
betadine. menggunakan kasa
steril.

Dari tindakan diatas telah dilakukan penelitian sehingga dapat dikategorikan aman untuk
asuhan pada ibu nifas dan bayi baru lahir hasil penelitiannya:

A. Penggunaan Tampon Vagina


Tampon vagina menyerap darah tetapi tidak menhentikan pendarahan, bahkan
pendarahan tetap terjadi dan dapat menyebabkan infeksi.

B. Bounding Attacment
Bounding Attacment adalah sentuhan awal atau kontak kulit antara ibu dan bayi pada
menit-menit pertama sampai beberapa jam setelah kelahiran bayi. Dalam hal ini kontak ibu dan
ayah akan menentukan tumbuh kembang anak menjadi optimal. Pada proses ini penggabungan
berdasarkan cinta dan penerimaan yang tulus dari orangtua terhadap anaknya dan memberikan
dukungan asuhan dalam perawatannya. Kebutuhan untuk menyentuh dan disentuh adalah kunci
dari insting primata. Bayi memepelajari lingkungan dengan membedakan sentuhan dan
pengalaman dan benda yang lembut dan keras, sama halnya dengan membedakan suhu panas
dan dingin.
Menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh
dari kontak dini:
a. Kadar oksitosin meningkat
b. Refleks menghisap dilakukan dini
c. Pembentukkan kekekbalan aktif dimulai.
d. Mempercepat proses ikatan antara orangtua dan anak

Prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan Bouding Attachment


a. Dilakukan segera
b. Sentuhan orangtua pertama kali
c. Kesehatan emosional orangtua
d. Terlibat pemberian dukungan pada proses persalinan
e. Adaptasi
f.Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak
g. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi,
menurunkan rasa sakit ibu dan memberi trasa nyaman.
h. Penekanan pada hal-hal positif.
i. Libatkan anggota keluarga
j. Ionmformasi bertahap tentang bounding attachment

C. Pemakaian Gurita dan Sejenisnya


Wanita yang setelah melahirkan pasti ingin tubuhnya kembali seperti semula/ langsing.
Maka darti itu kebanyakan orang inigin memakai gurita/stagen.
Pada dasarnya, dunia kesehatan tidak menganjurkan setiap pasien bersalin untuk memakai
stagen atau gurita. Stagen atau gurita tidak memberikan efek positif dalam mengecilkan atau
mengencangkan perut karena sifatnya yang pasif. Pada saat memakai stagen atau gurita perut
memang terasa kencang, namun setelah dilepas perut akan kendur seperti semula.
Ibu yang melahirkan melalui proses operasi, dan jahitan berada di tengah perut paling tidak
memakai gurita setelah satu minggu setelah persalinan. Ini untuk memberi waktu agar jahitan
bekas operasi kering. Karna jika memakai gurita pada jahitan masih basahakan membuat jahitan
akan parah, jahitan bisa terbuka kembali, atau bahkan bernana dan akan berakibat infeksi.
Saat hamil otot-otot menjadi kendur, khususnya otot dinding perut dan dasar panggul.
Untuk mengatasinya, jalan paling baik dan sehat adalah dengan senam atau berolahraga yang
dapat kembali mengencangkan otot dinding perut.
Pengencangan otot panggul bisa juga melakukan senam kegel. Senam kegel berfungsi untuk
menguatkan otot-otot dasar panggul dan saluran kemih yang mampu mencegah mengompol
ketika persalinan berlangsung. Dan juga bisa melakukan dengan senam nifas yang dilakukan
seusai melahirkan. Senam ini lebih bermanfaat untuk mengembalikan kekencangan perut usai
melahitkan, dengan cara yang tidak menyiksa dan jauh lebih sehat

D. Perawatan Tali Pusat


Banyak pendapat tentang cara terbaik untuk merawat tali pusat. Telah dilaksanakan
beberapa uji klinis untuk membandingkan cara penanganan tidak ada peningkatan kejadian
infeksi pada laka tali pusat dibiarkan dan tidak melakukan apapun selain membersihkan tali pusat
dengan air bersih. Untuk di waspadai bagi negara-negara yang beriklim tropis, penggunaain
alkohol yang populer dan terbukti ekfektif di daerah panas alkohol mudah menguap dan menjadi
openurunan aktifitasnya,
Bedak antiseptik tuja dapat kehilangan efektifitasnya terutama dalam suasana kelembapan
tinggi (apabila tidak dijaga). Sehingga penggunaan bahan tersebut dapat meningkatkan infeksi,
kecuali bila obat tersebut dapat dijaga agar tetap kering dan dingin. Kerena tidak ada bukti kuat
dari penggunaan alkohol tersebut mahal serta sulit untuk mendapat bahan yang berkualitas,
untuk sementara agar ibu nifas membiarkanluka tali pusat mengagering sendiri. Hasil penelkitian
tersebut diatas menunjukan bahwa dewngan membiarkan talipudsat mengering sendiri dan hanya
membersikan tiap hari dengan air bersih , merupakan cara paling cost effektive untuk perawatan
tali pusat.
Bidan hendaknya menasehati ibu agar tidak membubukan apapun di sekitar tali pusat
karena dapaty menyebabkan infeksi. Hal ini disebabkan karena meningkatnya kelembaban (akibat
penyerapan dari bahan tersebut ) badan bayi sehingga menciptakan kondisi yang ideal untuk
tumbuhnya bakteri. Penting untuk dinasehatkan kepada ibu agar tidak membubuhkan apapun
dan hendaknya tali pusat dibiarkan membuka agar tetap keringatau dibalut dengan kasa kering.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan tingginya AKI dan perinatal yang dialami sebagian besar negara berkembang . maka
WHO menetapkan salah satu usaha yang dapat mencapai peningkatan pelayanan kebidanan yang
menyeluruh dan bermutu yaitu dilaksanakannya praktek berdasarpada evidenc based.

3.2 Saran
Diharapkan akan adanya peningkatan jumlah bidan terlibat dalam penelitian, akan
pengetahuan berdasar bukti mengenai asuhan kebidanan khususnya dalam memberikan
pelayanan kesehatan pada ibu dan anak dalam upaya penurunan AKIdan AKB.

| 0 komentar

Share




0 komentar:
Posting

Anda mungkin juga menyukai