Anda di halaman 1dari 4

KIAT DAN PENGETAHUAN TAMBAHAN BAGI PERAWAT INDONESIA YANG INGIN

BEKERJA DI LN
Untuk perawat Indonesia yang saat ini tertarik bekerja diluar negeri terutama di negara-negara
Eropa, Amerika, Australia, Timur tengah dan juga Asia, maka diperlukan kiat-kiat dan
pengetahuan tambahan. Meskipun saat ini banyak lembaga baik Agency/PJTKI, Pusgunakes
(Pusat Pendayagunaan Tenaga Kesehatan)www.pusgunakes.co.id, bahkan lembaga pendidikan
(AKPER, STIKES dan FIK/PSIK), yang mulai mengarahkan pendayagunaan dan penempatan
lulusannya untuk bekerja diluar negeri, namun sangat tergantung kepada kesiapan individu
perawat yang bersangkutan.

Ada beberapa kiat-kiat dan pengetahuan yang perlu diketahui, yang mungkin saja tidak diperoleh
saat perkuliahan meliputi :
1. Cara mencari peluang/lowongan kerja di luar negeri
2. Test tulis keperawatan (NCLEXdan CGFNS)
3. Test bahasa Inggris (TOEFL, IELTS dan TOEIC)
4. Pengurusan passport,visa dan persiapan keberangkatan
5. Standart gaji/salary, biaya hidup/living cost, property, dan masalah pendidikan.
6. Kesiapan fisik, mental, adaptasi sosio-kultural dan waktu proses/ tunggu keberangkatan.
Kesemuanya dapat pelajari sejak masa kuliah, sehingga menginspirasi teman-teman perawat
Indonesia untuk mencoba sesuatu hal yang baru. Terutama bagi mereka yang telah
menyelesaikan pendidikan keperawatan dari AKPER ataupun S1 Keperawatan, dan memiliki
pengalaman bekerja minimal 2 (dua) tahun, yang berminat dan ingin mencoba untuk dapat
bekerja di pelayanan klinik di RS/klinik diluar negeri .
Ada beberapa kelebihan dan peluang bagi perawat Indonesia yang berminat bekerja diluar
negeri. Saat ini sebenarnya sangat banyak sekali permintaan perawat untuk bekerja diluar (job
order), hanya saja permintaan tersebut belum dapat dimaksimalkan oleh perawat Indonesia.
Banyak pula sebetulnya kesempatan dan keunggulan yang diperoleh bagi perawat Indonesia jika
dapat bekerja diluar negeri dengan kemungkinan dapat meningkatkan pengetahuan meliputi
konseptual skill, tehnikal skill dan managerial skill dalam bidang keperawatan sesuai standart
internasional, peningkatan kemampuan berbahasa inggris sebagai bahasa internasional, peluang
belajar/melanjutkan pendidikan diluar negeri dan peningkatan kesejahteraan perawat itu sendiri.
Namun itu semua terpulang kembali kepada motivasi dan keinginan individu perawat itu sendiri,
dimana trendnya memang banyak perawat Indonesia yang saat ini banyak bekerja diluar negeri
adalah mereka yang berada di usia early middle age (25 – 30 tahun) dan middle age (30 – 40
tahun). Hal ini dengan asumsi pada usia early middle age adalah perawat yang baru saja lulus
pendidikan AKPER/S1 yang tentu saja mereka adalah pencari kerja dan memutuskan bekerja
diluar negeri dengan motivasi pengalaman dan gaji yang lebih besar daripada bekerja di
Indonesia dan perawat yang berada di middle age adalah yang selama ini tidak puas dengan
kondisi bekerjanya di Indonesia dengan motivasi yang hampir sama. Kedua kelompok perawat
pada usia tersebut adalah usia produktif, yang tentu saja perlu dibekali dengan pengetahuan
tambahan agar dapat memotivasi dan mempermudah mereka dapat bekerja diluar negeri.
Hanya saja memang mestinya ada target-target angka dari lembaga/pengelola penempatan
perawat atau PPNI sebagai organisasi profesi, misalnya dapat menjadikan hal ini dalam program
yang terintegrasi. Sehingga banyaknya lulusan D3/S1 yang belum bekerja saat ini dapat
dijembatani dengan Program Penempatan Perawat Indonesia diluar negeri yang
terintegrasi dalam model konsursium nasional . Saat ini ada sekitar 250.000 perawat Indonesia,
seandainya kita mematok target di tahun 2010 katakan saja 10%-nya bekerja diluar negeri, maka
ada 25.000 perawat (saat ini baru 5.000) perawat Indonesia yang bekerja diluar negeri. Angka
tersebut masih kecil sekali, jika dibandingkan 40% total perawat India dan Philipina yang
bekerja di luar negaranya, dimana mereka memang terinspirasi sejak di perkuliahan.
Berikut ini merupakan informasi tambahan untuk teman-teman perawat yang berminat dan ingin
mencoba untuk dapat bekerja di luar negeri :
1. Cara mencari peluang/lowongan kerja di luar negeri
• Mencari peluang penempatan melalui agency atau PJTKI di Indonesia yang selama ini telah
menempatkan perawat di LN seperti : PT.Binawan Inti Utama, PT Amri, dsb
• Menghubungi kedubes atau lembaga asing : British Council, AUSAID
• Aktif aplikasi on-line melalui
internet, ]www.gunamandiri.com, www.allnurses.com,www.perawat.blogspot.com, www.indonu
rse.blogspot.com,
• Mencari sponsor langsung bersifat individu, LSM atau kelembagaan
• Melalui pendidikan/sekolah di luar negeri
2. Test tulis keperawatan (NCLEX-RN Test dan CGFNS)
Untuk dapat mempersiapkan diri dalam test tulis keperawatan, maka secara Internasional semua
negara mengadopsi model NCLEX-RN (The National Council Licensure Examination for
Registered Nurses) dan CGFNS (The Commission on Graduates of Foreign Nursing Schools),
yang tentu saja perlu dipelajari oleh perawat Indonesia.
Test NCLEX-RN dan CGFNS ini terdiri dari rangkaian pertanyaan simultan dalam konsep
keperawatan yang terdiri dari 5 tahapan proses keperawatan (Pengkajian-Analisa-Perencanaan-
Inplementasi-Evaluasi) dan 4 konsep katagori kebutuhan manusia (Safe effective care
environtment – Health promotion and maintenance – Psychosocial integrity – Physiological
Integrity).
NCLEX-RN test adalah test dasar entry-level untuk praktek keperawatan di 50 negara bagian
USA, yang saat ini banyak diadopsi negara lain. Banyak buku-buku tentang NCLEX seperti
karangan Kaplan, Saunders, Mosby, dsb. Atau kunjungi
wesitewww.nclex.com, www.kaptest.com, dsb. Secara umum test ini menggunakan computer
dengan model CAT (Computer Adaptive Test) dengan jumlah total pertanyaan 75 – 265
pertanyaan berupa multiple choice, dengan waktu test maksimal 5 jam.Apabila anda dapat
memenuhi mimimal kompetensi dan passing grade maka dalam batas minimal 75 soal anda bisa
dinyatakan lulus/tidak dan computer tersebut akan memberikan penilaian langsung, atau dengan
maksimal 265 soal/maksimal 5 jam waktu test. Apabila anda berminat test NCLEX hanya dapat
dilaksanakan di Hongkong(untuk kawasan Asia) atau langsung di USA. Jadual test ini bersifat
individu sesuai dengan hasil aplikasi masing-masing (tidak terjadual).
Semua negara bagian di USA mensyaratkan test NCLEX-RN dan untuk lulusan S1 Keperawatan
(BSN) dapat langsung untuk dapat menempuh test ini, sedangkan mereka yang lulusan
AKPER/D3 Keperawatan mereka harus menempuh CGFNS test terlebih dahulu, untuk dapat
bekerja di USA. Untuk negara-negara di Timur tengah mereka hanya mengadopsi soal-soal test
keperawatan dari buku-buku NCLEX saja, dan tidak menggunakan test dengan model
CAT/computer.
Test CGFNS dapat diaplikasi melalui www.cgfns.or , untuk kawasan asia test ini dapat
dilaksanakan di Jakarta (kode 192), Bangkok, Manila dan Hongkong. Test ini terjadual dan
berlangsung 3 (tiga) kali setahun untuk 2 tahun terakhir (Desember 2005, Mei dan Agustus 2006,
Januari, Mei dan September 2007). Secara umum untuk negara lain diluar USA tidak
mensyaratkan test ini, dan setiap lulusan D3/AKPER perlu lulus test CGFNS sebelum
menempuh NCLEX-RN test (tidak semua negara bagian). Test CGFNS menggunakan model test
tertulis biasa, dengan total soal 270 soal yang harus diselesaikan dalam 4 jam.
.
3. Test bahasa Inggris (TOEFL, IELTS dan TOEIC)
Setiap negara memiliki ketentuan dan requirement yang berbeda-beda tentang passing grade
kemampuan bahasa Inggris perawat yang dibutuhkannya. Untuk negara-negara di Timur Tengah
dan Asia, mereka tidak memerlukan passing grade hanya saja diharapkan kandidat perawat
memiliki kemapuan TOEFL minimal diatas 400. Untuk negara-negara di Eropa, Amerika dan
Australia diharapkan dapat minimal score TOEFL 540, TOEIC 725 dan IELTS 6.5.
4. Pengurusan passport,visa dan keberangkatan
Ada baiknya setelah lulus proses seleksi lebih baik menggunakan agency/PJTKI yang memang
telah berpengalaman untuk negara tujuan. Yang terpenting adalah mesti mensiapkan dokumen
dan biaya, dan memiliki informasi karena setiap agency/PJTKI memiliki link/pengalalaman yang
berbeda-beda, karena Agency “A” bisa masuk ke negara USA, tetapi mungkin tidak punya link
ke timur tengah, atau sebaliknya. Sehingga jangan sampai kita salah memilih agency/PJTKI yang
mestinya akan membantu kita.
5. Standart gaji/salary dan biaya hidup/living cost.
Perlu dipertimbangkan jangan hanya melihat besaran salary (rata2 U$ 1.000 – U$ 5.000/month),
pertimbangkan juga apakah negara tempat bekerja memberlakukan tax (berapa prosentasenya),
biaya hidup minimal/living cost meliputi flat/apartement (biaya terbesar), makan dan trasportasi
dan kebutuhan komunikasi dan telekomunikasi.
Pertimbangkan juga kondisi negara tujuan menjebak kita menjadi lebih berpikir bekerja diluar
negeri sebagai “asset” atau malahan menjadi “liabilitas” semata.
Usahakan mendapat informasi tentang berapa salary/hour, sistem tax, biaya flat dan living
costnya. Seperti kelebihan bekerja di negara-negara Timur tengah adalah free tax dan umumnya
disediakan akomodasi (flat, makan dan antar jemput, serta tiket bahkan pendidikan untuk
keluarga). Untuk negara-negara di Amerika, Eropa dan Australia living cost, flat dan transportasi
sebaiknya diperhitungkan dengan matang.
6. Kesiapan fisik, mental, adaptasi sosio-kultural dan waktu tunggu/waktu keberangkatan.
Setelah perawat dinyatakan lulus seleksi, maka ada faktor penting yang perlu dipertimbangkan
melalui kesiapan fisik (lulus medical test) minimal Chest – XR (bebas TB), HCV/HCB negatif
dan HIV/AIDS negatif. Kesiapan mental meliputi informasi awal tentang masing-masing
keadaan sosio-kultural negara tujuan adalah penting, namun secara umum kondisi bekerja diluar
negeri sangat berbeda dengan saat kita bekerja di Indonesia. Rata-rata jam kerja hampir sama 40
– 48 jam kerja/minggu, namun tuntutan pelayanan kesehatan yang professional, cepat dan akurat
menuntut kita lebih disiplin dan “kerja keras”.
Perlu juga disiapkan contact person sebagai teman untuk membantu kita, terutama di negara
yang bersangkutan yang lebih dulu bekerja dan memahami keadaan lingkungan sekitar tersebut.
Dan culture shock, kendala bahasa, konflik di tempat kerja, isolasi antar negara, dan perasaan
jauh dari keluarga dan teman adalah hal yang pasti akan dialami, tinggal bagaimana kita
mensiasatinya kearah konstruktif.
Waktu tunggu saat mengikuti pelatihan hingga keberangkatan rata-rata 2 -5 tahun, sehingga saat
memutuskan untuk bekerja diluar negeri tidak lantas berpikir cepat untuk berangkat. Ada
baiknya selama proses pelatihan – pemberangkatan, diharapkan sambil tetap bekerja di Indonesia
dengan asumsi tetap mendapatkan pengalaman dan ada penghasilan selama mengikuti proses ini.
Dengan tetap berpikir positif, yakin dan percaya bahwa pilihan bekerja diluar negeri
sebagai “exit plan” adalah sebuah solusi semakin tingginya jumlah perawat kita yang tidak
bekerja. Diluar perlu adanya antisipasi pasca kontrak kerja berakhir, dan adanya
kemungkinan “brain drain”, dimana semakin banyak tenaga professional perawat berpindah dari
Indonesia ke luar negeri. Tetapi 2 sisi peningkatan kesejahteraan dan peningkatan jenjang
pendidikan perawat adalah kunci dari semua permasalahan yang ada pada perawat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai