Pengertian
Acute Lymphoblastic Leukemia adalah bentuk akut dari leukemia yang
diklasifikasikan menurut sel yang lebih banyak dalam sumsum tulang, yaitu
berupa limfoblast, pada leukemia terjadi sel leukosit yang abnormal, ganas,
(Mutaqin, 2009).
darah yang berasal dari sumsum tulang yang ditandai adanya proliferasi sel-
sel darah putih dengan manifestasi adanya sel-sel abnormal dalam darah
(Desmawati, 2013).
bahwa Acute Lymphoblastic Leukemia adalah suatu kelainan pada sel darah
putih pada sumsum tulang belakang yaitu berupa limfoblast yang ditandai
dengan adanya proliferasi sel darah putih yang abnormal, ganas atau sel
patologis dari sistem limfopoeetik yang mengakibatkan organomegali dan kegagalan organ (Tarwoto, 2008), pada leukimia jenis
Acute Lymphoblastic Leukemia terjadi kerusakan pada limfoid dengan karakteristik proliferasi sel limfoid imatur pada sumsum
tulang. Limfadenopati, hepatosplenomegaly dan gangguan susunan syaraf pusat dapat terjadi pada jumlah leukosit sampai dengan
100.000/mm³. Berikut klasifikasi Acute Lymphoblastic Leukemia menurut FAB (Frech, British, and American) dalam buku
Handayani (2008):
a. Secara morfologis, Acute Lymphoblastic Leukemia dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1) L1 : Acute Lymphoblastic Leukemia dengan jenis sel limfoblast kecil-kecil dan merupakan 84% dari
2) L2 : Jenis sel nya lebih besar, inti regular, kromatin bergumpal, nucleoli prominen dan sitoplasma cukup banyak
sekitar 14% dari Acute Lymphoblastic Leukemia dan biasanya terjadi pada orang dewasa.
3) L3 : Acute Lymphoblastic Leukemia mirip dengan limfoma burkitt, yaitu sitoplasma basophil dengan banyak
b. Secara imunofenotipe Acute Lymphoblastic Leukemia dapat dibagi menjadi empat golongan besar yaitu sebagai berikut :
b. Null ALL : Frekuensi relatif pada anak-anak 12% dan dewasa 38%
c. T-ALL : Frekuensi relatif pada anak-anak 12% dan dewasa 10%
C. Etiologi
Menurut Desmawati, (2013) penyebab dari penyakit ini belum diketahui secara pasti, diduga kemungkinan karena virus
a. Radiasi
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang dapat menyebabkan leukimia, dibuktikan bahwa penderita yang diobati
dengan sinar radiasi akan menderita leukimia pada 6% klien, dan baru terjadi sesudah 5 tahun (Handayani, 2008).
b. Bahan kimia
Terdapat beberapa zat kimia yang telah diidentifikasi dapat mempengaruhi frekuensi leukimia seperti : bensol, arsen,
c. Herediter
Penderita Down Syndrome, suatu penyakit yang disebabkan oleh kromosom-kromosom abnormal mungkin meningkatkan
leukimia. Down Syndrome memiliki insiden leukimia akut 20 kali lebih besar daripad orang normal.
d. Virus
Virus dapat menyebabkan leukimia seperti retrovirus, virus leukimia feline, HTLV-1 pada dewasa.
D. Patofisiologi
Jaringan pembentuk darah ditandai oleh pergantian sel yang sangat cepat. Normalnya produksi sel darah tertentu dari
perkussor sel stem diatur sesuai kebutuhan tubuh. Apabila mekanisme yang mengatur produksi sel tersebut terganggu, sel
akan membelah diri sampai ketingkat sel yang membahayakan (proliferasi neoplastik). Proliferasi neoplastik dapat terjadi
karena kerusakan sumsum tulang akibat radiasi, virus onkogenik, maupun herediter.
Sel polimorfonuklear dan monosit normalnya dibentuk hanya dalam sumsum tulang. Sedangkan limfosit dan sel
plasma dihasilkan dalam berbagai organ limfogen ( kelenjar limfe,limpa, timus, tonsil). Beberapa sel darah putih yang
dibentuk dalam sumsum tulang, khususnya granulist, disimpan dalam sumsum tulang sampai mereka dibutuhkan dalam
sirkulasi. Bila terjadi kerusakan sumsum tulang, misalnya akibat radiasi atau bahan kimia, maka akan terjadi proliferasi sel-sel
Secara imunologik, pathogenesis leukimia dapat diterangkan, bila virus dianggap sebagai penyebabnya karena pada
Acute Lymphoblastic Leukemia belum diketahui secara jelas etiologinya. Bila virus onkogenik sebagai penyebabnya, virus
onkogenik mempunyai struktur antigen tertentu, maka virus tersebut dengan mudah akan masuk kedalam tubuh manusia dan
merusak mekanisme proliferasi. Seandainya struktur antigennya sesuai dengan struktur antigen manusia tersebut, maka virus
mudah masuk. Bila struktur antigen individu tidak sama dengan struktur antigen virus, maka virus tersebut akan ditolaknya.
Struktur antigen ini terbentuk antigen dari berbagai alat tubuh, terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di permukaan
tubuh atau HL-A (Human Leucocyte Locus A). sistem HL-A diturunkan menurut hokum genetik, sehingga etiologi leukimia
Akibat proliferasi yang neoplastic, maka produksi elemen darah yang lain tertekan karena terjadi kompetisi nutrisi
untuk proses metabolisme ( terjadi granulositopenia, trombositopenia). Sel-sel leukimia juga menginvasi tulang di
sekelilingnya yang menyebabkan nyeri tulang dan cenderung mudah patah tulang. Proliferasi sel leukimia dalam organ
mengakibatkan gejala tambahan : nyeri akibat pembesaran limpa atau hati, masalah kelenjar limfa, sakit kepala, muntah
(Desmawati, 2013).
Infiltrasi
medulla
Sel kekurangan makanan meningitis pembesaran
limpa,
liver,nodus limpa
Gambar 2.1
E. Manifestasi
Tanda dan gejala dari Acute Lymphoblastic Leukemia menurut Densen, (2008), penderita dengan ALL memiliki gejala
sebagai berikut :
a. Anemia
Penderita akan merasa mudah lelah, pusing, dan progresif dari anemia tersebut memberat, sekitar separuh pasien ketika
b. Demam
Penderita dating dengan keluhan awal demam, demam mungkin rendah mungkin tinggi, bila demam tinggi sering disertai
c. Perdarahan
Sekitar 40% pasien dengan keluhan awal perdarahan. Perdarahan dapat terjadi di lokasi manapun, yang ringan berupa
petekie dan ekimosis, yang berat dapat terjadi perdarahan sistemik luas bahkan intrakranial.
d. Infeksi mulut, saluran nafas, selulitis, paru, jaringan lunak kulit. Infeksi merupakan kausa kematian utama pada leukimia.
e. Nyeri tulang dan sendi, karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel leukimia.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostic menurut Sudoyo, Bambang, et al (2009) yang biasanya dilakukan pada anak dengan Acute
Jumlah leukosit dapat normal, meningkat, atau rendah pada saat diagnosis, hiperleukositosis (>100.000/mm³).
Menunjukan adanya penurunan Hemoglobin, hematokrit, dan trombosit kurang dari 25.000/mm³. Pada umumnya terjadi
Pemeriksaan ini sangat penting untuk konfirmasi diagnosisndan klasifikasi, sehingga semua penderita Acute
Lymphoblastic Leukemia harus menjalani prosedur ini. Spesimen yang didapat harus diperiksa untuk analisis histologi,
sitogenik, dan immunophenotyping. Apus sumsum tulang tampak hiperselular dengan limfoblas yang sangat banyak, lebih
dari 90% sel berinti pada ALL, jika sumsum tulang seluruhnya digantikan oleh sel-sel leukemia, maka aspirasi sumsum
tulang dapat tidak berhasil, sehingga touch-imprint dari jaringan biopsi penting untuk evaluasi gambaran sitologi.
c. Sitogenetik
Analisis sitogenetik sangat berguna karena beberapa kelainan sitogenetik berhubungan dengan subtype ALL
tertentu, dan dapat memberikan informasi prognostik. Menurut Desmawati, (2013) 50-60% penderita ALL mempunyai
kelainan berupa :
1) Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hyperploid (2n+a)
3) Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis bukan komponen kromosom normal dari bentuk
d. Biologi Molekular
Teknik molekular diekerjakan bila analisis sitogenetik rutin gagal, dan untuk mendeteksi t(12;12) yang tidak
terdeteksi dengan stigenetik standar. Teknik ini juga harus dilakukan untuk mendeteksi gen BCR-ABL yang mempunyai
prognosis buruk.
e. Biopsi limpa, hati, ginjal, pemeriksaan dilakukan untuk memperlihatkan proliferasi sel leukemia.
G. Komplikasi
Adapun komplikasi dari Acute Lymphoblastic Leukemia adalah sebagai berikut (Desmawati, 2013) :
a. Perdarahan
Perdarahan terjadi akibat kurangnya trombosit (trombositopenia). Angka trombosit yang rendah ditandai dengan :
Perdarahan berat jika angka trombosit <20.000/mm³ darah. Demam dan infeksi dapat memperberat perdarahan.
b. Kelelahan
Pada leukosit yang abnormal menekan sel-sel darah merah, maka anemia dapat terjadi. Kelelahan merupakan akibat
d. Infeksi
Leukosit yang diproduksi oleh penderita leukemia adalah leukosit yang abnormal, tidak menjalankan fungsi imun
yang seharusnya. Hal ini menyebabkan penderita menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan leukemia
juga dapat menurunkan kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak efektif.
e. Hepatomegali
Kompensasi dari beban organ yang semakin berat kerjanya akibat pemindahan proses pembentukan sel darah dari
f. Masalah gastrointestinal, penderita dapat mengalami mual, muntah, anoreksia, diare, dan lesi mukosa mulut.
g. Thrombosis meningkat pada pasien dengan Acute Lymphoblastic Leukemia dan kejadian ini mungkin komplikasi dari
bagian pentalakasanaan dengan tubrukan prognostic negarive. Frekuensi terjadinya komplikasi ini menurut laporan bekisar
diantara 1,1% sampai 36,7%, kesungguhan ini memiliki variasi besar berhubungan beberapa faktor, seperti perbedaan
definisi dari thrombosis (gejala dan non gejala), metode diagnosis untuk mendeteksi terjadinya komplikasi, study design,