Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

Halaman
Daftar Isi ……………………………. 1
BAB I …………………………….. 2
I. Latar Belakang …………………………….. 2
II. Tujuan …………………………….. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………….. 3
I. Definisi Sensori …………………………….. 3
II. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi sensori …………………………….. 3
III. Factor Yang Mempengaruhi Persepsi …………………………….. 4
IV. Perubahan Sensori …………………………….. 5
V. Efek Deprivasi Sensori …………………………….. 5
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN …………………………….. 9
I. Pengkajian …………………………….. 9
II. Diagnose …………………………….. 9
III. Intervensi dan Rasional …………………………….. 9
BAB IV PENUTUP …………………………….. 19
I. KESIMPULAN …………………………….. 19
DAFTAR PUSTAKA …………………………….. 20

1
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Setiap individu memahami berbagai pengalaman melalui panca indera dalam
terminology dikenal sebagai VAKOG ( Visual,Auditory,Kinesthetic,Olfactory dan
Gustatory ). Setelah berusia dua belas tahun, umumnya individu memiliki prefrensi
dari kelima jalur infornasi tersebut, umumnya diantara tiga jalur berikut :
visual,auditoria tau kinesthetic. Pemilihan jalur tersebut juga tergantung pada material
yang dipelajari individu. Seorang musisi lebih cendrung menggunakan jalur
pendengaran dibandingkan dua jalur yang lain. Pemahaman akan hal ini sangat
penting dimiliki oleh para pendidik karena menentukan efektifitas proses
pembelajarannya.
Otak manusia juga menggunakan metode kerja dari kelima jalur informasi
tersebut dalam memproses dan mengambil kembali berbagai informasi yang telah
dipelajari. Individu umumnya mampu memvisualisasikan, berbicara dengan dirinya
sendiri, merasakan ( secara fisik atau emosional ), membedakan berbagai rasa,
membedakan berbagai aroma dan masih banyak lagi. Setiap individu memiliki
prefrensi yang berbeda saat memproses informasi dan menindak lanjuti hasil
pemikirannya dalam bentuk tindakan atau ekspresi. Perbedaan ini dapat dengan jelas
anda perhatikan salah satunya melalui bahasa sensorik yang diguanakan seperti;
“Masalah itu terasa seperti beban yang terasa berat dipundak saya.” ( khinestetic ) “
Dapatkah anda membayangkan apa yang sedang saya bicarakan?” ( Visual ) “ Hal
tersebut terdengar tidak asing bagi saya.” ( Auditory )

II. Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi sensori
2. Untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang mengalami gangguan persepsi
sensori

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Sensori adalah stimulus atau rangsang yang datang dari dalam maupun luar tubuh.
Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori ( panca indera).Persepsi
adalah proses diterimanya stimulus atau rangsang sampai rangsang itu disadari dan
dimengerti penginderaan/sensasi : proses penerimaan rangsang. Jadi, gangguan persepsi
adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari
sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan impuls dan stimulus
eksternal. Dengan maksud bahwa manusia masih mempunyai kemampuan dalam
membandingkan dan mengenal mana yang merupakan respon dari luar dirinya.
Sensasi Normal adalah penerimaan, persepsi dan reaksi adalah 3 komponen setiap
pengalaman sensori. Dalam menjalankan fungsinya, organ sensori berkaitan erat dengan
sistem persyarafan yang berfungsi sebagai reseptor dan penghantar stimulus sehingga
tercipta sebuah persepsi yang dapat menimbulkan reaksi dari individu.Stimulus à Organ
sensori à Sel syaraf à Impuls syaraf à Medula spinalis otak à Reaksi à Persepsi.

II. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FUNGSI SENSORI

1. Usia
a. Bayi tidak bisa membedakan stimulus sensori karena jalur sarafnya belum matang.
b. Lansia mengalami perubahan degeneratif pada organ sensori dan fungsi persyarafan
sehingga mengalami penurunan ketajaman dan jarak pandang, penurunan
pendengaran, perubahan gustatori dan olfaktori, dll.
2. Medikasi
a. Beberapa antibiotika (mis: streptomisin, gentamisin) bersifat ototoksik dan secara
permanen dapat merusak syaraf pendengaran.
b. Kloramfenikol dapat mengiritasi syaraf optik.
c. Obat analgesik, narkotik, sedatif dan antidepresan dapat mengubah persepsi
stimulus.

3
3. Lingkungan
a. Stimulus lingkungan yang terlalu berlebih (ramai/bising) dapat menimbulkan beban
sensori yang berlebih, yang biasanya ditandai dengan kebingungan, disorientasi dan
tidak mampu membuat keputusan.
b. Stimulus lingkungan yang terbatas (misalkan isolasi) dapat mengarah pada deprivasi
sensori. Kualitas lingkungan yang buruk juga dapat memperparah kerusakan sensori.
Contohnya penerangan yang buruk, lorong yang sempit.
4. Tingkat kenyamanan
Nyeri dan kelelahan mengubah cara seseorang berpersepsi dan bereaksi terhadap
stimulus.
5. Penyakit yang diderita
a. Katarak dapat menyebabkan penurunan penglihatan.
b. Infeksi pada telinga dapat menyebabkan gangguan pendengaran, dll.
6. Merokok
Penggunaan tembakau yang kronik dapat menyebabkan atrofi ujung-ujung saraf
pengecap sehingga mengurangi persepsi rasa.
7. Tindakan medis
Intubasi endotrakea menyebabkan kehilangan kemampuan bebicara sementara.

III. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI

1. Gangguan Otak
a. Kerusakan otak
b. Keracunan
c. Obat halusinogenik
2. Gangguan jiwa
a. Keadaan emosi tertentu dapat mengakibatkan ilusi.
b. Psikosa dapat menyebabkan halusinasi.
3. Pengaruh lingkungan sosio-budaya
a. Mempengaruhi persepsi karena penilaian sosiobudaya yang berbeda.

IV. PERUBAHAN SENSORI

4
1. Defisit Sensori
Merupakan suatu kerusakan dalam fungsi normal penerimaan. Klien tidak
mampu menerima stimulus tertentu (misalkan: buta, tuli) atau stimulus menjadi
distorsi (misalkan: penglihatan kabur karena katarak). Klien dengan defisit sensori
dapat berperilaku dalam cara-cara yang adaptif atau maladaptif.
2. Deprivasi sensori
Klien mengalami stimulasi yang tidak adekuat kualitas dan kuantitasnya seperti
stimulus yang monoton atau tidak bermakna. Tiga jenis deprivasi sensori adalah:
a. Kurangnya input sensori, misalkan: kehilangan penglihatan/pendengaran.
b. Eliminasi perintah/makna dari input, misalkan: berada di lingkungan asing.
c. Restriksi dari lingkungan, misalkan: tirah baring, lingkungan yang monoton.
3. Beban sensori yang berlebihan
Suatu keadaan dimana seseorang menerima banyak stimulus sensori dan tidak
dapat secara persepsual untuk menghiraukan stimulus tertentu atau secara selektif
mengabaikan beberapa stimulus. Stimulasi sensori yang berlebihan mencegah otak
untuk berespons secara tepat atau mengabaikan stimulus tertentu. Toleransi orang oleh
beban sensori dapat bervariasi oleh tingkat kelelahan, sikap dan kesehatan emosional
dan fisik.

V. EFEK DEPRIVASI SENSORI

1. Kognitif
Penurunan kapasitas belajar, ketidakmampuan berpikir atau menyelesaikan
masalah, disorientasi, berpikir aneh, peningkatan kebutuhan untuk sosialisasi.
2. Afektif
Kebosanan, kelelahan, kecemasan, kelabilan emosional, peningkatan kebutuhan
untuk stimulasi fisik.
3. Persepsi
Terjadi disorganisasi persepsi pada koordinasi visual, persepsi warna, pergerakan
nyata, keakuratan taktil, kemampuan menilai ruang dan waktu.
Perubahan persepsi
Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses sensoris dari :
– pendengaran,

5
– penglihatan,
– penciuman,
– perabaan dan
– pengecapan.
Gangguan ini dapat bersifat ringan, berat, sementara atau lama. Contoh gangguan persepsi,
diantaranya:
1. Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indera
seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar/terbangun. (Maramis, hal 119)
Tanda dan gejala :
a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri
b. Menarik diri dan menghindar dari orang lain
c. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata
d. Tidak dapat memusatkan perhatian
e. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut
f. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung
(Budi Anna Keliat, 1999)
Halusinasi dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:
a. Halusinasi pendengaran ( auditif, akustik)
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara bising yang
tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah kata atau
kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut ditujukan pada penderita sehingga
tidak jarangpenderita bertengakar dan berdebat dengan suara-suara tersebut.
Suara tersebut dapat dirasakan berasal dari jauh atau dekat, bahkan mungkin datang
dari tiap bagian tubuhnya sendiri. Suara bisa menyenangkan, menyuruh berbuat
baik, tetapi dapat pula berupa ancaman, mengejek, memaki atau bahkan yang
menakutkan dan kadang-kadang mendesak/memerintah untuk berbuat sesuatu
seperti membunuh dan merusak.
b. Halusinasi penglihatan (visual, optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik). Biasanya sering
muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat
gambaran-gambaran yang mengerikan.
c. Halusinasi penciuman (olfaktorik)

6
Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan dirasakan tidak
enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau dilambangkan sebagai
pengalaman yang dianggap penderita sebagai suatu kombinasi moral.
d. Halusinasi pengecapan (gustatorik)
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi penciuman,
penderita merasa mengecap sesuatu. Halusinasi gastorik lebih jarang dari halusinasi
gustatorik.
e. Halusinasi raba (taktil)
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat, yang bergerak di bawah kulit.
Terutama pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia.
f. Halusinasi seksual, ini termasuk halusinasi raba
Penderita merasa diraba dan diperkosa, sering pada skizofrenia dengan waham
kebesaran terutama mengenai organ-organ.
g. Halusinasi kinestetik
Penderita merasa badannya bergerak gerak dalam suatu ruang atau anggota
badannya yang bergerak-gerak, misalnya “phantom phenomenon” atau tungkai
yang diamputasi selalu bergerak-gerak (phantom limb). Sering pada skizofrenia
dalam keadaan toksik tertentu akibat pemakaian obat tertentu.
h. Halusinasi viseral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.
2. Ilusi
Merupakan interpretasi atau penilaian yang salah tentang pencerapan yang sungguh
terjadi pada panca indera, misalnya: bunyi angin didengarnya seperti dipanggil nama,
bayangan daun dilihat seperti orang.
3. Depersonalisasi
Merupakan perasaan aneh tentang dirinya atau perasaan bahwa pribadinya sudah
tidak seperti biasa lagi, misalnya: pengalaman diluar tubuh/ OBE, salah satu bagian
tubuhnya bukan kepunyaannya lagi.
4. Derealisasi
Merupakan perasaan aneh tentang lingkungannya yang tidak sesuai dengan
kenyataan, misalnya merasakan segala sesuatu seperti dalam mimpi.

5. Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi

7
Misalnya anastesi, parastesi, gg penglihatan, perasaan nyeri, makropsia/mikropsia.
6. Gangguan psikofisologik
Merupakan gejala atau gangguan pada bagian tubuh yang disebabkan oleh gangguan
emosi, misalkan pada kulit urtikaria, pada otot dan tulang LBP, pada pernafasan timbul
sesak/asma, pada jantung terjadi palpitasi, pencernaan mual/muntah diare, perkemihan
sering berkemih, mata berkunang-kunang, telinga tinitus.
7. Agnosia
Adalah ketidakmampuan untuk mengenal dan mengartikan pencerapan sebagai
akibat kerusakan otak.

8
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

Hal-hal penting selama pengkajian dalam sistem sensori-persepsi seperti:


1. Kebiasaan promosi kesehatan, misal: kebiasaan membersihkan mata/telinga, aktivitas
rekreasi, kebiasaan dalam bekerja.
2. Orang yang berisiko: lansia, jenis pekerjaan, gangguan jiwa.
3. Kemampuan untuk melakukan perawatan diri.
4. Lingkungan, terkait dengan kondisi bahaya, mis: tangga, kran air panas/dingin yang
tidak bertanda, lantai yang licin, benda tajam.
5. Tingkat sosialisasi klien dan metode komunikasi.
6. Status mental, meliputi: penampilan dan perilaku fisik, kemampuan kognitif dan
stabilitas emosional.
7. Pemeriksaan fisik pada panca indera.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori: pembau/penghidu
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d adanya masa dalam hidung
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d menurunnya nafsu makan
4. Resiko infeksi b.d terhambatnya drainase sekret
5. Hambatan interaksi sosial b.d suara sengau yang timbul akibat sumbatan polip
6. Ansietas b.d kegelisahan adanya sumbatan pada hidung
7. Nyeri kronis b.d penekanan [polip pada jaringan sekitar

III. INTERVENSI DAN RASIONAL


1. Gangguan perseopsi sensori pembau/penghidu
Tujuan : mengembalikan fungsi penciuman ke normal
Kriteria Hasil : individu akan mendemonstrasikan penurunan gejala beban sensori berlebih
yang ditandai dengan penurunan persepsi penciuman

9
INTERVENSI RASIONAL
 Anjurkan klien untuk mengubah
posisi secara sering,meskipun hanya
mengangkat satu sisi tubuh dengan
sedikit berulang

 Rujuk ke perubahan proses pola


berpikir yang berhubungan dengan
ketidakmampuan mengevaluasi
realitas untuk mengetahui intervensi
tambahan
 Dengan meningkatkan stimulus
sensori yang bervariasi hal ini dapat
membantu mencegah perubahan
akibat kemunduran sensori yang lain
 Dengan terlebih dahulu menjelaskan
tentang stimulus sensori yang akan
dialami individu, kondisi distress,
tekanan dan konfusi akan berkurang
 Kualitas/kuantitas input sensori
berkurang akibat
immobilitas/pengurangan

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d adanya massa dalam hidung
Tujuan : Bersihan jalan nafas menjadi efektif dalam 10 – 15 menit setelah dilakukan
tindakan.
Kriteria Hasil :
- RR normal (16 – 20 x/menit)
- Suara napas vesikuler
- Pola napas teratur tanpa menggunakan otot bantu pernapasan
- Saturasi oksigen 100%

10
INTERVENSI RASIONAL
Observasi: Rasional:
 Observasi RR tiap 4 jam, bunyi  Mengetahui keefektifan pola napas
napas, kedalaman inspirasi, dan
gerakan dada  Mengetahui adanya penurunan atau
 Auskultasi bagian dada anterior dan tidak adanya ventilasi dan adanya
posterior bunyi tambahan
 Mencegah terjadinya sianosis dan
 Pantau status oksigen pasien keparahan

Mandiri :
 Berikan posisi fowler atau  Mencegah obstruksi/aspirasi, dan
semifowler tinggi meningkatkan ekspansi paru
 Membantu pengenceran sekret
 Lakukan nebulizing  Mengkompensasi ketidakadekuatan
O2 akibat inspirasi yang kurang
 Berikan O2 (oksigenasi) maksimal

Kolaborasi:  Mukolitik untuk menurunkan batuk,


 Berikan obat sesuai dengan indikasi ekspektoran untuk membantu
mukolitik, ekspetoran, bronkodilator. memobilisasi sekret, bronkodilator
menurunkan spasme bronkus dan
analgetik diberikan untuk
Edukasi: meningkatkan kenyamanan
 Ajarkan batuk efektif pada pasien
 Membantu pasien untuk
mengeluarkan sekret yang
 Ajarkan terapi napas dalam pada menumpuk
pasien
 Membantu melapangkan ekspansi
paru

11
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d menurunnya nafsu makan
Tujuan : Menunjukkan peningkatan nafsu makan setelah dilakukan tindakan dalam 3 x 24
jam.
Kriteria hasil :
- Klien tidak merasa lemas.
- Nafsu makan klien meningkat
- Klien mengalami peningkatan BB minimal 1kg/2minggu
- Kadar albumin > 3.2, Hb > 11
INTERVENSI RASIONAL
Observasi:
 Pastikan pola diet biasa pasien,  Untuk mendukung peningkatan nafsu
yang disukai atau tidak disukai. makan pasien
 Pantau masukan dan  Mengetahui keseimbangan intake dan
pengeluaran dan berat badan pengeluaran asuapan makanan
secara pariodik.  Sebagai data penunjang adanya
 Kaji turgor kulit pasien perubahan nutrisi yang kurang dari
kebutuhan
 Pantau nilai laboratorium,  Untuk dapat mengetahui tingkat
seperti Hb, albumin, dan kadar kekurangan kandungan Hb, albumin,
glukosa darah dan glukosa dalam darah
Mandiri:
 Pertahankan berat badan  Mempertahankan berat badan yang ada
dengan memotivasi pasien agar tidak semakin berkurang
untuk makan  Meningkatkan nafsu makan pasien
 Menyediakan makanan yang  Merangsang nafsu makan pasien
dapat meningkatkan selera  Meningkatkan rasa nyaman pasien
makan pasien untuk makan
 Berikan makanan kesukaan
pasien
 Ciptakan lingkungan yang
menyenangkan untuk makan  Meningkatkan asupan makanan pada
(misalkan, pindahkan barang- pasien

12
barang yang tidak enak
dipandang)  Mengetahui adanya bising atau
 Dorong makan sedikit demi peristaltik usus yang mengindikasikan
sedikit dan sering dengan berfungsinya saluran cerna
makanan tinggi kalori dan
tinggi karbohidrat  Mengetahui kandungan biokimiawi
 Auskultasi bising usus, darah pasien
palpasi/observasi abdomen

Kolaborasi:  Memberikan asupan nutrisi yang sesuai


 Kolaborasi dengan tim analis dengan kebutuhan pasien
medis untuk mengukur
kandungan albumin, Hb, dan
kadar glukosa darah.  Memberi rangsangan pada pasien untuk
 Kolaborasi dengan ahli gizi menimbulkan kembali nafsu makannya
untuk memberikan diet
seimbang TKTP pada pasien
 Agar pasien mengetahui kebutuhan
 Diskusikan dengan dokter nutrisinya dan cara memenuhinya yang
mengeni kebutuhan stimulasi sesuai dengan kebituhan
nafsu makan atau makanan  Agar pasien mendapatkan gizi yang
pelengkap seimbang dengan harga yang relatif
Edukasi: terjangkau
 Berikan informasi yang tepat  Merangsan nafsu makan pasien
tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinya
 Ajarkan pada pasien dan
keluarga tentang makanan yang
bergizi dan tidak mahal
 Dukung keluarga untuk
membawakan makanan favorit
pasien di rumah

13
4. Resiko infeksi b.d terhambatnya drainase sekret.
Tujuan : Meningkatnya fungsi indera penciuman klien
Kriteria hasil:
- Klien tidak merasa lemas
- Mukosa mulut klien tidak kering
INTERVENSI RASIONAL
Observasi: Rasional
 Pantau adanya gejala infeksi  Menjaga timbulnya infeksi
 Menjaga perilakudan keadaan yang
 Kaji faktor yang dapat meningkatkan mendukung terjadinya infeksi
serangan infeksi
Rasional
Mandiri :  Reaksi demam indicator adanya
 Awasi suhu sesuai indikasi infeksi lanjut
 Pantau suhu lingkungan  Suhu ruangn atau jumlah selimut
harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati
Health Education : normal
 Menjaga lingkungan, ventilasi, dan
juga pencahayaan dirumah tetap
bersih

5. Hambatan interaksi sosial b.d suara sengau yang timbul akibat sumbatan polip
Tujuan: peningkatan sosialisasi
Kriteria Hasil:
- Menunjukkan keterlibatan sosial
- Menunjukkan penampilan peran

14
INTERVENSI RASIONAL
Observasi:
 Kaji pola interaksi antara pasien  Mengetahui tingkat sosialisasi pasien
dengan orang lain dengan orang lain.

 Pasien dapat beristirahat dan


Mandiri: bersosialisasi dengan maksimal.
 Tetapkan jadwal interaksi.
 Perawat dapat mengerti kondisi
 Identifikasi perubahan perilaku yang psikis pasien.
spesifik
 Keberadaan pendukung sebaya akan
 Libatkan pendukung sebaya dalam menjadi teman untuk bersosialisasi.
memberikan umpan balik pada pasien
dalam interaksi sosial  Motivasi diperlukan dalam mengubah
Kolaborasi: persepsi pasien menjadi lebih baik.
 Kolaborasi dengan psikolog untuk
memberikan motivasi diri pada
pasien  Pasien dapat meningkatkan
Edukasi: sosialisasi dengan dengan baik pada
 Berikan informasi tentang sumber- komunitas masyarakat dan
sumber di komunitas yang akan sekitarnya.
membantu pasien untuk melanjutkan
dengan meningkatkan interaksi sosial
setelah pemulangan

6. Ansietas b.d kegelisahan adanya sumbatan pada hidung


Tujuan : pengurangan ansietas
Kriteria hasil :
- Pasien tidak menunjukkan kegelisahan
- Pasien dapat mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaan negatif
- Tidak terjadi insomnia

15
INTERVENSI RASIONAL
Observasi:
 Kaji tingkat kecemasan pasien  Mengetahui tingkat kecemasan pasien

 Tanyakan kepada pasien tentang  Mengetahui penyebab kecemasan


kecemasannya pasien
Mandiri:
 Ajak pasien untuk berdiskusi  Meningkatkan motivasi diri pasien
masalah penyakitnya dan
memberikan kesempatan kepada
pasien untuk menentukan pilihan  Tingkat kenyamanan pasien dapat
 Berikan posisi yang nyaman pada mempengaruhi kecemasan pada
pasien pasien

 Berikan hiburan kepada pasien  Hiburan akan mengalihkan fokus


Kolaborasi: pasien dari kecemasannya
 Berikan obat- obatan penenang jika
pasien mengalami insomnia  Memberikan bantuan farmakologik
Edukasi: untuk menenangkan pasien
 Sediakan informasi faktual
menyangkut diagnosis, perawatan,  Memberi pengetahuan yang faktual
dan prognosis pada pasien
 Ajarkan pasien tentang penggunaan
teknik relaksasi  Relaksasi membantu menurunkan
kecemasan pada pasien
 Jelaskan semua prosedur, termasuk
sensasi yang biasanya dirasakan  Kejelasan mengenai prosedur dapan
selama prosedur mengurangi kecemasan pasien

16
7. Nyeri kronis b.d penekanan polip pada jaringan sekitar
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
- Klien mengungkapakan kualitas nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
- Klien tidak menyeringai kesakitan
- Tidak ada kegelisahan dan ketegangan otot
- Tidak terjadi perubahan pola tidur pada pasien
INTERVENSI RASIONAL
Observasi:
 Kaji tingkat nyeri klien  Mengetahui tingkat nyeri klien dalam
menentukan tindakan selanjutnya.
 Observasi tanda-tanda vital dan  Mengetahui keadaan umum dan
keluhan klien perkembangan kondisi klien. TTV
dapat menunjukkan kualitas nyeri dan
 Kaji pola tidur , pola makan, serta respon nyeri oleh tubuh pasien
pola aktivitas pasien tersebut
 Untuk mengetahui pengaruh nyeri
Mandiri: yang timbul pada pola kesehatan
 Ajarkan tekhnik relaksasi dan pasien
distraksi (misal: baca buku atau
mendengarkan music)  Klien mengetahui teknik distraksi dan
relaksasi sehingga dapat
Kolaborasi: mempraktekannya bila mengalami
 Kolaborasi dengan tim medis untuk nyeri.
terapi konservatif: pemberian obat
acetaminofen; aspirin, dekongestan  Menghilangkan/ mengurangi keluhan
hidung; pemberian analgesik nyeri klien. Dengan sebab dan akibat
Edukasi: nyeri diharapkan klien berpartisipasi
 Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada dalam perawatan untuk mengurangi
klien serta keluarganya nyeri.
 Jelaskan pada keluarga dan pasien
bahwa dalam penatalaksanaan ini  Memberikan pengetahuan pada klien

17
membutuhkan kepatuhan penderita dan keluarga
utk menghindari penyebab / pencetus  Untuk memaksimalkan tindakan
alergi (mengurangi ketidak patuhan)

18
BAB IV
PENUTUP

I. KESIMPULAN
Kebutuhan persepsi sensori merupakan kebutuhan manusia dimana merupakan
proses memilih,menafsirkan yang membutuhkan alat indra yang meliputi
pengelihatan,pendengaran,perabaan dan perasaan.pemenuhan kebutuhan persepsi sensorik
sangat dibutuhkan untuk berbagai hal dianjtaranya yaitu dalam komunikasi antara perawat
dengan pasien.adanya gangguan pada alat indra mempengarui persepsi sensori seseorang
dan persepsi setiap orang berbeda-beda yang dipengarui oleh beberapa hal diantaranya
lingkungan,pengalaman sebelumnya,gaya hidup,penyakit dan jenis pengobatan seseorang.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. /search?client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen
US%3Aofficial&channel=s&hl=id&source=hp&q=contoh+pemenuhan+kebutuhan+perse
psi+sensorik&meta=&btnG=Google+Penelusuranraga.avaible from
http://www.google.co.id accesed on 26 maret 2010
2. Avaible from
http://faculty.ksu.edu.sa/hikmetq/Adult/Concept%20of%20Sensory%20Alteration.ppt
accesed on 26 maret 2010
3. wikipedia.org/wiki/NLP Avaible from /htmld.wikipedia.org/wiki/NLP accesed on 26
maret 2010

20

Anda mungkin juga menyukai