Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN VESIKOLITIASIS

DI RUANG EDELWEIS RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO


PURWOKERTO

Disusun Oleh :
Fidya Pangestika S. Kep
113 118 039

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
A. Pengertian
Menurut Smeltzer (2002), Vesikolitiasis adalah batu yang ada di
vesika urinaria ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti kalsium
oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat atau ketika terdapat
defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah
terjadinya kristalisasi dalam urin.
Menurut Corwin (2009), Batu (kalkulus) ginjal adalah batu yang
terdapat dimana saja disaluran kemih. Batu yang sering di jumpai tersusun
dari Kristal-kristal kalsium.
Vesikolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih
akibat penutupan leher kandung kemih, maka aliran yang mula-mula
lancar secara tiba-tiba akan berhenti dan menetes disertai dengan rasa
nyeri (Effendi, 2010).

B. Etiologi
Faktor- faktor yang mempengaruhi menurut Smeltzer (2002:1460)
batu kandung kemih (Vesikolitiasis) adalah
1. Batu Kalsium
Batu ini paling banyak dijumpai dari seluruh jenis batu saluran
kemih. Batu klasium terdiri atas batu kalsium oksalat maupun batu
kalsium fosfat. faktor terjadinya batu ini adalah terjadinya:
a. Hiperkalsiuria (kadar kalsium di dalam urin lebih besar dari 250-
300 mg/24 jam),
b. Hiperoksaluria (Hiperoksaluria adalah eksresi oksalat urin yang
melebihi 45 gram per hari. Keadaan ini banyak dijumpai pada
pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis menjalani
pembedahan usus dan pasien yang banyak mengkonsumsi
makanan yang kaya akan oksalat, diantaranya adalah: teh, kopi
instan, minuman soft drink, kokoa, arbei, jeruk sitrun, dan sayuran
berwarna hijau terutama bayam),
c. Hiperurikosuria (Hiperurikosuria adalah kadar asam urat di dalam
urin yang melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat yang berlebihan
dalam urin bertindak sebagai inti batu untuk terbentuknya batu
kalsium oksalat. Sumber asam urat di dalam urin berasal dari
makanan yang mengandung banyak purin maupun berasal dari
metabolisme endogen),
d. Hipositrauria (Hipositraturia merupakan sitrat yang bereaksi
dengan kalsium yang berada di dalam urin membentuk kalsium
sitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau
fosfat),
e. Hipomagnesuria (Hipomagnesuria merupakan kondisi dimana
magnesium berada dalam kondisi rendah di urin).
2. Batu Asam Urat
Penyakit batu asam urat banyak diderita oleh pasien-pasien
penyakit gout, penyakit mieloproliferatif, dan banyak mempergunakan
obat urikosurik. Sumber asam urat berasal dari diet yang mengandung
purin.
3. Batu Sistein
Batu sistein didapatkan karena kelainan metabolisme sistein, yaitu
kelainan dalam absorbsi sistein di mukosa dinding usus.
4. Batu Xanthin
Batu Xanthin terbentuk karena penyakit bawaan berupa defisiensi
enzim xanthin oksidase yang mengkatalisis perubahan hipoxanthin
menjadi xanthin dan xanthin menjadi asam urat.

C. Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer (2002), Batu yang terjebak di kandung kemih
biasanya menyebabkan iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus
urinarius dan hematuria, jika terjadi obstruksi pada leher kandung kemih
menyebabkan retensi urin atau bisa menyebabkan sepsis, kondisi ini lebih
serius yang dapat mengancam kehidupan pasien, dapat pula kita lihat
tanda seperti mual muntah, gelisah, nyeri dan perut kembung.
Batu yang terjebak dikandung kemih menyebabkan gelombang nyeri
luar biasa, akut dan kolik yang menyebar kepala abdomen dan genitalia.
Klien sering merasa ingin kemih, namun hanya sedikit urin yang keluar,
dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasi batu gejala ini
disebabkan kolik ureter. Berikut beberapa gejala umum yang sering terjadi
pada penderita batu ginjal:
1. Nyeri
Gejala utama dari penyakit batu ginjal adalah nyeri yang parah,
terutama di punggung atau pinggang. Hal ini terjadi karena saluran
kemih mengalami kekejangan akibat batu menyumbat saluran tersebut.
Biasanya penderita akan mulai kram dan berlanjut hingga merasakan
nyeri yang sangat parah.
2. Mual dan muntah
Nyeri sangat parah akibat batu ginjal bisa menyebabkan rasa mual
bahkan muntah.
3. Darah pada Urin
Terkadang kristal batu ginjal merusak saluran kemih saat
melewatinya, sehingga darah mungkin ikut keluar bersama dengan
urin.
4. Sering berkemih
Saluran kemih yang teriritasi membuat penderita merasa ingin
berkemih lebih sering.
5. Demam dan menggigil
Iritasi saluran kemih akibat batu ginjal dapat menimbulkan infeksi.
Jika kondisi ini terjadi, maka penderita akan mengalami demam dan
menggigil karena kedinginan akibat demam.

D. Patofisiologi
Kelainan bawaan atau cidera, keadan patologis yang disebabkan
karena infeksi, pembentukan batu disaluran kemih dan tumor, keadan
tersebut sering menyebabkan bendungan. Hambatan yang menyebabkan
sumbatan aliran kemih baik itu yang disebabkan karena infeksi, trauma
dan tumor serta kelainan metabolisme dapat menyebabkan penyempitan
atau struktur uretra sehingga terjadi bendungan dan statis urin. Jika sudah
terjadi bendungan dan statis urin lama kelamaan kalsium akan mengendap
menjadi besar sehingga membentuk batu (Syaifudin, 2009).

E. Pathways
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dilaboratorium yang meliputi
pemeriksaan :
1. Urine
a. ph lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting,
organism dapat berbentuk batu magnesium ammonium phospat, ph
yang rendah menyebabkan pengendapan batu asam urat.
b. Sedimen atau sel darah meningkat (90%), ditemukan pada
penderita dengan batu, bila terjadi infeksi makasel darah putih akan
meningkat.
c. Biakan urine untuk mengetahui adanya bakteri yang berkonstribusi
dalam proses pembentukan batu saluran kemih.
d. Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat
apakah terjadi hiperekskresi.
2. Darah
a. Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
b. Leukosit terjadi karena infeksi.
c. Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.
d. Kalsium,fosfat, dan asam urat.
3. Radiologi
1. foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi
bendungan atau tidak.
2. Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada
keadaan ini dapat dilakukan retrogad prelografi atau dilanjutkan
antegrad prelografi tidak memberikan informasi yang memadai.

G. Penatalaksanan
Menurut Putri (2013) pengobatan dapat dilakukan dengan :
1. Mengatasi Simtom
Ajarkan dengan tirah baring dan cari penyebab utama dari
vesikolitiasis, berikan spasme anlgetik atau inhibitor sintesis
prostaglandin, bila terjadi koliks ginjal dan tidak di kontraindikasikan
pasang kateter.
2. Pengambilan batu
a. Batu dapat keluar sendiri
Batu tidak diharapkan keluar dengan spontan jika ukurannya
melebihi 6 mm.
b. Vesikolithotomi
c. Pengangkatan batu
1) Lithotripsi gelombang kejut ekstra korporeal. Prosedur non
invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu.
2) Metode endourologi pengangkatan batu, bidang endourologi
menggabungkan ketrampilan ahli radiologi mengangkat batu
renal tanpa pembedahan mayor.
3) Ureteroskopi
Ureteroskopi mencangkup visualisasi dan akses ureter dengan
memasukan alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat
dihancurkan dengan menggunakan laser, litotrips
elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian diangkat.
d. Pencegahan ( batu kalsium kronik-kalsium oksalat)
1) Menurunkan konsentrasi reaktan ( kalsium dan oksalat)
2) Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentuk batu yaitu
sitrat.
3) Pengaturan diet dengan meningkatkan masukan cairan, hindari
masukan soft drink , kurangi masukan protein (seesar 1 g/Kg
BB/ hari), membatasi masukan natrium, diet rendah natrium
(80-100 meq/hari), dan masukan kalsium.
4) Pemberian obat
Untuk mencegah presipitasi batu baru kalsium oksalat,
disesuaikan kelainan metabolik yang ada.
H. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian pada vesikolithiasis yaitu :
1. Data biologis meliputi :
a. Identitas klien (umur,jenis kelamin,pekerjaan,pendidikan)
b. Identitas penanggung
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Adanya rasa nyeri : lokasi,karakter,durasi dan hubungannya dengan
urinasi serta factor-factor yang memicu rasa nyeri dan yang
meringankannya.
3. Riwayat infeksi traktus urinarius
a. Terapi atau perawatan rumah sakit yang pernah dialami untuk
menangani infeksi traktus urinarius
b. Adanya gejala panas atau menggigil
c. Sistoskopi sebelumnya,riwayat penggunaan kateter urine dan hasil-
hasil pemeriksaan diagnostic renal atau urinarius
4. Gejala kelainan urinasi
a. Disuria (sakit dan sulit saat berkemih) kapan keluhan ini terjadi
pada saat urinasi ( awal atau akhir urinasi )
b. Hesistancy (keterlambatan yang abnormal atau kesulitan untuk
memulai urinasi)
c. Mengejan : nyeri selama atau sesudah urinasi dapat menunjukan
adanya kompresi uretra,neurogenik kandung kemih atau obstruksi
saluran keluar
d. Inkontinensia (pengeluaran urine diluar kehendak) : dapat terjadi
akibat cidera pada sfingter urinarius eksterna

5. Riwayat salah satu berikut :


a. Hematuri : perubahan warna atau volume urin dapat menunjukan
adanya kanker traktus urogenital,iritasi pada uretra,ataupun adanya
trauma
b. Nokturia : menunjukan penurunan kemampuan ginjal untuk
memekatkan urine
c. Penyakit pada usia anak-anak (nefrotik syndrome)
d. Kelainan yang mempengaruhi fungsi ginjal (DM,hipertensi,trauma
abdomen,cidera medulla spinalis)

6. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
b. Inspeksi : adanya distensi kandung kemih
c. Palpasi : adanya nyeri tekan pada kandung kemih
d. Perkusi : pada daerah supra pubis apakah terdengar suara dullness

I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Resiko infeksi
J. Tujuan rencana keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
NOC :
a. Pain level
b. Pain control
c. Comfort level
Kriteria hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri).
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
K. Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
 NIC : Pain Management
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komperenhensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor
presipitasi
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik komunikasi terupetik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
d. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
e. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
f. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau.
g. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
 NIC : Analgetic Administration
a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
b. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi
c. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesic
ketika pemberian lebih dari satu
d. Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan beratnya nyeri
e. Tentukan pilihan analgesik, rute pemberian, dan dosis optimal
f. Pilih rute pemberian secara IV dan IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
g. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali.

Anda mungkin juga menyukai