Anda di halaman 1dari 7

JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

VOLUME 15 No. 02 Juni  2012 Halaman 46 - 52


Purnamanita, dkk.: Kinerja Balai Kesehatan Mata Masyarakat
Artikel Penelitian

KINERJA BALAI KESEHATAN MATAMASYARAKAT MAKASSAR DENGAN


PERSPEKTIF BALANCED SCORECARD

PERFORMANCE OF THE COMMUNITY EYE MEDICAL CLINIC MAKASSAR


USING THE BALANCED SCORECARD PERSPECTIVES

Purnamanita1, Syahrir A. Pasinringi2, Alimin Maidin2


1
Mahasiswa Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar
2
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar

ABSTRACT Tujuan: Untuk menganalisis kinerja BKMM dengan perspektif


Background: The Community Eye Medical Clinic (CEMC) as a Balanced Scorecard (BSC, yaitu perspektif pelanggan, per-
specialized eye hospital has been using the service perfor- spektif proses internal, perspektif pembelajaran dan pertum-
mance indicators for outpatient visits and financial indicators. buhan dan perspektif keuangan) dan menganalisis keterkaitan
However, non-financial performance indicators were not yet kinerja masing-masing perspektif, menganalisis bagian yang
assessed. berpotensi untuk dikembangkan dan rencana pengembang-
Objectives: To analyze performance of CEMC with the Ba- annya.
lanced Scorecard (BSC) perspectives (customer’s perspec- Metode: Studi ini adalah explanatory research dengan pende-
tive, internal process perspective, learning and growth per- katan secara kualitatif. Sampel dipilih secara purposif melibat-
spective and financial perspective), and its interrelation among kan sebanyak 100 orang untuk kinerja pelanggan dan 43 orang
each perspective, to identify the potentials and the develop- untuk penilaian kinerja karyawan. Data dianalisis secara
ment plans of CEMC in Makassar deskriptif.
Methods: This was an explanatory research employing a Hasil: Kinerja BKMM berdasarkan BSC adalah sebesar 51.00%
qualitative approach. Samples were selected using a purpo- dan termasuk kategori kurang sehat. Adapun keterkaitan ma-
sive sampling tehnique to include 100 respondents for the sing-masing kinerja yaitu pada perspektif pembelajaran dan
customer performance and 43 respondents for employee per- pertumbuhan (berupa pelatihan, kapabilitas pegawai dan tekno-
formance. The data were analysed descriptively. logi informasi) bersama dengan perspektif keuangan akan me-
Results: Applying BSC, performance of CEMC is 51.00% and ningkatkan kepuasan pegawai. Kepuasan pegawai selanjutnya
this belongs to the category of less healthy. The interrelation meningkatkan kualitas teknis yang terkait dengan standar inter-
of each pespective starts with training to improve staff capa- nal (perspektif proses internal) yang akan meningkatkan ke-
city. Along with use of information technology and financial puasan pelanggan sehingga jumlah kunjungan dan cakupan
perspective, this will improve staff productivity in the learning operasi akan meningkat (perspektif pelanggan). Bagian yang
and growth perspectives. Staff satisfaction will improve the berpotensi untuk dikembangkan adalah peningkatan komitmen
technical quality related to the internal standard. This will lead pegawai, peningkatan kecepatan pelayanan dan pembangunan
to increased number of visits and number of surgeries. Staff customer capital. Adapun rencana pengembangannya adalah
commitment and capacity, increased of service velocity and pengembangan kapabilitas dan komitmen pegawai pada per-
development of customer capital are potential to be improved. spektif pembelajaran dan pertumbuhan, pengembangan proses
The development plan includes making the performance based internal berupa penciptaan proses penciptaan nilai melalui
on the reward system, the value creation process for custom- reengineering atas proses dan perbaikan berkelanjutan
ers and the development of the customer capital. The develop- terhadap proses. Adapun pada perspektif pelanggan adalah
ment plans focuses on increased staff commitment and capa- rencana pengembangan customer capital melalui atribut
city (learning and growth perspective), improvement process produk/jasa, hubungan dan citra.
through reengineering and development of customer capital Kesimpulan: Memakai perspektif BSC ditemukan ketidak-
through service attributes, relationship and image building. sesuaian antara kepuasan pelanggan yang tinggi dengan
Conclusion: Using BSC, we found a mismatch between high kepuasan internal yang rendah. Pihak manajemen dapat mem-
customer satisfaction with low internal satisfaction. The ma- perbaiki sistem pembagian jasa pelayanan berdasarkan sistem
nagement should improve the reward based on remuneration remunerasi, keterbukaan informasi pelatihan kepada stafnya
system, transparency on training opportunities to staff, and dan penyusunan perencanaan secara terpadu dan terintegrasi.
develop integrated planning.
Kata kunci: balanced scorecard, pencapaian kinerja, balai
Keywords: balanced scorecard, performance achievement, kesehatan mata masyarakat
the community eye medical clinics
PENGANTAR
ABSTRAK Pelayanan kesehatan, termasuk rumah sakit,
Latar belakang: Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM)
sebagai rumah sakit khusus mata selama ini memakai indikator
merupakan pelayanan publik yang sifatnya inta-
kinerja pelayanan berupa kunjungan rawat jalan dan indikator ngible, oleh karena itu pengukuran kinerja pada
keuangan berupa realisasi penggunaan anggaran. Indikator pelayanan kesehatan harus menggunakan ukuran
kinerja non keuangan belum dinilai. finansial dan non-finansial.1,2 Ukuran efisiensi kinerja

46  Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, No. 2 Juni 2012


Purnamanita, dkk.: Kinerja Balai Kesehatan Mata Masyarakat

rumah sakit belum dapat menggambarkan kondisi berfluktuasi pada periode 2005-2009, terendah
keseluruhan performa rumah sakit itu sendiri.3 Bebe- 11.524 pada tahun 2006 dan tertinggi sejumlah
rapa indikator untuk mengukur kinerja publik adalah 14.213 pada tahun 2007. Realisasi Penerimaan Ne-
yang dikemukakan oleh Dwiyanto dalam gara Bukan Pajak (PNBP) BKMM terus meningkat,
Sudarmanto4, yaitu produktivitas, kualitas layanan, yaitu sebesar Rp382.902.500 pada tahun 2007
responsitas, responsibilitas dan akuntabilitas. Dalam menjadi Rp1.473.681.000 pada tahun 2009. Hal ini
pengukuran kinerja sektor publik, Mulyono5 mereko- menunjukkan belum adanya keterkaitan antara
mendasikan tiga pendekatan dalam melakukan kinerja pelayanan dan keuangan.
pengukuran kinerja di pemerintah daerah, yaitu Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM)
dengan Balance Scorecard Approach, Logic Model mempunyai visi untuk menjadi “Center of Excellent”
dan Performance Benchmarking.5 di wilayah Indonesia Timur dengan meningkatkan
Balanced Scorecard (BSC) adalah suatu alat upaya kesehatan indra masyarakat.12 Balai Kesehat-
manajemen kinerja yang dapat membantu organisasi an Mata Masyarakat (BKMM) sebagai rumah sakit
untuk menerjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi khusus mata selama ini menilai kinerja berdasarkan
dengan memanfaatkan sekumpulan indikator finan- realisasi penggunaan anggaran dan cakupan pela-
sial dan non finansial yang saling terkait.6 BSC yang yanan yang meliputi pelayanan rawat jalan dan
pertama kali diciptakan oleh Robert S.Kaplan dan cakupan operasi, dan belum menilai indikator non
David C. Norton untuk mengukur kinerja perusahaan, keuangan seperti kepuasan pelanggan, kepuasan
terdiri dari empat pespektif, yaitu: 1) Pespektif petugas, proses inovasi dan layanan purna jual. Oleh
pelanggan, 2) finansial, 3) proses bisnis internal, dan karena itu, perlu adanya suatu pengukuran kinerja
4) pembelajaran dan pertumbuhan.6,7 Pada BSC ge- yang mencakup semua aspek menggunakan BSC.
nerasi pertama, tujuan dan ukuran kinerja scorecard
diturunkan dari visi dan strategi perusahaan melalui BAHAN DAN CARA PENELITIAN
empat perspektif. Pada generasi kedua, dikembang- Penelitian eksplanatori ini dilakukan dengan
kan keterkaitan antar ukuran kinerja dengan sasaran menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
strategik, yang disebut strategic map. Model ini Metode kuantitatif dilakukan untuk menentukan kiner-
banyak digunakan pada saat ini. BSC generasi ja BKMM berdasarkan pendekatan BSC dengan
ketiga lebih menekankan pada relevansi strategi yang menganalisis keempat perspektif dalam BSC, yaitu
disebut dengan strategy focused.2,6 perspektif pelanggan, perspektif proses internal,
Penelitian sebelumnya, seperti yang dilakukan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dan
oleh Maskur8 di Rumah Sakit Kariadi Semarang, perspektif keuangan dan menganalisis keterkaitan
mendapatkan gambaran kinerja organisasi rumah masing-masing perspektif dalam kerangka BSC.
sakit yang lebih lengkap dan komprehensif dengan Adapun untuk menilai bagian yang berpotensi untuk
menggunakan BSC. Demikian pula Ernawati9 dikembangkan dan rencana pengembangannya
mengevaluasi kinerja pelayananan antenatal pada digunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan
Puskesmas dengan cakupan rendah dan cakupan kualitatif dilakukan dengan cara pengumpulan data
tinggi menggunakan pendekatan BSC. Hasilnya berupa telaah dokumen, observasi dan wawancara
menunjukkan perbedaan pendidikan/pelatihan dan mendalam terhadap pihak manajemen. Selain itu
tingkat kepuasan pasien, meskipun tidak ada terdapat kuisioner terhadap responden pelanggan
perbedaan standar pelayanan antenatal dan dana sebanyak 100 orang dan 43 orang responden
operasonal di kedua Puskesmas tersebut.9 pegawai BKM yang dilakukan selama periode Juli-
Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) September 2011. Sebelum pengukuran kinerja dila-
adalah fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang kukan pembobotan kinerja menurut pendapat ahli
menyelenggarakan satu jenis pelayanan spesialistik yang menjadi Key Performance Indicator (KPI)
tertentu (mata) secara proaktif sesuai kebutuhan ma- BKMM. Secara berturutan, bobot tertinggi adalah
syarakat setempat, dilaksanakan secara terpadu de- kinerja pembelajaran dan pertumbuhan, kinerja pro-
ngan melibatkan peran serta masyarakat di wilayah ses internal, kinerja keuangan dan kinerja pelanggan.
kerjanya. Pemberian pelayanan kesehatan meliputi Perspektif BSC pada organisasi publik diadopsi
upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan dan dari Moeheriono.13 Untuk variabel pelanggan yang
pemulihan penderita gangguan penglihatan, baik diteliti adalah subvariabel ukuran efisiensi untuk
yang dirujuk oleh puskesmas maupun yang datang kunjungan baru dan lama, rawat jalan dan cakupan
sendiri secara langsung ke BKMM.10,11 operasi operasi dan subvariabel kepuasan pelang-
Kunjungan pasien rawat jalan yang merupakan gan. Variabel proses internal subvariabel terdiri dari
salah satu komponen kinerja pelayanan rumah sakit kualitas teknis yang terkait dengan standar internal

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, No. 2 Juni 2012  47


Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

berupa observasi penilaian pencapaian Standar kepuasan pegawai sebesar 51%18 dan Hestininigsih19
Pelayanan Minimal (SPM).14 Untuk rawat jalan, yang mendapatkan tingkat kepuasan 93% pada
bedah sentral, pelayanan laboratorium, pelayanan petugas rawat inap di RS Pasar Rebo.
farmasi, rekam medik, adminstrasi dan manajemen Dhini20 mendapatkan bahwa faktor yang berhu-
dan subvariabel kepuasan pegawai. Adapun subvaria- bungan dengan kepuasan kerja tenaga medis di
bel pada variabel pembelajaran dan pertumbuhan poliklinik rawat jalan adalah gaji, kepemimpinan,
terdiri dari pelatihan dan peningkatan keahlian pega- hubungan dengan teman sekerja, kondisi lingkungan
wai, produktivitas pegawai, pemanfaatan peningkatan kerja, pekerjaan itu sendiri dan kesempatan promosi.
dan akses teknologi informasi. Variabel keuangan
mencakup pertumbuhan pendapatan, pengeluaran 1. Kinerja BKMM dengan Perspektif BSC
biaya, perbandingan anggaran dan realisasi dan Cost Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai yang kurang
Recovery Rate. Analisis data kuesioner dilakukan pada perspektif pelanggan adalah kunjungan baru
dengan perangkat lunak SPSS. dan cakupan operasi mata, sedangkan pada per-
spektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah pela-
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN tihan. Pada proses internal response time mendapat
Mayoritas karakteristik demografi pelanggan nilai C, namun tidak dikategorikan kurang, oleh kare-
BKMM adalah laki-laki (45%), usia >50 tahun (34%), na response time menurut SPM adalah 15 menit,
sudah menikah (68%). Sebagian besar responden sedangkan menurut SOP mata adalah 90 menit. Hal
berpendidikan SMA (43%), pasien baru (56%) de- ini disebabkan karena pasien yang sudah mendaftar
ngan jenis kepesertaan pasien umum (42%). Tingkat dan menunggu di ruang tunggu tidak langsung dipe-
kepuasan pelanggan menurut dimensi pelayanan riksa oleh dokter, namun diperiksa dahulu ketajaman
berdasarkan rata-rata tertinggi sebesar 90,57%. penglihatannya (pemeriksaan refraksi) dan dikoreksi
Dimensi kepuasan tertinggi adalah dimensi respon- bila perlu. Selain itu terkadang dilakukan pengukuran
siveness (92,07) dan terendah adalah dimensi tangi- refraksi dengan alat (refraktometri/keratometri) dan
ble (88,64%). Adapun menurut jenis pelayanannya, pengukuran tekanan bola mata sebelum diperiksa
kepuasan tertinggi adalah pada pelayanan adminis- dokter mata. Lama pemeriksaan dapat memanjang
trasi/kasir (88%) dan terendah pada pelayanan bila pasien menjalani pemeriksaan fungsi saraf mata
dokter (71%). (dengan midriatil) dan pemeriksaan penentuan ukur-
Penelitian kepuasan pelanggan oleh Yuwono15 an lensa tanam bila pasien tersebut akan direncana-
memperoleh kepuasan pelanggan terhadap pelayan- kan untuk operasi mata.
an dokter sebesar 92,9%, terhadap pelayanan pera- Tabel 1 juga menunjukkan kesenjangan antara
wat sebesar 90,4% dan pelayanan administrasi dan kepuasan pelanggan yang tinggi (90,57%) dan ke-
keuangan sebesar 89,9%.15 Silalahi16 mendapatkan puasan pegawai sebesar 74,6%. Hal ini kurang se-
bahwa semakin baik kualitas pelayanan akan sema- suai dengan BSC. Untuk itu, jika pelanggan internal
kin puas pasien dan pasien akan semakin loyal. 16 puas maka seharusnya pelayanan akan meningkat
Putri17 mendapatkan hasil bahwa persepsi keteram- dan pada akhirnya meningkatkan kepuasan pelang-
pilan teknis medis, sikap, penyampaian informasi, gan pula. Hal ini dipengaruhi oleh sistem pembagian
ketepatan waktu pelayanan dan ketersediaan waktu jasa yang belum berdasarkan kinerja. Secara
konsultasi dokter berpengaruh terhadap loyalitas keseluruhan hasil kinerja BKMM berdasarkan BSC
pasien.17 menunjukkan hasil sebesar 51% dan termasuk
Sebagian besar karakteristik demografi pegawai dalam kategori kurang sehat (berdasarkan scoring
BKMM adalah golongan paramedis (44%) dengan Rangkuti.21
jenis kelamin laki-laki (65,1%). Sebagian besar ber- Pencapaian kinerja keuangan menunjukkan ha-
usia 31-40 tahun (34,9%) dengan tingkat pendidikan sil >100%, sedangkan kinerja non keuangan masih
D3 (41,9%) dan lama kerja >10 tahun (44,2%). <100%. Hal ini memperlihatkan bahwa BKMM masih
Tingkat kepuasan pegawai BKMM diperoleh sebesar berfokus pada pencapaian kinerja keuangan diban-
74,6%. Tingkat kepuasan tertinggi terdapat pada dingkan dengan pencapaian kinerja non keuangan.
kepuasan terhadap pekerjaan dan hubungan erat Penilaian kinerja BKMM tampaknya masih berorien-
dengan rekan kerja (95,4%) dan kepuasan terendah tasi pada kinerja keuangan, dengan mengandalkan
pada dimensi bonus yang diterima serta hubungan pada anggaran tahunan sebagai alat perencanaan
erat dengan atasan masing-masing (55,9% dan masa depan BKMM. Tipe perencanaan yang dilaku-
58,2% secara berturutan). kan BKMM adalah perencanaan yang berdasar pada
Hasil tersebut berbeda dengan penelitian yang anggaran tahunan dan berbasis prakiraan, belum
dilakukan oleh Khadijah18 yang mendapatkan tingkat menggunakan perencanaan strategik.

48  Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, No. 2 Juni 2012


Purnamanita, dkk.: Kinerja Balai Kesehatan Mata Masyarakat

Tabel 1. Matriks kinerja keempat perspektif dalam kerangka


Balanced Scorecard di BKMM Makassar tahun 2011
Kinerja
Perspektif Indikator Pencapaian Target Hasil Nilai
(%) (%)
1. Kepuasan Pelanggan 90.57 100 90.57 A
2. Ukuran efisiensi
a. Kunjungan baru 39.4 100 39.4 C
b. Kunjungan lama 60.6 100 60.6 A
Pelanggan
c. Rata-rata kunjungan/hari 93.3 80 116.6 A
d. Operasi mata 38.2 80 47.75 C
Rerata hasil 70.98
1. Kualitas teknis terkait standar internal
a. Waktu tunggu rawat jalan 29’ 60’ 48,3 B
b. Respon time rawat jalan 50’ 90’ 55,5 C
c. Pelayanan bedah 2 hari <16 mgg 98,2 A
d. Pelayanan laboratorium 7’ 140’ 95 A
Proses internal
e. Pelayanan farmasi 5’ 30’ 83 A
f. Rekam medik 3’ 10’ 30 B
g. Pelayanan administrasi manajemen 2.5’ 5’ 50 B
2. Kepuasan pegawai 74.6 80 93,25 B
Rerata hasil 64.5
1. a. Pelatihan 48,7 60.87 60.87 B
Pembelajaran b. Kapabilitas 76,72 76.72 76.72 A
dan 2. Produktifitas 50,4 50.4 50.4 A
pertumbuhan 3. Sistem teknologi informasi 60,5 75.62 75.62 A
Rerata hasil 65.91
1. a. Pertumbuhan pendapatan (PNBP) 100 215 215 A
b. Pendapatan APBN 100 135 135 A
2. Pengeluaran biaya/realisasi 100 133,7 137,7 A
Keuangan 3. Perbandingan antara anggaran dan 89,95 89,95 A
realisasi 100
4. Cost Recovery Rate (CRR) 100 153 153 A
Rerata hasil 146.1

Menurut Siswali dan Hasanbasri22, pengukuran men. 3) Peningkatan pelayanan melalui citra rumah
kinerja yang berlaku di lembaga pemerintah selama sakit pelayanan prima. 4) Peningkatan kualitas
ini adalah Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pe- SDM.
merintah (LAKIP) yang mengukur masukan, keluar- Untuk itu, yang paling terkait dengan misi
an, hasil, manfaat, dan dampak. Adapun indikator BKMM adalah perspektif pertumbuhan dan pem-
proses kurang tepat bila dimasukkan sebagai indi- belajaran. Pelatihan akan meningkatkan kapabilitas
kator kinerja karena indikator proses bersifat lebih pegawai, kapabilitas pegawai bersama dengan pe-
dinamis yang merupakan ciri organisasi yang berba- manfaatan teknologi informasi yang akan meningkat-
sis kinerja.22 kan produktivitas dan pada akhirnya akan meningkat-
kan pendapatan BKMM melalui PNBP.
2. Keterkaitan Setiap Perspektif dalam Kualitas teknis yang terkait standar internal
Kerangka Balanced ScoreCard (pelayanan bedah, laboratorium, farmasi, rekam me-
Keterkaitan antar perspektif diawali darimisi dik dan pelayanan administrasi) pada perspektif pro-
BKMM. 12 Balai Kesehatan Mata Masyarakat ses internal akan mempercepat response time dan
(BKMM) berusaha mencapai visi, misi, tujuan dengan waktu tunggu rawat jalan. Pegawai yang puas akan
cara menjabarkannya dalam strategi rumah sakit. meningkatkan produktifitasnya. Selain itu, response
Sasaran strategis ini kemudian dijadikan pedoman time dan waktu tunggu yang cepat akan meningkat-
operasional rumah sakit, yaitu: 1) Peningkatan pen- kan kepuasan pelanggan. Pelanggan yang puas akan
dapatan rumah sakit, dengan upaya peningkatan meningkatkan jumlah kunjungan dan cakupan ope-
jumlah kunjungan rawat jalan dan peningkatan ca- rasi di BKMM dan pada akhirnya akan meningkatkan
kupan jumlah operasi katarak dengan tehnik fako- citra BKMM sehingga visi BKMM dapat tercapai.
emulsifikasi. 2) Membuat sistem informasi manaje-

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, No. 2 Juni 2012  49


Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

3. Bagian yang Potensial Dikembangkan hubungan dengan customer. Terintegrasikannya pro-


Penetapan BKMM menjadi PK-BLU mempunyai ses layanan internal dan meningkatnya kecepatan
konsekuensi harus membuat Rencana Anggaran proses inovasi jasa mengakibatkan kualitas jasa me-
Bisnis yang dapat dikembangkan.12 Dari hasil pene- ningkat yang akhirnya akan terjadi penambahan jum-
litian didapatkan kinerja pembelajaran dan pertum- lah customer. Adapun kualitas layanan masyarakat
buhan 65.91%, kinerja proses internal 64.5% dan lingkungan akan mengakibatkan meningkatnya citra
kinerja pelanggan sebesar 70.985, sedangkan kinerja BKMM.
keuangan 146.13%. Meskipun pihak manajemen
telah memberikan pembobotan yang tinggi untuk 4. Rencana Pengembangannya
ketiga perspektif di atas, namun hasil pengukuran Rencana pengembangan untuk perspektif
kinerjanya masih rendah. Menurut pendapat ahli, pembelajaran dan pertumbuhan adalah peningkatan
prioritas untuk dikembangkan adalah: a) Perspektif komitmen pegawai dengan membuat sistem peng-
pembelajaran dan pertumbuhan: peningkatan komit- hargaan berbasis kinerja (sistem remunerasi). Dalam
men pegawai. b) Perspektif proses internal: pening- pespektif ini, terdapat dua sasaran strategik yaitu
katan kecepatan pelayanan. c) Perspektif pelanggan: kapabilitas pegawai dan komitmen pegawai. Ren-
pembangunan customer. cana pengembangan kapabilitas pegawai, seperti
Keterkaitan strategi pengembangan yaitu bahwa pembangunan kapabilitas manajer, pembangunan
kinerja pertumbuhan dan pembelajaran akan mening- kapabilitas pegawai, penyediaan teknologi yang me-
kat jika terjadi keseimbangan antara sistem informasi madai, penyediaan fasilitas informasi, dan pemer-
yang terintegrasi dengan organisasi yang berkapa- olehan personel.23
bilitas dan pegawai yang berkomitmen; disertai de- Rencana pengembangan untuk komitmen pega-
ngan kinerja keuangan menjadi leading indicator wai, yang sesuai menurut Mulyadi23 adalah pemba-
untuk kinerja internal. Pada proses internal, terinte- ngunan cara pikir personel yang sesuai dengan ling-
grasikannya layanan dengan customer membuat kungan bisnis yang dimasuki oleh BKMM, pelaksa-
biaya untuk melayani customer menjadi berkurang naan proses internalisasi visi, misi, keyakinan dasar,
dan meningkatnya kecepatan inovasi mengakibatkan dan nilai dasar organisasi ke dalam diri seluruh pe-
meningkatnya kualitas proses layanan kepada cus- gawai BKMM, peluang untuk bertumbuh, yang dise-
tomer yang menyebabkan meningkatnya kualitas diakan dalam bentuk pelatihan keterampilan, penu-

Tabel 2. Inisaitif strategi pengembangan setiap perspektif


dengan pendekatan BSC di BKMM Makassar tahun 2011
Perspektif Sasaran Strategi Inisiatif Strategi Program
Perspektif pembelajaran Meningkatnya kapabilitas Peningkatan pelatihan Program pendidikan dan
dan pertumbuhan pegawai Pegawai pelatihan dokter
Meningkatkan komitmen Peningkatan pelatihan Program pendidikan dan
pegawai pegawai pelatihan paramedis
Sistem informasi yang Peningkatan kesejahteraan Program pendidikan dan
terintegrasi pegawai pelatihan manajerial skill
Organisasi yang berkapabilitas Membangun infrastruktur Program penghargaan berbasis
organisasi kinerja
Mengembangkan sistem Program perbaikan sistem
perencanaan informasi manajemen
Program perencanaan terpadu
Perspektif proses Terintegrasikannya proses Merekayasa ulang proses Program rekayasa ulang proses
internal layanan intern layanan intern operasi
Meningkatnya kualitas proses Mengembangkan Customer Program pengembangan sistem
layanan kepada customer Relationship Management informasi kepada customer
Meningkatnya kecepatan proses Peningkatan kecepatan dan Program standarisasi pelayanan
inovasi jasa ketepatan layanan Program pengembangan sistem
Meningkatnya kualitas layanan Meningkatkan kecepatan dan pelibatan RS dalam kegiatan
masyarakat lingkungan efektivitas layanan kepada sosial
masyarakat lingkungan
Perspektif pelanggan Meningkatnya kualitas jasa Peningkatan kualitas Program komputerisasi rekam
Meningkatnya kualitas pelayanan medik
hubungan dengan customer Meningkatkan kualitas Program pemutakhiran
Meningkatnya citra BKMM hubungan dengan customer peralatan medik
Meningkatkan citra BKMM Program Pengkomunikasian
Keunggulan BKMM
Sumber :Hasil pengembangan penelitian diadaptasi dari Mulyadi23

50  Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, No. 2 Juni 2012


Purnamanita, dkk.: Kinerja Balai Kesehatan Mata Masyarakat

gasan pekerjaan yang menuntut ketrampilan baru, 3. Nasution. Pengukuran Kinerja Rumah Sakit
kesempatan untuk bekerja dalam tim lintas fungsio- dengan Balanced Scorecard. Diunduh dari http:/
nal dan pengalaman pendidikan yang relevan, peng- /respiory.usu.ac.id/bitsstream/123456789/
hargaan, komunitas hubungan dengan rekan kerja, 21063/1/ikm-jurnal. 2008. 12(3).pdf. Diakses
work arrangement dan work impact.23 pada tanggal 9 Maret 2011.
Pada perspektif proses internal, rencana pe- 4. Sudarmanto. Kinerja dan Pengembangan Kom-
ngembangan untuk keunggulan proses penciptaan petensi SDM. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
nilai bagi customer dibangun melalui pendekatan 2009:16-17.
sebagai berikut: 1) Reenginering atas proses yaitu 5. Setyawati. EP. Pengukuran kinerja sektor publik.
mendesain kembali proses untuk pengelolaan ope- FK Unpad. Diunduh dari pustaka.unpad.ac.id/
rasi, proses untuk pengelolaan customer, proses ino- wp.../09/perhitungan_kerja_sektor _publik. pdf
vasi pelayanan dan proses untuk pemenuhan regulasi Diakses pada tanggal 14 Mei 2011.
dan hubungan sosial, 2) Perbaikan berkelanjutan 6. Luis S, Biromo PA.Step by Step in Cascading
terhadap proses. Balanced Scorecard to Functional Scorecards.
Pada perspektif pelanggan rencana pengem- PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 2007:16-
bangan adalah berupa pembangunan customer capi- 18.
tal. Hal ini merupakan sasaran strategik untuk mem- 7. Kaplan RS, Norton DP. Balanced Scorecard.
bangun keunggulan produk/jasa yang dihasilkan un- Menerapkan Strategi menjadi Aksi. Penerbit
tuk memenangkan pilihan customer. Adapun rencana Erlangga, Jakarta. 2000.
pengembangannya adalah membangun atribut pro- 8. Maskur. Pengukuran Kinerja dengan Pende-
duk/jasa, membangun hubungan berkualitas dengan katan Balanced Scorecard (Studi Kasus pada
customer , membangun citra dan nama baik. Ukuran RS Dr. Kariadi Semarang). Program Studi Mag-
keberhasilan pencapaian customer capital adalah ister Manajemen Program Pascasarjana Uni-
pangsa pasar, pemerolehan customer, kesetiaan versitas Diponegoro, Semarang. 2004.
customer, kepuasan customer dan profitabilitas cus- 9. Ernawati, Dasuki D, Wahab A.Evaluasi Kinerja
tomer.23 Pelayanan antara Puskesmas Cakupan Tinggi
dengan Puskesmas Cakupan Rendah dengan
KESIMPULAN DAN SARAN Menggunakan Pendekatan Balanced Score-
Kinerja BKMM berdasarkan BSC adalah sebe- card. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan.
sar 51.0%, termasuk dalam kategori kurang sehat. 2009;12: 120-9.
Pencapaian kinerja keuangan adalah lebih dari 10. Depkes RI. Lampiran KepMenKes No 425/
100%, sementara kinerja non keuangan (pelanggan, Menkes/SK/VI/2006 tentang Kebijakan Dasar
proses internal dan kinerja pembelajaran dan per- Balkesmas.Jakarta.2006.
tumbuhan) masih kurang dari 100%. Hasil penelitian 11. Depkes RI. Permenkes No 1652/Menkes/Per/
juga menunjukkan ketidaksesuaian antara kepuasan XII/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai
pelanggan eksternal yang tinggi dengan kepuasan Kesehatan Mata Masyarakat.Jakarta.2005.
pelanggan internal yang rendah. Oleh karena itu 12. Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI
bagian yang berpotensi untuk dikembangkan adalah No 56/KMK/05/2011 tentang Penetapan BKMM
komitmen pegawai, kecepatan pelayanan dan cus- Makassar menjadi Badan Layanan Umum.
tomer capital. Jakarta. 2011
Penelitian ini menyarankan pihak manajemen 13. Moeheriono. Pengukuran Kinerja Berbasis Kom-
untuk memperbaiki sistem pembagian jasa pelayan- petensi. Ghalia Indonesia, Bogor.2009:136-7.
an berdasarkan remunerasi. Selain itu perlu keterbu- 14. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 129/
kaan pihak manajemen dalam memberikan informasi Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
pelatihan kepada stafnya dan penyusunan peren- Minimal Rumah Sakit.Jakarta. 2008.
canaan dilakukan secara terpadu dan terintegrasi. 15. Yuwono SR. Valuasi Kinerja dengan Rerangka
Balanced Scorecard sebagai bahan penyusun-
REFERENSI an Rencana Kegiatan Peningkatan Pemanfaat-
1. Hartono B. Manajemen Pemasaran Untuk an Rawat Inap Paviliun RSUD dr.Soetomo. Pro-
Rumah Sakit. PT Rineka Cipta, Jakarta, 2010:4 gram Pascasarjana Universitas Airlangga,
2. Mahmudi. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Surabaya. 2001.
Edisi Kedua. Penerbit UPP STIM YKPN, 16. Silalahi M. Analisis Pengaruh Kualitas Pelayan-
Yogyakarta. 2010:73, 134-7. an dalam Kaitannya dengan Loyalitas Pasien

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, No. 2 Juni 2012  51


Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Rawat Inap di RS Islam Malahayati Medan: Pro- Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;
gram Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Jakarta.2004.
Medan, Medan. 2007. 20. Dhini IS. Analisis Faktor-Faktor yang Berpe-
17. Putri AG. Analisis Pengaruh Persepsi Pasien ngaruh Terhadap Kepuasan Kerja Tenaga Medis
Tentang Mutu Pelayanan Dokter Terhadap Poliklinik Rawat Jalan RSUD Tugurejo Program
Loyalitas Pasien di Poliklinik Umum Instalasi Pascasarjana Universitas Diponegoro
Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang, Semarang. 2005.
Semarang Tahun 2008 Program Pascasarjana 21. Rangkuti F. SWOT Balanced Scorecard. Tehnik
Universitas Diponegoro Semarang, Semarang. menyusun strategi korporat yang efektif plus
2008. cara mengelola kinerja dan resiko. PT Gramedia
18. Khadijah SN. Evaluasi Kinerja Rumah Sakit X Pustaka Utama. Jakarta, 2011:.143-7.
Periode 1998-2001 Menggunakan Modifikasi 22. Siswaji GB, Hasanbasri M, Tjahjono K. Kinerja
Balanced Scorecard. Program Studi Ilmu Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta. Studi
Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Implementasi Manajemen Strategis Dengan
Universitas Indonesia.Jakarta 2002. Sistem Manajemen Akuntabilitas Kinerja. Jurnal
19. Hestiningsih. Analisis Kinerja Instansi Rawat KPMK.Working Paper Series. 2007; 20: 1-10.
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo 23. Mulyadi. Sistem terpadu pengelolaan kinerja
Jakarta dengan Menggunakan Pendekatan Kon- personel berbasis Balanced Scorecard. UPP
sep Balanced Scorecard. Program Studi Kajian STIKM YPKN, Yogyakarta, 2009:459-61, 498,
Rumah Sakit Program Pascasarjana Fakultas 501-4.

52  Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 15, No. 2 Juni 2012

Anda mungkin juga menyukai