rumah sakit belum dapat menggambarkan kondisi berfluktuasi pada periode 2005-2009, terendah
keseluruhan performa rumah sakit itu sendiri.3 Bebe- 11.524 pada tahun 2006 dan tertinggi sejumlah
rapa indikator untuk mengukur kinerja publik adalah 14.213 pada tahun 2007. Realisasi Penerimaan Ne-
yang dikemukakan oleh Dwiyanto dalam gara Bukan Pajak (PNBP) BKMM terus meningkat,
Sudarmanto4, yaitu produktivitas, kualitas layanan, yaitu sebesar Rp382.902.500 pada tahun 2007
responsitas, responsibilitas dan akuntabilitas. Dalam menjadi Rp1.473.681.000 pada tahun 2009. Hal ini
pengukuran kinerja sektor publik, Mulyono5 mereko- menunjukkan belum adanya keterkaitan antara
mendasikan tiga pendekatan dalam melakukan kinerja pelayanan dan keuangan.
pengukuran kinerja di pemerintah daerah, yaitu Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM)
dengan Balance Scorecard Approach, Logic Model mempunyai visi untuk menjadi “Center of Excellent”
dan Performance Benchmarking.5 di wilayah Indonesia Timur dengan meningkatkan
Balanced Scorecard (BSC) adalah suatu alat upaya kesehatan indra masyarakat.12 Balai Kesehat-
manajemen kinerja yang dapat membantu organisasi an Mata Masyarakat (BKMM) sebagai rumah sakit
untuk menerjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi khusus mata selama ini menilai kinerja berdasarkan
dengan memanfaatkan sekumpulan indikator finan- realisasi penggunaan anggaran dan cakupan pela-
sial dan non finansial yang saling terkait.6 BSC yang yanan yang meliputi pelayanan rawat jalan dan
pertama kali diciptakan oleh Robert S.Kaplan dan cakupan operasi, dan belum menilai indikator non
David C. Norton untuk mengukur kinerja perusahaan, keuangan seperti kepuasan pelanggan, kepuasan
terdiri dari empat pespektif, yaitu: 1) Pespektif petugas, proses inovasi dan layanan purna jual. Oleh
pelanggan, 2) finansial, 3) proses bisnis internal, dan karena itu, perlu adanya suatu pengukuran kinerja
4) pembelajaran dan pertumbuhan.6,7 Pada BSC ge- yang mencakup semua aspek menggunakan BSC.
nerasi pertama, tujuan dan ukuran kinerja scorecard
diturunkan dari visi dan strategi perusahaan melalui BAHAN DAN CARA PENELITIAN
empat perspektif. Pada generasi kedua, dikembang- Penelitian eksplanatori ini dilakukan dengan
kan keterkaitan antar ukuran kinerja dengan sasaran menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
strategik, yang disebut strategic map. Model ini Metode kuantitatif dilakukan untuk menentukan kiner-
banyak digunakan pada saat ini. BSC generasi ja BKMM berdasarkan pendekatan BSC dengan
ketiga lebih menekankan pada relevansi strategi yang menganalisis keempat perspektif dalam BSC, yaitu
disebut dengan strategy focused.2,6 perspektif pelanggan, perspektif proses internal,
Penelitian sebelumnya, seperti yang dilakukan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dan
oleh Maskur8 di Rumah Sakit Kariadi Semarang, perspektif keuangan dan menganalisis keterkaitan
mendapatkan gambaran kinerja organisasi rumah masing-masing perspektif dalam kerangka BSC.
sakit yang lebih lengkap dan komprehensif dengan Adapun untuk menilai bagian yang berpotensi untuk
menggunakan BSC. Demikian pula Ernawati9 dikembangkan dan rencana pengembangannya
mengevaluasi kinerja pelayananan antenatal pada digunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan
Puskesmas dengan cakupan rendah dan cakupan kualitatif dilakukan dengan cara pengumpulan data
tinggi menggunakan pendekatan BSC. Hasilnya berupa telaah dokumen, observasi dan wawancara
menunjukkan perbedaan pendidikan/pelatihan dan mendalam terhadap pihak manajemen. Selain itu
tingkat kepuasan pasien, meskipun tidak ada terdapat kuisioner terhadap responden pelanggan
perbedaan standar pelayanan antenatal dan dana sebanyak 100 orang dan 43 orang responden
operasonal di kedua Puskesmas tersebut.9 pegawai BKM yang dilakukan selama periode Juli-
Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) September 2011. Sebelum pengukuran kinerja dila-
adalah fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang kukan pembobotan kinerja menurut pendapat ahli
menyelenggarakan satu jenis pelayanan spesialistik yang menjadi Key Performance Indicator (KPI)
tertentu (mata) secara proaktif sesuai kebutuhan ma- BKMM. Secara berturutan, bobot tertinggi adalah
syarakat setempat, dilaksanakan secara terpadu de- kinerja pembelajaran dan pertumbuhan, kinerja pro-
ngan melibatkan peran serta masyarakat di wilayah ses internal, kinerja keuangan dan kinerja pelanggan.
kerjanya. Pemberian pelayanan kesehatan meliputi Perspektif BSC pada organisasi publik diadopsi
upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan dan dari Moeheriono.13 Untuk variabel pelanggan yang
pemulihan penderita gangguan penglihatan, baik diteliti adalah subvariabel ukuran efisiensi untuk
yang dirujuk oleh puskesmas maupun yang datang kunjungan baru dan lama, rawat jalan dan cakupan
sendiri secara langsung ke BKMM.10,11 operasi operasi dan subvariabel kepuasan pelang-
Kunjungan pasien rawat jalan yang merupakan gan. Variabel proses internal subvariabel terdiri dari
salah satu komponen kinerja pelayanan rumah sakit kualitas teknis yang terkait dengan standar internal
berupa observasi penilaian pencapaian Standar kepuasan pegawai sebesar 51%18 dan Hestininigsih19
Pelayanan Minimal (SPM).14 Untuk rawat jalan, yang mendapatkan tingkat kepuasan 93% pada
bedah sentral, pelayanan laboratorium, pelayanan petugas rawat inap di RS Pasar Rebo.
farmasi, rekam medik, adminstrasi dan manajemen Dhini20 mendapatkan bahwa faktor yang berhu-
dan subvariabel kepuasan pegawai. Adapun subvaria- bungan dengan kepuasan kerja tenaga medis di
bel pada variabel pembelajaran dan pertumbuhan poliklinik rawat jalan adalah gaji, kepemimpinan,
terdiri dari pelatihan dan peningkatan keahlian pega- hubungan dengan teman sekerja, kondisi lingkungan
wai, produktivitas pegawai, pemanfaatan peningkatan kerja, pekerjaan itu sendiri dan kesempatan promosi.
dan akses teknologi informasi. Variabel keuangan
mencakup pertumbuhan pendapatan, pengeluaran 1. Kinerja BKMM dengan Perspektif BSC
biaya, perbandingan anggaran dan realisasi dan Cost Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai yang kurang
Recovery Rate. Analisis data kuesioner dilakukan pada perspektif pelanggan adalah kunjungan baru
dengan perangkat lunak SPSS. dan cakupan operasi mata, sedangkan pada per-
spektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah pela-
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN tihan. Pada proses internal response time mendapat
Mayoritas karakteristik demografi pelanggan nilai C, namun tidak dikategorikan kurang, oleh kare-
BKMM adalah laki-laki (45%), usia >50 tahun (34%), na response time menurut SPM adalah 15 menit,
sudah menikah (68%). Sebagian besar responden sedangkan menurut SOP mata adalah 90 menit. Hal
berpendidikan SMA (43%), pasien baru (56%) de- ini disebabkan karena pasien yang sudah mendaftar
ngan jenis kepesertaan pasien umum (42%). Tingkat dan menunggu di ruang tunggu tidak langsung dipe-
kepuasan pelanggan menurut dimensi pelayanan riksa oleh dokter, namun diperiksa dahulu ketajaman
berdasarkan rata-rata tertinggi sebesar 90,57%. penglihatannya (pemeriksaan refraksi) dan dikoreksi
Dimensi kepuasan tertinggi adalah dimensi respon- bila perlu. Selain itu terkadang dilakukan pengukuran
siveness (92,07) dan terendah adalah dimensi tangi- refraksi dengan alat (refraktometri/keratometri) dan
ble (88,64%). Adapun menurut jenis pelayanannya, pengukuran tekanan bola mata sebelum diperiksa
kepuasan tertinggi adalah pada pelayanan adminis- dokter mata. Lama pemeriksaan dapat memanjang
trasi/kasir (88%) dan terendah pada pelayanan bila pasien menjalani pemeriksaan fungsi saraf mata
dokter (71%). (dengan midriatil) dan pemeriksaan penentuan ukur-
Penelitian kepuasan pelanggan oleh Yuwono15 an lensa tanam bila pasien tersebut akan direncana-
memperoleh kepuasan pelanggan terhadap pelayan- kan untuk operasi mata.
an dokter sebesar 92,9%, terhadap pelayanan pera- Tabel 1 juga menunjukkan kesenjangan antara
wat sebesar 90,4% dan pelayanan administrasi dan kepuasan pelanggan yang tinggi (90,57%) dan ke-
keuangan sebesar 89,9%.15 Silalahi16 mendapatkan puasan pegawai sebesar 74,6%. Hal ini kurang se-
bahwa semakin baik kualitas pelayanan akan sema- suai dengan BSC. Untuk itu, jika pelanggan internal
kin puas pasien dan pasien akan semakin loyal. 16 puas maka seharusnya pelayanan akan meningkat
Putri17 mendapatkan hasil bahwa persepsi keteram- dan pada akhirnya meningkatkan kepuasan pelang-
pilan teknis medis, sikap, penyampaian informasi, gan pula. Hal ini dipengaruhi oleh sistem pembagian
ketepatan waktu pelayanan dan ketersediaan waktu jasa yang belum berdasarkan kinerja. Secara
konsultasi dokter berpengaruh terhadap loyalitas keseluruhan hasil kinerja BKMM berdasarkan BSC
pasien.17 menunjukkan hasil sebesar 51% dan termasuk
Sebagian besar karakteristik demografi pegawai dalam kategori kurang sehat (berdasarkan scoring
BKMM adalah golongan paramedis (44%) dengan Rangkuti.21
jenis kelamin laki-laki (65,1%). Sebagian besar ber- Pencapaian kinerja keuangan menunjukkan ha-
usia 31-40 tahun (34,9%) dengan tingkat pendidikan sil >100%, sedangkan kinerja non keuangan masih
D3 (41,9%) dan lama kerja >10 tahun (44,2%). <100%. Hal ini memperlihatkan bahwa BKMM masih
Tingkat kepuasan pegawai BKMM diperoleh sebesar berfokus pada pencapaian kinerja keuangan diban-
74,6%. Tingkat kepuasan tertinggi terdapat pada dingkan dengan pencapaian kinerja non keuangan.
kepuasan terhadap pekerjaan dan hubungan erat Penilaian kinerja BKMM tampaknya masih berorien-
dengan rekan kerja (95,4%) dan kepuasan terendah tasi pada kinerja keuangan, dengan mengandalkan
pada dimensi bonus yang diterima serta hubungan pada anggaran tahunan sebagai alat perencanaan
erat dengan atasan masing-masing (55,9% dan masa depan BKMM. Tipe perencanaan yang dilaku-
58,2% secara berturutan). kan BKMM adalah perencanaan yang berdasar pada
Hasil tersebut berbeda dengan penelitian yang anggaran tahunan dan berbasis prakiraan, belum
dilakukan oleh Khadijah18 yang mendapatkan tingkat menggunakan perencanaan strategik.
Menurut Siswali dan Hasanbasri22, pengukuran men. 3) Peningkatan pelayanan melalui citra rumah
kinerja yang berlaku di lembaga pemerintah selama sakit pelayanan prima. 4) Peningkatan kualitas
ini adalah Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pe- SDM.
merintah (LAKIP) yang mengukur masukan, keluar- Untuk itu, yang paling terkait dengan misi
an, hasil, manfaat, dan dampak. Adapun indikator BKMM adalah perspektif pertumbuhan dan pem-
proses kurang tepat bila dimasukkan sebagai indi- belajaran. Pelatihan akan meningkatkan kapabilitas
kator kinerja karena indikator proses bersifat lebih pegawai, kapabilitas pegawai bersama dengan pe-
dinamis yang merupakan ciri organisasi yang berba- manfaatan teknologi informasi yang akan meningkat-
sis kinerja.22 kan produktivitas dan pada akhirnya akan meningkat-
kan pendapatan BKMM melalui PNBP.
2. Keterkaitan Setiap Perspektif dalam Kualitas teknis yang terkait standar internal
Kerangka Balanced ScoreCard (pelayanan bedah, laboratorium, farmasi, rekam me-
Keterkaitan antar perspektif diawali darimisi dik dan pelayanan administrasi) pada perspektif pro-
BKMM. 12 Balai Kesehatan Mata Masyarakat ses internal akan mempercepat response time dan
(BKMM) berusaha mencapai visi, misi, tujuan dengan waktu tunggu rawat jalan. Pegawai yang puas akan
cara menjabarkannya dalam strategi rumah sakit. meningkatkan produktifitasnya. Selain itu, response
Sasaran strategis ini kemudian dijadikan pedoman time dan waktu tunggu yang cepat akan meningkat-
operasional rumah sakit, yaitu: 1) Peningkatan pen- kan kepuasan pelanggan. Pelanggan yang puas akan
dapatan rumah sakit, dengan upaya peningkatan meningkatkan jumlah kunjungan dan cakupan ope-
jumlah kunjungan rawat jalan dan peningkatan ca- rasi di BKMM dan pada akhirnya akan meningkatkan
kupan jumlah operasi katarak dengan tehnik fako- citra BKMM sehingga visi BKMM dapat tercapai.
emulsifikasi. 2) Membuat sistem informasi manaje-
gasan pekerjaan yang menuntut ketrampilan baru, 3. Nasution. Pengukuran Kinerja Rumah Sakit
kesempatan untuk bekerja dalam tim lintas fungsio- dengan Balanced Scorecard. Diunduh dari http:/
nal dan pengalaman pendidikan yang relevan, peng- /respiory.usu.ac.id/bitsstream/123456789/
hargaan, komunitas hubungan dengan rekan kerja, 21063/1/ikm-jurnal. 2008. 12(3).pdf. Diakses
work arrangement dan work impact.23 pada tanggal 9 Maret 2011.
Pada perspektif proses internal, rencana pe- 4. Sudarmanto. Kinerja dan Pengembangan Kom-
ngembangan untuk keunggulan proses penciptaan petensi SDM. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
nilai bagi customer dibangun melalui pendekatan 2009:16-17.
sebagai berikut: 1) Reenginering atas proses yaitu 5. Setyawati. EP. Pengukuran kinerja sektor publik.
mendesain kembali proses untuk pengelolaan ope- FK Unpad. Diunduh dari pustaka.unpad.ac.id/
rasi, proses untuk pengelolaan customer, proses ino- wp.../09/perhitungan_kerja_sektor _publik. pdf
vasi pelayanan dan proses untuk pemenuhan regulasi Diakses pada tanggal 14 Mei 2011.
dan hubungan sosial, 2) Perbaikan berkelanjutan 6. Luis S, Biromo PA.Step by Step in Cascading
terhadap proses. Balanced Scorecard to Functional Scorecards.
Pada perspektif pelanggan rencana pengem- PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 2007:16-
bangan adalah berupa pembangunan customer capi- 18.
tal. Hal ini merupakan sasaran strategik untuk mem- 7. Kaplan RS, Norton DP. Balanced Scorecard.
bangun keunggulan produk/jasa yang dihasilkan un- Menerapkan Strategi menjadi Aksi. Penerbit
tuk memenangkan pilihan customer. Adapun rencana Erlangga, Jakarta. 2000.
pengembangannya adalah membangun atribut pro- 8. Maskur. Pengukuran Kinerja dengan Pende-
duk/jasa, membangun hubungan berkualitas dengan katan Balanced Scorecard (Studi Kasus pada
customer , membangun citra dan nama baik. Ukuran RS Dr. Kariadi Semarang). Program Studi Mag-
keberhasilan pencapaian customer capital adalah ister Manajemen Program Pascasarjana Uni-
pangsa pasar, pemerolehan customer, kesetiaan versitas Diponegoro, Semarang. 2004.
customer, kepuasan customer dan profitabilitas cus- 9. Ernawati, Dasuki D, Wahab A.Evaluasi Kinerja
tomer.23 Pelayanan antara Puskesmas Cakupan Tinggi
dengan Puskesmas Cakupan Rendah dengan
KESIMPULAN DAN SARAN Menggunakan Pendekatan Balanced Score-
Kinerja BKMM berdasarkan BSC adalah sebe- card. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan.
sar 51.0%, termasuk dalam kategori kurang sehat. 2009;12: 120-9.
Pencapaian kinerja keuangan adalah lebih dari 10. Depkes RI. Lampiran KepMenKes No 425/
100%, sementara kinerja non keuangan (pelanggan, Menkes/SK/VI/2006 tentang Kebijakan Dasar
proses internal dan kinerja pembelajaran dan per- Balkesmas.Jakarta.2006.
tumbuhan) masih kurang dari 100%. Hasil penelitian 11. Depkes RI. Permenkes No 1652/Menkes/Per/
juga menunjukkan ketidaksesuaian antara kepuasan XII/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai
pelanggan eksternal yang tinggi dengan kepuasan Kesehatan Mata Masyarakat.Jakarta.2005.
pelanggan internal yang rendah. Oleh karena itu 12. Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI
bagian yang berpotensi untuk dikembangkan adalah No 56/KMK/05/2011 tentang Penetapan BKMM
komitmen pegawai, kecepatan pelayanan dan cus- Makassar menjadi Badan Layanan Umum.
tomer capital. Jakarta. 2011
Penelitian ini menyarankan pihak manajemen 13. Moeheriono. Pengukuran Kinerja Berbasis Kom-
untuk memperbaiki sistem pembagian jasa pelayan- petensi. Ghalia Indonesia, Bogor.2009:136-7.
an berdasarkan remunerasi. Selain itu perlu keterbu- 14. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 129/
kaan pihak manajemen dalam memberikan informasi Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
pelatihan kepada stafnya dan penyusunan peren- Minimal Rumah Sakit.Jakarta. 2008.
canaan dilakukan secara terpadu dan terintegrasi. 15. Yuwono SR. Valuasi Kinerja dengan Rerangka
Balanced Scorecard sebagai bahan penyusun-
REFERENSI an Rencana Kegiatan Peningkatan Pemanfaat-
1. Hartono B. Manajemen Pemasaran Untuk an Rawat Inap Paviliun RSUD dr.Soetomo. Pro-
Rumah Sakit. PT Rineka Cipta, Jakarta, 2010:4 gram Pascasarjana Universitas Airlangga,
2. Mahmudi. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Surabaya. 2001.
Edisi Kedua. Penerbit UPP STIM YKPN, 16. Silalahi M. Analisis Pengaruh Kualitas Pelayan-
Yogyakarta. 2010:73, 134-7. an dalam Kaitannya dengan Loyalitas Pasien
Rawat Inap di RS Islam Malahayati Medan: Pro- Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;
gram Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Jakarta.2004.
Medan, Medan. 2007. 20. Dhini IS. Analisis Faktor-Faktor yang Berpe-
17. Putri AG. Analisis Pengaruh Persepsi Pasien ngaruh Terhadap Kepuasan Kerja Tenaga Medis
Tentang Mutu Pelayanan Dokter Terhadap Poliklinik Rawat Jalan RSUD Tugurejo Program
Loyalitas Pasien di Poliklinik Umum Instalasi Pascasarjana Universitas Diponegoro
Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang, Semarang. 2005.
Semarang Tahun 2008 Program Pascasarjana 21. Rangkuti F. SWOT Balanced Scorecard. Tehnik
Universitas Diponegoro Semarang, Semarang. menyusun strategi korporat yang efektif plus
2008. cara mengelola kinerja dan resiko. PT Gramedia
18. Khadijah SN. Evaluasi Kinerja Rumah Sakit X Pustaka Utama. Jakarta, 2011:.143-7.
Periode 1998-2001 Menggunakan Modifikasi 22. Siswaji GB, Hasanbasri M, Tjahjono K. Kinerja
Balanced Scorecard. Program Studi Ilmu Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta. Studi
Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Implementasi Manajemen Strategis Dengan
Universitas Indonesia.Jakarta 2002. Sistem Manajemen Akuntabilitas Kinerja. Jurnal
19. Hestiningsih. Analisis Kinerja Instansi Rawat KPMK.Working Paper Series. 2007; 20: 1-10.
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo 23. Mulyadi. Sistem terpadu pengelolaan kinerja
Jakarta dengan Menggunakan Pendekatan Kon- personel berbasis Balanced Scorecard. UPP
sep Balanced Scorecard. Program Studi Kajian STIKM YPKN, Yogyakarta, 2009:459-61, 498,
Rumah Sakit Program Pascasarjana Fakultas 501-4.