Anda di halaman 1dari 12

Volume 8. No.

2 Nopember 2017 ISSN 2086 - 4450

Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan

Sintang
Vox Volume Nomor Halaman ISSN
Nopember
Edukasi 8 1 60 - 132 2086 - 4450
2017
ISSN: 2086-4450

SUSUNAN DEWAN REDAKSI


VOX EDUKASI
JURNAL ILMIAH ILMU PENDIDIKAN
VOL. 8 No. 2 Nopember 2017

Pengarah/Pembina:
Dr. Drs. Y.A.T. Lukman Riber, M.Si.

Penanggung Jawab:
Drs. Rafael Suban Beding, M.Si.

Pimpinan Redaksi:
Dr. Yusuf Olang, M.Pd.

Dewan Redaksi:
Nelly Wedyawati, S.Si., M.Pd.
Anyan, M.Kom.

Reviewer Internal:
Eliana Yunitha Seran, M.Pd.
Herpanus, S.P., M.A., Ph.D
Dr. Hilarius Jago Duda, S.Si., M.Pd.
Mardawani, M.Pd.
Dessy Triana Relita, M.Pd.
Nelly Wedyawati, S.Si., M.Pd.

Reviewer Eksternal:
Bintoro Nugroho, M.Si., Ph.D
(Universitas Tanjungpura Pontianak)
Dr. Rusma Noortyani, M.Pd.
(Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin)

Alamat Redaksi
Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
STKIP Persada Khatulistiwa Sintang Kalimantan Barat
Jl. Pertamina Sengkuang KM. 4 Kapuas Kanan Hulu Sintang Kalimantan Barat
Kotak Pos 126, Kalbar, Hp/Telp. (0565) 2025366/085245229150/085245847748)
Website:http://jurnal.stkipsintang.ac.id/indek.php/voxedukasi
Email: lppmpersadakhatulistiwa@yahoo.co.id /lppm@stkippersada.ac.id
ISSN 2086 - 4450

VOX EDUKASI
JURNAL ILMIAH ILMU PENDIDIKAN
VOL. 8 No. 2 Nopember 2017

DAFTAR ISI

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA BERBASIS


MODEL GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA
60 – 71
Eka Trisianawati & Handy Darmawan
Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Pontianak

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM


SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
PADA MATERI PROGRAM LINIER KELAS XI SMK 72 - 82
Rolia, Rosmaiyadi & Nurul Husna
Pendidikan Matematika, STKIP Singkawang

PENGARUH PELATIHAN KETERAMPILAN BERWIRAUSAHA


TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA
83 - 93
Anna Marganingsih & Emilia Dewiwati Pelipa
STKIP Persada Khatulistiwa Sintang

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE DALAM


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
NEGARA BERKEMBANG DAN NEGARA MAJU DI KELAS IX A Deti 94 - 100
Detia Sari, Avelius Dominggus Sore &Yulia Suriyanti
STKIP Persada Khatulistiwa Sintang

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA NARRATIVE


TEXT DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR (PICTURE
STORY) PADA SISWA KELAS IXC DI SMPN 3 SUNGAI TEBELIAN
TAHUN PELAJARAN 2014/2015 101 – 108
Rufina Sekunda
Guru Bahasa Inggris SMPN 3 Sungai Tebelian, Jl. Sintang-Pontianak
KM.17

STRUKTUR GENERIK DAN KONVENSI PENUTURAN


KANA “INAI ABANG NGUAK”
109 – 117
Sri Astuti & Yudita Susanti
STKIP Persada Khatulistiwa Sintang

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING


UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR
KOGNITIF SISWA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN
MANUSIA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 3 118 - 132
BELIMBING
Mikha, Hilarius Jago Duda, & Didin Syafruddin
STKIP Persada Khatulistiwa Sintang
STRUKTUR GENERIK DAN KONVENSI PENUTURAN
KANA “INAI ABANG NGUAK”

Sri Astuti dan Yudita Susanti


Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Persada Khatulistiwa Sintang; Email:
sriastuti170515@gmail.com, yuditasusanti@yahoo.co.id

Abstrak: Kana atau kanuak adalah istilah bahasa Dayak Desa yang berarti tuturan. Dalam konteks sastra
dan budaya Dayak, kana adalah semacam syair atau puisi naratif yang bertutur tentang kehidupan para
dewa di alam kayangan. Tuturan itu dilakukan dengan menggunakan bahasa arkhais. Kana “Inai Abang
Nguak” mengungkapkan kehidupan para tokoh di dunia kayangan dengan tujuan menghibur dan
mengingatkan masyarakat tentang kehidupan di zaman dahulu di mana dunia manusia dan dunia
kayangan tak terpisahkan. Tulisan ini bertujuan mengungkap makna teks kana ‘Indai Abang Nguak’
dengan mengungkap strategi tekstual cerita tersebut.

Kata Kunci: kana, struktur generic, konvensi penuturan, sastra lisan

Abstract: Kana or Kanuan is a Dayak language term which has meaning as a traditional utterance. In
the context of literature and culture of Dayak, kana is like a lyric or narrative poetry which talked about
God’s life in the heaven. That traditional utterance is spoken by using Arkhais language. Kana “Inai
Abang Nguak” revealed the life of figures in the heaven that is purposed to entertain and remind people
about ancestor’s life when human and heaven’s life cannot be separated. The purpose of this study is to
find the meaning of kana “Inai Abang Nguak’ by revealed textual strategy of the story.

Keywords: kana, generic structure, utterance convention, oral literature

109
Sri Astuti & Yutitha Susanti, Struktur Generik dan Kovensi Penuturan Kana “Inai Abang Nguak”| 110

PENDAHULUAN yang ditelitinya pemanfaatan persediaan


Kana adalah cerita lisan yang dituturkan formula sangat menonjol, seperti
dengan cara dinyanyikan. Bahasa yang penggunaan epithets terutama pada puisi di
digunakan adalah bahasa yang distilisasi Yugoslavia. Epithets tersebut sebagai
dan bukan bahasa yang digunakan untuk formula yang siap pakai.
komunikasi sehari-hari. Tokoh kana The most stable formulas will be those
for the most common ideas of the poetry.
memiliki kekuatan yang luar biasa. Tokoh-
They will express the name of the actors,
tokoh dalam kana adalah tokoh manusia the main actions, time and place. Thus in
the line, Vino pije Kraljevicu Marko.
setengah dewa. Untuk menghormati tokoh-
“kraljevic Marko is drinking wine.
tokoh kana, dalam menceritakan tokoh- Kraljevicu Marko presents the hero in a
complete second-half-line formula.
tokoh tersebut tidak disebutkan nama
Kraljevic, properly a title king son” or
secara langsung, melainkan disebutkan “prince” is treated as a patronymic. In
another line, “Sultan” make it possible
epithet tokoh tersebut.
to name Selim in a four-syllable initial
Dalam penciptaan sastra lisan, seperti formula. The young singer learns that
patronymics, titles, and indications of
yang dikemukakan oleh Perry yang diikuti
city of origin, for exsample, od Orasca
oleh muridnya yaitu Lord, formula yang Tale, “Tale of Orasac,” ar of great use
in naming his heroes. Epithets are not so
siap pakai menjadi modal dalam
frequent in this tradition because the
penciptaannya. Seperti yang dikemukana shortness of the line does not present a
need for them that cannot be fulfiled by
oleh Teeuw (2003:243), menurut Lord
title or patronymic. The come into usage
pemanfaatan epitheton dalam karya epos either when there is not title or because
the make-up of the line does not allow a
Homeros, yang ternyata dapat
long patronymic, or when the singer
dimanfaatkan langsung dalam matra wishes to express the actor in a whole
line, frequently a vocative, as in Sultan
tertentu. Epitheton adalah semacam kata
Selim, os svijeta sunce, “ O Sulltan
sifat, atau klausa yang berfungsi kata sifat, Selim, light [sun] of the word” (Lord,
1976, P. 34).
yang memerikan ciri khusus seorang atau
suatu benda, keadaan dan lain-lain. Formula adalah sekelompok kata yang
Misalnya Odysseus biasanya disebut secara teratur dimanfaatkan untuk
polutas atau polumetis yang banyak mengungkapkan ide pokok. Setiap kali
menderita atau yang banyak akalnya. penutur bercerita, ia selalu menggunakan
Ada beberapa aspek yang dikemukakan formula tersebut. Ungkapan ungkapan ini
oleh Lord (1976) dalam penciptaan sastra biasanya diingat penutur sehingga
lisan yaitu formula dan ungkapan kelompok formula tersebut siap digunakan.
formulaik, tema-tema siap pakai, dan
pewarisan. Misalnya dalam karya Homerus
111 | V O X E D U K A S I V O L 8 N o . 2 N O P E M B E R 2 0 1 7

One should not conclude, of course, that of what is being sting; for if the singer
these singers learned these formulas changes what he has heard in its
from Salih or he from them. Salih essence, he falsifies truth. It is not the
learned them bit by bit from the singers artist but the historian who speaks at this
whom he heard, and they from all whom moment, although the singer’s concept
they heard, and so forth back for of the historian is that of a guardian of
generation. It would be impossible to legend (Lord, 1979, P. 28).
determine who originated any of them.
All that can be said that they are METODE
common to the tradition; they belong to Pendekatan yang digunakan dalam
the “common stock of formula (Lord,
penelitian ini adalah kualitatif. Metode
1976, p. 48-49).
pengumpulan data menggunakan
Dalam tradisi lisan, bagi penutur
wawancara tidak terstruktur, teknik
penerusnya harus mengedapankan alur
perekaman, teknik pencatatan dan
cerita seperti yang telah diterimanya,
pengarsipan. Analisis data dilakukan
meskipun tidak persis sama. Hal ini
dengan menggunakan pendekatan kritik
dilakukan untuk menjaga kelestarian tradisi
teks (Filologi) dan kritik sastra. Kritik teks
lisan tersebut. Seperti yang dilakukan
dimaksudkan untuk memperoleh teks yang
Zogic, saat mempelajari unsur ceritannya,
benar-benar dapat mewakili korpus
dan ia mendekripsikan alurnya seperti
kebudayaan masyarakat subjek penelitian.
cerita yang diajarkan oleh Makic
Kritik sastra diarahkan pada upaya
kepadanya. Meskipun tidak persis sama,
menggali mautan makna (content analysis)
namun hal itu dianggap sama.
yang terkandung dalam teks saksi.
Zogic did not learn it word for word and
Teknik analisis data diawali dengan
line for line, and yet the two songs are
recognizable versions of the same story. penyuntingan teks. Teknik penyuntingan
They are not close enough, however, to
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
be considered “exactly alike.” Was
Zogie lying to us? No, because he was teknik edisi standar. Penyuntingan teks
singing the story as he conceived it as
berpedoman pada ejaan. Teks disunting
being ‘like” Makic's story, and to him
“word for word and line for line” are sesuai dengan bentuk aslinya, dengan
simply an emphatic way of saying
memberikan tanda baca untuk
“like.” As I have said, singers do not
know what words and lines are. What is mempermudah dalam interpretasi atau
of importance here is not the fact of
memahami teks. Penyuntingan teks
exactness or lack of exactness, but the
constant emphasis by the singer on his dilakukan sesuai dengan ejaan yang
role in the tradition. It irnot the creative
berlaku. Setelah dilakuakan penyuntingan
role that we have stressed for the
purpose of clarifying a teks, dilanjutkan ke penerjemahan.
misunderstanding about oral style, but
Penerjemahan menggunakan
the role of conserver of the tradition, the
role of the defender of the historic truth terjemahan bebas (free translation).
Sri Astuti & Yutitha Susanti, Struktur Generik dan Kovensi Penuturan Kana “Inai Abang Nguak”| 112

Terjemahan bebas dimaksudkan untuk teori belaka; (3) Display coding, sajian
menunjukan atau untuk mengetahui makna langsung memaparkan kategori dan analisis
kata dalam hubungannya dengan kalimat, mendalam.
atau untuk menerangkan makna kias yang
ada dalam teks yang bersangkutan HASIL DAN PEMBAHASAN
(Endraswara, 2009:96). Dalam penelitian 1. Hakikat Kana
ini teks asli ditampilkan terlebih dahulu, Proses narasi kana membutuhkan waktu
baru kemudian diikuti dengan teks hasil yang sangat lama karena kana memiliki
terjemahan. Teks asli dan terjemahannya cerita yang sangat panjang. Kana dapat
akan diberi penomoran untuk dinarasikan hingga berminggu-minggu
mempermudah menganalisisnya. bahkan satu bulan jika semua epithetnya
Penuturan kana akan dianalisis digunakan. Kana juga bisa dinarasikan
berdasarkan perspektif Albert B. Lord dengan mengurangi epithetnya sehingga
tentang penciptaan puisi lisan. Prosedur membutuhkan waktu yang lebih singkat.
analisis data yang dimaksud adalah sebagai Dalam tradisi masyarakat Dayak Desa,
berikut. (1) Open coding, artinya membuka untuk memperoleh kana tidak mudah.
diri agar memperoleh variasi data yang Seorang yang ingin menjadi seniman kana
lengkap. Dalam kaitan ini, proses harus menguasai setiap alur cerita untuk
memerinci (breaking down), memilah setiap judul kana yang dipelajarinya.
(cheking), memeriksa (examining) satu Biasanya ia harus belajar secara khusus
persatu secara cermat, mana data yang akan kepada seorang guru untuk memperoleh
digunakan, membandingkan (comparing) satu jalan cerita. Untuk satu jalan cerita
antara catatan, pengamatan, dan rekaman, dibutuhkan waktu yang lama.
mengkonseptualisasikan (conseptualizing), Proses pewarisan kana dilakukan secara
dan mengkategorikan (categorizing); (2) formal. Seorang murid belajar pada
Axial coding, yaitu pengorganisasian gurunya tentang alur cerita setiap kana.
kembali data-data yang telah terklasifikasi. Untuk satu cerita, membutuhkan waktu
Peneliti melakukan hubungan berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan
antarkategori, agar tidak terjadi untuk belajar kana. Guru mewariskan jalan
pengulangan-pengulangan. Hubungan cerita kana kepada muridnya dengan cara
kategori itu dianalisis berdasarkan menceritakan alur cerita kana, dalam
bandingan-bandingan, sehingga diperoleh bahasa Dayak Desa disebut benani. Benani
kejelasan. Pada saat analisis, selalu berpijak adalah bercerita kana tanpa dinyanyikan.
pada informan, tidak hanya berdasarkan Setiap penutur kana harus mengingat alur
113 | V O X E D U K A S I V O L 8 N o . 2 N O P E M B E R 2 0 1 7

dalam setiap kana. Menurut informan penutur hanya sanggup menuturkan


dalam penelitian ini, yaitu Pak Began, maksimal setengah cerita.
untuk mempelajari kana, ia membutuhkan Cerita dalam kana sangat unik dan
waktu berbulan-bulan. Informan belajar istimewa. Setiap penutur bisa menceritakan
kana pada saat beliau masih usia belia. cerita dengan berbagai judul. Masing-
Umurnya saat itu masih belasan tahun masing cerita hadir dengan berbagai
sebelum beliau menginjak masa puber. variasi. Masing-masing tokoh bisa
Informan memperoleh kana secara cuma- mengalami peristiwa yang sangat berbeda
cuma dari gurunya yang adalah ayah dengan cerita dengan judul yang berbeda.
penutur sendiri. Setiap judul cerita diwariskan dari leluhur.
Saat ini generasi muda penerus kana Judul dan cerita sudah siap pakai, penutur
sangat kurang. Umur termuda penutur kana tinggal menuturkan tanpa harus
di atas lima puluhan tahun. Hal ini menciptakan cerita baru. Seperti yang telah
dikarenakan berkembang dan masuknya dijelaskan sebelumnya, kana dinarasikan
budaya luar yang menyebabkan generasi dengan cara dinyanyikan. Dalam setiap
muda lebih tertarik dengan kegiatan- larik atau baris dalam satu bagian tertentu,
kegiatan yang lain. Sastra seperti kana harus memiliki bunyi akhir yang sama.
kurang mendapat perhatian yang besar. Penutur dapat mengubah bunyi dengan cara
Kana sastra lisan yang berbentuk cerita mengakhiri bunyi sebelumnya. Misalnya
dan mengisahkan manusia setengah dewa. mengganti asonansi u menjadi i dan
Manusia yang diceritakan dalam kana seterusnya. Minimal ada lima persamaan
bukan manusia biasa. Tokoh dalam kana bunyi akhir dalam kana, yaitu ai, i, an, a,
adalah manusia yang memiliki kekuatan ang. Penutur dapat memilih bunyi akhir
luar biasa melebihi kekuatan manusia. dan mengganti bunyi yang satu ke bunyi
Tokoh kana dipercaya adalah sebagai tokoh yang lain.
suci. Boleh dikatakan tokoh kana sebagai Nada yang digunakan dalam kana,
manusia divine being. cenderung resitatif, atau berulang-ulang.
Kana dituturkan dengan cara Biasanya, saat memulai dan mengakiri
dinyanyikan. Penuturan kana bisa sangat lagu, penutur melakukan durasi yang lama
lama, hingga berhari-hari bahkan untuk satu arus ujar. Salah satu bunyi
berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. diperpanjang dengan cengkokan yang khas.
Menurut informan, tidak pernah ada
penutur yang sanggup menuturkan satu
judul cerita hingga selesai. Biasanya
Sri Astuti & Yutitha Susanti, Struktur Generik dan Kovensi Penuturan Kana “Inai Abang Nguak”| 114

2. Konvensi Penuturan sidak riam batu ikan nginik kempangan


A. Kalimat Awal dan Akhir nginik kempangan patah ngelengang
Setiap cerita harus dimulai dan dikahiri ‘orang Riam Batu Ikan menginjak di
dengan tanda-tanda tertentu. Pergantian ujung, patah tiba-tiba’.
latar tempat, mulai dari menceritakan tokoh
A berganti ke tokoh B, dan seterusnya, Contoh tersebut penutur mengatakan
harus dijelaskan oleh penutur. Cara yang cerita tentang anak orang Batu Nantai saya
digunakan untuk memulai cerita adalah hentikan terlebih dahulu. Selanjutnya
dengan bunyi U yang dipanjangkan penutur mulai menceritakan tokoh lainnya.
kemudian menyebutkan latar atau tokoh Karena penuturan kana semua unsur
yang akan diceritakan. Misalnya seperti diceritakan dengan sangat rinci, maka jika
yang terlihat pada pembuka cerita, yaitu penutur tidak menceritakan dengan rinci,
kalimat berikut. atau hanya menceritakan gambaran
“uuu...tapi petit dilah agik engkah ke umumnya saja, penutur akan mengatakan
bara, lubah nangun tutur sepatah buah
bahwa ia tidak menceritakan dengan
kisah agik engkah ke pungkaaahhh
buuuliii... ik ik ik” panjang lebar seperti pada contoh berikut.
‘uuu...tapi silat lidah masih meletakkan
tapi anai aja ndai aku liiibar paaanyai
bara, perlahan memulai tutur sepatah
‘tapi cerita tidak panjang lebar’
kata, kisah masih diletakkan ke
diak lengai aku ndai gak beradu
Pungkaaahhh Buuuliii...ik ik ik’
panyaaai kensik diak aku amik sigik duai
‘di situ cerita saya tidak terlalu panjang,
Pada contoh tersebut penutur memulai
cerita di situ saya ambil satu dua’
dengan bunyi u yang sangat panjang
kemudian diukuti dengan mengatakan Hal ini dilakukan agar pendengar tidak
bahwa ia akan memulai dengan bertanya mengapa tidak menceritakan
menceritakan orang dari Pungkah Buli bagian-bagian tertentu secara rinci. Penutur
yaitu kampung Batu Nantai, kemudian melakukan ini agar cerita tidak terlalu lama
diakhiri dengan bunyi akhir yang dan alurnya terus berjalan cepat agar
dipanjangkan dan ditutup dengan ayunan ik pendengar tidak bosan. Pada bagian ini
ik ik. penutur juga bisa sambil memperkenalkan
Untuk mengakhiri bagian-bagian dalam dirinya jika ada pendengar yang belum
cerita ditutup dengan mengatakan cerita di kenal dengan penutur. Seperti pada contoh
bagian tersebut dihentikan telebih dahulu. berikut ini.
Misalnya seperti pada contoh berikut. tapi tutak apai nanyan tengadak naku
diak nai banyak buuu...nyi
115 | V O X E D U K A S I V O L 8 N o . 2 N O P E M B E R 2 0 1 7

‘tapi cerita saya, seorang ayah yang rima baru’. Seperti ngidi yang dilakukan
memiliki anak pertama perempuan ini di
oleh penutur pada contoh berikut.
situ tidaklah panjang lebar’

Pada Contoh tersebut penutur aduah mati luluah mati betubuah laya
‘aduh hati luluh pilu, badannya letih
menyebutkan bahwa anak pertama penutur
lesu’
adalah perempuan. Penutur
Pada contoh ini penutur sedang
memperkenanlakan dirinya karena di antara
menggunakan rima dengan bunyi akhir
pendengar yang hadir ada yang belum
adalah a yang tampak pada kata laya, dan
dikenal oleh penutur. Jadi penuturan kana
akan mengganti dengan bunyi akhir yang
selain untuk menghibur, dapat dijadikan
lain misalnya bunyi n.
sebagai sarana untuk memperkenalkan diri
aduah mati luluah mati batubuah
dan keluarga penutur.
puuu...ntannn... ‘aduh hatinya luluh,
badan lesu’
B. Rima
Rima sangat dipentingkan dalam Rima yang digunakan sebelumnya
penuturan kana. Setiap kalimat harus dengan bunyi akhir n. Penutur
berirama sama dengan kalimat lainnya. menggantinya dengan rima lain misalnya
Dalam satu cerita penutur bisa dengan bunyi akhir a. Kalimat aduah mati
menggunakan beberapa rima. Bunyi akhri luluah mati batubuah… digunakan untuk
yang biasa digunakan diantaranya adalah menganti rima yang digunakan. Kata
bunyi akhir a, u, i, ai, uang, n dan lain-lain. terakhir yang digunakan disesuiakan
Untuk kepentingan rima akhir yang sama, dengan rima yang sedang digunakan.
penutur bisa menubah satu kata dengan Untuk mengakhiri sebuah cerita,
mengganti bunyi akhirnya. Misalnya kata biasanya penutur akan mendoakan semua
muda jika menggunakan bunyi akhir a, yang hadir, yaitu pendengar dan dirinya
bungi jika menggunakan bunyi akhir i, atau sendiri. Seperti pada kutipan berikut ini.
bungai jika mengunakan bunyi akhir ai. te dah kak serit naku anak pipit pulai
berunai ke tangkai melai
Bunyi akhir i biasanya digunakan untuk
tingaih ayu dulau datai ke langit ayu
nada-nada yang lebih tinggi. Bunyi akhir u dekingu sebunsuuu sempenai
tuah udah betamah bintang betetai
untuk nada yang lebih rendah.
mimpi tengang pampang tuai mimpi
Jika penutur hendak mengganti rima batu
penusu jelawai mimpi aik de nanga
yang sedang digunakan, maka penutur
sungai mimpi bulan teli muntar bejalai
melakukan ngidi ‘mengakiri bunyi yang mimpi aku ke matari tengari tuai idup
nyamai u sepupu bunuang sadai u
sedang digunakan dan mengganti dengan
Sri Astuti & Yutitha Susanti, Struktur Generik dan Kovensi Penuturan Kana “Inai Abang Nguak”| 116

betungal ngalai kitai pemansang tampan, pemangku adat


dari Batu Nantai
senaaang 2. Dabuang 27 Tokoh utama, adik
Perempuan dari Tokoh
Keliang.
‘sudah mau serit milikku anak pipit, 3. Bedai 66 Tokoh utama, sakti,
kembali berayun ke tangkai melai tampan, pemangku adat
dari Tunan.
Di langit atas, dijaga oleh Sebunsu 4. Laja 57 Tokoh utama, sakti,
Sempenai (raja Juawata/Tuhan) tampan, tuak perang.
5. Inai Abang 23 Tokoh utama, cantik,
Berkat sudah bertambah bintang sakti, jodoh dengan suku
bertaburan, mimpi tengang bercabang lain.
6. Apai Abang 8 Tokoh utama, sakti,
cabang tua, mimpi batu penusu tampan, bukan suku
jelawai, mimpi air di nanga sungai, Dayak
7. Jengkuan 32 Tokoh utama, tampan,
mimpi bulan sedang purnama berjalan, sakti, pemangku adat dari
mimpi aku matahari tua, hidup enak oh Balau
8. Kumang 24 Tokoh utama, perempuan
sepupu, keponakan, oh sepupu, kita tercantik dan terkuat,
sekarang dan masa depan yang 9. Tenai 7 Tokoh utama, sakti,
senang.’ tampan,
10. Papak 1 Tokoh utama, cantik,
sakti
Makna dari doa tersebut adalah kita 11. Lanai 85 Tokoh utama, tampan,
besar, sakti, pemangku
adat dari Bulai.
berjuang, sekarang kita sudah senang, 12. Sinya 5 Tokoh utama, cantik,
sakti
banyak rejeki, kita dijaga oleh raja Juawata 13. Apai Sampang 7 Tokoh utama, sakti,
tampan
(Tuhan), Bungsu Petara (Tuhan) rejeki 14. Kumang 3 Tokoh utama, cantik,
Tengai sakti
bertambah, bagus, kuat, tidak ada masalah, 15. Kumang Tanan 3 Orang dari Khayangan,
Remayan cantik, sakti
hidup terang benderang, hidup bahagia 16. Lanai Sarak 10 Orang dari Khayangan,
Tengelai tampan, sakti
17. Ranau 1 Tokoh utama, cantik,
saudara sepupu, anak-anak semua, oh sakti
18. Ibu 3 Sapaan untuk seorang ibu
saudara sepupu, kita semua hidup bahagia.’ 19. Ayah Keliang 5 Tokoh utama, tampan,
sakti, memiliki lebih dari
satu kepala.
20. Ayah Lanai 2 Tokoh utama, tampan
C. Epitet Tokoh dan Epitet Tempat sakti
21. Dukun 2 Tokoh tambahan, sakti
Tokoh dan latar tempat dalam kana 22. Nenek Moyang 1 Tokoh tambahan
23. Anak 21 Tokoh tambahan
seringkali tidak disebut dengan nama 24. Perempuan 2 Sapaan untuk perempuan
25. Manuak Bebari 31 Tokoh utama, tampan,
sakti
asalnya, tetapi disebutkan dengan Jumlah Total Epitet 496
epitetnya. Hal inilah yang membuat
penuturan kana menjadi sulit bagi para
pemula karena seorang tokoh atau sebuah
tempat memiliki banyak sekali Epitet .
seperti tampak pada table berikut.

Rangkuman Epitet Tokoh dalam Kana Inai


Abang Nguak
No Nama Tokoh Jumlah Keterangan
Epitet
1. Keliang 70 Tokoh utama, tokoh
tersakti, dan paling
117 | V O X E D U K A S I V O L 8 N o . 2 N O P E M B E R 2 0 1 7

Rangkuman Epitet Latar Tempat dalam tersebut selaian untuk menjelaskan


Kana Inai Abang Nguak
ciri dari tokoh ataupun latar tempat,
No Nama Latar Jumlah Keterangan berfungsi untuk menghormati para
Tempat Epitet
1. Batu Nantai 82 Nama Kampung asal tokoh kana.
Keliang
2. Pulau Jawa 21 Nama daerah dari suku
dan Lainnya lain
3. Balau 19 Nama kampung asal
Jengkuan DAFTAR RUJUKAN
4. Bulai 19 Nama Kampung asal
Lanai Lord, Albert B. 1976. The Singer of
5. Tunan 5 Nama kampung asal
Bedai Tales. New York: Atheneum.
6. Khayangan 81 Asal Lanai Sarak
Tengkelai. Teeuw, A. 2003. Sastra dan Ilmu
Total Jumlah Epitet 227
Latar
Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
Astuti, Sri, Yudita Susanti, Yoseph
SIMPULAN
Yapi Taum, I. Praptomo Baryadi,
Kana adalah cerita suci yang
2017. Penuturan Kana“Inai
menceritakan tokoh-tokoh yang
Abang Nguak”: Suntingan Teks,
diyakini hidup di masa lampau.
Terjemahan, Analisis Struktur
Tokoh-tokoh kana adalah manusia
Dan Pandangan Hidup
divine being. Penuturan kana harus
Masyarakat Dayak Desa.
mengikuti konvensi penuturan untuk
Laporan hibah Penelitian Kerja
menghormati para tokoh-tokoh kana.
Sama Antar Perguruan Tinggi
Dalam kana “Inai Abang Nguak”
(PEKERTI).
terdapat 496 epiteth tokoh dan 227
epitet latar tempat. Penggunaan epitet

109

Anda mungkin juga menyukai