Sintang
Vox Volume Nomor Halaman ISSN
Nopember
Edukasi 8 1 60 - 132 2086 - 4450
2017
ISSN: 2086-4450
Pengarah/Pembina:
Dr. Drs. Y.A.T. Lukman Riber, M.Si.
Penanggung Jawab:
Drs. Rafael Suban Beding, M.Si.
Pimpinan Redaksi:
Dr. Yusuf Olang, M.Pd.
Dewan Redaksi:
Nelly Wedyawati, S.Si., M.Pd.
Anyan, M.Kom.
Reviewer Internal:
Eliana Yunitha Seran, M.Pd.
Herpanus, S.P., M.A., Ph.D
Dr. Hilarius Jago Duda, S.Si., M.Pd.
Mardawani, M.Pd.
Dessy Triana Relita, M.Pd.
Nelly Wedyawati, S.Si., M.Pd.
Reviewer Eksternal:
Bintoro Nugroho, M.Si., Ph.D
(Universitas Tanjungpura Pontianak)
Dr. Rusma Noortyani, M.Pd.
(Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin)
Alamat Redaksi
Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat
STKIP Persada Khatulistiwa Sintang Kalimantan Barat
Jl. Pertamina Sengkuang KM. 4 Kapuas Kanan Hulu Sintang Kalimantan Barat
Kotak Pos 126, Kalbar, Hp/Telp. (0565) 2025366/085245229150/085245847748)
Website:http://jurnal.stkipsintang.ac.id/indek.php/voxedukasi
Email: lppmpersadakhatulistiwa@yahoo.co.id /lppm@stkippersada.ac.id
ISSN 2086 - 4450
VOX EDUKASI
JURNAL ILMIAH ILMU PENDIDIKAN
VOL. 8 No. 2 Nopember 2017
DAFTAR ISI
Abstrak: Kana atau kanuak adalah istilah bahasa Dayak Desa yang berarti tuturan. Dalam konteks sastra
dan budaya Dayak, kana adalah semacam syair atau puisi naratif yang bertutur tentang kehidupan para
dewa di alam kayangan. Tuturan itu dilakukan dengan menggunakan bahasa arkhais. Kana “Inai Abang
Nguak” mengungkapkan kehidupan para tokoh di dunia kayangan dengan tujuan menghibur dan
mengingatkan masyarakat tentang kehidupan di zaman dahulu di mana dunia manusia dan dunia
kayangan tak terpisahkan. Tulisan ini bertujuan mengungkap makna teks kana ‘Indai Abang Nguak’
dengan mengungkap strategi tekstual cerita tersebut.
Abstract: Kana or Kanuan is a Dayak language term which has meaning as a traditional utterance. In
the context of literature and culture of Dayak, kana is like a lyric or narrative poetry which talked about
God’s life in the heaven. That traditional utterance is spoken by using Arkhais language. Kana “Inai
Abang Nguak” revealed the life of figures in the heaven that is purposed to entertain and remind people
about ancestor’s life when human and heaven’s life cannot be separated. The purpose of this study is to
find the meaning of kana “Inai Abang Nguak’ by revealed textual strategy of the story.
109
Sri Astuti & Yutitha Susanti, Struktur Generik dan Kovensi Penuturan Kana “Inai Abang Nguak”| 110
One should not conclude, of course, that of what is being sting; for if the singer
these singers learned these formulas changes what he has heard in its
from Salih or he from them. Salih essence, he falsifies truth. It is not the
learned them bit by bit from the singers artist but the historian who speaks at this
whom he heard, and they from all whom moment, although the singer’s concept
they heard, and so forth back for of the historian is that of a guardian of
generation. It would be impossible to legend (Lord, 1979, P. 28).
determine who originated any of them.
All that can be said that they are METODE
common to the tradition; they belong to Pendekatan yang digunakan dalam
the “common stock of formula (Lord,
penelitian ini adalah kualitatif. Metode
1976, p. 48-49).
pengumpulan data menggunakan
Dalam tradisi lisan, bagi penutur
wawancara tidak terstruktur, teknik
penerusnya harus mengedapankan alur
perekaman, teknik pencatatan dan
cerita seperti yang telah diterimanya,
pengarsipan. Analisis data dilakukan
meskipun tidak persis sama. Hal ini
dengan menggunakan pendekatan kritik
dilakukan untuk menjaga kelestarian tradisi
teks (Filologi) dan kritik sastra. Kritik teks
lisan tersebut. Seperti yang dilakukan
dimaksudkan untuk memperoleh teks yang
Zogic, saat mempelajari unsur ceritannya,
benar-benar dapat mewakili korpus
dan ia mendekripsikan alurnya seperti
kebudayaan masyarakat subjek penelitian.
cerita yang diajarkan oleh Makic
Kritik sastra diarahkan pada upaya
kepadanya. Meskipun tidak persis sama,
menggali mautan makna (content analysis)
namun hal itu dianggap sama.
yang terkandung dalam teks saksi.
Zogic did not learn it word for word and
Teknik analisis data diawali dengan
line for line, and yet the two songs are
recognizable versions of the same story. penyuntingan teks. Teknik penyuntingan
They are not close enough, however, to
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
be considered “exactly alike.” Was
Zogie lying to us? No, because he was teknik edisi standar. Penyuntingan teks
singing the story as he conceived it as
berpedoman pada ejaan. Teks disunting
being ‘like” Makic's story, and to him
“word for word and line for line” are sesuai dengan bentuk aslinya, dengan
simply an emphatic way of saying
memberikan tanda baca untuk
“like.” As I have said, singers do not
know what words and lines are. What is mempermudah dalam interpretasi atau
of importance here is not the fact of
memahami teks. Penyuntingan teks
exactness or lack of exactness, but the
constant emphasis by the singer on his dilakukan sesuai dengan ejaan yang
role in the tradition. It irnot the creative
berlaku. Setelah dilakuakan penyuntingan
role that we have stressed for the
purpose of clarifying a teks, dilanjutkan ke penerjemahan.
misunderstanding about oral style, but
Penerjemahan menggunakan
the role of conserver of the tradition, the
role of the defender of the historic truth terjemahan bebas (free translation).
Sri Astuti & Yutitha Susanti, Struktur Generik dan Kovensi Penuturan Kana “Inai Abang Nguak”| 112
Terjemahan bebas dimaksudkan untuk teori belaka; (3) Display coding, sajian
menunjukan atau untuk mengetahui makna langsung memaparkan kategori dan analisis
kata dalam hubungannya dengan kalimat, mendalam.
atau untuk menerangkan makna kias yang
ada dalam teks yang bersangkutan HASIL DAN PEMBAHASAN
(Endraswara, 2009:96). Dalam penelitian 1. Hakikat Kana
ini teks asli ditampilkan terlebih dahulu, Proses narasi kana membutuhkan waktu
baru kemudian diikuti dengan teks hasil yang sangat lama karena kana memiliki
terjemahan. Teks asli dan terjemahannya cerita yang sangat panjang. Kana dapat
akan diberi penomoran untuk dinarasikan hingga berminggu-minggu
mempermudah menganalisisnya. bahkan satu bulan jika semua epithetnya
Penuturan kana akan dianalisis digunakan. Kana juga bisa dinarasikan
berdasarkan perspektif Albert B. Lord dengan mengurangi epithetnya sehingga
tentang penciptaan puisi lisan. Prosedur membutuhkan waktu yang lebih singkat.
analisis data yang dimaksud adalah sebagai Dalam tradisi masyarakat Dayak Desa,
berikut. (1) Open coding, artinya membuka untuk memperoleh kana tidak mudah.
diri agar memperoleh variasi data yang Seorang yang ingin menjadi seniman kana
lengkap. Dalam kaitan ini, proses harus menguasai setiap alur cerita untuk
memerinci (breaking down), memilah setiap judul kana yang dipelajarinya.
(cheking), memeriksa (examining) satu Biasanya ia harus belajar secara khusus
persatu secara cermat, mana data yang akan kepada seorang guru untuk memperoleh
digunakan, membandingkan (comparing) satu jalan cerita. Untuk satu jalan cerita
antara catatan, pengamatan, dan rekaman, dibutuhkan waktu yang lama.
mengkonseptualisasikan (conseptualizing), Proses pewarisan kana dilakukan secara
dan mengkategorikan (categorizing); (2) formal. Seorang murid belajar pada
Axial coding, yaitu pengorganisasian gurunya tentang alur cerita setiap kana.
kembali data-data yang telah terklasifikasi. Untuk satu cerita, membutuhkan waktu
Peneliti melakukan hubungan berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan
antarkategori, agar tidak terjadi untuk belajar kana. Guru mewariskan jalan
pengulangan-pengulangan. Hubungan cerita kana kepada muridnya dengan cara
kategori itu dianalisis berdasarkan menceritakan alur cerita kana, dalam
bandingan-bandingan, sehingga diperoleh bahasa Dayak Desa disebut benani. Benani
kejelasan. Pada saat analisis, selalu berpijak adalah bercerita kana tanpa dinyanyikan.
pada informan, tidak hanya berdasarkan Setiap penutur kana harus mengingat alur
113 | V O X E D U K A S I V O L 8 N o . 2 N O P E M B E R 2 0 1 7
‘tapi cerita saya, seorang ayah yang rima baru’. Seperti ngidi yang dilakukan
memiliki anak pertama perempuan ini di
oleh penutur pada contoh berikut.
situ tidaklah panjang lebar’
Pada Contoh tersebut penutur aduah mati luluah mati betubuah laya
‘aduh hati luluh pilu, badannya letih
menyebutkan bahwa anak pertama penutur
lesu’
adalah perempuan. Penutur
Pada contoh ini penutur sedang
memperkenanlakan dirinya karena di antara
menggunakan rima dengan bunyi akhir
pendengar yang hadir ada yang belum
adalah a yang tampak pada kata laya, dan
dikenal oleh penutur. Jadi penuturan kana
akan mengganti dengan bunyi akhir yang
selain untuk menghibur, dapat dijadikan
lain misalnya bunyi n.
sebagai sarana untuk memperkenalkan diri
aduah mati luluah mati batubuah
dan keluarga penutur.
puuu...ntannn... ‘aduh hatinya luluh,
badan lesu’
B. Rima
Rima sangat dipentingkan dalam Rima yang digunakan sebelumnya
penuturan kana. Setiap kalimat harus dengan bunyi akhir n. Penutur
berirama sama dengan kalimat lainnya. menggantinya dengan rima lain misalnya
Dalam satu cerita penutur bisa dengan bunyi akhir a. Kalimat aduah mati
menggunakan beberapa rima. Bunyi akhri luluah mati batubuah… digunakan untuk
yang biasa digunakan diantaranya adalah menganti rima yang digunakan. Kata
bunyi akhir a, u, i, ai, uang, n dan lain-lain. terakhir yang digunakan disesuiakan
Untuk kepentingan rima akhir yang sama, dengan rima yang sedang digunakan.
penutur bisa menubah satu kata dengan Untuk mengakhiri sebuah cerita,
mengganti bunyi akhirnya. Misalnya kata biasanya penutur akan mendoakan semua
muda jika menggunakan bunyi akhir a, yang hadir, yaitu pendengar dan dirinya
bungi jika menggunakan bunyi akhir i, atau sendiri. Seperti pada kutipan berikut ini.
bungai jika mengunakan bunyi akhir ai. te dah kak serit naku anak pipit pulai
berunai ke tangkai melai
Bunyi akhir i biasanya digunakan untuk
tingaih ayu dulau datai ke langit ayu
nada-nada yang lebih tinggi. Bunyi akhir u dekingu sebunsuuu sempenai
tuah udah betamah bintang betetai
untuk nada yang lebih rendah.
mimpi tengang pampang tuai mimpi
Jika penutur hendak mengganti rima batu
penusu jelawai mimpi aik de nanga
yang sedang digunakan, maka penutur
sungai mimpi bulan teli muntar bejalai
melakukan ngidi ‘mengakiri bunyi yang mimpi aku ke matari tengari tuai idup
nyamai u sepupu bunuang sadai u
sedang digunakan dan mengganti dengan
Sri Astuti & Yutitha Susanti, Struktur Generik dan Kovensi Penuturan Kana “Inai Abang Nguak”| 116
109