Anda di halaman 1dari 11

Diare dan Penatalaksanaannya

Andriani Kairuniza

Andriani.2013fk442@civitas.ukrida.ac.id

Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat

Pendahuluan1

Diare adalah buang air besar yang frekuensinya lebih sering dan konsistensi tinja lebih encer
dari biasanya. Selama terjadi diare, tubuh akan kehilangan cairan dan elektrolit secara cepat.
Pada saat yang bersamaan, usus kehilangan kemampuannya untuk menyerap cairan dan
elektrolit yang diberikan kepadanya.

Diare hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian
hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan semua kelompok usia bisa diserang oleh
diare, tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak
balita. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal
ini menjadi penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian. Kebanyakan
kematian pada diare akibat dehidrasi, yang mana kehilangan cairan ini diatasi dengan
menggunakan cairan rehidrasi oral pada 90% kasus.

Diare memerlukan penanganan yang komprehensif dan rasional. Secara umum penanganan
diare ditujukan untuk mencegah atau menanggulangi dehidrasi serta gangguan
kesetimbangan asam basa, kemungkinan terjadinya toleransi, mengobati kausa diare yang
spesifik, mencegah untuk menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta.
Untuk menangani diare, dewasa ini direkomendasikan penggunaan oralit/garam rehidrasi oral
formula baru yang berisi glukosa dan garam dengan konsentrasi rendah untuk mencegah
dehidrasi dan penggunaan terapi infus intravena serta pemberian suplemen zink

Definisi1

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200

1
ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3
kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.

Etiologi2

Diare didefinisikan sebagai pengeluaran feses yang lunak dan cair dengan frekuensi lebih dari
3 kali dalam 24 jam. Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu, disebut diare akut. apabila
diare berlangsung 2 minggu atau lebih, digolongkan pada diare kronik. Feses dapat dengan
atau tanpa lendir, darah, atau pus. Gejala dapat berupa mual, muntah, nyeri abdominal, mules,
tenesmus, demam dan tanda- tanda dehidrasi. Beberapa penyebab diare:

 Virus
Virus merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70- 80%). Beberapa jenis
virus penyebab diare akut antara lain rotavirus serotype 1,2,8, dan 9 pada manusia,
adenovirus( tipe 40,41) dan sitomegalovirus.
 Bakteri

Enterotoksigenik E.coli (ETEC), Enteropatogenik E.Coli (EPEC), Enteroagregatif E.coli


(EAggEC), Enteroinvasif E.coli (EIEC), Enterohemoragik E.coli (EHEC), Shigella spp.,
Vibrio cholera., dan Salmonela (Non Thypoid).

 Protozoa

Giardia lamblia,Entamoeba histolytica, Microsporidium spp., dan Cyclospora


cayatanensis.

 Helminths

Strongiolides sterkoralis, Schistoma spp., Trichuris trichuria

Epidemiologi3

Secara epidemiologi, setiap tahun diperkirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia
dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya. Survei morbiditas yang dilakukan oleh
Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada
tahun 2000 Incidence Rate (IR) penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik
menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010
menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi,
dengan Case Fatality Rate (CFR) yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69
2
Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009
terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang
(CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah
penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %). Diare pada anak merupakan
penyakit yang mahal yang berhubungan secara langsung atau tidak terdapat pembiayaan
dalam masyarakat.

Macam-Macam Penyakit Diare2

Diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya yaitu :

1) Diare akut

Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam
beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.

a. Etiologi

Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit maupun
virus. Penyebab lain yang dapat menimbulkan diare akut adalah toksin dan obat,
nutrisi eteral diikuti puasa yang berlangsung lama, kemoterapi, impaksi tekal
(overflow diarrhea) atau berbagai kondisi lain.

b. Patogenesis

Diare akibat infeksi terutama ditularkan secara fekal oral. Hal ini disebabkan
masukan minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja ditambah dengan
ekresiyang buruk, makanan yang tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa
dimasak. Penularannya adalah transmisi orang ke orang melalui aeorosolisasi
(Morwalk, Rotavirus), tangan yang terkontaminasi (Clostridium diffecile), atau
melalui aktivitas seksual. Faktor penentu terjadinya diare akut adalah faktror
penyebab (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah kemampuan
pertahanan tubuh terhadap organisme, yaitu faktor daya tahan tubuh atau
lingkungan lumen saluran cerna, seperti keasaman lambung, motilitas lambung,
imunitas, juga mencakup lingkongan mikroflora usus. Faktor penyebab yang
mempengaruhi patogenesis antara lain daya penetrasi yang merusak sel mukosa,
kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus, serta

3
daya lekat kuman-kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang dapat
menginduksi diare.

Patogenesis diare yang disebabkan infeksi bakteri terbagi dua, yaitu:

1. Bakteri noninvasit (enterotoksigenik)

Toksin yang diproduksi bakteri akan terikat pada mukosa usus halus,
namun tidak merusak mukosa. Toksin meningkat kadar siklik AMP di
dalam sel, menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus
yang diikuti air, ion karbonat, kation natrium, dam kalium.

2. Bakteri enteroinvasif

Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi,


dan bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan
darah. Bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah Enteroinvasive E.
Coli (EIEC). S. Paratyphi B, S. Typhimurium, S. enteriditis, S.
choleraesuis, Shigela, Yersinia, dan C. Pertringens tipe C. penyebab diare
lainnya seperti parasit menyebabkan kerusakan berupa ulkus besar (E.
histolytica), kerusakan vilia yang penting untuk penyerapan air, elektrolit,
dan zat makanan (G. Lambdia)

c. Manifestasi klinis

Secara klinis diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan yaitu :

1. Koleriform, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja


2. Disentriform, pada diare di dapat lendir kental dan kadang-kadang darah.

d. Penatalaksanaan

Pada orang dewasa, penata laksanaan diare akut akibat infeksi terdiri dari :

1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan

Empat hal penting yang perlu diperhatikan adalah :

1) Jenis cairan
2) Jumlah cairan

4
3) Jalan masuk atau cara pemberian cairan
4) Jadwal pemberian cairan.
2. Identifikasi penyebab diare akut karena infeksi

 Terapi simtomatik

 Terapi defenitif

2) Diare kronik

Diare kronik ditetapkan berdasarkan kesepakatan, yaitu diare yang berlangsung lebih
dari tiga minggu. Ketentuan ini berlaku bagi orang dewasa, sedangkan pada bayi dan
anak ditetapkan batas waktu dua minggu.

a. Etiologi

Diare kronik memiliki penyebab yang bervariasi dan tidak seluruhnya diketahui.

b. Patofisiologi

Proses terjadinya diare dipengaruhi dua hal pokok, yaitu konsistensi feses dan
motilitas usus, umumnya terjadi akibat pengaruh keduanya. Gangguan proses
mekanik dan ensimatik, disertai gangguan mukosa, akan mempengaruhi
pertukaran air dan elektrolit, sehingga mempengaruhi konsistensi feses yang
terbentuk.

Diare kronik dibagi tiga yaitu :

1. Diare osmotik

Dijelaskan dengan adanya faktor malabsorpsi akobat adanya gangguan


absorpsi karbohidrat, lemak atau protein, danb tersering adanya
malabsorpsi lemak. Teses berbentuk steatore.

2. Diare sekretorik

Terdapat gangguan tranpor akibat adanya perbedaan osmotif intralumen


dengan mukosa yang besar sehungga terjadi penarikan cairan dan alektrolit

5
ke dalam lumen usus dalam jumlah besar. Teses akan seperti air. Diare
sekresi terbagi dua berdasarkan pengaruh puasa terhadap diare :

 Diare sekresi yang dipengaruhi keadaan puasa berhubungan


dengan proses intralumen, dan diakibatkan oleh bahan-bahan yang
tidak dapat diabsorpsi, malabsorpsi karbohidrat, letesiensi laktosa
yang mengakibatkan intolerassi laktosa.
 Diare cair yang tidak dipengaruhi keadaan puasa terdapat pada
sidrom korsinoid, VIP (Vasoactive Inkestinal Polypeptida) oma,
karsinoma tiroid medular, adenoma vilosa, dan diare diabetik.
3. Diare inflamasi

Diare dengan kerusakan kematian enterosit disertai peradangan. Fese


berdarah. Klompok ini paling sering ditemukan. Trbagi dua yaitu
nonspesitik dan spesitik.

c. Penatalaksanaan

a. Simtomatis

1. Rehidrasi

2. Antipasmodik, antikolinergik

3. Obat anti diare

a. Obat antimotilitas dan sekresi usus : Laperamid, ditenoksilat, kodein


fosfat.

b. Aktreotid (sadratatin)

c. Obat anti diare yang mengeraskan tinja dan absorpsi zat toksin yaitu
Arang, campura kaolin dan mortin.

4. Antiemetik (metoklopromid, proklorprazin, domperidon).

5. Vitamin dan mineral, tergantung kebutuhan, yaitu:

a. Vitamin Bie, asam, vitamin A, vitamin K

b. Preparat besi, zinc,dan lain-lain.

6
6. Obat ekstrak enzim pankreas.

7. Aluminium hidroksida, memiliki efek konstifasi, dan mengikat asam


empedu.

8. Fenotiazin dan asam nikotinat, menghambat sekresi anion usus.

b. Kausal

Pengobatan kausal diberikan pada infeksi maupun non infeksi Pada diare
kronik dengan penyebab infeksi, obat diberikan berdasarkan etiologinya.

Gejala Klinis4

Mula-mula suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian
timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung darah dan/atau lendir, warna tinja
berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Karena seringnya defekasi., anus
dan sekitainya lecet karena tinja makin lama menjadi asam akibat banyaknya asam laktat,
yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila penderita telah banyak
kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun, pada bayi ubun-
ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang selaput lendir mulut dan bibir terlihat
kering.

Jika melihat dari patofisiologi di atas, terjadinya diare akan menggangu homeostatis tubuh
karena terjadinya kehilangan air, tidak ada penyerapapan makanan dan terbuangnyazat-zat
yang di butuhkan tubuh. Karena terjadinya hal-hal seperti di atas maka akan terjadinya
dehidrasi, gangguan asam-basa, hipoglikemia, dan gangguan gizi.

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada pemasukan air (input),
merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

Penatalaksanaan pada Diare5

1) Penggantian Cairan dan Elektrolit

Aspek paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga hidrasi yang adekuat dan
keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan rehidrasi oral,
dimana harus dilakukan pada semua pasien kecuali yang tidak dapat minum atau yang

7
terkena diare hebat yang memerlukan hidrasi intavena yang membahayakan jiwa.17
Idealnya, cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 g Natrium klorida, dan 2,5 g
Natrium bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan 20 g glukosa per liter air.2,4 Cairan
seperti itu tersedia secara komersial dalam paket-paket yang mudah disiapkan dengan
mencampurkan dengan air. Jika sediaan secara komersial tidak ada, cairan rehidrasi
oral pengganti dapat dibuat dengan menambahkan ½ sendok teh garam, ½ sendok teh
baking soda, dan 2 – 4 sendok makan gula per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus
jeruk diberikan untuk mengganti kalium.. Pasien harus minum cairan tersebut
sebanyak mungkin sejak mereka merasa haus pertama kalinya.3 Jika terapi intra vena
diperlukan, cairan normotonik seperti cairan saline normal atau laktat Ringer harus
diberikan dengan suplementasi kalium sebagaimana panduan kimia darah. Status
hidrasi harus dimonitor dengan baik dengan memperhatikan tanda-tanda vital,
pernapasan, dan urin, dan penyesuaian infus jika diperlukan. Pemberian harus diubah
ke cairan rehidrasi oral sesegera mungkin.

Jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari
badan. Kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan memakai cara :
BD plasma, dengan memakai rumus :
Kebutuhan cairan = BD Plasma – 1,025 X Berat badan (Kg) X 4 ml
0,001
2) Antibiotik

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi,
karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti
biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda
diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi
dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi,
diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Pemberian antibiotik secara
empiris dapat dilakukan tetapi terapi antibiotik spesifik diberikan berdasarkan kultur
dan resistensi kuman.

3) Obat Anti Diare


 Kelompok antisekresi selektif. Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah
mulai tersedianya secara luas racecadotril yang bermanfaat sekali sebagai
penghambat enzim enkephalinase sehingga enkephalin dapat bekerja kembali

8
secara normal. Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi dari elektrolit
sehingga keseimbangan cairan dapat dikembalikan secara normal. Di
Indonesia saat ini tersedia di bawah nama hidrasec sebagai generasi pertama
jenis obat baru anti diare yang dapat pula digunakan lebih aman pada anak.
 Kelompok opiate. Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid
HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan
kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x sehari dan
lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi
penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat
memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan
dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi
defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom
disentri obat ini tidak dianjurkan.
 Kelompok absorbent. Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin,
kaolin, atau smektit diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat
menyeap bahan infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut maka sel
mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang
sekresi elektrolit.
 Probiotik Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan
Bifidobacteria atau Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan
jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek yang positif karena
berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan
keberhasilan mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah
yang adekuat.

Pencegahan6

Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral, penularannya dapat dicegah
dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering mencuci tangan setelah keluar
dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan. Kotoran manusia harus diasingkan dari
daerah pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran manusia. Karena makanan
dan air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan perhatian khusus. Minum air,
air yang digunakan untuk membersihkan makanan, atau air yang digunakan untuk memasak
harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan tentang keamanan air atau air yang tidak

9
dimurnikan yang diambil dari danau atau air, harus direbus dahulu beberapa menit sebelum
dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau sungai, harus diperingatkan untuk tidak menelan
air. Semua buah dan sayuran harus dibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih (air
rebusan, saringan, atau olahan) sebelum dikonsumsi. Limbah manusia atau hewan yang tidak
diolah tidak dapat digunakan sebagai pupuk pada buah-buahan dan sayuran. Semua daging
dan makanan laut harus dimasak. Hanya produk susu yang dipasteurisasi dan jus yang boleh
dikonsumsi. Wabah EHEC terakhir berhubungan dengan meminum jus apel yang tidak
dipasteurisasi yang dibuat dari apel terkontaminasi, setelah jatuh dan terkena kotoran ternak.
Vaksinasi cukup menjanjikan dalam mencegah diare infeksius, tetapi efektivitas dan
ketersediaan vaksin sangat terbatas. Pada saat ini, vaksin yang tersedia adalah untuk V.
colera, dan demam tipoid. Vaksin kolera parenteral kini tidak begitu efektif dan tidak
direkomendasikan untuk digunakan. Vaksin oral kolera terbaru lebih efektif, dan durasi
imunitasnya lebih panjang. Vaksin tipoid parenteral yang lama hanya 70 % efektif dan sering
memberikan efek samping. Vaksin parenteral terbaru juga melindungi 70 %, tetapi hanya
memerlukan 1 dosis dan memberikan efek samping yang lebih sedikit. Vaksin tipoid oral
telah tersedia, hanya diperlukan 1 kapsul setiap dua hari selama 4 kali dan memberikan
efikasi yang mirip dengan dua vaksin lainnya.

Kesimpulan

Diare didefinisikan sebagai pengeluaran feses yang lunak dan cair dengan frekuensi lebih dari
3 kali dalam 24 jam. Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu, disebut diare akut. apabila
diare berlangsung 2 minggu atau lebih, digolongkan pada diare kronik. Gejala dapat berupa
mual, muntah, nyeri abdominal, mules, tenesmus, demam dan tanda- tanda dehidrasi.
Penatalaksanaan dari diare yaitu berupa rehidrasi, antiobiotik dan obat-obatan anti diare.

Daftar Pustaka

1. Depkes RI. Buku saku kesehatan petugas lintas diare. Jakarta : Depkes RI. 2011.
2. Jeffrie, M. Sri, SYS, Oswari, H, et al. Buku ajar gastroenterologi- hepatologi. Jilid 1.
Cetakan Pertama. UKK- Gastroenterologi- Hepatologi IDAI 2010. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI. 2010.
3. Suharyono. Strategi pembelajaran diare. Jakarta : Depdikbud. 2003.
4. Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi. IV. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta: 2006.

10
5. Hendarwanto. Diare akut Karena Infeksi, Dalam: Waspadji S, Rachman AM,
Lesmana LA, dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi ketiga.
Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI : 1996.
6. Kolopaking, MS. Penatalaksanaan Muntah dan Diare akut. Dalam: Alwi I, Bawazier
LA, Kolopaking MS, Syam AF, Gustaviani, editor. Prosiding Simposium
Penatalaksanaan Kedaruratan di Bidang Ilmu penyakit Dalam II. Jakarta: Pusat
Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UI. 2002.

11

Anda mungkin juga menyukai