Anda di halaman 1dari 3

Riwayat

Seorang wanita 24 tahun, belum menikah, datang dengan keluhan haid tidak teratur, keluhan
dirasakan sejak menarce saat usia pasien 13 tahun. Haid biasanya 2-3 bulan sekali, durasi 6 hari,
jumlah perdarahan haid normal, nyeri (-), keputihan (-), gatal (-). Selain itu pasien juga mengaku
± 6 bulan ini jerawat muncul lebih banyak di wajahnya, kenaikan berat badan (-), hirustisme (+).

Riwayat DM (-), Hipertensi (-), operasi (-), alergi (-), minum obat-obatan rutin (-), riwayat keluhan
yang sama di keluarga (-).

Pasien diberikan terapi metformin 500mg 1x1

Pemeriksaan Fisik

KU : Baik, Compos mentis

TD : 108/63, RR : 20x/menit, N: 84x/menit, T: 38,8oC

BB : 49 kg, TB : 158 cm, BMI: 19,6 kg/m2 (normal)

Pemeriksaan fisik umum dalam batas normal

Pemeriksaan gynekologi tidak dilakukan

USG : Tampak lesi anechoic membulat, tunggal di proyeksi di adnexa dextra ukuran 2,9cm x 1,08
cm. volume adnexa dextra 10,8 ml dengan multiple lesi anechoic di sekelilingnya. Tampak lesi
dibelakang uterus. Organ lain dalam batas normal.

Kesan : Sonografi menyokong PCO di ovary dextra.

Pertanyaan:

1. Apa yang dimaksud PCO dan bagaimana kriteria diagnosisnya?


2. Bagaimana patofisiologi terjadinya PCO?

Jawaban

Polikistik Ovari Sindrom adalah suatu kelainan pada wanita yang ditandai dengan adanya
hiperandrogenisme dengan anovulasi kronik yang saling berhubungan dan tidak disertai dengan
adanya kelainan pada kelenjar adrenal maupun kelenjar hipofisis. Hiperandrogenisme merupakan
suatu keadaan dimana secara klinis didapatkan adanya hirustisme, jerawat, dak kebotakan dengan
disertai peningkatan konsentrasi androgen terutama testosterone dan androstenedion. Obesitas
juga dijumpai pada 50-60% penerita sindrom ini. Ciri-ciri ini berhubungan dengan hipersekresi
dari LH dan androgen dengan konsentrasi serum FSH yang rendah atau normal.

Secara mikroskopis, ovarium pasien dengan sindrom ini 2-5 kali lebih besar dari ukuran
normal. Permukaan ovarium tampak putih, korteksnya menebal dengan kista multiple yang
diameternya kurang dari 1 cm, bagian superficial dari korteks fibrotic dan hiposelular,
mengandung pembuluh darah yang jelas.

Diagnosis PCO menurut National Institute of Health – National Institute of Child Health
and Human Development (NIH-NICHD) dapat ditegakkan apabila paling sedikit ditemukan 1
kriteria mayor dan 2 kriteria minor. Kriteria mayor terdiri dari anovulasi dan hiperandrogenisme,
sedangkan kriteria minor berupa resistensi insulin, hirustisme, obesitas, LH/FSH > 2,5, dan pada
USG terdapat gambaran polikistik ovarium.

Sindrom ovarium polikistik adalah suatu anovulasi kronik yang menyebabkan infertilitas
dan bersifat hiperandrogenik, dimana terjadi gangguan hubungan umpan balik antara pusat
(hipotalamus-hipofisis) dan ovarium sehingga kadar estrogen selalu tinggi yang mengakibatkan
tidak pernah terjadi kenaikan kadar FSH yang cukup adekuat.
Fisiologi ovulasi harus dimengerti lebih dahulu untuk dapat mengetahui mengapa sindrom
ovarium polikistik ini dapat menyebabkan infertilitas. Secara normal, kadar estrogen mencapai
titik terendah pada saat seorang wanita dalam keadaan menstruasi. Pada waktu yang bersamaan,
kadar LH dan FSH mulai meningkat dan merangsang pembentukan folikel ovarium yang
mengandung ovum. Folikel yang matang memproduksi hormone androgen seperti testosteron dan
androstenedion yang akan dilepaskan ke sirkulasi darah. Beberapa dari hormon androgen tersebut
akan berikatan dengan sex hormone binding globulin (SHBG) di dalam darah. Androgen yang
berikatan ini tidak aktif dan tidak memberikan efek pada tubuh. Sedangkan androgen bebas
menjadi aktif dan berubah menjadi hormon estrogen di jaringan lunak tubuh. Perubahan ini
menyebabkan kadar estrogen meningkat, yang mengakibatkan kadar LH dan FSH menurun. Selain
itu kadar estrogen yang terus meningkat akhirnya menyebabkan lonjakan LH yang merangsang
ovum lepas dari folikel sehingga terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi luteinisasi sempurna dan
peningkatan tajam kadar progesteron yang diikuti penurunan kadar estrogen, LH dan FSH.
Progesteron akan mencapai puncak pada hari ke tujuh sesudah ovulasi dan perlahan turun sampai
terjadi menstruasi berikutnya.
Pada sindrom ovarium polikistik siklus ini terganggu. Karena adanya peningkatan aktivitas
sitokrom p-450c17 (enzim yang diperlukan untuk pembentukan androgen ovarium) dan terjadi
juga peningkatan kadar LH yang tinggi akibat sekresi gonadotropine releasing hormone(GnRH)
yang meningkat. Hal ini sehingga menyebabkan sekresi androgen dari ovarium bertambah karena
ovarium pada penderita sindrom ini lebih sensitif terhadap stimulasi gonadotropin. Peningkatan
produksi androgen menyebabkan terganggunya perkembangan folikel sehingga tidak dapat
memproduksi folikel yang matang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya estrogen yang dihasilkan
oleh ovarium dan tidak adanya lonjakan LH yang memicu terjadinya ovulasi.

Selain itu adanya resistensi insulin menyebabkan keadaan hiperinsulinemia yang


mengarah pada keadaan hiperandrogen, karena insulin merangsang sekresi androgen dan
menghambat sekresi SHBG hati sehingga androgen bebas meningkat.

Anda mungkin juga menyukai