RSUD SUMBERREJO
Pembimbing :
dr. Rachmad Subagyo, Sp.P
Pendamping :
dr. Endah Widy H., M.Kes
Disusun oleh :
dr. Pangeran Putra Nurizal
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 19 Agustus 2017 jam 21.45
WIB di RSUD Karawang.
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Usia : 49 Thn
Jenis Kelamin : Wanita
Status Pernikahan : Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Sumberrejo 04/05
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
2
VI. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien menyangkal ada keluarga yang mengalami hal serupa, serta menyangkal
adanya riwayat keluarga asma, hipertensi, dan diabetes melitus.
Status Generalis
a. Kepala
Bentuk kepala : Normosefali
Rambut : Hitam merata, tidak mudah dicabut
Mata
3
Eksophtalmus (-/-), endophtalmus (-/-), edema palpebra (-/-), konjungtiva palpebra
pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+), pergerakan mata ke
segala arah baik, mata cekung (-/-).
Hidung
Bagian luar hidung tak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam perabaan baik,
selaput lendir dalam batas normal, epistaksis (-).
Telinga
Normotia, meatus austikus baik, corpus alienum (-/-), sekret (-/-), pendengaran baik.
Mulut
Sariawan (-), pembesaran tonsil (-), gusi berdarah(-), lidah pucat(-), lidah kotor(-),
tepi lidah hiperemis (-), lidah tremor (-), atrofi papil (-), stomatitis (-), bau
pernapasan khas (-).
b. Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar thyroid (-), JVP
(5+1)cmH2O, kaku kuduk (-).
c. Toraks
Paru
Inspeksi : Bentuk dada asimetris, ketinggalan gerak (+) dada kanan
tertinggal, retraksi (-), jejas (-)
Palpasi : Vocal fremitus kiri > kanan
Gerak dada kanan lebih tertinggal
Perkusi : Sonor pada lapang paru kiri dan ditemukan bunyi redup
pada lapang paru kanan.
Auskultasi : Suara vesikuler kanan lebih lemah dibandingkan dengan
suara vesikuler kiri. Ditemukan ada suara tambahan
whezing -/- dan ronki +/-.
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di garis midclavicularis sinistra pada ICS 5.
Auskultasi : S1S2 Regular, Murmur (-) , gallop (-)
4
d. Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : lemas, nyeri tekan daerah epigastrium (-), hepar tidak teraba. Lien
tidak teraba.
Perkusi : thympani, ascites (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal, nyeri tekan abdomen (–)
e. Ekstremitas
Ekstremitas atas
gerakan bebas, edema (-/-), jaringan parut (-), pigmentasi normal, telapak
tangan pucat (-), jari tabuh (-), turgor kembali lambat (-).
Ekstremitas bawah
gerakan bebas, jaringan parut (-), pigmentasi normal,telapak kaki pucat (-), jari
tabuh (-), turgor kembali lambat(-), edema pretibia dan pergelangan kaki (-/-).
5
2.4 Pemeriksaan Radiologi
Foto Thorax PA :
6
Kesimpulan foto thorax :
Kesan Ateletaksis lobus superior dekstra
2.7 Tatalaksana
Pada pasien diberikan :
Tgl. 19 Agustus 2017
O2 masker 4 – 6 LPM
Inf RL 14 TPM
Inj Metamizole 2x 1gram
Inj Cefotaxime 2x1 gram
Inj Asam Tranexamat 3x500mg
Inj Vitamin K 3x1
Po:
Metilprednisolon 1x8mg
Ambroxol 3x1 tab
Codein 3x1
7
Tgl. 22 - 23 Agustus 2017
Inf PZ : aminofluid 1:1
Inj. Ranitidin 2x1
Inj. Asam Tranexamat 3x500
Inj. Vit K 3x1
PO :
Codein 3x 20mg
Amoxicillin Clavulanat 3x 500mg
Follow Up Pasien :
Tgl. 19 Agustus 2017 (Hari ke 1)
S Os sesak nafas, batuk berdarah, nyeri dada kanan dan lemas
O Compos mentis
TD 140/90 mmHg
HR 107x/mnt
RR 30x/mnt SpO2 : 94% dikoreksi dengan O2 mask 4-6 LPM = 99%
Suhu 36.6°C
Kepala : normosefali CA -/-, SI -/-
Leher : dbn
Toraks : SNV +/+ melemah pada atas kanan paru, Rh +/-, Wh -/-
SI-SII reg. m(-) g(-)
Abd : supel, BU (+), nyeri tekan (-)
Eks : AH (+), Oedema (-)
A Atelektasis e.c Sequele TB + anemia
DD TB paru relaps
P O2 masker 4 – 6 LPM
Inf RL 14 TPM
Inj Metamizole 2x 1gram
Inj Cefotaxime 2x1 gram
Inj Asam Tranexamat 3x500mg
Inj Vitamin K 3x1
Po:
Metilprednisolon 1x8mg
Ambroxol 3x1 tab
Codein 3x1
8
A Atelektasis e.c Sequele TB + anemia
DD TB paru relaps
P O2 Nasal 3-4 LPM
Inf RL 14 Tpm
Inj Metamizole 2x 1 gram
Inj Cefotaxime 2x1 gram
Inj Asam tranexamat 3x500mg
Inj Vit K 3x1
Codein 3x1
9
Tgl. 23 Agustus 2017 (Hari ke 5)
S Sesak -, batuk berdahak
O Compos mentis Kepala : normosefali CA -/-, SI -/-
TD 120/80 mmHg Leher : dbn
HR 80x/mnt Toraks : SNV +/+, Rh -/-, Wh -/-
RR 20x/mnt SI-SII reg. m(-) g(-)
Suhu 36,6°C Abd : supel, BU (+), nyeri tekan (-)
Ekst : AH (+), Oedema (-)
A Hemoptoe E.C sequel TB
P BLPL
Codein 2x 20mg
Amoxicillin Clavulanat 3x 500mg
Ranitidin 2 x 150
10
BAB III
PEMBAHASAN
11
3.2 Patogenesis Skenario
12
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
13
yang tidak teroksigenasi mengalami pirau sekitar 2 sampai 3% curah jantung. Arteri pulmonalis
yang berasal dari ventrikel kanan mengalirkan darah vena campuaran keparu-paru di mana
darah tersebut mengambil bagian dalam pertukaran gas. Jalinan kapiler paru-paru yang halus
mengitari dan menutupi alveolus, merupakan kontak erat yang diperlukan untuk proses
pertukaran gas antara alveolus dan darah. Darah yang teroksigenasi kemudian dikembalikan
melalui vena pulmonaliske ventrikel kiri, yang selanjutnya membagikan kepada sel-sel melalui
sirkulasi sistemik.
4.2Definisi
Kolapsnya paru atau alveolus disebut atelektasis, alveolus yang kolaps tidak
mengandung udara sehingga tidak dapat ikut serta di dalam pertukaran gas. Kondisi ini
mengakibatkan penurunan luas permukaan yang tersedia untuk proses difusi dan kecepatan
pernafasan berkurang.
Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami hambatan
berkembang secara sempurna sehingga aerasi paru berkembang atau sama sekali tidak terisi
udara. Sebagai dasar gambaran radiologis pada atelektasis adalah pengurangan volume bagian
paru baik lobaris, segmental atau seluruh paru, dengan akibat kurangnya aerasi sehingga
memberi bayangan lebih suram (densitas tinggi) dengan penarikan mediastinum kearah
atelektasis, sedangkan diafragma tertarik ke atas dan sela iga menyempit.1
14
Dengan adanya atelektasis, maka bagian paru sekitarnya mengalami suatu enfisema
kompensasi yang kadang-kadang begitu hebatnya sehingga terjadi herniasi hemithorak yang
sehat kearah hemethorak yang atelektasis.
4.3 Klasifikasi
A. Berdasarkan faktor yang menimbulkan Atelektasis
1. Atelektasis Neonatorum
Banyak terjadi pada bayi prematur, di mana pusat pernapasan dalam otak tidak matur dan
gerakan pernapasan masih terbatas. Faktor pencetus termasuk komplikasi persalinan yang
menyebabkan hipoksia intrauter.
Pada autopsy, paru tampak kolaps, berwarna merah kebiruan, non crepitant, lembek dan alastis.
Yang khas paru ini tidak mampu mengembang di dalam air. Secara histologis, alveoli
mempunyai paru bayi, dengan ruang alveoli kecil yang seragam, dilapisi dindingin septa yang
tebal yang tampak kisut. Epitel kubis yang prominem melaposi rongga alveoli dan sering
terdapat edapan protein granular bercampur dengan debris amnion dan rongga udara.
Atelektasi neonatorum pada sistem, gawat napas, telah di bahas disebelumnya.
2. Atelektasis Acquired atau Didapat
Atelektasis pada dewasa, termasuk gangguan intratoraks yang menyebabkan kolaps dari ruang
udara, yang sebelumnya telah berkembang. Jadi terbagi atas atelektasis absorpsi, kompresi,
kontraksi dan bercak. Istilah ini banya menyangkut mechanisme dasar yang menyebabkan paru
kolaps atau pada distribusi dari perubahan tersebut.
Altelektasis absorpsi terjadi jika saluran pernapasan sama sekali tersumbat sehingga
udara tidak dapat memasuki bagian distal parenkim. Udara yang telah tersedia secara
lambat laun memasuki aliran darah, disertai dengan kolapsnya alveoli. Tergantung dari
tingkat obstruksi saluran udara, seluruh paru, merupakan lobus yang lengkap, atau
bercak segmen dapat terlibat. Penyebab tersering dari kolaps absorbsi adalah abstruksi
bronchus oleh suatu sumbatan mucus. Hal ini sering terjadi pasca operasi. Asma
bronchial, bronkiektasis dan bronchitis akut serta kronis, dapat pula menyebabkan
obstruksi akut serta kronis. Dapat pula menyebabkan obstruksi akut serta kronis, dapat
pula menyebabkan obstruksi karena sumbatan bahan mukopurulen. Kadang-kadang
obstruksi disebabkan oleh aspirasi benda asing atau bekuan darah, terutama pada anak
atau selama operasi rongga mulut atau anestesi. Saluran udara dapat juga tersumbat
oleh tumor, terutama karsinoma bronkogenik dengan pembesaran kelenjar getah bening
(seperti pada tuberculosis, contohnya) dan oleh aneurisma pembuluh darah.2
15
Atelektasis kompresi paling sering dihubungkan dengan penimbunan cairan darah atau
udara dalam kavum pleura, yang secara mekanis menyebabkan kolaps paru di
sebelahnya. Ini adalah kejadian yang sering pada efusi pleura dari penyebab apa pun,
namun mungkin yang paling sering dihubungkan dengan hidrotoraks pada payah
jantung kongesti. Pneumotoraks dapat juga menyebabkan atelektasis kompresi pada
penderita dengan tirah baring dan penderita denan asites, atelaktasis basal
menyebabkan posisi diafragma yang lebih tinggi.
Atelektasis kontraksi terjadi bila perubahan fibrosis pada paru dan pleura yang
menghambat ekspensi dan meningkatkan daya pegas pada ekspirasi.
Atelektasis bercak bearti adanya daeah kecil-kecil dari kolaps paru, sepeti terjadi pada
obstruksi bronkioli yang multiple karena sekresi atau eksudat pada kedua sindrom
gawat napas orang dewasa dan bayi. Pada sebagian kecil kasus, atelektasis terjadi
karena patogenesis tertentu yang menyertai jelas pada dinding dada.
Atelektasis didapat (acquired) dapat akut atau kronis. Biasanya timbul karena sumbatan mucus
yang relatif akut, yang menjadi manifest karena mendadak timbul sesak napas. Memang
peristiwa sesak napas akut dalam 48 jam setelah satu prosedur pembedahan, hampir selalu
didiagnosis sebagai atelektasis. Yang penting adalah atelektasis dapat didiagnosis dini dan
terjadi reekspensi yang tepat dari paru yang terkena, karena perenkim yang kolaps amit peka
terhadap infeksi yang menunggagi. Atelektasis persisten segmen paru mungkin merupakan
bagian penting untuk terjadinya karsinoma bronkogenik yang diam-diam.
B. Berdasarkan luasnya Atelektasis
1. Massive atelectase, mengenai satu paru
2. Satu lobus, percabangan main bronchus
Gambaran khas yaitu inverted S sign → tumor ganas bronkus dengan atelectase lobus superior
paru.
1. Satu segmen → segmental atelectase
2. Platelike atelectase, berbentuk garis
Misal : Fleischner line → oleh tumor paru
Bisa juga terjadi pada basal paru → post operatif
C. Berdasarkan lokasi Atelektasis
1. Atelektasis lobaris bawah: bila terjadi dilobaris bawah paru kiri, maka akan
tersembunyi dibelakang bayangan jantung dan pada foto thorak PA hamya
memperlihatkan diafragma letak tinggi.
16
2. Atelektasis lobaris tengah kanan (right middle lobe). Sering disebabkan peradangan
atau penekanan bronkus oleh kelenjar getah bening yang membesar.
3. Atelektasis lobaris atas (upper lobe): memberikan bayangan densitas tinggi dengan
tanda penarikan fissure interlobaris ke atas dan trakea ke arah atelektasis.
4. Atelektasis segmental: kadang-kadang sulit dikenal pada foto thoraj PA, maka perlu
pemotretan dengan posisi lain seperti lateral, miring (obligue), yang memperlihatkan
bagian uang terselubung dengan penarikan fissure interlobularis.
5. Atelektasis lobularis (plate like/atelektasis local). Bila penyumbatan terjadi pada
bronkus kecil untuk sebagian segmen paru, maka akan terjadi bayangan horizontal tipis,
biasanya dilapangan paru bawah yang sering sulit dibedakan dengan proses fibrosis.
Karena hanya sebagian kecil paru terkena, maka biasanya tidak ada keluhan.
Atelektasis pada lobus atas paru kanan. Kolaps pada bagian ini meliputi bagian anterior,
superior dan medial. Pada foto thorak PA tergambarkan dengan fisura minor bagian superior
dan mendial yang mengalami pergeseran. Pada foto lateral, fisura mayor bergerak ke depan,
sedangkan fisura minor dapat juga mengalamai pergeseran ke arah superior.
Klasifikasi atelektasis berdasarkan penyebabnya menurut Elizabeth J. Corwin, 2009, ialah :
1. Atelektasis Kompresi
Atelektasis kompresi terjadi ketika sumber dari luar alveolus menimpa kan gaya yang cukup
besar pada alveolus sehingga alveolus kolaps. Hal ini terjadi jika dinding dada tertusuk atau
terbuka, karena tekanan atmosfir lebih besar daripada tekanan yang menahan paru
mengembang ( tekanan pleura ) dan dengan pajanan tekanan atmosfir paru akan kolaps.
Atelekasis kompresi juga dapat terjadi jika terdapat tekanan yang bekerja pada paru atau alveoli
akibat pertumbuhan tumor. Distensi abdomen, atau edema, dan pembengkakan ruang
interstitial yang mengelilingi alveolus.
2. Atelektasis Absorpsi.
Atelektasis absorpsi terjadi akibat tidak adanya udara didalam alveolus, apabila aliran masuk
udara ke dalam alveolus dihambat, udara yang sedang berada di dalam alveolus akhirnya
berdifusi keluar dan alveolus akan kolaps. Penyumbatan aliran udara biasanya terjadi akibat
penimbunan mukus dan obstruksi aliran udara bronkus yang mengaliri suatu kelompok
alveolus tertentu, setiap keadaan menyebabkan akumulasi mukus, seperti fibrosis kistik,
pneumonia, atau bronkitis kronik, meningkatkan resiko atelektasis absorbsi. Atelektasis juga
absorpsi juga dapat disebabkan oleh segala sesuatu yang menurunkan pembentukan atau
konsentrasi surfaktan tanpa surfaktan, tegangan permukaan alveolus sangat tinggi.
Meningkatkan kemungkinan kolapsnya alveolus.
17
4.4 Etiologi
Etiologi terbanyak dari atelektasis adalah terbagi dua yaitu intrinsik dan ekstrinsik.
A. Etiologi intrinsik atelektasis adalah sebagai berikut :
Obstruktif :
Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah bronkus. Penyumbatan juga bisa
terjadi pada saluran pernafasan yang lebih kecil. Penyumbatan bisa disebabkan oleh adanya
gumpalan lendir, tumor atau benda asing yang terhisap ke dalam bronkus. Atau bronkus bisa
tersumbat oleh sesuatu yang menekan dari luar, seperti tumor atau pembesaran kelenjar getah
bening. Jika saluran pernafasan tersumbat, udara di dalam alveoli akan terserap ke dalam aliran
darah sehingga alveoli akan menciut dan memadat. Jaringan paru-paru yang mengkerut
biasanya terisi dengan sel darah, serum, lendir, dan kemudian akan mengalami infeksi.
Bronkus yang tersumbat, penyumbatan bias berasal di dalam bronkus seperti tumor
bronkus, benda asing, cairan sekresi yang massif. Dan penyumbatan bronkus akibat
panekanan dari luar bronkus seperti tumor sekitar bronkus, kelenjar yang membesar.
Peradangan intraluminar airway menyebabkan penumpukan sekret yang berupa mukus.
Tekanan ekstra pulmonary, biasanya diakibatkan oleh pneumothorah, cairan pleura,
peninggian diafragma, herniasi alat perut ke dalam rongga thorak, tumor thorak seperti
tumor mediastinum.
Paralisis atau paresis gerakan pernapasan, akan menyebabkan perkembangan paru yang
tidak sempurna, misalkan pada kasus poliomyelitis dan kelainan neurologis lainnya.
Gerak napas yang terganggu akan mempengaruhi lelancaran pengeluaran sekret
bronkus dan ini akan menyebabkan penyumbatan bronkus yang berakhir dengan
memperberat keadaan atelektasis.
Hambatan gerak pernapasan oleh kelainan pleura atau trauma thorak yang menahan
rasa sakit, keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran sekret bronkus yang dapat
memperberat terjadinya atelektasis
B. Etiologi ekstrinsik atelektasis:
Pneumothoraks
Tumor
Pembesaran kelenjar getah bening.
Pembiusan (anestesia)/pembedahan
Tirah baring jangka panjang tanpa perubahan posisi
Pernafasan dangkal
Penyakit paru-paru
18
4.5 Patogenesis
Dimulai dengan sarang
Pada TB post primer dini pada segmen
Sarang pneumoni kecil
apikal lobus superior
Parenkim paru
ATELEKTASIS
mengkerut
19
sangat cepat akan terjadi dipsneu dengan pola pernapasan yang cepat dan dangkal, takikardi
dan sering sianosis, temperatur yang tinggi, dan jika berlanjut akan menyebabkan penurunan
kesadaran atau syok. Pada perkusi redup dan mungkin pula normal bila terjadi emfisema
kompensasi. Pada atelektasis yang luas, atelektasis yang melibatkan lebih dari satu lobus,
bising nafas akan melemah atau sama sekali tidak terdengar, biasanya didapatkan adanya
perbedaan gerak dinding thorak, gerak sela iga dan diafragma. Pada perkusi mungkin batas
jantung dan mediastinum akan bergeser, letak diafragma mungkin meninggi.
2. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan standar adalah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi foto lateral, top-
lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, TB dapat memberikan gambaran
bermacam-macam bentuk (multiform). Gambaran radiologis yang dicurigai sebagai lesi TB
aktif : adanya bayangan berawan/ nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan
segmen superior lobus bawah; kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak
berawan atau nodular; bayangan bercak milier; efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral
20
(jarang). Gambaran radiologis yang dicurigai lesi TB inaktif berupa : fibrosis, kalsifikasi,
Schwarte atau penebalan pleura.
Pemeriksaan rontgen thoraks adakalanya dapat memberikan petunjuk untuk mendiagnosis
atelektasis. Bentuk-bentuk kolaps pada atelektasis secara klinis dan radiologi, sebagai berikut:
Kolaps paru menyeluruh
Opasifikasi hemithoraks
Pergeseran mediastinum ke sisi yang terkena
Diafragma terangkat
Kolaps lobus kanan atas
Fisura horizontal normal terletak pada anterior kanan iga ke empat
Pada kolaps yang parah, lobus menjadi datar berlawanan dengan mediastinum
posterior
Kolaps lobus tengah kanan
Sumbatan pada perbatasan jantung kanan sering tampak
Proyeksi Lordotik AP memperlihatkan pergeseran fisura.
Kolaps lobus bawah
Opasitas terlihat pada proyeksi frontal
Gambaran wedge-shaped shadows
Hilus tertekan dan terputar ke medial.
Kolaps lingula
Gambaran radiologi mirip dengan gambaran kolaps lobus tengah kanan
Proyeksi frontal perbatasan jantung kiri menjadi kabur.
Kolaps lobus kiri atas
Terlihat jelas pada proyeksi frontal
Pergeseran anterior di seluruh celah obliq, hampir sejajar pada dinding dada anterior
Opasitas kabur terlihat di bagian atas, tengah dan kadang-kadang pada daerah
bawah
Opasitas yang paling padat di dekat hilus
Elevasi hilus
Trakea sering menyimpang ke kiri
b. Computed Tomography Scan (CT-SCAN)
Kolaps lobus bawah
Adanya campuran densitas pada paru yang mengalami kolaps diakibatkan bronkus berisi cair.
21
Kolaps lobus kiri atas
Opasitas kabur terlihat dibagian atas, tengah dan kadang-kadang pada daerah bawah
Opasitas yang paling padat di dekat hilus
Kadang seperti nodus limfatik yang mengalami klasifika
Kolaps paru menyeluruh
Opasifikasi hemithoraks
Adanya herniasi di kedua paru retrosternal dan refleksi azygo-esofagus. Esophagus
berisi sedikit udara
22
Pemeriksaan Bakteriologis
Pemeriksaan bakteriologis untuk menemukan kuman TB mempunyai arti yang sangat penting
dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologis ini dapat berasal dari
dahak, cairan pleura, bilasan bronkus, liquor cerebrospinal, bilasan lambung, kurasan
bronkoalveolar, urin, faeces, dan jaringan biopsi. Pada pemeriksaan bakteriologis yang
menggunakan sputum, cara pengambilannya terdiri dari 3 kali: sewaktu (pada saat
kunjungan), pagi (keesokan harinya), dan sewaktu (pada saat mengantarkan dahak pagi).
Ada beberapa tipe interpretasi pemeriksaan mikroskopis, WHO merekomendasikan
pembacaan dengan skala IUATLD (International Union Againts Tuberculosis and Lung
Disease) :
Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapangan pandang, disebut negatif
Ditemukan 1 – 9 BTA dalam 100 lapangan pandang, ditulis jumlah kuman
yang ditemukan
Ditemukan 10 – 99 BTA dalam 100 lapangan pandang, disebut + (+1)
Ditemukan 1 – 10 BTA dalam 1 lapangan pandang, disebut ++ (+2)
Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapangan pandang, disebut +++ (+3)
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan standar adalah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi foto lateral, top-
lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, TB dapat memberikan gambaran
bermacam-macam bentuk (multiform). Gambaran radiologis yang dicurigai sebagai lesi TB
aktif : adanya bayangan berawan/ nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan
segmen superior lobus bawah; kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak
berawan atau nodular; bayangan bercak milier; efusi pleura unilateral (umumnya) atau
bilateral (jarang). Gambaran radiologis yang dicurigai lesi TB inaktif berupa : fibrosis,
kalsifikasi, Schwarte atau penebalan pleura.
Luluh paru (destroyed Lung) adalah gambaran radiologik yang menunjukkan kerusakan
jaringan paru yang berat, biasanya secara klinis disebut luluh paru . Gambaran radiologik
luluh paru terdiri dari atelektasis, ektasis/ multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk
menilai aktiviti lesi atau penyakit hanya berdasarkan gambaran radiologik tersebut. Perlu
dilakukan pemeriksaan bakteriologik untuk memastikan aktivitas penyakit.
Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat
dinyatakan sbb (terutama pada kasus BTA negatif) :
Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan
luas tidak lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas
23
chondrostemal junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari
vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5), serta tidak dijumpai
kaviti
Lesi luas yaitu bila proses lebih luas dari lesi minimal.
Pemeriksaan Khusus
Ada beberapa tehnik baru yang dapat mendeteksi kuman TB, seperti : BACTEC : dengan
metode radiometrik, dimana CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak
Mycobacterium tuberculosis dideteksi growth indexnya. Polymerase chain reaction (PCR) :
dengan cara mendeteksi DNA dari Mycobacterium tuberculosis. pemeriksaan serologis :
ELISA, ICT, Mycodot, dan PAP.
Pemeriksaan Penunjang Lain :
Seperti analisa cairan pleura dan histopatologi jaringan, pemeriksaan darah dimana LED
biasanya meningkat, tetapi tidak dapat sebagai indikator yang spesifik pada TB. Uji
tuberkulin, di Indonesia dengan prevalensi yang tinggi, uji tuberkulin sebagai alat bantu
diagnosis penyakit kurang berarti pada orang dewasa. Uji ini mempunyai makna bila
didapatkan konversi, bula atau kepositifan yang didapat besar sekali.
4.8 Tatalaksana
Pada atelektasis sikatriks penatalaksanaan yang terpenting adalah penceghan
menderita hipoksia dan mengobati penyakit penyebabnya. Pada kasus ini penyebab dari
atelektasis adalah sequel TB atau bisa juga disebabkan oleh TB paru yang relaps
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan
fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama
dan tambahan.
A. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Obat yang dipakai:
1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
· INH
Rifampisin
· Pirazinamid
· Streptomisin
· Etambutol
24
2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
· Kanamisin
· Amikasin
· Kuinolon
· Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan
amoksilin + asam klavulanat
Pengembangan pengobatan TB paru yang efektif merupakan hal yang penting untuk
menyembuhkan pasien dan menghindari MDR TB (multidrug resistant tuberculosis).
Pengembangan strategi DOTS untuk mengontrol epidemi TB merupakan prioriti utama
WHO. International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUALTD) dan WHO
menyarakan untuk menggantikan paduan obat tunggal dengan kombinasi dosis tetap dalam
pengobatan TB primer pada tahun 1998.6 Dosis obat tuberkulosis kombinasi dosis tetap
berdasarkan WHO seperti terlihat pada tabel Keuntungan kombinasi dosis tetap antara lain:
25
1. Penatalaksanaan sederhana dengan kesalahan pembuatan resep minimal
2. Peningkatan kepatuhan dan penerimaan pasien dengan penurunan kesalahan
pengobatan yang tidak disengaja
3. Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap penatalaksanaan yang benar
dan standar
4. Perbaikan manajemen obat karena jenis obat lebih sedikit
5. Menurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal dan MDR akibat penurunan
penggunaan monoterapi
Tabel. Dosis obat antituberkulosis kombinasi dosis tetap
Fase intensif Fase lanjutan
2 bulan 4 bulan
BB Harian Harian 3x/minggu Harian 3x/minggu
RHZE RHZ RHZ RH RH
150/75/400/275 150/75/400 150/150/500 150/75 150/150
30-37 2 2 2 2 2
38-54 3 3 3 3 3
55-70 4 4 4 4 4
>71 5 5 5 5 5
Penentuan dosis terapi kombinasi dosis tetap 4 obat berdasarkan rentang dosis yang telah
ditentukan oleh WHO merupakan dosis yang efektif atau masih termasuk dalam batas dosis
terapi dan non toksik.
Pada kasus yang mendapat obat kombinasi dosis tetap tersebut, bila mengalami efek
samping serius harus dirujuk ke rumah sakit / dokter spesialis paru / fasiliti yang mampu
menanganinya.
26
Tabel. Ringkasan paduan obat
27
4.9 Evaluasi Pengobatan
Evaluasi pasien meliputi evaluasi klinis, bakteriologi, radiologi, dan efek
samping obat, serta evaluasi keteraturan berobat.7
Evaluasi klinik
- Pasien dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama pengobatan
selanjutnya setiap 1 bulan
- Evaluasi : respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat
serta ada tidaknya komplikasi penyakit
- Evaluasi klinis meliputi keluhan , berat badan, pemeriksaan fisis.
Evaluasi bakteriologik (0 - 2 - 6 /9 bulan pengobatan)
- Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak
- Pemeriksaan & evaluasi pemeriksaan mikroskopik
Sebelum pengobatan dimulai
Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif)
Pada akhir pengobatan
- Bila ada fasiliti biakan : dilakukan pemeriksaan biakan dan uji
resistensi
28
- Pasien yang mendapat streptomisin harus diperiksa uji
keseimbangan dan audiometri (bila ada keluhan)
Pada anak dan dewasa muda umumnya tidak diperlukan pemeriksaan awal
tersebut. Yang paling pentin adalah evaluasi klinis kemungkinan terjadi efek
samping obat. Bila pada evaluasi klinis dicurigai terdapat efek samping, maka
dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikannya dan penanganan
efek samping obat sesuai pedoman
29
BAB V
KESIMPULAN
Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami hambatan
berkembang secara sempurna sehingga aerasi paru berkembang atau sama sekali tidak terisi
udara. Atelektasis kontraksi atau sikatriks terjadi bila terdapat perubahan fibrosis pada paru
yang merubah struktur dan fungsi paru. Atelektasis sikatriks sering dijumpai pada TB paru
kronis. Gejala atelektasis bisa berupa gangguan pernafasan, nyeri dada dan batuk.
Pada atelektasis sikatriks penatalaksanaan yang terpenting adalah pencegahan
menderita hipoksia dan mengobati penyakit penyebabnya. Pada kasus ini penyebab dari
atelektasis adalah sequele TB atau mungkin disebabkan TB yang relaps
30
DAFTAR PUSTAKA
31