GRUP M
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
OPERASI TEKNIK KIMIA I
GROUP M
Muhammad Fayrus (1631010017)
Rif’atul Firda Erfani (1631010041)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikanLaporan Resmi Operasi Teknik
Kimia I ini dengan judul “ Proses Pelarutan Padat Cair”.
Laporan Resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktikum
Operasi Teknik Kimia I yang diberikan pada semester IV. Laporan ini disusun
berdasarkan pengamatan, perhitungan dan dilengkapi dengan teori dari literatur
serta petunjuk asisten pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal 15 Maret 2018
di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Universitas Pembangunan Nasional
‘VETERAN’ Jawa Timur.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. C. Pujiastuti,MT selaku Kepala Laboratorium Operasi Teknik Kimia
Universitas Pembangunan Nasional ‘VETERAN’ Jawa Timur dan dosen
pembimbing praktikum.
2. Seluruh asisten dosen yang membantu dalam pelaksanaan praktikum.
3. Rekan – rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukan-
masukan dalam praktikum.
Kami sangat menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan. Maka dari itu, kami selalu mengharapkan kritik dan saran, seluruh
asisten dosen yang turut membantu dalam kesempurnaan laporan ini. Sehingga
penyusun berharap penyusun mengharapkan semua laporan praktikum yang telah
disusun ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Teknik khususnya jurusan
Teknik Kimia.
Surabaya, 19 Maret 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
INTISARI............................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ........................................................................................1
I.2 Tujuan .....................................................................................................2
I.3 Manfaat ...................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Secara Umum ........................................................................................3
II.2 Sifat Bahan ............................................................................................7
II.3 Hipotesa .................................................................................................8
II.4 Diagram Alir ..........................................................................................9
BAB 3 PELAKSAAN PRAKTIKUM
III.1 Bahan..................................................................................................10
III.2 Alat .....................................................................................................10
III.3 Gambar Alat .......................................................................................10
III.4 Rangkaian Alat ...................................................................................11
III.5 Prosedur..............................................................................................12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Tabel Hasil Pengamatan ....................................................................13
IV.2 Tabel Hasil Perhitungan .....................................................................14
IV.3 Grafik .................................................................................................15
IV.4 Pembahasan........................................................................................17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan ........................................................................................ 19
V.2 Saran ................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24
APPENDIX ........................................................................................................... 25
INTISARI
Pelarutan adalah suatu proses dimana dua komponen yang terlarut dari zat
terlarut (padatan) dan zat pelarut (cairan) yang saling larut membentuk satu fasa
dalam konsentrasi tertentu. Pada proses pelarutan terjadi perpindahan massa
dimana massa zat terlarut dapat larut dalam pelarut. Dari praktikum ini bertujuan
untuk menghitung abu sekam yang dapat larut dalam NaOH, serta mengetahui
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pelarutan.
Prosedur pada percobaan ini yaitu pertama, masukkan pelarut ke dalam tangki
pelarut dengan volume tertentu dan ukur densitas awal pelarut sebelum
pengadukan. Kemudian timbang abu sekam sesuai dengan kebutuhan dan
masukkan abu sekam padi pada masing-masing tangki pelarut. Kemudian letakkan
tangki pelarut pada magnetic stirer selama beberapa menit. Lalu saring endapan
yang didapatkan dengan menggunakan kertas saring dan masukkan ke dalam oven
hingga didapat berat konstan. Terakhir mengukur densitas dari filtrate yang tersedia
Pada percobaan ini menggunakan bahan abu sekam sebagai zat terlarut
dengan berat 5 gram dan larutan NaOH 1M sebagai pelarut dengan volume yaitu
200 ml, 225 ml, 250 ml, 275 ml, dan 300 ml dengan waktu yang ditetapkan selama
7 menit. Pada larutan dengan volume pelarut 200 ml diperoleh hasil densitas filtrate
sebesar 1,0399 gr/ml dengan berat zat terlarut sebesar 0,2837 gram dan kelarutan
berdasarkan padatan sisa sebesar 0,1419 sedangkan kelarutan berdasarkan densitas
sebesar 0,57. Untuk larutan dengan volume pelarut 300 ml diperoleh hasil densitas
filtrate sebesar 1,0448 gr/ml dengan berat zat terlarut sebesar 0,7194 gram dan
kelarutan berdasarkan padatan sisa sebesar 0,2398 sedangkan kelarutan
berdasarkan densitas sebesar 0,938. Maka kelarutan abu sekam semakin besar
dengan bertambahnya volume pelarut.
BAB I
PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui berat zat padat yang terlarut dalam suatu pelarut
2. Untuk menentukan grafik berat zat padatan yang terlarut dan waktu
pelarutan
3. Untuk mengetahui perpindahan massa padat cair berdasarkan densitas.
I.3 Manfaat
1. Agar praktikan dapat mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi proses
pelarutan padat cair
2. Agar praktikan dapat mengetahui pengaplikasian proses pelarutan padat cair
pada industry kimia
3. Agar praktikan dapat mengetahui mekanisme pencampuran solid yang
dapat larut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keterangan :
panjang, biasanya berdiri tegak dan berisi packing yang diam didalamnya. Karena
kolom berpacking sangat penting dalam penentuan koefisien perpindahan massa.
(Welasih, 2006)
Kelarutan adalah jumlah maksimal zat terlarut yang dapat larut pada
sejumlah larutan pada temperetur tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kelarutan dan faktor yang berefek pada jumlah zat terlarut yang dapat larut dalam
suatu larutan akan dibahas sebagai berikut :
Faktor utama yang mempengaruhi kelarutan diantaranya :
1. Kelarutan alami dari zat terlarut dan pelarut
Jumlah zat terlarut yang dapat larut dalam pelarut tergantung dari jenis pelarut.
Contohnya ketika 1 gram PbCl2 dapat larut pada 100 gram air dan pada suhu
kamar, sedangkan 200 gram ZnCl2 lebih banyak larut dalam air dibandingkan
dengan PbCl2 . Artinya ZnCl2 lebih banyak larut dalam air dibandingkan PbCl2.
2. Suhu
Umumnya jika suhu dinaikkan akan menyebabkan kelarutan bertambah.
Contohnya gula lebih cepat larut dalam air panas di bandingkan dengan air
dingin.
3. Tekanan
Pada padatan dan cairan perubahan tekanan tidak mempengaruhi pada
kelrutan. Pada gas semkain besar tekanan akan meningkatkan kelarutan.
Contohnya ketika membuka minuman besoda, tekanan dilepaskan dengan
tanda adanya gelembung pada larutan.
Faktor yang mempengaruhi jumah zat terlarut yang dapat larut dalam pelarut
diantaranya adalah :
1. Ukuran partikel
Ketika zat terlarut dilarutkan, kegiatan ini hanya berinteraksi pada permukaan
zat terlarut ketika jumlah dari permukaan zat besar maka kelarutan bahan akan
semakin besar
2. Pengadukan
Dengan padatan dan cairan, pengadukan membuat pengontakan padatan dan
cairan semakin cepat sehingga semakin besar pengadukan maka semakin cepat
pula zat akan larut.
3. Banyaknya zat telarut yang telah larut
Ketika ada zat terlarut yang sedikit yang berada dalam larutan, maka semakin
cepat kelarutannya. Ketika zat terlarut yang berada dalam larutan banyak, maka
kelarutan akan semakin lama.
4. Suhu
Pada padatan dan cairan, menaikkan suhu tidak hana menaikkan kelarutan,
tetapi juga meningkatkan kecepatan zat untuk larut.
(Anonim, 2016)
Untuk menyatakan jumlah atau banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan
digunakan istilah konsentrasi. Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk
menyatakan konsentrasi zat terlarut dalam larutan.
1. Persen Massa
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
%𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 100%…………………(2)
2. Molalitas
𝑔𝑟 𝑥 1000
𝑚= …………………(3)
𝑀𝑟 𝑥 𝑃
3. Molaritas
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑀= …………….……(4)
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
Keterangan :
Mr = massa molar (gr/mol)
P = berat pelarut (gram)
(Besak, 2011)
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1 Bahan
1. Air
2. Natrium hidroksida
3. Abu sekam
III.2 Alat
1. Kertas saring
2. Beaker glass
3. Spatula
4. Neraca analitik
5. Piknometer
6. Kaca arloji
7. Stopwatch
8. Corong kaca
9. Magnetic stirer
10. Oven
Oven
Keterangan:
1. Beaker Glass
2. Magnetic Stirer
III.5 Prosedur
1. Menimbang Cao sebesar 2.5 gram
2. Menyiapkan air sebagai solvent dengan volume 200ml, 250ml, 300ml,
350ml dan 400ml
3. Menghitung densitas air ( solvent ) dengan piknometer
4. Mencampur solute dan solvent didalam beaker glass
5. Melakukan operasi pelarutan dengan magnetic stirer selama 15 menit
6. Memisahkan filtrasi dan residu
7. Menghitung densitas filtrasi
8. Mengeringkan residu, menimbang dan mencatat berat keringnya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Abu
Volume Densitas Densitas
Sekam Abu Sekam yang
Pelarut Awal Akhir Kelarutan
Awal Larut (gr)
(mL) (gr/mL) (gr/mL)
(gr)
200 5 1,0342 1,0399 1,14 0,5700
225 5 1,0352 1,04194 1,5165 0,6740
250 5 1,036 1,04337 1,8425 0,7370
275 5 1,03444 1,04319 2,40625 0,8750
300 5 1,03537 1,04475 2,814 0,9380
IV.3 Grafik
IV.3.1 Volume Pelarut VS Berat Solute yang Larut berdasarkan Berat Larut
0.8
0.7
Abu sekam yang Larut (gram)
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Volume Pelarut (mL)
Grafik 1. Hubungan antara abu sekam terlarut dan volume pelarut berdasarkan berat
larut
2.5
Abu sekam yang Larut (gram)
1.5
0.5
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Volume Pelarut (mL)
Grafik 2. Hubungan antara abu sekam terlarut dan volume pelarut berdasarkan
densitas
0.30
0.25
Kelarutan Abu sekam
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0 50 100 150 200 250 300 350
Volume Pelarut (mL)
Grafik 3. Hubungan antara volume pelarut dan kelarutan abu sekam berdasarkan
berat larut
1.000
0.900
0.800
Kelarutan abu sekam
0.700
0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000
0 50 100 150 200 250 300 350
Volume Pelarut (mL)
Grafik 4. Hubungan antara volume pelarut dan kelarutan abu sekam berdasarkan
densitas
IV.4 Pembahasan
Berdasarkan percobaan proses pelarutan padat cair (PPC) yang sudah
dilakukan saat praktikum didapat hasil pengamatan dan perhitungan yang
ditabelkan, maka dapat dianalisa faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu jenis
zat terlarut dan jenis pelarut yang digunakan.
Pada percobaan ini menggunakan bahan abu sekam sebagai zat terlarut
dengan berat 5 gram dan larutan NaOH 1M sebagai pelarut dengan volume yaitu
200 ml, 225 ml, 250 ml, 275 ml, dan 300 ml dengan waktu yang ditetapkan selama
7 menit. Pada larutan dengan volume pelarut 200 ml diperoleh hasil densitas filtrate
sebesar 1,0399 gr/ml dengan berat zat terlarut sebesar 0,2837 gram dan kelarutan
berdasarkan padatan sisa sebesar 0,1419 sedangkan kelarutan berdasarkan densitas
sebesar 0,57. Pada larutan dengan volume pelarut 225 ml diperoleh hasil densitas
filtrate sebesar 1,0419 gr/ml dengan berat zat terlarut sebesar 0,348 gram dan
kelarutan berdasarkan padatan sisa sebesar 0,1547 sedangkan kelarutan
berdasarkan densitas sebesar 0,674 Pada larutan dengan volume pelarut 250 ml
diperoleh hasil densitas filtrate sebesar 1,0434 gr/ml dengan berat zat terlarut
sebesar 0,4729 gram dan kelarutan berdasarkan padatan sisa sebesar 0,1892
sedangkan kelarutan berdasarkan densitas sebesar 0,737. Pada larutan dengan
volume pelarut 275 ml diperoleh hasil densitas filtrate sebesar 1,0432 gr/ml dengan
berat zat terlarut sebesar 0,5749 gram dan kelarutan berdasarkan padatan sisa
sebesar 0,2091 sedangkan kelarutan berdasarkan densitas sebesar 0,875. Untuk
larutan dengan volume pelarut 300 ml diperoleh hasil densitas filtrate sebesar
1,0448 gr/ml dengan berat zat terlarut sebesar 0,7194 gram dan kelarutan
berdasarkan padatan sisa sebesar 0,2398 sedangkan kelarutan berdasarkan densitas
sebesar 0,938.
Pada bercobaan dihasilkan rata-rata berat zat terlarut pada hasil
penimbangan lebih kecil daripada berat zat terlarut pada hasil perhitungan densitas.
Semakin banyak berat zat terlarut maka akan semakin besar nilai kelarutan yang
dihasilkan. Oleh karena itu berat zat terlarut berbanding lurus dengan kelarutan
yang terbukti nilai kelarutan (berdasarkan zat sisa) naik saat berat zat terlarut naik,
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Semakin besar massa abu sekam yang akan dilarutkan dalam pelarut NaOH,
maka akan semakin banyak pula zat terlarut yang dapat larut dalam pelarut.
2. Berat abu sekam sebelum dilarutkan memiliki massa yang lebih besar
daripada massa abu sekam yang telah dilarutkan, hal ini disebabkan karena
terjadi perpindahan massa antara abu sekam dan larutan NaOH.
3. Semakin besar volume pelarut yang digunakan, maka semakin besar pula
zat terlarut yang larut dalam pelarut dan kelarutannya.
V.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan berhati-hati dalam melakukan proses penyaringan
sehingga zat padat tidak tercampur dalam filtrat
2. Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati dalam melaksanakan praktikum agar
tidak terjadi kesalahan data
3. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam mengamati bhan pada saat proses
pengeringan
DAFTAR PUSTAKA
APPENDIKS
0,2837 𝑔𝑟
=
100 𝑔𝑟
= 0.1419
(26,58 – 16,181) gr
=
10 mL
= 1,0399 gr/ml
5. Berat pelarut
Berat pelarut = volume × ρ pelarut
= 200 ml × 1,0342 gr/ml
= 206,84 gr
= 0,137 gr
7. Perhitungan kelarutan berdasarkan densitas larutan
berat terlarut
Kelarutan =
100 gr pelrut
0,137 gr
= 100 gr
= 0,00137