CO, Yogyakarta - Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sleman Widi Sutikno mengatakan
persediaan sapi potong untuk perayaan Idul Adha pada September sudah cukup. Populasi sapi
potong hingga saat ini mencapai 51 ribu ekor.
Meski begitu, para pemilik sapi memilih untuk menahan dan tidak menjual sapinya. “Mereka baru
akan menjual sapi mendekati lebaran haji," kata Widi, Senin, 24 Agustus 2015.
Widi mengatakan jumlah populasi sapi potong tersebut belum dipisahkan antara yang betina dan
jantan. Menurut dia, sapi-sapi putih betina yang produktif tidak boleh disembelih. Sapi yang dijadikan
hewan kurban adalah sapi jantan.
Sapi lokal memang menjadi favorit untuk hewan kurban. Sedangkan sapi jenis impor seperti sapi
metal justru jarang dipilih sebagai hewan kurban. Widi mengatakan harga sapi lokal menjelang Idul
Adha selalu tinggi.
Harga sapi dengan berat 300 kilogram kini mencapai Rp 18 juta. Nilai itu sangat tinggi mengingat
harga per kilogram hidup mencapai Rp 60 ribu. Sedangkan saat ini harga sapi hidup per kilogram
dipatok Rp 38 ribu.
Widi mengatakan para pedagang sapi di Sleman kemungkinan banyak mendatangkan sapi dari luar
daerah, seperti dari Boyolali, Klaten, dan Sragen. Untuk mengantisipasi adanya sapi yang
berpenyakit, pemerintah telah menyiapkan tiga pos pemeriksaan hewan, yakni di Jalan Solo, Jalan
Magelang, dan Jalan Wates.
Sapi-sapi yang ada penyakitnya seperti cacing hati atau antraks menjadi perhatian para dokter
hewan. Jika hanya ada tanda-tanda sapi punya cacing hati, pemerintah masih memberikan toleransi.
Namun jika sapi sudah terjangkit penyakit antraks, pemerintah akan menolak dan memusnahkannya.
"Meskipun sejauh ini tidak ditemukan yang terjangkit antraks, kami tetap akan berhati-hati," katanya.
Mbah Surip, salah satu peternak sapi lokal di Ngemplak, Sleman, menyediakan 10 ekor sapi jantan
untuk dipasarkan jelang Idul Adha nanti. Ada yang beratnya mencapai 300 kilogram dan ada juga
yang hanya separuhnya. "Setiap Idul Adha harga sapi pasti naik. Saya memelihara sejak masih
anakan untuk dibesarkan," kata dia.
Sebagai contoh di pasar tradisional Tebet, Jakarta Selatan. Fauzan, seorang pedagang daging sapi di
pasar itu, mengatakan sudah kembali berjualan sejak Kamis pekan lalu setelah ikut mogok berjualan
selama empat hari.
“Inginnya (setelah mogok) harga turun, tapi hasilnya enggak ada. Sekarang harga per kilogram Rp 120
ribu, penjualan pun turun karena biasanya rumah makan membeli 2 kilogram, sekarang hanya 1
kilogram,” katanya.
Keluhan yang sama dilontarkan pedagang bernama Abdullah. Dia bilang harga berkisar Rp 120-140 ribu
per kilogram. Kalau biasanya dia bisa menjual 40-50 kilogram per hari, kini, “Hanya 20 kilogram,” ujar dia.
Di Pasar Palmerah, Jakarta Barat, harga daging berkisar dari Rp 95-110 ribu per kilogram. Jamal
mengakui harga sudah sedikit menurun. Namun dia berharap bisa kembali ke posisi dulu, yakni antara 80-
100 ribu saja.
Keadaan ini membuat pembeli keberatan. “Dulu sebelum harga naik, saya biasa membeli di tukang sayur
setengah kilogram Rp 55 ribu, saya kira di sini bisa dapat Rp 50 ribu, tahunya sama saja, Rp 110 ribu
sekilonya,” tutur pembeli bernama Ratna.
Metrotvnews.com, Jakarta: Harga sapi melambung diduga dimainkan segelintir importir. Ada tiga
feedloter yang diduga kuat berandil membuat harga daging sapi melangit.
"Ada tiga feedloter yang memegang kendali penuh. Mereka yang menentukan harga," kata Kepala
Subdirektorat Industri dan Perdagangan Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya Ajun
Komisaris Besar Agung Marlianto di Mapolda Metro Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan,
Selasa (25/8/2015).
Agung tak menyebut rinci siapa tiga importir itu. Dia hanya mengatakan, ketiga importir adalah pemegang
kuota terbesar dan juga memiliki kuasa untuk mengendalikan harga.
Menurut Agung, polisi kini tengah mengumpulkan bukti lain. Salah satunya, surat dari Pemprov DKI yang
menyebut ada kenaikan tidak wajar harga daging sapi beberapa waktu lalu.
"Kita punya bukti-bukti kuat ke arah sana. Sehingga status kasus kartel sapi ini bisa naik dari penyelidikan
ke tingkat penyidikan," tegas Agung.
Saat ini, Polda Metro Jaya telah memeriksa tujuh feedloter termasuk tiga feedloter yang paling dicurigai.
"Sudah diperiksa oleh polisi terkait dugaan kartel sapi tersebut. Total ada 11 terperiksa. Pemeriksaan
dilakukan terhadap pemilik, bagian keuangan dan operasional ketujuh feedloter tersebut," pungkasnya.
Sebelumnya, Direktorat Reserse Kriminal Khsusus sidak ke tempat penggemukan sapi milik importir, PT
Widodo Makmur Perkasa, Kamis Agustus lalu. Di sana, polisi menemukan 2.500 ekor sapi yang belum
didistribusikan.
TII