Anda di halaman 1dari 10

IMUNOLOGI 2018

“IMUNITAS SPESIFIK/DIDAPAT HUMORAL”

Disusun Oleh :
1. Berta Gratia (17101105014)
2. Vyta Novita sari (17101105012)
3. Kurnia Palandi (17101105018)
4. Angelika legi (17101105013)
5. Melianinsi Israel (17101105019)
6. Christin Pangemanan (17101105015)
7. Agnes S.G.Sahuleka (17101105011)
8. Elisticia Mopangga (17101105016)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
penyertaannya sehingga makalah yang berjudul “Respon Imunitas spesifik” dapat selesai
dengan baik dan tepat waktu. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu baik secara material maupun pikiran.
Tugas makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi mata kuliah imunologi dan
juga untuk menambah pengetahuan. Penyusun menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan, Untuk itu sangat diharapkan kritik dan masukan bagi laporan ini agar dapat
disempurnakan menjadi lebih baik. Terimah kasih atas perhatian dan kerjasamanya.
Manado, 20 Maret 2018

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan .............................................................................................................1

BAB II. ISI ....................................................................................................................... 2


2.1 Pembahasan .....................................................................................................2

BAB III. PENUTUP ........................................................................................................6


3.1 Kesimpulan ......................................................................................................6
3.2 Saran ................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... iii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem kekebalan tubuh sangat mendasar peranannya bagi kesehatan, tentunya harus
disertai dengan pola makan sehat, berolahraga, dan terhindar dari masuknya senyawa beracun
ke dalam tubuh. Sekali senyawa beracun hadir dalam tubuh, maka harus segera dikeluarkan.
Kondisi sistem kekebalan tubuh menentukan kualitas hidup. Ada orang yang mudah sakit, ada
pula orang yang jarang sakit, ini ada kaitannya dengan sistem pertahanan tubuh seseorang
tersebut. Dalam tubuh yang sehat terdapat sistem kekebalan tubuh yang kuat sehingga daya
tahan tubuh kebal terhadap penyakit. Pada bayi yang baru lahir, pembentukan sistem
kekebalan tubuhnya belum sempurna dan masih memerlukan ASI yang membawa sistem
kekebalan tubuh sang ibu untuk membantu daya tahan tubuh bayi. Semakin dewasa, sistem
kekebalan tubuh terbentuk sempurna. Namun, pada orang lanjut usia, sistem kekebalan
tubuhnya secara alami menurun. Itulah sebabnya timbul penyakit degeneratif atau penyakit
penuaan.
Pola hidup modern menuntut segala sesuatu dilakukan serba cepat dan instan. Hal ini
berdampak juga pada pola makan. Misalnya sarapan di dalam kendaraan, makan siang serba
tergesa, belum lagi kualitas makanan yang dikonsumsi, polusi udara, kurang berolahraga, dan
stres. Apabila terus berlanjut, daya tahan tubuh akan menurun, lesu, cepat lelah, dan mudah
terserang penyakit. Karena itu, banyak orang yang masih muda mengidap penyakit
degeneratif. Kondisi stres dan pola hidup modern sarat polusi, diet tidak seimbang, dan
kelelahan menurunkan daya tahan tubuh sehingga memerlukan kecukupan antibodi. Gejala
menurunnya daya tahan tubuh sering kali terabaikan sehingga timbul berbagai penyakit
infeksi, dan penuaan dini pada usia produktif.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa itu sistem kekebalan humoral?
b. Bagaimana tahapan dalam sistem kekebalan humoral?
c.Bagaimana mekanisme sistem kekebalan humoral?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu sistem kekebalan humoral
b. Untuk mengetahui tahapan dalam sistem kekebalan humoral
c. Untuk mengetahui mekanisme sistem kekebalan humoral
BAB II
ISI
2.1 Pembahasan
Sistem kekebalan humoral adalah imunitas yang dimediasi oleh molekul didalam
darah, yang disebut antibodi. Antibodi dihasilkan oleh sel B limfosit. Mekanisme imunitas ini
ditujukan untuk benda asing yang berada diluar sel (berada di cairan atau di jaringan tubuh).
Limfosit B akan mengenali benda asing tersebut, kemudian akan memproduksi antibodi.
Antibodi merupakan molekul yang akan menempel di suatu molekul spesifik (antigen) di
permukaan benda asing tersebut. Kemudian antibodi akan menggumpalkan benda asing
tersebut sehingga menjadi tidak aktif, atau berperan sebagai sinyal bagi sel-sel fagosit.
Pembentukan antibodi ini dipicu oleh kehadiran antigen. Antibodi secara spesifik akan
bereaksi dengan antigen. Spesifik, artinya antigen A hanya akan bereaksi dengan antibodi A,
tidak dengan antibodi B begitu pula sebaliknya.
Antibodi umumnya tidak secara langsung menghancurkan antigen yang menyerang.
Namun, pengikatan antara antigen dan antibodi merupakan dasar dari kerja antibodi dalam
kekebalan tubuh. Terdapat beberapa cara antibodi menghancurkan patogen atau antigen,
yaitu netralisasi, penggumpalan, pengendapan, dan pengaktifan sistem komplemen (protein
komplemen).
Di dalam imunitas humoral yang berperan adalah limfosit B atau sel B berasal dari
stem sel . Fungsi utamanya adalah mempertahankan tubuh terhadap infeksi bakteri, virus dan
melakukan netralisasi toksin. Dibuat di sumsum tulang yaitu sel batang yang sifatnya
pluripotensi (pluripotent stem cells) dan dimatangkan di sumsum tulang(Bone
Marrow). Limfosit B menyerang antigen yang ada di cairan antar sel. Terdapat 3 jenis sel
limfosit B yaitu limfosit B plasma memproduksi antibodi, limfosit B pembelah menghasilkan
limfosit dalam jumlah banyak secara cepat, limfosit B memori mengingat antigen yang pernah
masuk ke tubuh.
Humor berarti cairan di dalam tubuh. Sel B bila dirangsang oleh benda asing, akan
berproliferasi dan berkembang menjadi sel plasma yang dapat membentuk antibodi. Antibodi
yang dilepaskan akan ditemukan di dalam serum. Fungsi utama adalah antibodi ini adalah
pertahanan terhadap infeksi ekstraseluler, virus dan bakteri serta menetralisir toksinnya. Sel
Th 2 juga mempunyai kontribusi didalam sistim imunitas ini. Th 2 akan memproduksi Il-4, Il-
5, Il-6 yang merangsang sel B untuk menghasilkan immunoglobulin (Ig), menekan kerja
monosit/makrophag dan respon imun seluler2,8Immunoglobulin (Ig) dibentuk oleh sel plasma
yang berasal dari proliferasi sel B akibat kontak dengan antigen. Antibodi yang terbentuk
secara spesifik ini akan mengikat antigen baru lainnya yang sejenis. Bila serum protein
tersebut dipisahkan dengan cara elektroforesis, maka IgG ditemukan terbanyak dalam fraksi
globulin alfa dan beta.
Ada lima jenis IgG yaitu IgG, IgA, IgM, IgD, IgE.
IgG merupakan komponen utama didalam Ig serum dengan kadar di dalam darah
sekitar 75 % dari semua immunoglobulin. IgG dapat menembus plasenta dan masuk ke fetus
dan berperan dalam imunitas bayi sampai berusia 6-9 bulan. IgG dan komplemen bekerja
saling membantu di dalam sebagai opsonin pada pemusnahan antigen. IgG juga berperan di
dalam imunitas sellular.
Ø IgA ditemukan dalam jumlah yang sedikit didalam darah. IgA di dalam serum dapat
Amengagglutinasi kuman . Mengganggu motilitasnya hingga memudahkan fagositosis oleh
sel PMN.
Ø IgM merupakan antibody dalam respon imun primer terhadap kebanyakan antigen. IgM
dapat mencegah gerakan mikroorganisme patogen, memudahkan fagositosis dan merupakan
aglutinator poten protein.
Ø IgD ditemukan dengan kadar yang sangat rendah didalam sirkulasi. IgD merupakan 1%
dari total immunoglobulin dan ditemuksan banyak pada sel membran sel B bersama IgM dan
berfungsi sebagai reseptor pada aktivasi sel B.
Ø IgE ditemukan dalam serum dengan kadar yang rendah di dalam serum dan meningkat
pada penyakit alergi, infeksi cacing.
Respon imun primer terjadi pada paparan pertama pada antigen. Karakteristiknya
mempunyai lag period ini dibutuhkan sel B spesifik dalam melawan antigen untuk
berproliferasi dan berdifferensiasi menjadi plasma sel. Jika seseorang terpapar untuk kedua
kalinya dengan antigen yang sama respon imun sekunder terjadi. Respon ini lebih cepat lebih
lama, dan lebih efektif karena sistim imun sudah disiapkan melawan antigen tersebut.
Walaupun antibodi tidak dapat menghancurkan antigen secara langsung tetapi dapat
menginaktifkan dan menandainya untuk dihancurkan. Yang terjadi di dalam interaksi antigen-
antibodi adalah suatu formasi kompleks antigen-antibodi.
Salah satu komponen sistem imun pada organisme adalah molekul / humoral. Komponen ini
terdiri dari tiga substansi yaitu komplemen, interferon, dan antibodi. Secara garis besar, ketiga
komponen ini termasuk kedalam respon imun spesifik yang merupakan respon / tanggapan
suatu sistem imun yang spesifik terhadap benda / zat asing tertentu saja.
Sistem komplemen adalah protein dalam serum darah yang bereaksi berjenjang
sebagai enzim untuk membantu sistem kekebalan selular dan sistem kekebalan humoral untuk
melindungi tubuh dari infeksi. Protein komplemen tidak secara khusus bereaksi
terhadap antigen tertentu, dan segera teraktivasi pada proses infeksi awal dari patogen. Oleh
karena itu sistem komplemen dianggap merupakan bagian dari sistem kekebalan turunan.
Walaupun demikian, beberapa antibodi dapat memicu beberapa protein komplemen, sehingga
aktivasi sistem komplemen juga merupakan bagian dari sistem kekebalan humoral.
Interferon merupakan hormon berbentuk sitokina berupa protein berjenis glikoprotein yang
disekresi oleh sel vertebrata kerena akibat rangsangan biologis seperti virus ,bakteri
,protozoa,mycoplasma, mitigen dan senyawa lainnya Antibodi adalah glikoprotein dengan
struktur tertentu yang disekresi dari pencerap limfosit-B yang telah teraktivasi
menjadi sel plasma, sebagai respon dari antigen tertentu dan reaktif terhadap antigen tersebut.
Sistem imunitas manusia ditentukan oleh kemampuan tubuh untuk memproduksi antibodi
untuk melawan antigen antibodi dapat ditemukan pada darah atau kelanjar tubuh vertebarata
lainnya.dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan dan
menetralisasikan benda asing seperti bakteri dan virus. Molekul antibodi beredar di
dalam pembuluh darah dan memasuki jaringan tubuh melalui proses peradangan. Mereka
terbuat dari sedikit struktur dasar yang disebut rantai. Tiap antibodi memiliki dua rantai
berat besar dan dua rantai ringan. Antigen merupakan molekul yang memacu respons imun
(imunogen). Substansi ini dapat bereaksi dengan antibodi atau sel T yang sudah
tersensitivitasi.

A. Cara Antibodi Menginaktifkan Antigen.


Antibodi bekerja menghancurkan antigen melalui beberapa tahapan, yaitu penetralan
(netralisasi), pengendapan, penggumpalan, dan aktivasi protein komplemen.
a. Penetralan (Netralisasi)
Netralisasi terjadi apabila antigen memblokir beberapa tempat antigen berikatan dan
membuatnya tidak aktif. Antibodi menetralkan virus dengan menempel pada tempat yang
seharusnya berikatan dengan sel inang.
Selain itu, antibodi menetralkan bakteri dengan menyelimuti bagian beracun dari bakteri
sehingga sel fagosit dapat menerima bakteri tersebut.
b. Penggumpalan
Penggumpalan (aglutinasi) bakteri, virus, atau sel patogen lain oleh antibodimerupakan salah
satu cara yang cukup efektif. Hal ini dapat dilakukan karena antibodi minimal memiliki dua
daerah ikatan (dinding site). Cara ini memudahkan sel fagosit menangkap dan memakan sel-
sel patogen tersebut.
c. Pengendapan
Pengendapan dilakukan pada antigen terlarut oleh antibodi. Hal ini untuk membuat antigen
terlarut tidak bergerak dan memudahkan ditagkap oleh sel fagosit.
d. Aktivasi protein komplemen
Antibodi yang berikatan dengan antigen akan mengaktifkan sistem komplemen (protein
komplemen) untuk membentuk luka atau pori pada sel mikroba patogen. Pembentukan luka
atau pori ini menyebabkan luka atau pori pada sel mikroba patogen. Pembentukan luka atau
pori ini menyebabkan lisozim dapat masuk dan sel patogen tersebut akan hancur (lisis).

B. Mekanisme Kerja.
Saat ada benda asing yang masuk ke dalam tubuh, maka sel B yang diproduksi oleh
sumsum tulang akan mengenali antigen tersebut. Ada berbagai jenis sel B, mereka masing-
masing dirancang untuk merespon antigen tertentu.
Sel B akan mengenali benda asing tersebut, kemudian akan memproduksi
antibodi. Kemudian antibodi akan menempel dan menggumpalkan benda asing tersebut
sehingga menjadi tidak aktif, atau berperan sebagai sinyal bagi sel-sel fagosit. Setelah
ditandai dengan antibodi ini, para antigen akan dihancurkan oleh sel-sel kekebalan lainnya.
Setelah ‘perang‘ telah selesai, banyak dari sel B yang mati dan sebagian lagi selamat dan
menetap di sumsum tulang dan bertindak sebagai semacam ‘‘memori‘‘ dari serangan ini.
Sehingga jika suatu hari nanti ada virus ini lagi menyerang, maka sistem kekebalan akan lebih
siap dan lebih efektif dalam menghadapinya.
Limfosit B memori biasanya berumur panjang dan tidak memproduksi antibodi
kecuali dikenai antigen spesifik. Suatu saat, jika tidak ada antigen yang sama yang
menyerang sebelumnya dalam jangka waktu yang lama, maka limfosit B bisa saja mati dan
individu tersebut bisa saja akan sakit jika diserang lagi oleh antigen tersebut, sehingga seluruh
proses respon imun harus diulang dari awal.
Namun jika terjadi serangan dari virus yang belum dikenal sebelumnya, ia harus mulai dari
awal dan biasanya memerlukan waktu beberapa hari untuk merespon dengan imun yang
efektif. Selama waktu ini, virus dapat berkembang biak tak terkendali dan mungkin
berbahaya. Hanya ketika tubuh telah menghasilkan sejumlah besar antibodi yang cocok yang
dapat melawan infeksi ini.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Sistem kekebalan humoral adalah imunitas yang dimediasi oleh molekul didalam
darah, yang disebut antibodi. Antibodi dihasilkan oleh sel B limfosit. Antibodi adalah
biomolekul yang tersusun atas proteein dan dibentuk atas protein dan dibentuk sebagai
respons terhadap keberadaan benda-benda asing (mikroorganisme. Tahapan dalam sistem
kekebalan humoral dalam merespon antigen adalah netralisasi, penggumpalan, pengendapan,
dan aktivitas protein komplemen bersamaan dengan mekanisme yang dilakukan sel B.

3.2 Saran

Diharapkan dengan disusunnya makalah ini, dapat menjadi suatu bahan pembelajaran
bagi pembaca.Serta untuk selanjutnya makalah (Imunologi) yang dibuat penyusun,
diharapkan adanya saran-saran yang membangun. Karena penyusun menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyusunannya.
DAFTAR PUSTAKA

Bratawijaya, Karnen G. 2006. Imunologi Dasar Edisi ke Tujuh. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Faizinh.blogspot.co.id/2014/09/respon-imun-humoral.html [Diakses : 20 Maret 2018,
15.00.31 WITA]

Anda mungkin juga menyukai