Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejaktera fisik, mental dan social
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal
yang berkaitan dengan system reproduksi. ( Azwar,2001).
Setiap bulan, secara periodic, seseorang wanita normal mengalami mentruasi. Di dalam
mentruasi, terkadang disertai nyeri haid (Disminore). Disminore adalah nyeri haid yang
merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit tumbul akibat kontraksi disritmik
miomentrium yang menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari ringan sampai berat
pada perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spamodik pada sisi medial paha.
(Nurmasitoh, 2008).
Dahulu, wanita yang menderita nyeri haid hanya bias menyembunyikan rasa
sakitnya tanpa mengetahui apa yang harus dilakukannya dan kemana ia harus mengadu.
Keadaan itu diperburuk oleh orang di sekitar mereka yang menganggap bahwa nyeri
haid adalah rasa sakit yang dibuat-buat oleh wanita bahkan beberapa orang
menganggap bahwa wanita yang menderita nyeri haid hanyalah wanita yang mencari
perhatian atau kurang diperhatikan. Anggapan seperti ini sudah mulai hilang beberapa
tahun yang lalu. Sekarang baru di ketahui bahwa nyeri haid adalah konisi medis yang
nyata yang diderita wanita.
Alat reproduksi pria terdiri dari penis, skrotum, testis, saluran kelamin,
kelenjar kelamin. Sedangkan alat reproduksi wanita adalah bagian-bagian tubuh
yang berfungsi dalam proses melanjutkan keturunan. Bila tidak berfungsi maka
dengan sendirinya akan menghambat (mengganggu fungsi reproduksi wanita).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian Infeksi Sistem Reproduksi?
2. Apa saja gejala Infeksi Sistem Reproduksi?
3. Apa saja jenis-jenis Infeksi Menular Seksual dan Infeksi Sistem Reproduksi?
4. Apa saja faktor-faktor terjadinya Infeksi Menular Seksual pada seseorang?
5. Apa saja akibat dari Infeksi Sistem Reproduksi?

1
6. Apa upaya-upaya pencegahan Infeksi Sistem Reproduksi?

C. Tujuan Penulisan
1. Memahami pengertian Infeksi Sistem Reproduksi
2. Mengetahui gejala Infeksi Sistem Reproduksi
3. Memahami jenis-jenis Infeksi Menular Seksual dan Infeksi Sistem Reproduksi
4. Mengetahui faktor-faktor terjadinya Infeksi Menular Seksual pada seseorang
5. Memahami akibat dari infeksi Sistem Reproduksi
6. Mengetahui upaya-upaya pencegahan Infeksi Sistem Reproduksi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Infeksi Saluran Reproduksi (ISR)

Infeksi saluran reproduksi (ISR) adalah masuk dan berkembangbiaknya kuman


penyebab infeksi kedalam saluran reproduksi. Kuman penyebab infeksi tersebut dapat
berupa bakteri, jamur,virus dan parasit. Perempuan lebih murah terkena ISR
dibandingkan laki-laki, karena saluran reproduksi perempuan lebih dekat dengan anus
dan saluran uretra.
Infeksi menular seksual (IMS) adalah berbagai infeksi yang dapat menukar dari
satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Semua teknik hubungan seksual
baik lewat vagina, dubur, atau mulut baik berlawanan jenis kelamin maupun dengan
sesama jenis kelamin bisa menjadi sarana penularan penyakit kelamin. Sehingga
kelainan ditimbulkan tidak hanya terbatas pada daerah genital saja, tetapi dapat juga
didaerah ekstra genetalia. Kelompok umur yang memiliki risioko paling tinggi untuk
tertular IMS adalah kelompok remaja sampai dewasa muda sekitar usia (15-24 tahun).
B. Tanda dan Gejala
1. Gejala Umum
a. Rasa sakit atau gatal dikelamin
b. Muncul benjolan, bintik atau luka disekitar kelamin
c. Keluar cairan yang tidak biasa dan bau dari alat kelamin
d. Terjadinya pembengkakan dipangkal paha
2. Gejala Pada Perempuan
a. Luka dengan atau tanpa rasa sakit alat kelamin, anus, mulut atau bagian tubuh
lain, tonjolan kecil-kecil, diikuti luka yang sakit disekitar alat kelamin.
b. Cairan tidak normal yaitu cairan dari vagina bisa gatal, kekuningan, kehijauan,
berbau atau berlendir
c. Sakit pada buang air kecil yaitu IMS pada wanita biasanya tidak menyebabkan
sakit atau burning urination
d. Tonjolan seperti genjer ayam yang tumbuh disekitar alat kelamin

3
e. Sakit pada bagian perut yaitu rasa sakit yang hilang muncul dan tidak
berkaitan dengan menstruasi bisa menjadi tanda infeksi saluran reproduksi
(infeksi saluran yang telah berpisah kebagian dalam sistemik reproduksi,
termasuk tuba fallopi dan ovarium)
f. Kemerahan yaitu pada sekitar alat kelamin
g. Mengeluarkan darah walaupun tidak haid
3. Gejala Pada Laki-laki
a. Luka dengan atau tanpa rasa sakit disekitar alat kelamin, anus, mulut atau
bagian tubuh yang lain, tonjolan kecil-kecil, diikuti luka yang sangat sakit di
sekitar alat kelamin
b. Cairan tidak normal yaitu cairan bening atau berwarna berasal dari pembukaan
kepala penis atau anus
c. Sakit pada saat buang air kecil yaitu rasa terbakar atau rasa sakit selama atau
setelah urination
d. Kemerahan pada sekitar alat kelamin, kemerahan dan sakit di kantong zakar.
C. Kelompok Perilaku Resiko Tinggi

Dalam Infeksi menular seksual ( IMS ) yang dimaksud dengan perilaku resiko

tinggi ialah perilaku yang menyebabkan seseorang mempunyai resiko besar terserang

penyakit tersebut. Yang tergolong kelompok resiko tinggi adalah :

1. Usia
a. 20 – 34 tahun pada laki – laki
b. 16 – 24 tahun pada wanita
c. 20 – 24 tahun pada pria dan wanita
2. Pelancong
3. PSK ( Pekerja Seks Komersial )
4. Pecandu narkotik
5. Homo seksual.
6. Riyawat menderita ulkus kelamin

4
D. Jenis ISR
Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) adalah terminologi umun yang digunakan
untuk tiga infeksi pada saluran reproduksi:
1. ISR endogen adalah jenis ISR yang paling umum di dunia. Timbul akibat
pertumbuhan tidak normal, organisme yang seharusnya tumbuh normal didalam
vagina, anataralain:
a. Vagionosis adalah peradangan yang terjadi pada vagina atau lubang kemaluan
wanita yang dapat disebabkan oleh berbagai hal, yaitu infeksi bakteri, virus,
jamur, gangguan keseimangan hormon, bahkan alergi.
Gejalanya yang ditemukan bermacam-macam seperti: bau amis yang
tidak sedap (bau amis ini akan semakin terasa pada saat setelah berhubungan
seksual dan saat menstuasi), tidak merasakan gejala (pada pemeriksaan
diagnosis dapat ditemukan bakteri anaerob walaupun penderita tidak
menunjukan gejela apapun, cairan atau sekre vagina berwarna keabu-abuan
(warna normal sekre vagina adalah bening atau warna putih, perubahan warna
pada sekre dari vagina dapat menjadi salah satu penanda pada vagina).
Penyebab vaginosis bakterialis dapat ditemukan 10-30% pada wanita
usia subur dan merupakan penyebab tersering dari peradangan pada vagina.
Pada kondisi vagina yang sehat, terdapat bakteri lactobacillus yang merupakan
flora normal dari vagina. Bakteri tersebut bersifat asam dan melindungi vagina
dari bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang tidak memerlukan oksigen untuk
berkembang biak). Apabila terjadi penurunan jumlah dari bakteri lactobacillus
dan terjadi peningkatan jumlah dari bakteri-bakteri anaerob, maka dapat
terjadi vaginosis bakterialis.

Contoh bakteri yang dapat menyebabkan vaginosis bakterialis


adalah Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis, dan
bakteri anaerob lainnya. Faktor resiko untuk penyakit ini adalah
1. Sosial ekonomi rendah
2. Sering mencuci vagina terutama yang mengandung antiseptik
3. Merokok
4. Penggunaan KB spiral/IUD
5. Penggunaan spermisida dosis tinggi
6. Hubungan seksual tanpa pengaman

5
b. Kandiasis vulvovagial, kadang disebut sebagai infeksi jamur (ragi) vagina,
merupakan infeksi yang umum terjadi ketika terdapat pertumbuhan berlebih
dari jamur kandida. Kandida selalu ada di dalam dan permukaan tubuh dalam
jumlah kecil. Akan tetapi ketika terjadi ketidakseimbangan seperti perubahan
keasaman vagina atau perubahan hormonal, kandida dapat bermultiplikasi.
Ketika hal tersebut terjadi, gejala kandidiasis dapat muncul.

Keluhannya biasanya memiliki rasa sangat gatal atau pedih disertai keluar
cairan yang putih mirip krim susu/keju, kuning tebal, tetapi dapat cair seperti
air atau tebal seperti homogen dan tampak pseudomembran abu-abu putih
pada mukosa vagina. Kandiasis vulvovagial sering dijumpai pada wanita
hamil dan pada wanita tidak hamil biasanya keluhan dimulai seminggu
sebelum menstruasi.

2. ISR iastrogenik atau yang berhubungan dengan prosedur medis adalah infeksi
yang disebabkan masuknya mikroorganisme kedalam saluran reproduksi melalui
prosedur medis yang kurang atau tidak steril, antara lain induksi haid, aborsi,
pemasangan AKDR, peristiwa persalinan atau apabila infeksi sudah ada salam
saluran reproduksi bagian bawah menyebar melalui mulut rahim hingga ke saluran
reproduksi bagian atas. Gejala yang mungkin timbul, antara lain rasa sakit

6
disekitar panggul, demam tinggi secara tiba-tiba, menggigil, haid tidak teratur,
cairan vagina yang tidak normal dan timbul rasa sakit saat berhubungan seksual.
3. PMS adalah sebagian ditularkan melalui hubungan seksual dengan pasangan yang
telah terinfeksi. Berdasarkan penyebabnya, Infeksi menular seksual di bedakan
menjadi empat kelompok yaitu:
a. IMS yang disebabkan bakteri, yaitu: Gonore, infeksi genital non spesifik, Sifilis,
Ulkus Mole, Limfomagranuloma Venerum,Vaginosis bakterial
1) Gonere atau kencing nanah adalah salah satu penyakit menular seksual
yang umum dan disebabakna oleh bakteri neisseria gonorrhoeae atu
gonococcus. Pria maupun wanita bisa terjangkit penyakit ini. Bakteri
gonococcus bisa ditemukan di cairan penis dan vagina pada orang
terinfeksi, bakteri penyakit ini bisa menerang dubur, servis (leher rahim),
uretra (saluran kencing dan sperma), mata, dan tenggorokan
Gejala Gonore pada laki-laki ditandai dengan keluarnya cairan
purulent dari uretra. Proses gejalanya sebagai beritut:
a) Gejala awal: patula tidak jelas dengan gejala mukopurulen,
sedikit berbau, gatal, uretra terasa tersengat, gejaka bengkak
kemerahan.
b) Gejala pertengahan: sekresi purulen, eroso eksudat, bau busuk
dan disentuh akan tersa sakit, gatal, penetesan nanah semakin
banyak
c) Gejala akhir: pastula membuat kelenjar tidak nyaman, dan gatal
terus berlanjut, kulit nanah mengelupas, bengkak kemerahan
semakin parah, bau busuk semakin mudah tercium.

Gejala awal pada wanita mungkin sangat ringan atau tidak begitu jelas
sehingga sering keliru dianggap sebagai infeksi vagina atau infeksi
sakuran kemih. Namun demikian, infeksi akan menjalar ke organ vagina,
sakit pada perut bagian bawah.

7
2) Sifilis atau dikenal sebagai penyakit raja singan adalah satu infeksi yang
disebabkan oleh bakteri bernama treponema pallidum. Tanda dan gejala
yang paling umum di alami oleh penderita sifilis sekunder adalah
muncul luka, luka ini seringkali diacuhkan oleh yang menderita sifilis
karena tidak menimbulkan rasa sakit. Kemudian luka ini dapat
berkembang pada bagian tubuh dimana bakteri ini pertama kali masuk
oada penis atau vagina juga pada sekitar anus. Tanda dan gejala yang di
alami oleh penderita sifilis sekunder, setelah tanda gejala sifilis primer
maka akan muncul tanda dan gejala dari sifilis sekunder adalah setelah
luka muncul mungkin juga termasuk seperti ini:
a) Terbentuk ruam pada kulit muncul seperti luka dengan warna
merah atau pun berwarna coklat kemerah-merahan.
b) Muncul demam
c) Badan selalu merasakan lelah dan juga perasaan yang lelah dan
juga perasaan yang tidak pernah merasa nyaman
d) Muncul rasa sakit

Seseorang yang mengalami sifilis jika tidak mendapatkan penanganan


yang lebih lanjut maka akan mengalami beberapa komplikasi yang
dikenal sebagai sifilis tersier.

b. IMS yang disebabkan virus, yaitu: Herpes genetalis, Kondiloma Akuminata,


Infeksi HIV, dan AIDS, Hepatitis B, Moluskus Kontagiosum.
1) Herpes genetalia adalah infeksi yang disebabkan oleh virus herpes
simplex (terutama HSV=herpes simplex virus type II), ditandai dengan
timbulnya vestikula (peningkata kulit memanjang dengan tegas dengan
siameter kurang dari 1cm dan dapat pecah menimbulkan infeksi seperti
koreng kecil) pada permukaan mukosa kulit, bergerombol di atas dasar
kulit yang berwarna kemerahan.

8
Saat ini dikenal dua macam herpes yakni herpes zoster dan herpes
simpleks. Kedua herpes ini berasal dari virus yang berbeda. Herpes zoster
disebabkan oleh virus Varicella zoster. Zoster tumbuh dalam bentuk ruam
memanjang pada bagian tubuh kanan atau kiri saja. Jenis yang kedua
adalah herpes simpleks, yang disebabkan oleh herpes simplex virus
(HSV). HSV sendiri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu HSV-1 yang
umumnya menyerang bagian badan dari pinggang ke atas sampai di
sekitar mulut (herpes simpleks labialis), dan HSV-2 yang menyerang
bagian pinggang ke bawah, terutama bagian kelamin. Sebagian besar
herpes genitalis disebabkan oleh HSV-2, walaupun ada juga yang
disebabkan oleh HSV-1 yang terjadi akibat adanya hubungan kelamin
secara orogenital, atau yang dalam bahasa sehari-hari disebut dengan oral
seks, serta penularan melalui tangan.

Tanda dan gejala:

Herpes genitalis primer memiliki masa inkubasi antara 3 - 7 hari.


Gejala yang timbul dapat bersifat berat tetapi bisa juga tidak tampak,
terutama apabila lukanya berada di daerah mulut rahim pada perempuan.
Pada awalnya, gejala ini didahului oleh rasa terbakar beberpa jam
sebelumnya pada daerah dimana akan terjadi luka. Setelah luka timbul,
penderita akan merasakan gejala seperti tidak enak badan, demam, sakit
kepala, kelelahan, serta nyeri otot. Luka yang terjadi berbentuk vesikel
atau gelembung-gelembung. Kemudian kulit tampak kemerahan dan
muncullah vesikel yang bergerombol dengan ukuran sama besar. Vesikel
yang berisi cairan ini mudah pecah sehingga menimbulkan luka yang
melebar. Bahkan adakalanya kelenjar getah bening di sekitarnya
membesar dan terasa nyeri bila diraba.
Pada pria gejala akan tampak lebih jelas karena tumbuh pada kulit
bagian luar kelenjar penis, batang penis, buah zakar, atau daerah anus.
Sebaliknya, pada wanita gejala itu sulit terdeteksi karena letaknya
tersembunyi. Herpes genitalis pada wanita biasanya menyerang bagian
labia majora, labia minora, klitoris, malah acap kali leher rahim (serviks)
tanpa gejala klinis. Gejala itu sering disertai rasa nyeri pada saluran
kencing.
Penularan dan pencegahan:

Baik HSV-1 maupun HSV-2 menular melalui kontak kulit, ciuman,


hubungan seks dan oral seks. Herpes paling mudah ditularkan pada masa
terjadinya luka aktif. Akan tetapi virus juga dapat menyebar selama tidak
ada gejala yang tampak, dan ditularkan dari daerah yang kelihatannya
tidak aktif. Sebagian besar penularan herpes genitalis ini terjadi melalui
kontak seksual. Sulitnya, kadang-kadang penderita tidak sadar bahwa ia

9
sedang kambuh, sehingga dengan melakukan hubungan seks yang tidak
terlindungi, ia menularkan virus ini ke pasangannya.
Memang akibat infeksi HSV-2 jarang sampai menimbulkan kematian
pada orang dewasa. Namun herpes genitalis perlu penanganan serius,
karena selain belum ada obat atau vaksin yang efektif, perkembangan
akibatnya pun sulit diramalkan. Infeksi primer dini yang segera diobati
besar kemungkinan akan dapat mencegah penyakit ini kambuh,
sedangkan infeksi rekuren (ulangan) hanya dapat dibatasi frekuensi
kambuhnya.

c. IMS yang disebabkan jamur, yaitu: Kandidiosis genitalis


1) Kandiasis vagina atau infeksi jamur pada vagina merupakan peradangan
akibat jamur pada vagina yang ditandai dengan iritasi pada vagina, rasa
gatal, dan keputihan. Infeksi jamur pada vagina ini mempengaruhi vagina
dan jaringan vulva. Infeksi jamur pada vagina tidak dianggap sebagai
penyakit menular seksual walaupun infeksi jamur pada vagina ini dapat
menular melalui kontak oral genital. Gejala yang dapat terjadi pada
infeksi jamur vagina dapat dialami mulai dari gejala yang ringan sampai
gejala sedang, yaitu;
a) Gatal dan iritasi pada vagina dan vulva
b) Sensasi terbakar terutama saat berhubungan seksual dan saat buat
air kecil
c) Kemerahan dan pembengkakan pada vulva
d) Rasa sakit pada vulva
e) Keputihan seperti keju

Infeksi jamur yang lebih parah ditandai dengan:

a) Kemerahan yang meluas, pembengkakan dan gatal yang sampai


menyebabkan luka

10
b) Mengalami infeksi jamur yang berulang (lebih dari 4 kali dalam
1 tahun)
c) Infeksi jamur disebabkan oleh jenis kandida yang bukan kandida
albicans
d) Sedang hamil
e) Kekebalan tubuh yang menurun akibat penyakit tertentu seperti
HIV

Penyebab utama dari kandidiasi vagina adalah jamur. Jamur


merupakan mikroorganisme yang biasa hidup di vagina bersama dengan
bakteri. Pada keadaan normal bakteri dan jamur akan berada dalam
jumlah yang seimbang, namun pada keadaan tertentu dapat terjadi
ketidakseimbangan mikroorganisme yang ada di vagina sehingga
meningkatkan pertumbuhan jamur. Hal itu dapat disebabkan oleh:

a) Penggunaan antibiotik
b) Kehamilan
c) Penyakit diabetes yang tidak terkontrol
d) Kekebalan tubuh yang menurun
e) Segala sesuatu yang dapat menyebabkan perubahan jenis dan
jumlah bakteri di vagina

Pada umumnya jamus candida yang menyebabkan kandidiasis vagina


adalah jamur candida albicans namun jika infeksi disebabkan oleh jenis
candida yang lain maka dbutuhkan penanganan yang lebih
intensif. Pengobatan untuk gejala ringan sampai sedang pada umumnya
dokter akan menyarankan:

a) Terapi jangka pendek dengan krim antijamur 1-3 hari, salep atau
tablet antijamur yang dimasukkan melalui vagina
b) Dokter akan memberikan obat antijamur yang diminum hanya
satu kali saja seperti flukonazol

Untuk infeksi yang lebih rumit atau buruk:

a) Terapi selama 14 hari dengan krim, salep atau tablet yang


dimasukkan melalui vagina
b) Obat oral yang diminum tidak hanya satu kali dan mungkin akan
dikombinasikan dengan obat lain. Namun obat ini tidak boleh
dikonsumsi oleh wanita hamil
c) Untu infeksi jamur berulang akan memerlukan pengobatan
dengan waktu yang lebih lama

Pencegahan untuk mencegah terjadinya infeksi jamur:

a) Hindari membersihkan vagina dengan bahan kimia

11
b) Gunakan celana dalam berbahan katun
c) Hindari menggunakan celana yang terlalu ketat
d) Mengganti pakaian sesegera mungkin jika sudah basah
e) Hindari mandi dengan air yang terlalu panas

d. IMS yang disebabkan protozoa dan ektoparasit, yaitu: Trikomoniasis,


Pedikulosis Pubis, Skabies.
1. Skabies

E. Akibat ISR
Akibat ISR pada perempuan dapat menyebabkan kehamilan diluar kandungan,
kemandulan, kanker leher rahim, meningkatkan resiko HIV, kelainan pada janin
(BBLR, Infeksi bawaan sejak lahir, bayi lahir mati dan bayi lahir belum cukup umur)
Dampak negatif ISR sangat serius, terutama bagi perempuan, antara lain:
1. Kompilasi kehamilan
2. Penyakit radang panggul (PRP) yang dapat berkembang dan menyebabkan
kemandulan, kehamilan di luar kandungan, serta rasa sakit yang berkepanjangan
3. Meningkatkan risiko penularan HIV

12
4. Banyak ISR yang gejala dan tanda-tanda tidak disarankan, terutama pada perempuan
hingga terlambat untuk menhindari kerusakan pada organ reproduksi.
5. 30-70% kasus Human Papilloma Virus (HPV) berakhir dengan kanker mulut rahim
(serviks) yang merupakan kanker terbanyak yang ditemukan pada perempuan, yaitu
370.000 kasus baru tiap tahunnya, dan 80% di antaranya dinegara berkembang

ISR tidak seperti infeksi lainnya, mereka sangat lekat dengan stigma dan merefleksikan
ketidaksetaraan antara perempuan dan laiki-laki.

F. Pencegahan ISR
1. Mencegah infeksi baru dengan memutuskan jalur penularan
2. ISR endogen dapat dicegah melalui peningkatan kebersihan individu, peningkatan
akses pada pelayanan kesehatan yang bermutu, promosi, mencari pengobatan ke
pelayanan kesehatan
3. ISR iatrogenik dapat dicegah melalui sterilisasi peralatan medis yang digunakan,
skrining atau pengobatan terhadap ISR sebelum melaksanakan prosedur medis
4. PMS dapat dicegah dengan menghindari hubungan seksual atau dengan
melakukan hubungan seksual yang aman (monogami dan penggunaan kondom
yang benar dan konsisten).

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) dan Infeksi Menulat Seksual (IMS) adalah
penyakit yang menyerang sistem reproduksi, dimana dapat disebabakan oleh
mikroorganisme seperti jamur, bakteri, parasite, dan juga protozoa. Gejala umum yang
timbul adalah rasa sakit atau gatal dikelamin, muncul benjolan, bintik atau luka disekitar
kelamin, keluar cairan yang tidak biasa dan bau dari alat kelamin, dan terjadinya
pembengkakan dipangkal paha. Baik ISR maupun IMS adalah dua hal yang dapat
menyebabkan PMS atau Penyakit Menular Seksual.
B. Saran
Selama suatu penyakit memiliki cara pencegahannya, maka lakukanlah hal tersebut.
ISR maupun IMS adalah dua hal yang dapat menyebabkan PMS atau Penyakit Menular
Seksual, tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga dapat merugikan orang lain.
Dampak yang akan didapat bagi para penderitanya sungguh begitu besar. Maka dari itu,
jagalah dengan baik kebersihan dan kesehatan organ reproduksi kita.

14
DAFTAR PUSTAKA

Chin, J. 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Ed 17. Jakarta: EGC.

Chandra, B. 2012. Kontrol Penyakit Menular Pada Manusia. Jakarta: EGC

Manuaba, IBG. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arca

Pribakti. 2008. Epidemiologi Penyakit Menular Seksual (PMS). Jakarta: Balai Penerbit

FKUI

15

Anda mungkin juga menyukai