Anda di halaman 1dari 99

EFEKTIFITAS PEMBERIAN SEDIAAN KURKUMINOID

DALAM MENGATASI RASA NYERI INFLAMASI PADA


PASIEN PULPITIS IREVERSIBEL AKUT

SKRIPSI

diajukan untuk menempuh ujian sarjana


pada Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran

R. DEWI NUGRAHANI H.
NPM 160110130002

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2017
JUDUL :EFEKTIFITAS PEMBERIAN SEDIAAN KURKUMINOID

DALAM MENGATASI RASA NYERI INFLAMASI PADA

PASIEN PULPITIS IREVERSIBEL AKUT

PENYUSUN : R. DEWI NUGRAHANI H.


NPM : 160110130002

Bandung, April 2017


Menyetujui
Pembimbing Utama,

drg. R. Tantry Maulina, M.Kes., PhD.


NIP. 19770302 200501 2 001

Pembimbing Pendamping,

drg. Anna Muryani, Sp.KG


NIP. 19790613 200812 2 001
Bissmillāhir-rohmānir-rohῑm

“Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu tetapi ia baik


bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu tetapi ia
buruk bagimu, dan Allah mengetahui dan kamu tidak
mengetahui,“ (QS. Al-Baqarah: 216).

Skripsi ini ku persembahkan untuk kedua orang tuaku Bapa


dan Ibu, keluarga besarku, teman-teman, almamater, Agama
dan Indonesia.
iv

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat,

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi

syarat dalam menyelesaikan program pendidikan Sarjana di Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Padjadjaran.

Dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, penulis telah

mendapatkan banyak bantuan berupa bimbingan, petunjuk, dukungan, arahan

serta dorongan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini akhirnya dapat

terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih

kepada:

1. Dr. Nina Djustiana, drg., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Padjadjaran

2. Prof. Dr. drg. Achmad Syawqie, MS selaku wakil dekan I Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

3. Prof. Dr. drg. Harmas Yazid Yusuf, Sp.BM (K), selaku Kepala

Departemen Bedah Mulut

4. drg. R. Tantry Maulina, M.Kes., PhD, selaku dosen pembimbing utama

yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi dalam

penyusunan skripsi.

5. drg. Anna Muryani, Sp. KG., selaku dosen pembimbing pendamping yang

telah membimbing, mengarahkan, dan selalu memberikan semangat

kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.


v

6. drg. Dudi Aripin, Sp. KG, selaku dosen wali yang telah memberikan

dukungan dan motivasi selama penulis menjalani studi di Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

7. drg Ame Suciati Setiawan, M.Si, drg. Eka Chemiawan, M.Kes., dan drg.

Ervin Rizali, M.Kes., selaku penguji yang telah memberikan kritik dan

saran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik

8. Seluruh staf dosen dan pengajar di dalam dan diluar Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Padjadjaran atas ilmu yang diberikan yang sangat

bermanfaat untuk penulis untuk menjalani studi.

9. Seluruh staf Sub Bagian Akademik dan Pendidikan Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Paadjadjaran yang telah membantu penulis dan seluruh

administrasi skripsi.

10. Kedua orang tua sebagai motivasi penulis, R. Hermana dan N. Nuryanti

serta Paman dan Tante penulis, Enan Suratman dan Dede Sumiati, Kakak-

Kakak tersayang Lita Dwi Marlika dan Dena Farina yang tidak hentinya

memberikan semangat, serta doa untuk penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

11. Muhammad Amril Syahbagja, yang telah menemani di kala suka dan duka

serta menjadi penyemangat dalam mengerjakan skripsi dan menjalani

hidup.

12. Teh Mia, A. Ryo, Teh Hesti seluruh staf perawat Instalasi Gawat Darurat

dan seluruh staf dokter jaga Instalasi Gawat Darurat RSGM FKG UNPAD
vi

yang telah memberikan semangat doa dan membantu dalam proses

pengambilan data penelitian.

13. Teman-teman luar biasa Dela, Seniyah, Anisa Kelompok Tutorial 1, serta

rekan-rekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran yang tidak

dapat disebut satu persatu yang selalu memberikan dukungan dan

semangat kepada penulis selama penyelsaian skripsi ini.

Semoga Tuhan membalas segala amal baik dari semua pihak yang telah

membantu penulis. Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis berharap

semoga skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat dan pembaca khususnya bagi

bidang keilmuan Kedokteran Gigi.

Bandung, Maret 2017

Penulis
Efektifitas Pemberian Sediaan Kurkuminoid Dalam Mengatasi Rasa Nyeri
Inflamasi Pada Pasien Pulpitis Ireversibel Akut – R. Dewi Nugrahani H. --
160110130002

ABSTRAK

Pasien pulpitis ireversibel akut pada umumnya merasakan nyeri inflamasi.


Penatalaksanaan kegawatdaruratan yang lazim dilakukan kepada pasien pulpitis
ireversibel akut adalah pemberian sedative dressing ditambah analgetik untuk
mengatasi nyeri. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui efektifitas pemberian
kurkuminoid sebagai agen analgetik terhadap rasa nyeri inflamasi pada pasien
dengan pulpitis ireversibel akut.
Penelitian ini menggunakan metode uji acak terkontrol dengan jumlah
naracoba sebanyak 64 (35 laki-laki; 29 perempuan) orang. Naracoba dibagi secara
teracak kedalam dua kelompok, yaitu kelompok yang diberikan kapsul
kurkuminoid dan kelompok yang diberikan kapsul ibuprofen. Evaluasi nyeri yang
pertama dilakukan pada saat pasien tiba di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Gigi dan Mulut dengan menggunakan Numeric Rating Scale (NRS). Selanjutnya
dilakukan tindakan irigasi dengan menggunakan klorheksidin 2%. Pasien
selanjutnya diinstruksikan untuk mengkonsumsi salah satu agen analgetik tanpa
mengetahui jenis agen analgetik yang diberikan, sebanyak tiga kali, dengan
interval setiap 8 jam. Evaluasi rasa nyeri selanjutnya dilakukan dua jam setelah
minum obat pertama kali, dua jam setelah minum obat kedua kali, dan dua jam
setelah minum obat ketiga kali melalui kontak telepon. Data selanjutnya dianalisa
dengan menggunakan uji Mann-Whitney untuk melihat perbedaan dua kelompok.
Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan rasa nyeri yang
signifikan (p<0.001) pada kedua kelompok setelah pasien meminum kedua obat
tersebut. Selain itu, pada kelompok yang meminum kurkuminoid, total penurunan
rasa nyeri lebih besar secara signifikan (p<0.001) dibandingkan dengan kelompok
yang meminum ibuprofen.
Simpulan penelitian ini adalah sediaan kurkuminoid efektif di dalam
mengatasi rasa nyeri inflamasi pada pasien pulpitis ireversibel akut.

Kata Kunci: Nyeri Inflamasi, Kurkuminoid, Ibuprofen, Pulpitis Ireversibel


Akut

vii
The efficacy of curcuminoid intreating inflamation pain due to acute
irreversible pulpitis – R. Dewi Nugrahani H. -- 160110130002

ABSTRACT

Acute irreversible pulpitis patients will likely to experience excruciating


pain due to acute inflammation. Therefore, standardized emergency treatment for
acute ireversibel pulpitis is an administration of analgesic agentfor pain control.
This study aimed to test the efficacy of curcuminoid as an analgesic
agenttotreatpain in acute irreversiblepulpitis patients.
The current study was a Randomized Controlled Trial (RCT) that involved
64 (35 males; 29 females) patients with the diagnosis of acute irreversible pulpitis
at the triage unit, Unpad Dental Hospital. All participants were then randomly
divided into two groups: a group that will receive curcuminoid capsule (treatment
group) and a group thatwill receive ibuprofen capsule (control group). The
firstpain evaluation was performed by using Numeric Rating Scale (NRS) prior to
any measurement. All participants were then received a pulpal irrigationby using
chlorheksidine 2% andwere instructed to consume one of the analgesic agents
three times a day, with an interval of eight hours, without having any knowledge
about which analgesic agentthey were about to consume. Pain was re-evaluated
exactly two hours after the first medication, two hours after the second medication
and two hours after the third medication. All data were analyzed by using the
Mann-Whitney test to reveal the difference between the two groups.
The result showed significant pain score reduction (p<0.001) on both
groups. It was also revealed that the total pain score reduction in the group that
received curcuminoid was significantly (p<0.001) greater than the group that
received ibuprofen.
It is concluded that curcuminoid was profen to be effective for pain control
in acute irreversible pulpitis. Nevertheless, further study is needed.

Keywords: Inflamation Pain, Curcuminoid, Ibuprofen, Acute Irrevesible Pulpitis

viii
ix

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

ABSTRACT .......................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah............................................................................. 3

1.3 Tujuan .................................................................................................. 3

1.4 Kegunaan ............................................................................................. 4

1.5 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 4

1.6 Metodologi Penelitian.......................................................................... 7

1.7 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 8

2.1 Nyeri Inflamasi .................................................................................... 8

2.1.1 Definisi Nyeri ................................................................................. 8

2.1.2 Klasifikasi Nyeri ............................................................................ 8


x

2.1.3 Karakteristik Nyeri ......................................................................... 10

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Nyeri ................................................. 12

2.1.5 Reseptor Nyeri ................................................................................ 13

2.1.6 Mekanisme Nyeri ........................................................................... 13

2.1.7 Jalur Nyeri ...................................................................................... 15

2.1.8 Mediator Kimiawi Nyeri ................................................................ 16

2.1.9 Skala Pengukuran Nyeri ................................................................. 18

2.2 Pulpitis Ireversibel Akut ...................................................................... 19

2.2.1 Definisi Pulpitis Ireversibel Akut ................................................... 19

2.2.2 Etiologi Pulpitis Ireversibel Akut ................................................... 20

2.2.3 Gejala Pulpitis Ireversibel Akut ..................................................... 22

2.2.4 Mekanisme Perjalanan Penyakit Pulpitis Ireversibel Akut ............ 23

2.2.5 Manajemen Kegawatdaruratan Pulpitis Ireversibel Akut .............. 24

2.3 Kurkuminoid ........................................................................................ 27

2.3.1 Kandungan Kimia .......................................................................... 27

2.3.2 Mekanisme Aksi ............................................................................. 27

2.3.3 Efek Lain ........................................................................................ 29

2.3.4 Efek Samping ................................................................................. 31

2.3.5 Dosis ............................................................................................... 32

2.4 Efektifitas Kurkuminoid dalam Mengatasi Nyeri Inflamasi ............... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 34

3.1 Jenis Penelitian .................................................................................... 34

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 34


xi

3.3 Variabel Penelitian............................................................................... 36

3.4 Definisi Operasional Variabel ............................................................. 36

3.5 Bahan dan Alat Penelitian ................................................................... 37

3.6 Prosedur Penelitian .............................................................................. 37

3.7 Uji Data ................................................................................................ 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 40

4.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 40

4.1.1 Karakteristik Sampel ................................................................... 41

4.1.2 Uji Perbandingan Skor Nyeri Pada Kelompok Kurkuminoid ..... 41

4.1.3 Uji Perbandingan Skor Nyeri Pada Kelompok Ibuprofen ........... 42

4.1.4 Uji Perbandingan Skor Nyeri Antar Kelompok .......................... 43

4.1.5 Uji Perbandingan Skor Nyeri pada Pasien yang Meminum Kapsul

Kurkuminoid Berdasarkan Jenis Kelamin................................... 44

4.1.6 Uji Perbandingan Skor Nyeri pada Pasien yang Meminum Kapsul

Ibuprofen Berdasarkan Jenis Kelamin ........................................ 45

4.1.7 Uji Rerata Penurunan Skor Nyeri Antar Kelompok Jenis Kelamin

yang Diberikan Kurkuminoid dan Ibuprofen .............................. 47

4.2 Pembahasan ......................................................................................... 48

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 53

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ xvi


DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

2.1 Tabel Kualitas Nyeri ..................................................................................... 18

2.2 Tabel Perbandingan Efek Samping Kurkuminoid dan Ibuprofen ................. 31

4.1 Tabel Jumlah Sampel Berdasarkan Karakteristik ......................................... 41

4.2 Tabel Hasil Uji Perbedaan Skor Nyeri pada Kelompok Kurkuminoid ......... 41

4.3 Tabel Hasil Uji Perbedaan Skor Nyeri pada Kelompok Ibuprofen............... 42

4.3 Tabel Hasil Uji Perbedaan Skor Nyeri pada Kurkuminoid dan Ibuprofen ... 43

4.4 Tabel Hasil Uji Skor Nyeri Laki-Laki dan Perempuan Kurkuminoid .......... 44

4.5 Tabel Hasil Uji Skor Nyeri Laki-Laki dan Perempuan Kelompok Ibuprofen 45

4.8 Tabel Hasil Uji Perbedaan Skor Nyeri Laki-Laki dan Perempuan Kelompok

Kurkuminoid dan Ibuprofen ........................................................................ 47

xii
DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 Gambar Pulpitis Ireversibel Akut ................................................................. 14

2.2 Gambar Mekanisme Nosisepsi...................................................................... 15

2.3 Gambar Numeric Rating Scale...................................................................... 19

2.4 Gambar Struktur Komposisi Kurkuminoid ................................................... 26

xiii
DAFTAR DIAGRAM

No Judul Halaman

1.1 Diagram Kerangka Pemikiran ..................................................................... 7

4.1 Diagram Perbandingan Penurunan Skor Nyeri pada T3 Laki-Laki dan

Perempuan Kurkuminoid ............................................................................. 44

4.2 Diagram Perbandingan Penurunan Skor Nyeri pada T3 Laki-Laki dan

Perempuan Ibuprofen ................................................................................... 46

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Surat Pengajuan Judul Skripsi.................................................................... 53

2 Surat Penunjukkan Pembimbing Skripsi ................................................... 55

3 Surat Penugasan Bimbingan Skripsi .......................................................... 56

4 Surat Pengajuan Etik.................................................................................. 57

5 Surat Pembebasan Etik .............................................................................. 58

6 Surat Permohonan Izin Penelitian di IGD RSGM FKG Unpad ................ 59

7 Surat Balasan Izin Penelitian di IGD RSGM FKG Unpad ........................ 60

8 Informasi .................................................................................................... 61

9 Lembar Informed Consent ......................................................................... 65

11 Hasil Numeric Rating Scale Pasien Kurkuminoid ................................... 66

12 Hasil Numeric Rating Scale Pasien Ibuprofen .......................................... 67

13 Hasil Uji Statistik....................................................................................... 68

14 Riwayat Penulis ......................................................................................... 74

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit jaringan gigi dan mulut yang sering terjadi di masyarakat adalah

penyakit jaringan pulpa. Profil Data Kesehatan Indonesia (PDKI) tahun 2011,

yang menunjukkan penyakit jaringan pulpa termasuk sepuluh penyakit terbanyak

pada pasien rawat jalan di rumah sakit umum di seluruh Indonesia. Penyakit

jaringan pulpa sering dikeluhkan oleh pasien adalah pulpitis ireversibel akut.

Penelitian yang dilakukan oleh Rechenberg, Ulrike, Burgstaller, et al. (2016) pada

368 pasien yang mengalami sakit gigi akut, diketahui bahwa 221 pasien

mengalami nyeri gigi akut akibat infeksi jaringan pulpa, sebanyak 70 pasien

merupakan pasien pulpitis ireversibel akut (Kementrian Kesehatan RI, 2012;

Rechenberg, Ulrike, Burgstaller, et al., 2016).

Pulpitis ireversibel akut memiliki gejala yang sangat spesifik, yaitu rasa

sakit yang spontan serta menetapnya rasa sakit meskipun penyebab telah

ditiadakan. Pasien dengan pulpitis ireversibel akut berpotensi mengalami

gangguan aktivitas serta penurunan kualitas hidup dikarenakan pasien dengan

keluhan pulpitis ireversibel akut mengalami rasa sakit hebat serta gangguan fungsi

pengunyahan (Carrotte, 2004; Ratmini, 2011; Torabinejad, Walton, Fouad, 2015;

Cohen, Hargreaves, Breman, 2016).

Intensitas nyeri hebat yang dirasakan oleh pasien pulpitis ireversibel akut

sangat hebat, maka penatalaksanaan pasien dengan pulpitis ireversibel akut

1
2

senantiasa berkembang dan semakin bervariasi, baik melalui pendekatan

farmakologis maupun non-farmakologis. Pendekatan farmakologis berupa

penggunaan analgetik berbahan baku kimia di dalam mengatasi nyeri pada pasien

pulpitis ireversibel akut telah umum digunakan. Penelitian-penelitian yang

dilakukan pada saat ini mulai mengevaluasi efektivitas bahan alam di dalam

mengatasi pulpitis ireversibel akut.

Bahan alam yang sedang dikembangkan terkait efek analgetik dan

antiinflamasi yang dimiliki adalah kurkuminoid. Kurkuminoid merupakan bahan

aktif yang terkandung di dalam kunyit berfungsi sebagai analgesik, antiinflamasi,

antioksidan, anti-proliperatif, dan anti aging. Efek analgesik dan antiinflamasi

kurkuminoid telah dibuktikan dalam beberapa kondisi nyeri seperti nyeri pasca

bedah, osteoarthritis, fibromyalgia, nyeri otot akut, dan rheumatoid arthritis.

Potensi analgesik dan antiinflamasi kurkuminoid dilakukan dengan menghambat

kerja enzim siklooksigenase (COX) sehingga asam arakidonat yang menumpuk

tidak bisa berubah menjadi prostaglandin dan mengurangi nyeri yang dialami oleh

pasien (Zanjani, Ameli, Labibi, et al., 2014; Sahebkar dan Henrotin 2015).

Efek analgesik dan anti inflamasi kurkuminoid telah sering dievaluasi

pada penelitian-penelitian terdahulu. Sebuah penelitian Chandran dan Goel (2012)

yang dilakukan di India selama delapan minggu terhadap pasien rheumatoid

arthritis yang diobati dengan menggunakan kurkuminoid sebesar 500 mg/hari

ditambah sodium diklofenak 50 mg/hari memperlihatkan bahwa kurkuminoid

menunjukkan hasil tingkat kesembuhan yang signifikan lebih tinggi dari

kelompok kontrolnya. Penelitian lain Panahi, Rahimnia, Sharafi (2014) yang

2
3

dilakukan di Iran selama enam minggu terhadap pasien rheumatoid artritis

dengan menggunakan kurkuminoid sebanyak 1500mg/hari memperlihatkan

bahwa terdapat pengurangan rasa sakit secara signifikan. Dosis yang bervariasi

serta lamanya pengobatan dengan kurkuminoid merupakan indikasi dari tingkat

keamanan kurkuminoid sebagai bahan alam serta tingginya tingkat toleransi dan

efektifitas kurkuminoid dalam mengurangi rasa nyeri (Chandran dan Goel, 2012;

Panahi, Rahimnia, Sharafi, 2014; Sahebkar dan Henrotin, 2015).

Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat bahwa kurkuminoid memiliki

potensi analgesik dan antiinflamasi yang efektif dalam mengurangi rasa nyeri.

Penelitian-penelitian terdahulu telah banyak membuktikan efektivitas

kurkuminoid dalam mengurangi rasa nyeri, namun penelitian yang dilakukan

terkait efektivitas kurkuminoid di dalam mengatasi nyeri akibat dari pulpitis

ireversibel akut sampai saat ini belum ditemukan, sehingga penulis tertarik untuk

mengevaluasi efektifitas pemberian kurkuminoid dalam mengatasi rasa nyeri

inflamasi pada pasien pulpitis ireversibel akut.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Apakah kurkuminoid efektif dalam mengatasirasa nyeri inflamasi pada

pasien pulpitis ireversibel akut.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

3
4

Mengetahui efektifitas pemberian kurkuminoid dalam mengatasirasa nyeri

inflamasi pada pasien dengan pulpitis ireversibel akut.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan alternatif

dalam penatalaksanaan pulpitis ireversibel akut dengan menggunakan bahan alam.

1.4.2 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan landasan ilmiah dalam

penatalaksanaan nyeri pulpitis ireversibel akut dengan menggunakan bahan alam.

1.5 Kerangka Pemikiran

Penyakit jaringan pulpa adalah penyakit jaringan gigi dan mulut yang

sering terjadi di masyarakat. Penelitian Anggita (2010) menunjukkan penyakit

jaringan pulpa merupakan suatu penyakit gigi yang merupakan masalah utama

dalam kesehatan gigi dan mulut. Pulpitis ireversibel akut adalah penyakit jaringan

pulpa yang sering dikeluhkan pasien. Sebuah penelitian Giuroiu, Caruntu

,Lozneanu, et al. (2015) mengemukakan dari 51 kasus penyakit jaringan pulpa, 19

kasus nya atau sebesar 37,26% merupakan kasus pulpitis ireversibel akut

(Anggita, 2010; Giuroiu, Caruntu,Lozneanu, et al., 2015).

Pulpitis ireversibel akut memiliki gejala yang bersifat simtomatis berupa

rasa nyeri spontan, berlangsung beberapa menit hingga beberapa jam, rasa nyeri

4
5

sulit terlokalisasi, stimuli (dingin, panas) dapat memperpanjang rasa nyeri. Pasien

dengan pulpitis ireversibel akut merasakan sakit yang sangat hebat hingga

menurunkan kualitas hidup. Penelitian yang dilakukan oleh Ingle, Navin, Sischo,

et al. (2010) memperlihatkan bahwa pasien dengan pulpitis ireversibel akut

sebagai akibat dari karies yang tidak ditangani sejak dini, memiliki penurunan

kualitas hidup (Carotte, 2004; Ingle, Navin, Sischo, et al., 2010; Cohen,

Hargreaves, Breman, 2016).

Pulpitis ireversibel akut memberikan respon pada jaringan pulpa yang

dipengaruhi oleh faktor persarafan dan faktor kerusakan jaringan. Faktor

persarafan berperan ketika terdeteksi jaringan rusak selanjutnya diolah di sumsum

tulang belakang dan dipresepsikan di korteks cerebral. Respon jaringan pulpa

pada pulpitis ireversibel akut selain dipengaruhi faktor persarafan dipengaruhi

pula oleh faktor kerusakan jaringan yang terdiri dari pelepasan substansi-substansi

kimia seperti potasium, protons, serotonin, bradikinin, histamin, tumor nekrosis,

prostaglandin, leukotriens, nerve growth factor, substansi P, serta interleukin yang

menyebabkan inflamasi lokal dan berakibat pada timbulnya rasa nyeri (Y.-S., K.-

S., S.-I., et al., 2010; Renton, 2011; Cortela, de Souza, Virmond, et al., 2015; Lin,

Du, Cai, et al., 2015; Cohen, Hargreaves, Breman, 2016).

Inflamasi dan rasa nyeri dari pulpitis ireversibel akut dapat diatasi dengan

obat-obatan anti inflamasi maupun analgetik yang berasal dari bahan kimia seperti

ibuprofen 400-600mg (Pozzi dan Galleli, 2011). Penggunaan bahan alam dengan

efek samping minimalis saat ini merupakan topik kajian yang layak untuk

5
6

dievaluasi potensinya. Bahan alam yang dipercaya efektif dalam mengatasi rasa

nyeri dan inflamasi adalah kurkuminoid.

Kurkuminoid adalah suatu senyawa yang terkandung dalam tanaman

kunyit yang terdiri dari beberapa senyawa kimia yaitu kurkumin,

demetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin yang memiliki berbagai potensi

yaitu sebagai analgesik, antiinflamasi, anti diabetes, antiimunodefisiensi, anti

aging, neuroprotective, antikoagulan, dan menurunkan lipid darah. Kurkuminoid

merupakan bahan alam dengan efek samping minimalis. Efek samping minimalis

yang mungkin ditunjukkan oleh kurkuminoid berupa sakit perut, dyspepsia, mual,

gangguan pencernaan, melena, demam dan infeksi. Dosis pemberian kurkuminoid

400-8000mg/hari (Niazi, Priyanka, Vikas, et al., 2010; Sahebkar dan Henrotin

2015).

Efek analgesik dari kurkuminoid dilakukan melalui penghambatan

produksi prostaglandin melalui inhibisi COX-2, stimulasi produksi kortisol oleh

kelenjar adrenal, serta penghambatan neurotransmitter substansi P. Kemampuan

kurkuminoid dalam penghambatan produksi prostaglandin, berpengaruh terhadap

penurunan deteksi nyeri dari nosiseptor pada sistem trigeminal sehingga presepsi

nyeri pada korteks cerebral terhambat (Tegeder, Niederberger, Vetter, et al., 2001;

Zanjani, Ameli, Labibi, et al., 2014; Jung dan Lim 2014). Berdasarkan penjelasan

pada kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian ini diperkirakan

kurkuminoid efektif di dalam mengatasi rasa nyeri pada pasien pulpitis ireversibel

akut. Rangkuman kerangka pemikiran terlihat di dalam Diagram 1.1 di bawah ini:

6
7

Penyakit jaringan pulpa


Invasi masalah yang sering terjadi
Bakteri
Pulpitis ireversibel akut sering
Karies
dikeluhkan

Faktor Saraf sekresi prostaglandin dan


Respon
mediator inflamasi lainnya
Faktor
kerusakan
Nyeri meningkat
Jaringan

Efek samping Pemberian Pemberian


minimalis kurkuminoid Ibuprofen

Produksi prostaglandin (COX) terhambat

Nosiseptor sistem trigeminal terhambat

Presepsi nyeri di korteks serebral terhambat

Kurkuminoid diperkirakan efektif dalam mengatasi nyeri


inflamasi pulpitis ireversibel akut

Diagram I-1 Kerangka Pemikiran

1.6 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan adalah Randomized Controlled

Trial (RCT) atau Uji Acak Terkontrol dengan tehnik single blind.

1.7 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian inidilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Maret 2017,

bertempat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Gigi dan Mulut

(RSGM) Universitas Padjadjaran (Unpad).

7
8

BAB I I

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nyeri Inflamasi

2.1.1 Definisi Nyeri

Nyeri didefinisikan menurut International Association Study of Pain

(IASP) sebagai perasaan sensorik dan emosional tidak menyenangkan yang

dihubungkan dengan kerusakan jaringan yang telah atau akan terjadi atau

digambarkan seperti mengalami kerusakan jaringan. Nyeri orofasial itu sendiri

didefinisikan sebagai nyeri serta disfungsi yang mempengaruhi transmisi sensorik

dan motorik pada sistem nervus trigeminal. Nyeri orofasial dapat juga

didefinisikan sebagai nyeri yang terjadi pada jaringan lunak dan keras di area

kepala, wajah dan leher. Nyeri Inflamasi adalah nyeri yang terjadi karena adanya

proses inflamasi atau kerusakan jaringan. (Scully, 2008; Leew, 2008; Bertrand,

2001; Maulina, Erwan, Anita, 2016).

2.1.2 Klasifikasi Nyeri Orofasial

Klasifikasi nyeri orofasial dapat didasarkan pada beberapa kriteria, seperti

penyebab utama, durasi nyeri orofasial, maupun lokasi nyeri orofasial. Untuk

lokasi nyeri orofasial, keluhan nyeri orofasial dapat berasal dari beberapa lokasi di

wajah antara lain keluhan karena adanya kerusakan pada gigi adanya trauma pada

wajah ataupun nyeri yang dihasilkan karena adanya kanker rongga mulut.

Sedangkan untuk durasi keluhan nyeri orofasial dapat diklasifikasikan menjadi

8
9

nyeri orofasial akut dan nyeri orofasial kronis. Nyeri orofasial akut adalah nyeri

yang dirasakan kurang dari enam bulan sedangkan nyeri orofasial kronis adalah

nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan (Maulina, Erwan, Anita, 2016).

Menurut Internasional Association of Study of Pain (IASP) nyeri orofasal

dapat diklasifikasikan menjadi (Merskey dan Bogduk, 2002):

1. Neuralgia pada Kepala dan Wajah

2. Nyeri Kraniofasial karena Kelainan Muskuloskeletal

3. Lesi pada Telinga Hidung dan Rongga Mulut

4. Sindrome Nyeri Kepala Primer, Kelainan Vascular, dan Sindroma Cairan

Serebrospinal

5. Nyeri pada Kepala, Wajah dan Leher karena Kelainan Psikologis

6. Kelainan Suboksipital dan Muskuloskeletal Servikal

7. Nyeri Viseral dan Leher.

Pada klasifikasi nomor tiga IASP nyeri lesi pada telinga hidung dan rongga

mulut dibedakan lagi menjadi:

1. Sinusitis Maksilaris

2. Odontalgia: Nyeri gigi 1. kelainan Dentino-Enamel

3. Odontalgia: Nyeri gigi 2. Pulpitis

4. Odontalgia: Nyeri gigi 3. Periodontitis Periapikal Abses

5. Odontalgia: Nyeri gigi 4. Nyeri gigi tidak terkait lesi (Odontalgia Atipikal)

6. Lidah Terbakar dan Disestesia Oral

7. Sindroma Gigi Retak

8. Dry Socket

9
10

9. Penyakit Gingiva, Inflamasi

10. Nyeri gigi tanpa penyebab yang jelas

11. Penyakit pada rahang dan kondisi Inflamasi

12. Kelainan nyeri lain pada rahang yang tidak terspesifikasi

13. Frosbite of the Face

2.1.3 Karakteristik Nyeri

Berikut dibawah ini adalah karakteristik nyeri menurut Maulina, Erwan,

Anita (2016):

1. Kualitas Nyeri

Kualitas nyeri dikelompokan kedalam dua kelompok besar, yaitu tajam

dan tumpul. Berbagai jenis kualitas nyeri dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Kualitas Nyeri


(Sumber: Maulina, Erwan Anita, 2016)
Kategori Nyeri Kualitas Gejala Sekunder
Tumpul Flushing
Menekan Fisik Hiperalgesia
Muskuloskeletal Menekan Psikis Alodinia
Dapat menyebabkan nyeri di area lain
Kencang, atau akibat dari nyeri di area lain memburuk
Kaku, Tajam apabila digunakan untuk berfungsi
Memburuk seiring dengan meningkatnya
Berdenyut tekanan intracranial
Neurovaskular
Menusuk sensitif terhadap cahaya atau bunyi
Berirama mual muntah
Menembak Kebaalan
Tajam Hiperalgesia
Neuropatik menstimulasi Parestesi
Terbakar Alodinia
Gatal Disestesia
keluhan yang dirasakan tidak sesuai dengan
Psikogenik Deskriptif persyarafan wajah

10
11

2. Karakteristik nyeri (temporal behavior, durasi nyeri, lokalisasi)

Temporal behavior atau kaakteristik nyeri berhubungan dengan waktu

timbul dan hilangnya nyeri. Berdasarkan karakteristik temporal maka nyeri

orofasial dapat bersifat intermitten (nyeri timbul namun terdapat periode dimana

nyeri hilang sama sekali dan pasien merasakan periode bebas nyeri sebelum

akhirnya kembali terasa oleh pasien) dan kontinyu (nyeri timbul dan terus

menerus oleh pasien tanpa ada periode bebas nyeri).

Durasi nyeri orofasial dapat bervariasi dari beberapa detik (dideskripsikan

dengan kata sesaat), beberapa menit hingga beberapa jam (dideskripsikan dengan

kata lama), dan nyeri yang berlangsung dari satu hingga ke hari berikutnya

(dideskripsikan dengan kata “memanjang”).

Deskripsi lokalisasi nyeri yang dirasakan oleh pasien dibagi menjadi

terlokalisasi (apabila pasien dapat menunjukkan area yang dirasakan dengan

jelas), difus (apabila lokasi nyeri terasa samar), menyebar (apabila nyeri berubah

dengan cepat), menusuk (apabila nyeri terasa memburuk), menyebar (apabila

nyeri berubah secara bertahap), meluas (apabila nyeri melibatkan struktur anatomi

di sekitarnya dan berpindah (apabila nyeri berpindah dari satu lokasi ke lokasi

lainnya.

11
12

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri adalah (Smeltzer,2001)

1. Usia

Usia merupakan faktor penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada

anak-anak dan lansia. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan

mengungkapkan dan mengekspresikan nyeri.

2. Jenis kelamin

Penelitian yang menunjukkan bahwa perempuan memiliki sensitifitas rasa

nyeri yang lebih besar dari laki-laki namun pendapat lain mengatakan

bahwa laki-laki dan perempuan tidak mempunyai perbedaan scara

signifikan mengenai respn mereka terhadap nyeri.

3. Kecemasan

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali

meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu

perasaan ansietas.

4. Pengalaman masa lalu dengan nyeri

Individu yang mengalami pengalaman buruk dengan nyeri akan lebih takut

terhadap peristiwa menyakitkan yang akan dialami.

5. Keluarga dan dukungan social

Faktor yang mempengaruhi respon nyeri adalah kehadiran orang terdekat.

Orang-orang yang sedang dalam keadaan nyeri sering bergantung pada

keluarga untuk memberikan dukungan, membantu atau melindungi.

12
13

2.1.5 Reseptor Nyeri

Ada lima resptor sensori di dalam tubuh (Guyton, 2011) yaitu:

1. Mekanoresptor, yaitu reseptor yang mendeteksi perubahan bentuk resptor

atau sel di dekat resptor tersebut

2. Termoreseptor yaitu reseptor yang mendeteksi perbahan suhu

3. Nosiseptor yaitu reseptor yang mendeteksi kerusakan di dalam jaringan

baik kerusakan fisik maupun kimia

4. Reseptor elektromagnet yaitu reseptor yang mendeteksi cahaya pada retina

mata

5. Kemoreseptor yaitu reseptor yang mendeteksi pengecapan di dalam mulut,

bau di dalam hidung kadar O2 di dalam darah, osmolitas cairan tubuh,

kadar CO2 dan bahan kimia tubuh lainnya.

Reseptor nyeri disebut nosiseptor yang merupakan ujung saraf bebas.

Nosiseptor terdapat di kulit dan jaringan lain yang merupakan ujung saraf bebas.

Reseptor ini tersebar pada permukaan superficial kulit dan jaringan dalam tertentu

(Guyton, 2011).

2.1.6 Mekanisme Nyeri

Sensasi nyeri dari struktur intraoal dan ekstra oral dari kepala dan wajah

dilakukan oleh sistem saraf pusat dan sistem trigeminal. Sistem trigeminal

mengacu pada susunan kompleks dari serat transmisi saraf, interneuron dan

koneksi sinaptik yang memroses infrmasi yang masuk dari tiga divisi daraf

13
14

trigeminal. Saraf trigeminal adalah bagian dari SSP yang mengandung serat

sensorik dan motorik (Okeson, 2005)

Mekanisme nyeri mendeskripsikan kondisi fisik, melibatkan empat proses,

yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi. Keempat poses tersebut akan

dijelaskan sebagai berikut: (Guyton and Hall, 2008; Potter and Perry, 2006)

1. Proses transduksi

Rangsang noksius dapat berasal dari bahan kimia, seperti yang terjadi pada

proses inflamasi menimbulkan sensitisasi dan mengaktifasi reseptor nyeri. Bisa

juga diartikan sebagai pengubahan berbagai stimuli oleh reseptor menjadi impuls

listrik yang mampu menimbulkan potensial aksi akhiran saraf.

2. Proses transmisi

Penyaluran impuls saraf sensorik dilakukan oleh serabut A delta bermyelin

dan serabut C tak bermyelin sebagai neuron pertama, kemudian dilanjutkan

traktus spinothalamikus sebagai neuron kedua dan selanjutnya di daerah thalamus

disalurkan sebagai neuron ketiga sensorik pada area somatik primer di korteks

serebri.

3. Proses modulasi

Terjadi pada sistem saraf sentral ketika aktivasi nyeri dapat dihambat oleh

analgesic endogen seperti endorphine, sistem inhibisi sentral serotonin dan

noradrenalin, dan aktivitas serabut A beta.

4. Proses persepsi

Hasil akhir proses interaksi yang kompleks, dimulai dari proses transduksi,

transmisi, dan modulasi sepanjang aktivasi sensorik yang sampai pada area primer

14
15

sensorik korteks serebri dan masukan lain bagian otak yang pada gilirannya

menghasilkan suatu perasaan subyektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri atau

disebut dengan kesadaran akan adanya nyeri.

Gambar 2.2 Mekanisme perjalanan nyeri nosiseptif


(Sumber: Wu, 2012)

2.1.7 Jalur Nyeri

Nyeri dijalarkan melalui tiga neuron yang mentransmisikan stimulus

noksius dari perifer ke korteks serebral. Neuron aferen pertama berlokasi di

ganglion posterior spinalis, yang terletak dekat foramen vertebralis tiap segmen

medulla spinalis. Tiap neuron memiliki satu buah akson yang bercabang, satu

cabang berakhir di jaringan perifer yang diinervasi dan lainnya di kornu posterior

medulla spinalis. Neuron aferen pertama bersinaps dengan neuron ordo kedua

yang mempunyai akson melintasi midline dan asenden di kontralateral traktus

spinothalamikus menuju thalamus. Neuron kedua bersinaps di nukleus thalamus

dengan neuron ketiga, yang mana akan mengirimkan proyeksi melewati kapsula

15
16

interna dan korona radiata ke girus postcentral korteks serebral (Morgan, Mikhali,

Murray, 2006).

2.1.8 Mediator kimiawi nyeri

Neuropeptida dan asam amino eksitatorik yang berfungsi sebagai

neurotransmitter pada neuron aferen menimbulkan adanya sensasi nyeri. Banyak

neuron yang mengandung lebih dari satu neurotransmiter, yang dikorelasikan

secara simultan. Peptida yang paling penting adalah substansi P (sP) dan

Calcitonin Gen-Related Peptide (CGRP).Glutamat adalah asam amino eksitatorik

paling penting (Morgan, Mikhali, Murray, 2006).

Stimulasi noxius sering diasosiasikan dengan sejumlah mediator inflamasi.

Mediator inflamasi mungkin menyebabkan directly algogenic atau menimbulkan

efek algogenik dari stimulus lain. Mediator kimiawi dari inflamasi memberikan

efeknya pada kanal ion membran neuron nosiseptif melalui kopling langsung pada

reseptor membran untuk substansi spesifik (ion hidrogen, ATP, serotonin 5-HT3)

atau lebih sering melalui mekanisme tak langsung yang dimediasi oleh

intracellular second messenger (bradykinin, sitokin, prostanoid, histaminH1,

serotonin 5-HT1). Mediator pada bagian-bagian lain neuron mengontrol ekspresi

protein reseptor dan kanal ion atau mengontrol lepasnya mediator dari sel-sel lain.

Banyak sel inflamasi mengekspresikan reseptor untuk neuropeptida yang dirilis

dari akhiran saraf perifer (substansi P, CGRP). Mediator lain seperti platelet-

activating factor (PAF) memberikan konstribusi aksi pada pembuluh darah dan

16
17

sel-sel inflamasi untuk memberikan vasodilatasi arteriolar yang lama. (Morgan,

Mikhali, Murray, 2006; Davies dan Cashman, 2005).

Bradykinin adalah agen algogenik poten yang juga mensensitisasi

nosiseptor pada aksi lain algogenik, meningkatkan permeabilitas vaskuler dan

meningkatkan kemotaksis leukosit. Aktivasi reseptor bradykinin akan merilis

prostaglandin dari serabut simpatis. Sisi penempelan bradykinin ditemukan pada

serabut saraf sensoris dan di kornu dorsalis. Dua subtipe reseptor bradykinin telah

ditemukan dan keduanya adalah superfamili protein G yaitu BK-1 dan BK-2.

Katekolamin dilibatkan dalam nosiseptif di segmen medulla spinalis, dan efeknya

dimediasi oleh α2-adrenoreseptor. Sitokin adalah Peptide yang secara regular

diproduksi di semua sel. Sitokin ini mempunyai aksi pleiotropik; sitokin anti

inflamasi dan growth factor berkontribusi pada hiperalgesia inflamasi. Pelepasan

TNF-α distimulasi bradykinin. Stimulasi ini akan menghasilkan IL-1 dan IL-6,

yang akan menginduksi adanya hiperalgesia melalui produksi produk-produk

siklooksigenase. Efek IL-8 dimediasi melalui serabut saraf simpatis. Histamin

dilepaskan dari sel yang rusak dan sel mast dalam respons kepada sP dan NGF

yang menyebabkan aktivasi nosiseptor, vasodilatasi, dan edema. Serotonin

dilepaskan oleh platelet dalam respon pada PAF adalah directly algogenic dan

meningkatkan efek nosisepsi bradykinin pada saraf sensoris. Serotonin yang

terlibat adalah 5-HT1 dan 5-HT3. Proton ada pada jaringan rusak yang

inflamasinya menimbulkan eksudat sehingga bersifat asam yang akan

meningkatkan aksi algogenik. Prostaglandin dalam mekanisme berasal dari

kerusakan jaringan yang akan melepas fosfolipid dari membran sel yang dipecah

17
18

oleh fosfolipase untuk membentuk asam arakidonat. Oksidasi asam arakidonat

yang dikatalasi siklooksigenase menghasilkan siklus prostaglandin. Enzim

siklooksigenase dikode oleh dua enzim (COX-1 dan COX-2). COX-1 diproduksi

oleh sel normal juga, karena prostaglandin ini juga penting untuk fungsi

perlindungan misalnya produksi mukosa gaster dan perbaikan aliran darah ginjal.

COX-2 adalah bentuk terinduksi dari enzim yang diasosiasikan dengan inflamasi.

COX-2 diinduksi dalam sel endhotel, makrofag dan fibroblast synovial, sel mast,

kondrosit, dan osteoblas setelah trauma jaringan oleh agen inflamasi.

Prostaglandin mensensitisasi nosiseptor pada aksi substansi algogenik lain dan

pada stimulasi mekanis. Leukotrien adalah produk lipooksigenase dari

metabolismeasam arakidonat yang juga mempunyai propertialgogenik (Davies

dan Cashman, 2005; Guyton and Hall, 2008; Potter and Perry, 2006).

2.1.9 Skala Pengukuran Nyeri Inflamasi

Intensitas nyeri dapat dievaluasi dengan menggunakan skala numeric

visual. Terdapat beberapa skala numeric yang lazim digunakan untuk

mengevaluasi intensitas nyeri seperti visual analogue scale (VAS) maupun

Numeric Rating Scale (NRS). Kedua jenis skala numerik tersebut memiliki angka

dengan cakupan 0 hingga 10 dimana 0 diartikan sebagai “tidak ada nyeri yang

dirasakan” dan 10 diartikan sebagai “nyeri terhebat yang pernah dirasakan”

(Maulina, Erwan, Anita 2016).

18
19

Gambar 2.3 Numeric Rating Scale


(Sumber: The National Initiative on Pain Control, 2010)

2.2 Pulpitis Ireversibel Akut

2.2.1 Definisi Pulpitis Ireversibel Akut

Diagnosis penyakit jaringan pulpa diklasifikasikan berdasarkan gejala

serta temuan klinis yakni sebagai berikut pulpa normal, pulpitis reversibel,

pulpitis ireversibel, pulpitis hiperplastik dan nekrosis pulpa. Klasifikasi lain juga

mengemukakan diagnosis untuk penyakit jaringan pulpa terdiri dari pulpitis

reversibel, pulpitis ireversibel dan nekrosis pulpa (Torabinejad, Walton, Fouad,

2015; Cohen, Hargreaves, Breman, 2016).

Pulpitis ireversibel merupakan suatu inflamasi yang sudah lanjut dan tidak

akan hilang meskipun penyebabnya dihilangkan ditandai dengan nyeri yang

intens. Berdasarakan intensitas dan durasi gejala klinisnya terbagi menjadi dua

jenis, yaitu pulpitis ireversibel kronis (asymptomatic) dan pulpitis ireversibel akut

(symptomatic) (Carrotte, 2004; Claffey, Elizabeth, Reader, et al., 2004;

McDougal, Olutayo, et al., 2004; Radeva, 2008; Torabinejad, Walton, Fouad,

2015; Cohen, Hargreaves, Breman, 2016).

Pulpitis Ireversibel akut didefinisikan sebagai inflamasi pulpa yang sudah

lanjut dengan keluhan rasa sakit spontan dan menetap meskipun penyebabnya

dihilangkan. Kadang-kadang rasa nyeri timbul akibat adanya perubahan postural

19
20

seperti berbaring atau membungkuk (Carrotte, 2004; Torabinejad, Walton, Fouad,

2015; Ali dan Mulay, 2015; Cohen, Hargreaves, Breman, 2016).

2.2.2 Etiologi Pulpitis Ireversibel Akut

Etiologi Pulpitis Ireversibel Akut adalah sebagai berikut (Al, Nusstein,

Hargreaves, 2006; Ali dan Mulay, 2015):

1. Bakteri

1) Bakteri yang berhubungan dengan karies

2) Invasi langsung ke pulpa dari karies atau trauma

3) Mikroba kolonisasi di pulpa dibawa oleh darah (Anachoresis)

Bakteri kemungkinan menjadi penyebab peradangan pada pulpa. Bakteri

yang paling sering ditemukan ketika jaringan pulpa terinfeksi adalah streptokokus

dan stafilokokus, tetapi banyak mikroorganisme lainnya, termasuk anaerob.

Lactobacilli juga biasanya ditemukan di dentin yang mengalami karies.

2. Bahan Kimia

1) Asam fosfat atau monomer akrilik

2) Erosi (Asam)

3. Fisik

1) Mechanical Injury: trauma, gigi retak, barodontalgia, patologis

2) Thermal Injury

3) Electrical Injuries

20
21

1) Mechanical Injury

(1) Trauma

Luka traumatik disertai atau tidak disertai dengan fraktur mahkota atau

akar, lebih banyak terjadi pada anak-anak daripada dewasa, terjadi akibat

kebiasaan buruk seperti: bernafas melalui mulut, bruxism, mengigit kuku, dan

kebiasaan buruk lainnya. Prosedur gigi tertentu yang mungkin melukai pulpa

seperti: ekskavasi karies yang mungkin mengenai struktur pulpa, penggunaan pin

untuk retensi mekanis amalgam atau restorasi lainnya, malleting emas mengisi

foil tanpa dasar semen yang memadai, dan gerakan cepat dari gigi selama

perawatan ortodontik.

2) Gigi Retak

Fraktur tidak lengkap melalui bagian gigi dapat menyebabkan nyeri

idiopatik disebut sebagai "Sindrom gigi retak". Pasien biasanya mengeluh nyeri,

mulai dari ringan sampai menyiksa, karena menggigit sesuatu yang keras atau

yang bertekanan keras. Gigi retak juga biasanya disebabkan restorasi mahkota

yang merusak fragmen. (Jika fraktur hanya melibatkan enamel dan dentin)

3) Barodontalgia

Barodontalgia, juga dikenal sebagai aerodontalgia menandakan sakit gigi

terjadi pada tekanan atmosfer rendah di dataran tinggi. Sebuah gigi dengan

pulpitis menyebabkan nyeri pada ketinggian tinggi. Barodontalgia secara umum

telah diamati pada ketinggian antara 5000-10000 kaki. Melapisi rongga dengan

pernis atau dasar seng-semen fosfat, dengan sub dasar seng oksida eugenol semen

di rongga dalam, membantu mencegah barodontalgia.

21
22

4) Patologis

Pulpitis ireversibel juga dapat terjadi karena keausan patologis gigi baik

dari abrasi atau erosi jika dentin sekunder tidak terjaga.

5) Thermal

(1) Panas yang terjadi saat persiapan restorasi.

(2) Panas gesekan yang disebabkan oleh polishing restorasi

(3) Eksotermis panas dari semen.

(4) Konduksi langsung panas dan dingin melalui tambalan dalam tanpa dasar

pelindung.

2.2.3 Gejala Pulpitis Ireversibel Akut

Gejala pulpitis ireversibel akut adalah sebagai berikut: (Ali dan Mulay,

2015; Cohen, Hargreaves, Breman, 2016)

1. Rasa sakit sering berlanjut ketika penyebabnya telah dihilangkan, dan

mungkin datang dan pergi secara spontan, tanpa sebab yang jelas.

2. Pasien mungkin menggambarkan nyeri seperti menusuk tajam, dan

umumnya parah.

3. Pasien juga mungkin menyatakan bahwa membungkuk atau berbaring,

merubah posisi, memperburuk rasa sakit, perubahan tekanan intrapulpal

mungkin menjadi penyebabnya.

4. Pasien juga mungkin mengeluh nyeri pada gigi yang berdekatan, sinus

ketika posterior atas gigi terlibat, atau nyeri ke telinga ketika gigi posterior

bawah terlibat.

22
23

5. Nyeri meningkat dengan panas dan dingin, dingin dapat mengintensifkan

rasa sakit.

6. Periodontitis apikal tidak ada, kecuali pada tahap selanjutnya, ketika

peradangan atau infeksi meluas keligamen periodontal.

2.2.4 Mekanisme Perjalanan Penyakit Pulpitis Ireversbel Akut

Mekanisme perjalanan penyakit pulpitis ireversibel akut diawali dengan

adanya rangsang. Rangsang tersebut bisa berasal dari mekanikal, kimia, dan

mikrobial. Rangsang mekanik berupa prosedur restorasi, tauma, tindakan

orthodontik dan scaling. Rangsang kimia berupa bahan antibakteri, pembersih

kavitas, asam, pelapis kavitas, dan bahan tumpatan. Rangsang mikrobial

merupakan rangsang yang paling sering menyebabkan inflamasi pada jaringan

pulpa, spesies bakteri yang paling sering ditemukan ketika inflamasi pulpa adalah

Streptococcus mutans, Lactobacili, dan Actinomyces. (Renton, 2011; Torabinejad,

Walton, Fouad, 2015; Cohen, Hargreaves, Breman, 2016)

Berdasarkan durasinya rangsang dibedakan menjadidua, ada rangsang

ringan sebentar dan ada rangsang kuat. Rangsang ringan dan sebentar akan

menyerang zone dentinoblastik sehingga menyebabkan proses dentinoblast yaitu

tubuli dentin menjadi permeabel, membrane ‘pulpo-dentinal’ terganggu, pagar

dentinoblast rusak, dentin akan iritasi terjadi osteodin menyebabkan kerusakan

dentinoblast sedangkan rangsang yang kuat akan menyerang zone dentinoblastik

dan zone central menyebabkan inflamasi sehingga timbul rasa nyeri. Kerusakan

dentinoblast pada tahap awal yang dimulai dari rangsang ringan menyebabkan

23
24

terjadinya pulpitis reversibel kemudian jika tidak diobati akan berlanjut dengan

semakin kuatnya rangsang, seamakin besarnya inflamasi dan semakin kuatnya

nyeri menjadi pulpitis ireversibel (Carrotte, 2004; Renton, 2011).

Perkembangan lesi yang berawal dari rangsang ini akan menyebabkan

mediator inflamatori dilepaskan kemudian premeabilitas vascular meningkat,

terjadi pembentukan eksudat dan peningkatan tekanan intrapulpa. Peningkatan

tekanan intrapulpa terjadi pada regio terbatas dan berkembang secara perlahan.

Rasa nyeri dan mediator inflamatori ini akan menurunkan ambang rangsang saraf

sensoris, menimbulkan efek terhadap premeabilitas berupa peningkatan tekanan

jaringan, tekanan tersebut secara langsung menekan saraf sensoris. (Torabinejad,

Walton, Fouad, 2015)

2.2.5 Manajemen Kegawatdaruratan Endodontik Pulpitis Ireversibel Akut

Rasa nyeri merupakan merupakan indikasi suatu keadaan patologis yang

serius yang dapat bertambah buruk sejalan dengan waktu oleh karena

itumembutuhkan tindakan kegawatdaruratan endodontik yakni suatu tindakan

yang bertujuan mengurangi jumlah bakteri, mengurangi tekanan dalam pulpa,

menghilangkan nyeri, memperbaiki sirkulasi, mencegah penyebaran infeksi,

mempercepat penyembuhan. Keberhasilan dari kegawatdaruratan endodontik

didasarkan atas penegakkan diagnosis yang benar, pemilihan perawatan gigi yang

sesuai dan pemilihan obat yang tepat (Carrotte, 2004; Radeva, 2008; Renton,

2011).

24
25

Penegakkan diagnosis dapat dilakukan dengan identifikasi keluhan utama,

anamnesis dan pencatatan rekam medis, melakukan pemeriksaan menyeluruh dan

melakukan tes yang diperlukan, pemeriksaan radiografis, analisis dan sintesis

hasil pemeriksaan, dan membuat rencana perawatan. Pada tahapan anamnesis kita

harus mendengarkan keluhan pasien dengan seksama dan menganalisisnya, dari

keluahan tersebut kita dapat menegakkan diagnosis secara tepat (Radeva, 2008;

Torabinejad, Walton, Fouad, 2015; Cohen, Hargreaves, Breman, 2016).

Diagnosis pulpitis ireversibel akut dibuat dengan menggunakan data dari

anamnesis, studi klinis obyektif (pemeriksaan, menyelidik, perkusi, palpasi), dan

investigasi X-ray. Hasil anamnesis identifikasi keluhan utama menunjukkan rasa

nyeri spontan dan terus menerus, berulang secara periodik dapat berlangsung

beberapa menit hingga beberapa jam, biasanya sulit melokalisasi rasa sakit,

stimuli (dingin, panas) dapat memperpanjang rasa sakit, pada kasus lanjut, dingin

akan meringankan sedangkan panas memperburuk rasa sakit. Pemeriksaan klinis

menunjukkan karies besar, fungsi gigi telah rusak. Studi X-ray menunjukkan

pengembangan karies mendekati atau bahkan mencapai pulpa gigi dan tidak ada

bukti perubahan periapikal (Carrotte, 2004; Radeva, 2008; Torabinejad, Walton,

Fouad, 2015; Ali dan Mulay, 2015; Cohen, Hargreaves, Breman, 2016).

25
26

Gambar 2.1 Setelah penempatan mahkota emas penuh pada molar kedua kanan
rahang atas, pasien mengeluh sensitif terhadap panas dan dingin; serta rasa nyeri
spontan. Setelah aplikasi Ice stick pada gigi 17, pasien mengeluh nyeri dan
setelah penghilangan stimulus, rasa nyeri terus berlangsung selama 12 detik.
Tanggapan untuk perkusi dan palpasi normal; radiografi, tidak ada bukti dari
perubahan tulang.
(Sumber: Ali dan Mulay, 2015)

Perawatan gigi dalam prosedur kegawatdaruratan endodontik terdiri dari

tindakan non bedah dan bedah. Tindakan non bedahnya meliputi pulpotomi,

pulpektomi parsial, pulpektomi komplit, debridemen sistem saluran akar

sedangkan tindakan bedahnya meliputi insisi atau drainase, trephinasi atau

fenetrasi apikal. Prosedur endodontik emergensi umumnya pada awal kunjungan

dilakukan debridemen atau disinfeksi terlebih dahulu menggunakan medikamen

disinfeksi atau sedative dressing yang terdiri atas atas beberapa kelompok besar

yaitu senyawa fenolik, senyawa aldehida/formadehida, senyawa halida/halogen,

steroid, kalsium hidroksida, antibiotik, klorheksidin dan kombinasi (Torabinejad,

Walton, Fouad, 2015; Cohen, Hargreaves, Breman, 2016; Athanassiadis, Abbot,

Walsh, 2007).

Pendekatan farmakologis dapat dilakukan melalui bebagai macam obat

analgetik. Jenis anlgetik yang lazim digunakan untuk mengurangi rasa nyeri

orofasial adalah ibuprofen, aspirin, asetaminofen, choline magnesium trysalicylate

atau salsalate. Jenis-jenis analgesik ini bekerja dengan menghambat sintesis

26
27

prostaglandin. Obat AntiInflamasi Non-Steroid (OAINS) diketahui efektif dalam

mengurangi nyeri orofasial ringan hingga sedang. OAINS yang dinilai efektif

untuk mengatasi nyeri pada pasien pulpitis irreversibel akut adalah ibuprofen

400mg (Laughlin, 2014; Pozzi dan Galleli 2011; Maulina, Erwan, Anita, 2016).

2.3 Kurkuminoid

2.3.1 Kandungan Kimia

Kurkuminoid merupakan zat warna yang ada di dalam kunyit. Sebanyak

50-60% kurkuminoid merupakan campuran curcumin, monodesmethoxycurcumin

dan bisdemethoxycurcumin (WHO, 1999; Bruneton, 1995). Berikut dibawah ini

adalah struktur komposisi kimia dari kurkuminoid:

Gambar 2.4 Struktur Komposisi Kimia Kurkuminoid


(Sumber: WHO Geneva 1999)

2.3.2 Mekanisme Aksi

Kurkuminoid merupakan komponen aktif dari rempah-rempah kunyit yang

memberikan suatu spektrum yang luas dari kegiatan biologis seperti modulasi

beberapa faktor transkripsi dan jalur sinyal. Kurkuminoid berperan sebagai

27
28

antioksidan yang diperlihatkan dengan memodulasi redoks-jalur sinyal dalam sel.

Kurkumin bisa juga mengaktifkan sistem pertahanan antioksidan intraseluler

melalui stimulasi nuklir faktor-erythroid-2- faktor yang berhubungan dengan

2(Nrf2), faktor transkripsi yang mengikat elemen respon antioksidan (ARE) di

beberapa gen yang mengkode untuk antioksidan intraseluler, sitoprotektif dan

detoksifikasi protein (Aggarwal, Sundaram, Malani, et al., 2007; Goel, Jhurani,

Aggarwal, 2008; Goel, Kunnumakkara, Aggarwal, 2008; Scapagnini, Sonya,

Nader, et al., 2011).

Kurkuminoid juga berperan sebagai antiinflamasi yang menghambat

semua mediator inflamasi seperti sitokin, kemokin, molekul adhesi dan faktor

pertumbuhan, serta mediator lainnya seperti siklooksigenase-2, nitrat diinduksi

oksida, faktor jaringan dan perubahan epigenetik. Kurkumin juga memiliki

kemampuan untuk menghambat NF-kB jalur dan jalur proinflamasi sinyal lainnya

termasuk COX-2, AP-1, Egr-1, STAT (transduser sinyal dan aktivator transkripsi)

anggota dan mitogen-diaktifkan protein (MAP) kinase (Goel, Boland, Chauhan,

2001; Goel, Kunnumakkara, Anggarwal, 2008; Reuter, Gupta, Park, et al., 2011).

Kurkuminoid juga berperan sebagai kemopreventif dan agen antikanker.

Menghambat proliferasi sel, menginduksi apoptosis dan penangkapan

pertumbuhan dalam fase yang berbeda dari siklus sel (tergantung pada jenis sel)

dan menghambat angiogenesis. Curcumin mampu untuk bertindak pada beberapa

sasaran termasuk aktivasi proliferator activated receptor peroxisomal gamma

(PPARG), degradasi p53, aktivasi gen proapoptotik (termasuk caspases, Bax dan

anggota keluarga Bak), down-mengatur gen survival (Mis Bcl-2) (Aggarwal and

28
29

Shishodia, 2006; Aggarwal, Sundaran, Malani, et al., 2007; Bhattacharyya,

Manda, Saha, et al., 2007; Shankar and Srivastava, 2007; Shishodia, Chaturvedi,

Aggarwal, 2007; Goel, Jhurani, Aggarwal, 2008; Goel, Kunnumakkara,

Aggarwal, 2008).

2.3.3 Efek lain

Kurkuminoid memiliki efek pengobatan lain seperti pengobatan asam

lambung, kembung dan dyspepsia. Pengobatan tukak lambung, dan rasa sakit dan

peradangan akibat rheumatoid arthritis dan amenorea, dismenorea, diare, epilepsi,

nyeri, dan penyakit kulit. Pengobatan asma, bisul, memar, batuk, pusing, epilepsi,

perdarahan, gigitan serangga, sakit kuning, kurap, batu urin, dan lacta-lambattion

(Thamlikitkul, 1989; Intanonta, 1986; Masuda, 1993; Iwu, 1993; Ghazanfar,

1994; Kapoor, 1990; Cambie, 1994; WHO, 1999).

Efek antiinflamasi dari kurkuminoid terbukti dalam aktivitas anti-

inflamasi Kegiatan anti-inflamasi Rhizoma Curcumae Longae telah

didemonstrasikan pada model hewan. Pemberian intraperitoneal obat pada tikus

secara efektif mengurangi baik yang akut dan peradangan kronis di carrageenin

diinduksi kaki edema, tes granuloma kantong, dan tes Granu-loma cotton pellet.

Efektivitas obat pada tikus dilaporkan besimilar dengan yang hidrokortison asetat

atau indometasin peradangan eksperimen diinduksi (Masuda, 1993;

Yegnanarayan, Saraf, Balwani, 1976).

29
30

2.3.4 Efek samping

Efek samping kurkuminoid dinilai sangat minimalis. Penelitian

Kuptniratsaikul, Dajpratam, Taechaarporkul, et al., (2014) menunjukkan efek

samping kurkuminoid lebih sedikit daripada kelompok kontrolnya.

Tabel 2.2 Perbandingan Efek Samping Kurkuminoid dan Ibuprofen


(Sumber: Kuptniratsaikul, Dajpratam, Taechaarporkul, et al., 2014)

Adverse events Ibuprofen(n=182) Curcuma P-valuea


domestica
extracts(n=185)
Number of 65 (35.7%) 55 (29.7%) 0.222
patients with AE
Number of events
Abdominal 33 (18.1%) 20 (10.8%) 0.046b
pain/distension
Dyspepsia 29 (15.9%) 21 (11.4%) 0.201
Nausea 15 (8.2%) 9 (4.9%) 0.191
Loose stool 16 (8.8%) 22 (11.9%) 0.330
Melena 2 (1.1%) - 0.245
Pitting edema 13 (7.1%) 7 (3.8%) 0.156

Jumlah sampel dengan efek samping terjadi selama penelitian tidak

berbeda antara kedua kelompok (35,7% di ibuprofen vs 29,7% di C. domestica

ekstrak kelompok, P = 0,222. Efek samping umum adalah dispepsia, nyeri perut /

distensi, mual, tinja longgar, dan pitting edema. Untuk jumlah peristiwa yang

terjadi, tingkat nyeri perut / distensi secara signifikan lebih rendah kelompok C.

domestica ekstrak dibandingkan pada kelompok ibuprofen (10,8% vs 18,1%, P =

0.046). Tingkat dispepsia, mual, dan pitting edema yang lebih tinggi pada

kelompok ibuprofen daripada kelompok C. domestica ekstrak (15,9% vs 11,4%

untuk dispepsia, 8,2% vs 4,9% untuk mual, dan 7,1% vs 3,8% untuk pitting

edema), namun tidak satupun dari peristiwa ini mencapai signifikansi statistik.

30
31

Hanya gejala loose stool lebih tinggi pada kelompok C. domestica ekstrak

dibandingkan kelompok ibuprofen, juga dengan tidak ada perbedaan (11,9% vs

8,8%, P = 0.330). Ada dua pasien dalam kelompok ibuprofen yang memiliki

melena sedangkan kelompok C. domestica ekstrak tidak ada (Kuptniratsaikul,

Dajpratam, Taechaarporkul, et al., 2014).

2.3.5 Dosis

Bioavailabilitas kurkuminoid rendah hal tersebut karena keterbatasan dari

kurkuminoid dalam proses penyerapan di usus dan metabolism kurkumin yang

cepat. Kurkuminoid yang dikonsumsi secara oral lebih cepat dikonversi ke

glucuronides kurkumin dan sulfat kurkumin. Konsentrasi serum kurkumin utuh

secara oral pada sampelsehat dengan puncak konsentrasi dalam darah dicapai 1-2

jam setelah dosis oral pada manusia dengan puncak serum konsentrasinya 0,5, 0,6

dan 1,8 IM. Dosis pemberian kurkumin berkisar antara 4, 6, dan 8 g / hari

(Agarwal, Tripathi, Satish, 2011).

Dosis pemberian kurkumin telah dievaluasi pada penelitian-penelitian

terdahulu seperti penelitian meta analisis sebanyak 8 RCT telah membuktikan

bervariasinya dosis yang diberikan serta lamanya pengobatan dengan

kurkuminoid menjadi indikasi dari tingkat keamanan kurkuminoid. 8 RCT

tersebut adalah sebagai berikut: Penelitian Agarwal, Tripathi, Satish (2011) dosis

kurkuminoid yang diberikan 2000 mg/hari, PenelitianChandran dan Goel (2012)

dosis kurkuminoid yang diberikan 500 mg/hari. Penelitian Ryan Heckler, Ling, et

al. (2013) dosis kurkuminoid yang diberikan 6000 mg/hari. Penelitian

31
32

Kupniratsaikul Dajpratam, Taechaarporkul, et al. (2014) dosis kurkuminoid yang

diberikan 1500 mg/hari. Penelitian Dronic, Riera, Appendino, et al. (2014) dosis

kurkuminoid yang diberikan 1000mg/hari. Penelitian kupniratsaikul, Sunee,

Pornsiri (2009) dosis kurkuminoid yang diberikan 2000mg/hari. Penelitian

Durganprasad Pai, Vasanthkumar, et al. (2005) dosis kurkuminoid yang diberikan

1500 mg/hari. Penelitian Panahi, Rahimnia, Sharafi (2014) dosis kurkuminoid

yang diberikan 1500 mg/hari (Sahebkar dan Henrotin 2015).

2.4. Efektifitas Kurkuminoid dalam Mengatasi Nyeri Inflamasi

Efek analgesik dan anti inflamasi kurkumin lainnya telah teruji pada

manusia seperti penelitian Agarwal, Tripathi, Satish (2011) di India selama 2

minggu terhadap pasien laparoscopic cholecystectomy diobati dengan kurkumin

2000 mg/hari menunjukkan hasil bahwa kurkumin signifikan menurunkan nyeri

pasca operasi laparoscopic cholecystectomy. Penelitian Ryan, Heckler, Ling, et al.

(2013) di USA selama 7 minggu terhadap pasien kanker payudara yang sedang

menerima radioterapi diobati dengan kurkumin6000 mg/hari signifikan

menurunkan nyeri kanker payudara. Penelitian Kuptniratsaikul, Dajpratam,

Taechaarporkul, et al. (2014) di Thailand selama 4 minggu terhadap pasien knee

osteoarthritis diobati dengan extract curcuma 1500 mg/hari menunjukkan

kurkumin sama efektifnya dengan ibuprofen dalam menurunkan nyeri bahkan

dengan efek samping pencernaan yang lebih sedikit dari ibuprofen. Penelitian

Kuptniratsaikul, Sunee, Pornsiri et al. (2009) di Thailand selama 6 minggu

terhadap pasien knee osteoarthritis diobati dengan ektract kurkumin 2000mg/hari

32
33

menujukkan bahwa kurkumin berkhasiat dan aman dalam pengobatan OA.

Penelitian Durganprasad, Pai, Vasanthkumar, et al. (2005) di India selama 6

minggu terhadap pasien pancreatitis diobati dengan kurkumin 1500 mg/hari

ditambah piperin 15 mg/hari signifikan dalam mengatasi nyeri pancreatitis.

Penelitian Panahi, Rahimnia, Sharafi (2014) di Iran selama 6 minggu terhadap

pasien knee osteoarthritis diobati dengan kurkumin 1500 mg/hari ditambah

piperin 15 mg/hari menunjukkan bahwa kurkumin efektif dan aman sebagai

pengobatan alternative OA (Agarwal, Tripathi, Satish, 2011; Ryan, Heckler, Ling,

et al., 2013; Kuptniratsaikul, Dajpratam, Taechaarporkul, et al., 2014;

Kuptniratsaikul, Sunee, Pornsiri et al., 2009; Durganprasad, Pai, Vasanthkumar, et

al., 2005; Panahi, Rahimnia, Sharafi, 2014).

33
34

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode Uji

Acak Terkontrol dengan tehnik single blind dimana partisipan penelitian akan

dibagi ke dalam dua kelompok secara acak. Kelompok pertama merupakan

kelompok kontrol dimana partisipan hanyaakan menerima prosedur perawatan

standar untuk pasien pulpitis ireversibel akut berupa irigasi saluran akar dan agen

analgetik berupa ibuprofen 400mg, sedangkan kelompok kedua yang merupakan

kelompok perlakuan adalah kelompok dimana partisipan akan menerima prosedur

perawatan standar untuk pasien pulpitis ireversibel akut berupa irigasi saluran

akar dengan kapsul kurkuminoid 100 mg.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien yang datang untuk

mendapatkan perawatan di IGD RSGM Unpad. Sampel penelitian ini adalah

populasi penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian.

Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah:

1. Pasien pulpitis ireversibel akut dengan nyeri orofasial

2. Pasien berusia di atas 18 tahun

3. Pasien dengan nilai awal Numeric Rating Scale (NRS) >5

4. Pasien dengan berat badan 40-80 kg

34
35

Sedangkan kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah:

1. Pasien memiliki riwayat alergi kurkuminoid

2. Pasien memiliki riwayat alergi analgetik yang akan digunakan di dalam

pengobatan standar pasien pulpitis ireversibel akut di IGD RSGM Unpad.

3. Pasien yang sedang mengkonsumsi obat anti nyeri dan anti inflamasi 1 hari

sebelum perawatan

4. Pasien ibu hamil atau menyusui

5. Pasien dengan riwayat penyakit sistemik, hati, gastritis dan gangguan

pencernaan

Jumlah sampel yang akan digunakan pada penelitian ini dihitung

berdasarkan pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pada kriteria populasi

yang telah ditetapkan. Penghitungan jumlah sampel dilakukan dengan

menggunakan rumus berikut:

2
𝑍𝛼√2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽√𝑃1 𝑄1 + 𝑃2 𝑄2
𝑛1 = ( )
𝑃1 − 𝑃2

Zα : deviat baku alfa (1,282)

Zβ : deviat baku beta (0,842)

P2 : proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya (0.7)

Q2 : 1 - P2 = 1 – 0.7 =0.3

P1-P2 : selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna (0.2)

P1 : proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan jugement peneliti

P1 = P2 + 0.2 = 0.7 + 0.2 = 0.9

Q1 : 1- P1 = 1 – 0.9 = 0.1

35
36

P : ( P1 + P2 )/2 = ( 0.7+0.9 )/2 = 0.8Q : 1 – P = 1 - 0.8 = 0.2

Dengan memasukkan nilai-nilai di atas ke dalam rumus, maka diperoleh :


2
1,282√2 ∗ 0,8 ∗ 0,2 + 0,842√0,9 ∗ 0,1 + 0,7 ∗ 0,3
𝑛1 = ( )
0,9 − 0,7

n1 = 35 Maka besar sampel pada penelitian ini adalah 35 orang tiap kelompok

3.3 Variabel Penelitian

1) Variabel bebas: Kurkuminoid

2) Variabel terikat: Skor nyeri dengan menggunakan NRS

3.4 Definisi Operasional Variabel

3.4.1 Kurkuminoid

Kurkuminoid merupakan ekstrak kunyit dalam bentuk kapsul seberat

100mg dan diproduksi oleh PT. Sido Muncul dan akan dipergunakan

untuk membantu mengurangi rasa nyeri pada pasien pulpitis ireversibel

akut.

3.4.2 Pulpitis Ireversibel Akut

Salah satu diagnosis penyakit jaringan pulpa dengan gejala rasa nyeri tiba-

tiba dan tidak akan hilang meskipun penyebabnya dihilangkan.

3.4.3 Nyeri inflamasi

Merupakan rasa nyeri berdenyut spontan dengan nilai kuantifikasi lebih

dari 5 berdasarkan skala NRS, yang dirasakan oleh pasien akibat inflamasi

pada kamar pulpa sehingga terjadi pulpitis ireversibel akut.

36
37

3.5 Bahan dan Alat Penelitian

1) Bahan : Sediaan ibuprofen kapsul 400mg dan sediaan kurkuminoid kapsul

100mg

2) Alat :

2.1 Numeric Rates Scale (NRS)

2.2 Telepon genggam

3.6 Prosedur Penelitian

3.6.1 Persiapan Penelitian

1. Pengajuan ijin penelitian ke Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas

Padjadjaran.

2. Pembuatan surat ijin penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas

Padjadjaran untuk diserahkan kepada IGD RSGM Unpad.

3. Persiapan alat dan bahan yang digunakan untuk mengatasi nyeri pulpitis

ireversibel akut dengan kurkuminoid.

4. Pemberian penjelasan mengenai prosedur penelitian serta hak dan

kewajiban pasien sehubungan dengan keikutsertaannya di dalam

penelitian untuk pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

penelitian.

5. Penandatanganan informed consent sebagai tanda persetujuan dari pasien

yang bertindak sebagai sampel.

37
38

3.6.2 Pelaksanaan Penelitian

1. Pasien yang telah menandatangani informed consent selanjutnya akan

diminta untuk menggambarkan kuantitas rasa nyeri dengan menggunakan

Numeric Rates Scale (NRS) dan dicatat oleh operator.

2. Pasien selanjutnya akan menerima prosedur perawatan standar pasien

pulpitis ireversibel akut di Instalasi gawat darurat RSGM Unpad yaitu

pemberian sedative dressing berupa aplikasi klorheksidin 2%.

3. Selanjutnya, pasien yang masuk ke dalam kelompok kontrol, akan diberi

kapsul ibuprofen 400 mg sebanyak 3 x sehari selama 1 hari dan dievaluasi

kuantitas rasa nyeri nya sebanyak 3x tiap dua jam setelah minum obat

selama satu hari. Sedangkan pasien yang berada pada kelompok perlakuan

akan diberikan kapsul kurkuminoid 100mg, dengan aturan konsumsi 3 x 2

kapsul setiap hari selama satu hari. Evaluasi akan dilakukan sebanyak 3x

tiap dua jam setelah minum obat selama satu hari pasca perawatan standar.

3.7 Uji Data

Hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk tabulasi dan grafik kemudian

diuji secara statistik. Hasil penelitian yang ditampilkan melalui tabel berupa nilai

intra kelompok selisih dari pain rate pada T0 sampai dengan T3. Hasil penelitian

yang ditampilkan dengan grafik berupa nilai perbandingan antar kelompok selisih

pain rate pada T2 sampai dengan T3. Sebelum melakukan uji perbandingan

efektifitas penggunaan kurkuminoid dengan ibuprofen di dalam mengatasi nyeri

inflamasi pada pasien pulpits ireversibel akut, peneliti terlebih dahulu melakukan

38
39

uji normalitas data. Hasil dari pengujian normalitas akan menentukan jenis uji

banding yang akan dilakukan. Jika data memiliki distribusi normal, maka data

akan diuji dengan menggunakan uji t tidak berpasangan, namun jika data yang

diteliti memiliki distribusi yang tidak normal, maka akan digunakan uji Wilcoxon

dan uji Mann Whitney U. Dalam melakukan perhitungan uji normalitas, akan

bergantung pada jumlah sampel. Jika jumlah sampel per kelompok kurang dari 50

maka uji normalitas akan dilakukan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk.

Namun jika jumlah sampel berada diatas 50 maka uji normalitas yang digunakan

adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Karena jumlah sampel di tiap kelompok adalah

32 orang, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasil

dari uji normalitas menyatakan bahwa data tidak berdistribusi normal sehingga

digunakan uji Wilcoxon dan uji Mann-Whitney U.

Setelah dilakukan pengujian normalitas data, peneliti menguji apakah

terdapat perbedaan skor nyeri yang signifikan pada saat sebelum dan sesudah

diberikan perlakuan. Untuk membandingkan perbedaan di dalam kelompok,

peneliti menggunakan uji Wilcoxon, sedangkan untuk membandingkan perbedaan

diantara kedua kelompok, peneliti menguji data dengan menggunakan uji Mann-

Whitney U.

Selain itu, peneliti juga menguji perbedaan skor nyeri pada sampel yang

diberikan kedua agen analgetik berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin,

total penurunan skor nyeri yang dirasakan sampel selama satu hari, serta rata-rata

penurunan skor nyeri yang dirasakan sampel setiap dua jam setelah minum obat.

39
40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektifitas pemberian kurkuminoid

terhadap rasa nyeri inflamasi pada pasien dengan pulpitis ireversibel akut yang

dilakukan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas

Padjadjaran. Metode penelitian yang digunakanadalah uji acak terkontrol dengan

tehnik single blind. Jumlah sampel yang disarankan pada saat penghitungan

jumlah sampel adalah sebanyak 70 pasien, namun dikarenakan keterbatasan waktu

penelitian, jumlah sampel yang berhasil direkrut di dalam penelitian ini adalah

sebanyak 64 orang (35 laki-laki; 29perempuan).

Sampel dibagi kedalam dua grup secara acak. Sebanyak tiga puluh dua

orang pasien diberikan kapsul kurkuminoid dan tiga puluh dua orang pasien

diberikan kapsul ibuprofen untuk mengurangi rasa sakit yang timbul akibat

pulpitis ireversibel akut. Pasien diminta untuk menggambarkan kuantitas nyeri

yang dirasakan dengan menyebutkan angka di antara 0-10 yang tercantum di

dalam Numeric Rating Scale (NRS) yang merupakan skala pengukur nyeri

tervalidasi,dua jam setelah mengkonsumsi analgetik atau obat penghilang nyeri

selama tiga kali dalam sehari. Berikut hasil yang diperoleh berdasarkan

pengolahan data yang diperoleh pada peneltian ini.

40
41

4.1.1 Karakteristik Sampel Penelitian

Karakteristik sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin dan usia

disajikan dalam tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Karakteristik Sampel Penelitian

Usia
Jenis Kelamin Total
18 – 44 tahun 45 – 70 tahun
Laki-Laki 30 5 35
Perempuan 25 4 29
Total 55 9 64
Sampel di dalam penelitian ini berusia antara 18 tahun – 70 tahun.

Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa mayoritas sampelpenelitian berada pada

kelompok usia 18 – 44 tahun. Selain itu, sampel penelitian yang berjenis kelamin

laki-laki juga lebih banyak dibandingkan dengan sampelperempuan.

4.1.2 Uji Perbandingan Skor Nyeri Pada Kelompok Kurkuminoid

Skor nyeri inflamasi yang dievaluasi dua jam setelah menkonsumsi agen

analgetik pada kelompok kurkuminoid diuji dengan menggunakan Uji Wilcoxon.

Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Uji Perbedaan Skor Nyeri pada Kelompok Kurkuminoid

Waktu
Nilai P Keterangan
Uji
Skor nyeri pada dua jam pertama (T1) setelah minum obat
T1 p<0,01 bila dibandingkan dengan skor nyeri awal (To) berkurang
secara signifikan
Skor nyeri pada dua jam kedua (T2) setelah minum obat bila
T2 p<0,01 dibandingkan dengan skor nyeri awal (T0) minum obat
berkurang secara signifikan
Skor nyeri pada dua jam ketiga (T3) setelah minum obat bila
T3 p<0,01 dibandingkan dengan skor nyeri awal (T0) minum obat
berkurang secara signifikan

41
42

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa terdapat penurunan nyeri signifikan pada

tiap waktu evaluasi skor nyeri.

4.1.3 Uji Perbandingan Skor Nyeri pada Kelompok Ibuprofen

Skor nyeri inflamasi yang dievaluasi dua jam setelah menkonsumsi agen

analgetik berupa kapsul Ibuprofen 400 mg, diuji dengan menggunakan Uji

Wilcoxon. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Uji Perbedaan Skor Nyeri pada Kelompok Ibuprofen

Waktu
Nilai P Keterangan
Uji
Skor nyeri pada dua jam pertama (T1) setelah minum obat
T1 p<0,01 bila dibandingkan dengan skor nyeri awal (To) berkurang
secara signifikan
Skor nyeri pada dua jam kedua (T2) setelah minum obat bila
T2 p<0,01 dibandingkan dengan skor nyeri awal (T0) minum obat
berkurang secara signifikan
Skor nyeri pada dua jam ketiga (T3) setelah minum obat bila
T3 p<0,01 dibandingkan dengan skor nyeri awal (T0) minum obat
berkurang secara signifikan

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa terdapat penurunan nyeri signifikan pada

tiap waktu evaluasi skor nyeri.

4.1.4 Uji Perbandingan Skor Nyeri Antar Kelompok

Perbandingan seluruh skor nyeri inflamasi pada dua jam setelah minum

obat yang pertama, dua jam setelah minum obat yang kedua, dan dua jam setelah

minum obat yang ketiga disajikan dalam tabel 4.4. Uji banding dilakukan dengan

menggunakan Uji Mann Whitney U.

42
43

Tabel 4.4 Hasil Uji Perbedaan Skor Nyeri Kelompok Kurkuminoid dan Ibuprofen

Rerata
Waktu
Kelompok Penurunan Nilai p Keterangan
Uji
Skor Nyeri
Skor nyeri pada dua jam
Kurkuminoid -2.625 pertama (T1) setelah minum
obat bila dibandingkan dengan
T1 p<0,01
skor nyeri awal (To) secara
Ibuprofen -1.719 signifikan dengan kelompok
kurkuminoid lebih efektif
Skor nyeri pada dua jam kedua
Kurkuminoid -1.875 (T2) setelah minum obat bila
dibandingkan dengan skor
T2 p<0,01 nyeri awal (T0) minum obat
Ibuprofen -1.625 berkurang secara signifikan
dengankelompok kurkuminoid
lebih efektif
Skor nyeri pada dua jam ketiga
Kurkuminoid -1.8125 (T3) setelah minum obat bila
dibandingkan dengan skor
T3 p<0,01 nyeri awal (T0) minum obat
Ibuprofen -1.28125 berkurang secara signifikan
dengankelompok kurkuminoid
lebih efektif

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa terdapat penurunan nyeri signifikan pada

tiap waktu evaluasi skor nyeri baik pada kelompok kurkuminoid maupun

ibuprofen.

43
44

4.1.5 Uji Perbandingan Skor Nyeri Kurkuminoid Berdasarkan Jenis


Kelamin

Skor nyeri inflamasi yang dievaluasi dua jam setelah menkonsumsi agen

analgetik pada kelompok kurkuminoid Laki-laki dibandingkan dengan yang

mengkonsumsi kurkuminoid perempuan. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel

4.5.

Tabel 4.5 Hasil Uji Perbedaan Skor Nyeri Laki-Laki dan Perempuan di Kelompok
Kurkuminoid

Waktu
Kelompok Nilai p Keterangan
Uji
Skor nyeri pada dua jam pertama (T1) setelah
Laki-Laki minum obat bila dibandingkan dengan skor
T1 p<0,01
nyeri awal (T0) berkurang secara signifikan
Perempuan
Skor nyeri pada dua jam kedua (T2) setelah
minum obat bila dibandingkan dengan skor
T2 Laki-Laki p<0,01
nyeri awal (T0) setelah minum obat berkurang
Perempuan secara signifikan
Skor nyeri pada dua jam ketiga (T3) setelah
Laki-Laki minum obat bila dibandingkan dengan skor
T3 p<0,01
Perempuan nyeri awal (T0) setelah minum obat berkurang
secara signifikan

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa terdapat penurunan nyeri signifikan pada

tiap waktu evaluasi skor nyeri baik pada laki-laki maupun perempuan di

kelompok kurkuminoid.

44
45

Diagram Perbandingan Skor Nyeri pada Laki-Laki dan


Perempuan Kelompok Kurkuminoid

2
2 1.64706

1.5

0.5

0
Laki-Laki Perempuan

Diagram 4.1 Perbandingan Penurunan Skor Nyeri pada T3 Laki-Laki dan


Perempuan Kelompok Kurkuminoid

Diagram 4.1 menunjukkan penurunan signifikan terlihat terutama pada

dua jam ketiga setelah minum kurkuminoid penurunan lebih signifikan pada

perempuan yakni sebesar 2.

4.1.6 Uji Perbandingan Skor Nyeri pada Pasien yang Meminum Kapsul
Ibuprofen Berdasarkan Jenis Kelamin

Skor nyeri inflamasi yang dievaluasi dua jam setelah menkonsumsi agen

analgetik pada kelompok ibuprofen laki-laki dibandingkan dengan yang

mengkonsumsi ibuprofen perempuan. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.6

45
46

Tabel 4.6 Hasil Uji Perbedaan Skor Nyeri pada Laki-Laki dan Perempuan di
Kelompok Ibuprofen

Waktu
Kelompok Nilai p Keterangan
Uji
Laki-Laki Skor nyeri pada dua jam pertama (T1) setelah
T1 P<0,01 minum obat bila dibandingkan dengan skor
Perempuan nyeri awal (T0) berkurang secara signifikan
Laki-Laki Skor nyeri pada dua jam kedua (T2) setelah
minum obat bila dibandingkan dengan skor
T2 P<0,01
nyeri awal (T0) setelah minum obat berkurang
Perempuan secara signifikan
Laki-Laki Skor nyeri pada dua jam ketiga (T3) setelah
minum obat bila dibandingkan dengan skor
T3 P<0,01
Perempuan nyeri awal (T0) setelah minum obat berkurang
secara signifikan

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa terdapat penurunan nyeri signifikan pada

tiap waktu evaluasi skor nyeri baik pada laki-laki maupun perempuan di

kelompok ibuprofen.

Diagram Perbandingan Rasa Nyeri Laki-Laki dan


Perempuan Pada Kelompok Ibuprofen

1.6 1.42857

1.4 1.16667
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Laki-Laki Perempuan

Diagram 4.2 Perbandingan Penurunan Skor Nyeri pada T3 Laki-Laki dan


Perempuan Kelompok Ibuprofen

46
47

Diagram 4.3 menunjukkan penurunan signifikan terlihat terutama pada

dua jam ketiga setelah minum ibuprofen penurunan lebih signifikan pada

perempuan yakni sebesar 1.42857.

4.1.9 Uji Rerata Penurunan Skor Nyeri Antar Kelompok Jenis Kelamin
yang Diberikan Kurkuminoid dan Ibuprofen

Uji perbedaan skor nyeri pada laki-laki dan perempuan di kelompok

kurkuminoid dan ibuprofen disajikan pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Skor Nyeri pada Laki-Laki dan Perempuan di
Kelompok Kurkuminoid dan Ibuprofen

Rerata Penurunan Skor Rerata Penurunan Skor


Waktu Nyeri Laki-Laki Nyeri Perempuan Ket
Uji

Kurkuminoid Ibuprofen Kurkuminoid Ibuprofen


Skor nyeri pada dua jam
pertama (T1) setelah minum
obat bila dibandingkan
dengan skor nyeri awal (T0)
T1 -2.53 -1.56 -2.73 -1.93
berkurang secara signifikan
dengan kelompok pada
kurkuminoid perempuan
lebih besar menurunkan
Skor nyeri pada dua jam
kedua (T2) setelah minum
obat bila dibandingkan
dengan skor nyeri awal (T0)
T2 -1.65 -1.44 -2.13 -1.86 setelah minum obat
berkurang secara signifikan
dengan kelompok
kurkuminoid perempuan
lebih besar menurunkan
Skor nyeri pada dua jam
ketiga (T3) setelah minum
obat bila dibandingkan
dengan skor nyeri awal (T0)
T3 -1.647 -1.167 -2 -1.428 setelah minum obat
berkurang secara signifikan
dengan kelompok
kurkuminoid perempuan
lebih besar menurunkan

47
48

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa terdapat penurunan nyeri signifikan pada

tiap waktu evaluasi skor nyeri pada kelompok laki-laki dan perempuan baik pada

kelompok kurkuminoid maupun ibuprofen.

4.2 Pembahasan

Penelitian ini menunjukkan adanya penurunan rasa nyeri yang bermakna

(p<0.01) dari penurunan skor nyeri pada pasien pulpitis ireversibel akut yang

diberikan kapsul kurkuminoid maupun kapsul ibuprofen. Penurunan rasa nyeri

pada kelompok yang diberi kurkuminoid maupun ibuprofen menunjukkan

penurunan signifikan pada dua jam setelah minum obat pertama kali, dua jam

setelah minum obat kedua kali, dan dua jam setelah minum obat ketiga kali.

Kurkuminoid dan ibuprofen memiliki kandungan yang dapat mengurangi

rasa nyeri dengan mengintervensi proses inflamasi yang terjadi pada pulpitis

ireversibel akut. Zat-zat yang terkandung di dalam kedua agen analgetik tersebut

berpotensi menghambat jalur inflamasi dengan menghambat sekresi

lipoksigenase, siklooksigenase (COX), fosfolipase, kolagenase, elastase, serta

hialuronidase serta menurunkan sitokin pro-inflamasi, Interleukin (IL)-1 beta dan

IL-8 sehingga biosintesis prostaglandin terhambat dan nosiseptor sebagai sensor

rasa sakit tidak aktif. Hal tersebut menyebabkan adanya penurunan rasa sakit yang

dirasakan pasien pulpitis ireversibel akut (Pozzi and Galleli 2011; Guyton, 2011;

Zanjani, Ameli, Labibi, et al., 2014; Jung and Lim 2014; Bengmark, 2006; Kim,

Lee, Park, et al., 2011).

48
49

Penelitian ini juga memperlihatkan hasil perbandingan skor nyeri yang

terjadi pada kelompok yang mengkonsumsi kurkuminoid dengan kelompok

mengkonsumsi ibuprofen. Hasil dari perbandingan tersebut menunjukkan adanya

perbedaan signifikan (p<0.01) dimana penurunan skor nyeri pada dua jam setelah

minum obat pertama kali, dua jam setelah minum obat kedua kali, dan dua jam

setelah minum obat ketiga kali pada kelompok yang diberi kurkuminoid lebih

besar daripada kelompok yang diberi ibuprofen.

Penurunan skor nyeri yang lebih besar dapat membuktikan bahwa

kurkuminoid lebih efektif daripada ibuprofen. Hal ini dapat disebabkan oleh

karena kurkuminoid mengandung zat aktif kurkumin yang terbukti efektif dalam

menurunkan nyeri secara signifikan pada beberapa kondisi nyeri dengan kategori

berat dan berada pada fase akut, seperti pada pasien dengan nyeri berat pasca

operasi, rhemathoid arthritis, pasien dengan nyeri kanker payudara, osteoarthritis,

nyeri otot akut, pankreatitis dan nyeri berat lainnya (Sahebkar and Henrotin,

2015).

Zat aktif kurkumin (diferuloyl metana) adalah polifenol senyawa yang

telah diidentifikasi sebagai bahan aktif dari kunyit yang berperan dalam berbagai

aktivitas farmakologi, diantaranya sebagai analgesik antiinflamasi dengan

menghambat NF-kB, dan efek yang mengarah ke kerusakan atau peradangan

seperti siklooksigenase-II, activator protein-1, JNK, MAPK dan PI3K / Akt.

Kurkuminoid juga dapat secara efektif mengurangi pelepasan sitokin pro-

inflamasi seperti tumor necrosis factor α, interleukin-1β (IL-1β), IL-6, makrofag

chemotactic protein-1 dan prostaglandin E2 (Buhrmann, Mobasheri, Busch, 2011;

49
50

Clutterbuck, Mobasheri, Shakibaei, et al., 2009; Csaki, Mobasheri, Shakibaei, et

al., 2009; Shakibaei, John, Schulze, et al., 2007; Shakibaei et al., 2007).

Sifat farmakokinetik dari kurkuminoid apabila dibandingkan dengan

ibuprofen menunjukkan sifat yang lebih cepat memberikan efek. Hal tersebut

terlihat dari lamanya durasi obat kurkuminoid sama dengan ibuprofen yakni enam

sampai delapan jam namun waktu mulai aksi kurkuminoid lebih cepat satu jam

daripada ibuprofen. Kurkuminoid juga bekerja sangat cepat pada saat distribusi

metabolisme dan eliminasi obat. Berdasarkan hal tersebut kurkuminoid dinilai

lebih efektif daripada ibu profen. Dosis konsumsi kurkuminoid yang bervariasi

serta lamanya tingkat pengobatan dari beberapa penelitian dan juga efek samping

minimalis yang dimiliki kurkuminoid membuktikan tingkat keamanan serta

toleransi kurkuminoid dan efektifitas kurkuminoid lebih baik daripada obat

analgesic berbahan kimia seperti ibuprofen (Pozzi dan Galleli, 2011; Sahebkar

dan Henrotin, 2015).

Hasil yang didapat pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan

penelitian Kupniratsaikul, et al. (2014) yang dilakukan di Thailand selama 4

minggu terhadap pasien knee osteoarthritis diobati dengan ekstrak curcuma 1500

mg/hari menunjukkan kurkuminoid memberikan penurunan nyeri yang signifikan

dibandingkan dengan kelompok kontrolnya yaitu ibuprofen.Selain itu, penelitian

Drobnic, et al. (2014) yang dilakukan di Spanyol selama empat hari terhadap

pasien acute muscle injury dengan menggunakan phytosomal curcumin

1000mg/hari memperlihatkan bahwa terdapat pengurangan rasa nyeri akut secara

signifikan (Drobnic, Riera, Appendino, et al., 2014; Kupniratsaikul, et al., 2014).

50
51

Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa jenis kelamin mempengaruhi

efektifitas kedua bahan tersebut. Walaupun kedua bahan tersebut terbukti

signifikan efektif mengurangi rasa nyeri pulpitis ireversibel akut pada laki-laki

maupun perempuan namun hasil pengujian menunjukkan rerata penurunan nyeri

pada perempuan lebih besar daripada laki-laki baik yang diberikan kurkuminoid

maupun yang diberikan ibuprofen.

Hasil tersebut kemungkinan dikarenakan obat-obatan analgesik lebih

efektif pada perempuan daripada laki-laki dalam menurunkan nyeri. Hasil yang

didapat tidak jauh berbeda dengan beberapa penelitian pendahuluan yang

menunjukkan beberapa obat analgesik seperti ibuprofen, tramadol, pentazocine

dan morphine yang terbukti lebih cepat menghambat pembentukan prostaglandin

perempuan daripada laki-laki sehingga nosiseptor perempuan lebih cepat

terhambat dan persepsi nyeri pada korteks serebral perempuan lebih cepat

menurun (Fillingim, Christopher, Margaret, et al., 2009; Ryan,Jureidini, Hodges,

et al., 2008; De Cosmo, Congedo, Lai, et al.,2008; Gordon, Gear, Heller, et al.,

1995; Aubrun,Salvi, Coriat, et al., 2005; Cepeda and Carr, 2003).

Penelitian Gear (1966) menunjukkan pemberian dosis 10mg k-opioid pada

perempuan sudah memberikan efek analgesik dibandingkan dengan laki-laki yang

memerlukan pemberian dosis 20mg k-opiod untuk memberikan efek analgesik.

Sifat farmakokinetik dari obat-obatan analgesik dalam mencapai waktu mulai aksi

lebih cepat waktunya pada perempuan dibandingkan laki-laki. Hal tersebut

didukung oleh penelitian dari Gear (1996) terhadap pasien bedah mulut yang

diberikan pentazocine secara intravena menunjukkan analgesik terhadap pasien

51
52

perempuan lebih cepat mencapai waktu mula aksi dibandingkan analgesik yang

diberikan pada pasien laki-laki. Penemuan ini menunjukkan bahwa jenis kelamin

pasien memberikan kontribusi dalam penurunan persepsi nyeri dan juga sifat

farmakodinamik dan farmakokinetik suatu obat analgesik. (Gear, Miaskowski,

Gordon, et al., 1966).

Hormon estrogen yang cenderung lebih banyak dimiliki wanita juga

memiliki peran penting dalam menurunkan nyeri dimana estrogen ini memodulasi

aktifitas antinosiseftif di beberapa daerah otak sehingga menunjukkan aktifitas

terhadap penurunan rangsang nyeri terjadi lebih besar pada otak perempuan

sehingga penurunan persepsi nyeri di korteks serebral perempuan lebih tinggi

daripada penurunan peresepsi nyeri di korteks serebral laki-laki (Lee and Ho,

2013).

52
53

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: pemberian kapsul

kurkuminoid efektif dalam mengatasi nyeri inflamasi pada pasien pulpitis

ireversibel akut.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diberikan saran sebagai berikut:

1. Pasien yang mengalami pulpitis ireversibel akut maka mengkonsumsi

kapsul kurkuminoid dapat menjadi terapi alternatif untuk mengurangi

nyeri inflamasi

2. Dokter gigi dapat memberikan informasi kepada pasien bahwa kapsul

kurkuminoid dapat digunakan sebagai agen analgetik alternatif untuk

mengatasi nyeri inflamasi pada pulpitis ireversibel akut

3. Peneliti lainnya dapat melakukan penelitian lanjutan tentang penggunaan

bahan alam lain dalam mengatasi nyeri pada pulpitis ireversibel akut

4. Peneliti lainnya dapat melakukan penelitian selanjutnya tentang efektivitas

kurkuminoid pada anak-anak.

53
xvi

DAFTAR PUSTAKA

Aggarwal B.B., Shishodia S. 2006. Molecular targets of dietary agents for


prevention and therapy of cancer. Biochemistry Pharmacology. 71: 1397–
1421.
Aggarwal B.B., Sundaram C., Malani N., Ichikawa H. 2007. Curcumin: the Indian
solid gold. Advances in Experimental Medicine and Biology. 595: 1–75.
Agarwal B.B., Tripathi C.D., Satish S., 2011. Efficacy of turmeric ( curcumin )
in pain and postoperative fatigue after laparoscopic cholecystectomy : a
double-blind , randomized placebo-controlled study. Surgeon Endoscopy.
25(1):3805–3810.
Al R., Nusstein J., Hargreaves K.M. 2006. Local anesthesia in endodontics.
Pathways of the pulp. 9thed. St. Louis, Missouri: Mosby/Elsevier.
Ali S.G. and Mulay S. 2015. Pulpitis: a review. Journal of Dental and Medical
Science. 14(8):92-97.
Anggita, P.S. 2010. Pengaruh status diabetes mellitus terhadap derajat karies gigi.
Jurnal Media Medika Muda. 1:1-9.
Athanassiadis B., Abbot P.V., Walsh L.J. 2007. The use of calcium hydroxide,
antibiotics and biocides as antimicrobial medicaments in endodontics.
Australian Dental Journal. 52(1):64-82.
Aubrun F., Salvi N., Coriat P., Riou B. 2005. Sex- and age-related differences in
morphine requirements for postoperativepain relief. Anesthesiology.
103:156-160.
Bengmark S. 2006. Curcumin, an atoxic antioxidant and natural NF kappa B,
cyclooxigenase-2, lipooxygenase, and inducible nitric oxide syntase
inhibitor: a shield against acute and chronic disease. Journal of
Parenteraland Enteral Nutrition. 30(1):45-51.
Betrand P.M. 2001. Management of Facial Pain. In: Piecuch JF, editor. OMS
Knowledge Update. Rosemont, IL: AAOMS. ANS 77-107.
Bhattacharyya S.,MandalD., Saha B., SenG.S.,Das T., SaG. 2007. Curcumin
prevents tumor-induced Tcell apoptosis through Stat-5amediated Bcl-2
induction. Journal of Biological Chemistry. 282: 15954–15964.
Bruneton J. 1995. Pharmacognosy, phytochemistry, medicinal plants. Paris:
Lavoisier. 1-1136.
Buhrmann C., Mobasheri A., Busch F. 2011. Curcumin modulates nuclear factor
kappaB (NF-kappaB)-mediated inflammation in human tenocytes in

xvi
xvii

vitro: role of the phosphatidylinositol 3-kinase/ Akt pathway. Journal of


Biological Chemistry. 286: 28556–28566.
Cambie R.C., Ash J. 1994. Fijian medicinal plants. CSIRO: Australia.
Carrote, P. 2004. Treatment of endodontic emergencies. British Dental Journal.
197(6):299-305.
Cepeda M.S., Carr D.B. 2003. Women experience more pain and require more
morphine than men to achieve a similar degree of analgesia. Anesthesia
Analgesia. 97:1464-1468.
Chandran B. and Goel A. 2012. A randomized, pilot study to assess the efficacy
and safety of curcumin in patients with active rheumatoid arthritis.
Phytotherapy Research. 26(17):19–25.
Claffey, Elizabeth D.D.S., Reader, Al D.D.S., Nusstein, John D.D.S., et al.
2004. Anesthetic efficacy of articaine for inferior alveolar nerve blocks in
patients with irreversible pulpitis. Journal of Endodontics. 30(8):568-571.
Clutterbuck A.L., Mobasheri A., Shakibaei M., Allaway D., Harris P. 2009.
Interleukin-1beta-induced extracellular matrix degradation and
glycosaminoglycan release is inhibited by curcumin in an explant model of
cartilage inflammation. Annals of the New York Academy Sciences. 1171:
428–435.
Cohen S., Hargreaves K.M., Breman L.H. 2016. Cohen's Pathways of the Pulp.
11th ed. St. Louis: Mosby. 28-719.
Cortela D.C.B., de Souza J.A.L., Virmond M.C.L., Ignotti E. 2015. Inflammatory
mediators of leprosy reactional episodes and dental infections: a
systematic review. Mediators of Inflamation. 1-15.
Csaki C., Mobasheri A., Shakibaei M. 2009. Synergistic chondroprotective effects
of curcumin and resveratrol in human articular chondrocytes: inhibition of
IL-1beta-induced NF-kappaB-mediated inflammation and apoptosis.
Arthritis Research and Therapy. 11: R165.
Dahlan, S.. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Davies N.J.H. and Cashman J.N. 2005. Lee’s synopsis of anesthesia. Oxford:
Butterworth-Heinemann International Editions.
De Cosmo G., Congedo E., Lai C., Primieri P., Dottarelli A., Aceto P. 2008.
Preoperative psychologic and demographic predictors of pain perception
and tramadol consumption using intravenous patient-controlled analgesia.
Clinical Journal of Pain. 24:399-405.
De Leeuw R. and Klasser G.D. 2013. Orofacial Pain: Guidelines for assessment,
diagnosis management. 5th ed. Illinois: Quintessence Publishing Co, Inc.

xvii
xviii

Departemen Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2013).


Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 78-82.
Drobnic F., Riera J., Appendino G., Togni S., Franceschi F., Valle X., et al., 2014.
Reduction of delayed onset muscle soreness by a novel curcumin delivery
system ( Meriva ® ): a randomised , placebo-controlled trial. Journal of
International Society of Sports Nutrition. 11(31):1–10.
Durgaprasad S., Pai C.G., Vasanthkumar, Alvres J.F., Namitha S. 2005. A pilot
study of the antioxidant effects of curcumin in topical pancreatitis. Indian
Journal of Medical Research. 122(3):8-15.
Fillingim R.B., Christopher D.K., Margaret C., Ribeiro D., Bridget R.W., Joseph
L.R. 2009. Sex, gender, and pain: a review of recent clinical and
experimental findings. National Institute of Health. 10(5): 1-64.
Gear R.W., Miaskowski C., Gordon N.C., Paul S.M., Heller P.H., Levine J.D.
1996. Gender difference in analgesic response to the kappa-opioid
pentazocine. Neuroscience Letter. 205:207–9.
Ghazanfar S.A. 1994. Handbook of Arabian medicinal plants. Boca Raton, FL,
CRC Press.
Giuroiu C.L., Caruntu I.D., Lozneanu L., Melian A., Vataman M., Andrian S.
2015. Dental pulp: correspondences and contradiction between clinical and
histological diagnosis. Biomedical Research International. 1(1) 1-7.
Goel A., Aggarwal B.B. 2010. Curcumin, the golden spice from Indian saffron, is
a chemosensitizer and radiosensitizer for tumors and chemoprotector and
radioprotector for normal organs. Nutrition and Cancer. 62: 919–930.
Goel A., Boland C.R., Chauhan D.P. 2001. Specific inhibition of cyclooxygenase-
2 (COX-2) expression by dietary curcumin in HT-29 human colon cancer
cells. Cancer Letters. 172: 111–118.
Goel A., Jhurani S., Aggarwal B.B. 2008a. Multi-targeted therapy by curcumin:
how spicy is it? Molecular Nutrition and Food Research. 52: 1010–1030
Goel A., Kunnumakkara A.B., Aggarwal B.B. 2008b. Curcumin as
‘Curecumin’:from kitchen to clinic. Biochemistry Pharmacology. 75: 787–
809.
Gordon N.C., Gear R.W., Heller P.H., Paul S., Miaskowski C., Levine J.D. 1995.
Enhancement of morphine analgesia by the GABAB agonist baclofen.
Neuroscience. 69:345-349.
Guyton and Hall. 2008. Buku ajar Fisiologi Kedokteran ed. 11. Jakarta: EGC.
Guyton, A.C. 2011. Guyton and Hall textbook of medical physiology.
Philadelphia, PA: Saunders Elsevier.

xviii
xix

Ingle, Navin A., Sischo L., H.L. B., 2010. Oral health related quality of life
inadult population attending the our patient departement of a hospital in
Chenai. Phytotherapy Research. 1(1): 5-10.
Intanonta A. 1986. Treatment of abdominal pain with Curcuma longa L. (Report
submitted to Primary Health Care Office, Ministry of Public Health,
Thailand.
Iwu M.M. 1993. Handbook of African medicinal plants. Boca Raton, FL, CRC
Press: Afrika.
Jung K. and Lim K., 2014. Curcumin, COX-2 , and protein p300 / CBP. Korean
Journal of Pain. 27(4):365–366.
Kapoor L.D. 1990. Handbook of Ayurvedic medicinal plants. Boca Raton, FL,
CRC Press:India.
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Rencana Program Pelayanan Kesehatan Gigi
dan Mulut. Jakarta: Kemeterian Kesehatan RI.
Kim K., Lee E., Park J.K., Lee J.R., Kim J.H., Choi H.J., et al., 2011. Curcumin
attenuates TNF- a -induced expression of intercellular adhesion
molecule-1 , vascular cell adhesion molecule-1 and pro inflammatory
cytokines in human endometriotic stromal cells. Phytotherapy
Research. 26(7):1037–1047.
Kuptniratsaikul V., Dajpratam P., Taechaarporkul W., Montana,
Buntragulpoontawee, Lukkanapichonchut P., et al. 2014. Efficacy and
safety of curcuma domestica extracts compared with ibuprofen in patients
with knee osteoarthritis : a multicenter study. Clinical Intervention in
Aging. 9:451–458.
Kuptniratsaikul, V., Sunee T., Pornsiri C., M.N.S, Luksamee W., Visatu T., 2009.
Efficacy and Safety of Curcuma domestica Extracts in Patients with Knee
Osteoarthritis. Journal of Alternative and Complementary Medicine.
15(8):891–897.
Lee C.W.S. and Ho I.K. 2013. Sex differences in opioid analgesia and addiction:
interactions among opioid receptors andestrogen receptors. Molecular
Pain. 9(45): 1-10.
Lin J.J., Du Y., Cai W.K., Kuang R., Chang T., Zhang Z., et al. 2015. Toll-
likereceptor 4 signaling inneurons of trigeminal ganglion contributest
nociception induced by acute pulpitis in rats. Scientific Reports.
5(12549):1-14.
Masuda T. 1993. Anti-oxidative and anti-inflammatory curcumin-related
phenolics from rhizomes of Curcuma domestica. Phytochemistry.
32:1557–1560.

xix
xx

Maulina T., Erwan A.F., Anita S.E.S.. 2016. Nyeri Orofasial pada Praktek
Kedokteran Gigi: Klasifikasi, Diagnosis, dan Terapi. Leutika Prio. 7-41.
McDougal, D.D.S., M.S.; E. Olutayo D., D.D.S., M.S., Dip. A.B.O.M.R.; Dan
Caplan, et al. 2004. Success of an alternative for interim management
of irreversible pulpitis. American Dental Assosiation. 135:1707-1712.
Merskey H.M. and Bogduk N.K., editors. 2002. Clasification of Chronic Pain:
Descriptions Chronic Pain Syndromes and Definitions Of Pain Terms. 2nd
ed. Seattle: IASP Press.
Morgan G.E., Mikhali M.S., Murray M.J. 2006. Clinical Anesthesiology. New
York: Mc Grow Hill.Niazi, Priyanka Poonia, Vikas Gupta, Narinderpal
Kaur. 2010.Pharmacotherapeutics of curcuma longa-a potent patent.
International Journal Of PharmaProfessional’s Research. 1: 24-30.
Okeson, J.P. 2005. Bell's Orofacial Pains: The Clinical Management of Orfacial
Pain. Michigan: Quetessence Publishing Company.
Panahi, Rahimnia & Sharafi, 2014. Curcuminoid Treatment for Knee
Osteoarthritis : Trial. Phytotheraphy Research. 28:1625-1631.
Potter A. and Perry A.G. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:Konsep,
Proses, Dan Praktik. Edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC.
Pozzi A. and Galleli L. 2011. Pain management for dentist: the role of ibuprofen.
Annali. 2(3):3-24.
Radeva, Elka. 2008. Emergency treatment of irreversibel pulpitis. Journal of
International Medical Association of Bulgaria. 1(1): 3-4.
Ratmini N.K., Arifin. 2011. Hubungan kesehatan mulut dengan kualitas hidup
lansia. Jurnal Ilmu Gizi. 2(2): 140-5.
Rechenberg D.K., Ulrike, Burgstaller J.M., Bosch G., Attin T. 2016. Pain levels
and typical symptoms of acute endodontic infections: a prospective,
observational study. Biomedical Central Oral Health. 16(61):2-8.
Renton, T. 2011. Dental (odontogenic) pain. London: King’s College London
Dental Institute. 5(1):2-7.
Reuter S., Gupta S.C., Park B., Goel A., Aggarwal B.B. 2011. Epigenetic changes
induced by curcumin and other natural compounds. Genes Nutrition. 6:
93–108.
Ryan J.L., Jureidini B., Hodges J.S., Baisden M., Swift J.Q., Bowles W.R. 2008.
Gender differences in analgesia for endodontic pain. Journal of
Endodontic. 34:552-556.
Ryan J.L., Heckler C.E., Ling M., et al. 2013. Curcumin for radiation dermatitis:
A randomized, double-blind, placebo-controlled clinical trial of thirty

xx
xxi

breas cancer patients. Radiation Research. 180:34-43.


Sahebkar, A. and Henrotin, Y., 2015. Analgesic efficacy and safety of
curcuminoids in clinical practice : a systematic review and meta-analysis
of randomized controlled trials. Pain Medicine. 1–11.
Seetharam K.A., Pasricha J.S. 1987. Condiments and contact dermatitis of the
finger-tips. Indian journal of dermatology, venereology and leprology.
53:325–328.
Scapagnini G., Sonya V., Nader A.G., Calogero C., Zella D., Fabio G. 2011.
Modulation of Nrf2/ARE pathway by food polyphenols: a nutritional
neuroprotective strategy for cognitive and neurodegenerative disorders.
Molecular Neurobiology. 44: 192–201.
Scully, C. 2008. Oral and Maxillofacial Medicine. The Basis of Diagnosis and
Treatment. Edinburg: Churchill Livingstone Elsevier.
Shakibaei M., John T., Schulze-Tanzil G., Lehmann I., Mobasheri A. 2007.
Suppression of NF-kappaB activation by curcumin leads to inhibition of
expression of cyclo-oxygenase-2 and matrix metalloproteinase-9 in human
articular chondrocytes: Implications for the treatment of osteoarthritis.
Biochemistry Pharmacology. 73: 1434–1445.
Shankar S., Srivastava R.K. 2007. Bax and Bak genes are essential for maximum
apoptotic response by curcumin, a polyphenolic compound and cancer
chemopreventive agent derived from turmeric, Curcuma longa.
Carcinogenesis 28: 1277–1286.
Shishodia S., Chaturvedi M.M., Aggarwal B.B. 2007. Role of curcumin in cancer
therapy. Current Problem in Cancer 31: 243–305.
Smeltzer, S.C. 2008. Keperawatan Medikal Bedah dan Suddart. Edisi 8. Vol 2.
Jakarta: Buku Kedokteran.
Tegeder I., Niederberger E., Vetter G., Brautigam L., Geisslinger G. 2001. Effects
of selective COX-1 and -2 inhibition on formalin evoked nociceptive
behaviour and prostaglandin E(2) release in the spinal cord. Journal of
Neurochemistry. 79:776-86.
Thamlikitkul V. 1989. Randomized double blind study of Curcuma domestica
Val. for dyspepsia. Journal of the Medical Association of Thailand, 1989,
72:613–620.
The National Initiative on Pain Control™ (NIPC™). Pain Assesment Scale.
Diakses pada tanggal 5 Maret 2017 pukul 21.22 wib dari
https://www.painedu.org/Downloads/NIPC/Pain_Assessment_Scales.pdf.
Torabinejad M., Walton R.E., Fouad Ashraf F. 2015. Principles and Practice of
Endodontics. 5th ed. Philadelphia:W.B.Saunders. 48-169.

xxi
xxii

World Health Organization Geneva. 1999. WHO monograps on selected


medicinal plants. WHO Library Cataloguing in Publication Data. Vol 1:
115-125.
Wu D. Pain management [Internet]. c2012 [updated 2012 May 1; cited 2014
Feb17].Availablefrom:http://www.fastbleep.com/medical- notes/other/
15/31/511.
Yegnanarayan R., Saraf A.P., Balwani J.H. Comparison of antiinflammatory
activityof various extracts of Curcuma longa (Linn). Indian journal of
medical research, 1976, 64:601–608.
Y.-S. K., K.-S. M., S.-I. L., S.-J. S., K.-S. S., and E.-C. 2010.
Effectproinflammatory cytokines on the expressionand regulation of
human beta-defensin 2 in human dental pulp cells. Journal of Endodontics.
36(1):64–69.
Zanjani T.M., Ameli H., Labibi F., Sedaghat K., Sabetkasaei M. 2014. The
attenuation of pain behavior and serum COX-2 concentration by curcumin
in a rat model of neuropathic pain. Korean Journal of Pain. 27(3):246–
252.

xxii
xxiii
Lampiran 1. Surat Pengajuan Judul Skripsi

53
54
55

Lampiran 2. Surat Penunjukkan Pembimbing Skripsi


56

Lampiran 3. Surat Penugasan Bimbingan Skripsi


57

Lampiran 4. Surat Pengajuan Etik


58

Lampiran 5. Surat Pembebasan Etik


59

Lampiran 6. Surat Permohonan Izin Penelitian di IGD RSGM FKG Unpad


60

Lampiran 7. Surat Balasan Izin Penelitian di IGD RSGM FKG Unpad


61

Lampiran 8. Informasi
INFORMASI

“Efektifitas Pemberian Sediaan Kurkuminoid terhadap Rasa Nyeri

Inflamasi pada Pasien Pulpitis Ireversibel Akut”

Peneliti mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Unpad/Rumah Sakit Gigi dan

Mulut Universitas Padjadjaran Bandung, sedang melakukan penelitian untuk

mengetahui efektifitas pemberian sediaan kurkuminoid terhadap rasa nyeri

inflamasi pada pasien pulpitis ireversibel akut.

Tujuan:

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pemberian kurkuminoid

terhadap rasa nyeri inflamasi pada pasien dengan pulpitis ireversibel akut.

Mengapa Anda terpilih:

Bapak/Ibu terpilih karena merupakan kelompok usia 18 tahun keatas di Instalasi

Gawat Darurat Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Padjadjaran

Kurkuminoid merupakan bahan aktif yang terkandung di dalam kunyit. Pada

penelitian terbaru telah terbukti dapat membantu mengurangi rasa nyeri dan

inflamasi secara signifikan.

Tata Cara/Prosedur:

Bila Bapak/Ibu bersedia untuk ikut serta, peneliti akan memberi lembar informed

consent untuk diisi dan ditandatangani.

Kelompok pertama/ kontrol:


62

1. Bapak/Ibu selanjutnya akan menerima prosedur perawatan standar pasien

pulpitis ireversibel akut di Instalasi gawat darurat RSGM Unpad yaitu

pemberian sedative dressing berupa aplikasi klorheksidin gel 2% dan

diberikan obat pereda nyeri Ibuprofen 400 mg diminum 3x sehari selama 1

hari.

2. Selanjutnya Bapak/Ibu akan dievaluasi kuantitas rasa nyeri nya sebanyak

3x tiap 1 jam setelah minum obat selama 1 hari pasca perawatan standar.

Kelompok kedua/ perlakuan:

1. Bapak/Ibu selanjutnya akan menerima prosedur perawatan standar pasien

pulpitis ireversibel akut di Instalasi gawat darurat RSGM Unpad yaitu

pemberian sedative dressing berupa aplikasi klorheksidin gel 2% dan

diberikan obat pereda nyeri Kurkuminoid 100mg diminum 3x sehari 2

kapsul selama 1 hari.

2. Selanjutnya Bapak/Ibu akan dievaluasi kuantitas rasa nyeri nya sebanyak

3x tiap 2 jam setelah

Risiko dan ketidaknyamanan:

Diharapkan tidak ada resiko atau sefek samping dari penelitian ini mengingat

kurkuminoid merupakan bahan alam yang telah terbukti aman dalam beberapa

penelitian. Ibuprofen dan klorheksidin pun merupakan obat standar yang umum

digunakan pada pasien pulpitis ireversibel akut. Namun apabila Bapak/Ibu

memiliki alergi terhadap kurkuminoid, klorheksidin atau ibuprofen timbulnya

reaksi alergi dapat dicegah dengan menanyakan riwayat alergi Bapak/Ibu sebelum

penelitian dimulai. Apabila ternyata Bapak/Ibu memiliki riwayat alergi tanpa


63

sepengetahuan Bapak/Ibu, maka reaksi alergi yang timbul dapat diatasi dengan

menggunakan obat anti alergi

Manfaat:

Manfaat praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

alternatif dalam penatalaksanaan pulpitis ireversibel akut dengan menggunakan

bahan alam

Manfaat teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan landasan ilmiah

dalam penatalaksanaan nyeri pulpitis ireversibel akut dengan menggunakan bahan

alam

Manfaat langsung dapat memberikan pengetahuan baru dan memberikan

pelayanan kesehatan dalam penanganan nyeri akut Bapak/Ibu

Prosedur alternatif:

Nyeri sebagai akibat pulpitis ireversibel akut dapat diatasi dengan menggunakan

obat analgesik seperti ibuprofen

Kerahasiaan data:

Selama anda ikut dalam penelitian ini, setiap informasi dan data penelitian ini

akan diperlakukan secara rahasia sehingga tidak memungkinkan untuk diketahui

oleh orang lain.

Perkiraan jumlah subyek yang akan diikut sertakan


64

Sembilan puluh orang yang didiagnosis pulpitis ireversibel akut berusia diatas 18

tahun dan memenuhi kriteria inklusi akan diikutsertakan dalam penelitian ini.

Kesukarelaan:

Keikut sertaan ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela disertai tanggung jawab

sampai selesainya penelitian ini.

Subyek dapat dikeluarkan/mengundurkan diri dari penelitian:

Bapak/Ibu bebas menolak ikut dalam penelitian ini. Bila Bapak/Ibu telah

memutuskan untuk ikut serta, Bapak/Ibu juga dapat mengundurkan diri tanpa

menyebabkan berubahnya kualitas pelayanan dokter bila dalam keadaan sakit.

Namun bila Bapak/Ibu tidak mengikuti dan memenuhi prosedur yang diberikan

oleh peneliti, keikutsertaan anda dalam penelitian ini akan berakhir.

Kemungkinan timbulnya biaya bari perusahaan asuransi kesehatan: Tidak

Penyulit dan kompensasi:

Tidak akan ada penyulit dalam penelitian ini. Namun apabila terjadi keadaan

darurat yang merupakan akibat langsung dan segera dari penelitian ini seperti

misalnya reaksi alergi, maka Bapak/Ibu akan diberikan pertolongan pertama

sesuai dengan prosedur keselamatan yang berlaku. Tidak diberikan kompensasi

namun diberikan tanda terimakasih berupa sikat gigi.

Pertanyaan:

Jika ada pertanyaan sehubungan dengan penelitian ini maka dapat ditanyakan

langsung kepada R. Dewi Nugrahani H. (no telp : 082311120217)


65

PSP untuk orang dewasa

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN (PSP)


UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)

Saya telah membaca atau memperoleh penjelasan, sepenuhnya menyadari,

mengerti, dan memahami tentang tujuan, manfaat, dan risiko yang mungkin

timbul dalam penelitian, serta telah diberi kesempatan untuk bertanya dan telah

dijawab dengan memuaskan, juga sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri dari

keikut sertaannya, maka saya setuju/tidak setuju*) ikut dalam penelitian ini,

yang berjudul:

Efektifitas Pemberian Sediaan Kurkuminoid terhadap Rasa Nyeri Inflamasi

pada Pasien Pulpitis Ireversibel Akut

Saya dengan sukarela memilih untuk ikut serta dalam penelitian ini tanpa

tekanan/paksaan siapapun. Saya akan diberikan salinan lembar penjelasan dan

formulir persetujuan yang telah saya tandatangani untuk arsip saya.

Saya setuju:

Ya/Tidak*)

Tgl.: Tanda tangan (bila tidak


bisa dapat digunakan
cap jempol)
Nama Peserta:
Usia:
Alamat:
Nama Peneliti:

Nama Saksi:

*) coret yang tidak perlu


66

Lampiran 9. Hasi Numeric Rating Scale Pasien Kurkuminoid

Kelompok Perlakuan (Kurkuminoid)


Nomor Nama JK Usia T0 T1 T2 T3
1 Je P 30 6 4 2 1
2 Ce L 34 7 7 6 3
3 An L 23 7 5 4 1
4 Ne P 22 6 4 2 1
5 Ri L 18 8 5 4 2
6 Ry L 23 8 7 5 4
7 De P 45 10 7 6 4
8 Ra P 22 10 5 3 2
9 Ta P 19 10 6 5 0
10 Ja L 37 10 8 6 5
11 No P 30 8 4 3 2
12 Re L 27 9 7 5 2
13 Dea P 21 10 9 7 3
14 Ih L 37 6 4 2 1
15 DS P 49 8 6 3 1
16 Hi P 20 10 8 5 1
17 Ha L 18 7 3 2 1
18 Ne P 43 7 5 2 1
19 Ah L 25 6 4 3 2
20 Sa L 32 10 5 3 1
21 Ec P 25 8 6 3 2
22 Sya L 28 8 4 2 0
23 Fa L 23 7 6 5 4
24 Ja P 19 6 4 1 0
25 Ta L 31 8 4 3 2
26 Ja P 22 7 5 3 2
27 Fu L 70 8 7 3 1
28 Del P 22 8 5 3 0
29 Al L 18 6 2 1 0
30 Dw L 21 8 6 5 3
31 Am L 22 9 5 2 1
32 R. D P 23 9 4 2 0
67

Lampiran 10. Hasi Numeric Rating Scale Pasien Ibuprofen

Kelompok Kontrol (Ibuprofen)


Nomor Nama JK Usia T0 T1 T2 T3
1 Su L 57 6 6 5 4
2 Te P 52 7 5 3 0
3 To L 30 7 6 5 4
4 Wa L 28 7 6 5 3
5 Za L 28 7 7 5 4
6 Fi P 18 6 4 2 0
7 Ab L 22 9 6 5 4
8 Sa L 30 10 8 4 2
9 Se P 32 9 7 5 4
10 El P 21 6 3 1 0
11 Bi L 18 6 4 3 2
12 Aly P 24 9 7 5 4
13 Ha L 18 7 5 3 2
14 An P 42 10 8 5 2
15 Sh P 19 9 7 3 2
16 Vi P 22 10 9 7 5
17 Ar L 22 9 7 6 4
18 A L 22 6 5 4 3
19 Go L 22 9 8 6 5
20 Ri L 39 9 7 5 4
21 En L 60 8 6 5 4
22 De P 62 6 3 1 0
23 He L 60 8 7 5 4
24 Ari L 38 7 5 4 3
25 Haf L 40 6 4 3 2
26 Li P 38 6 5 3 2
27 De P 38 7 4 3 2
28 Han P 23 6 5 4 3
29 Sy P 22 6 4 4 3
30 Dif L 29 10 9 8 7
31 M.ka L 24 9 6 5 4
32 Za P 18 7 6 5 4
68

Lampiran 11. Hasil Uji Statistik

Uji Normalitas
(T1- (T2- (T3- (T1- (T2- (T3-
To)Kur T1)Kur T2)Kur To)Ibu T1)Ibu T2)Ibu
count 32 32 32 32 32 32
mean -2.63 -1.88 -1.81 -1.72 -1.63 -1.28
sample variance 1.73 0.69 1.19 0.66 0.76 0.34
sample standard deviation 1.31 0.83 1.09 0.81 0.87 0.58
minimum -5 -4 -5 -3 -4 -3
maximum 0 -1 -1 0 0 -1
range 5 3 4 3 4 2
sum -84.00 -60.00 -58.00 -55.00 -52.00 -41.00
sum of squares 274.00 134.00 142.00 115.00 108.00 63.00
deviation sum of squares
(SSX) 53.50 21.50 36.88 20.47 23.50 10.47

population variance 1.67 0.67 1.15 0.64 0.73 0.33


population standard deviation 1.29 0.82 1.07 0.80 0.86 0.57

standard error of the mean 0.23 0.15 0.19 0.14 0.15 0.10

confidence interval, 95%


lower -3.10 -2.18 -2.21 -2.01 -1.94 -1.49
confidence interval, 95%
upper -2.15 -1.57 -1.42 -1.43 -1.31 -1.07
confidence interval, 99%
lower -3.26 -2.28 -2.34 -2.11 -2.05 -1.56
confidence interval, 99%
upper -1.99 -1.47 -1.28 -1.32 -1.20 -1.00

skewness -0.30 -0.60 -1.35 0.19 -1.15 -2.01


kurtosis -0.71 -0.30 1.24 -0.29 1.91 3.19
coefficient of variation (CV) -50.05% -44.42% -60.17% -47.28% -53.58% -45.36%

1st quartile -4.00 -2.00 -2.00 -2.00 -2.00 -1.00


median -2.00 -2.00 -1.00 -2.00 -1.50 -1.00
3rd quaritle -2.00 -1.00 -1.00 -1.00 -1.00 -1.00
interquartile range 2.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.00
mode -2.00 -2.00 -1.00 -2.00 -1.00 -1.00

low extremes 0 0 0 0 0 0
low outliers 0 1 3 0 2 0
high outliers 0 0 0 0 0 0
69

high extremes 0 0 0 0 0 0

minimum interval width 0.71 0.36 0.36 0.43 0.5 0.29


maximum interval width 1.25 0.63 0.63 0.75 0.88 0.5

normal curve GOF


p-value 1.47E-06 7.96E-08 2.05E-09 1.65E-07 1.71E-09 2.52E-20
chi-square(df=3) 29.88 35.88 43.38 34.38 43.75 94.38
E 5.33 5.33 5.33 5.33 5.33 5.33
O(-0.97) 10 7 7 5 3 7
O(-0.43) 0 0 0 0 0 0
O(+0.00) 3 13 8 15 13 0
O(+0.43) 0 0 0 0 0 0
O(+0.97) 14 0 17 10 15 25
O(inf.) 5 12 0 2 1 0

(T1-To)Kur

-6 -5 -4 -3 -2 -1 0

(T2-T1)Kur

-6 -5 -4 -3 -2 -1 0

(T3-T2)Kur

-6 -5 -4 -3 -2 -1 0
70

(T1-To)Ibu

-3.5 -3 -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0

(T2-T1)Ibu

-6 -5 -4 -3 -2 -1 0

(T3-T2)Ibu

-3.5 -3 -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0

Uji Kurkuminoid

Friedman Test

Sum of Ranks Avg. Rank


127.50 3.98 T0
96.50 3.02 T1
64.00 2.00 T2
32.00 1.00 T3
320.00 2.50 Total

32 n
95.708 chi-square (corrected for ties)
3 d.f.
1.30E-20 p-value
71

Wilcoxon Test L+P Kurkuminoid

Rata2 -2.625 -1.875 -1.8125


Std 1.313699529 0.832796 1.090649
n 32 32 32
t hitung -11.303378 -12.7361 -9.40087
p value 1.58905E-12 7.43E-14 1.37E-10
Ket Berbeda Berbeda Berbeda

Wilcoxon Test L Kurkuminoid


Rata2 -2.52941176 -1.64706 -1.64706
Std 1.419403354 0.86177 0.785905
n 17 17 17
t hitung -7.34747586 -7.88029 -8.64099
p value 1.64232E-06 6.74E-07 2.01E-07
Ket Berbeda Berbeda Berbeda

Wilcoxon Test P Kurkuminoid


Rata2 -2.73333333 -2.13333 -2
Std 1.222799287 0.743223 1.36277
n 15 15 15
t hitung -8.65731163 -11.1169 -5.68399
p value 1.96186E-07 6.18E-09 3.39E-05
Ket Berbeda Berbeda Berbeda

Uji Ibuprofen

Friedman Test

Sum of Ranks Avg. Rank


127.00 3.97 T0
96.50 3.02 T1
64.50 2.02 T2
32.00 1.00 T3
320.00 2.50 Total

32 n
95.120 chi-square (corrected for ties)
3 d.f.
1.74E-20 p-value
72

Wilcoxon Test L+P Ibuprofen

Rata2 -1.71875 -1.625 -1.28125


Std 0.812578 0.870669 0.581121
n 32 32 32
t hitung -11.3034 -11.3034 -11.3034
p value 1.59E-12 1.59E-12 1.59E-12
Ket Berbeda Berbeda Berbeda

Wilcoxon Test L Ibuprofen

Rata2 -1.55556 -1.44444 -1.16667


Std 0.855585 0.783823 0.383482
n 18 18 18
t hitung -7.71362 -7.81842 -12.9074
p value 8.87E-07 7.46E-07 7.11E-10
Ket Berbeda Berbeda Berbeda

Wilcoxon Test P Ibuprofen

Rata2 -1.92857 -1.85714 -1.42857


Std 0.730046 0.949262 0.755929
n 14 14 14
t hitung -9.88438 -7.3202 -7.07107
p value 3.23E-08 1.72E-06 2.65E-06
Ket Berbeda Berbeda Berbeda

Uji Kurkuminoid VS Ibuprofen


Mann-Whitney

Hypothesis Test: Independent Groups L+P

(T3-T2)Kur (T3-T2)Ibu
-1.813 -1.281 mean
1.091 0.581 std. dev.
32 32 n

62 df
-0.531 difference ((T3-T2)Kur - (T3-T2)Ibu)
0.764 pooled variance
0.218 standard error of difference
0.000 hypothesized difference
73

-2.43 t
.0090 p-value (one-tailed)
.0179 p-value (two-tailed)

Hypothesis Test: Independent Groups Laki-laki

(T3-T2)Kur (T3-T2)Ibu
-1.647 -1.167 mean
0.786 0.383 std. dev.
17 18 n

33 df
-0.480 difference ((T3-T2)Kur - (T3-T2)Ibu)
0.375 pooled variance
0.207 standard error of difference
0.000 hypothesized difference

-2.32 t
.0134 p-value (one-tailed)
.0267 p-value (two-tailed)

Hypothesis Test: Independent Groups P

(T3-T2)Kur (T3-T2)Ibu
-2.000 -1.429 mean
1.363 0.756 std. dev.
15 14 n

27 df
-0.571 difference ((T3-T2)Kur - (T3-T2)Ibu)
1.238 pooled variance
0.413 standard error of difference
0.000 hypothesized difference

-1.38 t
.0892 p-value (one-tailed)
.1783 p-value (two-tailed)
74

RIWAYAT PENDIDIKAN

P enulis dilahirkan di Majalengka pada tanggal 13 Februari 1995.

Pada tahun 2000-2001, penulis mengikuti pendidikan di Taman Kanak-

kanak 1 Budi Asih,Kabupaten Majalengka.

Pada tahun 2001-2007, penulis mengikuti pendidikan di Sekolah Dasar

Negeri 4Majalengka Kabupaten Majalengka.

Pada tahun 2007-2010, penulis mengikuti pendidikan di Sekolah Menegah

Pertama Negeri 1 Majalengka, Kabupaten Majalengka.

Pada tahun 2010-2013, penulis mengikuti pendidikan di Sekolah Menengah

Atas Negeri 1 Majalengka, Kabupaten Majalengka.

Pada tahun 2013-sekarang, penulis mengikuti pendidikan di Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung.

Anda mungkin juga menyukai