SKRIPSI
R. DEWI NUGRAHANI H.
NPM 160110130002
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2017
JUDUL :EFEKTIFITAS PEMBERIAN SEDIAAN KURKUMINOID
Pembimbing Pendamping,
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi
serta dorongan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini akhirnya dapat
kepada:
1. Dr. Nina Djustiana, drg., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran
3. Prof. Dr. drg. Harmas Yazid Yusuf, Sp.BM (K), selaku Kepala
penyusunan skripsi.
5. drg. Anna Muryani, Sp. KG., selaku dosen pembimbing pendamping yang
6. drg. Dudi Aripin, Sp. KG, selaku dosen wali yang telah memberikan
7. drg Ame Suciati Setiawan, M.Si, drg. Eka Chemiawan, M.Kes., dan drg.
Ervin Rizali, M.Kes., selaku penguji yang telah memberikan kritik dan
saran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik
8. Seluruh staf dosen dan pengajar di dalam dan diluar Fakultas Kedokteran
administrasi skripsi.
10. Kedua orang tua sebagai motivasi penulis, R. Hermana dan N. Nuryanti
serta Paman dan Tante penulis, Enan Suratman dan Dede Sumiati, Kakak-
Kakak tersayang Lita Dwi Marlika dan Dena Farina yang tidak hentinya
skripsi ini.
11. Muhammad Amril Syahbagja, yang telah menemani di kala suka dan duka
hidup.
12. Teh Mia, A. Ryo, Teh Hesti seluruh staf perawat Instalasi Gawat Darurat
dan seluruh staf dokter jaga Instalasi Gawat Darurat RSGM FKG UNPAD
vi
13. Teman-teman luar biasa Dela, Seniyah, Anisa Kelompok Tutorial 1, serta
Semoga Tuhan membalas segala amal baik dari semua pihak yang telah
membantu penulis. Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis berharap
semoga skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat dan pembaca khususnya bagi
Penulis
Efektifitas Pemberian Sediaan Kurkuminoid Dalam Mengatasi Rasa Nyeri
Inflamasi Pada Pasien Pulpitis Ireversibel Akut – R. Dewi Nugrahani H. --
160110130002
ABSTRAK
vii
The efficacy of curcuminoid intreating inflamation pain due to acute
irreversible pulpitis – R. Dewi Nugrahani H. -- 160110130002
ABSTRACT
viii
ix
DAFTAR ISI
4.1.5 Uji Perbandingan Skor Nyeri pada Pasien yang Meminum Kapsul
4.1.6 Uji Perbandingan Skor Nyeri pada Pasien yang Meminum Kapsul
4.1.7 Uji Rerata Penurunan Skor Nyeri Antar Kelompok Jenis Kelamin
No Judul Halaman
4.2 Tabel Hasil Uji Perbedaan Skor Nyeri pada Kelompok Kurkuminoid ......... 41
4.3 Tabel Hasil Uji Perbedaan Skor Nyeri pada Kelompok Ibuprofen............... 42
4.3 Tabel Hasil Uji Perbedaan Skor Nyeri pada Kurkuminoid dan Ibuprofen ... 43
4.4 Tabel Hasil Uji Skor Nyeri Laki-Laki dan Perempuan Kurkuminoid .......... 44
4.5 Tabel Hasil Uji Skor Nyeri Laki-Laki dan Perempuan Kelompok Ibuprofen 45
4.8 Tabel Hasil Uji Perbedaan Skor Nyeri Laki-Laki dan Perempuan Kelompok
xii
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
xiii
DAFTAR DIAGRAM
No Judul Halaman
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
8 Informasi .................................................................................................... 61
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit jaringan gigi dan mulut yang sering terjadi di masyarakat adalah
penyakit jaringan pulpa. Profil Data Kesehatan Indonesia (PDKI) tahun 2011,
pada pasien rawat jalan di rumah sakit umum di seluruh Indonesia. Penyakit
jaringan pulpa sering dikeluhkan oleh pasien adalah pulpitis ireversibel akut.
Penelitian yang dilakukan oleh Rechenberg, Ulrike, Burgstaller, et al. (2016) pada
368 pasien yang mengalami sakit gigi akut, diketahui bahwa 221 pasien
mengalami nyeri gigi akut akibat infeksi jaringan pulpa, sebanyak 70 pasien
Pulpitis ireversibel akut memiliki gejala yang sangat spesifik, yaitu rasa
sakit yang spontan serta menetapnya rasa sakit meskipun penyebab telah
keluhan pulpitis ireversibel akut mengalami rasa sakit hebat serta gangguan fungsi
Intensitas nyeri hebat yang dirasakan oleh pasien pulpitis ireversibel akut
1
2
penggunaan analgetik berbahan baku kimia di dalam mengatasi nyeri pada pasien
dilakukan pada saat ini mulai mengevaluasi efektivitas bahan alam di dalam
kurkuminoid telah dibuktikan dalam beberapa kondisi nyeri seperti nyeri pasca
tidak bisa berubah menjadi prostaglandin dan mengurangi nyeri yang dialami oleh
pasien (Zanjani, Ameli, Labibi, et al., 2014; Sahebkar dan Henrotin 2015).
2
3
bahwa terdapat pengurangan rasa sakit secara signifikan. Dosis yang bervariasi
keamanan kurkuminoid sebagai bahan alam serta tingginya tingkat toleransi dan
efektifitas kurkuminoid dalam mengurangi rasa nyeri (Chandran dan Goel, 2012;
potensi analgesik dan antiinflamasi yang efektif dalam mengurangi rasa nyeri.
ireversibel akut sampai saat ini belum ditemukan, sehingga penulis tertarik untuk
3
4
Penyakit jaringan pulpa adalah penyakit jaringan gigi dan mulut yang
jaringan pulpa merupakan suatu penyakit gigi yang merupakan masalah utama
dalam kesehatan gigi dan mulut. Pulpitis ireversibel akut adalah penyakit jaringan
kasus nya atau sebesar 37,26% merupakan kasus pulpitis ireversibel akut
rasa nyeri spontan, berlangsung beberapa menit hingga beberapa jam, rasa nyeri
4
5
sulit terlokalisasi, stimuli (dingin, panas) dapat memperpanjang rasa nyeri. Pasien
dengan pulpitis ireversibel akut merasakan sakit yang sangat hebat hingga
menurunkan kualitas hidup. Penelitian yang dilakukan oleh Ingle, Navin, Sischo,
sebagai akibat dari karies yang tidak ditangani sejak dini, memiliki penurunan
kualitas hidup (Carotte, 2004; Ingle, Navin, Sischo, et al., 2010; Cohen,
pula oleh faktor kerusakan jaringan yang terdiri dari pelepasan substansi-substansi
menyebabkan inflamasi lokal dan berakibat pada timbulnya rasa nyeri (Y.-S., K.-
S., S.-I., et al., 2010; Renton, 2011; Cortela, de Souza, Virmond, et al., 2015; Lin,
Inflamasi dan rasa nyeri dari pulpitis ireversibel akut dapat diatasi dengan
obat-obatan anti inflamasi maupun analgetik yang berasal dari bahan kimia seperti
ibuprofen 400-600mg (Pozzi dan Galleli, 2011). Penggunaan bahan alam dengan
efek samping minimalis saat ini merupakan topik kajian yang layak untuk
5
6
dievaluasi potensinya. Bahan alam yang dipercaya efektif dalam mengatasi rasa
merupakan bahan alam dengan efek samping minimalis. Efek samping minimalis
yang mungkin ditunjukkan oleh kurkuminoid berupa sakit perut, dyspepsia, mual,
2015).
penurunan deteksi nyeri dari nosiseptor pada sistem trigeminal sehingga presepsi
nyeri pada korteks cerebral terhambat (Tegeder, Niederberger, Vetter, et al., 2001;
Zanjani, Ameli, Labibi, et al., 2014; Jung dan Lim 2014). Berdasarkan penjelasan
kurkuminoid efektif di dalam mengatasi rasa nyeri pada pasien pulpitis ireversibel
akut. Rangkuman kerangka pemikiran terlihat di dalam Diagram 1.1 di bawah ini:
6
7
Trial (RCT) atau Uji Acak Terkontrol dengan tehnik single blind.
bertempat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Gigi dan Mulut
7
8
BAB I I
TINJAUAN PUSTAKA
dihubungkan dengan kerusakan jaringan yang telah atau akan terjadi atau
dan motorik pada sistem nervus trigeminal. Nyeri orofasial dapat juga
didefinisikan sebagai nyeri yang terjadi pada jaringan lunak dan keras di area
kepala, wajah dan leher. Nyeri Inflamasi adalah nyeri yang terjadi karena adanya
proses inflamasi atau kerusakan jaringan. (Scully, 2008; Leew, 2008; Bertrand,
penyebab utama, durasi nyeri orofasial, maupun lokasi nyeri orofasial. Untuk
lokasi nyeri orofasial, keluhan nyeri orofasial dapat berasal dari beberapa lokasi di
wajah antara lain keluhan karena adanya kerusakan pada gigi adanya trauma pada
wajah ataupun nyeri yang dihasilkan karena adanya kanker rongga mulut.
8
9
nyeri orofasial akut dan nyeri orofasial kronis. Nyeri orofasial akut adalah nyeri
yang dirasakan kurang dari enam bulan sedangkan nyeri orofasial kronis adalah
nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan (Maulina, Erwan, Anita, 2016).
Serebrospinal
Pada klasifikasi nomor tiga IASP nyeri lesi pada telinga hidung dan rongga
1. Sinusitis Maksilaris
5. Odontalgia: Nyeri gigi 4. Nyeri gigi tidak terkait lesi (Odontalgia Atipikal)
8. Dry Socket
9
10
Anita (2016):
1. Kualitas Nyeri
dan tumpul. Berbagai jenis kualitas nyeri dapat dilihat pada tabel berikut:
10
11
orofasial dapat bersifat intermitten (nyeri timbul namun terdapat periode dimana
nyeri hilang sama sekali dan pasien merasakan periode bebas nyeri sebelum
akhirnya kembali terasa oleh pasien) dan kontinyu (nyeri timbul dan terus
dengan kata sesaat), beberapa menit hingga beberapa jam (dideskripsikan dengan
kata lama), dan nyeri yang berlangsung dari satu hingga ke hari berikutnya
jelas), difus (apabila lokasi nyeri terasa samar), menyebar (apabila nyeri berubah
nyeri berubah secara bertahap), meluas (apabila nyeri melibatkan struktur anatomi
di sekitarnya dan berpindah (apabila nyeri berpindah dari satu lokasi ke lokasi
lainnya.
11
12
1. Usia
2. Jenis kelamin
nyeri yang lebih besar dari laki-laki namun pendapat lain mengatakan
3. Kecemasan
perasaan ansietas.
Individu yang mengalami pengalaman buruk dengan nyeri akan lebih takut
12
13
mata
Nosiseptor terdapat di kulit dan jaringan lain yang merupakan ujung saraf bebas.
Reseptor ini tersebar pada permukaan superficial kulit dan jaringan dalam tertentu
(Guyton, 2011).
Sensasi nyeri dari struktur intraoal dan ekstra oral dari kepala dan wajah
dilakukan oleh sistem saraf pusat dan sistem trigeminal. Sistem trigeminal
mengacu pada susunan kompleks dari serat transmisi saraf, interneuron dan
koneksi sinaptik yang memroses infrmasi yang masuk dari tiga divisi daraf
13
14
trigeminal. Saraf trigeminal adalah bagian dari SSP yang mengandung serat
yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi. Keempat poses tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut: (Guyton and Hall, 2008; Potter and Perry, 2006)
1. Proses transduksi
Rangsang noksius dapat berasal dari bahan kimia, seperti yang terjadi pada
juga diartikan sebagai pengubahan berbagai stimuli oleh reseptor menjadi impuls
2. Proses transmisi
disalurkan sebagai neuron ketiga sensorik pada area somatik primer di korteks
serebri.
3. Proses modulasi
Terjadi pada sistem saraf sentral ketika aktivasi nyeri dapat dihambat oleh
4. Proses persepsi
Hasil akhir proses interaksi yang kompleks, dimulai dari proses transduksi,
transmisi, dan modulasi sepanjang aktivasi sensorik yang sampai pada area primer
14
15
sensorik korteks serebri dan masukan lain bagian otak yang pada gilirannya
menghasilkan suatu perasaan subyektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri atau
ganglion posterior spinalis, yang terletak dekat foramen vertebralis tiap segmen
medulla spinalis. Tiap neuron memiliki satu buah akson yang bercabang, satu
cabang berakhir di jaringan perifer yang diinervasi dan lainnya di kornu posterior
medulla spinalis. Neuron aferen pertama bersinaps dengan neuron ordo kedua
dengan neuron ketiga, yang mana akan mengirimkan proyeksi melewati kapsula
15
16
interna dan korona radiata ke girus postcentral korteks serebral (Morgan, Mikhali,
Murray, 2006).
secara simultan. Peptida yang paling penting adalah substansi P (sP) dan
efek algogenik dari stimulus lain. Mediator kimiawi dari inflamasi memberikan
efeknya pada kanal ion membran neuron nosiseptif melalui kopling langsung pada
reseptor membran untuk substansi spesifik (ion hidrogen, ATP, serotonin 5-HT3)
atau lebih sering melalui mekanisme tak langsung yang dimediasi oleh
protein reseptor dan kanal ion atau mengontrol lepasnya mediator dari sel-sel lain.
dari akhiran saraf perifer (substansi P, CGRP). Mediator lain seperti platelet-
activating factor (PAF) memberikan konstribusi aksi pada pembuluh darah dan
16
17
serabut saraf sensoris dan di kornu dorsalis. Dua subtipe reseptor bradykinin telah
ditemukan dan keduanya adalah superfamili protein G yaitu BK-1 dan BK-2.
diproduksi di semua sel. Sitokin ini mempunyai aksi pleiotropik; sitokin anti
TNF-α distimulasi bradykinin. Stimulasi ini akan menghasilkan IL-1 dan IL-6,
dilepaskan dari sel yang rusak dan sel mast dalam respons kepada sP dan NGF
dilepaskan oleh platelet dalam respon pada PAF adalah directly algogenic dan
terlibat adalah 5-HT1 dan 5-HT3. Proton ada pada jaringan rusak yang
kerusakan jaringan yang akan melepas fosfolipid dari membran sel yang dipecah
17
18
siklooksigenase dikode oleh dua enzim (COX-1 dan COX-2). COX-1 diproduksi
oleh sel normal juga, karena prostaglandin ini juga penting untuk fungsi
perlindungan misalnya produksi mukosa gaster dan perbaikan aliran darah ginjal.
COX-2 adalah bentuk terinduksi dari enzim yang diasosiasikan dengan inflamasi.
COX-2 diinduksi dalam sel endhotel, makrofag dan fibroblast synovial, sel mast,
dan Cashman, 2005; Guyton and Hall, 2008; Potter and Perry, 2006).
Numeric Rating Scale (NRS). Kedua jenis skala numerik tersebut memiliki angka
dengan cakupan 0 hingga 10 dimana 0 diartikan sebagai “tidak ada nyeri yang
18
19
serta temuan klinis yakni sebagai berikut pulpa normal, pulpitis reversibel,
pulpitis ireversibel, pulpitis hiperplastik dan nekrosis pulpa. Klasifikasi lain juga
Pulpitis ireversibel merupakan suatu inflamasi yang sudah lanjut dan tidak
intens. Berdasarakan intensitas dan durasi gejala klinisnya terbagi menjadi dua
jenis, yaitu pulpitis ireversibel kronis (asymptomatic) dan pulpitis ireversibel akut
lanjut dengan keluhan rasa sakit spontan dan menetap meskipun penyebabnya
19
20
1. Bakteri
yang paling sering ditemukan ketika jaringan pulpa terinfeksi adalah streptokokus
2. Bahan Kimia
2) Erosi (Asam)
3. Fisik
2) Thermal Injury
3) Electrical Injuries
20
21
1) Mechanical Injury
(1) Trauma
Luka traumatik disertai atau tidak disertai dengan fraktur mahkota atau
akar, lebih banyak terjadi pada anak-anak daripada dewasa, terjadi akibat
kebiasaan buruk seperti: bernafas melalui mulut, bruxism, mengigit kuku, dan
kebiasaan buruk lainnya. Prosedur gigi tertentu yang mungkin melukai pulpa
seperti: ekskavasi karies yang mungkin mengenai struktur pulpa, penggunaan pin
untuk retensi mekanis amalgam atau restorasi lainnya, malleting emas mengisi
foil tanpa dasar semen yang memadai, dan gerakan cepat dari gigi selama
perawatan ortodontik.
2) Gigi Retak
idiopatik disebut sebagai "Sindrom gigi retak". Pasien biasanya mengeluh nyeri,
mulai dari ringan sampai menyiksa, karena menggigit sesuatu yang keras atau
yang bertekanan keras. Gigi retak juga biasanya disebabkan restorasi mahkota
yang merusak fragmen. (Jika fraktur hanya melibatkan enamel dan dentin)
3) Barodontalgia
terjadi pada tekanan atmosfer rendah di dataran tinggi. Sebuah gigi dengan
telah diamati pada ketinggian antara 5000-10000 kaki. Melapisi rongga dengan
pernis atau dasar seng-semen fosfat, dengan sub dasar seng oksida eugenol semen
21
22
4) Patologis
Pulpitis ireversibel juga dapat terjadi karena keausan patologis gigi baik
5) Thermal
(4) Konduksi langsung panas dan dingin melalui tambalan dalam tanpa dasar
pelindung.
Gejala pulpitis ireversibel akut adalah sebagai berikut: (Ali dan Mulay,
mungkin datang dan pergi secara spontan, tanpa sebab yang jelas.
umumnya parah.
4. Pasien juga mungkin mengeluh nyeri pada gigi yang berdekatan, sinus
ketika posterior atas gigi terlibat, atau nyeri ke telinga ketika gigi posterior
bawah terlibat.
22
23
rasa sakit.
adanya rangsang. Rangsang tersebut bisa berasal dari mekanikal, kimia, dan
pulpa, spesies bakteri yang paling sering ditemukan ketika inflamasi pulpa adalah
ringan sebentar dan ada rangsang kuat. Rangsang ringan dan sebentar akan
dan zone central menyebabkan inflamasi sehingga timbul rasa nyeri. Kerusakan
dentinoblast pada tahap awal yang dimulai dari rangsang ringan menyebabkan
23
24
terjadinya pulpitis reversibel kemudian jika tidak diobati akan berlanjut dengan
tekanan intrapulpa terjadi pada regio terbatas dan berkembang secara perlahan.
Rasa nyeri dan mediator inflamatori ini akan menurunkan ambang rangsang saraf
serius yang dapat bertambah buruk sejalan dengan waktu oleh karena
didasarkan atas penegakkan diagnosis yang benar, pemilihan perawatan gigi yang
sesuai dan pemilihan obat yang tepat (Carrotte, 2004; Radeva, 2008; Renton,
2011).
24
25
hasil pemeriksaan, dan membuat rencana perawatan. Pada tahapan anamnesis kita
keluahan tersebut kita dapat menegakkan diagnosis secara tepat (Radeva, 2008;
nyeri spontan dan terus menerus, berulang secara periodik dapat berlangsung
beberapa menit hingga beberapa jam, biasanya sulit melokalisasi rasa sakit,
stimuli (dingin, panas) dapat memperpanjang rasa sakit, pada kasus lanjut, dingin
menunjukkan karies besar, fungsi gigi telah rusak. Studi X-ray menunjukkan
pengembangan karies mendekati atau bahkan mencapai pulpa gigi dan tidak ada
Fouad, 2015; Ali dan Mulay, 2015; Cohen, Hargreaves, Breman, 2016).
25
26
Gambar 2.1 Setelah penempatan mahkota emas penuh pada molar kedua kanan
rahang atas, pasien mengeluh sensitif terhadap panas dan dingin; serta rasa nyeri
spontan. Setelah aplikasi Ice stick pada gigi 17, pasien mengeluh nyeri dan
setelah penghilangan stimulus, rasa nyeri terus berlangsung selama 12 detik.
Tanggapan untuk perkusi dan palpasi normal; radiografi, tidak ada bukti dari
perubahan tulang.
(Sumber: Ali dan Mulay, 2015)
tindakan non bedah dan bedah. Tindakan non bedahnya meliputi pulpotomi,
disinfeksi atau sedative dressing yang terdiri atas atas beberapa kelompok besar
Walsh, 2007).
analgetik. Jenis anlgetik yang lazim digunakan untuk mengurangi rasa nyeri
26
27
mengurangi nyeri orofasial ringan hingga sedang. OAINS yang dinilai efektif
untuk mengatasi nyeri pada pasien pulpitis irreversibel akut adalah ibuprofen
400mg (Laughlin, 2014; Pozzi dan Galleli 2011; Maulina, Erwan, Anita, 2016).
2.3 Kurkuminoid
memberikan suatu spektrum yang luas dari kegiatan biologis seperti modulasi
27
28
semua mediator inflamasi seperti sitokin, kemokin, molekul adhesi dan faktor
kemampuan untuk menghambat NF-kB jalur dan jalur proinflamasi sinyal lainnya
termasuk COX-2, AP-1, Egr-1, STAT (transduser sinyal dan aktivator transkripsi)
2001; Goel, Kunnumakkara, Anggarwal, 2008; Reuter, Gupta, Park, et al., 2011).
pertumbuhan dalam fase yang berbeda dari siklus sel (tergantung pada jenis sel)
(PPARG), degradasi p53, aktivasi gen proapoptotik (termasuk caspases, Bax dan
anggota keluarga Bak), down-mengatur gen survival (Mis Bcl-2) (Aggarwal and
28
29
Manda, Saha, et al., 2007; Shankar and Srivastava, 2007; Shishodia, Chaturvedi,
Aggarwal, 2008).
lambung, kembung dan dyspepsia. Pengobatan tukak lambung, dan rasa sakit dan
nyeri, dan penyakit kulit. Pengobatan asma, bisul, memar, batuk, pusing, epilepsi,
perdarahan, gigitan serangga, sakit kuning, kurap, batu urin, dan lacta-lambattion
secara efektif mengurangi baik yang akut dan peradangan kronis di carrageenin
diinduksi kaki edema, tes granuloma kantong, dan tes Granu-loma cotton pellet.
Efektivitas obat pada tikus dilaporkan besimilar dengan yang hidrokortison asetat
29
30
ekstrak kelompok, P = 0,222. Efek samping umum adalah dispepsia, nyeri perut /
distensi, mual, tinja longgar, dan pitting edema. Untuk jumlah peristiwa yang
terjadi, tingkat nyeri perut / distensi secara signifikan lebih rendah kelompok C.
0.046). Tingkat dispepsia, mual, dan pitting edema yang lebih tinggi pada
untuk dispepsia, 8,2% vs 4,9% untuk mual, dan 7,1% vs 3,8% untuk pitting
edema), namun tidak satupun dari peristiwa ini mencapai signifikansi statistik.
30
31
Hanya gejala loose stool lebih tinggi pada kelompok C. domestica ekstrak
8,8%, P = 0.330). Ada dua pasien dalam kelompok ibuprofen yang memiliki
2.3.5 Dosis
secara oral pada sampelsehat dengan puncak konsentrasi dalam darah dicapai 1-2
jam setelah dosis oral pada manusia dengan puncak serum konsentrasinya 0,5, 0,6
dan 1,8 IM. Dosis pemberian kurkumin berkisar antara 4, 6, dan 8 g / hari
tersebut adalah sebagai berikut: Penelitian Agarwal, Tripathi, Satish (2011) dosis
dosis kurkuminoid yang diberikan 500 mg/hari. Penelitian Ryan Heckler, Ling, et
31
32
diberikan 1500 mg/hari. Penelitian Dronic, Riera, Appendino, et al. (2014) dosis
Efek analgesik dan anti inflamasi kurkumin lainnya telah teruji pada
(2013) di USA selama 7 minggu terhadap pasien kanker payudara yang sedang
dengan efek samping pencernaan yang lebih sedikit dari ibuprofen. Penelitian
32
33
33
34
BAB III
METODE PENELITIAN
Acak Terkontrol dengan tehnik single blind dimana partisipan penelitian akan
standar untuk pasien pulpitis ireversibel akut berupa irigasi saluran akar dan agen
perawatan standar untuk pasien pulpitis ireversibel akut berupa irigasi saluran
34
35
3. Pasien yang sedang mengkonsumsi obat anti nyeri dan anti inflamasi 1 hari
sebelum perawatan
pencernaan
2
𝑍𝛼√2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽√𝑃1 𝑄1 + 𝑃2 𝑄2
𝑛1 = ( )
𝑃1 − 𝑃2
Q2 : 1 - P2 = 1 – 0.7 =0.3
Q1 : 1- P1 = 1 – 0.9 = 0.1
35
36
n1 = 35 Maka besar sampel pada penelitian ini adalah 35 orang tiap kelompok
3.4.1 Kurkuminoid
100mg dan diproduksi oleh PT. Sido Muncul dan akan dipergunakan
akut.
Salah satu diagnosis penyakit jaringan pulpa dengan gejala rasa nyeri tiba-
dari 5 berdasarkan skala NRS, yang dirasakan oleh pasien akibat inflamasi
36
37
100mg
2) Alat :
Padjadjaran.
3. Persiapan alat dan bahan yang digunakan untuk mengatasi nyeri pulpitis
penelitian.
37
38
kuantitas rasa nyeri nya sebanyak 3x tiap dua jam setelah minum obat
selama satu hari. Sedangkan pasien yang berada pada kelompok perlakuan
kapsul setiap hari selama satu hari. Evaluasi akan dilakukan sebanyak 3x
tiap dua jam setelah minum obat selama satu hari pasca perawatan standar.
diuji secara statistik. Hasil penelitian yang ditampilkan melalui tabel berupa nilai
intra kelompok selisih dari pain rate pada T0 sampai dengan T3. Hasil penelitian
yang ditampilkan dengan grafik berupa nilai perbandingan antar kelompok selisih
pain rate pada T2 sampai dengan T3. Sebelum melakukan uji perbandingan
inflamasi pada pasien pulpits ireversibel akut, peneliti terlebih dahulu melakukan
38
39
uji normalitas data. Hasil dari pengujian normalitas akan menentukan jenis uji
banding yang akan dilakukan. Jika data memiliki distribusi normal, maka data
akan diuji dengan menggunakan uji t tidak berpasangan, namun jika data yang
diteliti memiliki distribusi yang tidak normal, maka akan digunakan uji Wilcoxon
dan uji Mann Whitney U. Dalam melakukan perhitungan uji normalitas, akan
bergantung pada jumlah sampel. Jika jumlah sampel per kelompok kurang dari 50
Namun jika jumlah sampel berada diatas 50 maka uji normalitas yang digunakan
32 orang, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasil
dari uji normalitas menyatakan bahwa data tidak berdistribusi normal sehingga
terdapat perbedaan skor nyeri yang signifikan pada saat sebelum dan sesudah
diantara kedua kelompok, peneliti menguji data dengan menggunakan uji Mann-
Whitney U.
Selain itu, peneliti juga menguji perbedaan skor nyeri pada sampel yang
diberikan kedua agen analgetik berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin,
total penurunan skor nyeri yang dirasakan sampel selama satu hari, serta rata-rata
penurunan skor nyeri yang dirasakan sampel setiap dua jam setelah minum obat.
39
40
BAB IV
terhadap rasa nyeri inflamasi pada pasien dengan pulpitis ireversibel akut yang
dilakukan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas
tehnik single blind. Jumlah sampel yang disarankan pada saat penghitungan
penelitian, jumlah sampel yang berhasil direkrut di dalam penelitian ini adalah
Sampel dibagi kedalam dua grup secara acak. Sebanyak tiga puluh dua
orang pasien diberikan kapsul kurkuminoid dan tiga puluh dua orang pasien
diberikan kapsul ibuprofen untuk mengurangi rasa sakit yang timbul akibat
dalam Numeric Rating Scale (NRS) yang merupakan skala pengukur nyeri
selama tiga kali dalam sehari. Berikut hasil yang diperoleh berdasarkan
40
41
Usia
Jenis Kelamin Total
18 – 44 tahun 45 – 70 tahun
Laki-Laki 30 5 35
Perempuan 25 4 29
Total 55 9 64
Sampel di dalam penelitian ini berusia antara 18 tahun – 70 tahun.
kelompok usia 18 – 44 tahun. Selain itu, sampel penelitian yang berjenis kelamin
Skor nyeri inflamasi yang dievaluasi dua jam setelah menkonsumsi agen
Tabel 4.2 Hasil Uji Perbedaan Skor Nyeri pada Kelompok Kurkuminoid
Waktu
Nilai P Keterangan
Uji
Skor nyeri pada dua jam pertama (T1) setelah minum obat
T1 p<0,01 bila dibandingkan dengan skor nyeri awal (To) berkurang
secara signifikan
Skor nyeri pada dua jam kedua (T2) setelah minum obat bila
T2 p<0,01 dibandingkan dengan skor nyeri awal (T0) minum obat
berkurang secara signifikan
Skor nyeri pada dua jam ketiga (T3) setelah minum obat bila
T3 p<0,01 dibandingkan dengan skor nyeri awal (T0) minum obat
berkurang secara signifikan
41
42
Skor nyeri inflamasi yang dievaluasi dua jam setelah menkonsumsi agen
analgetik berupa kapsul Ibuprofen 400 mg, diuji dengan menggunakan Uji
Tabel 4.3 Hasil Uji Perbedaan Skor Nyeri pada Kelompok Ibuprofen
Waktu
Nilai P Keterangan
Uji
Skor nyeri pada dua jam pertama (T1) setelah minum obat
T1 p<0,01 bila dibandingkan dengan skor nyeri awal (To) berkurang
secara signifikan
Skor nyeri pada dua jam kedua (T2) setelah minum obat bila
T2 p<0,01 dibandingkan dengan skor nyeri awal (T0) minum obat
berkurang secara signifikan
Skor nyeri pada dua jam ketiga (T3) setelah minum obat bila
T3 p<0,01 dibandingkan dengan skor nyeri awal (T0) minum obat
berkurang secara signifikan
Perbandingan seluruh skor nyeri inflamasi pada dua jam setelah minum
obat yang pertama, dua jam setelah minum obat yang kedua, dan dua jam setelah
minum obat yang ketiga disajikan dalam tabel 4.4. Uji banding dilakukan dengan
42
43
Tabel 4.4 Hasil Uji Perbedaan Skor Nyeri Kelompok Kurkuminoid dan Ibuprofen
Rerata
Waktu
Kelompok Penurunan Nilai p Keterangan
Uji
Skor Nyeri
Skor nyeri pada dua jam
Kurkuminoid -2.625 pertama (T1) setelah minum
obat bila dibandingkan dengan
T1 p<0,01
skor nyeri awal (To) secara
Ibuprofen -1.719 signifikan dengan kelompok
kurkuminoid lebih efektif
Skor nyeri pada dua jam kedua
Kurkuminoid -1.875 (T2) setelah minum obat bila
dibandingkan dengan skor
T2 p<0,01 nyeri awal (T0) minum obat
Ibuprofen -1.625 berkurang secara signifikan
dengankelompok kurkuminoid
lebih efektif
Skor nyeri pada dua jam ketiga
Kurkuminoid -1.8125 (T3) setelah minum obat bila
dibandingkan dengan skor
T3 p<0,01 nyeri awal (T0) minum obat
Ibuprofen -1.28125 berkurang secara signifikan
dengankelompok kurkuminoid
lebih efektif
tiap waktu evaluasi skor nyeri baik pada kelompok kurkuminoid maupun
ibuprofen.
43
44
Skor nyeri inflamasi yang dievaluasi dua jam setelah menkonsumsi agen
4.5.
Tabel 4.5 Hasil Uji Perbedaan Skor Nyeri Laki-Laki dan Perempuan di Kelompok
Kurkuminoid
Waktu
Kelompok Nilai p Keterangan
Uji
Skor nyeri pada dua jam pertama (T1) setelah
Laki-Laki minum obat bila dibandingkan dengan skor
T1 p<0,01
nyeri awal (T0) berkurang secara signifikan
Perempuan
Skor nyeri pada dua jam kedua (T2) setelah
minum obat bila dibandingkan dengan skor
T2 Laki-Laki p<0,01
nyeri awal (T0) setelah minum obat berkurang
Perempuan secara signifikan
Skor nyeri pada dua jam ketiga (T3) setelah
Laki-Laki minum obat bila dibandingkan dengan skor
T3 p<0,01
Perempuan nyeri awal (T0) setelah minum obat berkurang
secara signifikan
tiap waktu evaluasi skor nyeri baik pada laki-laki maupun perempuan di
kelompok kurkuminoid.
44
45
2
2 1.64706
1.5
0.5
0
Laki-Laki Perempuan
dua jam ketiga setelah minum kurkuminoid penurunan lebih signifikan pada
4.1.6 Uji Perbandingan Skor Nyeri pada Pasien yang Meminum Kapsul
Ibuprofen Berdasarkan Jenis Kelamin
Skor nyeri inflamasi yang dievaluasi dua jam setelah menkonsumsi agen
mengkonsumsi ibuprofen perempuan. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.6
45
46
Tabel 4.6 Hasil Uji Perbedaan Skor Nyeri pada Laki-Laki dan Perempuan di
Kelompok Ibuprofen
Waktu
Kelompok Nilai p Keterangan
Uji
Laki-Laki Skor nyeri pada dua jam pertama (T1) setelah
T1 P<0,01 minum obat bila dibandingkan dengan skor
Perempuan nyeri awal (T0) berkurang secara signifikan
Laki-Laki Skor nyeri pada dua jam kedua (T2) setelah
minum obat bila dibandingkan dengan skor
T2 P<0,01
nyeri awal (T0) setelah minum obat berkurang
Perempuan secara signifikan
Laki-Laki Skor nyeri pada dua jam ketiga (T3) setelah
minum obat bila dibandingkan dengan skor
T3 P<0,01
Perempuan nyeri awal (T0) setelah minum obat berkurang
secara signifikan
tiap waktu evaluasi skor nyeri baik pada laki-laki maupun perempuan di
kelompok ibuprofen.
1.6 1.42857
1.4 1.16667
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Laki-Laki Perempuan
46
47
dua jam ketiga setelah minum ibuprofen penurunan lebih signifikan pada
4.1.9 Uji Rerata Penurunan Skor Nyeri Antar Kelompok Jenis Kelamin
yang Diberikan Kurkuminoid dan Ibuprofen
Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Skor Nyeri pada Laki-Laki dan Perempuan di
Kelompok Kurkuminoid dan Ibuprofen
47
48
tiap waktu evaluasi skor nyeri pada kelompok laki-laki dan perempuan baik pada
4.2 Pembahasan
(p<0.01) dari penurunan skor nyeri pada pasien pulpitis ireversibel akut yang
penurunan signifikan pada dua jam setelah minum obat pertama kali, dua jam
setelah minum obat kedua kali, dan dua jam setelah minum obat ketiga kali.
rasa nyeri dengan mengintervensi proses inflamasi yang terjadi pada pulpitis
ireversibel akut. Zat-zat yang terkandung di dalam kedua agen analgetik tersebut
rasa sakit tidak aktif. Hal tersebut menyebabkan adanya penurunan rasa sakit yang
dirasakan pasien pulpitis ireversibel akut (Pozzi and Galleli 2011; Guyton, 2011;
Zanjani, Ameli, Labibi, et al., 2014; Jung and Lim 2014; Bengmark, 2006; Kim,
48
49
perbedaan signifikan (p<0.01) dimana penurunan skor nyeri pada dua jam setelah
minum obat pertama kali, dua jam setelah minum obat kedua kali, dan dua jam
setelah minum obat ketiga kali pada kelompok yang diberi kurkuminoid lebih
kurkuminoid lebih efektif daripada ibuprofen. Hal ini dapat disebabkan oleh
karena kurkuminoid mengandung zat aktif kurkumin yang terbukti efektif dalam
menurunkan nyeri secara signifikan pada beberapa kondisi nyeri dengan kategori
berat dan berada pada fase akut, seperti pada pasien dengan nyeri berat pasca
nyeri otot akut, pankreatitis dan nyeri berat lainnya (Sahebkar and Henrotin,
2015).
telah diidentifikasi sebagai bahan aktif dari kunyit yang berperan dalam berbagai
49
50
al., 2009; Shakibaei, John, Schulze, et al., 2007; Shakibaei et al., 2007).
ibuprofen menunjukkan sifat yang lebih cepat memberikan efek. Hal tersebut
terlihat dari lamanya durasi obat kurkuminoid sama dengan ibuprofen yakni enam
sampai delapan jam namun waktu mulai aksi kurkuminoid lebih cepat satu jam
daripada ibuprofen. Kurkuminoid juga bekerja sangat cepat pada saat distribusi
lebih efektif daripada ibu profen. Dosis konsumsi kurkuminoid yang bervariasi
serta lamanya tingkat pengobatan dari beberapa penelitian dan juga efek samping
analgesic berbahan kimia seperti ibuprofen (Pozzi dan Galleli, 2011; Sahebkar
Hasil yang didapat pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan
minggu terhadap pasien knee osteoarthritis diobati dengan ekstrak curcuma 1500
Drobnic, et al. (2014) yang dilakukan di Spanyol selama empat hari terhadap
50
51
signifikan efektif mengurangi rasa nyeri pulpitis ireversibel akut pada laki-laki
pada perempuan lebih besar daripada laki-laki baik yang diberikan kurkuminoid
efektif pada perempuan daripada laki-laki dalam menurunkan nyeri. Hasil yang
terhambat dan persepsi nyeri pada korteks serebral perempuan lebih cepat
et al., 2008; De Cosmo, Congedo, Lai, et al.,2008; Gordon, Gear, Heller, et al.,
Sifat farmakokinetik dari obat-obatan analgesik dalam mencapai waktu mulai aksi
didukung oleh penelitian dari Gear (1996) terhadap pasien bedah mulut yang
51
52
perempuan lebih cepat mencapai waktu mula aksi dibandingkan analgesik yang
diberikan pada pasien laki-laki. Penemuan ini menunjukkan bahwa jenis kelamin
pasien memberikan kontribusi dalam penurunan persepsi nyeri dan juga sifat
memiliki peran penting dalam menurunkan nyeri dimana estrogen ini memodulasi
terhadap penurunan rangsang nyeri terjadi lebih besar pada otak perempuan
daripada penurunan peresepsi nyeri di korteks serebral laki-laki (Lee and Ho,
2013).
52
53
BAB V
5.1 Simpulan
ireversibel akut.
5.2 Saran
nyeri inflamasi
bahan alam lain dalam mengatasi nyeri pada pulpitis ireversibel akut
53
xvi
DAFTAR PUSTAKA
xvi
xvii
xvii
xviii
xviii
xix
Ingle, Navin A., Sischo L., H.L. B., 2010. Oral health related quality of life
inadult population attending the our patient departement of a hospital in
Chenai. Phytotherapy Research. 1(1): 5-10.
Intanonta A. 1986. Treatment of abdominal pain with Curcuma longa L. (Report
submitted to Primary Health Care Office, Ministry of Public Health,
Thailand.
Iwu M.M. 1993. Handbook of African medicinal plants. Boca Raton, FL, CRC
Press: Afrika.
Jung K. and Lim K., 2014. Curcumin, COX-2 , and protein p300 / CBP. Korean
Journal of Pain. 27(4):365–366.
Kapoor L.D. 1990. Handbook of Ayurvedic medicinal plants. Boca Raton, FL,
CRC Press:India.
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Rencana Program Pelayanan Kesehatan Gigi
dan Mulut. Jakarta: Kemeterian Kesehatan RI.
Kim K., Lee E., Park J.K., Lee J.R., Kim J.H., Choi H.J., et al., 2011. Curcumin
attenuates TNF- a -induced expression of intercellular adhesion
molecule-1 , vascular cell adhesion molecule-1 and pro inflammatory
cytokines in human endometriotic stromal cells. Phytotherapy
Research. 26(7):1037–1047.
Kuptniratsaikul V., Dajpratam P., Taechaarporkul W., Montana,
Buntragulpoontawee, Lukkanapichonchut P., et al. 2014. Efficacy and
safety of curcuma domestica extracts compared with ibuprofen in patients
with knee osteoarthritis : a multicenter study. Clinical Intervention in
Aging. 9:451–458.
Kuptniratsaikul, V., Sunee T., Pornsiri C., M.N.S, Luksamee W., Visatu T., 2009.
Efficacy and Safety of Curcuma domestica Extracts in Patients with Knee
Osteoarthritis. Journal of Alternative and Complementary Medicine.
15(8):891–897.
Lee C.W.S. and Ho I.K. 2013. Sex differences in opioid analgesia and addiction:
interactions among opioid receptors andestrogen receptors. Molecular
Pain. 9(45): 1-10.
Lin J.J., Du Y., Cai W.K., Kuang R., Chang T., Zhang Z., et al. 2015. Toll-
likereceptor 4 signaling inneurons of trigeminal ganglion contributest
nociception induced by acute pulpitis in rats. Scientific Reports.
5(12549):1-14.
Masuda T. 1993. Anti-oxidative and anti-inflammatory curcumin-related
phenolics from rhizomes of Curcuma domestica. Phytochemistry.
32:1557–1560.
xix
xx
Maulina T., Erwan A.F., Anita S.E.S.. 2016. Nyeri Orofasial pada Praktek
Kedokteran Gigi: Klasifikasi, Diagnosis, dan Terapi. Leutika Prio. 7-41.
McDougal, D.D.S., M.S.; E. Olutayo D., D.D.S., M.S., Dip. A.B.O.M.R.; Dan
Caplan, et al. 2004. Success of an alternative for interim management
of irreversible pulpitis. American Dental Assosiation. 135:1707-1712.
Merskey H.M. and Bogduk N.K., editors. 2002. Clasification of Chronic Pain:
Descriptions Chronic Pain Syndromes and Definitions Of Pain Terms. 2nd
ed. Seattle: IASP Press.
Morgan G.E., Mikhali M.S., Murray M.J. 2006. Clinical Anesthesiology. New
York: Mc Grow Hill.Niazi, Priyanka Poonia, Vikas Gupta, Narinderpal
Kaur. 2010.Pharmacotherapeutics of curcuma longa-a potent patent.
International Journal Of PharmaProfessional’s Research. 1: 24-30.
Okeson, J.P. 2005. Bell's Orofacial Pains: The Clinical Management of Orfacial
Pain. Michigan: Quetessence Publishing Company.
Panahi, Rahimnia & Sharafi, 2014. Curcuminoid Treatment for Knee
Osteoarthritis : Trial. Phytotheraphy Research. 28:1625-1631.
Potter A. and Perry A.G. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:Konsep,
Proses, Dan Praktik. Edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC.
Pozzi A. and Galleli L. 2011. Pain management for dentist: the role of ibuprofen.
Annali. 2(3):3-24.
Radeva, Elka. 2008. Emergency treatment of irreversibel pulpitis. Journal of
International Medical Association of Bulgaria. 1(1): 3-4.
Ratmini N.K., Arifin. 2011. Hubungan kesehatan mulut dengan kualitas hidup
lansia. Jurnal Ilmu Gizi. 2(2): 140-5.
Rechenberg D.K., Ulrike, Burgstaller J.M., Bosch G., Attin T. 2016. Pain levels
and typical symptoms of acute endodontic infections: a prospective,
observational study. Biomedical Central Oral Health. 16(61):2-8.
Renton, T. 2011. Dental (odontogenic) pain. London: King’s College London
Dental Institute. 5(1):2-7.
Reuter S., Gupta S.C., Park B., Goel A., Aggarwal B.B. 2011. Epigenetic changes
induced by curcumin and other natural compounds. Genes Nutrition. 6:
93–108.
Ryan J.L., Jureidini B., Hodges J.S., Baisden M., Swift J.Q., Bowles W.R. 2008.
Gender differences in analgesia for endodontic pain. Journal of
Endodontic. 34:552-556.
Ryan J.L., Heckler C.E., Ling M., et al. 2013. Curcumin for radiation dermatitis:
A randomized, double-blind, placebo-controlled clinical trial of thirty
xx
xxi
xxi
xxii
xxii
xxiii
Lampiran 1. Surat Pengajuan Judul Skripsi
53
54
55
Lampiran 8. Informasi
INFORMASI
Tujuan:
terhadap rasa nyeri inflamasi pada pasien dengan pulpitis ireversibel akut.
penelitian terbaru telah terbukti dapat membantu mengurangi rasa nyeri dan
Tata Cara/Prosedur:
Bila Bapak/Ibu bersedia untuk ikut serta, peneliti akan memberi lembar informed
hari.
3x tiap 1 jam setelah minum obat selama 1 hari pasca perawatan standar.
Diharapkan tidak ada resiko atau sefek samping dari penelitian ini mengingat
kurkuminoid merupakan bahan alam yang telah terbukti aman dalam beberapa
penelitian. Ibuprofen dan klorheksidin pun merupakan obat standar yang umum
reaksi alergi dapat dicegah dengan menanyakan riwayat alergi Bapak/Ibu sebelum
sepengetahuan Bapak/Ibu, maka reaksi alergi yang timbul dapat diatasi dengan
Manfaat:
Manfaat praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
bahan alam
Manfaat teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan landasan ilmiah
alam
Prosedur alternatif:
Nyeri sebagai akibat pulpitis ireversibel akut dapat diatasi dengan menggunakan
Kerahasiaan data:
Selama anda ikut dalam penelitian ini, setiap informasi dan data penelitian ini
Sembilan puluh orang yang didiagnosis pulpitis ireversibel akut berusia diatas 18
tahun dan memenuhi kriteria inklusi akan diikutsertakan dalam penelitian ini.
Kesukarelaan:
Keikut sertaan ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela disertai tanggung jawab
Bapak/Ibu bebas menolak ikut dalam penelitian ini. Bila Bapak/Ibu telah
memutuskan untuk ikut serta, Bapak/Ibu juga dapat mengundurkan diri tanpa
Namun bila Bapak/Ibu tidak mengikuti dan memenuhi prosedur yang diberikan
Tidak akan ada penyulit dalam penelitian ini. Namun apabila terjadi keadaan
darurat yang merupakan akibat langsung dan segera dari penelitian ini seperti
Pertanyaan:
Jika ada pertanyaan sehubungan dengan penelitian ini maka dapat ditanyakan
mengerti, dan memahami tentang tujuan, manfaat, dan risiko yang mungkin
timbul dalam penelitian, serta telah diberi kesempatan untuk bertanya dan telah
keikut sertaannya, maka saya setuju/tidak setuju*) ikut dalam penelitian ini,
yang berjudul:
Saya dengan sukarela memilih untuk ikut serta dalam penelitian ini tanpa
Saya setuju:
Ya/Tidak*)
Nama Saksi:
Uji Normalitas
(T1- (T2- (T3- (T1- (T2- (T3-
To)Kur T1)Kur T2)Kur To)Ibu T1)Ibu T2)Ibu
count 32 32 32 32 32 32
mean -2.63 -1.88 -1.81 -1.72 -1.63 -1.28
sample variance 1.73 0.69 1.19 0.66 0.76 0.34
sample standard deviation 1.31 0.83 1.09 0.81 0.87 0.58
minimum -5 -4 -5 -3 -4 -3
maximum 0 -1 -1 0 0 -1
range 5 3 4 3 4 2
sum -84.00 -60.00 -58.00 -55.00 -52.00 -41.00
sum of squares 274.00 134.00 142.00 115.00 108.00 63.00
deviation sum of squares
(SSX) 53.50 21.50 36.88 20.47 23.50 10.47
standard error of the mean 0.23 0.15 0.19 0.14 0.15 0.10
low extremes 0 0 0 0 0 0
low outliers 0 1 3 0 2 0
high outliers 0 0 0 0 0 0
69
high extremes 0 0 0 0 0 0
(T1-To)Kur
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0
(T2-T1)Kur
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0
(T3-T2)Kur
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0
70
(T1-To)Ibu
(T2-T1)Ibu
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0
(T3-T2)Ibu
Uji Kurkuminoid
Friedman Test
32 n
95.708 chi-square (corrected for ties)
3 d.f.
1.30E-20 p-value
71
Uji Ibuprofen
Friedman Test
32 n
95.120 chi-square (corrected for ties)
3 d.f.
1.74E-20 p-value
72
(T3-T2)Kur (T3-T2)Ibu
-1.813 -1.281 mean
1.091 0.581 std. dev.
32 32 n
62 df
-0.531 difference ((T3-T2)Kur - (T3-T2)Ibu)
0.764 pooled variance
0.218 standard error of difference
0.000 hypothesized difference
73
-2.43 t
.0090 p-value (one-tailed)
.0179 p-value (two-tailed)
(T3-T2)Kur (T3-T2)Ibu
-1.647 -1.167 mean
0.786 0.383 std. dev.
17 18 n
33 df
-0.480 difference ((T3-T2)Kur - (T3-T2)Ibu)
0.375 pooled variance
0.207 standard error of difference
0.000 hypothesized difference
-2.32 t
.0134 p-value (one-tailed)
.0267 p-value (two-tailed)
(T3-T2)Kur (T3-T2)Ibu
-2.000 -1.429 mean
1.363 0.756 std. dev.
15 14 n
27 df
-0.571 difference ((T3-T2)Kur - (T3-T2)Ibu)
1.238 pooled variance
0.413 standard error of difference
0.000 hypothesized difference
-1.38 t
.0892 p-value (one-tailed)
.1783 p-value (two-tailed)
74
RIWAYAT PENDIDIKAN