Anda di halaman 1dari 9

Nama Emawati Fatima

NIM 25010115140332
Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik

Isu Terkini Program Preventif Penyakit Menular dan Tidak Menular

A. Pencegahan Penyakit Menular


1. Penghapushamaan (Dekontaminasi) dan Deisinfeksi Kandang serta
Peralatan
Dekontaminasi didefinisikan sebagai proses fisik untuk menghilangkan
bahan-bahan biologis dan anorganik dari permukaan suatu bangunan,
termasuk kandang dan peralatan. Sedangkan desinfeksi merupakan proses
penghancuran organisme patogenik. Jadi dekontaminasi yang menyeluruh
digunakan untuk mencapai desinfeksi yang efektif. Dekontaminasi
merupakan upaya untuk membersihkan seluruh bagian kandang dan
peralatan dari kotoran-kotoran yang menempel dengan jalan mencuci
bersih menggunakan deterjen atau dengan mengapur dinding kandang
sebagai persiapan desinfeksi kandang dan peralatan.
2. Desinfektan dan Antiseptika
Desinfektan adalah preparat kimia yang digunakan untuk desinfeksi
kandang dan peralatan, guna membasmi mikroorganisme, khususnya
mikroorganisme yang membahayakan. Preparat ini tersedia secara
komersial yang masing-masing memiliki karakteristik kimiawi, toksisitas,
biaya dan penggunaan tertentu. Desinfektan merupakan bahan kimia yang
dapat mematikan mikroorganisme yang sedang dalam keadaan tidak aktif,
sehingga hanya mematikan bentuk vegetatif dari mikroorganisme, tetapi
tidak efektif terhadap spora. Desinfektan dapat mencegah infeksi dengan
jalan penghancuran atau pelarutan jasad renik yang patogen. Desinfektan
digunakan untuk barang-barang tak hidup, misal : ruang operasi, kandang
alat-alat operasi dan sebagainya.
Antiseptika adalah semua senyawa yang dapat membunuh atau mencegah
perkembangan mikroorganisme. Antiseptika biasanya digunakan untuk
jaringan hidup. Konsentrasi antiseptika biasanya rendah, guna menghindari

1
kerusakan jaringan. Kadar antiseptika yang tinggi dapat membunuh sel-sel
bakteri maupun jaringan hidup yang terkena. Konsentrasi antiseptika yang
rendah hanya cukup untuk menghambat perkembangbiakan jasad renik,
sehingga bersifat bakteriostatik.
3. Vaksin dan Vaksinasi
Vaksinasi adalah imunisasi aktif secara buatan, yaitu sengaja memberikan
antigen yang diperoleh dari agen menular pada ternak sehingga tanggap
kebal dapat ditingkatkan dan tercapai resistensi terhadap agen menular
tersebut.
Vaksin diklasifikasikan menjadi dua kelas, yaitu vaksin hidup dan vaksin
mati. Vaksin hidup berisi mikroorganisme yang telah dilemahkan virulensi
(keganasannya). Pengurangan virulensi dikenal dengan istilah atenuasi
(perlemahan). Cara atenuasi yang sederhana terhadap bakteri untuk
keperluan vaksinasi adalah dengan pemanasan bakteri sampai tepat di
bawah titik kematian atau memaparkan bakteri pada bahan kimia
penginaktif sampai batas konsentrasi subletal. Menumbuhkan bakteri pada
medium yang tidak cocok untuk pertumbuhannya, contohnya : Vaksin
kolera unggas (Pasteurella multocida) oleh Pasteur ditumbuhkan di bawah
keadaan yang kekurangan zat makanan.
Cara etenuasi terhadap virus adalah dengan membiakkan pada spesies yang
tidak sesuai untuk tumbuhnya, contoh : virus rinderpest yang patogen
terhadap sapi, dilemahkan dengan menumbuhkannya pada kambing. Cara
etenuasi lainadalah menumbuhkan virus mamalia pada telur atau
menumbuhkan pada telur lain jenis, misalnya :virus influenza pada ayam
dilemahkan pada telur burung dara. Cara etenuasi yang umum adalah
dengan memperpanjang masa pembiakannya di jaringan pembiak.
Meskipun jaringan pembiak dapat diperoleh dari berbagai jenis, umumnya
menggunakan sel biakan dari jenis hewan yang akan divaksinasi guna
mengurangi efek samping akibat pemasukan jaringan asing.
Baik vaksin hidup maupun vaksin mati memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Kelebihannya vaksin hidup merupakan kekurangannya

2
vaksin mati dan sebaliknya kekurangannya vaksin hidup merupakan
kelebihannya vaksin mati.

B. Pencegahan Penyakit Tidak Menular


Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan
disebabkan oleh proses infeksi (tidak infeksius). Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa pada umumnya, keberadaan faktor risiko PTM pada seseorang tidak
memberikan gejala sehingga mereka tidak merasa perlu mengatasi faktor risiko dan
mengubah gaya hidupnya. Penelitian juga menunjukkan bahwa pengetahuan
masyarakat tentang jenis PTM cukup baik, dan sebagian besar masyarakat
mengetahui bagaimana penderitaan pasien PTM seperti Jantung Koroner, Kanker,
Stroke dan Diabetes melitus, gangguan akibat kecelakaan dan cidera. Namun
mereka umumnya belum memahami pengaruh faktor risiko PTM terhadap kejadian
PTM serta komplikasi yang dapat ditimbulkan PTM. Pada umumnya mereka
menganggap bahwa PTM disebabkan faktor genetik, penyakit orang tua atau
penyakit orang kaya.
Peran Promosi Kesehatan dalam pencegahan maupun Pengendalian
Penyakit Tidak Menular cukup besar terutama dalam upaya memberdayakan
masyarakat untuk ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang terkait dengan
Faktor Risiko Bersama penyebab Penyakit Tidak Menular. Dari 10 indikator PHBS
di Rumah Tangga, tiga diantaranya merupakan pencegahan faktor risiko bersama
PTM yaitu Aktivitas fisik, Konsumsi sayur dan buah serta tidak merokok. Dalam
Renstra Kementerian Kesehatan 2014 diharapkan rumah tangga di Indonesia
melaksanakan PHBS di Rumah Tangga sebesar 70%.
Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar
mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

3
Faktor Risiko PTM
Faktor risiko PTM adalah suatu kondisi yang secara potensial berbahaya
dan dapat memicu terjadinya PTM pada seseorang atau kelompok tertentu. Faktor
risiko yang dimaksud antara lain kurang aktivitas fisik, diet yang tidak sehat dan
tidak seimbang, merokok, konsumsi alkohol, obesitas, Hyperglikemia, Hipertensi,
Hiperkolesterol, dan perilaku yang berkaitan dengan kecelakaan dan cedera,
misalnya perilaku berlalu lintas yang tidak benar.
Kebijakan Nasional Penanggulangan PTM
Kerangka konsep pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular
didasari oleh kerangka dasar blum, bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor
keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan. Kebijakan Pencegahan
dan penanggulangan PTM ini ditujukan pada penyakit-penyakit yang mempunyai
faktor resiko yang sama yaitu : jantung, stroke, hipertensi, diabetes militus,
penyumbatan saluran napas kronis.
Tujuan
Memacu kemandirian masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan
PTM untuk nmenurunkan kejadian penyakit tidak menular (PTM) dan
meningkatkan kualitas hidup sehat masyarakat yang berada di semua tatanan.
Fokus Kegiatan
Dengan cara menghilangkan atau mengurangi faktor resiko PTM dan
memperhatikan faktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan. Departemen
kesehatan, melalui Pusat promosi kesehatan memfokuskan pada :
1. Meningkatkan upaya kesehatan melalui promotif dan preventif baik Pusat
maupun Propinsi dan Kabupaten.
2. Melakukan intervensi secara terpadu pada 3 faktor resiko yang utama yaitu
rokok, aktifitas fisik dan diet seimbang.
3. Melakukan jejaring pencegahan dan penanggulangan PTM.
4. Mencoba mempersiapkan strategi penanganan secara nasional dan daerah
terhadap diet, aktivitas fisik, dan rokok.
5. Mengembangkan System Surveilans Perilaku Beresiko Terpadu (SSPBT)
PTM.

4
6. Kampanye pencegahan dan penanggulangan PTM tingkat nasional maupun
lokal spesifik.
Untuk di masa datang upaya pencegahan PTM akan sangat penting karena
hal ini dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu dokok, diet seimbang dan aktivitas
fisik. Pencegahan PTM perlu didukung oleh para semua pihak terutama para
penentu kebijakan baik nasional maupun local. Tanpa itu semua akan menjadi sia-
sia saja.
Sasaran
1. Penentu kebijakan baik di pusat maupun di daerah (Provinsi dan
Kabupaten/Kota).
2. Penentu kebijakan pada sektor terkait baik di Pusat dan daerah (Provinsi dan
Kabupaten/Kota).
3. Organisasi profesi yang ada.
4. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sektor Swasta serta Masyarakat.
Landasan Hukum
Promosi dan Pencegahan PTM tentunya mengacu pada landasan hukum
yang sudah ada secara Nasional yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
2. Undang-Undang Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional.
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.
6. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 tentang Tata Ruang
Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota.
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 951/Menkes/SK/V/2000 Tahun
2000 tentang Upaya Kesehatan Dasar di Puskesmas.

5
9. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 9 Tahun
2001 tentang Kader Pemberdayaaan Masyarakat.
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor. 004/MENKES/SK/XI/2003
tentang Sistem Tugas dan Organisasi Departemen Kesehatan.
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1575/Menkes/PER/XI/2005
Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.03.01/160/I/2010 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014.
Kebijakan
Promosi dan pencegahan PTM dilakukan pada seluruh fase kehidupan,
melalui pemberdayaan berbagai komponen di masyarakat seperti organisasi
profesi, LSM, media Massa, dunia usaha/swasta. Upaya promosi dan pencegahan
PTM tersebut ditekankan pada masyarakat yang masih sehat (well being) dan
masyarakat yang beresiko (at risk) dengan tidak melupakan masyarakat yang
berpenyakit (diseased population) dan masyarakat yang menderita kecacatan dan
memerlukan rehabilitasi (Rehabilitated population). Penanggulangan PTM PTM
mengutamakan pencegahan timbulnya faktor resiko utama dengan meningkatkan
aktivitas fisik, menu makanan seimbang dan tidak merokok.
Promosi dan pencegahan PTM juga dikembangkan melalui upaya-upaya
yang mendorong/memfasilitasi diterbitkannya kebijakan public yang mendukung
upaya pencegahan dan penanggulangan PTM. Promosi dan Pencegahan PTM
dilakukan melaui pengembangan kemitraan antara pemerintah, masyarakat,
organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi termasuk dunia usaha dan
swasta.Promosi dan pencegahan PTM merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam semua pelayanan kesehatan yang terkait dengan penanggulangan
PTM.Promosi dan pencegahan PTM perlu didukung oleh tenaga professional
melalui peningkatan kemampuan secara terus menerus (capacity building).
Promosi dan pencegahan PTM dikembangkan dengan menggunakan teknologi
tepat guna sesuai dengan masalah, potensi dan social budaya untuk meningkatkan
efektifitas intervensi yang dilakukan di bidang penanggulangan PTM.

6
Strategi
Sasaran Promosi dan pencegahan PTM secara operasional di lakukan pada
beberapa tatanan (Rumah tangga, Tempat kerja, tempat pelayanan kesehatan,
tempat sekolah, tempat umum, dll) Area yang menjadi perhatian adalah Diet
seimbang, Merokok, Aktivitas fisik dan kesehatan lainnya yang mendukung.
Strategi promosi dan pencegahan PTM secara umum meliputi Advokasi,
Bina suasana dan Pemberdayaan masyarakat. Di Tingkat Pusat lebih banyak
dilakukan pada advokasi dan bina suasana. Sedangkan di tingkat kabupaten/Kota
lebih ditekankan pada pemberdayaan masyarakat. 3 strategi untuk semua hanya
materinya beda. Ingat otonomi daerah, sosial budaya, lokal spesifik dsb. Strategi
tersebut antara lain :
1. Mendorong dan memfasilitasi adanya kebijakan public berwawasan
kesehatan yang mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan PTM.
2. Mendorong dan memfasilitasi berfungsinya jaringan kerjasama antar
institusi penyelenggara promosi dan mitra potensi dalam upaya pencegahan
dan penanggulangan PTM.
3. Meningkatkan peran aktif tenaga promosi kesehatan di dalam upaya
penanggulangan PTM secara komprehensif baik dalam upaya promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif di masing-masing institusi
pelayanan.
4. Meningkatkan Kapasitas tenaga profesional bidang promosi kesehatan baik
di pusat maupun daerah khususnya dalam pencegahan dan penanggulangan
PTM.
5. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemeliharaan kesehatan
mandiri masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan PTM.
6. Melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses pemecahan masalah PTM
yang dihadapi untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dan
lingkungannya dalam pencegahan dan penanggulangan PTM.
7. Mengembangkan daerah kajian teknologi promosi kesehatan tepat guna
dalam penanggulangan PTM.

7
Indikator
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh keberhasilan pelaksanaan strategi
penanggulangan PTM, ada beberapa patokan yang dapat dipergunakan untuk
monitoring dan evaluasi melalui system pencatatan dan pelaporan kegiatan
pencegahan dan penanggulangan PTM. Indikator keberhasilan strategi promosi dan
pencegahan PTM yaitu :
1. Indikator Umum
a. Menurunnya angka kematian (mortalitas) penderita PTM utama.
b. Menurunnya angka kesakitan (morbiditas) penderita PTM utama.
c. Menurunnya angka kecacatan (disabilitas) penderita PTM utama.
d. Menurunnya angka faktor risiko bersama PTM utama.
2. Indikator Khusus
a. Penurunan 3 faktor risiko utama PTM (merokok, kurang aktifitas fisik
dan konsumsi rendah serat).
b. Penurunan proporsi penduduk yang mengalami obesitas,
penyalahgunaan alkohol dan BBLR.
c. Peningkatan kebijakan dan regulasi lintas sector yang mendukung
penanggulangan PTM.
d. Peningkatan bina suasana melalui kemitraan dalam pemberdayaan
potensi masyarakat.
e. Tersedianya model-model intervensi yang efektif dalam promosi dan
pencegahan PTM.
f. Peningkatan pelaksanaan promosi dan pencegahan di institusi
pelayanan.
Pemantauan Rencana Operasional Promosi Kesehatan dalam Pengendalian
PTM dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan setiap tahun dalam kurun
waktu 5 tahun (2010-2014). Pemantauan merupakan upaya untuk mengamati
seberapa jauh kegiatan yang direncanakan sudah dilaksanakan. Evaluasi
dilaksanakan untuk melihat kemajuan dan keberhasilan pelaksanaan kegiatan
promosi kesehatan dalam Pengendalian PTM. Pemantauan rencana dan
pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan untuk pengendalian PTM dilaksanakan
oleh pengelola program pengendalian PTM, pengelola program promosi kesehatan

8
dan mitra terkait pada masing-masing jenjang administrasi mulai dari pusat,
provinsi sampai kabupaten/kota. Melalui lingkup Promosi Kesehatan secara
menyeluruh mulai dari kegiatan advokasi, bina suasana, pemberdayaan masyarakat
yang didukung dengan kemitraan, maka upaya Pengendalian PTM akan
memberikan hasil yang optimal.

Anda mungkin juga menyukai