Anda di halaman 1dari 13

MEDIA BELAJAR

 Home
 Blog
o
o
o
o
 Menu
o
o
o
o
o
 CSS3
 JavaScript
 jQuery
 Lain-lain
 Widget
Search... ?

Media Belajar karya ilmiah (makalah) makalah Pengetahuan

Makalah "Teori Pembelajaran Prilaku"


Ikhwan Asshafa 00.07 karya ilmiah (makalah) makalah Pengetahuan
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari
tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan
pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara
aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan
yang bermanfaat bagi pribadinya.
Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia
nyata dinyatakan oleh McKeachie dalam grendel 1991 : 5 (Hamzah Uno, 2006:4). Sedangkan
Hamzah (2003:26) menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya
memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang
saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan
kebenarannya. Dari dua pendapat diatas Teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-
kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari,
dianalisis dan diuji kebenarannya. Teori belajaradalah suatu teori yang di dalamnya terdapat
tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode
pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari teori belajar prilaku?
2. Apa saja macam macam teori blajar prilaku?
3. Apa saja implementasi dari teori teori blajar prilaku?
C. Tujuan
1. Agar bisa mengetahui maksud dari teori blajar prilaku
2. Supaya bisa mengetahui macam macam dari teori blajar
3. Agar bisa mengimplementasikan teori blajar prilaku

BAB 2
PEMBAHASAN
A. Teori Belajar Perilaku
Teori-Teori yang Terkandung di Dalam Teori Belajar Perilaku (Behavioristik)
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan olehGage dan Berliner tentang
perubahan tingkah laku sebagaihasil dari pengalaman. Aliran ini menekankan padaterbentuknya
perilaku yang tampak Teori behavioristik dengan model hubungansebagai hasil belajar.
stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagaiindividu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu denganmenggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.Munculnya
perilaku akan semakin kuat bila diberikanpenguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Tokoh-tokoh behaviorisme yang sangat terkemuka adalah Ivan Petrovitch Pavlov, Edward
Thorndike, dan B.F Skinner. Berikut ini adalah ide-ide mereka secara garis besar.
Teori Pengkondisian Klasikal (Classical Conditioning Theory) dari PavlovIvan Petrovitch
Pavlov (1849-1936), memperkenalkan teorinya yang dikenal dengan nama Pengkondisian
Klasikal (Classical Conditioning). Teori ini dikembangkan melalui eksperimen Pavlov dengan
menggunakan air liur anjing yang dapat dilihat melalui kulit luarnya. Sebuah kapsul dipasang di
pipinya untuk mengukur aliran air liurnya. Laboratorium diatur sedemikian rupa sehingga bubuk
daging dapat diisi pada panci di hadapan anjing tersebut dengan remote control. Pengeluaran air
liur direkam secara otomatis. Pada tahap awal (sebelum pengkondisian), lampu dinyalakan.
Anjing terlihat bergerak sedikit tetapi tidak mengeluarkan air liur. Kemudian, kepada anjing
tersebut diberikan serbuk daging dan sambil makan terlihat air liur anjing tersebut keluar. Serbuk
daging disebut stimulus tidak terkondisi (ST) dan air liur disebut respon tidak terkondisi (RT).
Terjadinya respon ini bukan karena proses belajar tetapi karena insting anjing.
Beberapa hokum yang berkaitan dengan teori klasikal (classical conditioning theory) dari
Pavlov (Atkinson, 1997) adalah sebagai berikut.
1) Pemerolehan
Pemberian stimulus yang tidak terkondisi (ST) bersama-sama dengan stimulus terkondisi
(SD) disebut percobaan (trial) dan periode selama organisme belajar mengasosiasikan kedua
stimuli disebut sebagai “pemerolehan pengkondisian” (acquisition stage of conditioning).
Interval waktu penyajian ST dan SD dapat saja berbeda. Melalui penyajian ST dan SD ini akan
mengakibatkan terbentuknya respon terkondisi (RD). Dengan terbentuknya RD yang memang
diharapkan maka dapat dikatakan bahwa seseorang telah belajar. Pembentukan RD ini pada
umumya bersifat gradual. Makin banyak (sering) diberikan ST dan SD akan mengakibatkan RD
yang dibentuk makin mantap. Sampai pada suatu saat tanpa diberikan
ST, tetap akan terbentuk RD yang diharapkan.
2) Pemunahan (Extinction)
Bila perilaku terkondisi tidak diteruskan (dikuatkan) atau bila stimulus tidak terkondisi (ST)
berulang-ulang tidak diberikan, maka respon terkondisi (RD) kadarnya makin menurun dan
akhirnya dapat menghilang sama sekali. Pengulangan stimulus terkondisi (SD) tanpa penguatan
(ST) ini disebut pemunahan (extinction), yakni proses hilangnya respon yang diharapkan. Jika
diberikan ST kembali maka RD yang telah hilang dapat muncul kembali
(spontaneous recovery) dalam waktu yang relative singkat.

3) Generalisasi
Bila respon terkondisi (RD) diperoleh sebagai tanggapan atas suatu stimulus tertentu, maka
stimulus lain yang sejenis (serupa), akan menyebabkan terjadinya RD tersebut. Makin serupa
stimulus baru tersebut dengan stimulus aslinya, makin tinggi pula kemungkinan terjadinya RD
tersebut. Prinsip ini disebut sebagai generalisasi (generalization). Prinsip ini menerangkan akan
adanya kemampuan untuk bereaksi pada situasi baru sepanjang stimulus
serupa dengan stimulus yang dikenal.

4) Diskriminasi
Diskriminasi merupakan reaksi terhadap stimulus yang berbeda. Menurut Morgan, et.al
(1986), diskriminasi stimuli merupakan suatu proses belajar untuk memberikan respon terhadap
suatu stimuli tertentu atau tidak memberikan respon sama sekali terhadap stimulus
lain. Hal ini dapat diperoleh dengan cara memberikan ST lain.
Generalisasi dan diskriminasi muncul dalam perilaku sehari-hari. Anak kecil yang telah
merasa takut pada anjing (generalisasi). Lambat laun melalui proses penguatan dan peniadaan
diferensial, rentang stimulus rasa takut semakin menyempit, hanya pada anjing
yang berperilaku galak (diskriminasi).
B. Macam Macam Teori Belajar Prilaku
1 . Teori Belajar Perilaku (Behavioristik)

Menurut teori ini, belajar dipandang sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan
paradigma Stimulus – Respon (S-R), yaitu suatu proses yang memberikan respon tertentu
terhadap stimulus yang datang dari luar. Proses S-R terdiri dari empat unsur.
 Pertama, dorongan (drive) yaitu siswa merasakan adanya kebutuhan terhadap sesuatu
yang kemudian terdorong untuk berupaya memenuhi kebutuhan tersebut.
 Kedua, rangsangan (stimulus) yaitu sesuatu yang diberikan atau diperhadapkan kepada
siswa.
 Ketiga, respon yaitu suatu reaksi yang muncul pada diri siswa sebagai akibat adanya
(diberikannya) stimulus.
 Keempat, penguatan (reinforcement) yaitu tindakan yang perlu diberikan kepada siswa
agar ia merasakan adanya kebutuhan untuk memberikan respon lagi.
Behaviorisme menekankan pada hasil belajar (berupa perubahan tingkah laku) dan tidak
memperhatikan pada proses berpikir siswa (karena tidak dapat dilihat), Oleh karena itu,
Galloway (1967), menganggap proses belajar menurut behaviorisme sebagai suatu proses yang
bersifat mekanistik dan otomatik tanpa membicarakan apa yang terjadi di dalam
diri siswa selama belajar berlangsung.

2. Teori Koneksionisme (Connectionism Theory) dari Thorndike


Thorndike melakukan eksperimen dengan menggunakan kera. Thorndike meletakkan kotak
berisi pisang di dalam kurungan. Untuk dapat mengambil pisang tersebut, kera harus terlebih
dulu mencabut paku penjepit kawat. Pada percobaannya yang pertama, kera membutuhkan
waktu 36 menit untuk mencabut paku penjepit kawat. Tetapi pada
percobaan kedua, ternyata hanya dibutuhkan waktu 2 menit 30 detik.
Thorndike menerangkan perilaku kucing dan kera tersebut secara mekanistis. Jika suatu
reaksi berhasil maka hubungan di antara reaksi tersebut dengan kondisi yang memberikan
rangsangan akan diperkuat. Asosiasi-asosiasi yang berhubungan dengan reaksi-reaksi yang gagal
makin lama makin lemah, yakni reaksi-reaksi yang gagal tersebut tidak muncul lagi.
Thorndike mengemukakan teorinya yang disebut sebagai Connectionism. Menurut teori ini,
belajar pada hewan dan manusia pada dasarnya berlangsung menurut prinsip yang sama. Dasar
terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi antara stimulus dan respon. Terjadinya
asosiasi tersebut menurut Thorndike berdasarkan hukum-hukum sebagai berikut:
a) Hukum Kesiapan(Law of readiness)
Hukum ini menjelaskan kesiapan individu untuk melakukan sesuatu. Ciri-ciri berlakunya hukum
kesiapan adalah sebagai berikut:
 Misalkan seseorang memiliki kecenderungan bertindak. Orang tersebut bertindak, maka
akan menimbulkan kepuasan dan tindakan lain yang tidak dilakukan.
 Misalkan seseorang memiliki kecenderungan bertindak. Orang tersebut tidak bertindak,
maka akan muncul rasa tidak puas dan ia akan melakukan tindakan-tindakan lain untuk
menghapus rasa tidak puasnya.
 Misalkan seseorang tidak mempunyai kecenderungan bertindak. Tetapi orang tersebut
bertindak, maka akan muncul rasa tidak puas dan ia akan melakukan tindakan-tindakan
lain untuk menghapus rasa tidak puasnya.
Menurut hukum ini keberhasilan individu dalam melaksanakan sesuatu sangat tergantung
pada kesiapannya. Belajar akan berhasil jika siswa telah siap untuk belajar.

b) Hukum Latihan (Law of exercises)


Hukum ini menunjukkan bahwa prinsip utama belajar adalah pengulangan. Bila S (stimulus)
diberikan akan terjadi R (respon). Lebih sering asosiasi S dan R digunakan akan membuat
hubungan yang terjadi semakin kuat. Sebaliknya makin jarang asosiasi S dan R digunakan, akan
membuat hubungan tersebut semakin lemah. Thorndike juga mengemukakan bahwa latihan yang
berupa pengulangan tanpa ganjaran tidak efektif.
Asosiasi antara S dan R hanya akan menjadi kuat jika diberikan ganjaran.

c) Hukum Pengaruh (Law of effect)


Menurut hukum ini, dalam suatu lingkungan, jika suatu tindakan (perilaku) menghasilkan
perubahan yang memuaskan, maka terdapat kemungkinan tindakan tersebut akan diulangi lagi
dalam situasi serupa dan akan semakin meningkat intensitasnya. Tetapi jika tindakan (perilaku)
tersebut menghasilkan perubahan yang tidak memuaskan, maka
tindakan tersebut kemungkinan tidak akan diulangi lagi.
Ganjaran dan hukuman berkaitan dengan hukum pengaruh ini. Ganjaran merupakan sesuatu
yang diperoleh siswa atas keberhasilan atau usaha yang dilakukannya. Misalnya, nilai balik
(tinggi) yang diperoleh pada hasil tesnya. Sedangkan, hukuman berkaitan dengan sesuatu yang
diperoleh siswa sebagai akibat dari kegagalan atau pelanggaran yang dilakukan. Misalnya, nilai
jelek atau teguran kepada siswa atas hasil tesnya. Menurut Thorndike, hukuman tidak selalu
melemahkan hubungan S-R dan juga tidak mempunyai akibat yang berlawanan dengan ganjaran.
3. Teori Pengkondisian Operan (Operant Conditioning Theory)
Burhus Frederic Skinner (1904-1990) memulai karyanya dengan menerima asumsi-
asumsi metode almiah sebagai pedoman berpikir mengenai perilaku manusia. Hal ini
mengkristalisasikan ”behaviorisme radikal” menjadi gerakan sadar diri. McLeish (1986)
mendeskripsikan prinsip-prinsip fundamental pandangan ini sebagai berikut:
a. Perilaku harus dipandang berketeraturan dan ditentukan oleh hukum kausalitas. Objek
pengkajian ilmiah ialah memahami sebab dan akibat sehingga perilaku dapat diramalkan dan
diubah jika perubahan itu diperlukan.
 Perilaku tidak mempunyai hakikat khusus atau tersendiri yang menuntut penggunaan
metode unik atau pengetahuan khusus berbeda dari prosedur-prosedur ilmiah yang telah
diterima untuk memahaminya. Kita harus menganggap bahwa hubungan-hubungan kausal
yang telah ditemukan dalam ilmu-ilmu lain dapat diterapkan untuk mengkaji manusia,
kecuali terdapat bukti yang bertentangan.
 Variabel-variabel yang dipilih untuk pengkajian haruslah dapat diamati. Variabel-
variabel itu haruslah berkedudukan seperti metode dan teknik-teknik yang dipakai dalam
sains (eksperimen dan observasi). Variabel-variabel tersebut tersedia untuk analisis ilmiah
dan terdapat di luar organisme. Variabel-variabel berada di lingkungan terdekat atau dalam
lingkungan historis organisme.
 Keadaan internal harus dipandang di bawah kontrol kekuatan-kekuatan yang mengontrol
perilaku yang tampak. Keadaan internal tidak menerangkan perilaku dan harus dinyatakan
tidak relevan sampai keadaan internal tersebut berada di bawah kontrol metode ilmiah.
Skinner memperkenalkan konsep ”Pengkondisian Operan (Operant Conditioning)” untuk
menyebut prosedur tingkah laku yang dikembangkannya. Menurut Skinner, tingkah laku
organisme itu dapat dikontrol melalui pemberian penguatan (reinforcement) yang
tepat dalam lingkungan yang relative baru.
Skinner melakukan eksperimen dengan menggunakan seekor tikus lapar yang diletakkan
dalam kotak yang disebut ”kotak Skinner (Skinner Box)”. Di dalam kotak tersebut, hanya
terdapat sebuah jeruji yang menonjol di mana di bawahnya terdapat piring
makanan dan di atasnya terdapat lampu kecil.
Tikus yang dibiarkan sendiri di dalam kotak berjalan ke sana ke mari. Kadang-kadang tikus
melihat jeruji tersebut dan menekannya. Setiap kali tikus menekan jeruji, butir-butir makanan
meluncur jatuh ke piring makanan. Tikus memakannya dan segera menekan jeruji kembali.
Makanan ”menguatkan (reinforce)” terhadap penekanan jeruji dan kecepatan penekanan jeruji
meningkat drastis. Bila tempat makanan tidak dihubungkan dengan jeruji sehingga penekanan
jeruji tidak lagi mengeluarkan makanan, maka kecepatan penekanan jeruji akan berkurang.Pada
percobaan dengan tikus di atas, jika setiap kali tikus menekan jeruji akan diikuti dengan jatuhnya
makanan, maka tikus akan semakin cepat menekan jeruji. Kondisi ini disebut sebagai ”penguatan
berkesinambungan (continuous reinforcement)”. Akan tetapi, bila makanan tidak lagi jatuh
(pemberian makanan dihentikan) ketika jeruji ditekan, maka kecepatan penekanan jeruji akan
semakin berkurang, bahkan mungkin tidak lagi terjadi. Respon yang sebelumnya diperkuat kini
telah dihapuskan.
Apabila tempat makanan dihubungkan dengan jeruji hanya pada interval waktu tertentu
misalnya setiap lima menit, sehingga makanan baru jatuh ketika jeruji ditekan setelah interval
waktu lima menit. Maka penguatan yang dilakukan disebut sebagai ”penguatan interval (interval
reinforcement)”. Jika interval waktu tersebut bersifat tetap, maka kita menghadapi suatu ”jadwal
penguatan interval tetap (fixed interval reinforcement schedule)”.

C. Implementasi Dari Teori-


Teori Yang Terkandung Di Dalam Teori Belajar Perilaku (Behavioristik)

1. Teori Pengkondisian Klasikal (Classical Conditioning Theory) dari Pavlov


Dalam lingkup pemerolehan bahasa pertama, classical conditioning ini dapat menjelaskan
bagaimana kita belajar makna kata. Seperti diketahui dalam lingkungan banyak rangsangan yang
dapat menimbulkan emosi positif atau negatif. Jika rangsangan-rangsangan bahasa, misalnya
kata, frasa, atau kalimat, sering terjadi bersamaan dengan rangsangan-rangsangan lingkungan,
maka ada akhirnya rangsangan bahasa tersebut dapat menimbulkan respon emosional walaupun
tidak ada rangsangan lingkungan.
Contohnya, Yudi yang berumur sekitar 15 bulan akan menarik taplak meja makan. Ibunya
segera mengatakan, “Tidak! Tidak!” sambil menepis tangannya dengan harapan Yudi akan
menghubungkan sakit di tangannya dengan kata “Tidak! Tidak!” akan menimbulkan respon
makna yang tidak menyenangkan bagi Yudi. Jika hal ini terjadi berulang kali dan respon
emosional sudah ditransferkan dari hukuman fisik ke ujaran “Tidak! Tidak!”, maka pembiasaan
telah berhasil. Jadi, kata “Tidak” menghasilkan respon emosional, sama halnya dengan bunyi bel
menimbulkan respon air liur. Dengan demikian, ibu tersebut telah berhasil mengajarkan makna
“Tidak”. Dengan kata lain, Yudi memahami makna “Tidak” yang berarti suatu larangan.
2. Teori Koneksionisme (Connectionism Theory) dari Thorndike
Menurut Thorndike, perubahan tingkah laku dapat berwujud sesuatu yang konkret (dapat
diamati), atau yang nonkonkret (tidak bisa diamati). Di dalam belajar praktik misalnya,
perubahan tingkah laku seseorang dapat dilihat secara konkret atau dapat diamati. Pengamatan
ini dapat diwujudkan dalam bentuk gerakan yang dilakukan terhadap suatu objek yang
dikerjaakannya. Seorang guru memberikan perintah kepada siswa untuk melakukan kegiatan
praktik merupakan ”stimulus” dan siswa dengan menggunakan pemikirannya, melakukan
kegiatan praktik merupakan ”respon” yang hasilnya langsung dapat diamati. Dengan demikian,
kegiatan belajar yang tampak dalam teori belajar tingkah laku dalam pandangan Thorndike
mengarah pada hasil langsung belajar, atau tingkah laku yang ditampilkan.

3. Teori Pengkondisian Operan (Operant Conditioning Theory) dari B.F. Skinner


Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka
responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.Guru
dapat menyusun program pembelajaran berdasarkan pandangan Skinner. Dalam menerapkan
teori Skinner, guru perlu memperhatikan dua hal yang penting, yaitu
pemilihan stimulus yang diskriminatif dan penggunaan penguatan.
Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori pengkondisian operan sebagai berikut:
a. Kesatu, mempelajari keadaan kelas. Guru mencari dan menemukan perilaku siswa yang positif
atau negatif. Perilaku positif akan diperkuat dan perilaku negatif diperlemah atau dikurangi.
 Kedua, membuat daftar penguat positif. Guru mencari perilaku yang lebih disukai oleh
siswa, perilaku yang kena hukuman, dan kegiatan luar sekolah yang dapat jadi penguat.
 Ketiga, memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis
penguatnya.
 Keempat, membuat program pembelajaran. Program pembelajaran ini berisi urutan
perilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari perilaku dan penguat yang
berhasil dan tidak berhasil. Ketidakberhasilan tersebut menjadi catatan penting bagi
modifikasi perilaku selanjutny.
DAFTAR PUSTAKA
Dahar, Ratna Wilis.1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dimyati & Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ratumanan, Tanwey Gerson.2002. Belajar dan Pembelajaran. Ambon: Unesa University Press.
Slameto.2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Uno, Hamzah B.2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan.
Jakarta: PT Bumi Aksara.

Share this :

Ikhwan Asshafa

NEXT
Makalah "KEMITRAAN DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM"
PREVIOUS
Makalah " Maulid Nabi Muhammad SAW"

0 KOMENTAR
PENULISAN MARKUP DI KOMENTAR

 Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan,
atau sejenisnya akan dihapus.
 Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
 Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan
disisipkan </i>
 Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
 Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
 Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
 Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
 © 2015 Simple SEO ✔

POPULAR


Makalah Hadits Tarbawi : Hadits tentang metode metode pembelajaran
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tidaklah berlebihan jika ada sebuah ungkapan
“aththariqah ahammu minal maddah”, bahwa meto...


Makalah "Pengertian, Ruang Lingkup Hadits Tarbawi"
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR
BELAKANG...


Makalah manjemen pendidikan islam: ruang lingkup manajemen pendidikan
islam
1. Latar belakang Ruang lingkup manajemen lembaga pendidikan islam merupakan sebuah aspek aspek
yang berhubungan dengan lembaga ...


Makalah " Konsep Pemikiran K.H Hasyim Asy'ari"
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah KH. M. Hasyim Asy’ari adalah salah seorang
pendiri lembaga peasantren di semping se...
 makalah ulumul qur`an : rasm alqur`an, hubungan rasm alqur`an dengan
qira`at dan tafsir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ulum Alquran dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan
dengan ilmu-ilmu yang berkai...

Makalah Aqidah Akhlak
B AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
merupakan kurikulum hasil refleksi, p...
 materi fiqih (makalah)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses belajar-mengajar kehadiran media mempunyai
arti yang cukup penting. Karena d...


Makalah Hadits Tarbawi "persaudaraan"
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam menganjurkan untuk menyambung hubungan dan
bersatu serta mengharamkan pemutusan hu...
 Makalah Penalaran induksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (observasi empirik)...


Makalah Ulumul Qur`an " Makki dan Madani"
BAB 1 PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG Ilmu Makki dan Madani adalah ilmu yang membahas
ihwal bagian al-Qur’an yang Makki dan ba...

LABEL
 Artikel
 Dhelpi
 Dunia Komputer
 gambar kata mutiara
 Home
 internet
 Islami
 karya ilmiah (makalah)
 karya sastra
 karya sastra (cerpen)
 Kata Bijak
 kisah inspiratif
 makalah
 Pengetahuan
 Profile
 puisi
 Renungan
 sosial media
 Tekhnologi
 Tips dan Trik

Copyright © 2015 Media Belajar All Right Reserved - Created by Arlina Design

Anda mungkin juga menyukai