1
penyakit kronis lainnya pada anggota keluarga yang lain juga disangkal.
5. Riwayat Pekerjaan:
Pasien saat ini sudah tidak bekerja.
6. Lain-lain:
Pasien tidak merokok dan minum alkohol. Pasien mengatakan di lingkungan sekitar rumahnya, tidak ada yang mengalami keluhan yang
sama seperti pasien dan tidak ada yang menderita TBC.
Daftar Pustaka:
a. Harrison T R, et all. 2005. Harrison’s Principle of Internal Medicine Sixteenth Edition. United States of America.
b. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2001. Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Bakti Husada.
c. Price, S.A.,Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.vol.2 edisi 6. Jakarta: EGC.
d. World Health Organization. 2010. Treatment of Tuberculosis Guidelines, Fourth edition. Geneva: WHO Press.
Hasil Pembelajaran:
1. Identifikasi faktor risiko TB.
2. Diagnosis TB Paru.
3. Regimen terapi TB Paru.
4. Monitoring TB Paru.
5. Edukasi untuk pencegahan penularan.
6. Edukasi untuk kepatuhan berobat minimal selama 6 bulan.
2
mengganggu terutama pada malam hari. Selain itu, pasien juga mengeluh demam dan berkeringat dingin pada malam hari sejak 3 bulan yang
lalu. Pasien juga mengeluhkan nafsu makan berkurang sejak 1 bulan terakhir sehingga pasien merasa badannya semakin kurus. Keluhan lain
seperti sesak napas, dan nyeri dada disangkal pasien. Pasien baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini. Tidak ada anggota keluarga
yang mengalami keluhan yang sama. Riwayat penyakit lain seperti penyakit paru, tekanan darah tinggi, kencing manis, dan penyakit jantung,
penyakit liver, penyakit ginjal disangkal oleh pasien. Pasien tidak merokok dan minum alkohol. Pasien mengatakan di lingkungan sekitar
rumahnya, tidak ada yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien dan tidak ada yang menderita TBC.
2. Obyektif:
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, dengan kesadaran compos mentis, tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 84
kali/menit, respirasi 20 kali/menit, suhu 36,8°C, dan status gizi baik (BMI 19,72 kg/m2). Dari pemeriksaan perkusi paru didapatkan redup
pada apeks paru kanan, dan rhonki saat auskultasi. Pada pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati, dan gula darah dalam batas normal.
Pemeriksaan sputum tanggal 9 dan 10 Mei 2015 ditemukan bakteri tahan asam. Dari pemeriksaan foto polos dada tampak infiltrat di apeks
paru kanan dengan kesan tuberkulosis.
3
Terjadinya TB dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu (1) kuman Mycobacterium tuberculosa (jumlah dan virulensi); (2) status imunologis
penderita (nonspesifik dan spesifik); dan (3) lingkungan (kurangnya paparan sinar matahari, perumahan yang padat, polusi udara, rokok,
penggunaan alkohol, obat bius, serta sosio-ekonomi). Beberapa kondisi yang menurunkan sistem imun juga dapat menyebabkan timbulnya
TB, seperti keganasan, transplantasi, infeksi HIV, malnutrisi, diabetes mellitus, silikosis, gagal ginjal, dan penggunaan kortikosteroid jangka
lama. Pasien sudah berusia lanjut yaitu berumur 85 tahun, sehingga daya tahan tubuh umumnya terjadi penurunan. Lingkungan rumah pasien
dikatakan bersih, dengan pencahayaan matahari dan ventilasi yang cukup pada setiap ruangan.
Pasien datang dengan keluhan utama batuk darah sejak 3 hari yang lalu. Batuk darah warna merah segar sejak 3 hari SMRS, 5-7
kali/hari sebanyak 1 sendok makan Pasien juga mengeluh batuk disertai dengan dahak kental berwarna kuning kehijauan sejak 3 bulan yang
lalu Demam tidak disertai dengan menggigil dan bersifat hilang timbul sejak 3 bulan yang lalu dan nafsu makan berkurang sejak 1 bulan
terakhir sehingga pasien merasa badannya semakin kurus. Hal ini sesuai dengan yang dengan teori, gejala dari tuberkulosis adalah batuk
berdahak >3 minggu, batuk darah, sesak nafas, dan nyeri dada, serta disertai gejala sistemik seperti demam (subfebril), malaise, keringat
malam, anoreksia, dan berat badan menurun.
4
Pemeriksaan sputum dilakukan pada semua suspek TB dan diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi -
sewaktu (SPS). Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional,
penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji
kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya
berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi
overdiagnosis.
Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif diantaranya bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus
atas paru dan segmen superior lobus bawah, kaviti terutama lebih dari satu dikelilingi oleh bayangan opak berawan/nodular, bayangan
bercak milier, efusi pleura unilateral atau bilateral. Pemeriksaan lainnya juga dapat dilakukan analisis cairan pleura, pemeriksaan
histopatologi jaringan, pemeriksaan darah, dan uji tuberkulin.
4. Plan:
Diagnosis:
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat disimpulkan bahwa diagnosis pasien pada kasus ini adalah
Tuberkulosis Paru. Pasien didiagnosis dengan Tuberkulosis Paru diperoleh dari pada anamnesis batuk darah, batuk disertai dengan dahak
kental berwarna kuning kehijauan sejak 3 bulan yang lalu disertai gejala sistemik seperti demam (subfebril), malaise, keringat malam, dan
berat badan menurun. Dari pemeriksaan fisik didapatkan redup pada apeks paru kanan, dan rhonki saat auskultasi. Pemeriksaan sputum
ditemukan bakteri tahan asam. dan pada pemeriksaan foto polos dada tampak infiltrat di apeks paru kanan dengan kesan tuberkulosis.
Pengobatan:
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan
mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan. Pada kasus ini,
5
pasien didiagnosis dengan TB kasus baru dengan BTA positif sehingga diberikan pengobatan OAT kategori 1 yaitu 2(HRZE)/4(HR)3.
Pasien juga mendapatkan terapi simptomatif, dan suportif (Inj. asam traneksamat dan ambroxol).
Pendidikan:
a. Edukasi tentang penyakit tuberkulosis (etiologi, gejala, terapi, pencegahan, dan penularan).
b. Menjelaskan pentingnya penatalaksanaan secara holistik (terutama preventif dan kuratif).
c. Untuk anggota keluarga melakukan proteksi diri dengan menggunakan masker, jaga kondisi tubuh, dan jangan menggunakan alat makan
orang yang sudah tertular TB.
d. Tetap menjaga kebersihan lingkungan dengan ventilasi dan pencahayaan sinar matahari yang cukup di setiap ruangan.
Konsultasi:
Pasien dirawat oleh dokter spesialis penyakit dalam. Pasien dikonsulkan ke spesialis radiologi untuk pemeriksaan penunjang berupa foto
thoraks PA.