Anda di halaman 1dari 15

5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jintan Hitam


Jintan hitam merupakan tanaman herbal yang memiliki nama ilmiah Nigella
sativa, dan terkenal memiliki efek jika digunakan untuk keperluan medis, dan sudah
terbiasa digunakan sebagai bumbu makanan.1,2 Tanaman jintan hitam adalah tanaman
yang berasal dari daerah Eropa Selatan, Afrika Utara, dan daerah barat daya dari
benua Asia. Jintan hitam telah dibudidaya di berbagai wilayah, diantaranya daerah
Mediteranian, Eropa Utara, India, Pakistan, Syria, Turki, dan Arab Saudi.3 Tanaman
yang memiliki nama Latin Nigella sativa ini juga dikenal dengan nama Kalonji di
daerah Asia tenggara, Habbah-Al-Sauda di Arab Saudi, dan Black Cumin di
Inggris.7,21
Jintan hitam banyak digunakan secara tradisional untuk mengobati berbagai
penyakit.1,3,5-9 Beberapa penelitian telah dilaporkan mengenai aktivitas biologis dari
jintan hitam, antara lain sebagai diuretik, antihipertensi, imunomodulator,3,5-7
antidiabetes, spasmolitik, bronkodilator, hepatoprotektif, analgetik, dan antiulser.3,5-8
Selain itu, ada juga penelitian yang mengemukakan bahwa jintan hitam mempunyai
efek antihiperlipidemia,8 antiparasit,7-10 antioksidan, antiinflamasi, antikanker,
antimikroba, dan antifungal.2,3,5-10

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Jintan Hitam


Berdasarkan ilmu taksonomi tumbuhan, tanaman jintan hitam (Nigella sativa)
dapat diklasifikasikan menjadi:21
 Kingdom : Plantae
 Divisi : Magnoliophyta
 Kelas : Magnoliopsida
 Ordo : Ranunculales

Universitas Sumatera Utara


6

 Family : Ranunculalceae
 Genus : Nigella
 Species : Nigella sativa

Gambar 1. Tanaman Jintan Hitam1

2.1.2 Morfologi Tanaman Jintan Hitam


Jintan hitam merupakan tanaman herbal yang berbunga secara tahunan.
Tanaman ini tumbuh dengan tinggi 20-90 cm dan daunnya terbagi dua secara halus
dengan segmen daun yang linear.3,9 Panjang daun tanaman ini sekitar 2,5-5,0 cm.5
Jintan hitam memiliki bunga yang halus dan biasanya berwarna berwarna putih,
kuning, merah muda, biru muda ataupun ungu muda.3,9 Bunga jintan hitam memiliki
panjang 2,0-2,5 cm dengan 5-10 kelopak.3,5,9 Buah jintan hitam merupakan suatu
kapsul besar yang terdiri dari 3-7 folikel yang bersatu dan masing-masing kapsul
berisi banyak biji.3,9 Biji jintan hitam berukuran kecil, berbentuk lonjong dan bersudut
dengan panjang 2-3,5 mm dan lebar 1-2 mm. Biji jintan hitam berwarna hitam bila
dilihat dari luar dan berwarna putih pada bagian dalamnya. Permukaan bijinya rata
dengan bau yang sedikit aromatik dan rasa yang pahit.3,5,21
Di India, jintan hitam ditanam pada tanah yang kering. Tanaman ini ditanam

Universitas Sumatera Utara


7

pada tanah yang kering dari bulan November sampai dengan bulan April dan biji
jintan hitam memerlukan waktu 10-15 hari untuk berkecambah. Jintan hitam
berbunga dan berbuah dari bulan Januari sampai dengan bulan April.5,21 Jintan hitam
dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim dingin dan kering sampai daerah
yang panas dan lembab. Adapun pH tanah yang sesuai untuk menumbuhkan jintan
hitam adalah sekitar 7,0-7,5.1

Gambar 2. Biji Jintan Hitam5

2.1.3 Kandungan Kimia Jintan Hitam


Komposisi kimia dari biji jintan hitam ditemukan terdiri dari 30% minyak
statis dan minyak atsiri dengan rata-rata 0,5% dan maksimalnya 1,5%.7,9 Minyak
statis mengandung linoleic acid 55,6%, oleic acid 23,4%, palmitic acid 12,5%.5
Minyak atsiri terdiri dari senyawa aktif seperti timokuinon, timohidrokuinon,
ditimokuinon, timol, karvakrol,1-3,5-7,9,10 p-cymene,1,3,5-7,10 alpha-pinen,1,3,7,9,10 4-
terpineol, t-anethol, longifolene, dll.3,6 Selain zat aktif, biji jintan hitam juga
mengandung alkaloid isokuinolin seperti nigellicimine1,3,6,7 dan nigellimine-N-oxide
serta alkaloid pirazol yaitu nigellidine dan nigellicine.1-3,5-7,9 Dari senyawa-senyawa
tersebut, timokuinon merupakan senyawa terbanyak yaitu sebesar 54%. Biji jintan
hitam juga kaya akan kandungan flavonoid, tanin, asam lemak essensial, asam amino
essensial, asam askorbik, zat besi, kalsium, natrium, dan kalium.9 Biji jintan hitam
mengandung 37% minyak dan 4,1% garam kalsium, protein (16-19,9%), karbohidrat

Universitas Sumatera Utara


8

(33-34%), serat (4,5-6,5%), saponin (0,013%), moisture (5-7%).10

Gambar 3. Struktur kimia senyawa aktif biji jintan hitam (A) timokuinon,(B) timol,
dan (C) karvakrol5,9

2.1.4 Aktivitas Antifungal Jintan Hitam


Dari senyawa aktif yang telah diuraikan, senyawa yang mempunyai efek
antifungal yaitu timokuinon,3,10,11 timol,11,12 dan karvakrol.12 Hampir seluruh aktivitas
biologi dari jintan hitam ditunjukkan oleh senyawa timokuinon.3,9 Timokuinon adalah
senyawa yang melimpah dalam minyak atsiri jintan hitam dan dikenal sebagai
senyawa yang berperan aktif sebagai antioksidan, antiinflamasi, dan juga antikanker.
Selain itu, timokuinon juga menunjukkan aktivitas antibakteri dan antifungal.3,10,22
Mekanisme timokuinon sebagai antifungal adalah dengan menghambat germinasi
spora. Timokuinon juga dapat mencegah terbentuknya biofilm jamur.22
Selain timokuinon, senyawa lain yang mempunyai efek antifungal adalah
timol dan karvakrol. Mekanisme timol dan karvakrol sebagai antifungal adalah
dengan menghambat sintesis ergosterol. Ergosterol adalah komponen sterol utama
dari membran sel jamur yang berfungsi untuk mempertahankan integritas dan fungsi
sel jamur. Dengan terhambatnya sintesis ergosterol, maka akan menyebabkan
kematian sel jamur.12
Selain dengan menghambat sintesis ergosterol, timol yang merupakan
senyawa fenol, mempunyai kemampuan untuk meracuni protoplasma, merusak, dan
menembus dinding sel, serta mengendapkan protein sel mikroba. Komponen fenol

Universitas Sumatera Utara


9

juga dapat mendenaturasi enzim yang bertanggung jawab terhadap germinasi spora
atau berpengaruh terhadap asam amino yang terlibat dalam proses germinasi.11 Selain
itu, senyawa fenol juga dapat mendenaturasi ikatan protein pada membran sel,
sehingga membran sel menjadi lisis dan memungkinkan fenol untuk menembus ke
dalam inti sel. Masuknya fenol ke dalam inti sel akan menyebabkan jamur tidak
berkembang.23

2.2 Denture Stomatitis


Oral candidiasis adalah penyakit infeksi oportunistik rongga mulut yang
disebabkan infeksi jamur Candida.13,14 Oral candidiasis diklasifikasikan menjadi
acute candidiasis, chronic candidiasis, dan angular cheilitis. Acute candidiasis
terbagi dua yaitu acute pseudomembranous candidiasis dan acute atrophic
candidiasis, sedangkan chronic candidiasis terbagi menjadi chronic hyperplastic
candidiasis, chronic atrophic candidiasis, dan median rhomboid glossitis.13,17 Oral
candidiasis yang berhubungan dengan pemakaian gigi tiruan adalah chronic atrophic
candidiasis atau yang dikenal dengan denture stomatitis.13,16,18,19
Denture stomatitis ditandai dengan adanya eritema lokal yang kronis pada
jaringan yang tertutup gigi tiruan.13,16,24 Penyakit ini biasanya terjadi pada bagian
palatal ataupun jaringan rahang atas, namun bisa juga terjadi pada jaringan di rahang
bawah.13,21,25 Denture stomatitis disebabkan oleh pertumbuhan jamur Candida yang
berlebihan.13-15,17 Spesies jamur Candida yang paling berperan dalam menyebabkan
terjadinya penyakit ini adalah Candida albicans.13,14,16 Insidensi terjadinya denture
stomatitis ditemukan 65-70% dari pemakai gigi tiruan.13,18
Pemakaian gigi tiruan yang tidak dilepas dan dibersihkan akan membentuk
kondisi ideal bagi pertumbuhan jamur. Jamur akan melekatkan diri pada basis gigi
tiruan dan aliran saliva yang sedikit pada daerah itu menyebabkan pembersihan pada
daerah tersebut berkurang.13,15,18 Aliran saliva yang berkurang akan menyebabkan
gangguan pada flora normal rongga mulut. Selain itu, rendahnya derajat keasaman
(pH) mulut dan tingginya kadar oksigen menyebabkan peningkatan jumlah spesies

Universitas Sumatera Utara


10

Candida, serta mempermudah perlekatan Candida.15 Jika gigi tiruan tersebut longgar,
maka akan menyebabkan iritasi friksi yang dapat melukai mukosa sehingga jamur
mempunyai kesempatan untuk menginfiltrasi jaringan dan menyebabkan infeksi.18,19
Berdasarkan berat inflamasi yang terjadi, lesi denture stomatitis dapat dibagi
menjadi tiga tipe, yaitu: 24,25
1. Eritema pin poin pada mukosa yang ditutupi gigi tiruan (Newton’s type I),

Gambar 4. Newton’s type I24

2. Eritema difus dan odem pada sebagian besar atau seluruh permukaan
mukosa yang ditutupi gigi tiruan (Newton’s type II),

Gambar 5. Newton’s type II24

Universitas Sumatera Utara


11

3. Hiperplasia papila dan inflamasi, umumnya terjadi pada bagian sentral


dari palatum keras dan pada linggir alveolar (Newton’s type III).

Gambar 6. Newton’s type III24

2.3 Candida albicans


Candida merupakan flora normal yang terdapat pada bagian tubuh manusia
seperti kulit, rongga mulut, saluran pencernaan, vagina, dan usus.25-28 Terdapat
sekitar 154 spesies jamur Candida, namun tidak semuanya menimbulkan infeksi
rongga mulut.27 Beberapa jamur Candida yang ditemukan dalam infeksi rongga mulut
diantaranya yaitu Candida albicans, Candida tropicalis, Candida glabrata, Candida
pseudotropicalis, Candida guillierimondii, Candida krusei, Candida lusitaniae,
Candida parapsilosis, dan Candida stellatoidea.17 Dari beberapa spesies jamur
tersebut, Candida albicans merupakan spesies yang paling banyak ditemukan pada
rongga mulut.14-16 Adapun insidensi ditemukannya Candida albicans dari rongga
mulut yaitu 45% pada neonatal, 45-65% pada anak-anak yang sehat, 30-45% pada
orang dewasa yang sehat, 50-65% pada pemakai gigi tiruan lepasan, 90% pada pasien
leukemia akut yang sedang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV.13
Selain ditemukan di rongga mulut, Candida albicans juga diproduksi oleh
American Type Culture Collection (ATCC), dan salah satu diantaranya yaitu Candida

Universitas Sumatera Utara


12

albicans (ATCC® 10231™). Candida albicans (ATCC® 10231™) jenis ini hanya
ditujukan untuk penelitian, dan bukan untuk tujuan diagnostik ataupun terapeutik,
baik pada manusia ataupun pada hewan.29

2.3.1 Klasifikasi Candida albicans


Berdasarkan ilmu taksonomi, Candida albicans diklasifikasikan menjadi:27
 Kingdom : Fungi
 Filum : Ascomycota
 Subfilum : Ascomycotina
 Kelas : Ascomycetes
 Ordo : Saccharomycetales
 Famili : Saccharomycetaceae
 Genus : Candida
 Spesies : Candida albicans

Gambar 7. Candida albicans


(A) yang ditanam dalam Sabouraud Dextrose Agar (SDA)30
(B) dilihat secara mikroskopis (ditanam dalam Corn Meal Agar)31

Universitas Sumatera Utara


13

2.3.2 Morfologi Candida albicans


Candida albicans ditemukan memiliki tiga bentuk, yaitu sebagai ragi, hifa,
atau pseudohifa sebagai bentuk intermediat.26,27 Beberapa ahli mengelompokkan hifa
dan pseudohifa sebagai satu kelompok, sehingga Candida albicans sering disebut
sebagai jamur dimorfik.14,25-28 Sel jamur Candida albicans adalah uniseluler dengan
bentuk bulat atau lonjong, dan biasanya membentuk koloni berwarna putih dengan
permukaan yang halus.27 Reproduksi sel jamur dilakukan dengan cara membelah diri
secara mitosis atau budding, dimana dari satu sel induk membelah diri menjadi dua
sel anak. Selain itu, Candida albicans juga memiliki kemampuan untuk membentuk
spora seperti blastospora dan klamidospora.27,28 Sel ragi atau blastospora berbentuk
bulat, lonjong, atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5 µ x 3-6 µ hingga 2-5,5 µ x 5-28
µ, sedangkan sel klamidospora berdinding tebal dan bergaris tengah sekitar 8-12 µ.28

Gambar 8. Ilustrasi bentuk morfologi dari Candida albicans (A) bentuk ragi, (B)
pseudohifa, dan (C) hifa27

Pada medium padat seperti Sabouraud Dextrose Agar (SDA), koloni Candida
albicans umumnya berbentuk bulat dengan permukaan sedikit cembung, halus, licin,
dan kadang sedikit berlipat terutama pada koloni yang berusia tua. Koloni Candida
albicans berwarna putih kekuningan dan berbau asam seperti aroma tape.25,28 Pada
media Corn Meal Agar (CMA), terbentuk klamidospora dalam waktu 24-36 jam.28,31
Candida albicans tumbuh pada suhu 37oC dalam kondisi aerob maupun anaerob.
Pada kondisi aerob, Candida albicans mempunyai waktu generasi yang lebih panjang
yaitu 248 menit, sedangkan pada kondisi anaerob hanya 98 menit. Meskipun Candida
albicans tumbuh baik pada media padat, tetapi dengan digoyang pada media cair,

Universitas Sumatera Utara


14

kecepatan pertumbuhannya menjadi lebih tinggi. Pertumbuhan juga lebih cepat pada
kondisi asam dibandingkan dengan pH normal atau alkali.32,33
Untuk Candida albicans (ATCC® 10231™), koloni yang tumbuh pada media
Yeast Extract Peptone Dextrose (YEPD) ini berwarna krem, berkilau, dan halus. Pada
koloni yang berusia tua, ditemukan adanya struktur seperti filamen pada pinggir
koloni. Sel Candida albicans (ATCC® 10231™) ini berbentuk ovoid dengan ukuran 3-
6 x 4-8 µm, dan biasanya selalu sendiri dan jarang berkelompok pada sel yang muda.
Sel ini kemudian akan mengalami elongasi dan membentuk pseufohifa yang
bercabang pada kultur yang tua.29
Dinding sel Candida albicans berfungsi sebagai pelindung jamur dan sebagai
target dari beberapa obat antifungal. Selain itu, dinding sel juga berperan dalam
proses penempelan dan kolonisasi serta bersifat antigenik. Fungsi utama dari dinding
sel adalah memberi bentuk pada sel dan melindungi sel dari lingkungannya. Candida
albicans mempunyai struktur dinding sel yang kompleks dengan tebal 100-400 µm.
Komposisi primer terdiri dari glukan, manan, dan khitin. Manan dan protein
berjumlah sekitar 15,2-30% dari berat kering dinding sel, β-1,3-D-glukan dan β-1,6-
D-glukan sekitar 47-60%, khitin sekitar 0,6-9%, protein 6-25% dan lipid 1-7%. Segal
dan Bavin (1994) memperlihatkan dinding sel Candida albicans terdiri dari lima
lapisan yang berbeda (Gambar 6).28

Gambar 9. Dinding sel Candida albicans28

Universitas Sumatera Utara


15

Membran sel Candida albicans terdiri dari lapisan fosfolipid ganda. Membran
protein ini memiliki aktivitas enzim sperti manan sintase, khitin sintase, glukan
sintase, Adenosine Triphosphatase (ATPase), dan protein yang mentransport fosfat.28
Selain itu, terdapat membran sterol pada dinding sel yang berfungsi menghasilkan
ergosterol, yang berperan sebagai target beberapa obat antifungal.13,28 Mitokondria
merupakan pembangkit daya sel. Dengan menggunakan energi dari penggabungan
oksigen dengan makanan, organel memproduksi Adenosine Triphosphatase (ATP).28
Nukleus Candida albicans merupakan organel paling menonjol dalam sel dan
dipisahkan dari sitoplasma oleh dua lapisan membran. Deoxyribonucleic Acid (DNA)
kromosom disimpan dalam nukleus, terkemas dalam serat-serat kromatin. Isi nukleus
berhubungan dengan sitosol melalui pori-pori nukleus. Vakuola berperan dalam
sistem pencernaan sel, sebagai tempat penyimpanan lipid dan granula polifosfat.
Mikrotubul dan mikrofilamen berada dalam sitoplasma. Pada Candida albicans,
mikrofilamen berperan penting dalam terbentuknya perpanjangan hifa.28

2.3.3 Patogenesis Candida albicans


Tahap pertama dalam proses infeksi Candida albicans ke tubuh hewan atau
manusia adalah tahap adhesi atau perlekatan.28,33 Kemampuan Candida albicans
melekat pada sel pejamu merupakan tahap penting dalam pembentukan koloni dan
penyerangan atau invasi ke sel pejamu. Dinding sel merupakan bagian sel dari
Candida albicans yang pertama berinteraksi dengan sel pejamu.33 Interaksi antara
mikroorganisme dan sel pejamu diperantarai oleh komponen spesifik dari dinding sel
mikroorganisme, adhesin dan reseptor. Manan dan manoprotein merupakan molekul-
molekul Candida albicans yang mempunyai aktifitas adhesif. Kitin, komponen kecil
yang terdapat dalam dinding sel juga berperan dalam aktifitas adhesif.28
Setelah tahap perlekatan, Candida albicans berpenetrasi ke dalam sel epitel
mukosa. Dalam hal ini, enzim yang berperan adalah aminopeptidase dan asam
fosfatase. Proses selanjutnya setelah tahap penetrasi tergantung pada ketahanan tubuh
sel pejamu. Jika ketahanan tubuh pejamu tidak baik ataupun terdapat faktor

Universitas Sumatera Utara


16

predisposisi, maka keadaan tersebut akan memudahkan invasi Candida albicans ke


dalam jaringan tubuh pejamu.28 Pada tahap invasi, blastospora akan berkembang
menjadi pseudohifa dan tekanan dari pseudohifa akan merusak jaringan sehingga
invasi ke dalam jaringan dapat terjadi.28,33 Virulensi ditentukan oleh kemampuan
jamur tersebut merusak dan ivasi ke dalam jaringan. Adapun enzim-enzim yang
berperan sebagai faktor virulensi yaitu proteinase, lipase, dan fosfolipase.28

2.4 Landasan Teori


Jintan hitam adalah tanaman herbal yang digunakan sebagai bumbu makanan
dan memiliki berbagai efek untuk keperluan medis. Beberapa penelitian telah
dilaporkan mengenai aktivitas biologis dari jintan hitam, salah satunya adalah
antifungal. Komposisi minyak atsiri jintan hitam terdiri dari timokuinon (54%),
timohidrokuinon, ditimokuinon, timol, karvakrol, p-cymene, alpha-pinen, 4-terpineol,
t-anethol, longifolene, dll. Dari senyawa aktif tersebut, senyawa yang mempunyai
efek antifungal yaitu timokuinon, timol, dan karvakrol.
Timokuinon adalah senyawa yang berperan aktif sebagai antibakteri dan
antifungal. Mekanisme timokuinon sebagai antifungal adalah dengan menghambat
germinasi spora dan mencegah terbentuknya biofilm jamur. Timol dan karvakrol
berperan sebagai antifungal dengan menghambat sintesis ergosterol, menyebabkan
kematian sel jamur. Timol (senyawa fenol) mempunyai kemampuan untuk meracuni
protoplasma, merusak, dan menembus dinding sel, serta mengendapkan protein sel
mikroba. Selain itu, timol juga dapat mendenaturasi enzim yang berpengaruh
terhadap germinasi spora, mendenaturasi ikatan protein pada membran sel, sehingga
membran sel lisis dan memungkinkan fenol untuk menembus ke dalam inti sel.
Masuknya fenol ke dalam inti sel akan menyebabkan jamur tidak berkembang.
Oral candidiasis adalah penyakit infeksi oportunistik pada rongga mulut yang
disebabkan oleh infeksi jamur Candida. Oral candidiasis yang berhubungan dengan
pemakaian gigi tiruan dikenal dengan denture stomatitis. Denture stomatitis ditandai
dengan eritema lokal dan kronis pada jaringan tertutup gigi tiruan, dan biasanya

Universitas Sumatera Utara


17

terjadi pada jaringan rahang atas. Insidensi terjadinya denture stomatitis ditemukan
65-70% dari pemakai gigi tiruan. Berdasarkan beratnya inflamasi, denture stomatitis
dibagi menjadi tiga tipe, yaitu eritema pin poin, eritema difus dan odem, serta
hiperplasia papila dan inflamasi.
Candida albicans merupakan spesies jamur yang paling banyak ditemukan
pada rongga mulut dengan insidensi 50-65% pada pemakai gigi tiruan lepasan.
Candida albicans merupakan jamur dimorfik, uniseluler dengan bentuk bulat atau
lonjong, biasanya membentuk koloni berwarna putih dengan permukaan halus. Pada
media SDA, koloni berbentuk bulat dengan permukaan sedikit cembung, halus, licin,
berwarna putih kekuningan, dan berbau asam seperti aroma tape. Pada media CMA,
akan terbentuk klamidospora dalam waktu 24-36 jam.
Dinding sel Candida albicans berfungsi sebagai pelindung, target beberapa
obat antifungal, serta berperan dalam proses penempelan dan kolonisasi. Selain itu,
terdapat membran sterol yang menghasilkan ergosterol yang berperan sebagai tempat
kerja beberapa obat antifungal. Adapun tahap pertama dalam proses infeksi Candida
albicans adalah tahap adhesi dimana dinding sel berinteraksi dengan sel pejamu.
Setelah tahap adhesi, Candida albicans berpenetrasi ke dalam sel epitel mukosa.
Proses setelah tahap penetrasi tergantung pada ketahanan tubuh sel pejamu. Jika
ketahanan tubuh tidak baik, maka memudahkan invasi Candida ke dalam jaringan.
Pada tahap invasi, blastospora berkembang menjadi pseudohifa dan tekanan
pseudohifa akan merusak jaringan dan terjadi invasi ke dalam jaringan.

Universitas Sumatera Utara


Kerangka Teori
- Antioksidan
Denture Stomatitis
- Antiparasit
Jintan Hitam - Antiinflamasi
- Antikanker
Pemakaian GT  tidak
- Antimikroba
dilepas & dibersihkan
- Antifungal

- Candida melekat di basis GT


- Aliran saliva ↓
Timokuinon Timol Karvakrol
- ↓ pH mulut
- ↑ kadar oksigen

Candida albicans ↑ spesies Candida

- Candida albicans (48%)


- Spora ↓ - Ergosterol
- Dinding sel rusak - Candida tropicalis (33%)
- Enzim pembentuk spora rusak
- Candida glabrata (18%)
- Ikatan protein rusak
- Cegah biofilm

Fungistatis Fungisidal

Kadar Hambat Kadar Bunuh


Minimum (KHM) Minimum (KBM)

18

Universitas Sumatera Utara


19

2.5 Kerangka Konsep

Jintan Hitam

Ekstrak Jintan Hitam  konsentrasi100%

Diencerkan dengan 1 ml
Mueller Hinton Broth 
ekstrak konsentrasi : Subkultur pada
- 50% - 1,562% Sabouraud Dextrose
- 25% - 0,781% Agar (SDA)
- 12,5% - 0,390%
- 6,25% - 0,195%
- 3,125%
Inkubasi 24 jam 37oC

Teteskan 1 ml Candida albicans


 vortex hingga homogen Pengamatan media

Inkubasi 24 jam 37oC


Terbentuk Tidak
koloni terbentuk
Pengamatan tabung reaksi koloni

Terbentuk Tidak Candida Candida


endapan terbentuk tumbuh tidak
endapan tumbuh

Candida
tumbuh Candida Konsentrasi terendah
tidak tumbuh Candida tidak tumbuh 
Kadar Bunuh Minimum
(KBM)
Konsentrasi terendah
Candida tidak tumbuh 
Kadar Hambat Minimum
(KHM)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai