Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHSAN

A. PENGERTIAN METODOLOGI
Metodologi atau methodology dalam bahasa Inggris, diserap dari bahasa Perancis
“méthodologie” yang berasal dari bahasa Latin modern “methodologia” yang tersusun
dari kata Latin “methodos – logia” (merriam-webster). Beberapa pendapat juga
mengemukakan bahwa metodologi berasal dari bahasa Yunani yang tersusun dari kata
“methodos – logos“. Dengan penambahan leksem “logia atau logos” menunjukkan
pengertian “yang bersifat ilmiah” atau menunjuk pada ilmu itu sendiri.

Menurut istilah (terminologi), metode adalah ajaran yang memberi uraian,


penjelasan, dan penentuan nilai. Metode biasa digunakan dalam penyelidikan keilmuan.
Hugo F. Reading mengatakan bahwa metode adalah kelogisan penelitan ilmiah, sistem
tentang prosedur dan teknik riset.

Ketika metode digabungkan dengan kata logos maknanya berubah. Logos berarti
“studi tentang” atau “teori tentang”. Oleh karena itu, metodologi tidak lagi sekedar
kumpulan cara yang sudah diterima(well received) tetapi berupa berupa kajian tentang
metode. Dalam metodologi dibicarakan kajian tentang cara kerja ilmu pengetahuan.
Pendek kata, bila dalam metode tidak ada perbedaan, refleksi dan kajian atas cara kerja
ilmu pengetahuan, sebaliknya dalam metodologi terbuka luas untuk mengkaji, mendebat,
dan merefleksi cara kerja suatu ilmu. Maka dari itu, metodologi menjadi menjadi bagian
dari sistematika filsafat, sedangkan metode tidak.
a ). Pengertian Metodologi menurut beberapa para ahli sebagai berikut :
1. Metodologi adalah prosedur ilmiah yang di dalamnya termasuk pembentukan
konsep, preposisi, model, hipotesis, dan teori, termasuk metode itu sendiri.
(Tuchman, 2009)
2. Metode merupakan cara-cara untuk mengetahui sesuatu, sedangkan metodologi
adalah analisis untuk memahami aturan, prosedur, dan metode tersebut. (Senn,
1971)
3. Metodologi merupakan cara-cara yang mengatur prosedur penelitian ilmiah pada
umumnya, sekaligus pelaksanaannya terhadap masing-masing bidang keilmuan
secara khusus. (Bakker, 1984)

1
4. 4. Metodologi adalah hal-hal yang berkaitan dengan cara pemerolehan data,
penyusunan, dan analisisnya. (Polit & Hungler, 2004)
5. 5. Metodologi merupakan sebuah desain penelitian yang terdiri dari: setting, tata
cara, sampel, pembatasan, dan kumpulan data yang hendak di analisis dalam
sebuah kajian. (Burns & Grove, 2003)
6. Secara sederhana, metodologi adalah tata cara atau metode untuk melakukan
sesuatu. (Mouton, 1996)
7. Metodologi pada dasarnya menunjuk pada tiga ciri utama, baik dalam kerangka
konseptual maupun operasional, yaitu: a) metodologi semata-mata ilmu tentang
metode, b) metodologi berkaitan dengan ilmu-ilmu khusus, dan 3) metodologi
sebagai cara-cara pengumpulan data ilmu khusus tersebut. (Gie, 1977)

B. METODOLOGI STUDI ISLAM

Istilah metodologi studi islam digunakan ketika seorang ingin membahas kajian-
kajian seputar ragam metode yang biasa digunakan dalam studi islam. Sebut saja
misalnya kajian atas metode normative, historis, filosofis, komparatif dan lain
sebagainya. Metodologi studi islam mengenal metode- metode itu sebatas teoritis.
Seseorang yang mempelajarinya juga belum menggunakannya dalam praktik. Ia masih
dalam tahap mempelajari secara teoritis bukan praktis.

a. Ruang lingkup studi Islam:


Agama sebagai obyek studi minimal dapat dilihat dari segi sisi:
1) Sebagai doktrin dari Tuhan yang sebenarnya bagi para pemeluknya sudah final
dalam arti absolute, dan diterima apa adanya.
2) Sebagai gejala budaya, yang berarti seluruh yang menjadi kreasi manusia dalam
kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin
agamanya.
3) Sebagai interaksi social, yaitu realitas umat Islam.

Bila islam dilihat dari tiga sisi, maka ruang lingkup studi islam dapat dibatasi
pada tiga sisi tersebut. Oleh karena itu sisi doktrin merupakan suatu keyakinan atas
kebenaran teks wahyu, maka hal ini tidak memerlukan penelitian didalamnya.

2
C. MACAM-MACAM PENGKAJIAN DALAM ISLAM ERA MODEREN

Study Islam era modern dimulai dari abad 19-20 H atau abad 15 H hingga
sekarang. Pada masa awal ini muncul banyak ulama-ulama yang mengarang kitab-kitab
tentang agama Islam. Abdul Djalal H.A menyebutkan beberapa pengarang kitab Tafsir
dan Ulumul Qur’an lainnya pada setelah abad ini di dalam bukunya, sebagian dari
mereka pengarang kitab tafsir dan Ulumul Qur’an adalah Ad Dahlawi dengan kitabnya
Al Fauzul Kabir Fi Ushuli Tafsir, Jamaluddin Al Qosimi dengan kitabnya Al Qur’an Wal
Ulumil ‘Ashiriyah, Sayid Qutub dengan kitabnya At Tasfirul Fanni Fil Qur’an dan
Dhilalil Qur’an, Dr. Mahmud Hijazi dengan kitabnya Tafsir Al Wadhih dan Wahdhatul
Maudhuiyah, Prof. M.Ali Ash Shabuni dengan kitabnya Rauiyul Bayan Tafsir Ayatil
Ahkam Minal Qur’an dan lain sebgainya.

Selain munculnya beberapa ulama yang mengarang kitab disiplin ilmu-ilmu


tentang Islam, pada abad ini juga memunculkan para pembaharu (Mujadid). Munculnya
Muhammad Abduh yang lahir pada tahun 1849 M, ia mempunyai murid yang bernama
Muhammad Mursid Ridha, Abduh dan Ridha pada itu menerbitkan majalah Al Manar.
Salah satu tujuan pokok gerakan Muhammad Abduh adalah memberantas taklid, bid’ah
dan kejumudan yang dipandang sebagai kemunduran agama Islam, dan menekankan
keharusan melakukan ijtihad untuk melakukan interprestasi baru terhadap Qur’an dan
Hadits khususnya tentang kemasyarakatan yang digariskan oleh Allah pada tataran
prinsip Umum.[13]

Di Indonesia ada K.H. Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi besar pada
tahun 1912, organisasinya kita kenal dengan Muhammadiyah, kemudian pada tahun 1926
tepatnya 31 Januari berdiri Nahdhotul Ulama di bawah pimpinan K.H Hasyim ‘Asy’ari,
dimana kita ketahui lahirnya Nahdhotul Ulama lahir atas reaksi ketidak setujuan terhadap
raja Saud yang ingin membongkar pusaran Nabi Muhammad saat itu (Baca Sejarah
Lahirnya Muhammadiyah Dan Nahdhotul Ulama).

Dalam disiplin ilmu Islam Indonesia, kajian Islam juga menjadi perhatian penting
para ilmuan Indonesia. Kajian Islam Indonesia dapat ditengarai kemajuannya melalui
karya-karya disiplin ilmu Islam ulama Indonesia. Indonesia mempunyai Muhammad

3
Nawawi Al Bantani (1813-1897 M), beliau mengarang kitab Tauhid, Tafsir, Fiqih dan
Hadits. Kiatab yang biasa dikaji dikalangan pesantren adalah Tijanud Durari dan Fathul
Majid untuk Ilmu Tauhid, Tafsir Munir untuk Tafsir dan Ad Durar Al Bahiyah untuk
kitab Hadits. Terhitung lebih dari 38 Judul dari berbagai macam disiplin ilmu yang beliau
telah tulis. Kemudian ada pula Muhammad Yasin Al Padani (1915-1990M), beliau
mengarang banyak judul kitab dalam disiplin ilmu Islam, setidaknya ada 20an kitab yang
beliau karang, salah satu kitabnya yang terkenal adalah Al Fawaid Al Janiah Ala
Qowaidul Fiqihiyah (Baca Biografi Muhammad Nawawi Al Bantani Dan Muhammad
Yasin Al Fadani).

Kajian tentang agama Islam pada abad ini tidak hanya berkembang di Negara-
negara timur melainkan kajian tentang Islam juga berkembang di Negara barat. Hal ini
sebagaimana kita bisa temui dengan adanya kajian bahasa Arab oleh pakar bahasa dari
Jerman Johann Jokab Reiske (1716-1774 M). Kajian-kajian bahasa Arab berkembang
secara luas di Eropa sejak pemulaan abad ke 19. Salah satu dari ahli-ahli dalam bidang ini
adalah seorang sarjana Francis A.I Sylvestre de Sacy (1758-1838),[14] dan masih
banyak lagi sarjana-sarjana dari Eropa yang mengkaji tentang Islam.

Baik di barat atau di timur pada tahun 1920- sekarang , perhatian tentang Ilmu
keislaman dan agama Islam bukan hanya saja bersifat teologis dan ibadah saja, para
peneliti memperluas kajianya pada banyak subyek disiplin ilmu yang ada pada agama
Islam. Dalam buku Aneka Pendekatan Agama (Sebuah kumpulan naskah Peter
Connolly), kita bisa temukan di sana bahwa kajian tentang agama pada tulisan di dalam
buku itu menggunakan beberapa pendekatan, pendekatan-pendekatan itu adalah
Antropologi. Fenomenologi, Feminis, Filosofis, Sosiologis dan Teologis.

a. Pendekatan Antropologis

Pendekatan Antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai


salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktis keagamaan
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Antropologis dalam kaitan ini
sebagaimana dikatakan dewan Rahardjo, lebih mengutamakan pengamatan langsung,
bahkan sifatnya partisipatif. Penelitian Antropologis yang induktif, yaitu turun ke
lapangan tanpa berpijak pada, atau setidak-tidaknya dengan upaya pembebasan diri
lingkungan teori-teori formal yang pada dasarnya sangat abstrak sebagaimana yang

4
dilakukan di bidang sosiologis dan lebih-lebih ekonomi yang menggunakan model-
model matematis.

b. Pendekatan Fenomenologis

Kata fenomena dalam bahasa Inggris “phenomenon” bentuk pluralnya


“phenomena dari kata Yunani”Phainaomen”dari kata phainasthai” yang berarti
“toshow”. Dalam bahasa Inggris secara istilah fenomena itu terbatas pada fisik dan
mental. Fenomena fisik merupakan objek persepsi sedangkan fenomena mental
menjadi bahan intropeksi.

c. Pendekatan Teologis

Pendekatan teologis adalah istilah ilmu agama yang membahas ajaran-ajaran


dasar dari suatu agama atausuatu keyakinan yang tertanam di hati sanubari. Setiap
orang yang ingin memahami seluk-beluk agamanya, maka perlu mempelajari teologis
yang terdapat dalam agama yang diyakininya.

d. Pendekatan Sosiologis

Sosiologis adalah ilmu yan mempelajari hidup dalam masyarakat dan


menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu. Sosiologis
mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh serta
berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula kepercayaannya,
keyakinannya yang member sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam
setiap persekutuan hidup manusia. Soerdjono Soekanto mengartikan sosiologis
sebagai suatu ilmu pengetahuan yang membatasi diri terhadap persoalan-persoalan
penilaian. Sosiologis tidak menetapkan kemana arah sesuatu yang seharusnya
berkembang dalam arti petunjuk-petunjuk yang menyangkut kebijaksanaan
kemasyarakatan dari proses kehidupan bersama tersebut.

e. Pendekatan feminis
Sebuah pendekatan yang lebih mencondongkan perfesktif tentng analisis islam dri
segi gander. Kaum feminis yang patuh agama mempunyai pandangan bahwa
kehidupan wanita tidak akan terlepas dari adanya pandangan Feminisme dan agama,

5
keduannya mempunyai kontribusi besar dalam membentuk kepribadian seseorang
wanita yang sesuai kodrat alami dan sesuai syriat agama.
f. Pendekatan filosofis
g. Suatu upaya untuk memahami kerangka agama secara mendalam sistemek,radikal
dan universal dalam rangka mencari kebenaran inti, hikmah atau hakikat mengenai
segala sesuatu yang ada.

6
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Metodologi adalah ilmu-ilmu atau cara yanag digunakan untuk memperoleh kebenaran
mengunakan penelusuran dengan tatacara tertentu dalam menemukan kebenaran
tergantung adari realita yang sedang dikaji dan metodologi merupakan cara-cara yang
mengatur prosedur penelitian ilmiah pada umumnya, sekaligus pelaksanaannya terhadap
masing-masing bidang keilmuan secara khusus

Anda mungkin juga menyukai