Penyusun :
DM RST dr. SOEPRAOEN MALANG
AYTO SEPTA FIRSTYANDARU (17710180)
Pembimbing :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan tugas forensic
yaitu, dr. Meivy Isnoviana selaku dosen pembimbing Bioetik Humaniora.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakni masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
2
Halaman Judul .......................................................................................................................i
BAB IV PENUTUP............................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... iv
BAB I
3
PENDAHULUAN
Profesi dokter adalah sebuah profesi yang bersumpah dan membutuhkan komitmen erta
tanggung jawab yang penuh terhadap hukum dan prosedur medis yang berlaku. Selain terhadap
hukum dan prosedur, dokter juga bertanggung jawab terhadap aturan-aturan etis yang berlaku.
Oleh karena itu, diciptakanlah Kaidah Dasar Bioetik yang mengatur mengenai perilaku dokter
agar sesuai dengan moral yang berlaku di masyarakat. Bioetik telah menjadi bagian dari
keseharian seorang dokter dalam menjalankan tugasnya. Sejak kemunculan istilah ini, bioetik
sudah banyak mengalami perkembangan dan kemajuan. Beberapa tahun terakhir ini, cukup
sering kita mendengar mengenai kegagalan dokter dalam penyembuhan pasien karena kelalaian
yang dilakukan oleh dokter itu sendiri, perawat, atau bahkan rumah sakit yang bersangkutan.
Selain itu, kaidah bioetik juga digunakan untuk mencegah tindakan-tindakan dokter yang hanya
menguntungkan diri sendiri. Mengingat banyaknya kejadian yang muncul seperti ini, sudah jelas
bahwa pengetahuan dan pemahaman akan prinsip bioetik sangatlah penting dalam pendidikan
¹
seorang dokter.
Kaidah Dasar Bioetik (KDB) adalah suatu hukum dasar yang harus diketahui dan
dikuasai oleh para dokter, demi membantu mereka dalam mengambil tindakan yang tepat dalam
berbagai situasi medis. Kaidah Dasar Bioetik memiliki empat prinsip dasar, yakni : beneficence,
non-maleficence, autonomy, dan justice. Dimana masing-masing memiliki prinsip prima facie
dan konteks yang berbeda. Pemahaman dokter mengenai Kaidah Dasar Bioetik sangatlah penting
dalam melaksanakan tugas mereka karena Kaidah Dasar Bioetik-lah yang menentukan apakah
suatu perbuatan dapat dikatakan baik atau buruk berdasarkan pandangan etik.¹
Pelanggaran dari kaidah-kaidah ini menjadi keprihatinan kita bersama sebagai para calon
dokter. Maka, untuk mencegah penyebaran lebih lanjut, pendidikan bioetik ini dijadikan sebagai
kurikulum pembelajaran untuk para calon dokter masa depan. Dalam makalah ini, diharapkan
penulis maupun pembaca dapat memahami empat prinsip dasar bioetika yaitu : Beneficence,
²
Non-Maleficence, Autonomy, dan Justice.
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
Bioetik berasal dari bahasa Yunani yang diambil dari dua kata, yaitu bios yang berarti
kehidupan, dan ethos yang berarti norma-norma atau nilai-nilai moral. Bioetik merupakan studi
yang mempelajari tentang masalah pada bidang biologi dan ilmu kedokteran dalam berbagai
masa. Bioetik tidak hanya membicarakan bagian medis, tapi juga membahas pula masalah
kesehatan, faktor budaya dalam lingkungan masyarakat, juga penelitian kesehatan pada manusia
dan hewan percobaan.¹
Pada tahun 1971, seorang onkolog (pakar tumor) Amerika Serikat, van Resseler Potter,
penulis Bioethics : Bridge to the Future (1971), mengabadikan istilah bioetik. Potter merasa
bahwa dia sebagai penemu harus juga bertanggung jawab dalam perkembangan kata bioetik
kedepannya, maka dia meminta agar bioetik itu dijadikan suatu ilmu tersendiri atau lebih
spesifiknya adalah ilmu etika baru yang didasari tinjauan biologis. Dalam arti luas, bioetik
adalah penerapan etika dalam ilmu-ilmu biologis, obat, pemeliharaan kesehatan, dan bidang-
bidang terkait.³
Bioetik dapat dijabarkan menjadi empat kaidah besar yang disebut dengan Kaidah Dasar
1. Beneficence
Beneficence berasal dari bahasa Latin bene yang berarti baik, dan ficere yang berarti
melakukan atau berbuat. Oleh karena itu, beneficence secara etimologis dapat diartikan
dengan berbuat baik. Kaidah beneficence adalah suatu tindakan dari dokter untuk
kepentingan pasiennya, dimana kebaikan yang dialami pasien akan lebih banyak
dibandingkan dengan kerugiannya. Kaidah ini berlaku dalam keadaan yang wajar dan
berlaku untuk pasien pada umumnya. 4
a. Prinsip positive beneficenc : Inti dari prinsip ini adalah untuk tidak memperburuk
keadaan pasien dan mengusahakan yang terbaik. Dokter harus mencegah hal buruk
terjadi pada pasien, juga memaksimalisasi akibat baik dan meminimalisasi akibat
buruk.
5
b. Prinsip balancing of utility/proportionality : Prinsip ini memperhitungkan untung dan
rugi dari suatu tindakan yang akan dilakukan. Dokter harus mempertimbangkan
apakah tindakan akan yang ia lakukan lebih banyak keuntungannya atau kerugiannya.
Perhitungan dilakukan secara ekonomi (biaya), efektifitas, dan resiko.
e. Paternalisme
p. Menerapkan golden rule principle (memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin
diperlukan)
2. Non-Maleficence
6
Non-Maleficence berasal dari bahasa Latin non yang berarti tidak, mal yang berarti
buruk, dan ficere yang berarti melakukan atau berbuat. Maka, secara harafiah non-
maleficence adalah sebuah prinsip untuk tidak berbuat jahat. Kaidah non-maleficence
menekankan bahwa yang paling penting adalah tindakan yang akan dilakukan dokter tidak
memperburuk keadaan pasien. Kaidah ini berlaku pada saat keadaan gawat darurat dimana
diperlukan suatu intervensi medik untuk menyelamatkan nyawa pasien.4
l. Tidak melakukan white collar crime (kejahatan dalam profesi) yang merugikan
pasien/keluarganya.
3. Autonomy
7
Autonomy berasal dari bahasa Yunani autos yang berarti sendiri, dan nomos yang
berarti hukum atau peraturan. Maka, kata autonomy berarti mengatur dirinya sendiri, dalam
hal ini berarti pasien berhak memutuskan apa yang berhubungan dengan dirinya sendiri.
Autonomy menekankan bahwa dokter harus mendapat persetujuan dari pasien sebelum
melakukan prosedur medis apapun, setelah dokter tersebut menjelaskan prosedur tersebut
kepada pasien. Kaidah ini berlaku pada saat berhadapan dengan pasien yang dewasa,
berkepribadian matang, kompeten, dan sadar dalam menentukan nasibnya sendiri.4
Autonomy berkaitan sangat erat dengan inform consent yang memiliki tiga prinsip,
yaitu :
1) Threshold element
2) Information elements
3) Consent elements :
Authorization : Otorisasi atau ijin dari pasien untuk melaksanakan prosedur adalah salah
satu unsur penting di dalam inform consent.
k. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi
4. Justice
Justice membuka suatu dimensi baru dalam bioetik, karena saat beneficence, non-
maleficence, dan autonomy membahas mengenai hubungan antara dokter dengan pasien,
justice membahas mengenai hubungan dengan masyarakat atau orang banyak. Prinsip justice
mengatakan bahwa para dokter juga harus mementingkan hak orang lain selain hak
pasiennya sendiri. Hak orang lain yang dimaksud disini adalah khususnya orang-orang yang
sama dalam hal gangguan kesehatan di luar diri pasien.4
Prinsip yang terkandung di dalam justice, berkata “treat similar cases in a similar
way”, yang berarti “berikanlah perlakuan yang sama kepada seluruh pasien dengan kasus
yang sama. Justice bertujuan untuk menjamin nilai yang tak berhingga dari setiap makhluk
yang berakal budi.
9
b. Mengambil porsi terakhir dari proses pembagian
c. Memberi kesempatan yang sama bagi setiap pribadi dalam posisi yang sama
h. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status sosial, dll.
m. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
n. Memberi beban secara merata dengan alasan yang sah dan tepat
o. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit atau gangguan kesehatan
BAB III
KASUS
10
A. Kasus I
Seorang Anak berumur 12 tahun diantar gurunya ke IGD RST dr. Soepraoen Malang
pada pukul 10.30 WIB karena tangan kanan kiri mengalami patah tulang tertutup setelah
terjatuh pada saat bermain sepakbola. Dokter di IGD langsung melakukan pertolongan
pertama, pemberian anti nyeri dan melakukan pemasangan bidai. Dokter IGD juga
melakukan pemeriksaan tambahan berupa pemeriksaan rogen dan mendapatkan hasil fraktur
di tulang ulna. Setelah beberapa waktu, orang tua pasien datang, dokter menjelaskan tentang
apa yang dialami oleh anaknya dan dokter menyarankan pasien dilakukan operasi segera. Ibu
pasien meminta waktu untuk berdiskusi dengan suaminya terlebih dulu. Setelah melakukan
diskusi, keluarga pasien mengambil keputusan untuk membawa anaknya pulang dan
dilakukan perawatan di rumah. Dokter menjelaskan lagi akibat yang dapat ditimbulkan
apabila apa yang dialami anaknya dibiarkan dan resiko apabila anak dibawa ketempat
sangkal putung. Tetapim keluarga pasien tetap pada pendiriannya dan membawa pasien
pulang. Pada akhirnya menandatangani surat pulang paksa dan penolakan tindakan medis.
11
1) Kaidah Bioetik Dasar Beneficence :
7. Pembatasan Goal-Based
8. Maksimalisasipemuasan kebahagiaan/preferensi
pasien
12
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
13
7 Mengobati secara tidak proporsional
14
3 Berterus terang
4 Menghargai privasi.
15
1 Memberlakukan segala sesuatu secara universal
16
15 Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan
penyakit/ggn kesehatan.
16 Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar
SARA, status sosial dll.
5) Dilemma Etik :
a. Autonomy :
Dokter menjelaskan kondisi penyakit yang dialami pasien saat ini kepada
keluarga, serta terapi yang sebaiknya dilakukan, dan menjelaskan akibat yang terjadi
apabila di dibiarkan dan di bawa ketempat seperti sangkal putung, dan memberi
kesempatan kepada keluarga dan pasien untuk berdiskusi dan pada akhirnya keluarga
pasien menolak Melakukan tindakan yang di sarankan oleh dokter.
b. Beneficence :
Dokter melakukan KIE kepada pasien dan keluarga pasien mengenai kondisi
penyakit yang dialami pasien saat ini dan menyarankan tindakan yang terbaik adalah
melakukan operasi.
17
Quality of Life : Contextual Features :
7) Prinsip Profesionalisme :
b. Duty : Ada, dokter penanggung jawab pasien menjalankan tugasnya sesuai prosedur.
c. Respect for others : ada, dokter jaga IGD menghargai keputusan pasien
e. Humanity : ada, dokter berintegritas karena menyadari bahwa dirinya dan RS mampu
menangani kasus tersebut.
B. Kasus II
Dokter M adalah salah satu dokter di RST dr. Soepraoen Malang, pada saat itu sedang
menerima pasien laki-laki berumur 60 tahun. Pasien datang dengan keluhan batuk, nafsu
makan menurun dan bedan sering terasa lemas. Dokter hanya melakukan anamnesis singkat
dan tidak melakukan pemeriksaan, dokter langsung menjelaskan kepada pasien tentang
penyakitnya dan memberikan resep dan menjelaskan bagaimana cara mengonsumsi obat
sesuai resep. Tetapi pasien kurang mengerti dan meminta dokter menjelaskan kembali ke
pada anaknya yang menunggu di luar tetapi dokter menolaknya dan menyarankan agar
meminta penjelasan kepada petugas apotek saja.
18
1) Kaidah Bioetik Dasar Beneficence :
7. Pembatasan Goal-Based
8. Maksimalisasipemuasan kebahagiaan/preferensi
pasien
19
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
20
5 Tidak menghina/caci maki.
3 Berterus terang
21
4 Menghargai privasi.
22
1 Memberlakukan segala sesuatu secara universal
23
15 Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan
penyakit/ggn kesehatan.
16 Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar
SARA, status sosial dll.
5) Dilema Etik :
a. Beneficience
Dokter tetap memberikan terapi , walaupun pasien dan keluarga pasien tidak akan
merasa puas dengan terapi tersebut.
b. Autonomy
Pasien datang dengan keluhan batuk dan Dokter telah menjelaskan tentang
nafsu makan menurun dan badan terasa penyakitnya pada pasien tetapi
lemas. menolak untuk menjelaskan kembali
Quality of Life : Contextual Features :
7) Prinsip Profesionalisme :
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kasus I terjadi dilema etik yaitu, Automony dan beneficience yang mana pada kasus ini
Dokter Dokter menjelaskan kondisi penyakit yang dialami pasien saat ini kepada keluarga,
serta terapi yang sebaiknya dilakukan, dan menjelaskan akibat yang terjadi apabila di
dibiarkan dan di bawa ketempat seperti sangkal putung, dan memberi kesempatan kepada
keluarga dan pasien untuk berdiskusi dan pada akhirnya keluarga pasien menolak Melakukan
tindakan yang di sarankan oleh dokter. Dokter juga melakukan KIE kepada pasien dan
keluarga pasien mengenai kondisi penyakit yang dialami pasien saat ini dan menyarankan
tindakan yang terbaik adalah melakukan operasi.
Kasus II terjadi dilemma etik yaitu, Beneficience dan Autonomy. Dimana dokter tidak
melakukan pengobatan secara professional dan memberikan hak kepada pasien. Pad kasus ini
dokter tidak mau menjelaskan ulang kepada anak pasien atas permintaan pasien yang di
25
karenakan kurang mengerti apa yang di jilaskan oleh dokter dimana ini melanggar kaidah
beneficience.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hanafiah, M.J. dan A. Amir. 2008. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Edisi
keempat. Jakarta: EGC.
2. Dickenson, D., R. Huxtable, dan M. Parker. 2010. The Cambridge Medical Ethics
Workbook. Edisi kedua. Cambridge: Cambridge University Press.
3. Chang, W. 2009. Bioetika Sebuah Pengantar. Jakarta: Kanisius.
4. Bertens, K. 2011. Etika Biomedis. Jakarta: Kanisius.
26