Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran adalah suatu aktivitas atau suatu proses mengajar dan

belajar. Aktivitas ini merupakan proses komunikasi dua arah, antara pihak guru

dan peserta didik. Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional menyatakan: Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Aktivitas mengajar menyangkut peran seorang guru dalam konteks

mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara mengajar itu

sendiri dengan belajar. Jalinan komunikasi yang harmonis inilah yang menjadi

indikator suatu aktivitas/proses pembelajaran itu akan berjalan dengan baik.

Memperhatikan makna pembelajaran tersebut dapatlah dipahami bahwa

pembelajaran adalam membelajarkan peserta didik dengan menggunakan asas

pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan

pendidikan. Pembelajaran dapat disebut berhasil bila dapat mengubah peserta

didik dalam arti luas serta dapat menumbuhkembangkan kesadaran peserta

didik untuk belajar sehingga pengalaman yang diperoleh peserta didik selama

ia terlibat dalam proses pembelajaran itu dapat dirasakan manfaatnya secara

langsung.

1
Hal itu dapat dicapai manakala kesiapan guru untuk dapat mengerti,

memahami, dan menghayati berbagai hal yang berhubungan dengan proses

pembelajaran, termasuk di dalamnya prinsip-prinsip pembelajaran.1

Pembelajaran menuntut keaktifan kedua pihak yaitu peserta didik dan

pendidik. Peserta didik sebagai yang terlibat langsung, sehingga dituntut

keaktifannya dalam proses pengajaran. Pendidik sebagai yang mengendalikan,

memimpin, dan mengarahkan events pembelajaran (guru sebagai subjek/

pelaku peran utama yang memiliki tugas, tanggung jawab, dan inisiasi

pembelajaran).

Prinsip-prinsip pembelajaran sangat berkaitan dengan segala komponen

pembelajaran (menyangkut bagaimana peranan guru dalam pembelajaran, apa,

mengapa, dan bagaimana supaya peserta didk dapat terlibat aktif dalam

pembelajaran.

Dalam tulisan ini, penulis akan berusaha mengkaji setitik dari khazanah

pengetahuan yang berkaitan dengan ilmu prinsip-prinsip pembelajaran.

Semoga niat ini dipandang baik di sisi Allah. Semoga tulisan ini dapat

menambah khazanah keilmuan para pembaca yang budiman.

1
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 63

2
B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas penulis hendak menyajikan makalah yang

berkaitan dengan “Prinsip-Prinsip Pembelajaran” yang bertitik tolak pada

permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah defenisi prinsip pembelajaran?

2. Apa saja cakupan prinsip-prinsip pembelajaran?

C. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai sarana untuk

menambah ilmu pengetahuan yang telah kita miliki terutama pengetahuan

tentang:

1. Defenisi prinsip pembelajaran

2. Cakupan prinsip-prinsip pembelajaran

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi prinsip pembelajaran

Kata prinsip berasal dari bahasa Latin yang berarti asas (kebenaran yang

menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya) atau dasar.2 Dalam

bahasa Inggris, prinsip disebut principle yang berarti a truth ar belife that is

accepted as a base for reasoning or action, yang berarti merupakan sebuah

kebenaran atau kepercayaan yang diterima oleh dasar dalam berfikir atau bertindak.

Jadi prinsip dapat diartikan sebagai sesuatu yang menjadi dasar dari pokok berfikir,

berpijak atau bertindak.3

Beberapa ahli merumuskan pengertian pembelajaran:

a. Menurut Syaiful Sagala, pembelajaran ialah membelajarkan siswa

menggunakan asas pendidikan meupun teori belajar yang merupakan

penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses

komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik,

sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.4

b. Menurut Corey pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan

seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam

2
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet.I, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2001), h. 896.
3
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Cet. XV (Jakarta: PT.
Gramedia, 1987), h. 447.
4
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, h. 61

4
tingkah laku dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap

situasi tertentu.5

c. Menurut Oemar Hamalik pembelajaran adalah suatu kombinasi yang

tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material pasilitas, perlengkapan

dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

Manusia yang terlibat dalam proses pembelajaran terdiri atas siswa, guru

dan tenaga lainnya, misalnya tenaga labolatorium. Materil meliputi

bukubuku, papan tulis, fotografi, slide dan video tape. Fasilitas dan

perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual juga

komputer. Prosedur meliputi jadwal, dan metode penyampaian informasi,

praktek, balajar, ujian dan sebagainya.6

Dari teori-teori yang dikemukakan banyak ahli tentang pembelajaran Oemar

Hamalik mengemukakan tiga rumusan yang dianggap lebih maju dibandingkan

dengan rumusan terdahulu yaitu:7

a. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan

kondisi belajar bagi peserta didik.

b. Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi

warga masyarakat yang baik.

c. Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa mengahadapi kehidupan

masyarakat sehari-hari.

5
Gage, N.L., dan David C, Berliner, Educational Psychology, (Chicago: Rand Mc Nally
Collage Publishing Company, 1984), h. 56
6
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h.61
7
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, h.62-65

5
Kata pembelajaran adalah suatu aktivitas atau proses mengajar dan belajar.

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar yang dilakukan

oleh pihak guru dan belajar dilakukan oleh peserta didik.

Dari pengertian-pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa

prinsip-prinsip pembelajaran adalah landasan berpikir, landasan berpijak dengan

harapan tujuan pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses pembelajaran yang

dinamis dan terarah.

B. Cakupan prinsip-prinsip pembelajaran

1) Perhatian

Perhatian dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting.

Kenyataan menunjukkan bahwa tanpa perhatian tidak mungkin terjadi

pembelajaran baik dari pihak guru sebagai pengajar maupun dari pihak peserta

didik yang belajar. Perhatian peserta didik akan timbul apabila bahan pelajaran yang

dihadapinya sesuai dengan kebutuhannya, apabila bahan pelajaran itu sebagai

sesuatu yang dibutuhkan tentu perhatian untuk mempelajarinya semakin kuat.8

Secara psikologis, apabila sudah berkonsentrasi (memusatkan perhatian) pada

sesuatu maka segala stimulus yang lainnya tidak diperlukan. Akibat dari keadaan

ini kegiatan yang dilakukan tentu akan sangat cermat dan berjalan baik.

Peranan perhatian dalam proses belajar diungkapkan dalam al-Quran antara

lain dalam surah al-A’raf :204:

َّ َ َ َ
َ َُ ُۡ ۡ ُ َ ُ َ ُ ُ َ ۡ ُ َ ۡ ُ َ َ ۡ ُ َ
٢٠٤ ‫ون‬‫نصتوا لعلكم ترَح‬
ِ ‫ِإَوذا ق ِرئ ٱلقرءان فٱست ِمعوا لۥ وأ‬
Terjemahan:

8
Mudjiono dan Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 42

6
Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan
perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat

Ibrahim :24-25:

ٓ َ َّ َ ُ ۡ َ َ ٞ َ َ ُ ۡ َ َ َ َ َ َ َ ‫َ َ ۡ َ َ َ ۡ َ َ َ َ َّ ُ َ َ ا َ َ ا َ َ ا‬
ِ‫ألم تر كيف َضب ٱّلل مثٗل َكِمة طيِبة كشجرة ٖ طيِب ٍة أصلها ثابِت وفرعها ِِف ٱلسماء‬

Terjemahan:
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan
kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit

2) Motivasi

Kemudian motivasi dapat diartikan sebagai tenaga pendorong atau penarik

yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu atau siswa

mendapatkan bimbingan secara teratur dengan langkah-langkah tertentu dan dapat

pula menimbulkan motivasi yang kuat untuk belajar dengan giat. Disamping itu

motivasi adalah sebagai pendorong agar anak memperoleh nilai setinggi-tingginya.9

Ada tidaknya motivasi dalam diri peserta didik dapat diamati dari observasi

tingkah lakunya. Apabila peserta didik mempunyai motivasi ia akan :

a. Bersungguh-sungguh menunjukkan minat, mempunyai perhatian, dan

rasaingin tahu yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar.

b. Berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan

tersebut.

c. Terus bekerja sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan.

9
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),
h. 66.

7
Motivasi juga mempunyai peran penting dalam kegiatan pembelajaran.

Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau keinginan untuk belajar itu timbul dari

dirinya. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal:

a) Mengetahui apa yang akan dipelajari,

b) Memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari.

Kedua hal ini sebagai unsur motivasi yang menjadi dasar permulaan yang baik

untuk belajar. Sebab tanpa kedua unsur tersebut kegiatan pembelajaran sulit untuk

berhasil.

Seseorang yang mempunyai motivasi yang cukup besar sudah dapat berbuat

tanpa motivasi dari luar dirinya. Itulah yang disebut motivasi intrinsik, atau tenaga

pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebaliknya, bila motivasi

intrinsiknya kecil, maka dia perlu motivasi dari luar yang disebut ekstrinsik, atau

tenaga pendorong yang ada di luar. Motivasi ekstrinsik ini berasal dari guru, orang

tua, teman, buku-buku dan sebagainya.

Kedua motivasi ini dibutuhkan untuk keberhasilan proses pembelajaran,

namun yang memegang peranan penting adalah peserta didik itu sendiri yang dapat

memotivasi dirinya yang didukung oleh kepawaian seorang guru dalam merancang

pembelajaran yang dapat merangsang minat sehingga motivasi peserta didik dapat

dibangkitkan.10

Berkenaan dengan prinsip motivasi ada beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran:

10
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 20

8
a. Memberikan dorongan (drive)

Tingkah laku seseorang akan terdorong kearah suatu tujuan tertentu apabila

ada kebutuhan. Kebutuhan ini menyebabkan timbulnya dorongan internal,

yang selanjutnya mendorong seseorang untuk melkakukan sesuatu menuju

tercapainya suatu tujuan. Setelah tujuan dapat dicapai biasanya intensitas

dorongan semakin menurun.

b. Memberikan reward (penghargaan)

Dalam kegiatan pembelajaran di kelas juga diperlukan adanya reward untuk

lebih meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Reward dalam

pembelajaran di kelas tidak selalu berupa materi, tetapi bisa berupa nilai atau

penghargaan sesuai kadar kemampuan yang dapat dicapai peserta didik. Bila

perlu reward dapat diberikan kepada peserta didik secara bertahap sesuai

tahap tingkatan yang dapat dicapainya.

c. Motivasi berprestasi

Setiap orang mempunyai motivasi untuk belajar karena adanya kebutuhan

untuk dapat berprestasi. Karena itu, guru perlu mengetahui sejauh mana

kebutuhan berprestasi setiap peserta didik. Peserta didik yang memiliki

motivasi berprestasi tinggi akan mnyeleseiakan tugas atau masalah yang

memberikan tantangan dan kepuasan secara lebih cepat. Peserta didik jenis

ini memerlukan balikan setiap unjuk kerjanya dengan nilai atau pujian yang

tepat dan sebaliknya peserta didik yang memiliki motivasi berprestasi rendah,

pada umumnya tidak realistis untuk mencapai tujuannya. Karena itu, tugas

9
berat atau ringan bagi peserta didik jenis ini sma saja tidak ada pengaruhnya

bagi tumbuhnya motivasi untuk berprestasi

d. Motivasi kompetensi

Setiap peserta didik memiliki keinginan untuk menunjukkan kompetensi

dengan berusaha menaklukkan lingkungannya. Motivasi belajar tidak bisa

dilepaskan dari keinginannya untuk menunjukkan kemampuan dan

penguasaannya kepada yang lain. Karena itu diperlukan ketrampilan

mengevaluasi diri, nilai tugas bagi peserta didik, harapan untuk sukses,

patokan keberhasilan, kontrol belajar dan penguatan diri untuk mencapai

tujuan.

3) Keaktifan

Mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar. Pengalaman

tersebut diperoleh apabila peserta didik mempunyai keaktifan untuk bereaksi

terhadap lingkungannya. Apabila seorang anak ingin memecahkan suatu persoalan

dia harus dapat berpikir sistematis atau menurut langkah-langkah tertentu, termasuk

dia menginginkan suatu keterampilan tentunya harus pula dapat menggerakan otot-

ototnya untuk mencapainya.

Termasuk dalam pembelajaran, peserta didik harus selalu aktif. Mulai dari

kegiatan fisik yang mudah diamati sampai pada kegiatan psikis yang susah diamati.

Dengan demikian belajar yang berhasil harus melalui banyak aktifitas baik fisik

maupun psikis. Bukan hanya sekedar menghafal sejumlah rumus-rumus atau

informasi tetapi belajar harus berbuat, seperti membaca, mendengar, menulis,

berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.

10
Prinsip aktifitas di atas menurut pandangan psikologis bahwa segala

pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman sendiri. Jiwa

memiliki energi sendiri dan dapat menjadi aktif karena didorong oleh kebutuhan-

kebutuhan. Jadi, dalam pembelajaran yang mengolah dan merencana adalah peserta

didik dengan kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang masingmasing, guru

hanya merangsang keaktifan peserta didik dengan menyajikan bahan pelajaran.11

4) Keterlibatan langsung

Prinsip keterlibatan langsung merupakan hal yang penting dalam

pembelajaran. Pembelajaran sebagai aktifitas mengajar dan belajar, maka guru

harus terlibat langsung begitu juga peserta didik. Prinsip keterlibatan langsung ini

mencakup keterlibatan langsung secara fisik maupun non fisik.

Prinsip ini diarahkan agar peserta didik merasa dirinya penting dan berharga

dalam kelas sehingga dia bisa menikmati jalannya pembelajaran. Edge Dale dalam

Dimyati mengatakan bahwa: “belajar yang baik adalah belajar melalui pengalaman

langsung”. Pembelajaran dengan pengalaman ini bukan sekedar duduk dalam kelas

ketika guru sedang menjalankan pelajaran, tetapi bagaimana peserta didik terlibat

langsung dalam proses pembelajaran tersebut. Kegiatan pembelajaran yang

ditetapkan guru berarti pengalaman belajar bagi peserta didik.

5) Pengulangan

Prinsip pembelajaran yang menekankan pentingnya pengulangan yang

barangkali paling tua seperti yang dikemukakan oleh teori psikologi daya. Menurut

teori ini bahwa belajar adalah melihat daya-daya yang ada pada manusia yang

11
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, h. 21

11
terdiri dari daya mengamati, menangkap, mengingat, menghayal, merasakan,

berpikir dan sebagainya. Dan daya-daya tersebut akan terus berkembang seiring

dengan berkembangnya anak didik.

Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori

koneksionisme. Tokohnya yang terkenal adalah Thorndike dengan teorinya yang

terkenal pula yaitu “law of exercise” bahwa belajar ialah pembentukan hubungan

antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu

memperbesar timbulnya respon benar.

Selanjutnya teori dari phychology conditioning respons sebagai

perkembangan lebih lanjut dari teori konseksionisme yang dimotori oleh Pavlov

yang mengemukakan bahwa perilaku individu dapat dikondisikan dan belajar

merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku atau respons terhadap

sesuatu.

Begitu pula mengajar membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu

perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan yang sesungguhnya,

tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.

Ketiga teori di atas menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam

pembelajaran walaupun dengan tujuan yang berbeda. Teori yang pertama

menekankan pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa, sedangkan teori yang

kedua dan ketiga menekankan pengulangan untuk membentuk respons yang benar

dan membentuk kebiasaan.

Meskipun ketiga teori ini tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua

bentuk belajar, tetapi masih dapat digunakan karena pengulangan masih relevan

12
sebagai dasar pembelajaran. Sebab, dalam pembelajaran masih sangat dibutuhkan

pengulanganpengulangan atau latihan-latihan.

Hubungan stimulus dan respons akan bertambah erat kalau sering dipakai dan

akan berkurang bahkan hilang sama sekali jika jarang atau tidak pernah digunakan.

Oleh karena itu, perlu banyak latuhan, pengulangan, dan pembiasaan.12

6) Proses individual

Salah satu keunikan ciptaan Allah adalah bahwa setiap individu sebagai

manusia merupakan orang-orang yang memiliki pribadi/jiwa sendiri. Tidak ada dua

manusia yang sama persis, sekalipun kembaran. Kekhususan jiwa itu menyebabkan

individu yang satu berbeda dengan individu yang lainnya.

Azas individualitas ini hendaknya menjadi perhatian pendidik. Setiap guru

yang menyelenggarakan pembelajaran hendaknya selalu memperhatikan dan

memahami serta berupaya menyesuaikan bahan pelajaran dengan keadaan peserta

didiknya, baik menyangkut perbedaan segi usia, bakat, kemampuan, intelegensi,

perbedaan fisik, watak dan sebagainya.

Individu adalah manusia, seorang yang memiliki pribadi jiwa sendiri.

Kehalusan jiwa itu menyebabkan individu memiliki karakteristik sendiri dalam

kedudukannya di tengah-tengah komunitas, masing-masing memiliki individual

difference (al-farq fi al-fardiyah).

Adanya perbedaan individual menunjukan pula adanya perbedaan kondisi

belajar setiap orang, agar setiap individu dapat berkembang optimal dalam proses

12
Mudjiono dan Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, h. 43

13
belajar diperlukan orientasi yang paralel dengan kondisi yang dimilikinya, dituntut

penghargaan guru dalam individualitas.

Untuk memenuhi prinsip perbedaan individu ada dua macam pendekatan

yaitu: pendekatan pertama menitik beratkan kepada pengajaran individual untuk

memenuhi kebutuhan individu dan belajar kelompok hanya menjadi pelengkap

sosialisasi. Sebaliknya pendekatan kedua berusaha memenuhi perbedaan individu

dengan mengorganisir kegiatan-kegiatan belajar yang perlu bagi murid dalam

hubungannya dengan kegiatan kelompok.

Untuk menyesuaikan materi ajar dengan perbedaan individuindividu

diperlukan usaha-usaha sebagai berikut:

a. Individualized assignment

Merencanakan tugas-tugas perorangan sesuai dengan kebutuhan murid yang

bersangkutan.

b. Pengajaran unit atau proyek

Anak-anak secara bersama-sama membuat suatu proyek, dan dalam proyek itu

anak-anak dapat bekerja sendiri sesuai dengan minatnya.

c. Dengan teknik bertanya

Pertanyaan yang sukar diberikan kepada murid yang pandai dan pertanyaan

yang mudah diberikan kepada murid yang kurang pandai.

d. Remedial work

Memperbaiki kesalahan dan mencarikan jalan keluar atas kesulitan yang

dirasakan oleh murid-murid secara individual. Untuk mengetahui kesulitan

murid-murid dilakukan diagnostic test.

14
e. Homogeneous grouping

Mengelompokan murid atas kemampuan dan memberikan tugas sesuai dengan

pengelompokannya.

f. Pemberian tugas di luar sekolah

Anak-anak yang kurang pandai diberi tugas berupa latihan sedang anak yang

pandai diberi tugas tambahan.

Perbedaan individual harus menjadi perhatian bagi para guru dalam

mempersiapkan pembelajaran dalam kelasnya. Karena perbedaan individual

merupakan suatu prinsip dalam pembelajaran yang tidak boleh dikesampingkan

demi keberhasilan dalam proses pembelajaran.13

7) Minat

Setiap individu mempunyai kecendrungan fundamental untuk berhubungan

dengan sesuatu yang ada dalam lingkungannya. Apabila sesuatu itu memberikan

kesenangan pada dirinya, kemungkinan Ia akan berminat terhadap sesuatu itu.

Menurut Crow minat itu diartikan sebagai kekuatan pendorong yang menyebabkan

individu memberikan perhatian kepada seseorang, atau kepada aktivitas-aktivitas

tertentu. Selanjutnya Bimo Walgito menyatakan bahwa minat adalah suatu keadaan

dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai dengan

keinginan utnuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut.

13
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, h. 17

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan latar belakang dan pembahasan diatas, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Defenisi prinsip pembelajaran adalah Jadi prinsip-prinsip pembelajaran

adalah landasan berpikir, landasan berpijak dengan harapan tujuan

pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses pembelajaran yang dinamis

dan terarah.

2. Cakupan prinsip pembelajaran: perhatian, motivasi, keaktifan, keterlibatan

langsung, pengulangan, proses individual dan minat.

B. Saran

Sebagai manusia tidak luput dari kesalahan, kami sepenuhnya menyadari

bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu dengan tangan terbuka

kami sangat mengharapkan masukan dan saran dari saudara-saudara sekalian.

16
Daftar Pustaka

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, 2001

Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2003

Mudjiono dan Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2009

M. Echols, John dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT.

Gramedia, 1987

N.L., Gage dan David C, Berliner, Educational Psychology, Chicago: Rand Mc

Nally Collage Publishing Company, 1984

Rohani, Ahmad, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2004

Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2009

Usman, Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat

Pers, 2002

17

Anda mungkin juga menyukai