PENDAHULUAN
1
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
Sejarah
2
di daerah India, Afrika, dan Amerika Selatan dan telah dicampurkan kedalam
campuran obat-obatan tradisional selama berabad-abad. Di tahun 1931 Sen dan Bose
menerbitkan tulisan pertama yang melaoprkan efektivitas rauwolfa dalam hipertensi
dan mania. Di tahun 1953 unsur aktif, reserpine, diidentifikasi dan dengan cepat
masuk ke dalam pendekatan farmakologis yang terbatas untuk psikosis. 2
3
definisi yang disetujui secara umum tentang perbedaan antara antipsikotik tipikal dan
atipikal. 2
4
Klasifikasi dan kimiawi
I. Tipikal:
1. Phenothiazine
a. Rantai Aliphatic: - Chlorpromazine
- Levomepromazine
b. Rantai Piperazine: - Perphenazine
- Trifluoperazine
c. Rantai Piperidine: Thioridazine
2. Butyrophenone: Haloperidol
3. Diphenyl-butyl-piperidine: Pimozide
II. Atipikal:
1. Benzamide: Sulpiride
2. Dibenzodiazepine: - Clozapine
- Olanzapine
- Quetiapine
3. Benzisoxazole: Risperidone3
5
Phenotiazine
Semua phenotiazine memiliki tiga cincin inti yang sama tetapi berbeda dalam
rantai samping yang bergabung dengan atom nitrogen di cincin tengah. Phenothiazine
digolongkan menurut sifat rantai samping: alifatik (sebagai contohnya
chlorpromazine), piperzine (sebagai contohnya fluphenazine) atau piperidine (sebagai
contohnya thioridazine). 2
6
neuroleptic malignant. Dua sindrom yang lain terjadi setelah pengobatan berbulan-
bulan sampai bertahun-tahun, berupa tremor perioral, dan tardive dyskinesia. 4
Thioxanthene
Inti tiga cincin thioxanthene adalah berbeda dari ini phenothiazine dengan
substitusi atom karbon untuk atom nitrogen di cincin tengah. Dua thixanthene yang
tersedia adalah rantai samping alifatik (sebagai contohnya chlorprothixene dan
piperazine).Obat ini jarang digunakan. 2
Dibenzoxapine
Dihydroindole
7
Butyrophenone
Diphenylbutylpiperidine
8
Benzamide
Benzisoxazole
Dibenzodiazepin
Efek samping yang utama pada penggunaan obat ini adalah agranulositosis.
Hal ini sering terjadi pada pasien yang mendapatkan pengobatan dengan klozapin
lebih dari 4 minggu. Efek samping lain yang terlihat adalah antara lain hipertermia,
takikardi, sedasi, pusing, dan hipersalivasi. Gejala takar lajak (kelebihan dosis) dapat
9
meliputi: kantuk, letargi, koma, disoreintasi, delirium,takikardi, depresi napas,
aritmia,dan kejang.4
TIPIKAL ATIPIKAL
1. Gangguan pergerakan seperti 1.Peningkatan berat badan sedang
distonia, bradikinesia, tremor, sampai berat
akatisia, koreoatetosis. 2. Diabetes mellitus
2. Anhedonia 3.Hiperkolesterolemia
3. Sedasi 4.Sedasi
4. Peningkatan beratbadan yang 5.Gangguan pergerakan yang sedang
sedang 6.Hipotensi postural
5. Disregulasi tempertur, 7.Hiperprolaktinemia
poikilotermia. 8.Kejang
6. Hiperprolaktinemia, dengan 9.Salivasi Nocturnal
galaktorea dan amenorea pada 10.Agrabulositosis
wanita dan ginekomastia pada 11.Miokarditis
pria, serta disfungsi seksual pada 12.Lensa mata bertambah.
pria dan wanita.
7. Hipotensi postural (ortostatik).
8. Kuli terbakar
9. Interval QT memanjang, risiko
terjadi fatal aritmia.
Tabel 1. Efek samping tipikal dan atipikal
Diambil dari kepustakaan 5
Interaksi Obat
10
Tidak ditmukan adanya efek sinergi antara 2 obat antipikotik, misalnya
memberikan CPZ dengan Reserpine. Tetapi pada pemberian antipsikotik dengan
antidepresan trisiklik dapat menyebabkan efek samping antikolinergik meningkat,
sehiggah harus berhati-hati pada pasien yang menderita hipertopfi prostat, glaucoma,
ileus, terutama penyakit jantung. Pemberian antianxietas dengan antipsikotik
meningkatkan efek sedasi, bermanfaat untuk kasus dengan gejala agitasi dan gaduh
gelisah yang sangat hebat. Dianjurkan untuk tidak memberikan obat antipsikosis pada
pagi hari sebelum dilakukan ECT karena angina mortalitas dapat meningkat.
Pemberian bersama obat antikolvunsan akan menurunkan ambang konvulsi,
kemungkinan serangan kejang meningkat. Pada pemberian bersama antasida, dapat
menurunkan efektivitas antipsikotik disebabkan oleh gangguan absorpsi.2,3
11
III. KESIMPULAN
12
IV. DAFTAR PUSTAKA
13