40 140 1 PB PDF
40 140 1 PB PDF
ABSTRAK
Glomerulonefritis akut pasca-streptokokus (GNAPS) masih Data klinis dan laboratorium menunjukkan hematuria makroskopik
menjadi permasalahan global terutama di negara berkembang. (29/30), edema (23/30), hipertensi (26/30), hematuria mikroskopik
Pemahaman mengenai karakteristik GNAPS pada anak penting (30/30), torak eritrosit (16/30), proteinuria (29/30), penurunan laju
untuk meningkatkan kewaspadaan klinis dan sebagai data dasar filtrasi glomerulus (13/30), peningkatan titer Anti-streptolysin titer O
untuk penelitian lanjutan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (ASTO) (26/30), dan penurunan C3 pada 22 dari 30 pasien. Komplikasi
data karakteristik pasien GNAPS pada anak di RSUP Sanglah selama acute kidney injury didapatkan pada 13 dari 30 kasus. Lelaki dengan
periode 2012-2015. Penelitian ini merupakan suatu penelitian kelompok usia 5-9 tahun tersering mengalami GNAPS. Hematuria
deskriptif retrospektif dengan subyek pasien anak yang didiagnosis makroskopik, edema, hipertensi merupakan gejala klinis yang sering
dan mendapatkan terapi GNAPS selama periode 2012-2015. Analisis ditemui ditunjang dengan data laboratorium berupa hematuria
data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Penelitian ini mikroskopik, torak eritrosit, proteinuria, penurunan laju filtrasi
melibatkan 30 subyek dengan 21 subyek adalah lelaki. Sebagian besar glomerulus, peningkatan titer ASTO, dan penurunan C3. Acute kidney
subyek berusia 5-9 tahun (16/30), dan dengan status gizi baik (20/30). injury merupakan komplikasi GNAPS yang sering terjadi.
ABSTRACT
Post-streptococcal acute glomerulonephritis (PSAGN) is still a global status (20/30). Clinical and laboratory findings consisted of macroscopic
burden, especially in developing countries. The understanding of hematuria (29/30), edema (23/30), hypertension (26/30), microscopic
pediatric PSAGN characteristics is important in order to increase the hematuria (30/30), erythrocyte cast (16/30), proteinuria (29/30),
clinical awareness and as a database for further study. This study aimed decreased glomerulus filtration rate (13/30), increased Anti-streptolysin
to determine the characteristics of pediatric PSAGN in Sanglah Hospital O (ASO) titer (26/30), and decreased C3 in 22 out of 30 subjects. Acute
within period of 2012 to 2015. This study was a retrospective descriptive kidney injury occurred in 13 of 30 cases as complication. In conclusion,
study performed in Sanglah Hospital. Subjects were pediatric patients Boys with age 5 to 9 years old were more frequent to PSAGN. Macroscopic
with PSAGN that diagnosed and treated from 2012 to 2015. Data analysis hematuria, edema, and hypertension were frequent clinical findings
was performed using the descriptive statistic method. This study involved and laboratory showed microscopic hematuria, erythrocyte cast,
30 subjects. Twenty one of 30 subjects were boys. Most subjects were and proteinuria in urinalysis, increased ASO titer, and decreased C3.
belong to 5 to 9 years old group (16/30), and with good nutritional Complication related to PSAGN was acute kidney injury.
123
ARTIKEL ASLI
diharapkan dapat menjadi data dasar untuk mempe- Kedokteran Universitas Udayana (FK UNUD) No
lajari karakteristik pasien yang ada di Bali, teru- : 809/UN.14.2/Litbang/2016. Penelitian dikerjakan
tama yang berobat ke RSUP Sanglah, dan memberi di bawah pengawasan Subbagian Nefrologi Ilmu
masukan dalam meningkatkan kewaspadaan klinis Kesehatan Anak FK UNUD.
dalam tata laksana GNAPS pada anak. Data karakteristik yang dicatat berupa jenis
Insidens GNAPS bervariasi antara 9,3-93 kelamin, usia, status gizi, dan klinis hematuria
kasus per 100.000 penduduk setiap tahun dan makroskopik, edema, dan tekanan darah. Selain itu
dapat terjadi pada semua usia, tersering pada usia dicatat pula data pemeriksaan penunjang seperti
6-7 tahun.2,3 Penelitian multisenter di Indonesia pemeriksaan urinalisis berupa adanya hematu-
memperlihatkan sebaran usia pada kasus GNAPS ria mikroskopik, torak eritrosit, dan proteinuria,
adalah 2,5-15 tahun, tertinggi pada rerata usia 8,46 serta pemeriksaan darah yang mencakup kadar
tahun, dan rasio lelaki lebih tinggi dibandingkan ASTO, C3, dan menghitung laju filtrasi glomer-
perempuan (rasio 1,34:1).4,5 Penelitian di Polinesia, ulus berdasarkan nilai kreatinin serum. Data lain
Australia, dan Denpasar menunjukkan rerata usia yang dicatat pada penelitian ini adalah komplikasi
penderita GNAPS adalah 6,7 tahun, 7 tahun, dan Acute Kidney Injury (AKI) yang terjadi mencakup
8,7 tahun, dengan rasio penderita lelaki dan perem- stadium risk, injury, failure, loss, dan endstage.
puan 1,17:1, 1,06:1, dan 2,3:1.6-8 Penelitian ini mengelompokkan pender-
Manifestasi nefritik dan hasil positif biakan ita menjadi 3 kelompok usia yaitu usia kurang
kuman Streptokokus beta hemolitikus grup A dari 5 tahun, 5-9 tahun dan lebih dari 9 tahun.
(SBHA) merupakan diagnosis pasti GNAPS. Pemeriksaan antropometri, berdasarkan formula
Pemeriksaan biakan SBHA sering menunjukkan Waterlow, sedangkan status gizi dikelompokkan
hasil negatif sehingga pemeriksaan penunjang menjadi gizi buruk, kurang, baik, lebih, dan obesi-
seperti: hematuria mikroskopik, torak eritrosit, tas. Sementara data laboratorium yang dicatat
proteinuria pada urinalisis, peningkatan titer berupa data pemeriksaan laboratorium awal saat
antistreptolysin O (ASTO), dan penurunan kadar penderita dirawat inap.
komplemen C3 bermanfaat dalam membantu
menegakkan diagnosis GNAPS.2,3,9,10 Penelitian
HASIL
Suarta menunjukkan bukti infeksi streptokokus
melalui peningkatan titer ASTO (rerata 1103,3; Dari 38 data pasien yang berhasil dikumpulkan
SB 686,1) dan penurunan kadar komplemen C3 sejak tahun 2012 hingga tahun 2015, sebanyak
(rerata 42,2; SB 15,5) pada seluruh kasus GNAPS.8 30 pasien memenuhi kriteria inklusi. Delapan
Komplikasi GNAPS yang dapat terjadi antara lain pasien dieksklusi karena data tidak lengkap. Data
ensefalopati hipertensi, gangguan ginjal akut, karakteristik subyek selengkapnya disajikan pada
edema paru, dan efusi pleura.2,3,11-3 Tabel 1.
walaupun dapat juga dijumpai pada penyakit ginjal dengan penelitian Suarta yang menunjukkan
lainnya.2,16 peningkatan titer ASTO dengan rerata mencapai
Hasil pemeriksaan torak eritrosit lebih rendah 1103,1 (SB 686,1) pada semua kasus GNAPS yang
dibandingkan penelitian multisenter di Indonesia diteliti.8
yang mencapai pada 60 sampai 85% dari seluruh Reaksi hipersentivitas tipe III mendasari proses
kasus GNAPS. Hal ini dapat disebabkan oleh imunologi pada GNAPS dengan membentuk
karena sampel urin yang ada harus segera kompleks imun terhadap antigen nefritogenik
diperiksa dan membutuhkan analis yang teliti dan steptokokus yang mengendap di membran basa-
berpengalaman.14 lis glomerulus dan proses ini melibatkan aktivasi
Proteinuria merupakan temuan penting pada komplemen yang menyebabkan destruksi pada
penelitian ini. Penelitian Becquet dkk.6 dan Takeno membran basalis glomerulus. Deposit kompleks
dkk10 menunjukkan hasil serupa yaitu adanya imun terjadi di kapiler glomerulus karena tekanan
proteinuria pada 98% dan 82,9% kasus GNAPS. darah di daerah tersebut hampir empat kali lebih
Hasil proteinuria dapat bervariasi dari antara tinggi daripada tekanan darah kapiler di tempat
negatif sampai positif 2, jarang sampai mencapai lain dan deposit lebih banyak di daerah percaban-
positif 3.2 Proteinuria berat yang terjadi pada kasus gan tempat terjadinya turbulensi aliran darah.3,14
GNAPS merupakan salah satu faktor risiko progre- Komplemen C3 merupakan modalitas diagnostik
sivitas penyakit ginjal kronis.2,3 yang bermakna karena merupakan komponen
Sepertiga dari total subyek menunjukkan aktual patogenesis penyakit GNAPS. Penurunan
penurunan fungsi ginjal berdasarkan perhitun- kadar C3 sudah berlangsung sebelum gejala nefri-
gan LFG. Hasil penelitian ini serupa dengan tik muncul dan menandakan awal awitan proses
penelitian Ali dkk17 yang menunjukkan 85% nefritik.3 Pemeriksaan kadar komplemen C3
penderita memiliki laju filtrasi glomerulus normal. serum merupakan tanda penting untuk membe-
Acute kidney injury merupakan komplikasi yang dakan glomerulonefritis akut pasca-streptokokus
berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal. dengan glomerulonefritis kronis yang lain. Kadar
Komplikasi AKI dalam penelitian ini dengan komplemen C3 serum kembali normal dalam
menggunakan kriteria pRIFLE, yang terdiri waktu 6-8 minggu pada glomerulonefritis akut
dari : Risk (5/13), Injury (4/13), dan Failure (4/13). pasca-streptokokus sedangkan pada glomerulone-
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian fritis yang lain jauh lebih lama.2
Gunasekaran dkk. yang menunjukkan komplikasi Konsensus GNAPS UKK Nefrologi tahun 2012
tersering adalah AKI yang mencapai 20,8% dari menjelaskan kadar komplemen C3 menurun pada
seluruh GNAPS.12 80-92% kasus GNAPS.2 Penurunan kadar komple-
Pemeriksaan ASTO dan komplemen C3 men C3 pada penelitian ini serupa dengan pene-
merupakan penunjang diagnostik yang penting litian di luar dan dalam negeri. Penelitian Suarta
dalam membantu menegakkan diagnosis GNAPS yang menunjukkan penurunan kadar komplemen
walaupun baku emas adalah bukti infeksi SBHA C3 dengan rerata 42.2 (SB 15,5) pada semua kasus
melalui pemeriksaan biakan kuman streptokokus. GNAPS yang diteliti.8 Penelitian Luo dkk.18 juga
Infeksi streptokokus akan menyebabkan reaksi menunjukkan penurunan komplemen C3 pada
serologis terhadap produk-produk ekstraselu- 78,3% kasus GNAPS. Penelitian multisenter di
lar streptokokus, sehingga timbul antibodi yang Indonesia pada tahun 2005 terdapat 60,4% pender-
titernya dapat diukur, seperti ASTO. Konsensus ita GNAPS dengan penurunan komplemen C3.4
GNAPS UKK Nefrologi tahun 2012 menjelas- Keterbatasan penelitian ini adalah jumlah
kan bahwa titer ASTO meningkat 70-80%. subyek dan variabel yang terbatas selama periode
Peningkatan titer ASTO meningkat pada >90% penelitian. Kami menyarankan penelitian lanjutan
infeksi saluran napas dan 80% infeksi kulit oleh yang menggunakan jumlah subyek dan variabel
streptokokus, serta dapat menurun atau normal yang lebih banyak sehingga mampu memberikan
bila dipengaruhi oleh antibiotik, kortikosteroid, pemahaman dan penjelasan mengenai karakter-
atau pemeriksaan dini titer ASTO.2 Titer serum istik dan faktor risiko yang berhubungan dengan
ASTO yang melebihi 160-200 unit dianggap abnor- GNAPS, serta analisis statistik dengan metode yang
mal dan menunjukkan adanya infeksi streptokokus lebih baik.
yang baru saja terjadi atau adanya kadar antibodi
yang tetap tinggi setelah serangan infeksi pada
SIMPULAN
orang yang hipersensitivitas.9 Hasil penelitian ini
menunjukkan titer ASTO meningkat (≥200) pada Glomerulonefritis akut pasca-streptokokus paling
sebagian besar subyek. Hasil penelitian ini serupa sering terjadi pada anak lelaki pada rentang usia
5-9 tahun. Trias manifestasi klinis GNAPS terdiri 8. Suarta K. Erythrocyturia and proteinuria conversion in
post-streptococcal acute glomerulonephritis. Pediatr
dari hematuria makroskopik, edema, dan hiper- Indones 2006;46:71-6.
tensi. Hasil pemeriksaan yang menunjang diagno- 9. Iturbe BR, Mezzano S. Acute post infectious glomerulo-
sis adalah hematuria mikroskopik, torak eritrosit, nephritis. Dalam : Pediatric Nephrology, Sixth Completely
Review . Penyunting : Avner ED, Hormon WE, Niaudet P,
dan proteinuria pada urinalisis, penurunan laju Yoshikawa N. Updated and Enlarged Edition. Berlin
filtrasi glomerulus yang bisa memburuk sampai Heidelberg: Springer-Verlag. 2008:743–55.
tahap AKI, dan titer ASTO yang meningkat serta 10. Takeno S, Wisanuyotin S, Jiravuttipong A, Sirivichayakul C,
Limkittikul K. Risk factors and outcome of atypical acute
kadar komplemen C3 yang menurun walaupun post-streptococcal glomerulonephritis in pediatrics.
baku emas diagnosis adalah bukti infeksi strepto- Southeast Asian J Trop Med Public Health. 2013;44:281-8.
kokus beta hemolitikus grup A melalui hasil biakan 11. Roy RR, Laila K. Acute post-streptococcal glomerulone-
phritis in children-a review. Bangladesh J Child Health.
yang positif. 2014;38:32-9.
12. Gunasekaran K, Krsihnamurthy S, Mahadevan S,
Harish BN, Kumar AP. Clinical characteristic and out-
DAFTAR PUSTAKA come of post-infectious glomerulonephritis in children
in Southern India: a prospective study. Indian J Pediatr.
1. Eison TM, Ault BH, Jones DP, Chesney RW, Wyatt RJ.
2015;82:896-903
Poststreptococcal acute glomerulonephritis in children:
13. Nur S, Albar H, Daud D. Identifikasi faktor prognostik
clinical features and pathogenesis. Pediatr Nephrol.
glomerulonefritis pasca-streptokokus pada anak. JST
2011;26:165–80.
Kesehatan. 2015;5:82-9.
2. Rauf S, Albar H, Aras J. Konsensus Glomerulonefritis
14. Geetha D, Nzerue CM. Poststreptococcal
Akut Pasca-Streptokokus. Unit Kerja Koordinasi Nefrologi
Glomerulonephritis (diakses 10 Juni 2016). Tersedia dari:
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2012.
http://emedicine.medscape.com/article/240337-overview
3. VanDe Voorde III, RG. Acute post-streptococcal glomer-
15. Ahnsy, Ingulli E. Acute poststreptococcal glomerlonephri-
ulonephritis: the most common acute glomerulonephritis.
tis : an update Curr Opin. Pediatric. 2008;20:157–62.
Pediatrics in Review. 2015;36:3.
16. Pan CG., Evaluation of Gross Hematuria. Pediatric Clinics
4. Albar H, Rauf S. The profile of acute glomerulonephri-
of North America, 2006;53;401–12.
tis among Indonesian children. Paediatrica Indonesiana.
17. Ali EMA, Babikir AMTA, Assad S, Abdelrahim MB.
2005;45:264–9.
Prognosis of Acute Post-streptococcal Glomerulonephritis
5. Carapetis JR, Steer AC, Mullolans EK. The Global burden
in Sudanese Children. AJNT. 2014;7:103-7.
of group A streptococcal diseases. The Lancet Infectious
18. Luo CL, Chen DM, Tang Z, Zhou Y,Wang JQ, Liu ZH, dkk.
Diseases. 2005;5:685–94.
Clinicopathological features and prognosis of Chinese
6. Becquet O, Pasche J, Gatti H, Chenel C, Abely M, Morville,
patients with acute post-streptococcal glomerulonephritis.
dkk. Acute post-streptococcal glomerulonephritis in chil-
Nephrology. 2010;15:625-31.
dren of French Polynesia: a 3-year retrospective study.
Pediatr Nephrol. 2010;25:275-80.
7. Marshall CS, Cheng AL, Markey PG, Towers RJ,
Richardson LJ, Fagan PK, dkk. Acute post-streptococcal
glomerulonephritis in the Northern Territory of Australia:
a review of 16 years data and comparison with the litera-
ture. Am J Trop Med Hyg. 2011:703-10. This work is licensed under a Creative Commons Attribution