DISUSUN OLEH:
SITI NURTIANI
NIM. 1710053181
TINGKAT 3A
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
sebagai penambah pengetahuan tentang HIV/AIDS. Selain itu juga, tujuan khusus dari
pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian dari HIV/AIDS.
2. Mengetahui penyebab dari timbulnya penyakit HIV/AIDS.
3. Mengetahui patofisiologi HIV/AIDS.
4. Mengetahui manifestasi klinis dari HIV/AIDS.
5. Mengetahui komplikasi yang akan terjadi pada HIV/AIDS.
6. Mengetahui penatalaksanaan medis pada HIV/AIDS.
7. Mengetahui asuhan keperawatan pada penderita HIV/AIDS khususnya pada anak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yakni virus yang menyerang
sistem imun sehingga kekebalan menjadi lemah bahkan sampai hilang. Sedangkan AIDS
adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency Disease Syndrome, yakni suatu penyakit
yang disebabkan oleh virus yaitu virus HIV (Sujana, 2007).
HIV secara umum adalah virus yang hanya dapat menginfeksi manusia, memperbanyak
diri didalam sel manusia, sehingga menurunkan kekebalan manusia terhadap penyakit infeksi.
AIDS adalah sekumpulan tanda dan gejala penyakit akibat hilangnya atau menurunnya sistem
kekebalan tubuh seseorang yang didapat karena terinfeksi HIV.
AIDS adalah salah satu penyakit retrovirus epidemic menular, yang disebabkan oleh
infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas seluler, dan
mengenai kelompok resiko tertentu, termasuk pria homoseksual, atau biseksual,
penyalahgunaan obat intra vena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya,
hubungan seksual dan individu yang terinfeksi virus tersebut. (DORLAN, 2002)
AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dan kelainan ringan dalam
respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan
dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang
jarang terjadi. (Centre for Disease Control and Prevention)
2.2 Etiologi
Etiologi atau penyebab dari HIV/AIDS karena terganggunya system imun dalam tubuh
ODHA. Partikel virus bergabung dengan sel DNA pasien sehingga orang yang terinfeksi HIV
akan seumur hidup tetap terinfeksi. Sebagian pasien memperlihatkan gejala tidak khas seperti
demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam dan lain sebagainya pada
3-6 minggu setelah infeksi (Sudoyo, 2006).
Selain karena terganggunya system imun, HIV juga disebabkan oleh penyebarluasan
melalui berbagai jalur penularan diantaranya:
2.3 Patofisiologi
Penyebab acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah human
immunodeficiencyvirus (HIV), yang melekat dan memasuki limfosit T helper CD4+. Virus
tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel imunologis lainnya, dan orang itu mengalami
destruksi sel CD4+ secara bertahap. Sel-sel yang memperkuat dan mengulang respons
imunologis diperlukan untuk mempertahankan kesehatan yang baik dan bila sel-sel tersebut
berkurang dan rusak maka fungsi imun lain akan terganggu.
HIV dapat pula menginfeksi makrofag, sel-sel yang dipakai virus untuk melewati sawar
darah otak masuk ke dalam otak. Fungsi limfosit B juga terpengaruh dengan peningkatan
produksi immunoglobulin total yang berhubungan dengan penurunan produksi antibody
spesifik. Dengan memburuknya sistem imun secara progresif, tubuh menjadi semakin rentan
terhadap infeksi oportunistik dan juga berkurang kemampuannya dalam memperlambat
replikasi HIV. Infeksi HIV dimanifestasikan sebagai penyakit multisystem yang dapat bersifat
dolman bertahun-tahun karena menyebabkan imunodefisiensi secara bertahap. Kecepatan
perkembangan dan manifestasi klinis penyakit ini bervariasi orang ke orang (Bezt, Cecily
Lynn. 2009).
(HIV RETROVIRUS)
3. Pada tahap akhir, orang-orang yang sistem kekebalan tubuhnya rusak akan menderita
AIDS. Pada tahap ini penderita sering diserang penyakit berbahaya seperti kelainan otak,
meningitis, kanker kulit, luka bertukak, infeksi yang menyebar, tuberkulosis paru (TBC),
diare kronik, candidiasis mulut dan pneumonia.
Menurut Cecily L Betz, anak-anak dengan infeksi HIV yang didapat pada masa perinatal
tampak normal pada saat lahir dan mulai timbul gejala pada 2 tahun pertama kehidupan.
Manifestasi klinisnya antara lain:
1) Berat badan lahir rendah.
2) Gagal tumbuh.
3) Limfadenopati umum.
4) Hepatosplenomegali.
5) Sinusitis.
6) Infeksi saluran pernapasan atas berulang.
7) Parotitis.
8) Diare kronik atau kambuhan.
9) Infeksi bakteri dan virus kambuhan.
10) Infeksi virus Epstein-Barr persisten.
11) Sariawan orofaring.
12) Trombositopenia.
13) Infeksi bakteri seperti meningitis.
14) Pneumonia interstisial kronik.
Selain itu ada tanda-tanda gejala mayor dan minor untuk mendiagnosis HIV menurut
klasifikasi WHO, antara lain:
Gejala mayor:
Gagal tumbuh atau penurunan berat badan
Diare kronis
Demam memanjang tanpa sebab
Tuberkolosis
Gejala minor
Limfadenopati generalisa
Kandidiasis oral
Batuk menetap
Distress pernapasan / pneumonia
Infeksi berulang
Infeksi kulit generalisata
2.5 Komplikasi
1. Pneumonia Pneumocystis carinii (PPC).
2. Pneumonia interstitial limfoid.
3. Tuberkulosis (TB).
5. Candidiasis esophagus.
6. Limfadenopati
7. Diare kronik
2.7.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada anak dengan HIV/ AIDS mencakup hal-hal sebagai
berikut:
Kaji riwayat imunisasi
Kaji riwayat yang berhubungan dengan faktor risiko terhadap AIDS pada anak-anak
(mis., penularan HIV dari ibu kepada anak pada saat kehamilan, pemajanan terhadap
produk darah)
Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang HIV/AIDS
Observasi adanya manifestasi AIDS pada anak-anak seperti gagal tumbuh,
limfadenopati, hepatosplenomegali
Selain faktor di atas, hal yang perlu dikaji adalah semua faktor yang mempengaruhi
sistem imun antara lain:
Pengkajian Kardiovaskuler
Suhu tubuh meningkat, nadi cepat, tekanan darah meningkat. Gagal jantung
kongestif sekunder akibat kardiomiopati karena HIV.
Pengkajian Respiratori
Batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak napas, takipnea, hipoksia, nyeri dada,
napas pendek waktu istirahat, gagal napas.
Pengkajian Neurologik
Sakit kepala, somnolen, sukar konsentrasi, perubahan perilaku, nyeri otot, kejang-
kejang, enselofati, gangguan psikomotor, penurunan kesadaran, delirium, meningitis,
keterlambatan perkembangan.
Pengkajian Gastrointestinal
Berat badan menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan, bercak putih
kekuningan pada mukosa mulut, faringitis, candidisiasis esophagus, candidisiasis
mulut, selaput lender kering, pembesaran hati, mual, muntah, colitis akibat diare
kronis, pembesaran limfa.
Pengkajain Renal
Pengkajaian Muskuloskeletal
Nyeri otot, nyeri persendian, letih, gangguan gerak (ataksia)
Pengkajian Hematologik
Pengkajian Endokrin
Untuk menegakkan diagnosis, maka pemeriksaan penunjang perlu dilakukan.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain:
TB (PPD): untuk menentukan pemajanan dan atau penyakit aktif (harus diberikan
dengan panel anergi untuk menentukan hasil negative-palsu pada respons defisiensi
imun). Pada pasien AIDS, 100% akan memiliki mikobakterium TB positif pada
kehidupan mereka bila terjadi kontak.
Serologis:
Tes antibody serum: skrining HIV dengan ELISA. Hasil tes positif mungkin akan
mengindikasikan adanya HIV tetapi bukan merupakan diagnosa.
Tes blot western: mengkonfirmasikan diagnosa HIV.
Sel T limfosit: penurunan jumlah total.
Sel T4 helper (indikator system imun yang menjadi media banyak proses system
imun dan menandai sel-B untuk menghasilkan antibody terhadap bakteri asing):
jumlah yang kurang dari 200 mengindikasikan respons defisiensi imun hebat.
Tes PHS: pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif.
Pemeriksaan neurologis, mis. EEG, MRI, skan CT otak, EMG/pemeriksaan konduksi
saraf: diindikasikan untuk perubahan mental, demam yang tidak diketahui asalnya
dan/atau perubahan fungsi sensori/motor (Doenges, 2001:836).
2.7.3 Perencanaan
Sasaran bagi pasien HIV/ AIDS dengan diagnosa di atas mencakup pasien
mengalami risiko infeksi minimal, pasien tidak menyebarkan penyakit pada orang lain,
pasien mendapatkan nutrisi yang optimal, dan pasien berpartisipasi dalam kelompok
sebaya dan aktivitas keluarga.
2.7.4 Evaluasi
Evaluasi hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan adalah sebagai berikut:
Anak tidak kontak dengan individu terinfeksi.
Anak dan keluarga menjalankan praktik kesehatan yang baik.
Anak tidak menunjukkan bukti-bukti infeksi.
Orang lain tidak mendapatkan penyakit tersebut.
Anak mengkonsumsi jumlah nutrien yang cukup.
Anak dapat berinteraksi dengan orang lain.
2.7.5 Perencanaan Pemulangan
1. Ajarkan kepada anak dan keluarga untuk menghubungi tim kesehatan bila terdapat
tanda-tanda atau gejala infeksi.
2. Ajarkan kepada anak dan keluarga untuk mengamati respon terhadap pengobatan dan
memberi tahu dokter tentang adanya reaksi yang merugikan.
3. Ajarkan kepada anak dan keluarga tentang penjadwalan pemeriksaan tindak lanjut.
Hasil yang diharapkan
1. Anak tidak menunjukan tanda-tanda atau gejala infeksi.
2. Anak dan keluarga menunjukan pemahaman tentang perawatan dirumah dan perlunya
pemeriksaan tindak lanjut.
3. Anak akan berpartisipasi dalam aktivitas bersama keluarga dan teman sebaya (Bezt,
Cecily Lynn. 2009).
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
HIV secara umum adalah virus yang hanya dapat menginfeksi manusia, memperbanyak diri
didalam sel manusia, sehingga menurunkan kekebalan manusia terhadap penyakit infeksi.
AIDS adalah sekumpulan tanda dan gejala penyakit akibat hilangnya atau menurunnya sistem
kekebalan tubuh seseorang yang didapat karena terinfeksi HIV. Penularan HIV dari ibu ke
anak yang biasa terjadi selama dalam kandungannya (antepartum),selama persalinan
(intrapartum),pada bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi (post partum)
dan pada bayi tertular melalui pemberian ASI. Menurut Cecily L Betz, anak-anak dengan
infeksi HIV yang didapat pada masa perinatal tampak normal pada saat lahir dan mulai timbul
gejala pada 2 tahun pertama kehidupan.
Sasaran bagi pasien HIV/ AIDS dengan mencakup pasien mengalami risiko infeksi minimal,
pasien tidak menyebarkan penyakit pada orang lain, pasien mendapatkan nutrisi yang optimal,
dan pasien berpartisipasi dalam kelompok sebaya dan aktivitas keluarga.
3.2 Saran
Karena sampai saat ini belum diketahui vaksin atau obat yang efektif untuk pencegahan
atau penyembuhan AIDS, maka untuk menghindari infeksi HIV dan menekan penyebarannya,
cara yang utama adalah melakukan tindakan pencegahan melalui perubahan perilaku.
Kepada para pembaca khususnya perawat, diharapkan dengan adanya makalah ini dapat
melaksanakan tindakan yang tepat dan benar dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
penderita HIV/ AIDS.
DAFTAR PUSTAKA
Bezt, Cecily Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.
DR. Nursalam, M.Nurs dan Ninuk Dian Kurniawati, S.Kep. Ns. 2007. Asuhan Keperawatan
pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS Edisi Pertama. Salemba Medika: Jakarta.
Martono, Lydia Harlina. 2008. Peran Orang Tua Dalam Mencegah Dan Menanggulangi
Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: Balai Pustaka
Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III edisi IV. Jakarta: