Anda di halaman 1dari 4

MAJELIS ULAMA INDONESIA

WADAH MUSYAWARAH PARA ULAMA ZU’AMA DAN CENDEKIAWAN MUSLIM


Jalan Proklamasi No. 51, Menteng, Jakarta Pusat 10320 Telp. (021) 31902666 – 3917853, Fax (021) 31905266
Website: http//www.mui.or.id E-mail: muipusat@mui.or.id

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


SAMBUTAN
WAKIL KETUA UMUM MAJELIS ULAMA INDONESIA

PADA ACARA
HALAQAH SENI DAN BUDAYA ISLAM MEETING FORUM
MUSISI – ULAMA

Seni Musik sebagai Wahana Dakwah di Era Milenial

KH. Zainut Tauhid Sa’adi, M.Si

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

 Yang saya hormati, Ketua MUI, Bidang Pembinaan Seni dan Budaya
Islam, Dr. KH. Sodikun.
 Yang saya hormati, Ketua Komisi Pembinaan Seni dan Budaya Islam,
Habiburrahman El-Syirazi, beserta jajaran kepengurusannya.
 Yang saya hormati, para ulama dan musisi peserta Halaqah Seni dan
Budaya Islam yang berbahagia.

1
Pada kesempatan yang berbahagia ini, marilah kita bersama-sama
menghaturkan rasa syukur kehadirat Allah SWT, dengan mengucapkan
kalimat tahmid - alhamdulillahi Rabbil ‘alamin; karena dengan nikmat dan
anugerah-Nya, kita semua dapat berkumpul di aula yang insyaallah
diberkahi oleh Allah.

Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi


SAW, panutan kita semua, yang keteladanannya tak pernah lekang oleh
zaman. Sebagai tumpuan harapan kita baik di dunia maupun di akhirat nanti.
Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya. Amin.

Hadirin yang berbahagia,


Dalam kesempatan yang berbahagia ini, saya mewakili Ketua Umum
MUI Pusat, Prof. Dr. KH Ma’ruf Amin, mengucapkan banyak terima kasih
dan selamat atas terselenggaranya Halaqah Seni dan Budaya Islam Meeting
Forum Ulama – Musisi dengan tema “Seni Musik sebagai Wahana Dakwah
di Era Milenial”.

Kita semua berharap, forum ini menjadi bagian penting dalam


pengembangan peran dan pengabdian ulama dalam bidang dakwah dan
pembinaan umat di masa depan. Sebab, tantangan dakwah dan
pengembangan umat di masa depan makin kompleks.

Hadirin yang saya hormati,


Kalau kita menelisik ke belakang, seni musik dalam Islam
menemukan tempatnya dalam peradaban Islam di masa lalu.

Dahulu kala, sekitar abad ke-9 M, seorang Amir, Safy Ad Daulah,


menggelar pertunjukan musik di istana Suriah. Ia mengundang para musisi
ternama untuk menghibur warga istana dan para tamu.

Di antara para tamu itu ada seorang tokoh yang tidak dikenal sebagai
musisi, namun wajahnya menampakkan ketidakpuasan. Lalu, ia meminta ijin
kepada sang Amir untuk memainkan alat musik. Setelah mendapat ijin, ia
pun maju ke depan para tamu.

Saat ia mulai memainkan alat musiknya, sontak para tamu pun dibuat
terbuai olehnya. Pertama, ia memainkan sebuah komposisi musik, lalu
semua hadirin tiba-tiba tertawa. Kemudian, ia mengubah komposisinya, tiba-
tiba menangislah seluruh hadirin. Terakhir, ia mengganti komposisi lagunya,
lalu semua hadirin pun tertidur. Kecerdasan dan kelihaiannya benar-benar
menghipnotis istana dengan alunan musik yang ia mainkan.

2
Hadirin yang berbahagia,
Tokoh tersebut dikenal dengan nama Al-Farabi. Ia bukan hanya seorang
filsuf muslim yang pandai bermain akal, ia juga terkenal sebagai musikus
handal. Ia bahkan tak lain adalah penemu not musik. Penemuan not musik
tersebut dijabarkan Al-Farabi dalam karyanya Al-Musiqa Al-Kabir (The
Great Book of Music). Buku itu pun menjadi rujukan utama para musisi
klasik Barat. Ilmu dasar musik tercantum dalam karya fenomenalnya
tersebut.

Bagi Al-Farabi, musik dapat membuat suasana menjadi tenang dan


mampu mengendalikan emosi. Ia pun meneliti musik sebagai terapi penyakit
psikologis. Al-Farabi kemudian mencipatakan prinsip-prinsip filosofis
tentang musik, baik kualitas kosmik dan pengaruhnya. Ia kemudian
menangani akal dengan terapi musik dan mendapati adanya efek terapi
musik di jiwa.

Hadirin yang berbahagia,


Diakui atau tidak, musik adalah bahasa jiwa. Alunannya mampu
menembus relung hati manusia dan dapat dirasakan kelembutannya.

Dengan fungsi dan peran musik yang sedemikian besar pengaruhnya


tersebut, musik dapat dijadikan sebagai media dakwah, terutama di era
generasi millennial ini. Bagaimanapun juga, tantangan dakwah hari ini sudah
berbeda dengan era sebelumnya. Kalau dulu dakwah hanya dilakukan dari
podium ke podium yang lain, bertatap muka langsung dengan masyarakat.
Sekarang, melalui smartphone yang kita punya ini, kita sudah bisa
berdakwah yang mampu menjangkau ribuan audiens melalui dunia cyber.
Jangakuan audiens juga tidak hanya di dalam negeri, namun juga bisa sampai
luar negeri, asalkan kita cerdik dalam membuat kemasan.

Bagi generasi milenial, mereka sangat terbuka dengan teknologi dan


mereka terkoneksi satu sama lain melalui smartphon-nya dengan segala fitur
terbaru yang ditawarkan. Dari facebook, youtube, twiter, instagram,
whatsapp dan lain sebagainya.

Hadirin yang berbahagia,


Untuk bisa berdakwah di era millennial yang dibutuhkan yaitu
kemampuan kita mengemas konten dan visual dengan menarik untuk tujuan
dakwah.

3
Salah satu yang menjadi favorit generasi millennial dalam mengakses
beragam hiburan di channel youtube yaitu musik.

Pada bulan Ramadhan kemarin, kita masih ingat, sebuah group musik
gambus yang tidak terlalu terkenal tiba-tiba menjadi viral di youtube dan
mendadak menjadi terkenal. Viewer-nya pun mencapai jumlah ribuan,
bahkan jutaan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Hal yang tidak kita sangka adalah bagaimana para viewer non muslim
tanpa diminta justru penasaran untuk ikut menontonnya. Bahkan, ada yang
sampai meneteskan air mata. Padahal mereka tidak tahu arti lirik lagunya.

Hadirin sekalian yang saya hormati,


Melihat antusiasme seni musik yang bisa diterima di berbagai kalangan,
kita perlu memikirkan dengan serius bagaimana antara para ulama dan
musisi berkolaborasi untuk lebih banyak memproduksi konten musik yang
bernuansa dakwah; sehingga mampu menjadi penyeimbang dengan
banyaknya musik lain yang jauh dari nilai dakwah Islam.

Melalui kegiatan Halaqah Seni dan Budaya Islam ini, saya berharap
semoga dapat menghasilkan rumusan dan formulasi dakwah melalui seni
musik, khususnya untuk menjawab tantangan dakwah di era generasi
milenial.

Demikian sambutan dari saya, akhirnya dengan mengucapkan


“Bismillahirrahmanirrahim” Acara Halaqah Seni dan Budaya Islam,
Meeting Forum Ulama-Musisi dengan tema “Seni Musik sebagai Wahana
Dakwah di Era Milenial” secara resmi saya buka.

Semoga ikhtiar dan upaya kita hari ini mendapat ridho dari Allah SWT
dan dicatat sebagai amal sholeh di sisi-Nya. Amin.

Wallahul muwaffiq ilaaqwamith thoriq


Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, 22 Shafar 1440 H./


31 Oktober 2018 M..

Anda mungkin juga menyukai