477 - Makalah Tutorial Case 3 - Tutor c2
477 - Makalah Tutorial Case 3 - Tutor c2
TURORIAL C2
Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun 4 bulan datang diantar keluarga dengan keluhan
sembab pada kelopak matanya dan kedua tungkai bengkak sejak 3 hari yang lalu. Sembab di
kelopak mata muncul saat pagi hari dan berangsur-angsur menghilang pada sore hari,
sedangkan bengkak di kedua tungkai menetap. Sembab di kelopak mata tidak disertai
keluhan mata berair, silau dan nyeri. Keluhan tambahan BAK berwarna seperti air cucian
daging dan berbusa, jumlah urin juga lebih sedikit daripada biasanya dan. Ibu mengatakan
anaknya terlihat lemah, tidak nafsu makan dan tidak demam.
Dua minggu sebelumnya pasien mengalami demam dan sakit menelan/radang tenggorokan.
Pasien berobat ke puskemas dan diberi obat sirup penurun panas dan antibiotik yang
diminum 3x sehari selama 3 hari. Namun, pasien tidak menghabiskan obatnya karena keluhan
sakit menelan sudah tidak ada.
Pasien belum pernah mengalami riwayat sembab pada kelopak mata dan bengkak pada kedua
tungkai.
Pasien sering mengalami radang tenggorokan namun biasanya sembuh hanya dengan minum
obat di warung.
Pasien belum pernah mengalami sakit kulit/korengan
Nadi : 90x/menit
Rr : 20x/ menit
Suhu : 36,5⁰ C
TB : 105 cm
General Survey
Pemeriksaan penunjang
Darah Rutin:
warna gelap, BJ 1020, protein: +3, RBC casts (+), Eritrosit (+)
A. Pronefros
B. Mesonefros
C. Metanefros
A. Pronefros
Pada awal minggu ke-4 pronefros terdiri dari 7-10 kelompok sel solid di region servikal
Nefrotom regresi
Duktus koligentes ginjal permanen terbentuk dari tunas ureter, suatu pertumbuhan
keluar dari duktus mesonefrikus
Tunas ini menembus jaringan metanefros yang ujung distalnya seperti topi
Tunas melebar, membentuk pelvis renalis primitive → membelah menjadi kranial dan
kaudal → kaliks mayor → membentuk 2 tunas baru hingga 12 generasi tubulus →
terus bergenerasi membentuk kaliks minor pelvis renalis → bergenerasi → tubulus
koligentes
Tunas urete membentuk ureter pelvis renalis, kaliks mayor dan minor, dan sekitar 1
juta tubulus koligentes
Tubulus koligente baru di tutupi oleh suatu tutup jaringan metanefros (metanepric
tissue cap)
Ujung Distal membentuk suatu saluran yang memanjang dan menghasilkan tubulus
kontortus proksimal, ansa henle, dan tubulus kontortus distal
Selama kehidupan di kandungan ginjal tidak bertanggung jawab untuk ekresi zat sisa
karean itu tugas plasenta.
ANATOMI GINJAL
Ginjal (Ren)
Letak : pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada ke dua sisi vertebra
thorakalis 12 sampai vertebra lumbalis 3
Cat : ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal sebelah kiri karena adanya lobus dexter
yang besar
Fungsi : a) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat – zat toksik / racun
d) mengeluarkan sisa – sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan
amoniak
fascia renalis terdiri dari :
a) fascia renalis
c) kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa) meliputi dan melekat dengan erat pada
permukaan ginjal
Struktur ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex
renalis di bagian luar (yang berwarna cokelat gelap) dan medulla renalis bagian dalam
(berwarna cokelat terang dibandingkan cortex). Bagian medulla berbentuk kerucut
(pyramides renalis), puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang – lubang
kecil (papila renalis).
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh
darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima
urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang
masing – masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal.
Diperkirakan 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari : glomerulus, tubulus
proksimal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.
Tubulus proksimal :
Mempunyai banyak mitokndria sesuai dengan fungsinya yang banyak memerlukan energi
untuk mengaktifkan sistem pompa natrium guna transport aktif ion natrium. Karena adanya
reabsorpsi di tubulus proksimal ini hanya sepertiga dari hasil filtrat glomerulus akan
dilepaskan ke ansa henle.
Ansa henle :
Tubulus ini terbagi menjadi dua bagian, bagian decendent yang mempunyai sedikit
mitokondria di sel epitelnya, dan mempunyai permeabilitas yang tinggi terhadap air dan agak
permeable terhadap urea dan ion natrium. Bagian ascendent bersifat lebih permeable
terhadap air dan urea, sehingga mencegah peningkatan konsentrasi urin karena terlepasnya air
ke jaringan sekitar.
Tubulus distal :
Bagian segmen dilusi bersifat impermeable, dengan epitel endotel yang unik memungkinkan
difusi pasif dari ion negatif yang akan diikuti oleh difusi pasif ion positif. Sedangkan bagian
akhir epitelnya mendukung transport aktif ion kalium ke dalam lumen tubulus, namun
impermeable terhadap urea.
Duktus koleduktus :
Pemeabiltasnya dipengaruhi oleh hormon ADH, peningkatan ADH akan menyebabkan
peningkatan permeabilitas dan menimbulkan reabsorpsi air yang meningkat. Selain itu
epitelnya mendukung transport aktif ion positif (K+, Na+, H+, dan Ca+).
Histologi Ginjal
Ginjal terbungkus dalam kapsul/simpai jaringan lemak dan jaringan ikat kolagen
Korteks
Medulla
Korteks Ginjal terdapat:
A. Glomerulus ginjal (korpus malpighi)
Permukaan luar di lapisi epitel selapis gepeng (simpai /kapsul bowman lapis
parietal)
Di bawah simpai bowman lapis parietal terdapar ruangan kosong terisi cairan
ultrafiltrat
Kutup tubular adalah tautaan antara simpai bowman lapis parietal dengan
tubulus kontortus proksimal
Arteriol yang masuk di sebut vasa aferen dan bercabang menjadi kapiler yang
bergelung di glomerulus
Kapiler kemudian bergabung menjadi satu lagi membentuk arteriol keluar dari
glomerulus di sebut vasa efferent
Vasa aferen dan vasa efferent di bedakan oleh potongan aparat yuksta
glomerular
Sel yuksta glomerular di sisi luar berhimpit dengan sel yang menyusun macula
densa(epitel tubulus kontortus distal)
Di antara aparat yuksa glomerular dan tempat kelompok sel kecil terang di
sebut sel mesangial(ekstraglomerular)/ polkisen
B. Tubulus kontortus Proksimal
Saluran ini terpotong dalam berbagai bidang karena berkelok-kelok
Permukaan sel yang menghadap lumen mempunyai paras sikat (brush border)
B. Saluran-saluran di medulla:
Ansa Henle segmen tebal naik (Pars asenden), mirip tubulus kontertus distal
tetapi garis tengahnya lebih kecil
Ansa Henle segmen tipis, mirip pembuluh darah kapiler tetapi epitelnya
selapis gepeng lebih tebal , sitoplasma lebih jelas dan lumen kosong
Ansa henle tebal turun (Pars desendens) mirip tubulus kontortus proksimal
dengan diameter lebih kecil
Duktus koligens, mirip tubulus kontertus distal namun lebih tinggi dan pucat
selnya
C. Saluran makin dekat ke papilla renis bergaris tengah lebih besar dan dinding dilapisi
epitel selapis kubus-torak di sebut duktus papilaris Bellini yang bermuara ke dalam
kaliks minor.
Suplay arterial
1. Arteria renalis (cabang langsung dari Aorta abdominalis) sebelum masuk hilus
bercababang dua, anterior dan posterior selanjutnya bercabang menjadi total 5
Arteri segmental (percabangan arteri segmental tidak saling anastomosis dengan
percabangan arteri segmental yang lain) dikatakan ginjal dibagi dalam 5 segmen
vaskuler yang saling terpisah.
FISIOLOGI GINJAL
Sistem kemih terdiri dari
GINJAL
Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang terletak di belakang rongga abdomen,
satu di setiap sisi kolumnar vertebralis sedikit diatas garis pinggang .
Fungsi ginjal :
1. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh
2. Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES, termasuk Na, Cl, K,
HCO3, Ca, Mg, SO4, PO4, dan H.
3. Memelihara volume plasma yang sesuai, sehingga sangat berperan dalam pengaturan
jangka – panjang tekanan darah arteri. Fungsi ini dilaksanakan pada peran ginjal
sebagai pengatur keseimbangan garam dan H2O.
5. Memelihara osmolaritas
8. Mensekresikan eritropoietin
9. Mensekresikan rennin
Setiap ginjal diperdarahi oleh arteri renalis dan vena renalis yang masing – masing masuk
dan keluar ginjal dilekukan medial. Setelah urin terbentuk mengalir ke pelvis ginjal yang
terdapat pada sisi medial dari ginjal yang kemudian meneruskan perjalanannya ke traktur
urinarius.
Ginjal terdiri dari sekiat 1 juta nefron.
Nefron adalah :
Satuan fungsional berukuran mikroskopik yang disatukan satu sama lain oleh jaringan ikat
Medulla ginjal, daerah bagian dalam berupa segitiga – segitiga bergaris – garis,
piramida ginjal
Komponen Vaskular
a. Glomerulus
Merupakan tempat filtrasi sebagian air dan zat terlarut dari darah yang
melewatinya cairan yang sudah terfiltrasi ( komposisinya nyaris
identik dgn plasma ) mengalir ke komponen tubulus nefron cairan
tersebut dimodifikasi menjadi urin
b. Arteri renalis
Komponen Tubulus
Suatu saluran berongga berisi cairan yang terbentuk oleh 1 lapis sel epitel
Pars asendens lengkung henle melewati suatu daerah yang dibentuk oleh
arteriol aferen dan eferen yang berdekatan di glomerulus , dimana sel – sel
tubulus dan sel vaskuler mengalami spesialisasi membentuk apparatus
yukstagloemrular kemudian tubulus kembali membentuk gelungan
menjadi tubulus distal ( terletak di korteks ) mengalirkan isinya
keduktus / tubuli pengumpul, yang setiap duktus perngumpul terbenam
kedalam medulla mengosongkan cairan urin kedalam pelvis ginjal
lalu ke ureter masuk ke vesica urinaria dikleuarkan keluar tubuh
melalui uretra.
Berdasarkan lokasi dan panjang sebagian strukturnyam nefron dibagi menjadi :
I. Nefron korteks
Lengkung tajam pada nefron korteks hanya sedikit terbenam kedalam medulla
1. Filtrasi glomerulus
Yaitu filtrasi plasma bebas protein menembus kapiler glomerulus kedalam kapsula bowman
saat darah mengalir melalui glomerulus. Dengan filtrate glomelurus ( cairan yang difiltrasi )
sebanyak ± 180 L.
2. Reabsorpsi tubulus
Yaitu pengembalian zat – zat yang bermanfaat bagi tubuh ke plasma kapiler peritubulus, saat
filtrate mengalir melalui tubulus. Zay – zat yang masih bermanfaat yang direabsorpsi tidak
keluar dari tubuh melalui urin, tetapi diangkut oleh kapiler peritubulus ke system vena lalu ke
jantung untuk kembali diedarkan. Dari 180 L plasma yang difiltrasi setiap hari, rata – rata
178,5 L diserap kembali, dengan 1,5 L sisanya terus mengalir ke pelvis ginjal untuk
dikeluarkan sebagai urin.
3. Sekresi tubulus
Yaitu perpindahan selektif zat – zat dari daerah kapiler peritubulus yang tidak difiltrasi
masuk kedalam lumen tubulus. Merupakan rute kedua bagi zat dari darah untuk masuk
kedalam tubulus ginjal.
4. Ekskresi urin
Yaitu eleminasi zat – zat dari tubuh di urin. Dimana hasil dari ke3 proses diatas, yaitu
konstituen plasma yang mencapai tubulus yang difiltrasi / disekresi tapi tidak di reabsorpsi
tetap berada didalam tubulus danmengalir ke pelvis ginjal untuk diekskresikan sebagai urin.
FILTRASI GLOMERULUS
Cairan yang difiltrasi dari glomelurus kedalam kapsul bowman harus melewati 3 lapisan yang
membentuk membrane glomerulus :
Secara kolektif lapisan ini berfungsi sebagai saringan molekul halus yang menahan sel darah
merah dan protein plasma tetapi melewatkan H2O dan zat terlarut lain yang ukuran
molecularnya cukup kecil
Dinding kapiler glomelurus terdiri dari selapis sel endotel gepeng, memiliki lubang –
lubang dengan banyak pori – pori ( fenestrate ) sehingga 100x lebih permeable
terhadap H2O dan zat terlarut dibandingkan kapiler ditempat lain.
Membrane basal terdiri dari glikoprotein dan kolagen dan terselip diantara glomelurus
dan kapsul bowman.
Rute yang diambil oleh bahan yang terfiltrasi untuk melintasi membrane glomerulus
seluruhnya bersifat ekstrasel ( pori – pori kapiler membrane basal seluler celah filtrasi
kapsular ).
Perpindahan cairan dari dalam plasma menembus membrane glomerulus menuju kapsula
bowman :
Terjadi karena disebabkan adanya gaya – gaya fisik pasif yang serupa dengan gaya –
gaya yang terdapat pada kapiler bagian tubuh lainnya.
- Kapiler glomerulus jauh lebih permeable dibandingkan dengan kapiler di tempat lain
tekanan filtrasi sama namun lebih banyak cairan yang difiltrasi
- Keseimbangan gaya – gaya dikedua sisi membrane glomerulus adalah sedemikian rupa
sehingga filtrasi berlangsung diseluruh panjang kapiler. Keseimbangan gaya – gaya
kapiler lain bergeser, sehingga filtrasi berlangsung dibagian awal pembuluh tetapi
menjelang akhir terjadi reabsorpsi.
Bergantung pada kontraksi jantung dan resistensi arteriol aferen dan eferen
terhadap aliran darah
Nilai rata – rata tekanannya adalah 55 mmHg, lebih tinggi dari tekanan kapiler
lain, karena garis tengah arteriol aferen lebih besar daripada garis tengah
arteriol eferen. Sehingga :
a. darah lebih mudah masuk ke kapiler glomerulus melalui arteriol aferen yang lebih lebar
dan lebih sulit keluar melalui arteriol eferen yang lebih sempit menyebabkan
terbendungnya darah di kapiler glomerulus tekanan darah disitu menjadi meningkat.
c. tekanan darah glomerulus yang meningkat dan tidak menurun ini cendrung mendorong
cairan keluar dari glomerulus untuk masuk ke kapsul bowman diseluruh panjang kapiler
glomerulus dan merupakan gaya utama yang menghasilkan filtrasi glomerulus
Nilainya ± 15 mmHg
Gaya total yang mendorong filtrasi ( yang disebabkan oleh tekanan darah kapiler glomerulus
)
55 mmHg. Sedangkan gaya yang melawan filtrasi ( akibat tekanan osmotic koloid plasma
dan tekanan hidrostatik kapsula bowman ) jumlah nilainya 45 mmHg.
Laju Filtrasi Glomerulus / Glomerular Filtration Rate ( GFR ) bergantung pada tekanan
filtrasi netto dan koefisien filtrasi / Kf ( yaitu seberapa luas permukaan glomerulus yang
tersedia untuk penetrasi dan seberapa permeabelnya membrane glomerulus / seberapa tingkat
“kebocorannya” )
Dalam keadaan normal, 20% plasma yang masuk ke glomerulus difiltrasi dgn tekanan filtrasi
netto 10 mmHg, menghasilkan
180 L filtrate glomerulus untuk GFR 125 mL / menit setiap hari untuk laki –
laki
160 L filtrate per hari untuk GFR 115 mL / menit pada perempuan.
Karena tekanan filtrasi netto yang bertanggung jawab menginduksi filtrasi glomerulus
ditimbulkan oleh ketidak seimbangan gaya – gaya fisik yang saling bertentangan antara
plasma kapiler glomerulus dan cairan kapsul bowman, perubahan salah satu dari gaya – gaya
fisik ini dapat mempengaruhi GFR
Perubahan tekanan osmotic koloid plasma dan perubahan tekanan hidrostatik kapsul bowman
tidak dapat dikontrol karena dipengaruhui oleh penyakit, namun tekanan darah kapiler
glomerulus dapat dikontrol untuk menyesuaikan GFR untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
1. Otoregulasi GFR
Misalnya :
- Tek. Arteri menurun GFR menurun terjadi dilatasi arteriol aferen peningkatan
aliran darah kedalam glomerulus menormalkan kembali GFR
2 mekanisme internal yang berperan dalam otoregulasi :
a. mekanisme miogenik
Luas permukaan yang tersedia untuk filtrasi didalam glomerulus dicerminkan oleh
permukaan dalam kapiler glomerulus yang berkontak langsung dengan darah
dimana setiap berkas glomerulus disatukan oleh sel – sel mesangium yang
mengandung elemen – elemen kontraktil.
Bila sel – sel mesangium kontraksi ( yg bisa ditimbulkan oleh stimulasi simpatis /
beberapa hormone dan zat perantara kimiawi lokal ) menutup sebagian dari kapiler
filtrasi luas permukaan untuk filtrasi berkurang penurunan GFR.
Reabsorpsi Tubulus
- Semua konstituen plasma, kecuali protein secara non diskriminatif difiltrasi bersama-sama
melintasi kapiler glomerulus
- Sel-sel tubulus ikatan taut erat, mencegah bahan-bahan sehingga harus lewat menembus sel,
kecuali H2O
1. Bahan melintasi membran luminal sel tubulus
2. Bahan berjalan melewati sitosol dari sisi sel tubulus ke sisi lainnya
I. Reabsorbsi Natrium
Na direabsorbsi di seluruh tubulus, normalnya 99,5% direabsorbsi
V. Reabsorbsi Air
secara pasif direabsorbsi melalui osmosis di seluruh panjang tubulus, 80%
direabsorbsi secara obligatorik di tubulus proksimal dan lengkung henle, 20%
varian jumlah di distal
Sekresi Tubulus
mekanisme tambahan untuk eliminasi zat-zat dari tubuh
menambahkan lebih banyak ion organik tertentu ke cairan tubulus yang sudah
mengandung bahan bersangkutan, mempermudah ekskresi bahan-bahan tersebut
mempermudah sekresi
mempermudah eliminasi ion-ion organik yang tidak dapat difiltrasi
Mengeliminasi senyawa asing
SINDROM NEFROTIK ANAK
DEFINISI
Salah satu penyakit ginjal yang paling sering ditemukan pada anak
Pada anak, penyebabnya tidak jelas sehingga disebut sindrom nefrotik idiopatik (SNI)
INSIDENSI
Dapat mengenai semua umur, tetapi sebagian besai (74%) dijumpai pada anak usia 2-
7 tahun dengan perbandingan laki-laki:wanita 1:2
Sindrom nefrotik kongenital (ditemukan sejak anak lahir atau usia < 1 tahun)
Pada anak biasanya berupa sindrom nefrotik kelainan minimal (SNKM), yaitu
histologi ginjal pada pemeriksaan dengan mikroskop cahaya.
Timbul sebagai akibat dari suatu penyakit sistemik atau sebagai akibat dari berbagai sebab,
misalnya efek samping obat. Penyebab yang sering:
MANIFESTASI KLINIS
Apapun tipe sindrom nefrotik anak, manifestasi utamanya adalah edema (pada 95%
kasus anak)
Pada fase awal sering bersifat intermitten; biasanya tampak pada daerah yang
mempunyai resistensi jaringan yang rendah (periorbita, skrotum, labia)
Gangguan psikososial
Kadar lipid tetap tinggi 1-3 bulan setelah remisi sempurna dari proteinuria
Hematuria mikroskopik kadang terlihat pada sindrom nefrotik, namun bukan pertanda
untuk mmbedakan berbagai jenis sindrom nefrotik.
Penurunan fungsi ginjal yg tercermin dari peningkatan kreatinin serum, biasanya pada
sindrom nefrotik yang bukan SNKM.
Sering efusi pleura pada pencitraan foto toraks. Hal ini berkorelasi langsung dengan
derajat sembab dan tidak langsung dengan kadar albumin serum.
PATOFISIOLOGI
TEORI
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Edema di kedua kelopak mata, tungkai, atau adanya asites dan edema skrotum/ labia.
Pemeriksaan Urinalisis
Albumin
Pada sedimen ditemukan oval fat bodies, yaitu epitel sel yang mengandung bulir-bulir
lemak, kadang-kadang dijumpai eritrosit, leukosit, toraks hialin, dan toraks eritrosit.
Pemeriksaan Darah
Albumin menurun
1 globulin normal
2 globulin meninggi
globulin normal
globulin normal
Ureum, kreatinin, klirens kreatinin normal, kecuali ada penurunan fungsi ginjal,
hiperkolesterolemia, dan laju endap darah yang meningkat
Foto Thorax
Bila ada sindrom gangguan napas, untuk mencari penyebabnya apakah pneumonia
atau edema paru akut
DIAGNOSIS BANDING
Edema non-renal: gagal jantung kongestif, gangguan nutrisi, edema hepatal
Glomerulonefritis akut
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan meliputi:
Diet
Pemberian diet ptinggi protein tidak diperlukan, bahkan sekarang dianggap sebagai
kontraindikasi karena akan menambah beban glomerulus untuk mengeluarkan sisa
metabolisme protein (hiperfiltrasi) dan menyebabkan terjadinya sklerosis glomerulus.jadi
cukup diberikan diet protein normal sesuai RDA (Recommended Daily Allowances), yaitu
1,5-2 g/kgBB/hari. Diet rendah protein dapat menyebabkan malnutrisi energi protein dan
hambatan pertumbuhan anak. Lemak dapat diberikan dengan jumlah yang tidak lebih dari
30% jumlah total kalori keseluruhan, lebih dianjurkan pemberian karbohidrat kompleks
daripada gula sederhana.
Sebagian pasien dengan sembab ringan tidak memerlukan diuretik. Pasien dengan sembab
nyata tanpa deplesi volume intravaskular diberikan terapi sebagai berikut:
Pemakaian diuretik lebih dari 1 minggu dengan dosis tinggi harus hati-hati,
perlu pemantauan terhadap hipovolemia dan elektrolit serum.
Perbaiki keadaan umum: diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah garam, rendah
lemak
Diuretik jangka pendek seperti furosemid bila ada udem anasarka atau mengganggu
aktivitas
prednison
Prednison
Rumatan: prednison dosis 40 mg/m2/48 jam, diberikan selang sehari dg dosis tunggal
pagi hari selama 4 minggu, setelah itu dihentikan.
Sebelum pengobatan dimulai, pada pasien SNRS sebaiknya dilakukan biopsi ginjal untuk
melihat gambaran patologi anatomi ginjal, karena gambaran patologi anatomi tersebut
mempengaruhi prognosis. Pengobatan dengan CPA memberikan hasil lebih baik pada pasien
SNKM dari pada GSFS.
1. Siklofosfamid (CPA)
Pemberian CPA oral pada SNRS dilaporkan dapat memberi remisi pada 20% pasien. Bila
terjadi relaps kembali setelah pemberian CPA, meskipun sebelumnya merupakan SNRS,
dapat dicoba lagi pengobatan relaps dengan prednison karena SNRS dapat menjadi sensitif
kembali. CPA puls dilaporkan memberikan hasil lebih baik daripada CPA oral, dan efek
sampingnya lebih sedikit. Tetapi karena CPA puls lebih mahal, pemakaiannya di Indonesia
masih selektif.
2. Siklosporin (CyA)
Pada SNRS, CyA dilaporkan dapat menimbulkan remisi total sebanyak 20% pada 60 pasien
dan remisi parsial pada 13%.
Efek samping CyA antara lain hipertensi, hiperkalemia, hipertrikosis, hipertrofi ginggiva, dan
juga bersifat nefrotoksik, yaitu menimbulkan lesi tubulointerstisial. Oleh karena itu, oada
oemakaian CyA perlu pemantauan terhadap:
3. Metil-prednison puls
Mendoza dkk (1990) melaporkan pengobatan SNRS dengan metil-prednisolon puls selama
82 minggu bersamaan dengan prednison oral dan siklofosfamid atau klorambusil 8-12
minggu. Pada pengamatan selama 6 tahun, 21 dari 32 pasien (66%) tetap menunjukkan remisi
total. Efek samping metil-prednisolon puls banyak sehingga pengobatan dengan obat ini agak
sukar untuk direkomendasikan di Indonesia.
Obat imunosupresif lain yang dipakai pada SNRS adalah vinkristin, takrolimus, dan
mikofenolat mofetil. Karena laporan dalam literatur masih sporadik dan tidak dilakukan
dengan studi kontrol, maka obat ini belum direkomendasi secara luas di Indonesia.
KOMPLIKASI
Infeksi sekunder: karena kadar imunoglobulin yang rendah akibat hipoalbuminemia
Syok: terutama pada hipoalbuminemia berat (< 1 mg/ 100 mL) yang menyebabkan
hipovolemi berat
PROGNOSIS
Prognosis umumnya baik, kecuali pada keadaan-keadaan berikut:
Menderita pertama kalinya pada usia di bawah 2 tahun atau di atas 6 tahun
Disertai hipertensi
Disertai hematuria
Pada umumnya sebagian besar sindrom nefrotik primer (80%) memberi respons yang
baik terhadap pengobatan awal dengan steroid, tapi 50% di antaranya akan relapse
berulang, dan sekitar 10% tidak memberi respons lagi.
SINDROMA NEFROTIK
DEFINISI
Sindroma nefrotik merupakan gambaran klinik dengan etiologi ganda disertai ciri
khusus :
Edema anasarka
Hiperkolesterolemia
Sindroma nefrotik pada pasien dewasa bukan merupakan suatu full diagnosis, tetapi :
ETIOLOGI
1. Penyakit ginjal primer
Diabetes melitus
Amiloidosis
Hodgkin
Limfosarkom
Mieloma multipel
7. Kelainan kongenital
8. Lain – lain
GAMBARAN KLINIK
Sembab
Lokasi sembab, biasanya di kelopak mata, tungkai, perut, torak dan genitalia
Mengeluh sesak nafas, kaki merasa berat dan dingin, kadang diare
Atrofi otot skelet
Sindrom nefrotik dengan albumin serum < 1,5 gram% dan berlangsung lama
Dewasa muda dan anak → kejang tetani, acute circulating collapse disertai
transient acute renal failure.
Sindro nefrotik sangat peka terhadap infeksi sekunder, terutama infeksi saluran nafas
(pneumonia) dan saluran kemih (pielonefritis)
DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik
Sesak nafas
Muka sembab
Anemia ringan
Efusi pleura
Asites
Sembab genetalia
Pemeriksaan laboratorium
1) Urinalisis
Protenuria > 3,5 gram/ 1,73 m2 luas permukaan badan/ hari
2) Faal ginjal
Bila telah berjalan lama dan menetap → gangguan faal ginjal berupa
kerusakan progresif dari glomerulus
3) Hiperlipoproteinemia
Hipokalsemia
Glikosuria
6) Darah
Leukosit = normal
LED = meningkat
Globulin = bervariasi
Proteinuria = 5 – 30 gram/hari
Pemeriksaan radiologi
a) Foto polos perut / pielogram intravena → kedua ginjal membesar, mungkin
disertai kompresi kalises akibat dari sembab intra renal.
Pemeriksaan EKG
HISTOPATOGI
Dari jaringan biopsi ginjal sangat penting untuk menentukan dan memastikan
diagnosis, menentukan klasifikasi berdasarkan kelainan-kelainan histopatologi, prognosis dan
akhir pengobatan.
KLASIFIKASI
Dewasa :
2. Glomerulopati membranos
3. Glomerulopati minimal
4. Glomerulopati mesangiokapiler
5. Glomerulosklerosis fokal
Anak – anak :
2. Glomerulosklerosis fokal
3. Glomerulopati mesangiokapiler
5. Glomerulopati membranos
Patogenesis tidak diketahui tapi diduga akibat gangguan atau disfungsi dari sel
T , atau sensitasi dari sel T terhadap antigen renal.
Proliferasi sel mesangium yang sangat luas sehingga membran basal seolah-
olah terputus-putus.
Sembab
Hipertensi
Tabel 2
Hematuria Hematuria
Hipertensi Hipertensi
KOMPLIKASI
2. Lamanya sakit
3. Usia pasien
Faktor lainnya :
a) Malnutrisi
b) Infeksi sekunder
c) Gangguan koagulasi
d) Akselerasi aterosklerosis
e) Kolap hipovolemi
g) Gagal ginjal
PENGOBATAN
5. Infus albumin dan diet protein hewani → untuk mengobati hipoalbumnemia dan
penurunan tekanan onkotik
6. Pembatasan garam natrium dan diuretika → untuk retensi garam dan air
PROGNOSIS
Prognosis buruk pada ; pengobatan yang terlambat, ada penyulit gagal ginjal &
hipertensi.
Penyebab kematian : karna gagal ginjal kronik dengan sindrom azotemia, infeksi
sekunder ekstrarenal (pneumonia), infeksi renal (pielonefritis), gagal sirkulasi akut.
Glomerulonefritis Akut pada Anak
Definisi
Glomerulonefritis akut (GNA) ialah reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri
atau virus tertentu.
Etiologi
Yang paling sering ialah akibat infeksi kuman streptococcus. Timbulnya GNA
didahului infeksi ekstrarenal, terutama di saluran napas atas dan kulit oleh kuman
Streptococcus beta haemolyticus golongan A tipe 12, 4, 16, 25, dan 49. Antara infeksi bakteri
dan timbulnya GNA terdapat masa laten selama 1-2 minggu. GNA juga dapat disebabkan
oleh sifilis, keracunan (timah hitam, tridion), amiloidosis, trombosis vena renalis, penyakit
kolagen.
Bakteri Streptococcus
Epidemiologi
Glomerulonefritis akut pascastreptokokus (APSGN) paling sering menyerang anak usia 3-7
tahun, perbandingan pada laki-laki dan perempuan adalah 2:1.
Patogenesis
Hipotesis yang diajukan:
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan laju endap darah meninggi, kadar
hemoglobin menurun sebagai akibat hipervolemia (retensi garam dan air). Pada pemeriksaan
urin jumlah urin berkurang, berat jenis meninggi, hematuria makroskopik dan ditemukan
albumin (+), eritrosit (++), leukosit (+), silinder leukosit, eritrosit, dan hialin. Ureum dan
kreatinin darah meningkat.
Keterangan gambar :
Gambar diambil dengan menggunakan mikroskop cahaya (hematosylin dan eosin dengan
pembesaran 25×). Gambar menunjukkan pembearan glomerular yang membuat pembesaran
ruang urinary dan hiperselluler. Hiperselluler terjadi karnea proliferasi dari sel endogen dan
infiltasi lekosit PMN
Komplikasi
- Gagal ginjal akut
- Ensefalopati hipertensif
Penatalaksanaan
- Istirahat selama 1-2 minggu
- Berikan penisilin pada fase akut, untuk memberantas semua sisa infeksi streptokokus
- Makanan, bila terjadi gejala edema atau gejala gagal jantung, pada fase akut berikan
makanan rendah protein (1 g/kgBB/hari) dan rendah garam (1 g/hari).
- Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari) maka ureum harus dikeluarkan dari dalam
darah dengan beberapa cara misalnya dialisis peritoneum dan hemodialisis.
Prognosis
Diperkirakan 90% dapat sembuh sempurna pada anak, 30-50% pada dewasa, 2-5% dari
semua kasus akut mengalami kematian. Sisanya berkembang menjadi glomerulonefritis
progresif cepat (RPGN), kematian akibat uremia biasanya terjadi dalam jangka waktu
beberapa bulan saja. Atau glomerulonefritis kronik yang perkembangannya lebih lambat,
perjalanan penyakit dapat berkisar antara 2-40 tahun.
GLOMERULONEFRITIS AKUT PADA DEWASA
DEFINISI
suatu gambaran klinik akibat perubahan-perubahan struktur dan faal dari peradangan
akut glomerulus pasca infeksi streptokokus.
Gambaran Klinik
- Kelainan urine ( proteinuria , hematuria, silinder eritrosit )
- Bendungan paru
- Infeksi streptokokus : riwayat klasik didahului ( 10-14 hari ) oleh faringitis dan
tonsillitis, atau infeksi kulit ( Impetigo )
- Hipertensi sistolik maupun diastolic sering di temukan hampir pada semua pasien,
biasanya tipenya sedang atau ringan dan akan kembali normotensi setelah mendapat
diuresis tanpa pemberian obat – obatan antihipertensi.
- Hipertensi berat biasanya ditemukan pada pasien sekitar 5 -10 % dengan atau tanpa
enselopati
- Sembab dan bendungan paru akut , hampir semua pasien mengalaminya pada kelopak
mata atau pergelangan kakibawah, timbul pagi hari, dan hilang di siang hari. Bila
perjalanan penyakit sudah berat, maka sembab ini akan menetap atau persisten, dan
bisa di sertai asites dan efusi rongga pleura.
Etiologi
Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas ( faring atau tonsil ) atau kulit (
impetigo ) oleh streptokokus beta hemolitikus golongan A tipe 12 ( paling sering ).
Disebabkan selama fase akut adanya infeksi sekunder terutama infeksi paru ( pneumonia )
, bendungan paru akut, enselopatihipertensif, hyperkalemia .
Angka kematiannya < 5% berkat kemajuan therapy, misalnya obat antihipertensi yang
kuat, hemodialisa , dan transplantasi ginjal.
3. Glomerulonephritis akut
Bila selama perjalanan penyakit ditemukan satu atau lebih tanda klinik atau, proteinuria
dengan atau tanpa hematuria asimptomatik yang menetap selama bertahun-tahun akan
menjadi kronik pada akhirnya, dan disertai oleh gagal ginjal kronik.
4. Penyembuhan
Biasanya gejala bendungan paru akut , hipertensi, sembab dan oliguria akan segera hilang
setelah terjadi diuresis , biasanya beberapa minggu /beberapa hari
Penyulit
1. Infeksi
Glomerulonephritis sering sekali menyebabkan hipertensi, dan hipertensi yang berat bisa
menyebabkan kerusakan pembuluh darah ginjal ( nefrosklerosis ) . insiden ini terjadi sekitar
< 5%
Bendungan paru mendadak dapat merupakan gambaran klinik pertama dari pasien
glomerulonephritis akut terutama mengenai pasien dewasa .
Biasanya bersifat ringan dan disertai dengan oliguria, urin bebas dari ion natrium , berat
jenis urin tinggi, kenaikan ureum dan kreatinin serum .
Diagnosis banding
A. Penyakit parenkim ginjal primer :
- Glomerulonephritis membranoproliferatif
- Poliarteritis nodosa
- Sindrom goodpasture
C. Eksaserbasi akut dan glomerulonephritis kronik
Pemeriksaan Laboratorium
1. Urinalisis
a. Proteinuria
Proteinuria berkisar antara 2-4 gram per hari , terdiri dari protein dengan berat
molekul besar terutama albumin
b. Hematuria
Hematuria biasanya dengan atau tanpa silinder eritrosit ditemukan sekitar 40 % pada
pasien , bila ada silinder eritrosit merupakan tanda kerusakan parenkin masih aktif
Pada pasien dengan kondisi berat, etrutama yang telah menjadi rapidly progressive
glomerulonephritis ( PPGN ) konsentrasi FDP nya tinggi di urin
d. Biakan urine
Biasanya ditemukan kelainan urine yang menyerupai infeksi : lekosituri dan silinder
lekosit walaupun tidak terbukti secara bakteriologis menderita infeksi sekunder.
2. Faal Ginjal
Biasanya diperiksakan ureum , kreatinin serum dan penjernihan kreatinin di pakai untuk
menentukan derajat faal ginjal.
3. Faal tubulus
Gangguan faal tubulus terutama ekskresi elektrolit dan biasanya pada apsien dengan oliguria
dan anuria tidak jarang ditemukan hyperkalemia.
4. Pemeriksaan darah
a. Anemia
Biasanya anemia ringan normokrom dan normositer karena retensi natrium dan hemodilusi,
biasanya banyak ditemukan pada pasien RPGN
Biasanya pada sediaan darah ditemukan adanya : sistosit , fragmentasi eritrosit disertai tanda
mikroangiopati.
Laju endap darah ( LED ) biasanya meninggi , dengan jumlah trombosit dan leukosit dbn.
Biasanya pada pasien RGPN berat ditemukan trombositopenia.
Ada kenaikan pada : serum fibrinogen , factor VII dan fibrinolitic activity.
Pada beberapa pasien kemungkinan mengalami penurunan protein serum terutama pada
albumin akibat dari retensi natrium dan ekspansi volume cairan ekstraseluller.
5. Pemeriksaan Bakteriologi
Pewarnaan gram dengan metilen blue dan biakan dari bahan pemeriksaan apus tenggorokan
atau pus ( impetigo ) untuk isolasi dan identifikasi streptokokus.
Hasil biakan biasanya 25 % positif dari pasienyang tidak mendapatkan antibiotika selama
infeksi akut oleh streptokokus.
Nb : hasil biakan positif belum dapat memastikan etiologi glomerulonephritis akut , mungkin
hanya merupakan infeksi sekunder
6. Pemeriksaan imunologi
Penatalaksaan
Sampai sekarang belum ada obat – obatan khusus seperti : antibiotika , steroid,
maupun immunosupresif yang dapat mempengaruhi perjalanan penyakit dari
glomerulonephritis akut pasca streptokokus ini.
Non Farmakologi
1. Istirahat
Bed rest total dianjurkan selama fase akut ( sembab , hipertensi, bendungan paru, oliguria,
anuria ) dan fase akut laboratorium ( penurunan LFG yang digambarkan dengan : oliguria ,
anuria , kenaikan bun serum, kreatinin dan proteinuria berat.
a. Protein hewani
Sangat penting untuk mengurangi beban ginjal dan mengurangi metabolism protein seperti
kreatinin , fosfat , sulfat, kalium.
Protein yang diberikan biasanya : yang memiliki nilai biologic tinggi : telur ,susu , daging .
b. Karbohidrat
c. Lemak
Lemak yang diberikan harus bebas dari elektrolit dan jumlahnya dibatasi , lemak yang
dianjurkan terutama lemak yang tidak jenuh .
d. Elektrolit
- Natrium : harus dibatasi sampai 20 meq / hari untuk mencegah dan mengobati
bendungan paru dan hipertensi
Harus dibatasi , hanya untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh terutama pada
pasien berat dengan RPGN
Farmakologi
- dialysis gastrointestinal
- dialysis peritoneal
- hemodialisa
nb : pemberian preparat digitalis adalah kontraindikasi , karena tidak efektif dan sering
menyebabkan keracunan.
b. Hipertensi
Hipertensif diastolic kurang dari 100 mmhg tidak memerlukan bat – obatan hanya cukup
istirahat dengan pembatasan garam natrium .
- Bila tekanan diastolic lebih dari 110 mmhg atau tanpa penyulit – penyulit
hipertensi seperti kardiomegali , enselopati, retinopati.
1. Golongan obat penyekat enzim angiotensin , blockade AT1 dan ARB dengan /
tanpa diuretic merupakan obat pilihan utama .
2. Metildopa
3. Klonidin
4. Natrium nitroprusid obat pilihan utan=ma untuk hipertensif berat yang disertai
dengan bendungan paru akut.
c. Anemia
Pemberian transfuse darah harus hati-hati karena dapat menyebabkan bendungan paru akut .
d. Gangguan koagulasi
Pada pasien RGPN pemberian antikoagulan heparin takaran tinggi misalnya 28.000 U
/hari ternyata telah memberikan perbaikan klinik maupun histopatologis
Dipiridamol atau aspirin merupakan antiagregasi dari trombosit yang terjadi selama
mekanisme koagulasi.
e. Antibiotic
Bila kuman – kuman streptokokus berhasil diisolasi dari tenggorokan atau pus dari impetigo ,
dapt dilakukan eradikasi dengan antibiotic penisilin prokain 2x600.000 IU selama 7 hari dan
dilanjutkan peroral 2 x 200.000 IU .
Prognosis
Anak : baik 99 % sembuh
Dewasa : baik 80 – 90 %
Prognosis bisa menjadi buruk bila oliguria atau anuria berlangsung beberapa minggu ,
penurunan LGF , kenaiakn kompleks fibrin , kenaikan konsentrasi FDP dalam urine.
Manifestasi Klinis
Ikterus ringan
Pembesaran Hepar
Hematuria mikroskopis
Proteinuria
Diagnosis
Uji serologis HBV (+)
Adanya gangguan fungsi hepatoselular pada pasien sindrom nefrotik disertai
hematuria
Manifestasi Klinis
Endokarditis berupa;demam,bising jantung,hepatosplenomegali,ruam kulit.
Diagnosis
Biasanya mudah ditegakkan melalui anamnesis,pemeriksaan fisis dan biakan darah
yang positif terhadap kuman penyebab.
Terapi dan Prognosis
Ditujukan untuk membasmi kuman penyebab dengan antibiotik
Sebagian besar akan sembuh,tetapi dapat terjadi gagal ginjal kronik terutama pada
pasien yang terlambat diobati.
PATOFISIOLOGI KASUS 3
histamin
Inflamasi dan kerusakan jaringan Sel epitel lepas menjadi debris dan
glomerulus terbawa urin sedimen epitel