Anda di halaman 1dari 14

0

Hubungan antara perkembangan dengan pembelajaran

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Belajar yang


dibina oleh :

Atikah Zuhrotus Sufiyana, S.Pd.I, M.Pd.I


Oleh : Kelompok 4

Muhammad Zaini (21701011003)


Iksan (21701011016)
Mochammad Imam Sukron (21701011022)
Anissa Zelitha (21701011035)

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
September, 2018
Kata pengantar

Pertama-tama kami panjatkan puji syukur atas rahmat & ridho Allah SWT,
karena tanpa Rahmat & Ridhonya kita tidak dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan selesai tepat waktu.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Atika Zuhrotus
Sufiyana S.Pdi M.Pdi selaku dosen mata kuliah Psikologi Belajar yang
membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman sekalian yang sealalu setia membantu dalam hal
mengumpulkan data data dalam pembuatan makalah ini. Dalam makalah ini kami
menjelaskan tentang hubungan antara perkembangan dengan pembelajaran.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang beum


kami ketahui. Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun
dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurna
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ialah rangkaian yang bersifat progresif dan teratur dari fungsi
jasmaniah dan ruhaniah sebagai akibat pengaruh kerja sama antara kematangan
(maturation) dan pelajaran (learning) atau perubahan secara kualitatif. Secara
garis besar, tahapan perkembangan dibagi menjadi beberapa tahapan diantaranya
yaitu fase bayi, anak-anak, remaja, dewasa awal, setengah baya, dan fase tua.
Itulah fase- fase dalam tahap perkembangan serta tugas-tugasnya. Akan tetapi
tugas yang semestinya dapat dilaksanakan dengan baik, kadang kala tidak dapat
direalisasikan karena beberapa faktor dari luar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perkembangan?
2. Bagaimana perkembangan kognitif bagi peserta didik?
3. Bagaimana perkembangan psikomotor bagi peserta didik?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian perkembangan.
2. Untuk mengetahui perkembangan kognitif bagi peserta didik.
3. Untuk mengetahui perkembangan psikomotor bagi peserta didik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan

Pada dasarnya, perkembangan merujuk kepada perubahan sistematik


tentang fungsi-fungsi fisik dan psikis. Perubahan fisik meliputi perkembangan
biologis dasar sebagai hasil dari interaksi proses biologi dan genetika dengan
lingkungan. Sementara perubahan psikis menyangkut keseluruhan
karakteristik psikologis individu, seperti perkembangan kognitif, emosi, sosial
dan moral.
Perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif
individu dalam rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi, masa bayi,
kanak-kanak, anak, remaja, dan dewasa. Perkembangan dapat diartikan juga
sebagai suatu proses perubahan dalam diri individu, baik fisik (jasmaniah)
maupun psikis (rohaniyah) menuju tingakt kedewasaan atau kematangan yang
berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan.
Sistematis, Berarti perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling
ketergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian-bagian organisme
(fisik dan psikis) dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Contohnya
kemampuan berjalan kaki seiring dengan matangnya otot-otot kaki, atau
berkembangnya minat untuk memperhatikan lawan jenis seiring dengan
matangnya hormon seksual.
Progresif, Perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkatkan,
mendalam atau meluas, baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif
(psikis) Contohnya, perubahan proporsi dan ukuran fisik perubahan
pengetahuan dan kemapuan
Berkesinambungan, Perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu
berlangsung secara beraturan atau berurutan, tidak terjadi secara kebetulan
atau loncat-loncat. Contohnya, untuk dapat berjalan, seseorang anak harus
menguasai tahapan perkembangan sebelumnya, yaitu terlentang, terungkap,
duduk, merangkak, dan berdiri.
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

1. Faktor Genetika (Hereditas)

Menurut syamsu yusuf (2011 : 21) hereditas merupakan “ totalitas


karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala
potensi (baik fisik, maupun psikis) yang dimiliki individu sejak masa
konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen.
Masa dalam kandungan dipandang sebagai periode kritis dalam
perkembangan kepribadian individu, sebab tidak hanya sebagai saat
pembentukan pola-pola kepribadian, tetapi juga sebagai masa
pembentukan kemampuan-kemampuan yang menentukan jenis
penyesuaian individu terhadap kehidupan setelah kelahiran. Periode kritis
merupakan masa spesifik dalam perkemabangan ketika suatu peristiwa
tertentu memberikan dampaknya yang terbesar.
Pengaruh gen terhadap kepribadian, sebenarnya tidak langsung,
karena yang dipengaruhi gen secara langsung adalah : (a) kualitas sistem
syaraf, (b) keseimbangan biokimia tubuh, (c) stuktur tubuh (Syamsu
Yusuf, 2011)

Adapun fungsi hederitas/gen dalam kaitannya dengan


perkembangna adalah :
a. Sebagai sumber bahan mentah (raw materials) kepribadian seperti
fisik, intelegensi dan tempramen.
b. Membatasi perkembangan kepribadian (meskipun kondisi lingkungan
sangat kondusif, perkembangan kepribadian itu tidak bisa melebihi
kapasitas atau fungsi hederitas)
c. Mempengaruhi keunikan kepribadian

b. Faktor Lingkungan

Menurut Syamsu Yusuf (2011:23) lingkungan adalah keseluruhan


fenomena (peristiwa, situasi, atau kondisi) fisik/alam atau sosial yang
mempengaruhi atau dipengaruhi perkembangan individu.

c. Lingkungan Keluarga

Dalam hadis, Rasulullah SAW bersabda “Tiap bayi lahir dalam


keadaan fitah (suci), orang tuanyalah yang membuat ia menjadi yahudi
(jika mereka yahudi), nasrani (jika mereka nasrani) atau majusi (jika
mereka majusi). Seperti binatang yang lahir sempurna, adakah engkau
melihat mereka terlukan pada saat lahir.”
Alasan pentingnya peranan keluarga adalah :
a. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat
identifikasi anak.
b. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang mengenalkan nilai- nilai
kehidupan kepada anak
c. Anggota keluarga merupakan “significant people” bagi
perkembangan kepribadian anak
d. Keluarga sebagai institusi yang memfasilitasi kebutuhan dasar
insani baik fisik maupun bilogis maupun sosiopsikologis
e. Anak banyak menghabiskan waktunya dirumah.

Menurut Hamner dan Turner (Ardiasri 2008 : 8) peranan orang tua


yang sesuai dengan fase perkembangan anak adalah :
a. Pada masa bayi berperan sebagai perawat (caregiver) Pada masa kanak-
kanak sebagai pelndung (protector) Pada usia prasekolah sebagai
pengasuh (nurturer)
b. Pada masa sekolah dasar sebagai pendorong (encourager)
c. Pada masa praremaja dan remaja sebagai konselor (counselor)

d. Lingkungan Sekolah

Hurlock (1986 : 322) mengemukakan bahwasekolah merupakan


faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak, baik dalam cara
berfikir, bersikap, maupun berperilaku. Beberapa faktor lingkungan
sekolah yang berkontribusi positif terhadap perkembangan siswa
diantaranya :
Kejelasan visi, misi dan tujuan yang akan dicapai Pengelolaan atau
manajerial yang profesional Personel sekolah memiliki komitmen yang
tinggi Tersedianya sarana-prasarana yang memadai

e. Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)

Melalui kelompok sebaya, anak dapat memenuhi kebutuhannya


untuk belajar berinteraksi sosial, belajar menyatakan pendapat dan
perasaan, belajar merespons/ menerima pendapat, norma dan
pengakuan sosial. Healy dan Bowner menemukan bahwa 67% dari 3000
anaknakal di Chicago, ternyata karena pengarug teman sebayanya.
(M. Arifin, 1978 : 131)

f. Prinsip-prinsip Perkembangan

Berikut ini prinsip-prinsip perkembangan adalah :


1. Proses yang tidak pernah berhenti
2. Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi
3. Perkembangan mengikuti pola atau arahan tertentu
4. Terjadi pada tempo yang berlainan
5. Setiap fase perkembangna mempunyai ciri khas.

B. Perkembangan Kognitif Peserta Didik

Kognitif adalah perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan


kemampuan atau kecerdasan otak anak. Istilah kognitif menjadi populer sebagai
salah satu domain atau wilayah/ ranah psikologis manusia yang meliputi setiap
prilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan
informasi, pemecah masalah, kesenjangan, dan keyakinan. Aktivitas ranah
kognitif juga mempengaruhi bekal dan modal dasar perkembangan manusia, yakni
kapasitas motor dan kapasitas sensori. Aktifitas ranah kognitif manusia itu pada
prinsipnya sudah berlangsung sejak masa bayi, yakni rentang kehidupan antara 0-
2 tahun.

Ranah Kognitif (cognitive domain) menurut Bloom Dan Kawan-Kawan adalah:

1. Pengetahuan: Mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan


disimpan dalam ingatan
2. Pemahaman: mencakup pengetahuan untuk menangkap makna dan arti dari
bahan yang dipelajari
3. Penerapan: mencakup kemampuan untuk menagkap kaidah atau metode
bekerja pada suatu kasus/ problem yang konkret atau baru
4. Analisis: mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian, sehingga setruktur keseluruhan atau organisasinya dapat
dipahami dengan baik
5. Sintesis: mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola
baru
6. Evaluasi: mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat
mengenai suatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban
pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu.

Sedangkan perkembangan kognitif, menurut Jeen Piaget, pakar disiplin


psikologi kognitif dan psikologi anak mengklasikasikan perkembangan kognitif
anak menjadi empat tahapan, yaitu:

Makalah Teori Piaget dan Penerapannya dalam Pembelajaran di SD

a. Tahap Sensori-Motor (0 – 2 tahun)

Pada umumnya bayi yang berusia dibawah usia 18 bulan, belum memiliki
Object permanence. Artinya benda apapun yang tidak ia lihat, tidak ia sentuh, atau
tidak ia dengar selalu dianggap tidak ada meskipun sesungguhnya benda itu ada
ditempat lain.

Ketika seorang bayi berinteraksi dengan lingkungannya, ia akan


mengasimilasi sekema sensori motor sedemikian rupa dengan mengarahkan
kemampuan akomodasi yang ia miliki hingga mencapai ekuilibrium yang
memuaskan kebutuhannya.Pada fase ini aktivitas kognitif didasarkan pada
pengalaman langsung dari panca indra.
b. Tahap Praoperasional (2 – 7 tahun)

Pada tahap ini anak akan merepresentasikan dengan kata-kata dan gambar-
gambar. Kata-kata dan gamabar-gambar ini menunjukan adanya penigkatan
pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi dan sensor dan tindak
fisik. Perkembangan ini bermula ketika anak telah memiliki penguasaan sempurna
mengenai object permanence.

Object permanence (ketetapan adanya benda) adalah hasil dari munculnya


kapasitas kognitif baru yang disebut dengan representation atau mental
representation (gambaran mental). Representation adalah sesuatu yang mewakili
atau menjadi symbol atau wujudnya sesuatu yang lainnya. Representasi mental
merupakan bagian penting dari sekema kognitif yang memungkinkan anak
berpikir dan menyimpulkan eksistensi sebuah benda atau kejadian tertentu
walaupun benda atau kejadian itu berada diluar pandangan, pendengaran, atau
jangkauan tangannya.

Represntasi mental juga memungkinkan anak untuk mengembangkan


deferred-imitation (peniruan yang tertunda), yakni kapasitas menerima perilaku
orang lain yang sebelumnya pernah ia lihat untuk merespon lingkungan. Perilaku-
perilaku yang ditiru terutama perilaku-perilaku orang lain (khususnya orang tua
dan guru) yang pernah ia lihat ketika orang itu merespon barang, orang, keadaan,
dan kejadian yang dihadapi pada masa lampau. Seiring munculnya kapasitas
deferred imitation, muncul pula gejala Insight-learning, yakni gejala belajar
berdasarkan tilikan akal.

Sekema kognitif anak yang masih terbatas itu ialah bahwa pengamatan dan
pemahaman anak terhadap situasi lingkungan yang ia tanggapi sangat ditanggapi
oleh watak egocentrism. Maksudnya anak tersebut belum bisa memahami
pandangan-pandangan orang lain yang berbeda dengan pandangannya sendiri.
Gejala ini disebabkan masih terbatasnya conservation (koservasi/ pengekalan)
yakni operasi kognitif yang berhubungan dengan pemahaman anak terhadap aspek
dan dimensi kuantitatif materi lingkungan yang ia respon.

c. Tahap konkret operasional (7 – 11 tahun)

Anak saat ini dapat berfikir seara logis tentang peristiwa yang konkrit dan
mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda. Pada fase
ini bentuk aktivitas dapat ditentukan dengan peraturan yang berlaku dan anak
masih berpikir harfiah sesuai dengan tugas-tugas yang diberikannya.
Pada tahap konkret operasional terdapat system operasi kognitif yang meliputi:

1). Conservation

Conservation (konservasi/ pengekalan)adalah kemampuan anak dalam memahami


aspek-aspek kumulatif materi, seperti volume dan jumlah.

2). Addition of classes

Addition of class (penambahan golongan benda) yakni kemampuan anak dalam


memahami cara mengombinasikan beberapa golonagan benda

3). Multiplication of classes

Multiplication of classes (pelipat gandaan golongan benda), yakni kemampuan


yang melibatkan pengetahuan mengenai cara mempertahankan dimensi-dimensi
benda.

d. Tahap formal operasional (11 – 15 tahun)

Pada fase ini, anak telah mampu mengembangkan pola-pola berpikir


formal, mampu berpikir logis, rasional, dan bahkan abstrak. Mampu menangkap
arti simbolis, kiasan dan menyimpulkan suatu berita dan sebagainya.

C. Perkembangan Psikomotor Peserta Didik

Dalam psikologi, motor digunakan sebagai istilah yang menunjuk pada hal,
keadaan, dan kegiatan yang melibatkan pada otot-otot dan gerkan-gerakannya,
juga kelenjar-kelenjar dan sekresinya. Dapat pula dipahami sebagai segala
keadaan yang menigkatkan atau menghasilkan stimulasi / rangsangan terhadap
organ-organ fisik. Motor Development (perkembangan motor) merupakan
perkembangan progresif dan berhubungan dengan aneka ragam keterampilan fisik
anak (motor skills).

Keterampilan motorik (Motor skill). Orang yang memiliki keterampilan


motorik mampu melakukan suatu gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu,
dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara
terpadu.

Faktor-faktor yang mendorong perkembangan motor skills yang juga


memungkinkan campur tangan orang tua dan guru dalam mengarahkannya, yaitu:
a. Pertumbuhan dan perkembangan sistem syaraf

Pertumbuhan syaraf dan perkembangan kemampuannya membuat intelegensi


anak meningkat dan mendorong timbulnya pola-pola tingkahlaku baru. Semakin
baik perkembangan system syaraf seorang anak akan semakin baik dan beraneka
ragam pula pola-pola tingkah laku yang dimikinya

b. Pertumbuhan otot-otot

Penigkatan tonus (tegangan otot) anak dapat menimbulakan perubahan dan


penigkatan aneka ragam kemampuan dan kakuatan jasmaninya. Pendayagunaan
otot-otot tersebut tergantung pada kualitas pusat system syaraf dalam otaknya

c. Perkembangan dan pertumbuhan fungsi kelenjar-kelenjar endoktrin (endocrine


glands).

Kelenjar endokrin secara umum merupakan kelenjar dalam tubuh yang


memproduksi dalam hormon yang disalurkan ke seluruh bagian dalam tubuh
melalui aliran darah. Lawan endokrin adalah eksokrin (excocrine) yang memiliki
pembuluh tersendiri untuk meyalurkan hasil sekresinya (proses pembuatan cairan
atau getah)seperti kelenjar ludah (Gleitman, 1987). Perubahan fungsi kelenjar
akan mengakibatkan berubahnya pola sikap dan tingkah laku seorang remaja
terhadap lawan jenisnya.

d. Perubahan struktur jasmani

Pengaruh Perubahan fisik seseorang juga tampak pada sikap dan perilaku
terhadap orang lain, karena perubahan fisik itu sendiri mengubah konsep diri (self
concept) siswa tersebut. Self concept ialah totalitas sikap dan presepsi seseorang
terhadap dirinya sendiri.
Kesimpulan

Perkembangan adalah perubahan yang bersifat fungsional dan kualitatif.


Misalnya perubahan fungsi pikir dari kemampuan berpikir konkrit menjadi
berpikir abstrak, perubahan fungsi tangan dari kemampuan mencoret-coret
menjadi mampu menulis.

Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh


tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sehubungan dengan
pengertian itu perlu diutarakan bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat
proses kematangan, keadaan gila, mabuk, lelah, dan jenuh tidak dapat dipandang
sebagai proses belajar.

Belajar akan mempengaruhi perkembangan kognitif siswa. Perubahan dan


kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung
dalam belajar. Karena kemampuan berubahlah, manusia terbebas dari
kemandegan fungsinya sebagai khalifah di bumi. Selain itu, dengan kemampuan
berubah melalui belajar itu, manusia secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih,
dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya. Tidak ada
proses perkembangan siswa baik jasmani maupun rohaninya yang sama sekali
terlepas dari proses belajar mengajar sebagai proses pendidikan. Apabila fisik dan
mental sudah matang, pancaindra sudah siap menerima stimulus-stimulus dari
lingkungan, berarti kesanggupan siswa pun sudah tiba.
Daftar Pustaka

Desmita. 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Muhibbin Syah. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers

Anda mungkin juga menyukai