Anda di halaman 1dari 15

PSIKOLOGI SOSIAL

SIKAP

DOSEN PENGAMPU :

Lita Ariani, M.Psi, Psikolog

Kelompok 3:

Aulia Rahmita (1773201110002)


Muhamad Thaha (1773201110018)
Naufal Nur’imani R (1773201110008)
Via Yulandari (1773201110021)

PROGRAM STUDI S1 PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

2018
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan ............................................................................................... 1

Daftar Isi ....................................................................................................................... 2

Bab I Pendahuluan ................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 3

1.4 Manfaat ........................................................................................................... 4

Bab II Pembahasan .................................................................................................... 5

2.1 Pengertian Diri ............................................................................................... 5

2.2 Pembentukan Sikap ........................................................................................ 6

2.3 Fungsi Sikap ................................................................................................... 10

2.4 Hubungan Sikap dan Tingkah Laku ............................................................... 12

Bab III Penutup ........................................................................................................... 14

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 14

3.2 Saran ............................................................................................................... 14

Daftar Pustaka .............................................................................................................. 15

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan manusia, tentulah akan ada interaksi antar sesamanya.


Dalam interaksi itu maka dibutuhkan adanya sikap (attitude). Sikap juga merupakan
suatu bahasan penting dalam psikologi sosial. Karena kehidupan sosial sangat
ditentukan oleh sikap satu individu kepada individu yang lain. Sikap akan sangat
menentukan bagaimana nantinya seseorang berinteraksi dan bergaul
dilingkungannya, karena ini merupak komponen utama. Apabila seorang individu
mampu memberikan sikap yang baik, maka ia juga akan mendapatkan sikap baik
juga dari lingkungannya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulisan rumusan masalah ini yang
akan dipaparkan dalam makalah ini adalah:
1) Apa yang dimaksud dengan sikap?
2) Bagaimana pembentukan sikap?
3) Apa saja fungsi dari sikap?
4) Apa hubungan antara sikap dan tingkah laku?

1.3 Tujuan Penulisan

Setiap sesuatu pasti mempunyai tujuan, begitupun dengan makalah ini,


kelompok ini menuliskan dengan tujuan:
1) Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan sikap.
2) Untuk mengetahui dan memahami bagaimana pembentukan sikap.

3
3) Untuk mengetahui dan memahami apa saja fungsi dari sikap.
4) Untuk mengetahui dan memahami mengenai hubungan antara sikap dan
tingkah laku.

1.4 Manfaat

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, serta tujuan penulisan di atas,


manfaat kelompok kami menuliskan makalah ini adalah dengan harapan agar
penulis serta pembaca bisa lebih mengetahui dan memahami mengenai pengertian
sikap, pembentukan, fungsi, serta hubungan antara sikap dan tingkah laku.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sikap

Sikap adalah salah satu istilah bidang psikologi yang berhubungan dengan
persepsi dan tingkah laku. Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude.
Attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang.
Sikap manusia merupakan prediktor yang ·utama bagi perilaku (tindakan)
sehari-hari, meskipun masih ada faktor-faktor lain, yakni lingkungan dan keyakinan
seseorang. Hal ini berarti bahwa kadangkadang sikap dapat menentukan tindakan
seseorang, tetapi kadangkadang sikap tidak mewujud menjadi tindakan.
Pertimbangan akan segala dampak positif dan negatif suatu tindakan turut
menentukan apakah sikap seseorang menjadi tindakan yang nyata ataukah tidak.
Dengan kata lain di samping sikap, faktor utama lain yang mempenga . ruhi
tindakari seseorang adalah norma sosial (Zuchdi, 1995).
Seorang individu sangat erat hubunganya dengan sikapnya masing-masing
sebagai ciri pribadinya. Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang
atau peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Sikap
mungkin dihasilkan dari perilaku tetapi sikap tidak sama dengan perilaku.
Menurut Fishbein dalam Ali (2006) Sikap adalah predisposisi emosional
yang dipelajari untuk merespons secara konsisten terhadap suatu objek. Sedangkan
menurut Secord dan Backman dalam Saifuddin Azwar (2012) Sikap adalah
keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognitif), dan
predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan
sekitarnya.
Menurut Randi dalam Imam (2011) mengungkapkan bahwa Sikap
merupakan sebuah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri
atau orang lain atas reaksi atau respon terhadap stimulus (objek) yang menimbulkan
perasaan yang disertai dengan tindakan yang sesuai dengan objeknya.

5
Di bawah ini, juga ada pengertian sikap menurut para ahli:
 Menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2002) mengidentifikasikan sikap sebagai
kesediaan untuk bereaksi (disposition to react) secara positif (ravorably) atau
secara negatif (untavorably) terhadap obyek - obyek tertentu.
 La Pierre (dalam Azwar, 2012) mendefinisikan sikap sebagai suatu pola
perilaku , tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan
diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap
stimuli sosial yang telah terkondisikan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia
yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan
perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan
sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang
sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.

2.2 Pembentukan Sikap

Sikap dapat terbentuk atau berubah melalui empat macam (Meinarno dan
Sarwono, 2009):

1) Adopsi

Kejadian - kejadian dan peristiwa - peristiwa yang terjadi berulang - ulang


dan terus menerus, lama - kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri
individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.

2) Diferensiasi

Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan


dengan bertambahnya usia, maka ada hal - hal yang tadinya dianggap sejenis,
sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap objek tersebut dapat
terbentuk sikap tersendiri pula.

6
3) Integrasi
Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai
pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tentu sehingga akhirnya
terbentuk sikap menegenal hal tersebut.
4) Trauma
Trauma adalah pengalaman yang tiba - tiba, mengejutkan, yang
meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.
Pengalaman - pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya
sikap.
Pada dasarnya sikap bukan merupakan suatu pembawaan, melainkan hasil
interaksi antara individu dengan lingkungan sehingga sikap bersifat dinamis. Sikap
dapat pula dinyatakan sebagai hasil belajar, karenanya sikap dapat mengalami
perubahan.
Sesuai yang dinyatakan oleh Sheriff & Sheriff 1956, bahwa sikap dapat berubah
karena kondisi dan pengaruh yang diberikan. Sebagai hasil dari belajar, sikap
tidaklah terbentuk dengan sendirinya karena pembentukan sikap senantiasa akan
berlangsung dalam interaksi manusia berkenaan dengan objek tertentu (Dayakisni,
2003).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, antara lain:
1. Faktor internal, yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya dengan
selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak.
a. Faktor Genetik dan Fisiologik
Faktor ini berperan penting dalam pembentukan sikap melalui
kondisi-kondisi fisiologik.
Misalnya waktu masih muda, individu mempunyai sikap negatif
terhadap obat-obatan, tetapi ia menjadi biasa setelah menderita sakit
sehingga secara rutin harus mengkonsumsi obat – obatan tertentu.
b. Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah

7
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor
emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan
pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas. Menurut
Oskamp, dua aspek yang secara khusus memberi sumbangan dalam
membentuk sikap.
Pertama adalah peristiwa yang memberikan kesan kuat pada
individu (salient incident), yaitu peristiwa traumatik yang merubah secara
drastis kehidupan individu, misalnya kehilangan anggota tubuh karena
kecelakaan.
Kedua yaitu munculnya objek secara berulang-ulang (repeated
exposure). Misalnya, iklan kaset musik. Semakin sering sebuah musik
diputar di berbagai media akan semakin besar kemungkinan orang akan
memilih untuk membelinya.
c. Kebudayaan
B.F. Skinner (dalam, Azwar 2012) menekankan pengaruh
lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian
seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten
yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang
dimiliki.
Contoh : Sikap orang kota dan orang desa berbeda terhadap kebebasan
dalam pergaulan.
d. Faktor Emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai
semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu
begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang
lebih persisten dan lebih tahan lama.

8
Contoh: Prasangka (sikap tidak toleran, tidak fair)

2. Faktor Eksternal, yaitu keadaan-keadaan yang ada di luar indivuidu yang


merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.
a. Pengaruh orang tua
Orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan anak-
anaknya. Sikap orang tua akan dijadikan role model bagi anak-anaknya.
Misalnya, orang tua pemusik, akan cenderung melahirkan anak-anak yang
juga senang musik.
b. Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat
Pada umumnya, individu bersikap konformis (sesuai) atau searah
dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting. Ada kecenderungan
bahwa seorang individu berusaha untuk sama dengan teman
sekelompoknya. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan
untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang
yang dianggap penting tersebut.
Misalnya seorang anak nakal yang bersekolah dan berteman dengan
anak-anak santri kemungkinan akan berubah menjadi tidak nakal lagi.
c. Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi,
radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal
tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila
cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan
menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
Misalnya, media massa banyak digunakan oleh partai politik untuk
mempengaruhi masyarakat dalam pemilihan umum.

9
d. Institusi/Lembaga Pendidikan dan Agama
Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai
pengaruh kuat dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh
dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat
keagamaan serta ajaran-ajarannya.

2.3 Fungsi Diri


Menurut banyak penelitian, kita membentuk dan memiliki sikap tertentu pada
suatu objek sikap bukan tanpa motivasi, Smith dkk 1956, Katz 1960, Herk 1986,
ataupun Shavitt 1990 menyebutkan beberapa fungsi dari skiap, Smith dkk,
mengatakan bahwa sikap berfungsi dalam memnuhi kebutuhan psikologis didalam
memahami apapun yang ada dilingkungannya, positif atau negatif (object appraisal
funtion), mengidemtifikasi orang-orang yang disukai ataupun tidak disukai (social
adjustment function), dan mempertahankan diri dari konflik-konflik internal
(exsternalization function), Smith dkk. Membagi fungsi sikap menjadi empat yaitu:

1) The Knowledge Function. Sikap sebagai skema yang memfasilitasi


pengelolaan dan penyederhaanan pemerosesan informasi dengan
mengintegrasikan antara informasi yang ada dengan informasi yang baru.
Dalam hal ini, sikap mempermudah kita dalam memhami objek sikap dan
dalam mengorganisasikan informasi-informasi yang berhubungan dengannya.
Ketika dihadapkan pada suatu objek sikap yang tidak dikenal, kita bisa
memahami dengan menggunakan skema.
2) The Utilitarian atau instrumental function. Sikap membantu kita mencapai
tujuan yang diinginkan. Kita akan cendrung menunjukan sikap positif terhadap
suatu objek sikap tertentu jika dianggap dapat mendatangkan keuntungan,
sebaliknya kita akan menunjukan sikap positif terhadap suatu objek sikap
tertentu jika dianggap dapat mendatangkan keuntungan, sebaliknya kita akan

10
menujukan sikap negatif terhadap suatu objek sikap tertentu jika dianggap
dapat mendatangkan kerugian.
3) The ego defensive function. Sikap berfungsi memelihara dan meningkatkan
harga diri. Fungsi ini dengan fungsi pemeliharaan harga diri. Sikap positif kita
terhadap barang-barang mewah, misalnya, boleh jadi dikarenakan adanya
keinginan untuk meningkatkan harga diri kita dihadapan orang lain.
4) The value exspressive function. Sikap digunakan sebagai alat untuk
mengekspresikan nilai-nilai dan konsep diri. Nilai-nilai ataupun keyakinan kita
terhadap orang lain.
Hubungan teman sebaya yang baik diperlukan bagi perkembangan sosial
yang normal pada masa remaja, karena pada masa ini remaja akan mengembangkan
sikapnya dalam berinteraksi dengan lingkuangan sosialnya. Hasil penelitian
Hightower dalam Santrock mengatakan bahwa hubungan teman sebaya yang
harmonis pada masa remaja berhubungan dengan kesehatan mental yang positif
pada usia pertengahan (Santrock: 2003). Oleh karena itu perlu dukungan keluarga
maupun sekolah untuk membantu kearah sikap sosial yang sesuai dengan tuntutan
lingkungan
Dalam menjalin pergaulan dan hubungan sosial, seorang remaja dituntut
untuk memenuhi aturanaturan umum serta norma yang ada di masyarakat ataupun
keluarga yang tentunya hal itu tidak terlepas dari budaya yang diturunkan oleh
keluarga kepada anak tersebut.

Sikap seseorang ditentukan oleh seberapa banyak dan dalamnya pengetahuan


orang tersebut tentang sesuatu yang dihadapi atau dialaminya. Pengetahuan
seseorang tentunya memiliki sumber pengetahuan baik dari dalam dirinya yang
biasa dikenal dengan pengetahuan fitrawi manusia dan pengetahuan yang
bersumber dari luar diri manusia. Hal ini pula yang dapat ikut memengaruhi tingkah
laku dan apa yang akan dilakukan atau apa yang tidak akan dilakukan terhadap
sesuatu yang dialaminya (Rahman, 2017).

11
2.4 Hubungan Sikap dan Tingkah Laku
Sikap yang dilakukan oleh setiap individu sangatlah berpengaruh terhadap
perilaku individu. Pengaruh tersebut terletak pada individu sendiri terhadap respon
yang ditangkap ,kecenderungan individu untuk melakukan tindakan dipengaruhi
oleh berbagai faktor bawaan dan lingkungan sehingga menimbulkan tingkah laku.
 Pembentukan perilaku
Pembentukan perilaku dengan konsidioning atau kebiasaan, Cara ini
didasarkan atas teori belajar konsidioning yang dikemukakan oleh Pavlov,
Thorndike dan Skinner. Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti
yang diharapkan, akan terbentuklah perilaku tersebut.
Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight). Disamping
pembentukan perilaku dengan kondisioning, pembentukan perilaku dapat
ditempuh dengan pengertian (insight). Cara ini berdasarkan atas teori belajar
kognitif, yaitu belajar yang disertai dengan adanya pengertian, seperti yang
dikemukakan Kohler.
Pembentukan perilaku dengan menggunakan model atau contoh. Jadi,
perilaku itu dibentuk dengan cara menggunakan model atau contoh yang
kemudian perilaku dari model tersebut ditiru oleh individu. Hal ini didasarkan
atas teori belajar sosial (sosial learning theory) atau observational learning
theory yang dikemukakan oleh Bandura.
 Konsistensi Sikap dan Perilaku
Sikap dan perilaku sering dikatakan berkaitan erat, dan hasil penelitian
juga memperlihatkan adanya hubungan yang kuat antara sikap dan perilaku.
Salah satu teori yang bias menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku yang
dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen. Menurut mereka, antara sikap dan
perilaku terdapat satu faktor psikologis yang harus ada agar keduanya konsisten,
yaitu niat (intention). Worchel dan Cooper 1983 menyimpulkan sikap dan
perilaku bias konsisten apabila ada kondisi sebagai berikut:
 Spesifikasi sikap dan perilaku

12
o Relevansi sikap terhadap perilaku
o Tekanan normatif
o Pengalaman

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sikap manusia merupakan prediktor yang ·utama bagi perilaku (tindakan)


sehari-hari, meskipun masih ada faktor-faktor lain, yakni lingkungan dan keyakinan
seseorang. Sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk
bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam
menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap
juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif
terhadap obyek atau situasi. Sikap manusia dibentuk oleh faktor internal dan
eksternal.

3.2 Saran
Kita sebagai mahasiswa jurusan Psikologi harus mengetahui dan memahami
apa itu sikap dan hal-hal yang meliputinya.
Dengan selesainya penulisan makalah ini, maka kelompok kami
mengharapkan kepada pembaca sekiranya menemukan kesalahan pada makalah ini
untuk memperbaikinya. Kelompok kami bukanlah seseorang yang sempurna yang
tidak lepas dari sifat kekeliruan maupun kesalahan dan jika ada sesuatu yang biasa
dijadikan bahan kajian oleh pembaca makalah ini maka kelompok kami akan
merasa termotivasi.

Saran dan kritik dari pembaca makalah ini yang sifatnya membangun
semangat kelompok kami akan selalu ditunggu oleh para pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M & Astori, M. 2006. Psikologi Remaja 2, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Bumi Aksara

Andi, Alimuddin Batari, Sadjad Riza, Najib Muh. 2011. Sikap dan perilaku remaja
perempuan dalam ajang gaul melalui media sosial. (3)(4)

Azwar, Saifuddin. 2012. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Liberty
Dayakisni, Tri & Hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19
(edisi kelima). Semarang: Universitas Diponegoro

Meinarno, Eko A, dan Sarlito W. Sarwono. 2009. Psikologi Sosial – Edisi 2. Jakarta
Selatan: Salemba Humanika

Rahman, Agus Abdul. 2017. Psikologi Sosial. Depok: Raja Grafindo

Sarwono, S.W. 2002. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial.
Jakarta: Balai Pustaka
Zuchdi, Darmiyati. 1995. Pembentukan Sikap. Cakrawala Pendidikan. (3) 51-52

15

Anda mungkin juga menyukai