Anda di halaman 1dari 15

343 Ubay Harun

Ubay Harun
MURABAHAH DALAM PERSPEKTIF FIQH DAN SISTEM
PERBANKAN ISLAM

Abstract :

Murabahah is one of the products which has been developed


by the Islamic banking. This product is based on the principles of
trade, which in the terminology of Islamic law, this is called as ba'y
al-murabahah. The Islamic jurists defined this kind of trade as selling
the product with the basic price that is added with profit agreed upon
by the both sides, seller and buyer. Bay' al-murabahah is one of the
forms of bay' al-amanah in addition to bay' al-tawliyah, that is, selling
the product with the basic price without gaining any profit, and bay'
al-wadhi'ah, that is, selling the product below the basic price.Bay' al-
murabahah, which is available in the Islamic jurisprudence, is then
applied in the Islamic banking. In this Islamic banking, this product is
regarded as legal basic contract of trade between the bank as the
supplier of product and customers who order to buy such products.
From that transaction, the bank gets the profits. The application of
this concept of murabahah in the Islamic banking provokes
controversies between the Islamic jurists about the legality of this kind
of trade.

Hukum Islam. Vol. V No. 3. Juli 2006


344 Ubay Harun

Kata Kunci: Murabahah, Fiqh, Al-bae', Arribh, Syari'ah, Hilah,


Inah,Modal, Investasi

A. PENDAHULUAN
Berbicara tentang murabahah, maka tidak akan dapat
dilepaskan dengan sistem jual beli yang dalam fiqh biasa disebut
dengan al-bae'. Ditinjau dari segi harga, al-bae' dapat dikategorikan
menjadi beberapa bagian, di antaranya adalah murabahah.
Jual beli dalam terminologi fiqh disebut dengan al-bai' yang
secara etimologis dapat diartikan dengan (tukar menukar) 1 atau
(menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain) 2 atau
(mengeluarkan benda yang dimiliki dengan
suatu pengganti)3. Lafadz al-bai' dalam bahasa Arab terkadang
digunakan untuk pengertian lawannya, yaitu kata asy-syira4 (beli).
Dengan demikian kata al-bai' berarti jual, tetapi sekaligus juga berarti
beli.
Secara konseptual, murabahah sebagai salah satu bentuk jual
beli, sangat banyak dibicarakan oleh kalangan ulama fiqh dan secara
operasional dia merupakan salah satu produk perbankan Islam di
antara produk-produk yang lain.
Bertitik tolak dari apa yang penulis kemukakan di atas, maka
yang menjadi permasalahan dalam tulisan ini adalah:
1. Bagaimanakah konsep murabahah dalam perspektif fiqh?
2. Bagaimanakah pendapat ulama tentang aplikasi konsep
murabahah di perbankan Islam/syari'ah?
3. Bagaimanakah konsep murabahah dalam perspektif praktisi ?

Hukum Islam. Vol. V No. 3. Juli 2006


345 Ubay Harun

B. MURABAHAH DALAM PERSPEKTIF FIQH


Secara etimologis, murabahah berasal dari mashdar yang
5
berarti "keuntungan, laba, faedah" . Wahbah az-Zuhaili memberikan
definisi murabahah, yaitu :

"Jual beli dengan harga awal ditambah keuntungan"6


Ibnu Rusyid mendefinisikan murabahah sebagai berikut :

Murabahah tidak mempunyai rujukan atau referensi langsung


dari al-Quran maupun Sunnah, yang ada hanyalah referensi tentang
jual beli atau perdagangan. Jual beli murabahah hanya dibahas dalam
kitab-kitab fiqh. Imam Malik dan Imam Syafi'i mengatakan bahwa
jual beli murabahah itu sah menurut hukum walaupun Abdullah
Saeed mengatakan bahwa pernyataan ini tidak menyebutkan referensi
yang jelas dari Hadis8. Menurut al-Kaff, seorang kritikus kontemporer
tentang murabahah, bahwa para fuqaha terkemuka mulai menyatakan
pendapat mereka mengenai murabahah pada awal abad ke-2 H.
Karena tidak ada acuan langsung kepadanya dalam al-Quran atau
dalam Hadis yang diterima umum, maka para ahli hukum harus
membenarkan murabahah berdasarkan landasan lain. Malik
mendukung faliditasnya dengan acuan pada praktek orang-orang
Madinah. Ia berkata "Penduduk Medinah telah berkonsensus akan
legitimasi orang yang membeli pakaian di sebuah toko dan
membawanya ke kota lain untuk dijual dengan adanya tambahan
keuntungan yang telah disepakati.9
Imam Syafi'i menyatakan pendapatnya bahwa jika seseorang
menunjukkan sebuah komoditi kepada seseorang dan berkata:
"Belikan sesuatu untukku dan aku akan memberimu keuntungan
sekian dan orang itu kemudian membelikan sesuatu itu untuknya,
maka transaksi demikian ini adalah sah. 10

Hukum Islam. Vol. V No. 3. Juli 2006


346 Ubay Harun

Wahbah az-Zuhaili mengatakan bahwa dalam jual beli


murabahah itu disyaratkan beberapa hal, yaitu :
1. Mengetahui harga pokok
Dalam jual beli murabahah disyaratkan agar mengetahui harga
pokok atau harga asal, karena mengetahui harga merupakan syarat
sah jual beli. Syarat ini juga diperuntukan bagi jual beli at-
tauliyyah dan al-wadhi'ah.
2. Mengetahui keuntungan
Hendaknya margin keuntungan juga diketahui oleh si pembeli,
karena margin keuntungan tersebut termasuk bagian dari harga.
Sedangkan mengetahui harga merupakan syarat sah jual beli.
3. Harga pokok merupakan sesuatu yang dapat diukur, dihitung dan
ditimbang, baik pada waktu terjadi jual beli dengan penjual
dengan penjual yang pertama atau setelahnya. 11
Jual beli murabahah merupakan jual beli amanah, karena
pembeli memberikan amanah kepada penjual untuk memberitahukan
harga pokok barang tanpa bukti tertulis. Atau dengan kata lain dalam
jual beli tidak diperbolehkan berkhianat. Allah SWT berfirman dalam
surah al-Anfal 27:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah


dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat
yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui"12
Berdasarkan ayat di atas, maka apabila terjadi jual beli
murabahah dan terdapat cacat pada barang, maka dalam hal ini ada
dua pendapat ulama fiqh, yaitu: menurut ulama Hanafiyyah, penjual
tidak perlu menjelaskan adanya cacat pada barang, karena cacat itu
merupakan bagian dari harga barang tersebut Sementara Jumhur
ulama tidak membolehkan menyembunyikan cacat barang yang dijual
karena hal itu termasuk khianat.13

Hukum Islam. Vol. V No. 3. Juli 2006


347 Ubay Harun

C. PENDAPAT ULAMA TENTANG APLIKASI KONSEP


MURABAHAH DI PERBANKAN ISLAM/SYARI'AH
Ada beberapa pendapat ulama mengenai praktek murabahah
di perbankan syari'ah, antara lain :
1. Murabahah ini bukan jual beli melainkan hilah dengan tujuan
mengambil riba.
2. Murabahah merupakan jual beli 'inah yang diharamkan Islam.
3. Murabahah merupakan bai' atani fi bai'ah.
4. Murabahah merupakan jual beli barang yang belum dimiliki.
Pendapat pertama: murabahah bukanlah jual beli melainkan
hilah dengan tujuan untuk mengambil riba. Ada sebagian ulama
berpendapat bahwa tujuan murabahah adalah untuk memperoleh riba
dan menghasilkan uang sebagaimana yang dilakukan oleh bank-bank
konvensional. Gambarannya sebagai berikut: Secara hakiki, pembeli
datang ke bank untuk mendapatkan uang pinjaman dan bank tidak
membeli barang (asset) kecuali dengan maksud untuk menjual kepada
pembeli secara kredit. Yang demikian itu bukanlah tujuan jual beli. 14
Term hilah dalam fiqh diidentifikasikan sebagai upaya
mencari legitimasi hukum untuk suatu kepentingan dengan tujuan-
tujuan ekstra. Tujuan ekstra dalam konteks tersebut diartikan sebagai
kepentingan khusus yang tidak memiliki kaitan langsung dengan
hakikat aturan yang ditentukan oleh hukum syari'at.15
Dalam kasus murabahah ini kadang pembeli membeli barang
atau sesuatu untuk memanfaatkannya dan kadang membeli barang
untuk menjualnya kembali (seperti Bank Islam), kedua hal ini
dibolehkan, namun kadang pembeli bermaksud untuk mengambil
riba.16
Dengan demikian tergantung niat dari pembeli tersebut,
sebagaimana ditegaskan dalam Hadis Nabi saw :

"Sesungguhnya amal perbuatan itu berdasarkan niyatnya"17

Hukum Islam. Vol. V No. 3. Juli 2006


348 Ubay Harun

Pendapat kedua, murabahah merupakan jual beli inah. Inah


berarti pinjaman. Seorang pedagang menjual barangnya dengan harga
kredit, kemudian barangnya itu dibelinya lagi dari debitur dengan
harga lebih murah. Rafi Yunus mengatakan bahwa jual beli inah
adalah seorang menjual sesuatu kepada orang lain dengan harga
bertempo, lalu sesuatu itu diserahkan kepada pihak pembeli, kemudian
penjual itu membeli kembali barangnya tadi sebelum harganya
diterima dengan harga yang lebih rendah dari pada harga jualnya
tadi.18
Tidaklah dibenarkan menjual sesuatu dengan harga kredit atau
membeli dari pembelinya secara kontan dengan harga lebih murah
sebelum penjual pertama menerima pembayarannya. Karena kalau
yang dimaksud untuk berdalih agar dapat menerima barang seketika
dan menjualnya dengan harga yang lebih mahal beberapa hari
kemudian, maka tidak diragukan bahwa perbuatan semacam ini adalah
riba.19
Pendapat ketiga, murabahah adalah bai' atanai fi bai'ah. Ibnu
Ruslan dalam syarah as-Sunan menafsirkan bahwa bai' atani fi bai'ah
adalah sesorang meminjamkan satu dinar kepada orang lain selama
sebulan dengan ketentuan dibayar satu takar gandum. Kemudian
setelah datang waktu yang ditentukan dan gandum itu telah
dimintanya, maka orang yang meminjam itu berkata: "juallah gandum
ini kepada saya dengan tempo pembayaran selama dua bulan yang
akan saya bayar dengan dua takar."20
Pendapat keempat, murabahah adalah jual beli barang yang
belum dimiliki. Al-Baghawi berkata: termasuk jual beli yang fasid
ialah menjual sesuatu yang belum dimiliki, misalnya menjual burung
yang lepas tidak ada harapan pulang kembali ke tempatnya. 21
Itulah beberapa pendapat ulama mengenai murabahah yang
saat ini sedang dan masih diterapkan dalam operasional perbankan
syari'ah. Namun demikian ada sebagian fuqaha yang membolehkan
pembiayaan murabahah ini, karena mekanisme pembiayaan
murabahah ini merupakan pengembangan dari bai' murabahah atau
jual beli dengan harga pokok plus margin keuntungan yang telah

Hukum Islam. Vol. V No. 3. Juli 2006


349 Ubay Harun

disepakati. Pembiayaan murabahah ini menjauhkan dari praktek riba


dan memberikan kesempatan kepada orang yang membutuhkan
barang dalam keadaan yang mendesak.

D. MURABAHAH DALAM PERSPEKTIF PRAKTISI


Hadirnya bank syari'ah dewasa ini menunjukan kecenderungan
yang semakin baik. Produk-produk yang dikeluarkan bank syari'ah
cukup bervariatif, sehingga mampu memberikan pilihan atau
alternative bagi calon nasabah untuk memanfaatkannya.
Dalam perbankan syari'ah, ada dua bentuk murabahah yang
umumnya dipraktekkan, yakni murabahah modal kerja dan murabahah
investasi. Penjelasannya sebagai berikut :
1. Murabahah modal kerja adalah akad jual beli antara bank selaku
penyedia barang dengan nasabah selaku pemesan untuk membeli
barang. Dari transaksi tersebut bank mendapatkan keuntungan jual
beli yang disepakati bersama.22 Atau menjual suatu barang dengan
harga asal (modal) ditambah dengan margin keuntungan yang
disepakati.23
2. Murabahah investasi, yaitu suatu perjanjian jual beli untuk barang
tertentu antara pemilik dan pembeli, dimana pemilik barang akan
menyerahkan barang seketika sedangkan pembayaran dilakukan
dengan cicilan dalam jangka waktu yang disepakati bersama. 24
Adapun rukun murabahah dalam perbankan adalah sama
dengan fiqh dan dianalogikan dalam praktek perbankan sebagai
berikut :
1. Penjual (ba'i) dianalogikan sebagai bank.
2. Pembeli (musytari) dianalogikan sebagai nasabah.
3. Barang yang diperjualbelikan (mabi'), yaitu jenis pembiayaan
seperti pembiayaan investasi.
4. Harga (tsaman) dianalogikan sebagai pricing atau plafond
pembiayaan.
5. Ijab Qabul dianalogikan sebagai akad atau perjanjian, yaitu
pernyataan persetujuan yang dituangkan dalam akad perjanjian. 25

Hukum Islam. Vol. V No. 3. Juli 2006


350 Ubay Harun

Adapun syarat-syarat umum murabahah antara lain, yaitu :


1. Pihak yang berakad :
a. Adanya kerelaan kedua belah pihak
b. Memiliki kemampuan untuk melakukan jual beli
2. Barang atau obyek :
a. Barang itu ada meskipun tidak di tempat, namun ada
pernyataan kesanggupan untuk mengadakan barang itu.
b. Barang itu milik sah penjual atau seseorang
c. Barang yang diperjualbelikan harus berwujud
d. Barang itu tidak termasuk kategori yang diharamkan
e. Barang tersebut sesuai dengan pernyataan penjual
f. Apabila benda bergerak, maka barang itu bisa langsung
dikuasai pembeli dan harga barang dikuasai penjual.
Sedangkan bila barang itu tidak bergerak dapat dikuasai
pembeli setelah dokumentasi jual beli dan perjanjian atau akad
diselesaikan.
3. Harga :
a. Harga jual bank adalah harga beli ditambah keuntungan
b. Harga jual tidak boleh berubah selama masa perjanjian
c. Sistem pembayaran dan jangka waktunya disepakati bersama
Sedangkan syarat-syarat khusus murabahah antara lain:
1. Penjual hendaknya menyatakan modal yang sebenarnya dari
barang yang hendak dijual.
2. Kedua belah pihak (penjual dan pembeli) menyetujui besarnya
keuntungan yang ditetapkan sebagai tambahan terhadap modal
sehingga modal ditambah dengan untung merupakan harga barang
yang dijual.
3. Barang yang dijual secara murabahah dan harga barang itu bukan
dari jenis yang sama dengan barang ribawy yang dilarang
diperjualbelikan kecuali dengan timbangan atau takaran yang
sama. Dengan demikian tidak sah jual beli secara murabahah atas
emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum,
beras dengan beras dan bahan-bahan makanan lainnya yang
jenisnya sama.26

Hukum Islam. Vol. V No. 3. Juli 2006


351 Ubay Harun

Adapun aspek tehnis murabahah tersebut adalah :


1. Karakteristik pembiayaan murabahah modal kerja
a. Tujuan pembiayaan
Murabahah ditujukan untuk pembelian fixed asset/aktiva tetap,
seperti:
o Pembelian barang dagangan
o Pembelian barang baku untuk diproses
o Pembelian barang by order
b. Mekanisme pembiayaan: jual beli dengan bayar tangguh
c. Harga jual :
o Harga beli tambah margin
o Ditetapkan pada saat rea;isasi
d. Media penarikan
o Surat sanggup
o Surat permohonan pembiayaan
e. Tempo pelunasan: disesuaikan atas dasar siklus usaha
f. Jangka waktu: 1 tahun
g. Jaminan:
o Stock barang dagangan
o Tagihan
o Fixed asset, seperti rumah, kendaraan, alat-alat industri,
perusahaan, dan lain-lain.
h. Sifat pembayaran
o Revolving
o Ad hock
i. Dokumentasi
o Surat persetujuan prinsip (offering letter)
o Akad jual beli
o Perjanjian pengikatan jaminan
o Surat permohonan realisasi murabahah
o Tanda terima uang
o Tanda terima barang.
2. Implementasi
a. Barang yang boleh dibeli

Hukum Islam. Vol. V No. 3. Juli 2006


352 Ubay Harun

Murabahah ditujukan untuk pembelian fixed asset/aktiva tetap,


seperti :
o Pembelian rumah/gedung atau sejenisnya
o Pembelian kendaraan/alat transportasi
o Pembelian alat-alat industri
o Pembelian asset lain yang tidak bertentangan dengan syari'at
dan disetujui bank
b. Bank
o Bank berhak menentukan supplayer dalam pembelian barang
o Bank menerbitkan purchase order (PO) sesuai kesepakatan
dengan nasabah kepada supplayer agar barang tersebut
dikirim ke nasabah
o Bank akan langsung mentransfer uang pembelian barang
kepada penjual/supplayer, bukan diberikan langsung oleh
nasabah
c. Nasabah
o Nasabah harus cakap hukum, usia minimal 21 tahun
o Mempunyai kemampuan untuk membayar
o Tidak sedang dalam keadaan pailit
d. Supplayer
Supplayer adalah orang atau badan hukum yang membantu bank
muamalah dalam penyediaan barang permintaan nasabah. Bank
akan membeli barang yang dipesan oleh nasabah ke supplayer dan
menjual kembali barang tersebut ke nasabah.
e. Harga
o Ketentuan harga jual (pricing) ditetapkan di awal perjanjian
dan tidak boleh berubah selama waktu perjanjian
o Apabila nasabah memberikan uang muka (down paymen) pada
saat yang sama, maka uang muka tersebut dianggap sebagai
angsuran pertama. Secara otomatis pula akan mengurangi
jumlah total angsuran. Namun demikian, akad jual beli yang
dibuat antara bank dengan nasabah tetap berpedoman pada
harga jual beli awal yang telah disepakati.

Hukum Islam. Vol. V No. 3. Juli 2006


353 Ubay Harun

f. Lain-lain
o Nasabah yang digolongkan bermasalah (sesuai ketentuan yang
berlaku di Bank Mu'amalah)diperbolehkan untuk dimintai
biaya administrasi.
o Apabila nasabah tidak mempunyai kemampuan untuk
membayar, maka penyelesaiannya diputuskan oleh komite
penyelesaian pembiayaan bermasalah.
3. Karakteristik pembiayaan murabahah investasi
a. Tujuan :
Bentuk transaksi ini dapat diterapkan dalam :
o Proses pengadaan barang modal bagi nasabah bank
o Pembiayaan import barang modal dari luar negeri.
b. Mekanisme jual beli:
o Bank mengangkat nasabah sebagai agen bank untuk
melakukan pembelian barang guna kepentingan dan atas nama
bank.
c. Harga jual adalah harga beli barang ditambah margin keuntungan
yang disepakati.
o Bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga
jual barang yang telah disepakati antara bank dengan nasabah,
yaitu harga beli ditambah margin keuntungan.
o Nasabah membeli barang dari bank dengan cara membayar
cicilan atau angsuran setiap bulannya sesuai jangka waktu
yang telah disepakati.
d. Cara penarikannya didasarkan atas kebutuhan riil atas harga beli
barang.
Media penarikan :
1) Surat permohonan realisasi pembiayaan (SPRP)
2) Tanda terima uang nasabah (TTUN)
3) Invoice/kwitansi jual barang
e. Pelunasan: Sesuai jadwal angsuran yang telah disepakati
f. Jangka waktu pembiayaan yang telah disepakati
g. Jaminan:
o Fidusia atas barang yang dibiayai

Hukum Islam. Vol. V No. 3. Juli 2006


354 Ubay Harun

o Asset lainnya : Fixed asset (tanah, gedung, rumah, dan lain-


lain), gadai deposito/SBLC, fidusia atas barang bergerak
(mobil, mesin, dan lain-lain), cessie atas tagihan kontrak, dan
jaminan perusahaan pribadi.
h. Dokumentasi :
o Perjanjian murabahah investasi
o Perjanjian jaminan
o Invoice/kwitansi jual beli barang
o Surat persetujuan prinsip pembiayaan
o Jadwal angsuran yang telah disepakati
Pada umumnya murabahah diterapkan pada produk
pembiayaan untuk pembelian barang-barang investasi, baik domestic,
maupun luar negeri, seperti melalui Letter of Credit (LC).
Untuk lebih memperjelas aplikasi murabahah dalam perbankan
syari'ah ini, maka penulis mencantumkan skema sebagai berikut.

SKEMA APLIKASI MURABAHAH PADA BANK SYARI'AH

Bank Supplier
Beli tunai

Kirim barang
Bayar Jual
Tangguh

Nasabah

Hukum Islam. Vol. V No. 3. Juli 2006


355 Ubay Harun

E. KESIMPULAN
1. Murabahah adalah salah satu produk yang dikembangkan oleh
bank syari'ah. Produk ini didasarkan pada prinsip jual beli yang
dalam istilah fiqh Islam disebut dengan bai' al-murabahah
sebagaimana didefinisikan oleh ulama fiqh adalah menjual barang
dengan harga pokok ditambah dengan keuntungan yang disepakati
oleh kedua belah pihak. Bai' al-murabahah ini merupakan salah
satu bentuk bai' al-amanah, disamping bai' at-tauliyyah, yakni
menjual barang dengan harga pokok tanpa mengambil keuntungan
apapun dan bai'al-wadhi'ah, yakni menjual barang dengan harga
jual dibawah harga pokok.
2. Bai' al-murabahah dalam fiqh kemudian diterapkan dalam bentuk
produk perbankan syari'ah. Dalam perbankan syari'ah, produk ini
diartikan sebagai akad jual beli antara bank selaku penyedia
barang dengan nasabah yang memesan untuk membeli barang.
Dari transaksi tersebut, bank mendapatkan keuntungan.
3. Aplikasi konsep murabahah dalam perbankan syari'ah ini
menimbulkan pendapat yang kontroversial di kalangan ulama
tentang halal dan tidaknya.

Hukum Islam. Vol. V No. 3. Juli 2006


356 Ubay Harun

Endnotes :
1
As-Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Jilid III, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t), h. 126.
2
Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuh, Jilid IV, (Beirut: Dar al-
Fikr, 1989), h. 344.
3
Anita Rahmawati, Kontroversi Konsep Murabahah Dalam Perbankan Syari'ah
dan Aplikasinya di BMI Semarang, (Tesis, 2000), h. 52.
4
Wahbah az-Zuhaili, Loc.cit.
5
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia, Cet. IV,
(Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 463.
6
Wahbah az-Zuhaili, Op.cit, h. 703.
7
Ibnu Rusyid, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid, Jilid II, (Beirut:
Dar al-Fikr, t.t), h. 161.
8
Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga, Studi Kritis dan Interpretasi
Kontemporer Tentang Riba dan Bunga, Terj. Muhammad Ufuqul Mubin, et. al,
Cet. I, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 137.
9
Ibid, h. 138.
10
Ibid.
11
Wahbah az-Zuhaili, Op.cit, h. 705.
12
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Surabaya: Surya Cipta
Aksara, 1989), h. 264.
13
Anita Rahmawati, Op.cit, h. 76.
14
Ibid, h. 87.
15
Joseph Schacht, The Encyklopaedia of Islam, (Leiden: E.J. Brill, 1986), h. 510.
16
Anita Rahmawati, Op.cit, h. 89.
17
Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (CD Hadits).
18
Anita Rahmawati, Op.cit, h. 87.
19
Abu Sura'i Abdul Hadi, Ar-Riba wa al-Qurudh, Terj. M. Thalib, (Surabaya: Al-
Ikhlas, 1993), h. 60.
20
Anita Rahmawati, Op.cit, h. 90.
21
Ibid, h. 91.
22
Arison Hendry, Perbankan Syari'ah: Perspektif Praktisi, (Jakarta: Mu'amalat
Institute, 1999), h. 43.
23
Tazkiah Institute, Murabahah, Makalah disampaikan pada Lokakarya
Perbankan Syari'ah, 14 Mei 1999, h. 1.
24
Arison Hendry, Loc.cit.
25
Ibid.
26
Tazkia Institute, Murabahah, Makalah disampaikan pada Program Pendidikan
dan Pengembangan SDM Bank Mu'amalah, h. 2.

Ubay Harun, Dosen tetap Syariah STAIN Palu, Sulawersi Tengah. Alumni
Program Pascasarjana (S2) Universitas Islam Indonesia Yogyakarta (2003).

Hukum Islam. Vol. V No. 3. Juli 2006


357 Ubay Harun

Hukum Islam. Vol. V No. 3. Juli 2006

Anda mungkin juga menyukai