Abstrak
Telehomecare merupakan suatu manajemen pendekatan pada pasien yang banyak digunakan pada
penyakit kronis seperti diabetes melitus. Dari tahun ke tahun jumlah penderita diabetes melitus
semakin meningkat, dengan studi literatur ini akan memberikan gambaran tentang dampak
telehomecare pada diabetes melitus tipe 2.
Pencarian literatur secara komprehensif tahun 2000 sampai 2010 pada Pubmed, Medline dan
Cinahl dengan menggunakan kata kunci “diabetes melitus”, “telemonitoring”, “telehealth”,
“telehomecare”, “videoconverence”,“telephone”, “technology in nursing”.
Dilakukan review
terhadap lima penelitian tentang telehomecare didukung tujuh jurnal terkait. Dilaporkan bahwa
telehomecare berpengaruh terhadap biaya kesehatan, menurunkan komplikasi dan meningkatkan
kualitas hidup.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjelaskan bagaimana memaksimalkan manfaat
telehomecare pada pasien penyakit kronis yang membutuhkan perawatan jangka panjang.
Kata kunci : diabetes melitus, telemonitoring, telehomecare, telephone,
videoconference
LATAR BELAKANG
Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang terus meningkat di seluruh dunia. Di
Amerika Serikat, diperkirakan 23,6 juta penduduk mengalami diabetes melitus, 90 - 95 %
merupakan diabetes melitus tipe 2. Walaupun dapat terjadi pada semua usia, diabetes
melitus tipe 2 umumnya didiagnosis setelah berumur 40 tahun. (Strayer, Darlene A & Tanja
Schub, 2010).
Di Indonesia, penyakit endokrin, nutrisi dan metabolik yang menjalani rawat inap
menempati urutan keempat, setelah penyakit sistem sirkulasi darah, penyakit susunan saraf
dan kondisi tertentu yang bermula pada masa perinatal dengan jumlah 83.045 jiwa.
Berdasarkan klasifikasi diabetes melitus menurut International Statistical Classification
of
Diseases and Related Health Problems (ICD-10), DM yang tidak bergantung insulin
dan
DM yang tidak tentu, masuk dalam 50 peringkat utama penyebab kematian, rawat inap dan
rawat jalan di RS di Indonesia selama tahun 2007. Jumlah pasien keluar rawat inap di
rumah sakit di Indonesia dengan diagnosis diabetes melitus tahun 2007 sebanyak 56.378
pasien, sedangkan kasus baru pada rawat jalan sebanyak 28.095 kasus. (Ditjen Bina
Yanmedik, 2009).
2
Tanpa pemantauan, diabetes melitus dapat menimbulkan komplikasi serius dan biaya yang
besar. Telehomecare merupakan salah satu pendekatan yang banyak digunakan untuk
mengelola pasien dengan penyakit kronis. (M. Joana & G. Pare, 2010).
Telemonitoring ditujukan untuk mendukung manajemen tepat waktu pada pasien di rumah
melalui berbagai transmisi fisiologis, klinik dan data perilaku yang dievaluasi secara
profesional dan merupakan umpan balik yang dapat segera diterima sebelum terjadi
komplikasi. (Stachura, Max E, 2010).
Teknologi pada telehomecare meliputi sensor untuk menilai tekanan darah, glukosa darah,
denyut jantung dan tanda-tanda vital lainnya, serta pengingat pesan dan bahkan
videoconference, sehingga pasien dapat berbicara dengan perawat. Melalui percakapan,
perubahan yang terjadi dapat dipantau tanpa harus mengunjungi rumah sakit, sehingga
pasien bebas dari gangguan perjalanan. Hal ini terutama bermanfaat bagi masyarakat
kurang mampu, orang tua dan masyarakat di pedalaman. Telemonitoring dapat mengurangi
biaya kesehatan dan meningkatkan proses perawatan (Anonymous, 2008; Stachura, Max E,
2010).
KAJIAN LITERATUR
Telehomecare mulai meningkat sejak tahun 1990-an dengan menggunakan teknologi yang
maju seperti videoconference, internet, dan perangkat monitoring portabel yang
memungkinkan penyedia layanan kesehatan dapat berkomunikasi dengan pasien di rumah
mereka. Interaksi semacam ini disebut kunjungan virtual (virtual visit). Penggunaan
telehomecare dianggap merupakan metode pemberian layanan kesehatan yang dapat
mengurangi waktu perjalanan, biaya dan meningkatkan jumlah pasien/kunjungan pada hari-
hari tertentu (Courtney, Karen L; George & Greg L. A, 2005).
Timmerberg,
Brady D et al Amerika 13 16 minggu
(2009) Serikat 13
Pre-post Videoconverence,
test IP
control communication
group dengan
design bandwidth
minimal
384
pengontr S l tan, kualitas gejala depresi, gejala
olan t , hidup dan diabetik, self efficacy,
Jenis dan frekuensi glukosa darah (2 kali a kepuasan pasien dukungan
perminggu t s sosial, reinforcement perilaku
transmisi
pada u t HbA1c (peride perawatan diri dan kesadaran akan
data s a
bulan 204 hari dan tujuan perawatan diri. (Panggilan
Glukosa darah, pertama t diakhir telephon 1 kali/minggu untuk 3 bulan
HbA1c, dan f u program) pertama dan 1 kali/2 minggu untuk 3
pendidikan setiap u s Kepatuhan bulan selanjutnya)
tentang diet, minggu n (diet, exercise, HbA1c dan kolesterol total yang
exercise, pada g k perawatan diukur di awal dan minggu ke 16.
rekomendasi bulan s e kaki, Konseling gizi dilakukan pada
pengobatan kedua i s pemeriksaan minggu ke-4 dan minggu ke-8.
dan o e darah dan Quality of live (kepuasan,
dan ketiga). n h obat- pengaruh
a a obatan), dan cemas)
5
Penelitian yang dilakukan oleh Kim & Jeong (2003) melaporkan bahwa pasien diabetes
melitus tipe 2 yang mendapatkan intervensi melalui telephone berupa pendidikan dan
reinforcement mengenai diet, exercise, menyesuaikan rekomendasi pengobatan
dan
pemantauan glukosa darah secara teratur memiliki penurunan rata-rata kadar HbA1c 1,2 %
7
dan kelompok kontrol mengalami peningkatan 0,6 %. Kelompok intervensi lebih patuh
terhadap diet dan pemantauan glukosa darah secara teratur.
Intervensi berupa pembinaan yang disampaikan secara singkat melalui telephone juga
memiliki dampak positif terhadap pasien diabetes melitus tipe 2. Pada kelompok intervensi
didapatkan perbaikan yang signifikan terhadap diet, exercise, perawatan kaki, gejala
depresi dan gejala diabetik. Juga mempengaruhi empat mekanisme terapeutik yaitu self
efficacy, dukungan sosial, reinforcement perilaku perawatan diri dan kesadaran akan
tujuan perawatan diri (Sacco, William P et al, 2009).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Dansky, Kathryn & Liisa (2003), dengan
menggunakan telehomecare unit berupa video SLX model (gambar 1) pada
penderita diabetes melitus di panti jompo Amerika Serikat melaporkan bahwa kelompok
intervensi selain mendapatkan sistem pelayanan rutin juga menerima telehomecare
melalui sebuah video. Dengan analisis of varians tidak ditemukan adanya perbedaan
status fungsional, kualitas hidup dan kepuasan pasien. Hasil uji regresi logistik multinomial
menunjukkan bahwa kelompok kontrol membutuhkan perawatan lanjutan dan lebih
memungkinkan untuk dirawat di rumah sakit. Penelitian ini memiliki efek positif
terhadap clinical outcomes, telehomecare bermanfaat bagi pasien, penyedia layanan
kesehatan di rumah dan asuransi (Dansky, Kathryn & Liisa 2003).
8
Penggunaan telehomecare yang merupakan teknologi baru, pada tahap awal memerlukan
biaya peralatan yang besar. Tetapi dipercaya bahwa dengan perkembangan teknologi
telehomecare, biaya peralatan akan terus menurun. Diperkirakan bahwa biaya perawatan
pada pasien diabetes melitus mencapai $ 87.327 untuk pasien yang memanfaatkan
telehomecare dan $ 232.872 yang tidak memanfaatkan telehomecare, dengan
perkiraan bahwa pasien memiliki satu atau lebih penyakit yang dapat menyebabkan rawat inap
lebih lama. (Dansky, Kathryn H, 2001).
Dari beberapa jurnal yang membahas tentang telehomecare dalam memberikan pelayanan
kesehatan, jenis teknologi yang digunakan adalah telephone, telehealth, video SLX
model dan videoconverence. Manfaat telehomecare pada pasien diabetes
melitus yaitu menurunkan perkembangan komplikasi mikrovaskuler dan neuropati,
menurunkan risiko kunjungan ke unit gawat darurat mikrovaskuler, menurunkan
biaya kesehatan, meningkatkan kualitas hidup, mengurangi beban ekonomi, membatu
pasien mengelola kondisi mereka sehingga meningkatkan frekuensi exercise, inspeksi kaki,
meningkatkan diet, menurunkan gejala diabetik dan gejala depresi. Selain bermanfaat buat pasien
juga bermanfaat terhadap penyedia layanan kesehatan dan asuransi.
9
Penggunaan telephone merupakan salah satu sarana yang sangat efektif dibandingkan
pasien harus melakukan kunjungan ke sarana pelayanan kesehatan khususnya pada saat
memberikan pendidikan kesehatan. Namun untuk membuat penggunaan telephone efektif,
harus dilakukan dengan benar. Walaupun banyak waktu untuk membahas masalah pasien
melalui telephone, perawat harus fokus pada satu topik saat melakukan percakapan. Materi
tertulis akan dikirimkan kepada pasien setelah percakapan dan perawat akan melakukan
panggilan untuk mereview. Pasien biasanya dihubungi dalam waktu 24 - 48 jam setelah
keluar dari rumah sakit. Frekuensi panggilan setiap pasien disesuaikan dengan gejala,
biasanya setiap minggu, setiap bulan atau setiap tiga bulan dan dijadwalkan sehingga
pasien mengharapkan untuk berkomunikasi (Mikelson, Melissa, 2010).
KEPUSTAKAAN
Chang, Karen. et al. (2007). Nurse Practitioner-Based Diabetes Care Management Impact
of Telehealth or Telephone Intervention on Glycemic Control. Dis Manage Health
Outcomes 15 (6), 377 - 385.
Dansky, Kathryn; Kathryn Bowles & Liisa Palmer. (2003). Clinical Outcomes of
Telehomecare for Diabetic Patients. The Journal on Information
Technology in Healthcare 1 (1), 61 - 74.
De Leo, Gianluca et al. (2005). Web and Computer Telephone-Base Education : Lessons
Learnt from the Development and Use of a Call Center. Journal of Medical
Systems
29 (4), 343 - 355.
Sevean, Patricia et al. (2008). Bridging the Distance : Educating Nurses for Telehealth
Practice. The Journal of Continuing Education in Nursing 39 (9), 413-418.
Strayer, Darlene A & Tanja Schub. (2010). Diabetes Mellitus tipe 2. Wilson Terrace,
Glendale : Cinahl Information Systems