Anda di halaman 1dari 15

PUBLICATION MANUSCRIPT

RELATIONSHIP BETWEEN FAMILY SUPPORT, PHSYCAL


AND STIGMA PHSYCAL IN THE COMMUNITY WITH
QUALITY OF THE LIFE ON PATIENTS DISCUSSED
BY BLORA

Naskah Publikasi

HUBUNGAN ANTARA DULKUNGAN KELUARGA,


KECACATAN FISIK DAN STIGMA DI MASYARAKAT
DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN KUSTA DI
KABUPATEN BLORA

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh :
PUJI PRASTYANING AMINI
NIM : E420163306

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS
2018
1

Pengaruh latihan ROM Kaki dengan Vaskulerisasi Kaki Pasien DM di Puskesmas


Medang Kabupaten Blora

Puji Prastyaning Amini”, Sukarmin”, Yulisetyaningrum”

1. Program Studi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus, Jawa Tengah


59316, Indonesia
2. STIKES Muhammadiyah Kudus, Jawa Tengsh 59316, Indonesia
3. STIKES Muhammadiyah Kudus, Jawa Tengah 59316, Indonesia

Abstrak

Di Puskesmas Medang pada bulan Agustus 2017 dari 10 pasien yang menjalani rawat
jalan ditemukan 2 pasien yang amputasi, 7 pasien DM mengalami hipertensi. Menurut
pengamatan peneliti pasien-pasien DM di Puskesmas Medang belum pernah dilakukan
latihan ROM secara berkesinambungan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
pengaruh latihan kaki dengan vaskulerisasi kaki pasien DM di Puskesmas Medang.
Jenis penelitian ini adalah kuasi ekperimen dengan pendekatan pre dan post test two
group menggunakan kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Sampel penelitian ini
adalah 19 kelompok kontrol dan 19 kelompok intervensi pasien DM di Puskesmas
Medang. Hasil Penelitian. Nilai vaskulerisasi kelompok kontrol sebelum perlakukan
latihan kaki mayoritas nilai normal sebanyak 14 responden dan kelomok intervensi
mayoritas normal 10 responden. Setelah perlakuan mayoritas nilai vaskulerisasi yang
menggunakan nilai ABI pada kelompok kontrol mayoritas normal 13 responden
sedangkan kelompok intervensi mayoritas normal sebanyak 17 responden. Analisa
wilcoxon pada kelompok kontrol menunjukkan tidak ada perubahan signifikan
perubahan nilai vaskulerisasi (p value 0.083 α = 0.05), sedangkan pada kelompok
intervensi terdapat perbedaan signifikan nilai vaskulerisasi kaki (p value 0.008 ,
α=0.05).

Kata kunci : Latihan ROM kaki, vaskulerisasi kaki, ABI


Daftar pustaka : 2008-2017
2

Effect of Foot ROM exercises with Status Vascularization of Diabetic Patient in Medang
Health Public, Blora Regency

Puji Prastyaning Amini, Sukarmin,Yulisetyaningrum

STIKES Muhammadiyah Kudus

Abstract

At the Medang Health Public in August 2017 out of 10 patients who underwent
outpatient treatment, 2 patients were amputated, 7 DM patients had hypertension.
According to observations of researchers, DM patients at Medang Health Public have
never done ROM exercises on an ongoing basis. The purpose of this study was to
determine the effect of foot exercises with the foot vascularity of DM patients in Medang
Health Public. This type of research is quasi experiment with pre and post test two
group approaches using the control group and intervention group. The sample of this
study was 19 control groups and 19 intervention groups of DM patients at Medang
Health Center. Research result. The value of vascularization of the control group before
treating foot exercises with the majority of normal values is 14 respondents and the
intervention group is the normal majority of 10 respondents. After the treatment of the
majority of vascularity values that used ABI values in the control group, the majority of
normal respondents were 13 respondents while the intervention group had a normal
majority of 17 respondents. Wilcoxon analysis in the control group showed no significant
changes in vascularity values (p value 0.083 α = 0.05), whereas in the intervention
group there were significant differences in foot vascularization values (p value 0.008, α
= 0.05).

Keywords: Leg Exercise , Foot vascularity, ABI

Bibliography: 2008-2017
3

Pendahuluan Informasi Kemenkes, 2014, DKK


Blora, 2015).
Masalah gangguan vaskuler
merupakan problem yang utama Meningkatnya angka kejadian
pada pasien Diabetes Mellitus (DM). DM juga diikuti dengan tingginya
Gangguan vaskuler yang sering angka gangguan vaskuler yang
terjadi pada pasien DM berupa berupa makroangiopati dan
makroangiopati dan mikroangiopati. mikroangiopati, setidaknya terdapat
Kejadian makroangiopati dan 40-80% pasien DM yang mengalami
mikroangiopati akan mengalami gangguan vaskuler (Sudoyo, 2009).
peningkatan seiring dengan Hasil riset Anggia Sari & Saraswati
bertambahnya kasus DM (Sudoyo, (2011) di RS. Sanglah Denpasar Bali
dkk, 2009). di dapatkan 39 (35.1%) responden
Angka kejadian DM di dunia dari 111 responden yang mengalami
pada tahun 2013 terdapat 384 juta gangguan vaskuler berupa angiopati
orang, sedangkan Indonesia tahun arteri mata. Hasil penelitian
2013 terdapat 13 juta pasien penelitian Soewondo, dkk (2010),
Diabetes Melitus (DM). Angka DM di terdapat 1785 penderita DM di
Jawa Tengah pada tahun yang sama Indonesia yang mengalami
terdapat 385.431 pasien DM, komplikasi yakni 16% komplikasi
sedangkan di Kabupaten Blora pada makrovaskuler, 27,6%komplikasi
tahun 2013 terdapat…..pasien DM. mikrovaskuler, 63,5% neuropati,
Hasil rekapan kejadian DM di 42% retinopati diabetes dan 7,3%
Puskesmas Medang tahun 2016 nefropati. Penelitian yang dilakukan
terdapat 191 pasien dalam setahun. oleh Yohelma, dkk (2014) di RS
Angka data-data di atas Arifin Achmad Pekanbaru juga
menunjukkan masih tingginya menemukan angka yang relative
kejadian DM hampir di seluruh tinggi pada gangguan vaskuler
bagian wilayah (Pusat Data dan akibat DM dari 72 responden 28
(38.9%) respondengan mengalami
4

gangguan makrovaskuler, 20 dkk, 2009). Hasil studi berbasis bukti


(27.8%) responden gangguan yang dilakukan oleh Zhaolan et al
mikrovaskuler dan 24 (33,3%) (2010) di China, prevalensi
responden mengalami gangguan komplikasi DM berupa gangguan
makro & mikrovaskuler. Hasil studi kardiovaskuler mencapai 30,1%,
pendahuluan di Puskesmas Medang serebrovaskuler 6,8%, neuropathy
Blora pada bulan Juli 2017 terhadap 17,8%, nefropathy 10,7%, lesi
12 pasien DM dengan menggunakan okuler14,8% dan masalah kaki 0,8%.
analisa vaskuler berupa Capillary Hasil rekam medis RSUD Arifin
Refill Time (CRT) dan kehangatan Achmad Pekanbaru pada tahun
akral di dapatkan data 9 pasien 2013 yang dikutip oleh Yuhelma, dkk
dengan akral kaki teraba dingin, 9 (2014), dari 576 pasien rawat inap di
pasien nilai CRT >3 detik. Dari data RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
survey awal dapat disimpulkan ditemukan 143 pasien dengan
terdapat 75 % pasien yang ganggren diabetic foot, 42 pasien
mengalami penurunan fungsi dengan amputasi, 54 pasien dengan
vaskuler. stroke, 47 pasien dengan penyakit
Masalah vaskuler yang terjadi jantung, 132 pasien dengan
pada pasien DM kalau tidak dikelola retinopatidiabetika, 158 pasien
dengan baik dapat menimbulkan dengan nefropati diabetika. Studi
berbagai dampak yang serius antara awal yang peneliti lakukan di
lain : nefropati, retinopati, ulkus Puskesmas Medang pada bulan
diabetikum, masalah kardiovaskuler, Agustus 2017 dari 10 pasien yang
stroke dan amputasi ( Soegondo, menjalani rawat jalan ditemukan 2
5

pasien yang amputasi, 7 pasien DM mengurangi pembentukan plak


mengalami hipertensi. melalui peningkatan penggunaan

Berbagai tindakan sudah lemak dan peningkatan penggunaan

dikemukakan oleh para ahli untuk glukosa (Kowalski, 2010).


menekan laju kerusakan vaskuler pada Salah satu indikator yang
pasien DM. tindakan-tindakan tersebut dapat dipergunakan untuk menilai
dirangkum dalam 5 pilar terpadu yang vaskuler kaki adalah nilai Ankle
saling terkait, antara lain : edukasi pola Brachial Indeks (ABI). Penelitian
hidup, pengelolaan aktifitas fisik, diet, yang dilakukan oleh Zaqiyah (2017)
minum obat dan monitoring gula darah.
dengan judul Pengaruh Senam Kaki
Berbagai pilar tersebut harus jalan
Diabetik Terhadap Nilai ABI di
secara berkesinambungan. Pengelolaan
Persadia Surakarta pada 44 pasien
diet yang tidak diimbangi dengan pilar
dengan 22 pasien kontrol dan 22
lain akan menghasilkan pengendalian
gula darah yang tidak optimal pasien intervensi menemukan ada

(Soegondo, dkk, 2009). (ROM) perbedaan yang signifikan antara

(Ignativius & Workman, 2010) nilai ABI kelompok kontrol dengan


nilai ABI kelompok intervensi (p
Program latihan ROM sebagai
value 0,000). Menurut pengamatan
salah satu bentuk latihan kontraksi
peneliti pasien-pasien DM di
otot yang bertumpu pada sendi dan
Puskesmas Medang belum pernah
otot. Kelebihan ROM adalah latihan
dilakukan latihan ROM secara
ini cukup efektif untuk meningkatkan
berkesinambungan. Selama ini
kontraksi otot, pemecahan glikogen
pasien-pasien DM hanya menjalani
dan peningkatan oksigen jaringan.
Selain itu latihan juga dapat
6

terapi yang dianjurkan dan diet tanpa


Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
kontrol yang ketat dari petugas.
(F) (%)
Kelompok Kontrol
Metode Penelitian Laki-laki 8 42,1
Jenis penelitian ini adalah Wanita 11 57,9
kuasiekperimen dengan pendekatan pre Total 19 100.0
Kel. intervensi
dan post two. Sampel 38 orang, 19
Laki-laki 9 47,4
kelompok kontrol dan 19 kelompok
Wanita 10 52,6
intervensi.. Total 19 100.0

Hasil Penelitian Tabel 2 menunjukkan sebagian


1. Umur responden besar responden kelompok kontrol
Kelompok Mean Median Modus Min-Maks adalah wanita yaitu 11 responden
Kontrol 55 55 55 45-60 (57.9%). Kelompok intervensi juga
Intervensi 56 56 55 46-60
menunjukkan sebagian besar berjenis
Tabel 1
kelamin wanita yaitu 10 responden
(52.6%).
Tabel 1 menunjukkan rata umur
3. Lama Mengalami DM
responden kelompok kontrol 55 tahun
Tabel 3
dengan umur minimal 45 tahun dan
maksimal 60 tahun sedangkan
kelompok intervensi rata-rata berumur Lama Mengalami DM F (%)
56 tahun dengan umur minimal 46 tahun Kelompok Kontrol
dan maksimal 60 tahun.. < 2 tahun 11 57,9
2. Jenis Kelamin ≥ 2 tahun 8 42,1

Tabel 2 Total 19 100.0


Kelompok Intervensi
< 2 tahun 12 63,2
≥ 2 tahun 7 36,8
Total 19 100.0
7

Tabel 3 menunjukkan sebagian kontrol sebelum perlakuan latihan ROM


besar responden kelompok kontrol kaki (di kelompok intervensi) mayoritas
adalah mengalami DM kurang dari 2 menunjukan nilai normal sebesar 14
tahun yaitu 11 responden (57.9%). responden (73.7%), insufisiensi ringan 4
Kelompok intervensi juga menunjukkan responden (21.2%) dan tidak
sebagian besar mengalami DM kurang terkompresi 1 responden (5.2%).
dari 2 tahun yaitu 12 responden Hasil status vaskulerisasi kaki
(63.2%). pada kelompok kontrol sesudah
A. Analisis Univariat perlakuan ROM kaki (pada kelompok
intervensi) menunjukkan mayoritas
1. Tingkat Vaskulerisasi Kaki
masih normal sebesar 13 responden
Sebelum dan Sesudah ROM
(68.4%), insufisiensi ringan 6 responden
Kaki Pada Kelompok Kontrol
(31.6%).
Tabel 4
2. Vaskulerisasi kaki Kaki Sebelum

Kelompok Kontrol n f % dan Sesudah ROM Kaki Pada


19
Sebelum Kelompok Intervensi
Tidak terkompresi 1 5.2%
Normal 14 73.7% Tabel 5.
Insufisiensi ringan 4 21.1%
Insufisiensi berat 0 0.0% Kelompok Intervensi n f %
Insufisiensi kritis 0 0.0%
19
Sesudah
Sebelum
Tidak terkompresi 0 0.0%
Tidak terkompresi 0 0.0%
Normal 13 68.4%
Normal 10 52.6%
Insufisiensi ringan 6 31.6%
Insufisiensi ringan 9 47.4%
Insufisiensi berat 0 0.0%
Insufisiensi berat 0 0.0%
Insufisiensi kritis 0 0.0%
Insufisiensi kritis 0 0.0%

Sesudah
Pada tabel 4 menunjukkan bahwa Tidak terkompresi 0 0.0%
status vaskulerisasi kaki kelompok Normal 17 89.5%
8

Insufisiensi ringan 2 10.5%


Insufisiensi berat 0 0.0% Kelompok Kontrol n f % P value
Insufisiensi kritis 0 0.0% 19
Sebelum
Tidak terkompresi 1 5.2% 0.083
Pada tabel 5 menunjukkan bahwa Normal 14 73.7%
status vaskulerisasi kaki kelompok Insufisiensi ringan 4 21.1%
Insufisiensi berat 0 0.0%
intervensi sebelum latihan ROM kaki Insufisiensi kritis 0 0.0%
mayoritas menunjukan nilai normal Sesudah
sebesar 10 responden (52.6%), Tidak terkompresi 0 0.0%
Normal 13 68.4%
insufisiensi ringan 9 responden (47.4%). Insufisiensi ringan 6 31.6%
Insufisiensi berat 0 0.0%
Hasil status vaskulerisasi kaki Insufisiensi kritis 0 0.0%
pada kelompok intervensi sesudah
perlakuan ROM kaki menunjukkan Pada tabel 5 menunjukkan
mayoritas normal sebesar 17 responden bahwa perbedaan vaskulerisasi
(89.5%), insufisiensi ringan 2 responden kaki kelompok kontrol sebelum
(10.5%). perlakuan latihan ROM kaki
(pada kelompok intervensi)
B. Analisis Bivariat menunjukkan tidak terdapat
1. Perbedaan Tingkat Vaskulerisasi perbedaan yang signifikan (p
Kaki Sebelum dan Sesudah value 0.083, α = 0.05).
ROM Kaki Pada Kelompok
Intervensi 2. Perbedaan Vaskulerisasi Kaki
Tabel 6 Sebelum dan Sesudah ROM

Kaki Pada Kelompok Intervensi

Tabel 7
9

Kelompok Intervensi n f % P kelompok kontrol sebelum dan sesudah


value dilakukan ROM kaki (pada kelompok
19 intervensi) menunjukkan tidak terdapat
Sebelum 0.00
Tidak terkompresi 0 0.0% 8 berbedaan signifikan dengan p value
Normal 10 52.6% 0.083 (α = 0.05).
Insufisiensi ringan 9 47.4%
Insufisiensi berat 0 0.0% Hasil penelitian di atas
Insufisiensi kritis 0 0.0%
mengindikasikan bahwa faktor-faktor
Sesudah yang dapat memperbaiki vaskulerisasi
Tidak terkompresi 0 0.0%
Normal 16 89.5% kaki selain latihan ROM kaki tidak
Insufisiensi ringan 3 10.5%
Insufisiensi berat 0 0.0% dijalankan dengan baik sehingga
Insufisiensi kritis 0 0.0% vaskulrisasi kaki kelompok perlakuan
hasilnya tidak mengalami perubahan.
Pada tabel 4.1 menunjukkan Pasien DM sangat rentan mengalami
bahwa perbedaan vaskulerisasi kaki gangguan vaskuler berupa iskemia
kelompok intervensi sebelum perlakuan terutama kaki. Hal ini disebabkan proses
latihan ROM kaki (pada kelompok makroangiopati dan menurunnya
intervensi) menunjukkan terdapat sirkulasi jaringan yang ditandai oleh
perbedaan yang signifikan (p value hilang atau berkurangnya denyut nadi
0.008, α = 0.05). Hasil tersebut arteri dorsalis pedis, arteri tibialis, dan
menunjukkan ada perbedaan signifikan arteri poplitea; menyebabkan kaki
vaskulerisasi kaki sebelum dan menjadi atrofi, dingin, dan kuku
sesudah dilakukan ROM kaki. menebal. Maslah utma sirkulasi kaki
juga berkaitan dengan arteriosklerosis.
Pembahasan arterioskerosis merupakan kondisi arteri
Hasil penelitian yang menebal dan menyempit karena
perbandingan status vaskulerisasi kaki penumpukan lemak di dalam pembuluh
10

darah. Menebalnya arteri di kaki dapat edukasi, terapi obat, pengaturan diet,
mempengaruhi otot-otot kaki karena dan olahraga. Penatalaksanaan
berkurangnya suplai darah, kesemutan, tersebut saling berkisambungan untuk
rasa tidak nyaman, dan dalam jangka memperbaiki kondisi pasien DM dan
lama dapat mengakibatkan kematian pencegahan komplikasinya termasuk
jaringan yang akan berkembang gangguan vaskulerisasi kaki (Soegondo,
menjadi ulkus kaki diabetes (Kartika, 2009). Pilar-pilar tersebut tidak banyak
2017). dijalankan pada kelompok kontrol
Gangguan vaskulerisasi yang tidak sehingga perbedaan vaskulerisasi tidak
dikelola dengan baik akan ada.
mengakibatkan stagnansi aliran darah Hasil penelitian peneliti pada
atau mungkin akan mengalami kelompok kontrol selain diperkuat
perburukan aliran darah. Pada argumentasi peneliti juga diperkuat
kelompok kontrol masih tetap dengan penelitian yang dilakukan oleh
mendapatkan obat untuk mengontrol Zukhri (2015) tentang Pengaruh Senam
gula darah, artinya kelompok ini Kaki Terhadap Ankle Brachial Index
mendapat mengandalkan obat (ABI) Pada Pasien Diabetes Melitus
pengendalian gula darah untuk Tipe II di Puskesmas Ngawen
mencegah perburukan vaskulerisasi Kabupaten Klaten yang menunjukkan
saja. Pengendalian yang hanya bahwa tidak adanya perubahan
bertumpu pada obat menurut beberapa signifikan pada vaskulerisasi kaki paisen
ahli tidak akan menghasilkan DM yang ditentunkan menggunakan
pengendalian gula darah dan nilai ABI, dengan p value 0.075.
pencegahan komplikasi DM yang baik Hasil penelitian yang
termasuk perburukan vaskulerisasi kaki. perbandingan status vaskulerisasi kaki
Pilar-pilar tersebut meliputi pemberian kelompok intervensi sebelum dan
11

sesudah dilakukan ROM kaki dapat melancarkan peredaran darah ke


menunjukkan terdapat perbedaan ekstremitas bawah, diantaranya
signifikan dengan p value 0.008 (α = penelitian yang dilakukan oleh Gibbs et
0.05). al (2013) pada 140 pasien diabetes tipe
Hasil penelitian di atas 2 tanpa komplikasi yang diberikan
mengindikasikan bahwa latihan Rom intervensi berupa latihan aerobik
kaki sangat berperanan terhadap menunjukkan bahwa terjadi perubahan
vaskulerisasi kaki. Olahraga dan yang signifikan pada nilai ABI, dimana
aktifitas fisik menjadi salah satu pilar latihan tersebut mengakibatkan
yang dianjurkan oleh para ahli terutama terjadinya peningkatan nilai ABI yang
untuk mencegah perburukan disertai dengan penurunan HbA1c dan
vaskulerisasi pasien DM. kontraksi otot terbukti meningkatkan fungsi endotel
yang dialkukan secara berulang-ulang sehingga aliran darah ke perifer menjadi
dan teratur pada pasien DM diyakini lebih baik. Kondisi peredarah darah
dapat meningkatkan pemompaan darah yang lancar akan menghambat
yang megalir pada pembuluh. Kontraksi penebalan membrane kapiler,
otot dapat bersifat sebagai pompa yang peningkatan ukuran dan jumlah sel
akan mengaktifkan aliran darah. Aliran endotel kapiler, sehingga lumen
darah yang baik akan perfusi jaringan pembuluh darah tetap adekuat
kaki sehingga mencegah terjadinya Hasil Penelitian Lain Yang
iskemik kaki dan kerusakan kaki Mendukung Adalah Penelitian Yang
(Soegondo, 2009). Dilakukan Oleh Hijriana (2016) Dengan
Hasil penelitian lain juga sejalan Judul Pengaruh Latihan Pergerakan
dengan beberapa penelitian tentang Sendi Ekstremitas Bawah Terhadap
latihan fisik pada pasien DM Tipe 2, Nilai Ankle Brachial Index (ABI) Pada
dimana latihan fisik tersebut terbukti Pasien DM Tipe 2, hasil penelitian
12

menunjukkan terdapat pengaruh 2. Vaskulerisasi kaki pada kelompok


signifikan latihan sendi kaki dengan kontrol sesudah perlakuan ROM
vaskulerisasi kaki yang dinilai kaki (pada kelompok intervensi)
menggunakan ABI, dengan p value menunjukkan mayoritas masih
0.000. Dalam penjelasanya Hijriana dkk normal sebesar 13 responden
menyampaikan Latihan pergerakan (68.4%), insufisiensi ringan 6
sendi ekstremitas bawah dapat responden (31.6%).
meningkatkan aliran darah ke arteri dan 3. Vaskulerisasi kaki kelompok
berefek positif pada metabolisme intervensi sebelum latihan ROM
glukosa, dimana terjadinya penurunan kaki mayoritas menunjukan nilai
glukosa dan HbA1c. normal sebesar 10 responden
Kesimpulan (52.6%), insufisiensi ringan 9
1. Berdasarkan penelitian ini dapat responden (47.4%).
4. Vaskulerisasi kaki pada kelompok
disimpulkan Vaskulerisasi kaki
intervensi sesudah perlakuan ROM
kelompok kontrol sebelum kaki menunjukkan mayoritas
normal sebesar 17 responden
perlakuan ROM kaki (pada
(89.5%), insufisiensi ringan 2
intervensi) didapatkan mayoritas
responden (10.5%).
mayoritas menunjukan nilai normal 5. Perbedaan vaskulerisasi kaki
kelompok kontrol sebelum
sebesar 14 responden (73.7%),
perlakuan latihan ROM kaki (pada
insufisiensi ringan 4 responden
kelompok intervensi) menunjukkan
(21.2%) dan tidak terkompresi 1 tidak terdapat perbedaan yang
signifikan (p value 0.083, α = 0.05).
responden (5.2%).
13

Perbedaan vaskulerisasi kaki kelompok Heart, Lung, and Blood Institute


intervensi sebelum perlakuan latihan (NHLBI) and American Heart
Association (AHA) . (2002).
ROM kaki (pada kelompok intervensi) Working Meeting on Blood
menunjukkan terdapat perbedaan yang Pressure Measurement.
signifikan (p value 0.008, α = 0.05
Notoatmodjo,S. (2010). Metodologi
. Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Referensi
Pinzon,R.(2009). Ancaman The Silent
Baradero, M., Dayrit & Siswadi.Y.(2008). Killer.
Klien Gangguan Kardiovaskular Seri http://pdpersi.co.id/?show=detail
Asuhan Keperawatan. Jakarta :EGC. news&kode=999&tbl=artikel
diakses tanggal 23 Nopember
Black & Hawks (2009). Medical 2010.
Surgical Nursing : Clinical
Management for Positive Pollit,D.F.,& Beck,B.T.(2006). Essential
Outcome. 8 ed. St Louis Missouri of nursing Research, Methods,
: Elsevier Saunders. Apprasial, and Utilizion, 6ed.
Philadelphia : Lippicott William
Dahlan, MS. (2008). Langkah-langkah & Wilkins.
Membuat Proposal Penelitian
Bidang Kedokteran dan Price, S.A. & Wilson, L.M. (2005).
Kesehatan, Seri evidence based Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
medicine (seri 3), Jakarta: Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Sagung Seto.
Purwanto, S. (2006). Terapi Relaksasi.
Dalimartha, S., Purnama, B.T., Sutarina, Jakarta : Pustaka Pelajar
N., Mahendra & Darmawan.,
R.(2008). Care Your Self Ronny, Setiawan, & Fatimah, S.(2010).
Hipertensi. Depok : Penerbit Fisiologi Kardiovaskular
Plus+. Berbasis Masalah Keperawatan.
Jakarta : EGC.
National High Blood Pressure Education
Program (NHBPEP)/National
14

Sharma,S.K., Ghimire, A., Radhakrishnan, J.,


Thapa,L, Shrestha, N.R,. Paudel, N .
(2011). Prevalence of Hypertension,
Obesity, Diabetes, and Metabolic
Syndrome in Nepal. International
Journal of Hypertension.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/ar
ticles/PMC3095978/ diakses tanggal
2 September 2011.
Sutrisno, A. (2005) Stroke : You Must
Know Before You Get Its. Jakarta
: Gramedia.

Sudoyo, Alwi, Setihadi, Setiati &


Simardibarata. (2006). Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta
: Badan Penerbit Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia..

Anda mungkin juga menyukai