Disusun Oleh :
DEDY MARYANTO
NIM. 060435
I. Fase Inisiasi
a. Klarifikasi sumber rujukan untuk kunjungan rumah
Informasi yang diperoleh dari :
1. Masyarakat sekitar
2. Keluarga
2. Masyarakat klien
3. Buku
C. Rencana Tujuan
1. Keluarga dapat mengenal masalah halusinasi yang dialami.
2. Keluarga dapat memutuskan tindakan terhadap masalah yang berhubungan
dengan halusianasi serta menjelaskan akibat dari masalah tersebut.
3. Keluarga dapat merawat klien dengan masalah halusinasi
pendengaran.
4. Keluarga dapat menciptakan lingkungan yang mendukung tidak
munculnya masalah.
D. Implementasi
b. Penyebab halusinasi
Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi pada klien
dengan gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaan delirium,
demensia dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol
dansubstansi lainnya. Halusinasi adapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi
infeksi sistemik dengan gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami
sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi,
anti kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik, sedangkan obat-obatan
halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasi sama seperti pemberian
obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan individu normal
yaitu pada individu yang mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti
kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada
pembicaraan.
Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik tidak diketahui namun
banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis , psikologis
,sosial budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress lingkungan , biologis
,pemicu masalah sumber-sumber koping dan mekanisme koping.
c. Terjadinya halusinasi
Tahap I
1) Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
2) Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3) Gerakan mata yang cepat
4) Respon verbal yang lambat
5) Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan
Tahap II
1) Peningkatan sistem saraf otonom yang
menunjukkan ansietas misalnya
2) peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah
3) Penyempitan kemampuan konsenstrasi
4) .Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan
kemampuan
5) untuk membedakan antara halusinasi dengan
realitas.
Tahap III
1) Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
halusinasinya dari pada menolaknya
2) Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
3) Rentang perhatian hanya beberapa menit atau
detik
4) Gejala fisik dari ansietas berat seperti
berkeringat, tremor,
5) ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk
Tahap IV
1) Prilaku menyerang teror seperti panik
2) Sangat potensial melakukan bunuh diri atau
membunuh orang lain
3) Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi
seperti amuk, agitasi,
4) menarik diri atau katatonik
5) Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang
kompleks
6) Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu
orang
d. Macam-macam halusinasi
1) Halusinasi dengar ( akustik auditorik)
Klien mendengar suara yang membicarakan, mengejek, menertawakan,
mengancam, yang sesungguhnya suara itu tidak ada.
2) Halusinasi lihat ( visual)
Klien melihat pemandangan, orang, binatang, atau sesuatu yang tidak
ada.
3) Halusinasi bau/hirup ( olfaktorik)
Klien menyatakan mencium bau-bauan.
4) Halusinasi kecap (gustatorik)
Biasanya bersamaan dengan halusinasi bau/ hirup. Merasa menyerap
sesuatu rasa dilidahnya/ mulutnya.
5) Halusinasi singgung ( taktil/ kinestik)
Klien merasa ada seseorang yang meraba/ memukul.
E. Evaluasi
1. Keluarga dapat mengulangi pengertian, sebab, dan tanda terjadinya
halusinasi.
2. Keluarga mampu memutuskan tindakan terhadap masalah
halusinasi.
3. Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang cara memutuskan
halusinasi.
4. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang mendukung.