Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH

PADA KLIEN DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN


Proposal ini disusun untuk memenuhi
Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II

Disusun Oleh :
DEDY MARYANTO
NIM. 060435

AKADEMI PERAWATAN KARYA HUSADA


YOGYAKARTA
2007
PROSEDUR TETAP
PERTEMUAN KELUARGA (INDIVIDU)

Pada klien dengan Halusinasi Pendengaran.


I. Sasaran
Keluarga dari klien dengan halusinasi pendengaran.
II. Tujuan
a. Keluarga dapat mengenal tentang masalah halusinasi pendengaran
b. Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat.
c. Keluarga dapat merawat klien dengan halusinasi pendengaran.
d. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan dalam merawat klien.
III. Alat
Leflet
IV. Langkah-langkah
a. Menemui anggota keluarga.
b. Memberi salam dan memperkenalkan diri dan menyepakati
kontrak.
c. Menjelaskan tujuan pertemuan.
d. Menanyakan kepada keluarga keadaan klien dan masalah yang
dialami dalam merawat.
e. Memberi reinforcement positif bila keluarga telah merawat klien
dengan benar.
f. Menjelaskan kepada keluarga tentang :
1. Pengertian halusinasi pendengaran.
2. Sebab-sebab timbulnya halusinasi pendengaran.
3. Tanda-tanda halusinasi pendengaran.
4. Peran serta keluarga dalam merawat klien.
5. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya.
6. Mengevaluasi hal-hal yang telah didiskusikan dengan keluarga.
7. memberikan reinforcement positif bila keluarga berhasil
menjelaskan dengan benar.
8. Menanyakan hal-hal bila ada yang belum jelas.
9. Mengakhiri pertemuan.
V. Tindak lanjut
a. Memfasilitasi keluarga melakukan tindakan asuhan keperawatan
yang telah didiskusikan.
b. Mengobservasi peran serta keluarga.
c. Memberi reinforcement pada keluarga terkait dengan tindakan
positif yang dilakukan oleh keluarga.

FASE-FASE DAN AKTIVITAS KUNJUNGAN RUMAH

I. Fase Inisiasi
a. Klarifikasi sumber rujukan untuk kunjungan rumah
Informasi yang diperoleh dari :
1. Masyarakat sekitar

2. Keluarga

b. Klarifikasi tujuan kunjungan ke rumah


1. Untuk melengkapi data mengenai klien.
2. Memperoleh informasi secara akurat dari keluarga tentang penyakit /
masalah yang dialami klien.
3. Melakukan implementasi berdasarkan masalah klien.
c. Desain kunjungan ke rumah
Kunjungan rumah dilakukan wawancara tepatnya pada tanggal 11 november
2007 jam 09.30 WIB. Pada saat ini kami menanyakan identitas klien dan
keluarga, riwayat masa lalu klien, penyebab klien ganguan jiwa, kebiasaan
keluarga merawat klien, support dari keluarga, pengetahuan keluarga tentang
gangguan jiwa, harapan keluarga terhadap klien. Keluarga klien menjawab
semua pertanyaan yang telah kami tanyakan tanpa rasa malu dan tidak menutup-
nutupi apa yang terjadi.

II. Fase Pra Kunjungan


a. Lakukan kontrak dengan keluarga
Satu hari sebelum kunjungan rumah kami melakukan kontrak pertemuan yang
meliputi : kapan?, dimana?, waktu?, siapa yang akan melakukan kunjungan
rumah?.
b. Satukan persepsi tentang tujuan kunjungan dengan keluarga
1. Memvalidasi data dan melengkapi data terhadap klien
2. Untuk mendapatkan informasi langsung dari keluarga tentang :
- Alasan klien menjadi gangguan jiwa
- Kebiasaan keluarga dalam merawat klien
- Faktor pendukung keluarga
- Pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa
- Harapan keluarga terhadap klien
3. Melakukan implementasi berdasarkan diagnosa keperawatan klien
c. Apa keinginan keluarga dari kunjungan rumah
1. Klien dapat memutuskan tindakan terhadap masalah yang berhubungan
dengan gangguan jiwa yang dialami oleh klien.
2. Klien dapat mengambil keputusan untuk merawat klien dengan benar.
3. Keluarga dapat merawat klien dengan baik.
4. Keluarga dapat menciptakan lingkungan sekitar (rumah) dalam merawat
klien.
d. Buat jadwal kunjungan
- Hari/tanggal akan dilakukan kunjungan
- Waktu akan dilakukan kunjungan
- Siapa saja yang akan melakukan kunjungan
- Materi apa yang akan disampaikan dan dibahas dalam melakukan
kunjungan
e. Telaah rujukan/reference
1. Keluarga klien

2. Masyarakat klien

3. Buku

III. Fase Didalam Rumah


a. Memperkenalkan diri, identitas diri dan profesional
1. Memperkenalkan nama perawat
2. Dari institusi mana

3. Tujuan dilakukannya kunjungan rumah.


b. Interaksi sosial
1. Terbina hubungan saling percaya
Keluarga klien mau menceritakan apa yang dialami klien tanpa rasa malu
dan tidak menutup-nutupi apa yang terjadi.
2. Keluarga mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan
c. Tetapkan hubungan perawat dengan klien
Menjelaskan kepada keluarga bahwa apa yang akan diceritakan keluarga kepada
perawat akan terjaga kerahasiaannya dan memberitahu bahwa identitas klien
tidak akan dicantumkan dalam data.
d. Implementasi proses keperawatan

IV. Fase Terminasi


1. Pengertian halusinasi pendengaran.
2. Sebab-sebab timbulnya halusinasi pendengaran.
3. Tanda-tanda halusinasi pendengaran.
4. Peran serta keluarga dalam merawat klien.
b. Telah (Evaluasi) kunjungan dengan keluarga
1. Keluarga dapat mengenal tentang masalah halusinasi pendengaran
2. Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat.
3. Keluarga dapat merawat klien dengan halusinasi pendengaran.
4. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan dalam merawat klien.
c. Recana untuk kunjungan berikutnya
1. Melakukan kontrak waktu dan tempat
2. Menentukan materi apa yang akan dibahas.

V. Fase Pasca Kunjungan


a. Catat hasil kunjungan
b. Rencana kunjungan berikutnya
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH

Hari/ tanggal : Senin 05 November 2007


Nama : Ny “ SK “
Umur : 43 tahun
Alamat : Dendengan, Mungkid Magelang.
Tgl kunjungan : 11 November 2007

A. Tujuan kunjungan rumah


1. Memvalidasi data dan melengkapi data terhadap klien
2. Untuk mendapatkan informasi langsung dari keluarga tentang :
a. Alasan klien menjadi gangguan jiwa
b. Kebiasaan keluarga dalam merawat klien
c. Faktor pendukung keluarga
d. Pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa
e. Harapan keluarga terhadap klien
3. Melakukan implementasi berdasarkan diagnosa keperawatan klien

B. Hasil kunjungan rumah


1. Memvalidasi data
a. Identitas saudara
Nama saudara : Ny. “SM”
Umur : 45 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru SMP
Alamat : Kirayan 01/08 Wukirsari cangkringan SlemanYogyakarta.
b. Informasi yang diperoleh dari hasil validasi.
Keadaan klien sebelum mengalami gangguan jiwa dalam kehidupan keluarga
dan masyarakat sangat baik dapat dilihat dari keikut sertaan dalan kegiatan
PKK ataupun kegiatan masyarakat lainnya. Klien mulali muncul gejalanya
setelah cerai dengan suaminya dan jauh dari kedua anak-anaknya. Klien
menjadi murung dan sedih yang teramat dalam. Klien tidak mau lagi bergaul
dengan lingkungan sekitar dan setiap hari klien bicara tak teratur dan sering
berteriak-teriak. Setiap melihat orang lain yang bicara berbisik-bisik klien
menganggap orang tersebut sedang membicarakan klien dan pernah memukul
Ibunya. Didalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat gangguan jiwa.
a. Klien anak kedua dari 6 bersaudara.
b. Klien tinggal dengan kedua orang tuanya (Bapak dan Ibu).
2. Informasi lain yang diperoleh dari keluarga
a. Alasan klien sakit Haluisinasi pendengaran
Menurut saudaranya klien menjadi klien menjadi sering menyendiri,
ngomong sendiri, mudah marah, mudah tersinggung,sering mendengar suara-
suara yang menganggap bahwa yang dilakukannya selalu salah dan curiga
terutama melihat orang lain yang bicara berbisik-bisik.
b. Kebiasaan keluarga menghadapi klien
Keluarga tidak bersikap apa-apa kepada klien. Kelurganya hanya memberi
nasehat-nasehat kepada klien. Karena klien tidak pernah mengamuk, hanya
sering marah-marah kalau klien sedang kambuh. Keluarga hanya pasrah
menghadapi klien.
c. Support
Keluarga klien tetap memberi semangat kepada klien untuk tetap menjalani
hidup seperti dulu lagi. Keluarga juga berusaha untuk mengajak klien berobat
kerumah sakit.
d. Pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa
Keluarga tidak mengerti apa yang sedang dialami anaknya, saudaranya
menganggap anaknya hanya stress karena klien cerai denganh suami dan jauh
dengan anak-anaknya.
e. Harapan keluarga terhadap klien
Keluarga berharap anaknya sembuh seperti dulu lagi dan dapat melakukan
aktivitas seperti dulu lagi dan mengurusi kedua anaknya.

C. Rencana Tujuan
1. Keluarga dapat mengenal masalah halusinasi yang dialami.
2. Keluarga dapat memutuskan tindakan terhadap masalah yang berhubungan
dengan halusianasi serta menjelaskan akibat dari masalah tersebut.
3. Keluarga dapat merawat klien dengan masalah halusinasi
pendengaran.
4. Keluarga dapat menciptakan lingkungan yang mendukung tidak
munculnya masalah.
D. Implementasi

1. Mengenalkan kepada keluarga tentang masalah halusinasi.


a. Pengertian
Merupakan salah satu gangguan persepsi, dimana terjadi pengalaman panca
indera tanpa adanya rangsangan sensorik (persepsi indra yang salah). Menurut
Cook dan Fotaine (1987), halusinasi adalah persepsi sensorik tentang suatu
objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari
luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan (pendengaran,
penglihatan, penciuman, perabaan atau pengecapan), sedangkan menurut
Wilson (1983), halusinasi adalah gangguan penyerapan/persepsi panca indera
tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan
dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya
rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan dari
luar dan dari individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan
yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan.

b. Penyebab halusinasi
Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi pada klien
dengan gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaan delirium,
demensia dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol
dansubstansi lainnya. Halusinasi adapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi
infeksi sistemik dengan gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami
sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi,
anti kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik, sedangkan obat-obatan
halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasi sama seperti pemberian
obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan individu normal
yaitu pada individu yang mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti
kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada
pembicaraan.
Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik tidak diketahui namun
banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis , psikologis
,sosial budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress lingkungan , biologis
,pemicu masalah sumber-sumber koping dan mekanisme koping.

c. Terjadinya halusinasi
Tahap I
1) Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
2) Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3) Gerakan mata yang cepat
4) Respon verbal yang lambat
5) Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan
Tahap II
1) Peningkatan sistem saraf otonom yang
menunjukkan ansietas misalnya
2) peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah
3) Penyempitan kemampuan konsenstrasi
4) .Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan
kemampuan
5) untuk membedakan antara halusinasi dengan
realitas.
Tahap III
1) Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
halusinasinya dari pada menolaknya
2) Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
3) Rentang perhatian hanya beberapa menit atau
detik
4) Gejala fisik dari ansietas berat seperti
berkeringat, tremor,
5) ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk
Tahap IV
1) Prilaku menyerang teror seperti panik
2) Sangat potensial melakukan bunuh diri atau
membunuh orang lain
3) Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi
seperti amuk, agitasi,
4) menarik diri atau katatonik
5) Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang
kompleks
6) Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu
orang

d. Macam-macam halusinasi
1) Halusinasi dengar ( akustik auditorik)
Klien mendengar suara yang membicarakan, mengejek, menertawakan,
mengancam, yang sesungguhnya suara itu tidak ada.
2) Halusinasi lihat ( visual)
Klien melihat pemandangan, orang, binatang, atau sesuatu yang tidak
ada.
3) Halusinasi bau/hirup ( olfaktorik)
Klien menyatakan mencium bau-bauan.
4) Halusinasi kecap (gustatorik)
Biasanya bersamaan dengan halusinasi bau/ hirup. Merasa menyerap
sesuatu rasa dilidahnya/ mulutnya.
5) Halusinasi singgung ( taktil/ kinestik)
Klien merasa ada seseorang yang meraba/ memukul.

2. Membantu dalam memutuskan tindakan masalah halusinasi


pendengaran dengan menjelaskan akibat dari masalah halusinasi
pendengaran yang tidak terkontrol.
a. Sukar mengontrol diri.
b. Sukar berhubungan dengan orang lain.
c. Tidak bisa merawat diri.
d. Tidak bisa tidur dan tidak mau makan.

3. Menjelaskan kepada keluarga tentang cara membantu memutuskan


masalah halusinasi pendengaran.
a. Keluarga harus membantu klien saat meminta bantuan.
b. Memberi kegiatan di rumah.
c. Menganjurkan klien untuk memberitahu keluarganya jika mengalami
halusinasi.
d. Dampingi klien pada saat-saat tertentu.

4. Menganjurkan kepada keluarga untuk menciptakan lingkungan yang


mendukung.
a. Mengikutsertakan klien dalam setiap kegiatan keluarga.
b. Tidak memberi kesempatan pada klien untuk menyendiri.
c. Mengadakan terminasi.

E. Evaluasi
1. Keluarga dapat mengulangi pengertian, sebab, dan tanda terjadinya
halusinasi.
2. Keluarga mampu memutuskan tindakan terhadap masalah
halusinasi.
3. Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang cara memutuskan
halusinasi.
4. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang mendukung.

Anda mungkin juga menyukai