PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kanker payudara ?
2. Bagaimana Patofisiologi dari kanker payudara ?
3. Bagaimana gejala dari kanker payudara ?
4. Apa faktor resiko dari kanker payudara ?
5. Seperti apa pembagian stadium kanker payudara ?
6. Apa pencegahan dari kanker payudara ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari kanker payudara.
2. Memahami patofisiologi dari kanker payudara.
3. Mengetahui gejala dari kanker payudara.
4. Mengetahui faktor resiko dari kanker payudara.
5. Mengetahui pembagian stadium kanker payudara.
6. Mengetahui pencegahan dari kanker payudara.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kanker Payudara
Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar
penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang
digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Salah satu fitur mendefinisikan
kanker adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui
batas normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah tubuh dan
menyebar ke organ lain. Proses ini disebut metastasis. Metastasis merupakan
penyebab utama kematian akibat kanker (WHO, 2009).
Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan
payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan
lemak maupun jaringan ikat pada payudara.
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang
terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di
payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa
menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada
kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel
kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T,
2005, hal : 39-40)
Kanker payudara merupakan kanker yang berasal dari kelenjar, saluran
kelenjar, dan jaringan penunjang payudara, sejumlah sel di dalam payudara.
Sejumlah sel di dalam payudara yang tumbuh dan berkembang biak dengan tidak
terkendali inilah yang disebut kanker payudara. Kumpulan besar sel di dalam
payudara yang berkembang dengan tidak terkontrol ini disebut tumor. Namun, tidak
semua tumor adalah kanker, karena sifatnya yang tidak menyebar ke seluruh tubuh.
Tumor yang dapat menyebar ke seluruh tubuh atau menyebar jaringan sekitar
disebut kanker atau tumor ganas (Sofi, 2015).
B. Anatomi Fisiologi Payudara
a. Anatomi payudara
b. Fisiologi payudara
C. ETIOLOGI
Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.
2. Aktivitas Fisik
Dengan aktivitas fisik atau berolahraga yang cukup akan dapat dicapai
keseimbangan antara kalori yang masuk dan kalori yang keluar. Aktifitas fisik /
berolahraga yang cukup akan mengurangi risiko kanker payudara tetapi tidak
ada mekanisme secara biologik yang jelas sehingga. Olahraga dihubungkan
dengan rendahnya lemak tubuh dan rendahnya semua kadar hormon yang
berpengaruh terhadap kanker payudara dan akan dapat meningkatkan fungsi
kekebalan tubuh. Aktivitas fisik atau berolah raga yang cukup akan
berpengaruh terhadap penurunan sirkulasi hormonal sehingga menurunkan
proses proliferasi dan dapat mencegah kejadian kanker payudara 18-20. Wanita
yang melakukan olahraga pada waktu yang lama akan menurunkan risiko
kanker payudara sebesar 37% Studi prospektif pada wanita umur 30 - 55 tahun
yang diikuti selama 16 tahun dilaporkan mereka yang berolahraga sedang dan
keras ≥ 7 jam/minggu memiliki risiko yang lebih rendah terkena kanker
payudara dibandingkan dengan wanita yang berolahraga hanya 1 jam/minggu.
3. Pola Konsumsi Makanan Berlemak
Beberapa Case control study menunjukkan bahwa pola diet makanan
berlemak dengan frekuensi yang tinggi akan dapat meningkatkan risiko terkena
kanker payudara serta penelitian beberapa penelitian yang lainnya14,21,22.
Pada diet lemak yang tinggi akan meningkatkan produksi estrogen karena
meningkatnya pembentukan jaringan adipose. Peningkatan konsentrasi estrogen
dalam darah akan meningkatkan risiko terkena kanker payudara karena efek
proliferasi dari estrogen pada duktus ephitelium payudara. Pada percobaan
binatang didapatkan bukti adanya suatu proses berkembangbiaknya sel yang
lebih cepat akibat diet lemak tinggi dari tahap promosi ke tahap progresi 24.
Hubungan pengaruh frekuensi mengkonsumsi makanan berlemak ini didukung
oleh studi perpindahan penduduk (migrasi) dari wilayah dengan diet lemak
rendah ke wilayah dengan diet lemak tingggi. Wanita Jepang atau Eropa Timur
yang bermigrasi ke Amerika atau ke Australia memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk mengalami kanker payudara, sama peluangnya dengan wanita penduduk
setempat pada generasi yang sama
4. Riwayat Kanker Payudara pada Keluarga
Kanker payudara merupakan penyakit kanker familial (Sindroma Li
Fraumeni / LFS). Tujuh puluh lima persen dari sindroma tersebut disebabkan
adanya mutasi pada gen p53. Gen p53 merupakan gen penekan tumor
(suppressor gene). mutasi pada gen p53 menyebabkan fungsi sebagai gen
penekan tumor mengalami gangguan sehingga sel akan berproliferasi secara
terus menerus tanpa adanya batas kendali. Seseorang akan memiliki risiko
terkena kanker payudara lebih besar bila pada anggota keluarganya ada yang
menderita kanker payudara atau kanker ovarium.
5. Lama Menyusui
Kebiasaan menyusui berhubungan dengan siklus hormonal14,21. Segera
setelah proses melahirkan kadar hormon estrogen dan hormon progesteron yang
tinggi selama masa kehamilan akan menurun dengan tajam. Kadar hormon
estrogen dan hormon progesteron akan tetap rendah selama masa menyusui.
Menurunnya kadar hormon estrogen dan hormon progesteron dalam darah
selama menyusui akan mengurangi pengaruh hormone tersebut terhadap proses
proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara. Terdapat hubungan dose-
response antara lama menyusui dengan kanker payudara, signifikan berdasar uji
X2 linier for trends.
6. Lama Menggunakan Kontrasepsi Oral
Lama pemakian kontrasepsi oral dengan kenaikan risiko kanker payudara
menunjukkan adanya hubungan dose-response berdasar uji X2 linier for trends.
Kandungan estrogen dan progesteron pada kontrasepsi oral akan memberikan
efek proliferasi berlebih pada duktus ephitelium payudara. Berlebihnya
proliferasi bila diikuti dengan hilangnya kontrol atas proliferasi sel dan
pengaturan kematian sel yang sudah terprogram (apoptosis) akan
mengakibatkan sel payudara berproliferasi secara terus menerus tanpa adanya
batas kematian. Hilangnya fungsi kematian sel yang terprogram (apoptosis) ini
akan menyebabkan ketidakmampuan mendeteksi kerusakan sel akibat adanya
kerusakan pada DNA, sehingga sel-sel abnormal akan berproliferasi secara
terus menerus tanpa dapat dikendalikan
7. Umur Janin pada Saat Aborsi
Peningkatan risiko terkena kanker payudara dengan umur janin pada saat
aborsi signifikan berdasarkan uji X2 linier for trends. Selama masa kehamilan
plasenta akan memproduksi hormon estrogen dan progesteron. Produksi
hormon estrogen dan progesteron oleh plasenta akan semakin meningkat
sampai akhir masa kehamilan. Walaupun sekresi hormon estrogen oleh plasenta
berbeda dari sekresi ovarium (hampir semua hormon estrogen yang dihasilkan
plasenta selama masa kehamilan adalah estriol, suatu estrogen yang relatif
lemah), tetapi aktivitas estrogenik total akan meningkat kira-kira 100 kali
selama kehamilan. Tingginya kadar hormon estrogen berpengaruh pada proses
proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara. Pengaruh umur janin pada saat
aborsi terhadap kanker payudara selaras dengan beberapa penelitian lainya
8. Riwayat Kanker Payudara dan Kanker Ovarium
Riwayat kanker payudara pada responden meningkatkan risiko dengan
perkiraan OR = 5,2 (p = 0,048) dan riwayat kanker ovarium sebelumnya
dengan perkiraan OR = 12,16 (p = 0,028) berdasar uji Fisher’s Exact Test.
Wanita dengan riwayat kanker payudara sebelumnya kemungkinan besar akan
mendapatkan kanker payudara pada sisi yang lain, hal ini terjadi karena
payudara merupakan organ berpasangan yang dilihat dari suatu sistem
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama . Wanita yang memiliki riwayat
pernah menderita kanker ovarium kemungkinan akan terkena kanker payudara.
Wanita dengan kanker payudara menunjukkan hiperplasi korteks ovarium.
Terdapat hubungan positif antara kanker payudara dan kanker ovarium,
keduanya dianggap terjadi akibat adanya ketidakseimbangan hormon estrogen.
Peningkatan risiko terkena kanker payudara pada wanita yang pernah menderita
kanker ovarium diduga berhubungan dengan pengaruh peningkatan hormon
estrogen, dan wanita yang menderita atau pernah menderita kelainan proliferatif
memiliki peningkatan risiko untuk mengalami kanker payudara.
9. Pola konsumsi Makanan Berserat
Frekuensi tinggi seseorang untuk mengkonsumsi makanan sumber serat
merupakan faktor protektif terhadap kejadian kanker payudara Tidak
signifikannya pengaruh frekuensi konsumsi makanan sumber serat dikarenakan
proporsi yang hampir sama antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol.
Diet makanan berserat berhubungan dengan rendahnya kadar sebagian besar
aktivitas hormon seksual dalam plasma, tingginya kadar sex hormone-binding
globulin (SHBG), serta akan berpengaruh terhadap mekanisme kerja punurunan
hormon estradiol dan testosteron. Penurunan hormon tersebut kemungkinan
berhubungan dengan risiko kanker yang dipengaruhi oleh hormon termasuk
kanker payudara. Penurunan hormon estradiol akan berakibat pada menurunnya
kecepatan proses proliferasi yang dapat mencegah terjadinya kanker payudara .
Mekanisme pencegahan dengan diet makanan berserat kemungkinnan terjadi
akibat dari waktu transit dari makanan yang dicernakan cukup lama diusus
sehingga akan mencegah proses inisiasi atau mutasi materi genetik didalam inti
sel. Pada sayuran juga didapatkan mekanisme yang multifactor dimana
didalamnya dijumpai bahan atau substansi anti karsinogen seperti karotenoid,
selenium dan tocopherol yang dapat mengurangi pengaruh bahan-bahan dari
luar dan akan memberikan lingkungan yang akan menekan berkembangnya sel-
sel abnormal.
10. Riwayat Paparan Pestisida
Paparan estrogen dari lingkungan yang berupa organochlorines dalam
pestisida dan industri kimia mungkin berperan pada kejadian kanker payudara.
Beberapa studi melaporkan terdapat peningkatan kadar 1,1-dichloro 2,2-bis (p-
chlorophenyl) ethylene (DDE) dan polychlorinated biphenyls (PCBs) dalam
darah pada penderita kanker payudara. Adanya kandungan estrogen pada
pestisida diduga akan menyebabkan peningkatan proses proliferasi sel. Pada
penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa pestisida sebagai faktor yang
berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara (OR = 1,74 ; 95% 95% CI :
0,39 – 7,68).
11. Riwayat Berada di Medan Elektromagnetik
Medan elektromagnetik diduga meningkatkan risiko kejadian kanker payudara
tetapi tidak memberikan hasil yang konsisten. Beberapa penelitian menunjukkan
adanya kenaikan insidens kanker payudara pada wanita yang tinggal dan bekerja di
lingkungan medan elektromagnetik. Tingginya insidens kanker payudara diduga ada
hubungannya dengan berkurangnya kadar melatonin yang dihasilkan oleh glandula
pinealis. Pada penderita kanker payudara kadar melatonin dalam darah lebih rendah
(20pg/ml) dibanding pada wanita yang tidak menderita kanker payudara (70
pg/ml)40. Rendahnya kadar melatonin diduga ada hubungannya dengan proses
karsinogenesis, tetapi tidak jelas bagaimana mekanismenya.
12. Umur Menstruasi Pertama
Umur menstruasi yang lebih awal berhubungan dengan lamanya paparan
hormone estrogen dan progesteron pada wanita yang berpengaruh terhadap proses
proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.
13. Perokok pasif
Untuk melihat pengaruh merokok terhadap kejadian kanker payudara dilihat
dari riwayat wanita sebagai perokok pasif. Wanita perokok akan memiliki tingkat
metabolism hormon estrogen yang lebih tinggi dibanding wanita yang tidak
merokok. Hormon estrogen ini berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan
payudara15,35. Proliferasi yang tanpa batas akan mengakibatkan terjadinya kanker
payudara. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa perokok pasif memiliki faktor
risiko lebih besar terkena kanker payudara dibanding wanita yang tidak merokok.
Hasil penelitian ini tidak selaras dengan penelitian Bennicke, et al dan Wakai.
14. Kanker Ovarium pada Keluarga
Seseorang akan memiliki risiko terkena kanker payudara lebih besar bila
anggota keluarganya ada yang menderita kanker payudara atau kanker ovarium.
Terdapat juga hubungan positif antara kanker payudara dan kanker ovarium,
keduanya dianggap terjadi akibat adanya ketidakseimbangan hormone estrogen.
Diperkirakan 15% sampai dengan 20% kanker payudara dihubungkan dengan
adanya riwayat kanker pada keluarga. Keluarga yang memiliki gen BRCA1 yang
diturunkan memiliki risiko terkena kanker payudara lebih besar.
15. Riwayat Kegemukan
Berat badan responden didasarkan atas persepsi dan perkiraan dari responden,
bukan berdasarkan hasil pengukuran. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian
Budiningsih (1995) bahwa obesitas tidak berpengaruh terhadap kanker payudara,
tetapi tidak sesuai dengan penelitian Enger (1989) dan Colditz (1994) bahwa ada
peningkatan risiko terkena kanker payudara pada wanita dengan Body Mass Index
yang besar. Risiko pada kegemukan akan meningkat karena meningkatnya sintesis
estrogen pada timbunan lemak yang berpengaruh terhadap proses proliferasi
jaringan payudara.
F. Pembagian Stadium Kanker Payudara
Pembagian stadium kanker payudara menurut Yayasan Kanker Payudara
Indonesia, 2015:
1. Stadium 0 (disebut carcinoma in situ)
Lobular carcinoma in situ (LCIS) adalah sel-sel yang abnormal yang terdapat
pada kelenjar di payudara yang mempunyai risiko berkembang menjadi
kanker payudara. Ductal carcinoma in situ (DCIS) adalah sel-sel yang
abnormal pada saluran duktus. Perempuan dengan DCIS memiliki risiko
tinggi penyebaran kanker di payudaranya. Pilihan pengobatan sama dengan
pasien kanker payudara dengan stadium 1.
2. Stadium I
Stadium awal kanker payudara, ukuran tumor kurang dari 2 cm dan belum
menyebar di luar payudara.
3. Stadium II
Stadium awal kanker payudara, ukuran tumor kurang dari 2 cm dan telah
menyebar sampai ke kelenjar getah bening di bawah lengan; atau ukuran
tumor antara 2 dan 5 cm (dengan atau tanpa penyebaran di kelenjar getah di
bawah lengan); atau tumor berukuran lebih dari 5 cm dan belum menyebar
dari payudara.
4. Stadium III
Stadium lanjut kanker payudara, ukuran tumor lebih dari 5 cm dan telah
menyebar sampai ke kelenjar getah bening di bawah lengan, atau kanker
berada pada kelenjar getah bening di bawah lengan, atau kanker telah
menyebar di dekat tulang payudara atau jaringan lain di sekitar payudara.
5. Stadium IV
Kanker payudara dimana telah terjadi penyebaran di luar payudara ke organ
tubuh lainnya.
G. TANDA DAN GEJALA
Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari
jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki
pinggiran yang tidak teratur.
Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan
dengan mudah di bawah kulit. Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada
dinding dada atau kulit di sekitarnya. Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk
benjolan yang membengkak atau borok di kulit payudara. Kadang kulit diatas
benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.
I. PENCEGAHAN
Pencegahan merupakan suatu usaha mencegah timbulnya kanker payudara atau
mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan kanker payudara. Usaha
pencegahan dengan menghilangkan dan melindungi tubuh dari karsinogen dan
mengelola kanker dengan baik. Usaha pencegahan kanker payudara dapat berupa
pencegahan primordial, pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan
tertier.
a. Pencegahan Primordial
Pencegahan sangat dini atau sangat dasar ini ditujukan kepada orang sehat
yang belum memiliki faktor risiko dengan memberikan kondisi pada
masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak berkembang yaitu dengan
membiasakan pola hidup sehat sejak dini dan menjauhi faktor risiko
changeable (dapat diubah) kejadian kanker payudara. Pencegahan primordial
yang dapat dilakukan antara lain:
1. Perbanyak konsumsi buah dan sayuran yang banyak mengandung serat
dan vitamin C, mineral, klorofil yang bersifat antikarsinogenik dan
radioprotektif, serta antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas,
berbagai zat kimia dan logam berat serta melindungi tubuh dari bahaya
radiasi.
2. Perbanyak konsumsi kedelai serta olahannya yang mengandung
fitoestrogen yang dapat menurunkan risiko terkena kanker payudara.
3. Hindari makanan yang berkadar lemak tinggi karena dapat
meningkatkan berat badan menyebabkan kegemukan atau obesitas
yang merupakan faktor risiko kanker payudara.
4. Pengontrolan berat badan dengan berolah raga dan diet seimbang
dapat mengurangi risiko terkena kanker payudara.
5. Hindari alkohol, rokok, dan stress.
6. Hindari keterpaparan radiasi yang berlebihan. Wanita dan pria yang
bekerja di bagian radiasi menggunakan alat pelindung diri.
b. Pencegahaan Primer
Pencegahan primer adalah usaha mencegah timbulnya kanker pada orang
sehat yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer
dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker
payudara.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan antara lain:
1. Penggunaan Obat-obatan Hormonal
a) Penggunaan obat-obatan hormonal harus sesuai dengan saran
dokter.
b) Wanita yang mempunyai riwayat keluarga menderita kanker
payudara atau yang berhubungan, sebaiknya tidak menggunakan
alat kontrasepsi yang mengandung hormon seperti pil, suntikan,
dan susuk KB.
2. Pemberian ASI
Memberikan ASI pada anak setelah melahirkan selama mungkin
dapat mengurangi risiko terkena kanker payudara. Hal ini di
sebabkan selama proses menyusui, tubuh akan memproduksi hormon
oksitosin yang dapat mengurangi produksi hormon estrogen. Hormon
estrogen memegang peranan penting dalam perkembangan sel kanker
payudara.
3. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI).
Semua wanita di atas umur 20 tahun sebaiknya melakukan SADARI
setiap bulan untuk menemukan ada tidaknya benjolan pada payudara.
Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu 5-7 hari setelah menstruasi
terakhir ketika payudara sudah tidak membengkak dan sudah menjadi
lembut. Langkah-langkah SADARI dapat dilakukan seperti pada
gambar di bawah ini:
Langkah-langkah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dapat di
lakukan dengan 2 cara yaitu:
Tahap I Melihat Perubahan di Hadapan Cermin
Berdiri tegak dengan kedua tangan
lurus ke bawah dan perhatikan apakah
ada kelainan lekukan, kerutan dalam,
atau pembengkakan pada kedua
payudara atau puting.
4. Pemeriksaan Mammografi
Pemeriksaan melalui mammografi memiliki akurasi tinggi yaitu
sekitar 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan
terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan
salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena hal
tersebut, menurut American Cancer Society mammografi dilaksanakan
dengan beberapa pertimbangan antara lain:
Untuk perempuan berumur 35-39 tahun, cukup dilakukan 1 kali
mammografi.
Untuk perempuan berumur 40-50 tahun, mammografi dilakukan
1-2 tahun sekali.
Untuk perempuan berumur di atas 50 tahun, mammografi
dilakukan setiap tahun dan pemeriksaan rutin.
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan diagnosis dini terhadap
penderita kanker payudara dan biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara agar dapat dilakukan pengobatan dan penanganan yang
tepat. Penanganan yang tepat pada penderita kanker payudara sesuai dengan
stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan, mencegah komplikasi penyakit, dan
memperpanjang harapan hidup penderita Pencegahan sekunder dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu:
1) Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis di mulai dengan mewawancarai penderita kanker
payudara, pemeriksaan klinis payudara, untuk mencari benjolan atau
kelainan lainnya, insfeksi payudara, palpasi, dan pemeriksaan kelenjar getah
bening regional atau aksila. Dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang
dilakukan dengan menggunakan alat-alat tertentu antara lain dengan
termografi, ultrasonografi, scintimammografi, lalu dilanjutkan dengan
pemeriksaan histopatologis untuk mendiagnosis secara pasti penderita.
kanker payudara.
J. PENATALAKSANAAN
Pembedahan
a. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran). Mulai dari
lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang
luas dengan kulit yang terkena)
b. Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua
kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor.
c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi
d. Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksial
e. Mastektomi radikal : Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor
dibawahnya : seluruh isi aksial.
f. Mastektomi radikal yang diperluas Sama seperti mastektomi radikal
ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna.
Non pembedahan
a. Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada
kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila.
b. Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.
A. Contoh Kasus
Ny.N umur 28 tahun,beralamatkan di pemalang.pada tanggal 05 November
2018 pukul 09.00 pagi pasien datang kerumah sakit dengan di antar oleh
suaminya,Ny.N mengeluh adanya sakit pada payudaranya sebelah kiri, sakit
menjalar ke payudara sebelah kanan, dan ada benjolan kecil dipayudara sebelah kiri.
Dari hasil observasi keadaan umum ibu lemas,tidak nafsu makan makan,dan
terpasang oleh cairan infus 20 tetes\menit. Hb 10,7gr% dan tekanan darah nya
120\80 mmHg,nadi 80 kali\menit,.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Tanggal MRS : 05-11-2018
Sumber informasi :Klien dan Keluarga
Ruang \Kelas :Cendana \I Tgl Pengkajian :05-11-18
Dx Medis :Cancer Mammae
2. Identitas
Nama :Ny.N
Usia :28 tahun
Jenis kelamin :Perempuan
Suku\Bangsa :Sunda\Indonesia
Agama :Islam
Pekerjaan :PNS
Alamat :Pemalang,Jawa barat,Indonesia
Keluhan Utama
Nyeri di bagian payudara sebelah kiri, adanya benjolan dipayudara sebelah kiri
dan tidak nafsu makan karena nyeri.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan TTV :
- Tekanan darah :120\80 mmHg,
- Nadi :80 kali\meit,
- RR :22 kali\menit,
- Suhu :37,6 0 C
Head To Toe
a. Kepala
- Bentuk
- Kulit kepala
b. Rambut
Warna rambut hitam, tidak ada bau pada rambut, keadaan rambut tertata
rapi,tidak ada ketombe,tidak bercabang
c. Mata (Penglihatan)
Posisi simetris, pupil isokor, tidak terdapat massa dan nyeri tekan, tidak ada
penurunan penglihatan.
d. Hidung (Penciuman)
Posisi sektum naso tepat ditengah, tidak terdapat secret, tidak terdapat lesi, dan
tidak terdapat hiposmia. Anosmia, parosmia, kakosmia.
e. Telinga (Pendengaran)
1. Inspeksi
2. Palpasi
Tidak terdapat edema, tidak terdapat nyeri tekan pada otitis media dan
mastoidius.
3. Pemeriksaan pendengaran
Mukosa bibir lembab, tidak pecah-pecah, warna gusi merah muda, tidak
terdapat perdarahan gusi, dan gigi bersih.
g. Leher
Posisi trakea simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran vena jugularis, tidak ada nyeri tekan.
h. Thorak
- Bentuk : simetris
- Pernafasan : regular
i. Payudara
- Inspeksi : Payudara terlihat Asimetris, benjolan terdapat dipayudara
sebelah kiri, benjolan bewarna kebiruan
- Palpasi : terdapat nyeri tekan pada payudara sebelah kiri.
a. Abdomen
1. Inspeksi
3. Perkusi
Diagnosa Keperawatan
Analisa Data
N
Data Fokus Etiologi Diagnosa keperawatan
o
DO : Nyeri
- Klien terlihat
meringis
- Klien terlihat lemas
- Terdapat benjolan
dipayudara sebelah
kiri, benjolan bewarna
kebiruan
- Skala nyeri 5 (1-10)
- Payudar terlihat
Asimetris
- TTV :
TD: 120/80 mmHg
N : 80 X/menit
RR : 22 X/menit
S : 37,6 ºC
Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
O keperawatan hasil
Implementasi
Hari/
N
Jam Tindakan
o Tangga
l
Implementasi
Hari/
N
Jam Tindakan
o Tangga
l
Evaluasi
N Hari/ Nama
Diagnosa
Evaluasi dan TT
O Tanggal Keperawatan
Perawat
P: Melanjutkan intervensi
TD =120/80 mmHg
N = 80x/mnt
Suhu = 37,6 ºC
RR = 22x/mnt
P: Intervensi ddilanjutkan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang
dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker payudara merupakan
salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia.
Seseorang yang ingin terhindar dari kanker payudar harus menghindari
faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker payudara.. Selain itu
seseorang dapat mencegah dengan pola hidup sehat, olahraga teratur, konsumsi
makanan yang diolah dengan cara direbus, menghindari obesitas, konsumsi
makanan berlemak, konsumsi junkfood, pengawet makanan, pewarna makanan,
pemanis buatan, konsumsi alkohol, rokok dan stres.
B. Saran
Bagi Masyarakat
a. Diharapkan seseorang yang menginjak usia pubertas baik wanita
maupun pria mampu mengetahui tentang kanker payudara, faktor
pencetus, upaya pencegahan dan deteksi dini yang dapat dilakukan.
b. Masyarakat diharapkan mampu menerapkan pola hidup sehat,
waspada terhadap kejadian kanker payudara dan setiap keluhan pada
payudara terutama yang mengarah pada keganasan atau kejadian
kanker payudara.
Bagi Tenaga Kesehatan
Promotor kesehatan, dan petugas kesehatan diharapkan mampu
meningkatkan ilmu pengetahuan tentang kanker payudara dan terus
memberikan informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Gita Ayuningtyas. Upaya Pencegahan dan Deteksi Dini Ca Mamae menurut telaah
Literatur. 2016
Rini Indrati, Henry Setyawan S. Djoko Handojo. Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap Kejadian Kanker Payudara Wanita
Amier. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI) Pada Siswi SMK PGRI Kab.Pangep. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis
Volume 5 Nomor 2 Tahun 2014 ISSN : 2302 - 1721. 2014. Diakses tanggal 22 Mei
2016