Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PEDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pengertian secara umum, kanker dapat dikatakan sebagai pembelahan


sel yang tak terkendali. Tanpa memperhatikan jenisnya, kanker pada mulanya
berkembang pada sel normal dan sehat dan memiliki karakteristik dasar sel normal
ini, setidaknya dalam tahapan perkembangan awalnya. Namun demikian, sel-sel ini
cenderung kehilangan sebagian kemampuannya. Salah satu kemampuan yang
penting adalah kemampuan untuk bereaksi terhadap pesan-pesan yang dikirimkan
oleh lingkungannya atau oleh organismenya sendiri, yang mengatur replikasi sel.
Ketika ketakteraturan seperti ini terjadi, sel tak lagi dapat mengendalikan
replikasinya dan pertumbuhan jaringan.
Berdasarkan data profil mortalitas Kanker (Cancer Mortality Profile) yang
dirilis oleh (WHO, 2014) menyebutkan, angka kematian yang disebabkan oleh
kanker di Indonesia mencapai 195.300 orang dengan prevalensi kematian terbanyak
pada laki-laki sebanyak 103.100 orang dan perempuan mencapai 92.200 orang
(Sairun, 2015). Kematian akibat kanker payudara prosentasenya adalah 21,4% atau
sekitar 19.730 orang.
Penyakit kanker payudara belum dapat diketahui etiologi dan perjalanan
penyakitnya secara jelas, tetapi banyak penelitian yang menunjukkan adanya
beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan faktor risiko atau
kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara (KemenkesRI, 2010). Faktor resiko
tersebut seperti usia lebih dari 30 tahun, nulipara, anak pertama lahir setelah usia 35
tahun, menarche kurang dari 12 tahun, menopause lebih dari 55 tahun, radiasi X-
ray, riwayat keluarga, pengguna kontrasepsi hormonal. (Kumalasari, dkk, 2012)
Departemen Kesehatan RI (2008) mengatakan bahwa salah satu alasan
makin berkembangnya penyakit kanker ini adalah rendahnya cakupan deteksi dini
Ca Mammae. Lebih dari 30% penyakit kanker dapat dicegah dengan cara mengubah
faktor risiko perilaku dan pola makan penyebab penyakit kanker. Kanker yang
diketahui sejak dini memiliki kemungkinan untuk mendapatkan penanganan lebih
baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pencegahan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam mengenali gejala dan risiko penyakit kanker sehingga
dapat menentukan langkah-langkah pencegahan dan deteksi dini yang tepat
(KemenkesRI, 2015).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kanker payudara ?
2. Bagaimana Patofisiologi dari kanker payudara ?
3. Bagaimana gejala dari kanker payudara ?
4. Apa faktor resiko dari kanker payudara ?
5. Seperti apa pembagian stadium kanker payudara ?
6. Apa pencegahan dari kanker payudara ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari kanker payudara.
2. Memahami patofisiologi dari kanker payudara.
3. Mengetahui gejala dari kanker payudara.
4. Mengetahui faktor resiko dari kanker payudara.
5. Mengetahui pembagian stadium kanker payudara.
6. Mengetahui pencegahan dari kanker payudara.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kanker Payudara
Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar
penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang
digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Salah satu fitur mendefinisikan
kanker adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui
batas normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah tubuh dan
menyebar ke organ lain. Proses ini disebut metastasis. Metastasis merupakan
penyebab utama kematian akibat kanker (WHO, 2009).
Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan
payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan
lemak maupun jaringan ikat pada payudara.
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang
terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di
payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa
menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada
kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel
kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T,
2005, hal : 39-40)
Kanker payudara merupakan kanker yang berasal dari kelenjar, saluran
kelenjar, dan jaringan penunjang payudara, sejumlah sel di dalam payudara.
Sejumlah sel di dalam payudara yang tumbuh dan berkembang biak dengan tidak
terkendali inilah yang disebut kanker payudara. Kumpulan besar sel di dalam
payudara yang berkembang dengan tidak terkontrol ini disebut tumor. Namun, tidak
semua tumor adalah kanker, karena sifatnya yang tidak menyebar ke seluruh tubuh.
Tumor yang dapat menyebar ke seluruh tubuh atau menyebar jaringan sekitar
disebut kanker atau tumor ganas (Sofi, 2015).
B. Anatomi Fisiologi Payudara

a. Anatomi payudara

Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus


laktiferus, sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran
limfa dari payudara kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar
parasternal terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula
pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.

b. Fisiologi payudara

Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon.


Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas,
masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas
pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga
hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya
asinus.

Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi.


Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa
hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-
kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari
menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu
pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu
besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.

Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan


payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus
berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air
susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu. (Samsuhidajat, 1997, hal : 534-535)

C. ETIOLOGI

Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa


faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara,
yaitu :

1) Tinggi melebihi 170 cm

Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara


karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya
perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah
ke arah sel ganas.

2) Masa reproduksi yang relatif panjang.

 Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.


 Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun)

3) Wanita yang belum mempunyai anak

Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama


dibandingkan wanita yang sudah punya anak.

4) Kehamilan dan menyusui

Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.


5) Wanita gemuk

Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.

6) Preparat hormon estrogen : Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5


tahun.
7) Faktor genetik

Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x lebih besar pada


wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara.
(Erik T, 2005, hal : 43-46).
D. Patofisiologi Kanker Payudara
Kanker merupakan buah dari perubahan sel yang mengalami pertumbuhan
tidak normal dan tidak terkontrol. Peningkatan jumlah sel tak normal ini umumnya
membentuk benjolan yang disebut tumor atau kanker. Tidak semua tumor bersifat
kanker. Tumor yang bersifat kanker disebut tumor ganas, sedangkan yang bukan
kanker disebut tumor jinak. Tumor jinak biasanya merupakan gumpalan lemak
yang terbungkus dalam suatu wadah yang menyerupai kantong, sel tumor jinak
tidak menyebar ke bagian lain pada tubuh penderita.
Lewat aliran darah maupun sistem getah bening, sering sel-sel tumor dan
racun yang dihasilkannya keluar dari kumpulannya dan menyebar ke bagian lain
tubuh. Sel-sel yang menyebar ini kemudian akan tumbuh berkembang di tempat
baru, yang akhirnya membentuk segerombolan sel tumor ganas atau kanker baru.
Proses ini disebut metastasis.
Kanker payudara termasuk diantara penyakit kanker yang paling banyak
diperbincangkan karena keganasannya yang seringkali berakhir dengan kematian.
Kanker payudara akan memperlihatkan kekhasannya dalam menyerang
penderitanya. Keganasan kanker ini ditunjukkannya dengan menyerang sel-sel
nomal disekitarnya, terutama sel-sel yang lemah. Sel kanker ajan tumbuh pesat
sekali, sehingga payudara penderita akan membesar tidak seprti biasanya.
Sambil menyerang sel-sel normal disekitarnya, kanker juga memproduksi
racun dan melepas sel-sel kanker dari induknya yang pecah. Racun dan sel-sel
kanker itu akan menyebar bersama aliran darah. Karenanya kerap kita mendapati
kanker yang tumbuh di tempat lain sebagai hasil metastasisnya. Pada kanker yang
parah seringkali terjadi pendarahan.
Kanker payudara muncul sebagai akibat sel-sel yang abnormal terbentuk
pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan. Sel-sel
tersebut merupakan hasil mutasi gen dengan perubahanperubahan bentuk, ukuran
maupun fungsinya, sebagaimana sel-sel tubuh kita yang asli.
Mutasi gen ini dipicu oleh keberadaan suatu bahan asing yang masuk ke
dalam tubuh kita, diantaranya pengawet makanan, vetsin, radioaktif, oksidan, atau
karsinogenik yang dihasilkan oleh tubuh sendiri secara alamiah. Tetapi yang
terakhir ini sangat jarang terjadi karena secara alamiah tubuh kita mampu
menetralkan zat karsinogenik yang dihasilkan oleh tubuh. Bersama aliran darah dan
aliran getah bening, sel-sel kanker dan racun-racun yang dihasilkannya dapat
menyebar ke seluruh tubuh kita seperti tulang, paru-paru, dan liver tanpa disadari
oleh penderita. Karenanya tidak mengherankan jika pada penderita kanker payudara
ditemukan benjolan di ketiak atau benjolan kelenjar getah bening lainnya. Bahkan
muncul pula kanker pada liver dan paru-paru sebagai kanker metastasisnya.
Penderita sering batuk yang tak kunjung sembuh atau sesak napas yang
berkepanjangan.
E. Faktor Resiko
1. Penderita Penyakit Proliferatif
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa wanita yang menderita atau
pernah menderita kelainan proliferatif memiliki peningkatan risiko untuk
mengalami kanker payudara . Wanita yang telah melakukan biopsi kelainan
payudara proliferatif akan meningkatkan risiko terkena kanker payudara dalam
rentang 1,5 – 2,0 kali untuk hyperplasia, 4 – 5 kali untuk hyperplasia atypicall.
Peningkatan risiko untuk terkena kanker payudara pada wanita dengan riwayat
tumor jinak berhubungan dengan adanya proses proliferasi yang berlebihan.
Proses proliferasi jaringan payudara yang berlebihan tanpa adanya pengendalian
kematian sel yang terprogram oleh proses apoptosis mengakibatkan timbulnya
keganasan karena tidak adanya kemampuan untuk mendeteksi kerusakan pada
DNA

2. Aktivitas Fisik
Dengan aktivitas fisik atau berolahraga yang cukup akan dapat dicapai
keseimbangan antara kalori yang masuk dan kalori yang keluar. Aktifitas fisik /
berolahraga yang cukup akan mengurangi risiko kanker payudara tetapi tidak
ada mekanisme secara biologik yang jelas sehingga. Olahraga dihubungkan
dengan rendahnya lemak tubuh dan rendahnya semua kadar hormon yang
berpengaruh terhadap kanker payudara dan akan dapat meningkatkan fungsi
kekebalan tubuh. Aktivitas fisik atau berolah raga yang cukup akan
berpengaruh terhadap penurunan sirkulasi hormonal sehingga menurunkan
proses proliferasi dan dapat mencegah kejadian kanker payudara 18-20. Wanita
yang melakukan olahraga pada waktu yang lama akan menurunkan risiko
kanker payudara sebesar 37% Studi prospektif pada wanita umur 30 - 55 tahun
yang diikuti selama 16 tahun dilaporkan mereka yang berolahraga sedang dan
keras ≥ 7 jam/minggu memiliki risiko yang lebih rendah terkena kanker
payudara dibandingkan dengan wanita yang berolahraga hanya 1 jam/minggu.
3. Pola Konsumsi Makanan Berlemak
Beberapa Case control study menunjukkan bahwa pola diet makanan
berlemak dengan frekuensi yang tinggi akan dapat meningkatkan risiko terkena
kanker payudara serta penelitian beberapa penelitian yang lainnya14,21,22.
Pada diet lemak yang tinggi akan meningkatkan produksi estrogen karena
meningkatnya pembentukan jaringan adipose. Peningkatan konsentrasi estrogen
dalam darah akan meningkatkan risiko terkena kanker payudara karena efek
proliferasi dari estrogen pada duktus ephitelium payudara. Pada percobaan
binatang didapatkan bukti adanya suatu proses berkembangbiaknya sel yang
lebih cepat akibat diet lemak tinggi dari tahap promosi ke tahap progresi 24.
Hubungan pengaruh frekuensi mengkonsumsi makanan berlemak ini didukung
oleh studi perpindahan penduduk (migrasi) dari wilayah dengan diet lemak
rendah ke wilayah dengan diet lemak tingggi. Wanita Jepang atau Eropa Timur
yang bermigrasi ke Amerika atau ke Australia memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk mengalami kanker payudara, sama peluangnya dengan wanita penduduk
setempat pada generasi yang sama
4. Riwayat Kanker Payudara pada Keluarga
Kanker payudara merupakan penyakit kanker familial (Sindroma Li
Fraumeni / LFS). Tujuh puluh lima persen dari sindroma tersebut disebabkan
adanya mutasi pada gen p53. Gen p53 merupakan gen penekan tumor
(suppressor gene). mutasi pada gen p53 menyebabkan fungsi sebagai gen
penekan tumor mengalami gangguan sehingga sel akan berproliferasi secara
terus menerus tanpa adanya batas kendali. Seseorang akan memiliki risiko
terkena kanker payudara lebih besar bila pada anggota keluarganya ada yang
menderita kanker payudara atau kanker ovarium.
5. Lama Menyusui
Kebiasaan menyusui berhubungan dengan siklus hormonal14,21. Segera
setelah proses melahirkan kadar hormon estrogen dan hormon progesteron yang
tinggi selama masa kehamilan akan menurun dengan tajam. Kadar hormon
estrogen dan hormon progesteron akan tetap rendah selama masa menyusui.
Menurunnya kadar hormon estrogen dan hormon progesteron dalam darah
selama menyusui akan mengurangi pengaruh hormone tersebut terhadap proses
proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara. Terdapat hubungan dose-
response antara lama menyusui dengan kanker payudara, signifikan berdasar uji
X2 linier for trends.
6. Lama Menggunakan Kontrasepsi Oral
Lama pemakian kontrasepsi oral dengan kenaikan risiko kanker payudara
menunjukkan adanya hubungan dose-response berdasar uji X2 linier for trends.
Kandungan estrogen dan progesteron pada kontrasepsi oral akan memberikan
efek proliferasi berlebih pada duktus ephitelium payudara. Berlebihnya
proliferasi bila diikuti dengan hilangnya kontrol atas proliferasi sel dan
pengaturan kematian sel yang sudah terprogram (apoptosis) akan
mengakibatkan sel payudara berproliferasi secara terus menerus tanpa adanya
batas kematian. Hilangnya fungsi kematian sel yang terprogram (apoptosis) ini
akan menyebabkan ketidakmampuan mendeteksi kerusakan sel akibat adanya
kerusakan pada DNA, sehingga sel-sel abnormal akan berproliferasi secara
terus menerus tanpa dapat dikendalikan
7. Umur Janin pada Saat Aborsi
Peningkatan risiko terkena kanker payudara dengan umur janin pada saat
aborsi signifikan berdasarkan uji X2 linier for trends. Selama masa kehamilan
plasenta akan memproduksi hormon estrogen dan progesteron. Produksi
hormon estrogen dan progesteron oleh plasenta akan semakin meningkat
sampai akhir masa kehamilan. Walaupun sekresi hormon estrogen oleh plasenta
berbeda dari sekresi ovarium (hampir semua hormon estrogen yang dihasilkan
plasenta selama masa kehamilan adalah estriol, suatu estrogen yang relatif
lemah), tetapi aktivitas estrogenik total akan meningkat kira-kira 100 kali
selama kehamilan. Tingginya kadar hormon estrogen berpengaruh pada proses
proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara. Pengaruh umur janin pada saat
aborsi terhadap kanker payudara selaras dengan beberapa penelitian lainya
8. Riwayat Kanker Payudara dan Kanker Ovarium
Riwayat kanker payudara pada responden meningkatkan risiko dengan
perkiraan OR = 5,2 (p = 0,048) dan riwayat kanker ovarium sebelumnya
dengan perkiraan OR = 12,16 (p = 0,028) berdasar uji Fisher’s Exact Test.
Wanita dengan riwayat kanker payudara sebelumnya kemungkinan besar akan
mendapatkan kanker payudara pada sisi yang lain, hal ini terjadi karena
payudara merupakan organ berpasangan yang dilihat dari suatu sistem
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama . Wanita yang memiliki riwayat
pernah menderita kanker ovarium kemungkinan akan terkena kanker payudara.
Wanita dengan kanker payudara menunjukkan hiperplasi korteks ovarium.
Terdapat hubungan positif antara kanker payudara dan kanker ovarium,
keduanya dianggap terjadi akibat adanya ketidakseimbangan hormon estrogen.
Peningkatan risiko terkena kanker payudara pada wanita yang pernah menderita
kanker ovarium diduga berhubungan dengan pengaruh peningkatan hormon
estrogen, dan wanita yang menderita atau pernah menderita kelainan proliferatif
memiliki peningkatan risiko untuk mengalami kanker payudara.
9. Pola konsumsi Makanan Berserat
Frekuensi tinggi seseorang untuk mengkonsumsi makanan sumber serat
merupakan faktor protektif terhadap kejadian kanker payudara Tidak
signifikannya pengaruh frekuensi konsumsi makanan sumber serat dikarenakan
proporsi yang hampir sama antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol.
Diet makanan berserat berhubungan dengan rendahnya kadar sebagian besar
aktivitas hormon seksual dalam plasma, tingginya kadar sex hormone-binding
globulin (SHBG), serta akan berpengaruh terhadap mekanisme kerja punurunan
hormon estradiol dan testosteron. Penurunan hormon tersebut kemungkinan
berhubungan dengan risiko kanker yang dipengaruhi oleh hormon termasuk
kanker payudara. Penurunan hormon estradiol akan berakibat pada menurunnya
kecepatan proses proliferasi yang dapat mencegah terjadinya kanker payudara .
Mekanisme pencegahan dengan diet makanan berserat kemungkinnan terjadi
akibat dari waktu transit dari makanan yang dicernakan cukup lama diusus
sehingga akan mencegah proses inisiasi atau mutasi materi genetik didalam inti
sel. Pada sayuran juga didapatkan mekanisme yang multifactor dimana
didalamnya dijumpai bahan atau substansi anti karsinogen seperti karotenoid,
selenium dan tocopherol yang dapat mengurangi pengaruh bahan-bahan dari
luar dan akan memberikan lingkungan yang akan menekan berkembangnya sel-
sel abnormal.
10. Riwayat Paparan Pestisida
Paparan estrogen dari lingkungan yang berupa organochlorines dalam
pestisida dan industri kimia mungkin berperan pada kejadian kanker payudara.
Beberapa studi melaporkan terdapat peningkatan kadar 1,1-dichloro 2,2-bis (p-
chlorophenyl) ethylene (DDE) dan polychlorinated biphenyls (PCBs) dalam
darah pada penderita kanker payudara. Adanya kandungan estrogen pada
pestisida diduga akan menyebabkan peningkatan proses proliferasi sel. Pada
penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa pestisida sebagai faktor yang
berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara (OR = 1,74 ; 95% 95% CI :
0,39 – 7,68).
11. Riwayat Berada di Medan Elektromagnetik
Medan elektromagnetik diduga meningkatkan risiko kejadian kanker payudara
tetapi tidak memberikan hasil yang konsisten. Beberapa penelitian menunjukkan
adanya kenaikan insidens kanker payudara pada wanita yang tinggal dan bekerja di
lingkungan medan elektromagnetik. Tingginya insidens kanker payudara diduga ada
hubungannya dengan berkurangnya kadar melatonin yang dihasilkan oleh glandula
pinealis. Pada penderita kanker payudara kadar melatonin dalam darah lebih rendah
(20pg/ml) dibanding pada wanita yang tidak menderita kanker payudara (70
pg/ml)40. Rendahnya kadar melatonin diduga ada hubungannya dengan proses
karsinogenesis, tetapi tidak jelas bagaimana mekanismenya.
12. Umur Menstruasi Pertama
Umur menstruasi yang lebih awal berhubungan dengan lamanya paparan
hormone estrogen dan progesteron pada wanita yang berpengaruh terhadap proses
proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.
13. Perokok pasif
Untuk melihat pengaruh merokok terhadap kejadian kanker payudara dilihat
dari riwayat wanita sebagai perokok pasif. Wanita perokok akan memiliki tingkat
metabolism hormon estrogen yang lebih tinggi dibanding wanita yang tidak
merokok. Hormon estrogen ini berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan
payudara15,35. Proliferasi yang tanpa batas akan mengakibatkan terjadinya kanker
payudara. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa perokok pasif memiliki faktor
risiko lebih besar terkena kanker payudara dibanding wanita yang tidak merokok.
Hasil penelitian ini tidak selaras dengan penelitian Bennicke, et al dan Wakai.
14. Kanker Ovarium pada Keluarga
Seseorang akan memiliki risiko terkena kanker payudara lebih besar bila
anggota keluarganya ada yang menderita kanker payudara atau kanker ovarium.
Terdapat juga hubungan positif antara kanker payudara dan kanker ovarium,
keduanya dianggap terjadi akibat adanya ketidakseimbangan hormone estrogen.
Diperkirakan 15% sampai dengan 20% kanker payudara dihubungkan dengan
adanya riwayat kanker pada keluarga. Keluarga yang memiliki gen BRCA1 yang
diturunkan memiliki risiko terkena kanker payudara lebih besar.
15. Riwayat Kegemukan
Berat badan responden didasarkan atas persepsi dan perkiraan dari responden,
bukan berdasarkan hasil pengukuran. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian
Budiningsih (1995) bahwa obesitas tidak berpengaruh terhadap kanker payudara,
tetapi tidak sesuai dengan penelitian Enger (1989) dan Colditz (1994) bahwa ada
peningkatan risiko terkena kanker payudara pada wanita dengan Body Mass Index
yang besar. Risiko pada kegemukan akan meningkat karena meningkatnya sintesis
estrogen pada timbunan lemak yang berpengaruh terhadap proses proliferasi
jaringan payudara.
F. Pembagian Stadium Kanker Payudara
Pembagian stadium kanker payudara menurut Yayasan Kanker Payudara
Indonesia, 2015:
1. Stadium 0 (disebut carcinoma in situ)
Lobular carcinoma in situ (LCIS) adalah sel-sel yang abnormal yang terdapat
pada kelenjar di payudara yang mempunyai risiko berkembang menjadi
kanker payudara. Ductal carcinoma in situ (DCIS) adalah sel-sel yang
abnormal pada saluran duktus. Perempuan dengan DCIS memiliki risiko
tinggi penyebaran kanker di payudaranya. Pilihan pengobatan sama dengan
pasien kanker payudara dengan stadium 1.
2. Stadium I
Stadium awal kanker payudara, ukuran tumor kurang dari 2 cm dan belum
menyebar di luar payudara.
3. Stadium II
Stadium awal kanker payudara, ukuran tumor kurang dari 2 cm dan telah
menyebar sampai ke kelenjar getah bening di bawah lengan; atau ukuran
tumor antara 2 dan 5 cm (dengan atau tanpa penyebaran di kelenjar getah di
bawah lengan); atau tumor berukuran lebih dari 5 cm dan belum menyebar
dari payudara.
4. Stadium III
Stadium lanjut kanker payudara, ukuran tumor lebih dari 5 cm dan telah
menyebar sampai ke kelenjar getah bening di bawah lengan, atau kanker
berada pada kelenjar getah bening di bawah lengan, atau kanker telah
menyebar di dekat tulang payudara atau jaringan lain di sekitar payudara.
5. Stadium IV
Kanker payudara dimana telah terjadi penyebaran di luar payudara ke organ
tubuh lainnya.
G. TANDA DAN GEJALA

Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari
jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki
pinggiran yang tidak teratur.

Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan
dengan mudah di bawah kulit. Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada
dinding dada atau kulit di sekitarnya. Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk
benjolan yang membengkak atau borok di kulit payudara. Kadang kulit diatas
benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan adalah benjolan atau massa di


ketiak, perubahan ukuran atau bentuk payudara, keluar cairan yang abnormal dari
puting susu (biasanya berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga
bernanah), perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu
maupun areola (daerah berwana coklat tua di sekeliling puting susu), payudara
tampak kemerahan, kulit di sekitar puting susu bersisik, puting susu tertarik ke
dalam atau terasa gatal, nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara.
Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan
lengan atau ulserasi kulit.
H. Klasifikasi kanker payudara
 Tumor primer (T)

1. Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan


2. To : Tidak terbukti adanya tumor primer
3. Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor
4. T1 : Tumor < 2 cm
T1a : Tumor < 0,5 cm
T1b : Tumor 0,5 – 1 cm
T1c : Tumor 1 – 2 cm
5. T2 : Tumor 2 – 5 cm
6. T3 : Tumor diatas 5 cm
7. T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding
thorax atau kulit.
T4a : Melekat pada dinding dada
T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange, satelit
T4c : T4a dan T4b
T4d : Mastitis karsinomatosis

 Nodus limfe regional (N)

1. Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan


2. N0 : Tidak teraba kelenjar axila
3. N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak melekat.
4. N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu sama
lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.
5. N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral

 Metastas jauh (M)

1. Mx : Metastase jauh tidak dapat ditemukan


2. M0 : Tidak ada metastase jauh
3. M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula
STADIUM Kanker Payuda Kanker Payudara :
1. Stadium I : tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus terkena (LN) atau
penyebaran luas.
2. Stadium IIa : tumor kurang dari 5 cm, tanpa keterlibatan LN, tidak ada penyebaran
jauh. Tumor kurang dari 2 cm dengan keterlibatan LN
3. Stadium IIb : tumor kurang dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. Tumor lebih besar
dari 5 cm tanpa keterlibatan LN
4. Stadium IIIa : tumor lebih besar dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. semua tumor
dengan LN terkena, tidak ada penyebaran jauh
5. Stadium IIIb : semua tumor dengan penyebaran langsung ke dinding dada atau kulit
semua tumor dengan edema pada tangan atau keterlibatan LN supraklavikular.
6. Stadium IV : semua tumor dengan metastasis jauh.

I. PENCEGAHAN
Pencegahan merupakan suatu usaha mencegah timbulnya kanker payudara atau
mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan kanker payudara. Usaha
pencegahan dengan menghilangkan dan melindungi tubuh dari karsinogen dan
mengelola kanker dengan baik. Usaha pencegahan kanker payudara dapat berupa
pencegahan primordial, pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan
tertier.
a. Pencegahan Primordial
Pencegahan sangat dini atau sangat dasar ini ditujukan kepada orang sehat
yang belum memiliki faktor risiko dengan memberikan kondisi pada
masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak berkembang yaitu dengan
membiasakan pola hidup sehat sejak dini dan menjauhi faktor risiko
changeable (dapat diubah) kejadian kanker payudara. Pencegahan primordial
yang dapat dilakukan antara lain:
1. Perbanyak konsumsi buah dan sayuran yang banyak mengandung serat
dan vitamin C, mineral, klorofil yang bersifat antikarsinogenik dan
radioprotektif, serta antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas,
berbagai zat kimia dan logam berat serta melindungi tubuh dari bahaya
radiasi.
2. Perbanyak konsumsi kedelai serta olahannya yang mengandung
fitoestrogen yang dapat menurunkan risiko terkena kanker payudara.
3. Hindari makanan yang berkadar lemak tinggi karena dapat
meningkatkan berat badan menyebabkan kegemukan atau obesitas
yang merupakan faktor risiko kanker payudara.
4. Pengontrolan berat badan dengan berolah raga dan diet seimbang
dapat mengurangi risiko terkena kanker payudara.
5. Hindari alkohol, rokok, dan stress.
6. Hindari keterpaparan radiasi yang berlebihan. Wanita dan pria yang
bekerja di bagian radiasi menggunakan alat pelindung diri.
b. Pencegahaan Primer
Pencegahan primer adalah usaha mencegah timbulnya kanker pada orang
sehat yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer
dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker
payudara.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan antara lain:
1. Penggunaan Obat-obatan Hormonal
a) Penggunaan obat-obatan hormonal harus sesuai dengan saran
dokter.
b) Wanita yang mempunyai riwayat keluarga menderita kanker
payudara atau yang berhubungan, sebaiknya tidak menggunakan
alat kontrasepsi yang mengandung hormon seperti pil, suntikan,
dan susuk KB.
2. Pemberian ASI
Memberikan ASI pada anak setelah melahirkan selama mungkin
dapat mengurangi risiko terkena kanker payudara. Hal ini di
sebabkan selama proses menyusui, tubuh akan memproduksi hormon
oksitosin yang dapat mengurangi produksi hormon estrogen. Hormon
estrogen memegang peranan penting dalam perkembangan sel kanker
payudara.
3. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI).
Semua wanita di atas umur 20 tahun sebaiknya melakukan SADARI
setiap bulan untuk menemukan ada tidaknya benjolan pada payudara.
Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu 5-7 hari setelah menstruasi
terakhir ketika payudara sudah tidak membengkak dan sudah menjadi
lembut. Langkah-langkah SADARI dapat dilakukan seperti pada
gambar di bawah ini:
Langkah-langkah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dapat di
lakukan dengan 2 cara yaitu:
Tahap I Melihat Perubahan di Hadapan Cermin
 Berdiri tegak dengan kedua tangan
lurus ke bawah dan perhatikan apakah
ada kelainan lekukan, kerutan dalam,
atau pembengkakan pada kedua
payudara atau puting.

 Kedua tangan diangkat ke atas kepala


periksa payudara dari berbagai sudut.
 Tegangkan otot-otot bagian dada
dengan meletakkan kedua tangan di
pinggang. Perhatikan apakah ada
kelainan pada kedua payudara atau
puting.

 Pijat puting payudara kanan dan tekan


payudara untuk melihat apakah ada
cairan atau darah yang keluar dari
puting payudara.
Lakukan hal yang sama pada payudara
kiri.

Tahap II Melihat Perubahan dengan Cara Berbaring


 Letakkan bantal di bahu kanan dan
letakkan tangan kanan di atas kepala.
Gunakan tangan kiri untuk memeriksa
payudara kanan untuk memeriksa
benjolan atau penebalan.

 Raba payudara dengan gerakan


melingkar dari sisi luar payudara ke
arah puting Buat sekurang-kurangnya
dua putaran kecil sampai ke puting
payudara.
 Raba payudara dengan gerakan lurus
dari sisi luar ke sisi dalam payudara.
Gunakan jari telunjuk,tengah, dan jari
manis untuk merasakan perubahan.
Ulangi gerakan 1, 2, dan 3 untuk
payudara kiri.

4. Pemeriksaan Mammografi
Pemeriksaan melalui mammografi memiliki akurasi tinggi yaitu
sekitar 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan
terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan
salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena hal
tersebut, menurut American Cancer Society mammografi dilaksanakan
dengan beberapa pertimbangan antara lain:
 Untuk perempuan berumur 35-39 tahun, cukup dilakukan 1 kali
mammografi.
 Untuk perempuan berumur 40-50 tahun, mammografi dilakukan
1-2 tahun sekali.
 Untuk perempuan berumur di atas 50 tahun, mammografi
dilakukan setiap tahun dan pemeriksaan rutin.
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan diagnosis dini terhadap
penderita kanker payudara dan biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara agar dapat dilakukan pengobatan dan penanganan yang
tepat. Penanganan yang tepat pada penderita kanker payudara sesuai dengan
stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan, mencegah komplikasi penyakit, dan
memperpanjang harapan hidup penderita Pencegahan sekunder dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu:
1) Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis di mulai dengan mewawancarai penderita kanker
payudara, pemeriksaan klinis payudara, untuk mencari benjolan atau
kelainan lainnya, insfeksi payudara, palpasi, dan pemeriksaan kelenjar getah
bening regional atau aksila. Dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang
dilakukan dengan menggunakan alat-alat tertentu antara lain dengan
termografi, ultrasonografi, scintimammografi, lalu dilanjutkan dengan
pemeriksaan histopatologis untuk mendiagnosis secara pasti penderita.
kanker payudara.

2) Penatalaksanaan Medis yang Tepat


Semakin dini kanker payudara ditemukan maka penyembuhan akan semakin
mudah. Penatalaksanaan medis tergantung dari stadium kanker didiagnosis
yaitu dapat berupa operasi/pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan terapi
homonal.
5. Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier dapat dilakukan dengan perawatan paliatif dengan tujuan
mempertahankan kualitas hidup penderita dan memperlambat progresifitas
penyakit dan mengurangi rasa nyeri dan keluhan lain serta perbaikan di bidang
psikologis, sosial, dan spr itual.
Untuk mengurangi ketidakmampuan dapat dikakukan Rehabilitasi supaya
penderita dapat melakukan aktivitasnya kembali. Upaya rehabilitasi
dilakukan baik secara fisik, mental, maupun sosial, seperti menghilangkan rasa
nyeri, harus mendapatkan asupan gizi yang baik, dukungan moral dari orang-orang
terdekat terhadap penderita pasca operasi.

J. PENATALAKSANAAN
Pembedahan
a. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran). Mulai dari
lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang
luas dengan kulit yang terkena)
b. Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua
kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor.
c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi
d. Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksial
e. Mastektomi radikal : Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor
dibawahnya : seluruh isi aksial.
f. Mastektomi radikal yang diperluas Sama seperti mastektomi radikal
ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna.
Non pembedahan
a. Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada
kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila.
b. Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.

c. Terapi hormon dan endokrin


Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen,
coferektomi adrenalektomi hipofisektomi. (Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1596 –
1600).
K. Gejala Kanker Payudara
Gejala dan pertumbuhan kanker payudara tidak mudah dideteksi karena
awal pertumbuhan sel kanker payudara tidak dapat diketahui dengan mudah. Gejala
umumnya baru diketahui setelah stadium kanker berkembang agak lanjut, karena
pada tahap dini biasanya tidak menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak
merasa nyeri, dan tidak mengganggu aktivitas.
Gejala dan pertumbuhan kanker payudara tidak mudah dideteksi karena
awal pertumbuhan sel kanker payudara tidak dapat diketahui dengan mudah. Gejala
umumnya baru diketahui setelah stadium kanker berkembang agak lanjut, karena
pada tahap dini biasanya tidak menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak
merasa nyeri, dan tidak mengganggu aktivitas.
Gejala yang timbul saat penyakit memasuki stadium lanjut semakin banyak, seperti:
a. Timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan, makin lama
benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.
b. Saat benjolan mulai membesar, barulah menimbulkan rasa sakit (nyeri) saat
payudara ditekan karena terbentuk penebalan pada kulit payudara.
c. Bentuk, ukuran atau berat salah satu payudara berubah kerena terjadi
pembengkakan.
d. Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil dibawah
ketiak.
e. Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam dan yang
tadinya berwarna merah muda dan akhirnya menjadi kecoklatan.
f. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang sedang
tidak hamil. Eksim pada puting susu dan sekitarnya sudah lama tidak sembuh walau
sudah diobati.
g. Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah diobati.
h. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peau d’orange) akibat dari neoplasma
menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan pitting kulit.
Gejala kanker payudara pada pria sama seperti kanker payudara yang
dialami wanita, mulanya hanya benjolan. Umumnya benjolah hanya dialami di satu
payudara, dan bila diraba terasa keras dan menggerenjil. Bila stadium kanker sudah
lanjut, ada perubahan pada puting dan daerah hitam di sekitar puting. Kulit
putingnya bertambah merah, mengerut, tertarik ke dalam, atau puting mengeluarkan
cairan. Perbedaan penderita kanker payudara pada pria dan wanita dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Contoh Kasus
Ny.N umur 28 tahun,beralamatkan di pemalang.pada tanggal 05 November
2018 pukul 09.00 pagi pasien datang kerumah sakit dengan di antar oleh
suaminya,Ny.N mengeluh adanya sakit pada payudaranya sebelah kiri, sakit
menjalar ke payudara sebelah kanan, dan ada benjolan kecil dipayudara sebelah kiri.
Dari hasil observasi keadaan umum ibu lemas,tidak nafsu makan makan,dan
terpasang oleh cairan infus 20 tetes\menit. Hb 10,7gr% dan tekanan darah nya
120\80 mmHg,nadi 80 kali\menit,.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Tanggal MRS : 05-11-2018
Sumber informasi :Klien dan Keluarga
Ruang \Kelas :Cendana \I Tgl Pengkajian :05-11-18
Dx Medis :Cancer Mammae
2. Identitas
Nama :Ny.N
Usia :28 tahun
Jenis kelamin :Perempuan
Suku\Bangsa :Sunda\Indonesia
Agama :Islam
Pekerjaan :PNS
Alamat :Pemalang,Jawa barat,Indonesia
Keluhan Utama
Nyeri di bagian payudara sebelah kiri, adanya benjolan dipayudara sebelah kiri
dan tidak nafsu makan karena nyeri.

Riwayat Penyakit Sekarang


Sebelumnya Ny.N mengalami sakit pada bagian payudara krang lebih selama 3
minggu dan nyeri semakin bertambah setiap harinya.Ny.N mengeluh nyeri pada
bagian payudara karena ada nya benjolan pada bagian payudaranya.

Riwayat Penyakit Dahulu


Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti ini.

Riwayat Penyakit Keluarga


Klien mengatakan ada anggota keluarga yang mengalami gejala penyakit yang
sama.

3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan TTV :
- Tekanan darah :120\80 mmHg,
- Nadi :80 kali\meit,
- RR :22 kali\menit,
- Suhu :37,6 0 C

Head To Toe

a. Kepala
- Bentuk
- Kulit kepala
b. Rambut

Warna rambut hitam, tidak ada bau pada rambut, keadaan rambut tertata
rapi,tidak ada ketombe,tidak bercabang

c. Mata (Penglihatan)

Posisi simetris, pupil isokor, tidak terdapat massa dan nyeri tekan, tidak ada
penurunan penglihatan.

d. Hidung (Penciuman)

Posisi sektum naso tepat ditengah, tidak terdapat secret, tidak terdapat lesi, dan
tidak terdapat hiposmia. Anosmia, parosmia, kakosmia.

e. Telinga (Pendengaran)

1. Inspeksi

- Daun telinga : tidak terdapat lesi, kista epidemoid, dan keloid.

- Lubang telinga : tidak terdapat obstruksi akibat adanya benda asing.

2. Palpasi

Tidak terdapat edema, tidak terdapat nyeri tekan pada otitis media dan
mastoidius.

3. Pemeriksaan pendengaran

- Test audiometric : 26 db (tuli ringgan)

- Test weber : telinga yang tidak terdapat sumbatan mendengar lebih


keras.
- Test rinne : test (-) pada telinga yang terdapat sumbatan

f. Mulut dan Gigi

Mukosa bibir lembab, tidak pecah-pecah, warna gusi merah muda, tidak
terdapat perdarahan gusi, dan gigi bersih.

g. Leher

Posisi trakea simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran vena jugularis, tidak ada nyeri tekan.

h. Thorak

- Bentuk : simetris

- Pernafasan : regular

- Tidak terdapat otot bantu pernafasan

i. Payudara
- Inspeksi : Payudara terlihat Asimetris, benjolan terdapat dipayudara
sebelah kiri, benjolan bewarna kebiruan
- Palpasi : terdapat nyeri tekan pada payudara sebelah kiri.

Skala nyeri : 5 (1-10)

a. Abdomen

1. Inspeksi

- Bentuk : normal simetris

- Benjolan : tidak terdapat benjolan


2. Palpasi

- Tidak terdapat nyeri tekan

- Tidak terdapat massa / benjolan

- Tidak terdapat tanda tanda asites

- Tidak terdapat pembesaran hepar

3. Perkusi

 Terdengar bunyi timpaniuara Abdomen

 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.


2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak
adekuat.

Analisa Data
N
Data Fokus Etiologi Diagnosa keperawatan
o

1 DS : F. Predisposisi & Resiko Nyeri akut


. tinggi Hiperplasia mamae berhubungan dengan
- Klien mengatakan adanya penekanan
nyeri dipayudara massa tumor
sebelah kiri
- Nyeri menjalar ke Mendesak jaringan sekitar
payudara sebelah mamae
kanan
- Klien mengatakan ada
benjolan dipayudara Menekan jaringan pada
sebelah kiri mamae
- Klien mengatakan
nyeri semakin
bertambah setiap
Interupsi sel saraf
harinya

DO : Nyeri

- Klien terlihat
meringis
- Klien terlihat lemas
- Terdapat benjolan
dipayudara sebelah
kiri, benjolan bewarna
kebiruan
- Skala nyeri 5 (1-10)
- Payudar terlihat
Asimetris
- TTV :
TD: 120/80 mmHg
N : 80 X/menit
RR : 22 X/menit
S : 37,6 ºC

2 DS: F. predisposisi & resiko Ggn. Pemenuhan


. tinggi hiperplasia mamae nutrisi b.d intake tidak
- Klien mengatkan adekuat
tidak nafsu makan
- Klien mengatakan
badannya lemas Mensupali nutrisi ke
- Klien mengatakan jaringan Ca.
nyeri di payudara
sebelah kiri
Hipermetabolisme ke
jarinagn lain
DO:
- Klien terlihat lemas
- Klien terlihat pucat Hipermetabolisme ke
- Klien terlihat jaringan lain menurun
meringis
- Ttv :
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit BB Turun
S : 37,6 ºC
R : 22x/menit

Ggn. Pemenuhan nutrisi

Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
O keperawatan hasil

1. Nyeri akut NOC : NIC : - Nyeri selalu ada


berhubungan
beberapa derajat
dengan Setelah diberikan - Lakukan pengkajian
adanya beratnya
penekanan tindakan keperawatan nyeri secara
keterlibatan
massa tumor. selama 3x24 jam, nyeri komprehensif (
jaringan/kerusaka
dapat terkontrol dengan lokasi, karakteristik,
- Perubahan lokasi/
Kriteria Hasil : durasi,
karakter/ intensitas
- Mampu mengontrol frekuensi,kualitas
nyeri dapat
nyeri (tahu penyebab dan faktor
mengindikasikan
nyeri, mampu pesipitasi)
terjadinya
menggunakan teknik - Observasi reaksi non
komplikasi
nonfarmakologi untuk verbal dari
- Menetapkan dasar
mengurangi nyeri, ketidaknyamanan
untuk mengkaji
mencari bantuan) - Gunakan teknik
perbaikan /
- Mampu mengontrol komunikasi
perubahan
nyeri (tahu penyebab terapeutik untuk
perubahan
nyeri, mampu mengetahui
- Dapat menurunkan
menggunakan teknik pengalaman nyeri
kecemasan dan
nonfarmakologi untuk klien
meningkatkan
mengurangi nyeri, - Kontrol lingkungan
kenyamanan klien
mencari bantuan) yang dapat - Menurunkan
- Melaporkan bahwa mempengaruhi nyeri stimulasi yang
nyeri berkurang seperti suhu berlebihan dapat
dengan menggunakan ruangan, mengurangi nyeri.
manajemen nyeri pencahayaan, Beberapa orang
- Mampu mengenali kebisingan mungkin sensitif
nyeri ( skala - Ajarkan tentang terhadap cahaya
intensitas, frekuensi, teknik pernafasan / yang dapat
dan tanda nyeri) relaksasi meningkatkan
- Menyatakan rasa - Berikan analgetik nyeri
nyaman setelah nyeri untuk mengurangi - Memfokuskan
berkurang nyeri kebali perhatian,
- Evaluasi keefektifan meningkatkan
kontrol nyeri relaksasi, dan
- Anjurkan klien meningkatkan rasa
untuk beristirahat control, yang dapat
- Kolaborasi dengan menurunkan
dokter jika keluhan ketergantunggan
dan tindakan nyeri farmakologis
tidak berhasil - Menurunkan /
mengontrol nyeri
dan menurunkan
rangsangan system
saraf simpatis

2. Gangguan NOC: NIC: - Untuk mengetahui


pemenuhan
- Nutritional satatus: Nutrition management masalah klien
kebutuhan
nutrisi food and fruit - Kaji adanya alergi terhadap
berhubungan
- Intake makanan hipersentivitas
dengan
intake tidak - Nutritional status: - Kolaborasi dengan makanan
adekuat.
nutrient intake ahli gizi untuk - Untuk
- Weight control menentukan jumlah memaksimalkan
kalori dan nutrisi jumlah kalori yang
Kriteria hasil
yang dibutuhkan dibutuhkan klien
- Adanya peningkatan pasien agar mempercepat
berat badan sesuai - Anjurkan pasien proses penyembuhan
dengan tujuan untuk meningkatkan klien.
- Berat badan ideal protein dan vitamin C - Pasien
sesuai dengan tinggi - Yakinkan diet yang membutuhkan
badan dimakan mengandung vitamin C untuk
- Mampu tinggi serat untuk status energy klien
mengidentifikasi mencegah konstipasi di maksimalkan
kebutuhan nurtisi Selurosa dibutuhkan
Nutroition
- Tidak ada tanda-tanda agar klien dapat
monitori
mal nutrisi BAB dengan lancar
- Menunjukkan - BB pasien dalam - agar menambah nafsu
makan pada waktu
peningkatan fungsi batas normal
makan.
pengecapan dan - Monitor adanya
menelan penurunan berat
badan
Tidak terjadi penurunan
- Jadwalkan
berat badan yang
berarti pengobatan dan
tindakan tidak selama
jam makan
- Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
- Monitor tuirgor kulit
- Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
- Monitor mual dan
muntah
- Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
- Monitor pertumbuhan
dan perkembangan

Implementasi
Hari/
N
Jam Tindakan
o Tangga
l

- Melakukan pengkajian nyeri secara


komprehensif
- Mengobservasi reaksi non verbal dari
1 ketidaknyamanan
. - Menggunakan teknik komunikasi teraipetik
untuk mengetahui pengalaman nyeri klien
- Mengontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan
- Mengajarkan tentang teknik pernafasan /
relaksasi
- Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Menganjurkan klien untuk beristirahat
2 -
.

Implementasi

Hari/
N
Jam Tindakan
o Tangga
l

- Melakukan pengkajian nyeri secara


komprehensif
- Mengobservasi reaksi non verbal dari
1 ketidaknyamanan
. - Menggunakan teknik komunikasi teraipetik
untuk mengetahui pengalaman nyeri klien
- Mengontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan
- Mengajarkan tentang teknik pernafasan /
relaksasi
- Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Menganjurkan klien untuk beristirahat
2 - Mengkaji adanya alergi makanan
. - Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
- Menganjurkan pasien untuk meningkatkan protein
dan vitamin C
- Meyakinkan diet yang dimakan mengandung
tinggi serat untuk mencegah konstipasi

Evaluasi

N Hari/ Nama
Diagnosa
Evaluasi dan TT
O Tanggal Keperawatan
Perawat

1. Nyeri akut S: Klien mengatakannyeri di payudara


berhubungan
sebelah kiri, nyeri menjalar ke
dengan adanya
penekanan payudara sebelah kanan
massa tumor.
O:

- Klien tampak meringis sesekali


- Skala nyeri 5
- TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 80 X / menit
R : 37,6 C

A: Masalah belum teratasi

P: Melanjutkan intervensi

2. Gangguan S: Klien mengatakan nafsu makannya


pemenuhan
lebih baik
kebutuhan
nutrisi
berhubungan
dengan intake
tidak adekuat. O:

- Klien terlihat pucat


- Klien terlihat meringis
- Terdapat benjoalan
- Dipayudar sebelah kiri
TTV :

TD =120/80 mmHg

N = 80x/mnt

Suhu = 37,6 ºC

RR = 22x/mnt

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi ddilanjutkan
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang
dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker payudara merupakan
salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia.
Seseorang yang ingin terhindar dari kanker payudar harus menghindari
faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker payudara.. Selain itu
seseorang dapat mencegah dengan pola hidup sehat, olahraga teratur, konsumsi
makanan yang diolah dengan cara direbus, menghindari obesitas, konsumsi
makanan berlemak, konsumsi junkfood, pengawet makanan, pewarna makanan,
pemanis buatan, konsumsi alkohol, rokok dan stres.

B. Saran
 Bagi Masyarakat
a. Diharapkan seseorang yang menginjak usia pubertas baik wanita
maupun pria mampu mengetahui tentang kanker payudara, faktor
pencetus, upaya pencegahan dan deteksi dini yang dapat dilakukan.
b. Masyarakat diharapkan mampu menerapkan pola hidup sehat,
waspada terhadap kejadian kanker payudara dan setiap keluhan pada
payudara terutama yang mengarah pada keganasan atau kejadian
kanker payudara.
 Bagi Tenaga Kesehatan
Promotor kesehatan, dan petugas kesehatan diharapkan mampu
meningkatkan ilmu pengetahuan tentang kanker payudara dan terus
memberikan informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Gita Ayuningtyas. Upaya Pencegahan dan Deteksi Dini Ca Mamae menurut telaah
Literatur. 2016
Rini Indrati, Henry Setyawan S. Djoko Handojo. Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap Kejadian Kanker Payudara Wanita
Amier. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI) Pada Siswi SMK PGRI Kab.Pangep. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis
Volume 5 Nomor 2 Tahun 2014 ISSN : 2302 - 1721. 2014. Diakses tanggal 22 Mei
2016

Anda mungkin juga menyukai