Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehamilan air ketuban merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi
kehidupan janin dalam kandungan. Kekurangan atau pun kelebihan air ketuban sangat
mempengaruhi keadaan janin. Oleh karena itu penting mengetahui keadaan air ketuban
selama kehamilan demi keselamatan janin.
Namun dalam kehamilan kadang kala terjadi pecah ketuban sebelum waktunya atau yang
sering disebut dengan ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting
dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi sampai
sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu
(sarwono 2008).
Ketuban pecah dini didefenisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban
pecah dini (Sarwono 2008).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi KPD?
1.2.2 Bagaimanan faktor resiko KPD?
1.2.3 Apa tanda dan gejala KPD?
1.2.4 Bagaimana diagnosa KPD?
1.2.5 Apa saja komplikasi KPD?
1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan KPD?
1.2.7 Bagaimana dokumentasi asuhan kebidanan kasus KPD?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi KPD
1.3.2 Untuk mengetahui faktor resiko KPD
1.3.3 Untuk mengetahui tanda dan gejala KPD
1.3.4 Untuk mengetahui diagnosa KPD
1.3.5 Untuk mengetahui komplikasi KPD

1
1.3.6 Untuk mengetahui penatalaksanaan KPD
1.3.7 Untuk mengetahui dokumentasi asuhan kebidanan kasus KPD

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput sebelum terdapat tanda-tanda persalinan
mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu terjadi pada pembukaan< 4 cm yang dapat
terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu (Wiknjosastro, 2011; Mansjoer,
2010; Manuaba, 2009).

Kejadian KPD pada usia kehamilan sebelum 37 minggu disebut KPD pada
kehamilan preterm. Sedangkan KPD memanjang terjadi lebih dari 12 jam sebelum
waktunya melahirkan. Ada beberapa batasan tentang KPD yaitu 2 atau 4 atau 6 jam
sebelum inpartu, KPD terjadi sebelum pembukaan servik 3 cm atau 5 cm, KPD pada
prinsipnya yaitu ketuban yang pecah sebelum waktunya .

2.2 Faktor resiko

Penyebab ketuban pecah dini masih belum dapat diketahui dan tidak dapat
ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan ada faktor-faktor yang
berhubungan erat dengan ketuban pecah dini, namun faktor-faktor mana yang lebih
berperan sulit diketahui. Adapun yang menjadi faktor risiko adalah:

a. Infeksi
Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban dari vagina atau infeksi
pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini

b. serviks yang inkompeten


Inkompetensi serviks (leher rahim) adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-
otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit
membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin
yang semakin besar. Inkompetensi serviks adalah serviks dengan suatu kelainan
anatomi yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau
merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya
dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester

3
kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput
janin serta keluarnya hasil konsepsi (Manuaba, 2009).

c. ketegangan intra uterine


Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya : Trauma (hubungan seksual,
pemeriksaan dalam, amniosintesis), Gemelli (Kehamilan kembar adalah suatu
kehamilan dua janin atau lebih).

d. Pekerjaan
Kejadian ketuban pecah sebelum waktunya dapat disebabkan oleh kelelahan dalam
bekerja. Hal ini dapat dijadikan pelajaran bagi ibu-ibu hamil agar selama masa
kehamilan hindari/kurangi melakukan pekerjaan yang berat (Abdul, 2010). Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Huda (2013) yang menyatakan bahwa
ibu yang bekerja dan lama kerja ≥40 jam/ minggu dapat meningkatkan risiko sebesar
1,7 kali mengalami KPD dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.

e. Paritas
Menurut penelitian Fatikah (2015) konsistensi serviks pada persalinan sangat
mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini pada multipara dengan konsistensi
serviks yang tipis, kemungkinan terjadinya ketuban pecah dini lebih besar dengan
adanya tekanan intrauterin pada saat persalinan

f. Umur
Menurut Mundi (2007) umur dibagi menjadi 3 kriteria yaitu < 20 tahun, 20-35 tahun
dan > 35 tahun. Usia reproduksi yang aman untuk kehamilan dan persalinan yaitu
usia 20-35 tahun (Winkjosastro, 2011). Pada usia ini alat kandungan telah matang
dan siap untuk dibuahi, kehamilan yang terjadi pada usia < 20 tahun atau terlalu
muda sering menyebabkan komplikasi/ penyulit bagi ibu dan janin, hal ini
disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, dimana rahim belum bisa
menahan kehamilan dengan baik, selaput ketuban belum matang dan mudah
mengalami robekan sehingga dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.
Sedangkan pada usia yang terlalu tua atau > 35 tahun juga merupakan faktor
predisposisi terjadinya ketuban pecah dini karena pada usia ini sudah terjadi
penurunan kemampuan organ-organ reproduksi untuk menjalankan fungsinya,

4
keadaan ini juga mempengaruhi proses embryogenesis sehingga pembentukan
selaput lebih tipis yang memudahkan untuk pecah sebelum waktunya

g. Riwayat Ketuban pecah dini


Riwayat KPD sebelumnya berisiko 2-4 kali mengalami KPD kembali. Patogenesis
terjadinya KPD secara singkat ialah akibat adanya penurunan kandungan kolagen
dalam membran sehingga memicu terjadinya KPD aterm dan KPD preterm terutama
pada pasien risiko tinggi. Wanita yang mengalami KPD pada kehamilan atau
menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih berisiko
mengalaminya kembali antara 3-4 kali dari pada wanita yang tidak mengalami KPD
sebelumnya, karena komposisi membran yang menjadi mudah rapuh dan kandungan
kolagen yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya (Cunningham, 2006).

h. Usia kehamilan
Periode waktu dari KPD sampai kelahiran berbanding terbalik dengan usia
kehamilan saat ketuban pecah. Jika ketuban pecah trimester III hanya diperlukan
beberapa hari saja hingga kelahiran terjadi dibanding dengan trimester II. Makin
muda kehamilan, antar terminasi kehamilan banyak diperlukan waktu untuk
mempertahankan hingga janin lebih matur. Semakin lama menunggu, kemungkinan
infeksi akan semakin besar dan membahayakan janin serta situasi maternal (Astuti,
2012).

i. Cephalopelvic Disproportion(CPD)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan,tetapi
yang tidak kurang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan panggul
ibu.Partus lama yang sering kali disertai pecahnya Ketuban pada pembukaan
kecil, dapat menimbul dehidrasi serta asdosis,dan infeksi intrapartum.
Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan cara pemeriksaanyang penting untuk
mendapat keterangan lebih banyak tentang keadaan panggul (Prawirohardjo, 2011).

j. Faktor lain:
o Faktor golongan darah yang diakibatkan oleh golongan darah ibu dan janin
yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan
jaringan kulit ketuban.
o Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C).

5
o Riwayat kelahiran prematur
o Merokok
o Perdarahan antepartum
o Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
o Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
o Kehamilan kembar

2.3 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala saat terdapat ketuban pecah dini yaitu sebagai berikut:
1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau kecoklatan
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam apabila sudah terdapat infeksi.
3. Janin mudah diraba, pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, air
ketuban sudah kering.
4. Pada pemeriksaan inspekulo tampak selaput ketuban tidak ada dan air ketuban
sudah kering atau tampak air ketuban mengalir.
5. Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina dengan bau manis dan tidak
seperti bau amoniak.
6. Bercak vagina yang banyak
7. Nyeri perut
8. Denyut jantung janin bertambah cepat yang merupakan tanda-tanda infeksi yang
terjadi.

2.4 Diagnosa

Penegakkan diagnosis KPD secara tepat sangat penting, hal tersebut dilakukan untuk
mengurangi risiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin. Diagnosis KPD
ditegakkan dengan cara:
1. Anamnesa
Menanyakan riwayat adanya pengeluaran cairan ketuban, jumlah cairan yang
hilang atau jika terdapat pengeluaran cairan yang banyak secara tiba-tiba dari
jalan lahir atau mengepyok. Bau serta warna cairan yang keluar, saat terdapat
pengeluaran cairan tersebut terdapat kenceng-kenceng (his) atau tidak, serta
pengeluaran lendir darah (Varney, 2010).

6
Inspeksi Terdapat pengeluaran cairan ketuban dari vagina yang tampak oleh
mata, apabila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak maka
pemeriksaan ini akan lebih jelas .

2. Palpasi
Palpasi abdomen dilakukan untuk memastikan volume cairan amnion. Apabila
ketuban benar-benar pecah maka saat palpasi abdomen kadang-kadang dapat
mendeteksi berkurangnya cairan karena terdapat peningkatan molase uterus serta
dinding abdomen disekeliling janin dan penurunan ballotement .

3. Pemeriksaan dengan spekulum steril


o Inspeksi genitalia eksternal untuk melihat adanya cairan.
o Melihat cairan yang mengalir dari ostium serviks.
o Melihat adanya genangan cairan amnion.
o Minta pasien untuk mengejan, tekan fundus dengan lembut atau angkat
bagian presentasi per abdomen sehingga cairan bisa mengalir.
o Mengobservasi cairan untuk mengetahui adanya lanugo atau vernik kaseosa.
o Melihat serviks untuk mengetahui adanya prolaps tali pusat atau ekstremitas
janin .
o Melihat serviks untuk memperkirakan pembukaan jika pemeriksaan dalam
tidak dilakukan. Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan toucher perlu

o dipertimbangkan, apabila kehamilan masih kurang bulan yang belum dalam


persalinan maka tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam, karena jari
pemeriksa akan mengakumulasisegmen bawah rahim dengan flora normal
vagina. Mikroorganisme tersebut dapat dengan cepat menjadi patogen.
Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan pada KPD yang sudah dalam
persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit
mungkin.

4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
(1) Pemeriksaan leukosit darah: > 15.000/uI bila terjadi infeksi.
(2) Tes lakmus merah berubah menjadi biru.
(3) Amniosintesis

7
(4) USG:menentukan usia kehamilan, indekscairan amnion berkurang.
(5) Tes pakis positif, tes pakis lebih reliabel daripada tes kertas nitrazin
karena zat selain cairan amnion memiliki pH netral (~7,0) yaitu lendir
serviks, rabas vagina yang disebabkan oleh vaginosis bakteri atau
trikomonas, darah, urine, semen dan bedak pada sarung tangan.
(6) Tes nitrazin positif.
(7) Spesimen untuk kultur streptokokus grup B.
(8) Kultur herpes, jika diindikasikan.
(9) Semakin cepat dilakukan pemeriksaan setelah ketuban pecah, semakin mudah
menegakkan diagnosis ketuban pecah. Apabila sudah berlalu lebih dari 6
hingga 12 jam, banyak observasi diagnostik menjadi tidak reliabel karena
kurangnya cairan.
(10) Observasi cairan yang berasal dari ostium serviks menunjukkan diagnosis
ketuban pecah.
(11) Apabila tidak dilakukan pengamatan langsung terhadap cairan ostium serviks,
riwayat yang menunjukkan ketuban pecah disertai tes pakis positif
mengindikasikan diagnosis.

2.5 Komplikasi

Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia
karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya
persalinan normal.

Persalinan Prematur Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan.
Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam
setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28- 34 minggu 50% persalinan dalam 24
jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.

Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu terjadi
korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya
terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini premature,
infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada KPD
meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.

8
Pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia
atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat
oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat. Ketuban pecah dini
yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan
kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal (Mochtar, 2011).

2.6 Penatalaksanaan

Menurut Abadi (2008) membagi penatalaksanaan ketuban pecah dini pada


kehamilan aterm, kehamilan pretem, ketuban pecah dini yang dilakukan induksi, dan
ketuban pecah dini yang sudah inpartu.

1. Ketuban pecah dengan kehamilan aterm


Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm yaitu : diberi antibiotika,
Observasi suhu rektal tidak meningkat, ditunggu 24 jam, bila belum ada tanda-
tanda inpartu dilakukan terminasi. Bila saat datang sudah lebih dari 24 jam,
tidak ada tanda-tanda inpartu dilakukan terminasi.

2. Ketuban pecah dini dengan kehamilan prematur


Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm yaitu
a. EFW (Estimate Fetal Weight) < 1500 gram yaitu pemberian Ampicilin 1
gram/ hari tiap 6 jam, IM/ IV selama 2 hari dan gentamycine 60-80 mg tiap
8-12 jam sehari selama 2 hari, pemberian Kortikosteroid untuk merangsang
maturasi paru (betamethasone 12 mg, IV, 2x selang 24 jam), melakukan
Observasi 2x24 jam kalau belum inpartu segera terminasi, melakukan
Observasi suhu rektal tiap 3 jam bila ada kecenderungan meningkat > 37,6°C
segera terminasi .
b. EFW (Estimate Fetal Weight) > 1500 gram yaitu melakukan Observasi 2x24
jam, melakukan Observasi suhu rectal tiap 3 jam, Pemberian
antibiotika/kortikosteroid, pemberian Ampicilline 1 gram/hari tiap 6 jam,
IM/IV selama 2 hari dan Gentamycine 60-80 mg tiap 8-12 jam sehari selama
2 hari, pemberian Kortikosteroid untuk merangsang meturasi paru
(betamethasone 12 mg, IV, 2x selang 24 jam ), melakukan VT selama
observasi tidak dilakukan, kecuali ada his/inpartu, Bila suhu rektal meningkat
>37,6°C segera terminasi, Bila 2x24 jam cairan tidak keluar, USG:
bagaimana jumlah air ketuban : Bila jumlah air ketuban cukup, kehamilan

9
dilanjutkan, perawatan ruangan sampai dengan 5 hari, Bila jumlah air
ketuban minimal segera terminasi. Bila 2x24 jam cairan ketuban masih tetap
keluar segera terminasi, Bila konservatif sebelum pulang penderita diberi
nasehat : Segera kembali ke RS bila ada tanda-tanda demam atau keluar
cairan lagi, Tidak boleh coitus, Tidak boleh manipulasi digital

10
BAB III
TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY “E” USIA KEHAMILAN 40-41 MINGGU

POST SC a/i KETUBAN PECAH DINI 12 JAM + OLIGOHIDRAMNION

DI RSUP Dr. M.DJAMIL PADANG

TANGGAL 12-13 OKTOBER 2018

A. Pengumpulan data
Nama Ibu : Ny “E”
Umur : 27 Tahun
Suku/ Bangsa : Minang / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat rumah : Jalan Anyelir 14 Dadok Tunggul Hitam Koto
Tangah
Telp rumah : 081363xxxxxx

Nama Suami : Tn. “R”


Umur : 27 Tahun
Suku/Bangsa : Minang / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat Rumah : Jalan Anyelir 14 Dadok Tunggul Hitam Koto
Tangah
Telp.Rumah : 082374xxxxxx

11
Nama keluarga dekat yang mudah dihubungi : Ny. “A”
Alamat Rumah : Dadok Tunggul Hitam Koto Tangah
Telp Rumah/ HP : -

B. Data Subyektif
Alasan kunjungan ini :Perawatan Post SC hari ke 2 a/i
ketuban pecah dini 12 jam +
oligohidramnion
Riwayat penyakit sekarang :Ibu Post SC hari ke 2 a/i
ketuban pecah dini 12 jam +
oligohidramnion
Riwayat penyakit sistemik
Jantung : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
DM : Tidak ada
Asma : Tidak ada
TBC : Tidak ada
Epilepsi : Tidak ada
PMS : Tidak ada
Riwayat alergi
Jenis makanan : Tidak ada
Jenis obat-oabatan : Tidak ada
Riawayat transfusi darah : Tidak ada
Psikologis : Baik
Riwayat perkawinan
Status perkawinan : Sah
Perkawinan ke :1
Kawin pertama umur : 25 Tahun
Setelah kawin berapa lama baru hamil : 6 Bulan

12
Riwayat kehamilan,persalinan dan nifas yang lalu : Tidak ada
Kontrasepsi yang digunakan
Jenis : Tidak ada
Lamanya : Tidak ada
Alat kontrasepsi yang dipakai sekarang : Tidak ada
Riwayat persalinan terakhir

Jenis Bayi Komplikasi Nifas


Tgl Tempat
N UK persali Penolong
lahir persalinan PB/B Keada Loch
0 nan JK Ibu Baik ASI
B an ea

RSUP
10-10- 40-41 Dr.M.Dja 48/3 Nor
Sc SpoG Pr Baik - Ada
1 2018 mg mil 700 - mal
Padang

Pola kebiasaan
Nutrisi
Sebelum hamil : 3x sehari
Setelah melahirkan : 3x sehari sesuai diet RS
Minum
Sebelum hamil : ±6-7 gelas x sehari
Setelah melahirkan : ±9-10 gelas x sehari
Eliminasi
BAB
Sebelum hamil : ±1x sehari
Setelah melahirkan : ±1x sehari
BAK
Sebelum hamil : ±3-4 x sehari
Setelah melahirkan : ± 4-5 x sehari

13
Riwayat sosial budaya :Tidak dipegaruhi
oleh faktor sosial
budaya
Dukungan keluarga : Ada
Pantangan makanan : Tidak ada
Penggunaan obat-obatan : Tidak ada

C.Data Objektif
1. Status emosional : Baik
2. Tanda vital
a. Tekanan darah : 140/100 mmhg
b. Suhu : 37,00c
c. Nadi : 80 x/i
d. Pernapasan : 22 x/i
e. BB sebelum hamil : 75 kg
f. TB :155 Kg
3. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
1. Kepala
- Rambut : Bersih, Tidak berketombe
- Mata :Konjungtiva tidak enemis
skleratidak ikterik
- Muka :Tidak ada oedema
- Mulut :Tidak caries dan
stromatitis
2. Leher :Tidak ada pembengkakan
kelenjar limfa dan tiroid
3. Dada
- Puting susu : Menonjol
- Areola : Kehitaman
- Pembesaran : Simetris
- Kebersihan : Bersih
- Benjolan : Tidak ada
14
- Nyeri : Tidak ada
- Kolostrum/ASI : Ada
4. Genetalia
- Kemerahan : Tidak ada
- Pembengkakan : Tidak ada
- Oedema : Tidak ada
- Varises : Tidak ada
5. Ekstermitas
- Atas
Oedema : Tidak ada
Sianosisi ujung jari : Tidak ada
- Bawah
Oedema : Tidak ada
Varises : Tidak ada
4. Pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi
Pembesaran : Normal
Striae /Albican/Lividae : Tidak ada
Bekas luka operasi : Ada, tidak ada tanda
infeksi
Kandung kemih : Tidak teraba
b. Palpasi
Kontraksi : Baik
TFU : 3 jari dibawah pusat
c. Anogenital
Vulva dan Vagina
Varices : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Nyeri : Tidak ada
Lochea : Tidak ada
Perineum
Keadaan luka : Baik
Bengkak/Kemerahan : Tidak ada

15
5. Pemeriksaan laboratorium
Kadar Hb : 10.8 gr %
Leukosit : 18.500 / mm3
Trombosit : 288.000 /mm3
Hematokrit : 36 %

16
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

4.1 Pengkajian
4.1.1 Subjective
Biodata

Pada kasus ini biodata sudah lengkap. Nama,umur,pekerjaan ,nama


suami,alamat,agama,dimksud untuk mengenal penderita. Usia kehamilan sangat
penting dicantumkan, karena pada kasus Ny.E usia kehamilan menjadi faktor
predisposisi terjadinya KPD sehingga kehamilan harus segera diterminasi.
Periode waktu dari KPD sampai kelahiran berbanding terbalik dengan usia
kehamilan saat ketuban pecah. Jika ketuban pecah trimester III hanya diperlukan
beberapa hari saja hingga kelahiran terjadi dibanding dengan trimester II. Makin
muda kehamilan, antar terminasi kehamilan banyak diperlukan waktu untuk
mempertahankan hingga janin lebih matur. Semakin lama menunggu, kemungkinan
infeksi akan semakin besar dan membahayakan janin serta situasi maternal (Astuti,
2012).

4.1.2 Objective
a. Keadaan umum
Dari hasil pemeriksaan didapat :
KU:sedang
TD:140/100 mmHg
R:22 x/i
S:37,0 0C
N:80 x/i
b.Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan head to toe dalam batas normal

22
4.1.2 Assesment

Kebutuhan ibu nifas a/i ketuban pecah dini + oligohidramnion adalah observasi
keadaan ibu dan tanda-tanda vital, KIE mobilisasi dini,menganjurkan pad ibu untuk
istirahat yang cukup. Pada kasus Ny.N didapatkan diagnosa kebidanan yaitu Ny .N
P1A0H1 27 tahun Post SC a/i ketuban pecah dini + oligohidramnion.Dalam interpertasi
data tidak ditemikan kesenjangan antara teori dan praktek.

Diagnosa Potensial

Pada kasus Ny.E P1A0H tidak muncul diagnosa potensial ,karena sudah
mendapatkan antisipasi dan penaganan.Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara
teori dan praktek.

Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera Atau Kolaborasi Dan Konsultasi

Pada kasus Ny.E tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus ,untu
penangana telah dilakukan kolaborasi dengan dokter obgyn degan pemberian therapy.

4.1.4 Planning

Pada kasus Ny.E perencanaan dan pelaksanaan pada metode SOAP tidak ada
kesenjangan disini pasien diberikan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) dan
pelaksanaan menurut teori dan praktek sudah sesuai rencana dengan kolaborasi dokter
SpOG dalam pemberian therapy pada ibu Post SC a/i ketuban pecah dini +
oligohidramnion.

Dari hasil evaluasi dari data perkembangan selama 2 hari didapatkan hasil bahwa
kondisi ibu baik,tidak ada tanda-tanda infeksi pada bekas luka operasi, tanda vital ibu
normal dan ibu sudah dipulangkan.

23
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Premature Rupture of Membranes (PROM) atau Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah
pecahnya ketuban atau kantung ketuban sebelum persalinan dimulai.
Beberapa gejala klinik yang ditimbulkan karena ketuban pecah dini sebagai berikut:
1. Ketuban pecah tiba-tiba
2. Cairan tampak di introitus
Beberapa komplikasi atau bahaya jika terjadi ketuban pecah dini adalah
1. Komplikasi pada ibu meliputi infeksi, korioamionitis.
2. Komplikasi pada janin meliputi prolaps tali pusat, trauma pada waktu lahir, lahir
prematur, oligohidramnion.

5.2 Saran
Pada ibu Post SC a/i ketuban pecah dini 12 jam + oligohidramnion petugas kesehatan
hanya perlu memberika KIE tentang tanda bahaya nifas dan menjaga bekas luka
operas agar tidak terjadi infeksi.

24
DAFTAR PUSTAKA

Antonius. 2007. Perawatan Ketuban Pecah Dini. Jakarta : Muha Medika

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta Cuningham


FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap II LC, Wendstrom
Manuaba, I.B.G. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC

Manuaba, I.B.G.1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana


Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Maria. 2007. Ketuban Pecah Dini Berhungan Erat Dengan Persalinan Preterm dan
Infeksi Intrapartum. Jakarta : CDK

. 2007. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana. Jakarta: EGC

Lismawati, Lindha. 2012.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ketuban


Pecah Dini pada Ibu Hamil Trimester III di Rumah Sakit Bantuan Lawang.Poltekkes
RS Dr. Soepraoen

Prawirohardjo S. 2009. Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta : YBP-SP


Rustam. 2005. Sinopsis Obsetri Fisiolog Jilid 1. Jakarta : EGC

. 2007. Ilmu KandunganEdisi 2 Cetakan 5. Jakarta : Yayasan


Bina Pusataka Sarwono Prawirohardjo
Saifuddin, A.B.2006.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta: YBP-SP

Varney, H. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4.Jakarta : EGC

25
26

Anda mungkin juga menyukai