Anda di halaman 1dari 6

Hidrogen

Hidrogen (bahasa Latin: hydrogenium, dari bahasa Yunani: hydro: air, genes: membentuk)
adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol H dan nomor atom 1. Pada suhu
dan tekanan standar, hidrogen tidak berwarna, tidak berbau, bersifat non-logam, bervalensi
tunggal, dan merupakan gas diatomik yang sangat mudah terbakar. Dengan massa atom 1,00794
amu, hidrogen adalah unsur teringan di dunia.

Hidrogen juga adalah unsur paling melimpah dengan persentase kira-kira 75% dari total massa
unsur alam semesta.[4] Kebanyakan bintang dibentuk oleh hidrogen dalam keadaan plasma.
Senyawa hidrogen relatif langka dan jarang dijumpai secara alami di bumi, dan biasanya
dihasilkan secara industri dari berbagai senyawa hidrokarbon seperti metana. Hidrogen juga
dapat dihasilkan dari air melalui proses elektrolisis, namun proses ini secara komersial lebih
mahal daripada produksi hidrogen dari gas alam.[5]

Sifat kimia
Kelarutan dan karakteristik hidrogen dengan berbagai macam logam merupakan subyek yang
sangat penting dalam bidang metalurgi (karena perapuhan hidrogen dapat terjadi pada
kebanyakan logam [6]) dan dalam riset pengembangan cara yang aman untuk meyimpan hidrogen
sebagai bahan bakar.[7] Hidrogen sangatlah larut dalam berbagai senyawa yang terdiri dari logam
tanah nadir dan logam transisi[8] dan dapat dilarutkan dalam logam kristal maupun logam
amorf.[9] Kelarutan hidrogen dalam logam disebabkan oleh distorsi setempat ataupun
ketidakmurnian dalam kekisi hablur logam.[10]

Pembakaran

Hidrogen sangatlah mudah terbakar di udara bebas. Peristiwa meledaknya pesawat Hindenburg
pada tanggal 6 Mei 1937.

Gas hidrogen sangat mudah terbakar dan akan terbakar pada konsentrasi serendah 4% H2 di
udara bebas.[11] Entalpi pembakaran hidrogen adalah -286 kJ/mol[12]. Hidrogen terbakar menurut
persamaan kimia:

2 H2(g) + O2(g) → 2 H2O(l) + 572 kJ (286 kJ/mol)[13]

Ketika dicampur dengan oksigen dalam berbagai perbandingan, hidrogen meledak seketika
disulut dengan api dan akan meledak sendiri pada temperatur 560 °C.[14] Lidah api hasil
pembakaran hidrogen-oksigen murni memancarkan gelombang ultraviolet dan hampir tidak
terlihat dengan mata telanjang. Oleh karena itu, sangatlah sulit mendeteksi terjadinya kebocoran
hidrogen secara visual. Kasus meledaknya pesawat Hindenburg adalah salah satu contoh terkenal
dari pembakaran hidrogen.[15] Karakteristik lainnya dari api hidrogen adalah nyala api cenderung
menghilang dengan cepat di udara, sehingga kerusakan akibat ledakan hidrogen lebih ringan dari
ledakan hidrokarbon. Dalam kasus kecelakaan Hidenburg, dua pertiga dari penumpang pesawat
selamat dan kebanyakan kasus meninggal disebabkan oleh terbakarnya bahan bakar diesel yang
bocor.[16]

H2 bereaksi secara langsung dengan unsur-unsur oksidator lainnya. Ia bereaksi dengan spontan
dan hebat pada suhu kamar dengan klorin dan fluorin, menghasilkan hidrogen halida berupa
hidrogen klorida dan hidrogen fluorida.[17]

Aras tenaga elektron

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Atom hidrogen

Aras tenaga keadaan dasar elektron pada atom hidrogen adalah −13.6 eV, yang ekuivalen dengan
foton ultraviolet kira-kira 92 nm.[18]

Aras tenaga hidrogen dapat dihitung dengan cukup akurat menggunakan model atom Bohr yang
menggambarkan elektron beredar mengelilingi proton dengan analogi Bumi beredar mengelilingi
Matahari. Oleh karena diskretisasi momentum sudut yang dipostulatkan pada awal mekanika
kuantum oleh Bohr, elektron pada model Bohr hanya dapat menempati jarak-jarak tertentu saja
dari proton dan oleh karena itu hanya beberapa energi tertentu saja yang diperbolehkan.[19]

Deskripsi atom hidrogen yang lebih akurat didapatkan dengan perlakuan mekanika kuantum
murni menggunakan persamaan Schrödinger atau dengan perumusan integral lintasan Feyman
untuk menghitung rapat kementakan elektron di sekitar proton.[20]

Bentuk-bentuk molekul unsur

Jejak pertama yang terlihat pada hidrogen cair di dalam bilik gelembung di Bevatron

Terdapat dua jenis molekul diatomik hidrogen yang berbeda berdasarkan spin relatif inti.[21]
Dalam bentuk ortohidrogen, spin dari dua proton adalah paralel dan dalam keadaan triplet; dalam
bentuk parahidrogen, spin-nya adalah antiparalel dan dalam keadaan singlet. Pada keadaan
standar, gas hidrogen terdiri dari 25% bentuk para dan 75% bentuk orto, juga dikenal dengan
sebutan "bentuk normal".[22] Rasio kesetimbangan antara ortohidrogen dan parahidrogen
tergantung pada termperatur. Namun oleh karena bentuk orto dalam keadaan tereksitasi, bentuk
ini tidaklah stabil dan tidak bisa dimurnikan. Pada suhu yang sangat rendah, hampir semua
hidrogen yang ada adalah dalam bentuk parahidrogen. Sifat fisik dari parahidrogen murni
berbeda sedikit dengan "bentuk normal".[23] Perbedaan orto/para juga terdapat pada molekul
yang terdiri dari atom hidrogen seperti air dan metilena.[24]

Antarubahan yang tidak dikatalis antara H2 para dan orto meningkat seiring dengan
meningkatnya temperatur; oleh karenanya H2 yang diembunkan dengan cepat mengandung
banyak hidrogen dalam bentuk orto yang akan berubah menjadi bentuk para dengan sangat
lambat.[25] Nisbah orto/para pada H2 yang diembunkan adalah faktor yang perlu diperhitungkan
dalam persiapan dan penyimpanan hidrogen cair: antarubahan dari bentuk orto ke para adalah
eksotermik dan dapat menghasilan bahang yang cukup untuk menguapkan hidrogen cair tersebut
dan menyebabkan berkurangnya komponen cair. Katalis untuk antarubahan orto-para, seperti
misalnya senyawa besi, sering digunakan selama pendinginan hidrogen.[26]

Bentuk monoatomik

Atom H, juga disebut hidrogen nasen atau hidrogen atomik, diklaim eksis secara fana namun
cukup lama untuk menimbulkan reaksi kimia. Menurut klaim itu, hidrogen nasen dihasilkan
secara in situ, biasanya reaksi antara seng dengan asam, atau dengan elektrolisis pada katode.
Sebagai molekul monoatomik, atom H sangat reaktif dan oleh karena itu adalah reduktor yang
lebih kuat dari H2 diatomik, namun pertanyaan kuncinya terletak pada keberadaan atom H itu
sendiri. Konsep ini lebih populer di bidang teknik dan di literatur-literatur lama.

Hidrogen nasen diklaim mereduksi nitrit menjadi ammonia atau arsenik menjadi arsina bahkan
dalam keadaan lunak. Penelitian yang lebih mendetil menunjukkan lintasan alternatif lainnya dan
bukanlah atom H.

Atom hidrogen dapat dihasilkan pada temperatur yang cukup tinggi (>2000 K) agar molekul H2
dapat berdisosiasi. Selain itu, radiasi elektromagentik di atas 11 eV juga dapat diserap H2 dan
menyebabkan disosiasi.

Senyawa-senyawa

Senyawa kovalen dan senyawa organik

Walaupun H2 tidaklah begitu reaktif dalam keadaan standar, ia masih dapat membentuk senyawa
dengan kebanyakan unsur. Jutaan jenis hidrokarbon telah diketahui, namun itu semua tidaklah
dihasilkan secara langsung dari hidrogen dan karbon. Hidrogen dapat membentuk senyawa
dengan unsur yang lebih elektronegatif seperti halogen (F, Cl, Br, I); dalam senyawa ini hidrogen
memiliki muatan parsial positif.[28] Ketika berikatan dengan fluor, oksigen ataupun nitrogen,
hidrogen dapat berpartisipasi dalam bentuk ikatan non-kovalen yang kuat, yang disebut dengan
ikatan hidrogen yang sangat penting untuk menjaga kestabilan kebanyakan molekul
biologi.[29][30] Hidrogen juga membentuk senyawa dengan unsur yang kurang elektronegatif
seperti logam dan metaloid, yang mana hidrogen memiliki muatan parsial negatif. Senyawa ini
dikenal dengan nama hidrida.[31]

Hidrogen membentuk senyawa yang sangat banyak dengan karbon. Oleh karena asosiasi
senyawa itu dengan kebanyakan zat hidup, senyawa ini disebut sebagai senyawa organik[32].
Studi sifat-sifat senyawa tersebut disebut kimia organik[33] dan studi dalam konteks kehidupan
organisme dinamakan biokimia.[34] Pada beberapa definisi, senyawa "organik" hanya
memerlukan atom karbon untuk disebut sebagai organik. Namun kebanyakan senyawa organik
mengandung atom hidrogen. Dan oleh karena ikatan ikatan hidrogen-karbon inilah yang
memberikan karakteristik sifat-sifat hidrokarbon, ikatan hidrogen-karbon diperlukan untuk
beberapa definisi dari kata "organik" di kimia.[32]

Hidrida
Senyawa hidrogen sering disebut sebagai hidrida, sebuah istilah yang tidak mengikat. Oleh
kimiawan, istilah "hidrida" biasanya memiliki arti atom H yang mendapat sifat anion, ditandai
dengan H−. Keberadaan anion hidrida, dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis pada tahun 1916
untuk gologngan I dan II hidrida garam, didemonstrasikan oleh Moers pada tahun 1920 dengan
melakukan elektrolisis litium hidrida cair (LiH) yang menghasilkan sejumlah hidrogen pada
anode.[36] Untuk hidrida selain logam golongan I dan II, istilah ini sering kali membuat
kesalahpahaman oleh karena elektronegativitas hidrogen yang rendah. Pengecualian adalah
hidrida golongan II BeH2 yang polimerik. Walaupun hidrida dapat dibentuk dengan hampir
semua golongan unsur, jumlah dan kombinasi dari senyawa bervariasi, sebagai contoh terdapat
lebih dari 100 hidrida borana biner yang diketahui, namun cuma satu hidrida aluminium biner
yang diketahui.[37] Hidrida indium biner sampai sekarang belum diketahui, walaupun sejumlah
komplek yang lebih besar eksis.[38]

Proton dan asam

Oksidasi H2 secara formal menghasilkan proton H+. Spesies ini merupakan topik utama dari
pembahasan asam, walaupun istilah proton digunakan secara longgar untuk merujuk pada
hidrogen kationik yang positif dan ditandai dengan H+. Proton H+ tidak dapat ditemukan berdiri
sendiri dalam laurtan karena ia memiliki kecenderungan mengikat pada atom atau molekul yang
memiliki elektron. Untuk menghindari kesalahpahaman akan "proton terlarut" dalam larutan,
larutan asam sering dianggap memiliki ion hidronium (H3O+) yang bergerombol membentuk
H9O4+.[39] Ion oksonium juga ditemukan ketika air berada dalam pelarut lain.[40]

Walaupun sangat langka di bumi, salah satu ion yang paling melimpah dalam alam semesta ini
adalah H3+, dikenal sebagai molekul hidrogen terprotonasi ataupun kation hidrogen triatomik.[41]

Isotop

Protium, isotop hidrogen yang paling umum dijumpai, memiliki satu proton dan satu elektron.
Keunikan isotop ini adalah ia tidak mempunya neutron (lihat pula diproton untuk pembahasan
mengenai mengapa isotop tanpa neutron yang lain tidak eksis.

Hidrogen memiliki tiga isotop alami, ditandai dengan 1H, 2H, dan 3H. Isotop lainnya yang tidak
stabil (4H to 7H) juga telah disintesiskan di laboratorium namun tidak pernah dijumpai secara
alami.[42][43]

 1H adalah isotop hidrogen yang paling melimpah, memiliki persentase 99.98% dari
jumlah atom hidrogen. Oleh karena inti atom isotop ini hanya memiliki proton tunggal, ia
diberikan nama yang deskriptif sebagai protium, namun nama ini jarang sekali
digunakan.[44]
 2H, isotop hidrogen lainnya yang stabil, juga dikenal sebagai deuterium dan mengandung

satu proton dan satu neutron pada intinya. Deuterium tidak bersifat radioaktif, dan tidak
memberikan bahaya keracunan yang signifikan. Air yang atom hidrogennya merupakan
isotop deuterium dinamakan air berat. Deuterium dan senyawanya digunakan sebagai
penanda non-radioaktif pada percobaan kimia dan untuk pelarut 1H-spektroskopi
NMR.[45] Air berat digunakan sebagai moderator neutron dan pendingin pada reaktor
nuklir. Deuterium juga berpotensi sebagai bahan bakar fusi nuklir komersial.[46]
 3H dikenal dengan nama tritium dan mengandung satu proton dan dua neutron pada

intinya. Ia memiliki sifat radioaktif, dan mereras menjadi Helium-3 melalui pererasan
beta dengan umur paruh 12,32 tahun.[35] Sejumlah kecil tritium dapat dijumpai di alam
oleh karena interaksi sinar kosmos dengan atmosfer bumi; tritium juga dilepaskan selama
uji coba nuklir.[47] Ia juga digunakan dalam reaksi fusi nuklir,[48] sebagai penanda dalam
geokimia isotop,[49] dan terspesialisasi pada peralatan self-powered lighting.[50] Tritium
juga digunakan dalam penandaan percobaan kimia dan biologi sebagai radiolabel.[51]

Hidrogen adalah satu-satunya unsur yang memiliki tiga nama berbeda untuk isotopnya. (Dalam
awal perkembangan keradioaktivitasan, beberapa isotop radioaktif berat diberikan nama, namun
nama-nama tersebut tidak lagi digunakan). Simbol D dan T kadang-kadang digunakan untuk
merujuk pada deuterium dan tritium, namun simbol P telah digunakan untuk merujuk pada
fosfor, sehingga tidak digunakan untuk merujuk pada protium.[52] Dalam tatanama IUPAC,
International Union of Pure and Applied Chemistry mengijinkan penggunaan D, T, 2H, dan 3H
walaupun 2H dan 3H lebih dianjurkan.[53]

Keberadaan alami

NGC 604, sebuah daerah yang terdiri dari hidrogen yang terionisasi di Galaksi Triangulum

Hidrogen adalah unsur yang paling melimpah di alam semesta ini dengan persentase 75% dari
barion berdasarkan massa dan lebih dari 90% berdasarkan jumlah atom.[54] Unsur ini ditemukan
dalam kelimpahan yang besar di bintang-bintang dan planet-planet gas raksasa. Awan molekul
dari H2 diasosiasikan dengan pembentukan bintang. Hidrogen memainkan peran penting dalam
pemberian energi bintang melalui reaksi proton-proton dan fusi nuklir daur CNO.[55]

Di seluruh alam semesta ini, hidrogen kebanyakan ditemukan dalam keadaan atomik dan plasma
yang sifatnya berbeda dengan molekul hidrogen. Sebagai plasma, elektron hidrogen dan proton
terikat bersama, dan menghasilkan konduktivitas elektrik yang sangat tinggi dan daya pancar
yang tinggi (menghasilkan cahaya dari Matahari dan bintang lain). Partikel yang bermuatan
dipengaruhi oleh medan magnet dan medan listrik. Sebagai contoh, dalam angin surya, partikel-
partikel ini berinteraksi dengan magnetosfer bumi dan mengakibatkan arus Birkeland dan
fenomena Aurora. Hidrogen ditemukan dalam keadaan atom netral di medium antarbintang.
Sejumlah besar atom hidrogen netral yang ditemukan di sistem Lyman-alpha teredam
diperkirakan mendominasi rapatan barionik alam semesta sampai dengan pergeseran merah
z=4.[56]

Dalam keadaan normal di bumi, unsur hidrogen berada dalam keadaan gas diatomik, H2 (silakan
lihat tabel data). Namun, gas hidrogen sangatlah langka di atmosfer bumi (1 ppm berdasarkan
volume) oleh karena beratnya yang ringan yang menyebabkan gas hidrogen lepas dari gravitasi
bumi. Walaupun demikian, hidrogen masih merupakan unsur paling melimpah di permukaan
bumi ini.[57] Kebanyakan hidrogen bumi berada dalam keadaan bersenyawa dengan unsur lain
seperti hidrokarbon dan air.[35] Gas hidrogen dihasilkan oleh beberapa jenis bakteri dan ganggang
dan merupakan komponen alami dari kentut. Penggunaan metana sebagai sumber hidrogen
akhir-akhir ini juga menjadi semakin penting.[58]

Peranan dalam teori kuantum

Spektrum emisi hidrogen

Oleh karena struktur atomnya yang relatif sederhana, atom hidrogen bersama dengan spektrum
emisinya menjadi pusat perkembangan teori sturktur atom.[64] Lebih jauh lagi, kesederhanaan
molekul hidrogen dan kationnya H2+ membantu pemahaman yang lebih jauh mengenai ikatan
kimia.

Salah satu dari efek kuantum yang secara eksplisit disadari (namun masih belum sepenuhnya
dimengerti saat itu) adalah pengamatan Maxwell yang melibatkan hidrogen setengah abad
sebelum teori mekanika kuantum bener-benar berkembang. Maxwell mengamati bahwa
kapasitas bahang spesifik dari H2 tidak sesuai dengan tren gas diatomik lainnya di bawah suhu
kamar dan mulai menyerupai tren gas monoatomik di temperatur kriogenik. Menurut teori
kuantum, sifat-sifat ini disebabkan oleh jarak antara aras tenaga rotasi hidrogen yang lebar oleh
karena massanya yang ringan. Aras yang lebar ini menghambat partisi energi bahang secara
merata menjadi gerak berputar hidrogen pada temperatur yang rendah. Gas diatomik yang terdiri
dari atom-atom yang lebih berat tidak mempunyai aras tenaga yang cukup lebar untuk
menyebabkan efek yang sama.[65]

Anda mungkin juga menyukai