Prognosis
Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan
perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena parkinson, maka
penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya.
Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi total disabilitas,
sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat menyebabkan
kematian..
Parkinson’s Disease (PD) sendiri tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal, tetapi
berkembang sejalan dengan waktu. Rata-rata harapan hidup pada pasien PD pada umumnya
lebih rendah dibandingkan yang tidak menderita PD. Pada tahap akhir, PD dapat menyebabkan
komplikasi seperti tersedak, pneumoni, dan memburuk yang dapat menyebabkan kematian.20
Progresifitas gejala pada PD dapat berlangsung 20 tahun atau lebih. Namun demikian
pada beberapa orang dapat lebih singkat. Tidak ada cara yang tepat untuk memprediksikan
lamanya penyakit ini pada masing-masing individu. Dengan terapi yang tepat, kebanyakan
pasien PD dapat hidup produktif beberapa tahun setelah diagnosis.
PERAN FISIOTERAPI
Peranan fisioterapi pada penyakit Parkinson adalah :
- Mencegah kontraktur oleh karena rigiditas, dengan gerakan pasif perlahan namun full ROM.
- Meningkatkan nilai otot secara general dengan fasilitasi gerak yang dimulai dari sendi
proximal, misalnya dengan menggunakan PNF, NDT atau konvensional.
- Meningkatkan fungsi koordinasi.
- Meningkatkan transfer dan ambulasi disertai dengan latihan keseimbangan.
Terapi Fisik
Rehabilitasi sebaiknya adalah terapi yang ditujukan khusus melatih keterampilan dan
fungsional training. Terapi seharusnya diberikan dengan intensitas yang cukup untuk mencapai
keterampilan yang diperlukan. Teori latihan rehabilitasi utama diantaranya:
Ketidakmampuan untuk memberikan impuls langsung pada otot dalam kombinasi yang
berbeda oleh orang dengan susunan saraf pusat yang utuh.
Pola otot yang abnormal ditekan sebelum pola otot yang normal muncul.
Reaksi asosiasi: sinergi massa dihindari karena dapat memperburuk kelemahan otot dan otot
yang tidak berserpon (penguatan yang abnormal akan meningkatkan tonus dan spastisitas)
Pola penghambat reflex digunakan untuk mencegah reaksi postural yang abnormal; juga untuk
memfasiliitasi gerakan involunter.
Pola yang abnormal dimodifikasi pada titik kunci proksimal sebagai control (misalnya leher,
tulang belakang, bahu atau pelvis)
Stimulasi dari saraf, otot, reseptor sensorik untuk menghasilkan respon melalui rangsangan
manual untuk meningkatkan kemudahan pergerakan dan meningkatkan fungsi otot.
Mekanisme neuromuskular yang tidak lengkap tidak cukup memenuhi untuk hidup sehari-hari
karena kelemahan, ikoordinasi, spasme otot atau spastisitas.
Keperluan khusus diberikan oleh terapis fisik dan terapis okupasional memfasilitasi efek dari
mekanisme neuromuskular dan mengembalikan keterbatasan pasien.
Pola pergerakan-massa digunakan sesuai dengan aksioma Beevor (bahwa otak tidak tahu
tentang aksi dari otok tertentu tapi tahu tentang pergerakannya)
B. Efek Terapeutik
Relaksasi otot
Meningkatkan suplai darah
Terapi Okupasi
Usia tua
Adanya komorbiditas
Myocardial infarction
Diabetes mellitus
Parkinson’s Disease yang berat
Kelemahan yang berat
Skor awal ADL yang rendah
Penundaan dalam memulai rehabilitasi sejak onset
Latihan Keseimbangan dan Koordinasi
1. Latihan keseimbangan
1) Posisi duduk
Pasien duduk di tempat tidur, terapis di belakang pasien dengan memegang salah satu
tangan pasien dan tangan yang lain memfiksasi pada bahu yang kontralateral. Lalu terapis
menarik tangan pasien secara perlahan ke arah samping secara perlahan dan pasien di minta
untuk mempertahankan keseimbangan agar tidak jatuh ke samping. Setelah itu dilakukan pada
tangan yang lain dengan prosedur yang sama.
2) Posisi berdiri
Pasien berdiri dengan tumpuan 10 cm, terapis memfiksasi pada pevis pasien, lalu terapis
menggerakkan ke depan, belakang, samping kanan dan samping kiri dan pasien diminta agar
menjaga keseimbangan agar tidak jatuh.
2. Latihan koordinasi
Dilakukan pada posisi berdiri maupun duduk untuk gerak jari ke hidung, jari pasien ke
jari terapis, jari ke jari tangan pasien, gerak oposisi jari tangan dan gerakan lain yang ada pada
pemeriksaan koordinasi non-ekuilibrium. Pasien duduk atau berdiri dengan kedua lengan ke
depan (fleksi sendi bahu 90ᵒ) sehingga ke dua jari telunjuk pasien dan terapis saling
bersentuhan, lalu pasien di minta mempertahankannya setelah itu pasien di minta mengikuti
gerakan tangan terapis, usahakan jari telunjuk masih saling bersentuhan selama pergerakan
tangan terapis.
Umumnya penderita Parkinson’s Disease akan mengalami imobilisasi atau kurang gerak
karena menurunnya kemampuan fungsional. Dengan kondisi tersebut, makan beberapa
komplikasi mungkin terjadi seperti pembentukan bekuan darah, dekubitus, pneumonia,
kontraktur otot, keterbatasan sendi, dan lain lain.
Pijatan yang diberikan pada penderita Parkinson’s Disease bertujuan untuk meningkatkan
sirkulasi darah local pada area yang diberikan pijatan. Pada area lengan maka arah pijatan dari
distal ke area proksimal.
Pada dasarnya penderita Parkinson’s Disease juga dapat melakukan latihan mandiri, hal ini
ditujukan untuk membantu proses pembelajaran motorik. Setiap gerakan yang dilakukan
hendaknya secara perlahan dan berkelanjutan dan anggota gerak yang mengalami gangguan
ikut aktif melakukan gerakan seoptimal mungkin.
Salah satu ciri khas dari Parkinson’s Disease adalah tangan tremor jika sedang beristirahat.
Namun, jika orang itu diminta melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang
disebut resting tremor, yang hilang juga sewaktu tidur. Fungsi tangan begitu penting dalam
melakukan aktivitas sehari-hari dan merupakan bagian yang paling aktif.
Salah satu mesalah yang sering muncul pada penderita Parkinson’s Disease adalah
menurunnya kemampuan bicara dan ekspresi wajah. Latihan pada wajah dan mulut antara lain,
latihan tersenyum, memembentuk bibir menjadi huruf “O” dan lain lain.