Anda di halaman 1dari 7

POST ANESTESIA CARE UNIT

(PACU)
Post anestesia care unit (PACU) merupakan suatu unit yang terletak
sedekat mungkin dengan ruang operasi, untuk menghemat waktu dalam
mentransfer pasien yang tidak stabil, dilengkapi dengan staf medis dan peralatan
yang siap untuk memberikan pelayanan terapi serta perawatan pasien pasca
anestesi atau pasca tindakan bedah sebelum dikirim ke bangsal umum atau ruang
lain disuatu rumah sakit atau sebelum pasien dipulangkan.
Pasien yang mengalami operasi dengan anestesi, jam pertama setelah
anestesi merupakan saat yang paling berbahaya. Kondisi berbahaya ini disebabkan
oleh jalan nafas yang masih tertekan walaupun pasien tampak sudah bangun.

Pasien yang baru saja menjalani tindakan operasi harus dirawat sementara
di PACU ( post anesthesia care unit) atau ruang pemulihan (recovery room) untuk
perawatan post anestesi sampai kondisi pasien stabil. Apabila pasien tidak
mengalami komplikasi operasi dan memenuhi syarat untuk dipindahkan ke ruang
perawatan.

Risiko pasca anestesi dapat di bedakan berdasarkan masalah-masalah yang


akan dijumpai pasca anestesia/bedah dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok :

1) Kelompok I
Pasien yang mempunyai risiko tinggi gagal napas dan gangguan
hemodinamik pasca anestesia/bedah, sehingga perlu napas kendali pasca
anestesia/bedah. Pasien yang termasuk dalam kelompok ini langsung dirawat di
Unit Terapi Intensif pasca anestesia/bedah tanpa menunggu pemulihan di ruang
pulih.

1
2) Kelompok II
Sebagian besar pasien pasca anestesia/bedah termasuk dalam kelompok
ini, tujuan perawatan pasca anestesia/bedah adalah menjamin agar pasien
secepatnya mampu menjaga keadekuatan respirasinya dan kestabilan
kardiovascular.

3) Kelompok III
Pasien yang menjalani operasi kecil, singkat dan rawat jalan. Pasien pada
kelompok ini bukan hanya fungsi respirasinya tetapi harus bebas dari rasa
ngantuk, ataksia, nyeri dan kelemahan otot, sehingga pasien bisa kembali pulang.

TUJUAN PERAWATAN PASIEN DI PACU

1. Mempertahan jalan nafas


Dengan mengatur posisi, memasang suction dan pemasangan
mayo/gudel.
2. Mempertahan ventilasi/oksigenasi
Ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian
bantuan nafas melalui ventilator mekanik atau nasal kanul.
3. Mempertahankan sirkulasi darah
Mempertahankan sirkulasi darah dapat dilakukan dengan
pemberian cairan plasma ekspander.
4. Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase
Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui
keadaan pasien, seperti kesadaran. Vomitus mungkin saja terjadi akibat
pengaruh anestesi sehingga perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu
drainase sangat penting untuk dilakukan observasi terkait dengan kondisi
perdarahan yang dialami pasien.
5. Balance cairan
Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output cairan
pasien. Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti

2
dehidrasi akibat perdarahan atau kelebihan cairan yang menjadi beban bagi
jantung dan juga terkait dengan fungsi eleminasi pasien.
6. Mempertahan kenyamanan dan mencegah resiko injury
Pasien post anestesi biasanya akan mengalami kecemasan,
disorientasi dan berisiko besar untuk jatuh. Tempatkan pasien pada tempat
tidur yang nyaman dan pasang side railnya.

HAL-HAL YANG HARUS DIKETAHUI DI RUANG PACU

1) Jenis pembedahan
Jenis pembedahan yang berbeda akan berakibat pada jenis
perawatan post anestesi yang berbeda juga. Hal ini sangat terkait dengan
jenis posisi yang akan diberikan pada pasien.
2) Jenis anestesi
Perlu diperhatikan tentang jenis anestesi yang diberikan, karena hal
ini sangat penting untuk pemberian posisi kepada pasien post anestesi.
Pada pasien dengan anestesi spinal maka posisi kepala harus agak
ditinggikan untuk mencegah depresi otot-otot pernafasan oleh obat-obatan
anestesi, sedangkan untuk pasien dengan anestesi umum, maka pasien
diposisikan supine dengan posisi kepala sejajar dengan tubuh.
3) Kondisi patologis pasien
Kondisi patologis pasien sebelum operasi harus diperhatikan
dengan baik untuk memberikan informasi awal terkait dengan perawatan
post anestesi. Misalnya : pasien mempunyai riwayat hipertensi, maka jika
pasca operasi tekanan darahnya tinggi, tidak masalah jika pasien
dipindahkan ke ruang perawatan asalkan kondisinya stabil.
4) Jumlah perdarahan intra operati
Penting bagi perawatan pacu untuk mengetahui apa yang akan
terjadi selama operasi (dengan melihat laporan operasi) terutama jumlah
perdarahan yang terjadi, karena dengan mengetahui jumlah perdarahan
akan menentukan transfusi yang diberikan.

3
5) Pemberian tranfusi selama operasi
Apakah selama operasi pasien telah diberikan transfusi atau belum,
jumlahnya berapa. Hal ini diperlukan untuk menentukan apakah pasien
masih layak untuk diberikan transfusi ulangan atau tidak.
6) Jumlah dan jenis terapi cairan selama operasi
Jumlah dan jenis cairan operasi harus diperhatikan dan dihitung
dibandingkan dengan keluarannya. Keluaran urine yang terbatas < 30
ml/jam kemungkinan menunjukkan gangguan pada fungsi ginjalnya.
7) Komplikasi selama pembedahan
Komplikasi yang paling sering muncul adalah hipotensi, hipotermi
dan hipertermi malignan.

BERBAGAI MACAM SKOR POST-OPERATIF

A. ALDRETE SCORE
Aldrete score digunakan untuk menentukan kapan pasien cukup
layak untuk pindah keruang rawat inap. Aldrete score digunakan untuk
pasien-pasien dewasa. Dua poin maksimal diberikan dalam setiap katagori,
dan setiap pasien harus memiliki skor 9 atau 10 untuk dapat pindah
keruang rawat inap.
 AKTIVITAS MOTORIK
Mampu menggerakkan semua ekstremitas 2
Mampu menggerakkan hanya 2 ekstremitas 1
Tidak ada gerakan 0
 RESPIRASI
Nafas dalam, batuk, nangis keras 2
Nafas dangkal dan adekuat 1
Apnu dan nafas tidak adekuat 0
 SIRKULASI (TEKANAN SISTEOLIK)
Tekanan darah sistolik < 20 mmHg 2
Tekanan darah sistolik 20-50 mmHg 1

4
Tekanan darah sistolik > 50 mmHg 0
 KESADARAN
Sadar penuh mudah dipanggil 2
Terbangun dengan stimulasi verbal 1
Tidak ada respon 0
 SATURASI O2
Saturasi O2 > 90% ketika bernafas dengan udara ruangan 2
Saturasi O2 > 90% dengan bantuan O2 suplemental 1
Saturasi O2 < 90% dengan bantuan O2 suplemental 0

B. BROMAGE SCORE
Pengukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur blok
motorik adalah bromage skor. Pada skala ini intensitas blok motorik
dinilai dengan kemampuan pasien untuk menggerakkan ekstremitas
bawah. Skor ini terdiri dari empat tingkatan, apabila didapatkan skor < 2
maka pasien dapat dipindahkan dari ruang pemulihan.
 Tungkai dan kaki dapat bergerak bebas 0
 Hanya dapat menfleksikan lutut dan kaki dapat 1
bergerak bebas
 Tidak dapat menfleksikan lutut dan kaki dapat 2
bergerak bebas
 Tidak dapat menggerakkan tungkai dan kaki 3

C. STEWART SCORE
Stewart score merupakan skor yang digunakan dalam penilaian
post-operative pasien-pasien anak dengan general anestesi. Pasien boleh
meninggalkan ruang pemulihan apabila skor > 5.
 KESADARAN
Bangun 2
Ada respon terhadap rangsangan 1
Tidak ada respon 0

5
 RESPIRASI
Batuk dan menangis 2
Berusaha bernapas 1
Perlu bantuan bernapas 0
 AKTIVITAS MOTORIK
Gerakan bertujuan 2
Gerakan tanpa tujuan 1
Tidak bergerak 0

6
DAFTAR PUSTAKA

1. Barone CP, Barone GW, Pablo CS. Postanesthetic Care in The Critical

Care Unit. Crit. Care. Nurse; 2004; 24:38-45.

2. Bromage PR. Bromage score. Philadelphia. WB Saunders;1978: 144

3. Noviarni M. Kriteria Pulih Sadar Anestesi Sebelum Pasien Pindah dari

Ruangan Pemulihan Ke ruangan.

4. Wahyu Agung. Scribd book .PACU (post anastesi care unit)

Anda mungkin juga menyukai