Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN IPE

ASI EKSLUSIF DI POSYYANDU ROSA INDAH PABELAN

Oleh :
Kelompok
1. Vina Noermayani K100120130
2. Selvi Ary S K100120135
3. Wahyu Dwi Tanjung Sari J500130089
4. Vina Oktavionita J 500130090
5. Muhammad Izwar Hadi J500130092

Pembimbing : Bu Indah Setyarini

FAKULTAS FARMASI DAN KEDOKTERAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
1. Pendahuluan
Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. Karena
ASI ekslusif mempunyai kelebihan yang meliputi tiga aspek yaitu aspek gizi,
aspek kekebalan dan aspek kejiwaan berupa jalinan kasih sayang penting
untuk perkembangan mental dan kecerdasan anak (Depkes RI, 2005; 1). ASI
ekslusif berperan sebagai sumber zat gizi yang ideal dan seimbang serta
memiliki komposisi zat gizi yang sesuai untuk kebutuhan masa pertumbuhan
dan merupakan makanan yang paling sempurna untuk bayi sampai usia 6
bulan (Roesli, 2000; 19).
Pemberian makanan yang terbaik adalah memberikan ASI ekslusif
segera mungkin dalam 30 menit setelah bayi lahir. Kolostrum atau ASI yang
pertama kali keluar bewarna kuning-kekuningan dan transparan sangat baik
bagi bayi. Kolostrum mengandung 15% protein yang terdiri dari lakta
albumin, lakta aglobulin dan kasein yang semuanya sangat bermanfaat bagi
bayi. Pemberian ASI secara ekslusif kemudian di lanjutkan dengan
memberikan makanan pendamping ASI sejak bayi berusia 6-12 bulan dan
tetap meneruskan pemberian ASI sampai bayi berumur 2 tahun. (Depkes
2003; 19).
Pemberian makanan pada bayi dan anak usia 0-24 bulan yang
optimal menurut Global Strategy on Infant and Young Child Feeding
(WHO/Unicef, 2002) adalah menyusui bayi segera setelah lahir.
Memberikan ASI eksklusif yaitu hanya ASI saja tanpa makanan dan
minuman lain sampai bayi berumur 6 bulan. Memberikan makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat dan adekuat sejak usia 6 bulan, dan
tetap meneruskan pemberian ASI sampai usia anak 24 bulan. SK Menteri
Kesehatan No. 450/MENKES/SK/IV/2004 menetapkan pemberian Air Susu
Ibu (ASI) secara eksklusif bagi bayi di Indonesia sejak lahir sampai dengan
berumur enam bulan dan dilanjutkan sampai anak berusia dua tahun dengan
pemberian makanan tambahan yang sesuai.

1
Pemberian ASI pada bayi di bawah usia dua bulan berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2006-2007 hanya
mencakup 67% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring
dengan bertambahnya usia bayi, yakni, 54% pada bayi usia 2-3 bulan dan 19%
pada bayi usia 7-9 bulan. Yang lebih memprihatinkan, 13% bayi di bawah dua
bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah
diberi makanan tambahan. (Sentral Laktasin Indonesia, 2010;1).
The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) tahun 2007,
memperkirakan 1 juta bayi dapat diselamatkan setiap tahunnya bila diberikan
ASI pada 1 jam pertama kelahiran, kemudian dilanjutkan ASI eksklusif
sampai dengan enam bulan. Berdasarkan SDKI tahun 2007, hanya 32 % bayi
dibawah 6 bulan mendapatkan ASI eksklusif. Jika dibandingkan dengan
SDKI tahun 2003, proporsi bayi dibawah 6 bulan yang mendapatkan ASI
esklusif menurun sebanyak 6 poin. Rata-rata, bayi Indonesia hanya disusui
selama 2 bulan pertama, ini terlihat dari penurunan prosentase SDKI 2003
yang sebanyak 64% menjadi 48% pada SDKI 2007. Sebaliknya, sebanyak 65
% bayi baru lahir mendapatkan makanan selain ASI selama tiga hari pertama.
(Susilo Bambang Yudoyono,2007;1).
Namun sampai saat ini masih terdapat beberapa kendala yang
menyebabkan berkurangnya keinginan ibu-ibu untuk menyusui bayinya,
kendala tersebut dapat di bagi 2 (Hananto Wiryo, 2002;111) yaitu:
1. Kendala di daerah perkotaan, promosi susu bubuk (susu formula)
demikian gencarnya sehingga menyebabkan banyak ibu-ibu yang tidak
memberikan ASI ekslusif kepada bayinya.
2. Kendala di daerah perdesaan, berupa tradisi membuang
kolostrom, memberikan makanan padat dini pada bayi yang baru di
lahirkan berupa nasi, pisang dan sebagainya, yang menyebabkan
jumlah ASI yang di minum berkurang.

2
Pemberian ASI ekslusif sangat penting karena ASI merupakan
makanan utama bayi. Dengan ASI ekslusif bayi akan sempurna
tumbuh sebagai manusia yang sehat, bersifat lemah lembut dan
mempunyai IQ yang tinggi, bayi yang di beri ASI ekslusif akan
mendapatkan kasih sayang dari ibu karena dekapan ibu, maka ikatan
antara ibu dan bayi menjadi erat. Kesatuan ikatan antara ibu dan bayi
akan menyebabkan emosi ibu menjadi baik, Emosi ibu yang baik akan
meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin. Hormon oksitosin akan
merangsang kelenjar-kelenjar pada buah dada untuk berkontraksi
mengeluarkan ASI. (Hananto Wirio, 2002; 24).
2. Identifikasi dan Analisa Penyebab Masalah
A. Predisposing factors (P)
Faktor internal yang terdapat pada individu (ibu) atau kelompok
masyarakat (desa pabelan) posyandu melati 1 yang dapat mempengaruhi
cara pemberian asi eksklusif kepada bayi :
1. Pengetahuan Ibu terhadap Pemberian ASI Ekslusif Identifikasi
quesioner :
Dari ibu yang mengisis kuisioner saat diposyandu hasil yang
didapatkan Pendidikan SLTA 5, SLTP 2, SD 1, pekerjaan ibu , ibu
rumah tangga (6 orang) dan wiraswasta (2 orang) hasilnya
pengetahuan ibu baik. Kuisioner yang diberikan berupa pertanyaan
benar dan salah sebanyak 4 ibu dapat mengisis kuisioner dengan
tepat. Sedangkan 4 ibu lainya kurang tepat dalam menilai salah
satu pertanyaan yang ada dalam kuisioner tersebut. 4 ibu ini salah
menjawab pada pertanyaan “Bayi yang tidak mendapatkan ASI
Ekslusif lebih jarang sakit dibandingkan bayi yang mendapatkan
ASI Eksklusif “ kalimat ini adalah kalimat salah, tetapi ke 4 ibu
tersebut menjawab benar. Berdasarkan dari questioner ini
pengetahuan ibu mengenai ASI EKSLUSIF baik.

3
Tabel 1. Karakteristik responden
Keterangan n=8 %
pendidikan
SLTA 5 62,5
SLTP 2 25
SD 1 12,5
Pekerjaan
IRT 6 75
wiraswasta 2 25

2. Sikap (attitudes ) : Dari hasil questioner yang kita berikan kepada 8


ibu diposyandu melati 2 hasilnya adalah :
Dari 15 pertanyaan mengenai sikap ibu terhadap pemberian Asi
Ekslusif, sikap ibu adalah, 5 ibu menjawab semua pertanyaan
dengan benar,
 6 ibu menjawab 1 pertanyaan salah yaitu  susu formula
sering tidak membuat bayi alergi “sangat tidak
setuju”/”tidak setuju”  seharusnya “sangatsetuju” atau
“setuju”.
 1 ibu menjawab 1 pertanyaan salah yaitu air susu ibu tidak
mesti sampai 6 bulan lebih baik dilanjutkan sampai 2 tahun
“sangat tidak setuju”  seharusnya “sangat setuju” atau
“setuju”.
 1 ibu menjawab 1 pertanyaan salah yaitu bila dalam
perjalanan sebaiknya ibu tidak menyusui bayinya karena
malu “setuju”  seharusnya “sangat tidak setuju”/”tidak
setuju”

Dari aspek sikap, tidak ada 8 ibu yang menjawab semua pertanyaan dengan
tepat (benar semua)

4
B. Reinforcing factors (R) yaitu factor faktor yang dapat meningkatkan/
memperkuat probabilitas terjadinya permasalahan
Faktor eksternal terdiri dari
 Tokoh masyarakat yaitu bu bidan sebagai penolong persalinan.
Petugas kesehatan di posyandu desa Pabelan mengenai pentingnya
memberikan informasi mengenai asi ekslusif.
 Promosi susu formula dari petugas kesehatan serta sumber informasi
melaui Koran, makalah, buku (media cetak), TV, Radio (media
elektro), serta media massa yang isinya menyatakan bahwa susu
formula memiliki kandungan yang sama seperti ASI, sehingga ibu ibu
memberikan susu formula pada bayinya.
C. Enabling factors (E) yaitu adanya ketersediaan sumber daya. Sumber daya
tersedia dengan maksimal, karena produksi dari ASI itu sendiri, tetapi
dalam pengeluaran produksi ASI kadang tidak terproduksi secara
maksimal karena beberapa factor seperti :
1. Faktor psikis ibu
2. Konsumsi makanan ibu
3. Kondisi kesehatan ibu
4. Kemampuan bayi menghisap

Penggunaan pompa asi dapat membantu proses menyusui pada ibu


yang 24 tidak bisa bersama bayinya karena faktor seperti pekerjaan. Tetapi
untuk ibu ibu didesa pabelan, belum menggunakan pompa asi ini untuk
membantu mengumpulkan ASI agar dapat diberikan pada bayi secara
maksimal saat ibu tidak dirumah atau sedang melakukan pekerjaan.
D. Penyebab Permasalahan

5
Faktor Internal Faktor Eksternal

1. Promosi susu formula


2. Komunikasi yang kurang antara
bidan dan ibu-ibu menyusui
1. kurang pengetahuan
3. Pekerjaan
2. sikap kurang perduli
4. Sarana

ASI ekslusif di POSYANDU Pabelan

3. PEMECAHAN MASALAH
A. Alternatif pemecahan masalah
Pemecahan masalah adalah tujuan yang prinsipil dalam proses
pembelajaran, yaitu untuk mengembangkan ketrampilan berfikir, keinginan
dalam menganalisis masalah dan pengetahuan untuk memahami masalah.
Alternatif pemecahan masalah adalah sebagai berikut :
a. Pelatihan
pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai
kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan (Mathis &
Jackson 2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi pelatihan ini adalah
materi yang akan disampaikan kepada ibu-ibu menyusui tentang ASI

6
ekslusif, pelatihan bagaimana cara memberikan asi ekslusi secara
benar, peserta pelatihan, dan sarana pelatihan yang memadai.
b. Diskusi
Diskusi adalah suatu pertemua dua orang atau lebih yang ditunjukkan
untuk menyampaikan informasi dan pendapat yang akan
menghasilkan suatu keputusan (Sukardi 2007). Derdasarkan teori
tersebut dapat disimpulkan dalam kasus atau masalah yang diambil,
yaitu ASI ekslusif pemecahan masalah secara diskusi diharapkan
dapat saling mendiskusikan masalah terkait ASI ekslusif sehingga
dapat menigkatkan pengetahuan ibu-ibu menyusui bagaimana cara
memberikan ASI ekslusif yang benar.
c. Sosoalisasi
Pemecahan masalah melaui media sosialisasi dimaksudkan untuk
memberikan pemahaman kepada ibu-ibu yang memiliki balita
mengenai ASI ekslusif. Sosialisasi tersebut sangat baik karena bisa
menjadi wahana untuk meningkatkan pegetahuan dan pemahaman
kepada masyarakat tentang pentingnya ASI ekslusif.
B. Prioritas pemecahan Masalah
Pentingnya pemberian ASI ekslusif terhadap balita maka penyampaian
informasi yang tepat sangat bermanfaat. Berdasarkan masalah atau kasus
yang ditemui terhadap ibu-ibu menyusui di POSYANDU rosa indah maka
perlu mengetahui sejauh mana pengetahuan ibu menyusui terhadap cara
memberikan ASI ekslusif yang baik dan meningkatkan pengetahuan ibu-ibu
terhadap ASI ekslusif. Karena ASI merupakan kebutuhan gizi bagi balita yang
dapat membantu menjaga kesehatan tubuh dan kekebalan tubuh bayi
terhadap berbagai jenis penyakit yang mungkin dapat menyerang saat bayi
masih rawan terkena penyakit.
Pemecahan masalah dikaukan dengan cara penyuluhan dan kuisioner
karena ibu-ibu yang menghadiri POSYANDU hanya 1 bulan sekali sehingga

7
dapat memperoleh data dan melakukan kegiatan pada hari itu juga tanpa
harus menghadirkan ibu-ibu hari berikutnya. Selain itu kesediaan ibu-ibu
untuk mengikuti kegiatan penyusulhan yang diadakan tanpa ada paksaan dari
pihat tertentu.

4. Perencanaan program
kegiatan sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan derajat
kesehatan
a. Perencanaan program yang dilakukan sebagai upaya pemecahan masalah
dan peningkatan derajat kesadaran masyarakat mengenai pentingnya
pemberian ASI eksklusif dengan melakukan kegiatan intervensi seperti
penyuluhan.
Untuk penyuluhan dapat dilakukan sebagai berikut:
a. lama penyuluhan 2-3 jam, terdiri dari penyampaian materi dan Tanya
jawab
b. sarana penyuluhan meliputi: poster dan leaflet tentang pentingnya
ASI Eksklusif, cara pembeian ASI yang benar dan bahaya pemberian
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) terlalu dini dan terlalu lambat
c. materi penyuluhan meliputi beberapa aspek, diantaranya: tentang
pentingnya ASI Eksklusif, cara pembeian ASI yang benar dan bahaya
pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) terlalu dini dan
terlalu lambat.
b. Pelaksanaan program peningkatan derajat kesehatan bagi masyarakat
Adapun dalam proses pelaksanaan penyuluhan ASI eksklusif ini
melibatkan hal-ha lberikut:
1. Sumber Daya Manusia
Sumberdaya manusia (SDM) dalam konseling ASI eksklusif
memiliki criteria tertentu. Kriteria tersebut antara lain adanya
tenaga puskesmas yang ditugaskan menjadi penanggung jawab

8
kegiatan konseling ASI eksklusif, menjadi pemegang program dalam
kegiatan konseling ASI eksklusif, dan menjadi tenaga pelaksana
konseling ASI eksklusif yang bertugas melakukan penyuluhan,
konseling, pemantauan ASI eksklusif di tiap pustu dan poskesdes.
Kriteria tersebut memiliki arti jika tidak ada tenaga kesehatan lain
yang telah dilatih tentang ASI eksklusif. Adapun tenaga pelaksana
lainnya adalah kader-kader dari masyarakat yang telah dilatih dan
dipersiapkan dalam bidang ASI eksklusif. Dalam pelaksanaan
konseling ASI eksklusif ini kami bertindak sebagai tenaga
kesehatan yang ditugaskan untuk melakukan penyuluhan di
posyandu wilayah Pabelan.

2. MetodePenyelenggaraan
Strategi dan prosedur pelaksanaan konseling ASI eksklusif sesuai
dengan kebijaksanaan yang sudah ada pada program gizi yang
disesuaikan dengan kemampuan dan sumberdaya puskesmas.
Adapun metode konseling yang digunakan yaitu penyuluhan
secara kelompok dan perorangan dengan menggunakan leaflet pada
pojok ASI di POSYANDU.

3. Peralatan
Dalam pelaksanaan penyuluhan ASI eksklusif, pelaksana konseling
menggunakan leaflet buatan sendiri yang sudah disesuaikan dan
dikembangkan dengan kondisi setempat.

4. Pembiayaan
Pelaksanaan penyuluhan ASI eksklusif menggunakan dana yang
berasal dari iuran kelompok dan dana dari instansi dalam hal ini
pihak universitas.

9
5. Sumber data dan Sasaran
Sumber data dan sasaran pada program penyuluhan ASI eksklusif di
Posyandu wilayah Pabelan yang diketahui dari hasil wawancara
adalah ibu hamil dan ibu yang memiliki bayi yang masih
mengkonsumsi ASI yang ada di wilayah kerjaPosyandu Pabelan.

6. Pengambilan data
Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuisioner. Dengan
kuisioner tersebut dapat dilihat sejauh mana pengetahuan ibu hamil
dan ibu yang memiliki bayi yang masih mengkonsumsi ASI yang ada
di wilayah kerja Posyandu Pabelan tentang pentingnya pemberian
ASI.

7. Penyuluhan
 Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu yang berada di desa
Pabelan, Kabupaten Sukoharjo.
 Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2016.

5. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
1. Pengetahuan Ibu-ibu mengenai ASI ekslusif sudah cukup baik.
2. ASI ekslusif sangat bermanfaat oleh balita untuk meningkatkan
kekebalan dan kesehatan tubuh balita
3. Penyuluhan yang dilakukan sangat bermanfaat bagi ibu-ibu karena
dapat meningkatkan pengetahuan tentang ASI ekslusif.
b. Saran

10
Perlu diadakan penyuluhan yang rutin terhadap ibu-ibu menyusui
mengingat pentingnya ASI ekslusif terhapad balita.

6. Daftar Pustaka

Budiman & Riyanto A., 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan Dan
Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika pp 66-69.

Firmansyah N & Mahmuda., 2012. Pengaruh Karakteristik (Pendidikan,


Pekerjaan),Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI
Eksklusif Di Kabupaten Tuban. Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Volume
1 Nomor 1, Agustus 2012 : 62-71

Mathis & Jackson, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Pert.,
Yogyakarta.
Pertiwi AD. 2006. Hubungan Karakteristik ibu dengan pemberian ASI
Eksklusif dengan penyakit infeksi dan status gizi pada balita. Semarang,
Universitas (Tesis) Didapatkan dari halaman http://www.eprints.
Rahayu Atikah. 2007. Karakteristik Ibu Yang Memberikan ASI Eksklusif
Status Gizi Bayi. Jurnal Al Ulum, Vol.3 No.3 Halaman 8-14.
Roesli U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta:
Pustaka Bunda.
Sugiarti E., Zulaekah S., & Puspowati D.S., 2011. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Kecamatan Kar
Sukardi, D.K., 2007. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

11

Anda mungkin juga menyukai