Anda di halaman 1dari 9

Laporan pengukuran tahanan tanah

1. 1. LAPORAN PRAK. JARINGAN TELEKOMUNIKASI “PENGUKURAN TAHANAN


TANAH” KELOMPOK 4 ANGGOTA : ISA MAHFUDI NAMA : ISA MAHFUDI ISA
MAHFUDI (NIM. 1141160018) NIM. 1141160018 NIM : 1141160018 M. MULYO
NUGROHO (NIM. 1141160014) KELAS / Abs : JTD-2A / 13 NOVREDO ALIFIAN (NIM.
1141160008) KELOMPOK : 6 RIZKIYAH AN NAAFI (NIM. 1141160036) JTD-3B
JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL POLITEKNIK NEGERI MALANG Jalan
Soekarno-Hatta No. 9, PO Box04, Malang-65141 Tel. (0341) 404424, 404425, Fax. (0341)
404420
2. 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1 TUJUAN Tujuan dari praktikum ini adalah 1. Mengetahui
dan memahami sistem pentanahan 2. Mengetahui cara pengukuran tahanan tanah 3. Dapat
mengoperasikan alat pengukur tahanan tanah 1.2 TEORI DASAR 1.2.1 Sistem Pentanahan
Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai grounding adalah sistem pengamanan terhadap
perangkat-perangkat yang mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga, dari lonjakan
listrik, petir dll. Sistem pentanahan di data center menjadi salah satu unsur penting dalam
data center karena memberikan kebutuhan tenaga utama bagi data center. Standar pentanahan
untuk data center tercantum dalam beberapa dokumen antara lain : TIA-942, J-STD-607-A-
2002 dan IEEE Std 1100 (IEEE Emerald Book), IEEE Recommended Practice for Powering
and Grounding Electronic Equipment. (sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_Pentanahan) Gambar 1. Teknik Grounding
(http://engineeringbuilding.blogspot.com/2012/03/sistem-pentanahan-grounding.html) 1
Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi
3. 3. Sistem pentanahan digunakan sebagai pengaman langsung terhadap peralatan dan manusia
bila terjadinya gangguan tanah atau kebocoran arus akibat kegagalan isolasi dan tegangan
lebih pada peralatan jaringan distribusi. Petir dapat menghasilkan arus gangguan dan juga
tegangan lebih dimana gangguan tersebut dapat dialirkan ke tanah dengan menggunakan
sistem pentanahan. Sistem pentanahan yang digunakan baik untuk pentanahan netral dari
suatu sistem tenaga listrik, pentanahan sistem penangkal petir dan pentanahan untuk suatu
peralatan khususnya dibidang telekomunikasi dan elektronik perlu mendapatkan perhatian
yang serius, karena pada prinsipnya pentanahan tersebut merupakan dasar yang digunakan
untuk suatu sistem proteksi. Tidak jarang orang umum atau awam maupun seorang teknisi
masih ada kekurangan dalam memprediksikan nilai dari suatu hambatan pentanahan. Besaran
yang sangat dominan untuk diperhatikan dari suatu sistem Pentanahan adalah hambatan
sistem suatu sistem pentanahan tersebut. Tujuan utama dari adanya grounding sistem
pentanahan ini adalah untuk menciptakan sebuah jalur yang low-impedance (tahanan rendah)
terhadap permukaan bumi untuk gelombang listrik dan transient voltage. Penerangan, arus
listrik, circuit switching dan electrostatic discharge adalah penyebab umum dari adanya
sentakan listrik atau transient voltage. Grounding sistem pentanahan yang efektif akan
meminimalkan efek tersebut. Gambar 2 . Kutub Tanah. 2 Laporan Praktikum Jar.
Telekomunikasi
4. 4. Keterangan a) Kutub tanah merupakan penghantar listrik, ditanam dalam tanah dengan
tujuan menghubungkan listrik dengan tanah. b) Hantaran tanah merupakan penghantar yang
menghubungkan kutub tanah dengan terminal induk tanah. Hantaran tanah ini terbuat dari
kawat tembaga terbuka (open wire) berpilin berukuran minimal 50 mm persegi. c) Terminal
induk tanah, sebagai penghantar listrik berbentuk lempengan, sebagai penghubung hantaran
tanah dan distribusi induk tanah. Terminal induk ini berbentuk lempeng tembaga, panjang
sekitar 40 cm, dipasang dalam handhole, d) Distribusi induk tanah, menghubungkan
terminalinduk merupakan tanah dengan penghantar listrik yang terminal cabang tanah.
Penghubung ini terbuat dari kawat tembaga terbuka berpilin ukuran minimal 50 mm persegi.
e) Terminal cabang tanah, merupakan penghantar listrik berbentuk melingkar mengelilingi
dinding gedung sebelah dalam, (ditanam dibawah lantai) menghubung antara distribusi induk
tanah dan distribusi cabang tanah. Terminal ini terbuat dari kawat tembaga terbuka berpilin
dengan ukuran minimal 35 mm persegi. f) Distribusi cabang tanah, merupakan penghantar
listrik yang menghubungkan terminal cabang tanah dengan perangkat telekomunikasi. la
terbuat dari kawat tembaga terbuka berpilin dengan ukuran minimal 10 mm persegi. g)
Pengaman tambahan sebagai alat tambahan agar sistem pentanahan dapat berfungsi lebih
baik dan anda. Sistem pentanahan pada dunia telekomunikasi sangat erat kaitannya. Teknik
sistem pentanahan di teknologi telekomunikasi untuk dapat melindungi perangkat
telekomuniasi terhadap tegangan listrik tinggi yang berasal dari luar (petir) dan untuk dapat
beroperasi secara aman. Adapaun yang akan di-groundingkan perangkat atau alat pada
perangkat telekomunikasi yakni : 1) MDF/RPU, RK dan KP 2) Ujung-ujung kawat
penggantung dan pelindung elektris kabel udara. 3) Ujung kawat terbuka pada tiang tambat
akhir melalui pengaman tambahan. 3 Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi
5. 5. 4) Ujung perisai dan pelindung elektris kabel tanah. 5) Perangkat GPA (Gass Pressure
Alarm). 6) Perangkat pelanggan. 7) Telepon umum. Pentanahan pada RPU (rangkaian
pembagi utama) biasanya menjadi satu dengan pentanahan gedung dan perangkat besarnya
tahanan pentanahan telekomunikasi lainnya. Syarat untuk perangkat telekomunikasi biasanya
maksimum 3 ohm. Sedangkan untuk gedung telekomunikasi maksimum 5 ohm. Khusus
pentanahan untuk jaringan kabel berlaku persyaratan berikut, antara lain 1) Setiap RK
dihubungkan dengan kutub tanah batang sebanyak 3 buah, masing- masingnya panjang 200
cm dengan jarak minimal 10 m; Gambar 3. Pentanahan Rumah Kabel Setiap Kotak Pembagi
(KP), berpengaman dihubungkan dengan kutub tanah batang sebanyak 1 buah panjang 200
cm. Gambar 4. Pentanahan di rumah pelanggan. 4 Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi
6. 6. 2) Di ujung pelanggan saluran penanggal atas tanah yang jaraknya kurang lebih 1 km pada
daerah terbuka yang rawan petir, dihubungkan dengan kutub tanah batang sebanyak 1 buah
panjang 200 cm melalui pengaman; 3) Pada titik alih saluran saluran rumah pelanggan
penanggal dihubungkan kawat telanjang dengan dengan kutub tanah batang sebanyak 1 buah
panjang 200 cm, melalui pengaman. 1.2.2 Faktor-Faktor Yang Menentukan Tahanan
Pentanahan Tahanan pentanahan suatu elektroda tergantung pada tiga faktor : 1. Tahanan
elektroda itu sendiri dan penghantar yang menghubungkan ke peralatan yang ditanahkan. 2.
Tahan kontak antara elektroda dengan tanah. 3. Tahanan dari massa tanah sekeliling
elektroda. 4. Tahanan jenis tanah (ρ). Pada prakteknya, tahanan elektroda dapat diabaikan
namun tahanan kawat penghantar yang menghubungkan keperalatan akan mempunyai
impedansi yang tinggi terhadap impuls (arus) frekuensi tinggi misalnya pada saat terjadi
sambaran petir. Untuk menghindari hal itu, maka penyambungan diusahakan dibuat sependek
mungkin. Hal yang memberikan pengaruh terhadap pentanahan adalah Tahanan jenis tanah
(ρ), tahanan jenis tanah memiliki pengaruh yang sangat dominan terhadap pentahanan,
sehingga memperhatikan tahanan jenis tanah itu sendiri dalam mentanahkan. Tahanan Jenis
Tanah (ρ) Dari rumus untuk menentukan tahanan tanah dari statu elektroda yang
hemispherical R = ρ/2πr terlihat bahwa tahanan pentanahan berbanding lurus dengan
besarnya ρ. Untuk berbagai tempat harga ρ ini tidak sama dan tergantung pada beberapa
faktor : 1. sifat geologi tanah 2. Komposisi zat kimia dalam tanah 3. Kandungan air tanah 4.
Temperatur tanah 5. Selain itu faktor perubahan musim juga mempengaruhinya. 5 Laporan
Praktikum Jar. Telekomunikasi
7. 7. 1. Sifat Geologi Tanah Ini merupakan faktor utama yang menentukan tahanan jenis tanah.
Bahan dasar dari pada tanah relatif bersifat bukan penghantar. Tanah liat umumnya
mempunyai tahanan jenis terendah, sedang batu-batuan dan quartz bersifat sebagai insulator.
Tabel 1. Menunjukkan harga-harga ( ρ ) dari berbagai jenis tanah. No. Jenis Tanah Tahanan
jenis tanah (ohm.meter ) 1. Tanah yang mengandung air 5–6 garam 2. Rawa 30 3. Tanah liat
100 4. Pasir Basah 200 5. Batu-batu kerikil basah 500 6. Pasir dan batu krikil kering 1000 7.
Batu 3000 (sumber : http://ak4037.wordpress.com/2008/10/04/tahanan-pentanahan) 2.
Komposisi Zat – Zat Kimia Dalam Tanah Kandungan zat – zat kimia dalam tanah terutama
sejumlah zat organik maupun anorganik yang dapat larut perlu untuk diperhatikan
pula.Didaerah yang mempunyai tingkat curah hujan tinggi biasanya mempunyai tahanan
jenis tanah yang tinggi disebabkan garam yang terkandung pada lapisan atas larut. Pada
daerah yang demikian ini untuk memperoleh pentanahan yang efektif yaitu dengan menanam
elektroda pada kedalaman yang lebih dalam dimana larutan garam masih terdapat. 3.
Kandungan Air Tanah Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan tahanan
jenis tanah ( ρ ) terutama kandungan air tanah sampai dengan 20%. Dalam salah satu test
laboratorium untuk tanah merah penurunan 6 Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi
8. 8. kandungan air tanah dari 20% ke 10% menyebabkan tahanan jenis tanah naik samapai 30
kali.Kenaikan kandungan air tanah diatas 20% pengaruhnya sedikit sekali. 4. Temperatur
Tanah Temperatur bumi pada kedalaman 5 feet (= 1,5 m) biasanya stabil terhadap perubahan
temperatur permukaan. Bagi Indonesia daerah tropic perbedaan temperatur selama setahun
tidak banyak, sehingga faktor temperatur boleh dikata tidak ada pengaruhnya. Hal – hal lain
yang mempengaruhi tahanan jenis tanah 1. Kadar air, bila air tanah dangkal/penghujan maka
nilai tahanan sebaran mudah didapatkan. 2. Mineral/Garam, kandungan mineral tanah sangat
mempengaruhi tahanan sebaran/resistansi karena jika tanah semakin banyak mengandung
logam maka arus petir semakin mudah menghantarkan. 3. Derajat Keasaman, semakin asam
PH tanah maka arus petir semakin mudah menghantarkan. 4. Tekstur tanah, untuk tanah yang
bertekstur pasir dan porous akan sulit untuk mendapatkan tahanan sebaran yang baik karena
jenis tanah seperti ini air dan mineral akan mudah hanyut. 1.2.3 Jenis Elektroda Pentanahan
Pada dasarnya ada 3 (tiga) jenis elektroda yang digunakan pada sistem pentanahan yaitu : 1.
Elektroda Batang 2. Elektroda Pelat 3. Elektroda Pita Elektroda – elektroda ini dapat
digunakan secara tunggal maupun multiple dan juga secara gabungan dari ketiga jenis dalam
suatu sistem. Elektroda Batang Elektroda batang terbuat dari batang atau pipa logam yang di
tanam vertikal di dalam tanah.Biasanya dibuat dari bahan tembaga, stainless steel 7 Laporan
Praktikum Jar. Telekomunikasi
9. 9. atau galvanised steel. Perlu diperhatikan pula dalam pemilihan bahan agar terhindar dari
galvanic couple yang dapat menyebabkan korosi. Ukuran Elektroda : - diameter 5/8 ” - 3/4 ”
- Panjang 4 feet – 8 feet Elektroda batang ini mampu menyalurkan arus discharge petir
maupun untuk pemakaian pentanahan yang lain. Gambar 5. Elektroda Batang Lektroda Pelat
Bentuk elektroda pelat biasanya empat perseguí atau empat persegi panjang yang tebuat dari
tembaga, timah atau pelat baja yang ditanam didalam tanah. Cara penanaman biasanya secara
vertical, sebab dengan menanam secara horizontal hasilnya tidak berbeda jauh dengan
vertical. Penanaman secara vertical adalah lebih praktis dan ekonomis. Gambar 6. Elektroda
Pelat Elektroda pita Elektroda pita jenis ini terbuat dari bahan metal berbentuk pita atau juga
kawat BCC yang di tanam di dalam tanah secara horizontal sedalam ± 2 feet. Elektroda pita
ini bisa dipasang pada struktur tanah yang mempunyai tahanan jenis rendah pada permukaan
dan pada daerah yang tidak mengalami kekeringan. 8 Laporan Praktikum Jar.
Telekomunikasi
10. 10. Hal ini cocok untuk daerah – daerah pegunungan dimana harga tahanan jenis tanah makin
tinggi dengan kedalaman. Gambar 7. Elektroda Pita 1.2.4 Pengukuran Tahanan Tanah
Pengukuran tahanan tanah dilakukan untuk mengetahui kondisi dari sistem pentanahan, baik
untuk pentanahan yang baru selesai dibangun maupun yang sudah lama dipasang sebagai
upaya pemeliharaan preventif, yang dapat berlanjut kepada perbaikan bila pentanahan sudah
melebihi standar yang berlaku. Pada hasil pengukuran tahanan tanah yang dilakukan, dapat
dianalisa hasil pengukuran dengan standart tahanan tanah. Standart kelayakan
grounding/pembumian harus bisa memiliki nilai Tahanan sebaran/Resistansi maksimal 5
Ohm (Bila di bawah 5 Ohm lebih baik). Material grounding dapat berupa batang tembaga,
lempeng tembaga atau kerucut tembaga, semakin luas permukaan material grounding yang di
tanam ke tanah maka resistansi akan semakin rendah atau semakin baik. Teknik pengukuran
tahanan tanah yakni : Namun dalam laporan praktikum ini kita kemukakan dua macam cara
pengukuran yang biasa dilakukan, amperemeter yaitu dengan menggunakan dan voltmeter,
yang disebut juga dengan metode Fall of Potential dan cara kedua melalui pengukur tahanan
tanah analog. 1. Metode Fall of Potential (melalui ampere-meter dan voltmeter), dilakukan
dengan urutan sebagai berikut. (1) Tanamlah 2 buah kutub tanah batang penolong, yang
terletak pada satu garis lurus dengan jarak minimal antara keduanya 20 meter.Dan rangkai
seperti gambar berikut. 9 Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi
11. 11. Gambar 8 . Rangakaian Metode Fall of Potential (2 ) Amati penunjukan amperemeter dan
voltmeter. Besar tahanan pentanahan adalah: Keterangan : RA = tahanan sistem pentanahan
A (ohm); V = pembacaan meter pada voltmeter (volt); I = Pembacaan meter pada
amperemeter (ampere). 2. Pengukuran tahanan pentanahan dengan alat pengukur tahanan
tanah analog (Earth tester) Pengukuran hal ini pada elektroda dengan menggunakan alat ukur
Earth Tester. Standar dalam hambatan adalah 5 ohm, bila standar tersebut masih belum bisa
didapatkan maka ditambahkan dengan jarak 2 panjangnya. Untuk mendapatkan nilai
resistansi(R) dari elektroda pentanahan, perlu memperhatikan parameter - parameter yang
meliputi : 1. Resistivitas tanah 2. Resistivitas air tanah 3. Dimensi elektroda pentanahan 4.
Ukuran elektroda pentanahan Pelaksanaan pengoperasian Earth Tester sbb: Prop (A) di
hubungkan dengan electrode (di bak kontrol). Prop (B) dan (C) ditancapkan ketanah 10
Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi
12. 12. dengan jarak antara 5 sd. 10 m. Maka alat ukur akan menunjukan besar dari R-tanah lihat.
Gambar 9. Pengoperasian Earth Tester Standar besar R-tanah untuk electrode pentanahan ±5
Ohm. apabila belum mencapai nilai 5 Ohm, maka electrode bisa ditambah dan dipasang
diparalel. Pentanahan paling ideal apabila electrode bias mencapai sumber air atau R-tanah =
0. Contoh: Pemasangan electrode pertama (R1), setelah diukur = 12 Ω Selanjutnya di tanam
lagi electrode ke 2 (R2), diukur tahanan = 12 Ω, Maka besar tahanan RI diparoleh dengan R2
= 6 Ω, Karena belum mencapai < 5 Ω, maka ditanam lagi electrode ke 3 (R3) hingga
seterusnya sampai pengukuran menunjukkan nilai < 5 ohm. Ada kendala ketika suatu saat
kita membangun sistem Grounding, setelah diukur dengan Earth Tester Nilai yang muncul
100 ohm (maks), sehingga kita diwajibkan menurunkan < 5 ohm sesuai standar PUIL .
Gambar 9. Konsep pengukuran yang menunjukkan nilai 100 ohm 11 Laporan Praktikum Jar.
Telekomunikasi
13. 13. Ada trik sederhana dengan menambah Rods sesuai dengan rumus mencari Nilai 2 tahanan
yang di- paralelkan. (Rod dianalogikan sebagai tahanan). Kalau 100/100=50 ohm (2 rod),
50/50=25 ohm (menjadi 4 rod), 25/25=12,5 ohm (menjadi 6 rod), 12,5/12,5=6,25 ohm
(menjadi 8 rod), bila nilai tahanan masih>0 dan tahanan > 5. Maka perlu berikan tahan
kembali sehingga 6,25/6,25 = 3,125 ohm. Hasil 3,125 ohm sudah memenuhi standar < 5
ohm. Maka jumlah rods yang dibutuhkan untuk menurunkan dari 100 ohm ke 3,125 adalah
10 buah rods. Gambar 10. Konsep pengukuran yang sesuai standar PUIL yakni < 5 ohm
Setelah Grounding Ring sudah terhubung sempurna, mengecek kembali dengan Earth Tester
sehingga nilai tahanan akan turun drastis dan sesuai dengan standar PUIL (R < 5 ohm).
Elektrode bumi selalu harus ditanam sedalam mungkin dalam tanah, sehingga dalam musim
kering selalu terletak dalam lapisan tanah yang basah. Phasa sequence tester (drivel) : alat
ukur untuk mencari urutan fasa (R, S dan T) pada suatu sumber listrik. 1.3 ALAT Alat – alat
yang digunakan pada praktikum ini yakni : (1) Earth Tester : 1 Buah (2) Pemaku tanah : 2
Buah (3) kabel hijau +- 5 M beserta Test Lead dan Clip : 1 Buah (4) kabel Kuning +- 10 M
beserta Test Lead dan Clip : 1 Buah (5) Kabel Merah +- 15 M beserta Test Lead dan Clip : 1
Buah 12 Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi
14. 14. 1.4 SKEMA RANCANGAN Gambar 11. Skema rancangan percobaan 13 Laporan
Praktikum Jar. Telekomunikasi
15. 15. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Prosedur percobaan Pada praktikum pengukuran tahanan
tanah ini, tempat yang digunakan untuk pengukuran tahanan resistansi ada pada : 1. Tower
Lab. Telkom Yang diuji 2. Grounding Penangkal Petir Lab. TT Yang diuji 3. Depan lab
telkom Yang diuji 14 Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi
16. 16. 4. Grounding Penangkal Petir Tandon Yang diuji Adapun prosedur percobaan pada
praktikum ini adalah (1) Menancapkan pemaku pertama yang daerahnya telah disiram atau
dibasahi dengan air dimana jarak 5 – 10 meter dari tempat grounding yang akan diukur. Dan
pemaku kedua yang daerahnya telah disiram atau dibasahi dengan air dimana jarak 5 – 10
meter dari tempat pemaku pertama. (2) Menghubungkan kabel hijau (yang memiliki panjang
+ 5 meter) ke grounding yang diukur dengan penjepit dan dihubungkan ke alat ukur earth
tester pada port yang berwarna hijau. (3) Menghubungkan kabel warna kuning (yang
memiliki panjang + 10 meter) ke pemaku pertama dengan penjepit dan dihubungkan
langsung ke alat ukur earth tester pada pada port warna kuning. (4) Menghubungkan kanel
warna merah (yang memiliki panjang + 15 meter) ke pemaku kedua dengan penjepit dan
hubungkan langsung ke alat ukur earth tester pada port yang berwarna merah. Gambar 12.
Skema rancangan percobaan 15 Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi
17. 17. (5) Setelah semua terhubung dengan benar, mengatur range switch pada earth tester di
x100 Ω. Kemdian menekan tombol “Press to tess”. Lalu mencatat hasil pengukuran pada
tabel 2.1. (6) Mengulangi langkah 5, mengatur range switch pada earth tester di x10 Ω dan x1
Ω. Lalu mencatat hasil percobaan pada tabel 2.1. 2.2 Hasil percobaan Pada praktikum
pengukuran resistansi tanah ini, didapatkan hasil pengukuran yang dapat dilihat pada tabel
2.1. Tabel 2.1 Hasil pengukuran resistansi tanah. No. Lokasi Range skala pengukuran X 100
Ω X 10 Ω X1Ω 1. Tower Lab. Telkom 0 0 0.37 2. Grounding Penangkal Petir Lab. TT 0 0.05
0.4 3. Depan lab telkom 0.05 0.6 5.5 4. Grounding Penangkal Petir Tandon 0 0.1 0.6 2.3
Analisa data Pada praktikum ini yang dapat dianalisa dari praktikum pengukuran tahanan
tanah adalah disetiap titik tempat pengukuran mulai dari Tower Lab. Telkom, Grounding
Penangkal Petir Lab. TT, Depan lab telkom, dan Grounding Penangkal Petir Tandon
didapatkan nilai tahanan dalamnya sangat kecil, hampir bisa dikatakan 0 Ω disetiap single
grounding nya. Hal ini sudah sesuai dengan standar Peraturan Umum Instalasi Listrik
Indonesia yang mengatur bahwa standar untuk tahanan tanah diharuskan lebih kecil sama
dengan 5 Ω (R<= 5 Ω). Namun di titik lokasi yang berada di depan lab telkom, pada saat
range switch pada earth tester diubah ke x 1 Ω mengalami kenaikkan signifikan. Yakni
terukur sebesar 5,5 Ω. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi dari tanah tersebut. Hal yang
dapat mempengaruhi dari tahanan tanah yakni kadar air, mineral / garam, derajat keasaman
serta tekstur dari tanah tersebut. 1. Kadar air, bila air tanah dangkal/penghujan maka nilai
tahanan sebaran mudah didapatkan. 16 Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi
18. 18. 2. Mineral/Garam, kandungan mineral tanah sangat mempengaruhi tahanan
sebaran/resistansi karena jika tanah semakin banyak mengandung logam maka arus petir
semakin mudah menghantarkan. 3. Derajat Keasaman, semakin asam PH tanah maka arus
petir semakin mudah menghantarkan. 4. Tekstur tanah, untuk tanah yang bertekstur pasir dan
porous akan sulit untuk mendapatkan tahanan sebaran yang baik karena jenis tanah seperti ini
air dan mineral akan mudah hanyut. Cara yang dapat dilakukan untuk meminimalkan
resistansi tanah dapat dilakukan dengan cara mem-paralelkan sistem pentanahan. Paralel
grounding dapat meningkatkan sistem grounding. serta dapat juga dilakukan dengan cara
maksimum grounding yakni memasukan material grounding berupa lempengan tembaga
yang diikat oleh kabel BC. 17 Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi
19. 19. BAB III KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang didapatkan pada praktikum ini adalah
pengukuran tahanan tanah pada area Lab. Teknik Telekomunikasi ini sistem pentanahan
masih berkerja dengan baik. Terukur pada praktikum ini hampir mendekati 0 Ω. Hal ini
sistem pentanahan sesuai dengan standar PUIL (Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia).
Ketelitian dalam pembacaan alat ukur serta ketepatan dalam pemasangan alat dan bahan pada
waktu pengujian pentanahan memberikan pengaruh pada waktu melakuakan pengukuran. 18
Laporan Praktikum Jar. Telekomunikasi

Cara melakukan Pengujian tahanan pertanahan


(grounding)
Published on: 9:48 PM by admin - 1 comment

Seperti yang telah dibahas pada bagian sistem pentanahan, betapa penting sistem pentanahan baik
dalam sistem tenaga listrik AC maupun dalam pentanahan peralatan untuk menghindari sengatan listrik

bagi manusia, rusaknya peralatan dan terganggunya pelayanan sistem akibat gangguan tanah. Untuk

menjamin sistem pentanahan memenuhi persyaratan perlu dilakukan pengujian. Pengujian ini

sebenarnya adalah pengukuran tahanan elektroda pentanahan yang dilakukan setelah dilakukan
pemasangan elektroda atau setelah perbaikan atau secara periodik setiap tahun sekali. Hal ini harus

dilakukan untuk memastikan tahanan pentanahan yang ada karena bekerjanya sistem pengaman arus

lebih akan ditentukan oleh tahanan pentanahan ini.

Pada saat ini telah banyak beredar di pasaran alat ukur tahanan pentanahan yang biasa disebut Earth

Tester atau Ground Tester. Dari yang untuk beberapa fungsi sampai dengan yang banyak fungsi dan

kompleks. Penunjukkan alat ukur ini ada yang analog ada pula yang digital dan dengan cara

pengoperasian yang mudah serta aman. Untuk lingkungan kerja yang cukup luas, sangat disarankan

untuk memiliki alat semacam ini.

Bahasan dalam bagian ini menjelaskan tentang prinsip-prinsip pengujian pengukuran tahanan

pentanahan, teknik pengukuran yang presisi baik untuk elektroda tunggal maupun banyak.

A. Pengukuran Tahanan Pentanahan (Earth Tester)

Ada berbagai macam instrument pengukur tanahan pentanahan, salah satu contohnya adalah Earth Hi

Tester.

Pada instrument cara pengukuran ada 2 macam yaitu :

 Pengukuran normal (metoda 3 kutub), dan

 Pengukuran praktis (metoda 2 kutub)

Pengukuran Normal (Metoda 3 Kutub)

Langkah awal adalah memposisikan saklar terminal pada 3a, selanjutnya :

1. Cek tegangan baterai ! (Range saklar : BATT, aktifkan saklar / ON). Jarum harus dalam range BATT.

2. Cek tegangan pentanahan (Range saklar : ~ V, matikan saklar / OFF)

3. Cek tanahan pentanahan bantu (Range saklar : C & P, matikan saklar / OFF). jarum harus dalam range

P/C (lebih baik posisi jarum berada saklar 0).


4. Ukurlah tahanan pentanahan (Range saklar : x1 ke x100) dengan menekan tombol pengukuran dan

memutar selektor, hingga diperoleh jarum pada galvanometer seimbang / menunjuk angka nol. hasil

pengukuran adalah angka yang ditunjukkan pada selektor dikalikan dengan posisi range saklar (x1) atau

(x100).

Pengukuran Earth Tester cara Normal (3 kutub)

Pengukuran Praktis (Metoda 2 Kutub)

Langkah awal adalah memposisikan saklar terminal pada 2a. Perhatikan !

Jika jalur pentanahan digunakan sebagai titik referensi pengukuran bersama, maka semua sambungan

yang terhubung dengan pentanahan itu selalu terhubung dengan tanah. Jika terjadi bunyi bip, maka

putuskan dan cek lagi.

1. Cek tegangan baterai dan cek tegangan pentanahan

Caranya hampir sama dengan metoda pengukuran normal, hanya pengecekan tekanan tahanan bantu

tidak diperlukan.

2. Ukur tahanan pentanahan (Range saklar : x10 atau x100). Hasil pengukuran = Rx + Ro
Pengukuran Earth Tester cara praktis (2 Kutub)

Misalkan berdasarkan pengukuran diperoleh V = 20 V dan I = 1 A, maka tahanan elektroda adalah:

R = V/I = 20/1 = 20 Ohm

Dalam pengukuran yang menggunakan alat ukur tahanan pentanahan, tidak dilakukan pengukuran satu

per satu seperti di atas, namun alat ukur telah dilengkapi dengan sistem internal yang memungkinkan

pembacaan secara langsung dan mudah.

Email This

Anda mungkin juga menyukai