Anda di halaman 1dari 11

REVOLUSI MEDIA, JURNALISME GLOBAL, DAN HUKUM PERS INDONESIA

Manunggal K. Wardaya dan Ahmad Komari


Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
E-mail: manunggal.wardaya@gmail.com dan ahmad.komari25@yahoo.com

Abstract

The development in information technology influences many aspects of human life including news
media. Various definitions in media have encountered significant changes and cannot anymore be us-
ed. Press Law as a main regulation of news media Indonesia is no exception. Its relevancy is now be-
ing questioned and even challenged when it fails to adopt with the changes in society. This article
believes that the amendment of Press Law should be done so that it will be responsive towards the
need of the constantly-changing society.

Keywords: information technology, media, press, citizen journalism

Abstrak

Perkembangan di dalam bidang teknologi informasi tak pelak menimbulkan berbagai perubahan dal-
am segenap aspek kehidupan umat manusia termasuk dalam media. Berbagai definisi masa lalu meng-
alami perubahan signifikan dan tak lagi bisa dipertahankan. Keterlibatan audiens dalam media berita
(news media) melahirkan fenomena baru dalam jurnalistik, apa yang terbilang sebagai jurnalisme wa-
rga (citizen journalism). Undang-undang Pers sebagai regulasi utama bidang media berita dengan se-
ndirinya tercabar relevansinya dalam menyesuaikan diri dengan perubahan jaman. Artikel ini meyaki-
ni bahwa perubahan Undang-undang Pers mutlak dilakukan agar lebih responsif dengan perubahan ya-
ng terus terjadi dalam masyarakat.

Kata kunci: teknologi informasi, media, pers, jurnalisme warga

Pendahuluan lumnya hegemonik tak terkecuali yang selama


Alih-alih mampu untuk selalu didayaguna- ini dikukuhkan oleh hukum.
kan sebagai alat untuk merekayasa masyarakat, Pada satu dasawarsa ini, dunia media ter-
globalisasi membuat daya ikat dan wibawa hu- utama media berita diuntungkan dengan ada-
kum sebagai sarana kendali masyarakat tak lagi nya teknologi cetak jarak jauh. Dengan tekno-
dapat diharapkan untuk selalu relevan dal-am logi ini, media massa mendistribusi tugas cetak
durasi yang cukup lama lama. Globalisasi1 yang penerbitan ke titik-titik yang tersebar jauh dari
antaranya dipicu inovasi di bidang teknologi in- kantor pusat media hingga surat kabar bisa sa-
formasi dan transportasi memunculkan berba- mpai ke tangan pembaca dengan lebih awal.
gai definisi baru yang sebelumnya tak pernah Sementara itu teknologi satelit membuat orang
ada dan terbayangkan sekaligus meniadakan mampu mendengar dan atau menyaksikan suatu
berbagai definisi dan kategori lama yang sebe- peristiwa yang terjadi di tempat lain yang berj-
auhan degan secara real time. Kini, internet
memberikan tawaran yang lebih dari dua tekn-
1
Wikipedia menyebut Globalization atau Globalisation ologi di atas: kebaharuaan informasi bahkan pa-
dengan “…describes the process by which regi-onal rtisipasi dalam pembuatan serta penyampaian
economies, societies, and cultures have beco-me
integrated through a global network of politic-al ideas berita dan informasi, menciptakan tipe tersen-
through communication, transportation, and trade. diri dalam jurnalisme, apa yang disebut sebagai
Lihat Wikipedia, http://en.wikpedia.org/ wiki/Globali-
zation, tanggal 19 Januari 2011.; Arief Budi Pratama, online journalism.2
Impementasi E-Government Dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan di Era Globalis-asi, Dialogue JIAKP,
2
Volume 02 Nomor 03, September 2005, hal 939-940. Jo Bardoel & Mark Deuze, 2001, “’Network Journalism’:
Converging Competences of Old And New Media Pro-
Revolusi Media, Jurnalisme Global, dan Hukum Pers Indonesia 367

Sudah semenjak abad XX silam futurolog juga mempunyai situs online yang kebaharuan-
John Naisbitt dalam Megatrends 2000 meramal- nya adalah detik per detik. Kini, membaca ko-
kan bahwa peradaban manusia akan sampai ke- ran tidak lagi berarti memegang kertas yang
pada era yang disebut paperless world, di mana besar dan berlembar-lembar, namun cukup de-
kertas akan semakin tergusur dengan perkem- ngan versi e-paper dengan melihat layar komp-
bangan digital. Apa yang diramalkan Naisbitt uter maupun gadget lainnya yang tersambung
semakin menemukan kebenarannya pada masa dengan jaringan internet. Memantau acara ber-
kini. Era digital menjadikan surat tak lagi dide- ita tak berarti harus selalu berada di depan lay-
finisikan secara konvensional dengan asosiasi- ar televisi atau radio, namun pula didepan lay-
nya pada kertas dan tinta. Sebagai gantinya, e- ar komputer maupun berbagai peralatan berba-
mail atau surat elektronik perlahan namun pas- sis komputer yang mobile dan handy.4
ti menggantikan surat yang konvensional terse- Lebih jauh, kita bahkan telah sampai di
but. Kini layanan pesan singkat memberi solusi jaman yang memungkinkan orang untuk mengu-
komunikasi berbasis teks yang lebih singkat dan mpulkan, menganalisa, dan menyampaikan sen-
cepat menggantikan pesan tertulis seperti sur- diri berita serta menyebarluaskannya pada war-
at. Pula demikian halnya dengan komunikasi re- ga dunia yang lain. Kegiatan yang pada masa la-
al time, yang dahulu dilakukan dengan percak- lu hanya dimonopoli oleh wartawan alias jurna-
apan sudah mulai tergantikan dengan layanan lis ini kini bisa dilakukan siapa saja, kapan saja,
messenger. Orang bisa berkomunikasi dari bela- dan di mana saja. Inilah era internet dimana
han manapun, mengadakan meeting secara on- orang dapat saling terhubung dengan orang lain
line tanpa terbatas sekat ruang. dimanapun ia berada senyampang terkoneksi
Era teknologi informasi, era internet di dengan jaringan internet.5 Inilah era yang di-
mana informasi dipertukarkan melalui berbagai bilang oleh Cardoso sebagai era dimana orang
piranti berbasis komputer yang terhubung de- mengkonsumsi sekaligus memproduksi informasi
ngan internet tak pelak berimbas pula pada pe- dan hiburan.6
rubahan pola mengakses informasi. Media, khu- Demikianlah, revolusi media telah mem-
susnya media cetak menjadi institusi yang se- bawa perubahan perilaku masyarakat tak saja
makin terancam berseiring dengan semakin pe- dalam mengakses informasi namun dalam kegi-
netrasi internet ke dalam masyarakat. Bisa di- atan menyebarluaskan informasi. Revolusi me-
mengerti, kini orang tak perlu mengakses beri- dia harus diperhitungkan sesiapapun pelaku
ta di televisi, radio, apalagi surat kabar. Piranti
Branch of High Quality Journalism, Schmalenbach
handy yang terkoneksi jaringan internet me-
Business Review, 60 January 2008, hlm 58.
mungkinkan orang mengakses informasi dari 4
Tak ada kesepakatan mengenai kapan media mulai tam-
pil online. Ada yang mengkaitkan dengan mulai dapat
manapun ia berada.
diaksesnya tujuh media melalui internet pada awal
Adaptasi dengan perubahan menjadi kun- 1990-an. Namun bagaimanapun perkembangan world
wide web dan situs dot com telah membawa perubahan
ci utama agar media dapat bertahan, dan pro-
yang signifikan dalam online media. Lihat James Stan-
fitable.3 Maka tak heran kini sebuah suratkabar yer, “Web 2.0 and the Transformation of News and
Journalism: New Possibilities and Challenges in The
Internet Age” dalam A. Chadwick & PN. Howards (eds),
The Handbook of Internet Politics, New York, Rout-
fessionals, Australian Journalism Review 23 (2), hlm. ledge, hlm. 2, ;Terry Flew, (2009) Democracy, partici-
91,; Mark Deuze, The Professional Identity of Jour- pation and convergent media: case studies in contem-
nalists in the Context of Convergence Culture, Obser- porary online news journalism in Australia. Commu-
vatorio (OBS*) Journal, 7 (2008), hlm.109. nication, Politics & Culture, 42(2),hlm 87.
3 5
Philip Meyer, 2009, The Vanishing Newspaper: Saving Lihat Bernhard Debatin, “The Internet as A New Plat-
Jo-urnalism in the Information Age, University of form for Expressing Opinions and as a New Public
Missouri Press, Columbia, hlm.186; Philip Meyer, “The Sphere”, dalam Donsbach: Public Opinion Research (SA-
Elite Newspaper of The Future”, American Journalism GE Handbook), hlm. 64, C. Spark dalam Jo Bardoel &
Review, October/November 2008 issue, hlm 1-2, ; Turo Mark Deuze,‘NETWORK Journalism’: “Converging Com-
Uskali, “Paying Attention to Weak Signals-The Key petences Of Old and New Media Professionals”, Aus-
Concept for Innovation Journalism”, Innovation Jour- tralian Journalism Review 23 (2), hlm. 103.
6
nalism, Volume 02 Number 04, 25 Apr 2005, hlm 16; Gustavo Cardoso, 2006, The Media in The Network So-
Jochen Koch, Strategic Paths and Media Management–A ciety: Browsing, News, Filters, and Citizenship, Lu-
Path Dependency Analysis of the German Newspaper lu.com
368 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 11 No. 2 Mei 2011

media jika hendak tetap bertahan dalam persa- sa lalu orang hanya mengandalkan media berita
ingan bisnis media, perubahan di bidang media yang dijalankan korporat media dengan berba-
ini pula harus diantisipasi oleh pembuat un- gai konotasi modal dan sumberdaya manusia
dang-undang terkait dengan relevansi undang- yang massive, kini berbagai berita dapat di-
undang yang mengatur mengenai media. Hal ini kumpulkan, diolah, dan disampaikan dengan
karena sebagaimana telah diuraikan di awal pa- biaya dan sumber daya manusia yang minimalis.
ragraf, perubahan yang diakibatkan oleh inovasi Kita telah sampai pada era internet yang me-
di bidang teknologi informasi membuat berba- mungkinkan orang memiliki dan mengelola sen-
gai definisi (termasuk yang dibentuk oleh hu- diri medianya.7
kum) menjadi tak lagi relevan. Internet pula memungkinkan terciptanya
Tulisan ini hendak mengkaji perkemba- interaksi yang lebih intens antara media berita
ngan dalam dunia media berita dewasa ini serta dan pembaca. Hal ini membuat tak saja para
impaknya terhadap peraturan perundangan ter- pembaca mampu memberikan feedback atas
khusus perundangan di bidang pers. Satu perta- suatu pemberitaan secara realtime, para pem-
nyaan besar yang hendak dicari jawabnya oleh baca pula dapat terlibat dalam proses pem-
tulisan ini adalah apakah hukum pers Indonesia buatan berita. Inilah yang disebut sebagai citi-
mampu mengakomodir dan atau mengantisipasi zen journalism,8 alias jurnalisme warga, di ma-
perkembangan yang amat pesat di bidang tekn- na setiap warga dunia, senyampang ia terhu-
ologi informasi? Pertanyaan ini diajukan mengi-
7
Lihat Alan Knight, 2003, “Globalised Journalism in the
ngat konsiderans menimbang UU Pers menye-
Internet Age”, ejournalist.com.au Issue 03/0-2/2003,
butkan bahwa kelahiran undang-undang terse- Central Queensland University
8
James Pickett, mengutip Inside CBC.com, menyebutkan
but adalah karena perundangan sebelumnya
Citizen Jounalism sebagai “acts of citizen playing an
(UU Nomor 21 Tahun 1982) dirasa sudah tidak active role in the process of collecting, reporting, ana-
lyzing, and disseminating news and information.” Lihat
sesuai lagi dengan perkembangan jaman, dalam
Jamess Pickett, “Citizen Journalism in Central Asia:
konteks muatannya yang tidak demokratis se- Challenges and Opport-unities of the Growing online
suai dengan tuntutan reformasi, dan bukannya Community”, diakses pada www.eurasia.com, tanggal
24 Maret 2009. Sementara itu Educause menyebut
terkait dengan kemampuannya beradaptasi de- Citizen Journalism sebagai “a wide range of activities in
ngan perubahan jaman. which everyday people contribute information or
commentary about news events. Lihat Educause, “7
Selain hendak mencermati muatan UU Things You Should Know About Citizen Journalism,” dal-
am http://net.educause.edu/ir/library/pdf/ELI7031.
Pers dipandang dari perkembangan teknologi
pdf, tanggal 17 Januari 2011. Lihat Pula Julie Neumann,
informasi, tulisan pula hendak membawa kepa- “The Impact of internet Journalism: An examination of
Blogging, Citizen Journalism, and a Dot.Com Solution
da perenungan berbagai klausul UU Pers dan
for the Online Edition” University of Texas. Namun
kesesuaiannya kebutuhan masyarakat yang te- begitu tak semua mau memberi definisi akan public
journalism ini karena khawatir akan membatasi gerak
rus berubah, dan praktik dalam dunia media
evolutifnya. Lihat misalnya Charlotte Grimes, 1999,
berita dewasa ini. Pada akhirnya, tulisan ini Whither the Civic Journalism Bandwagon?, Discussion
Paper D-36, The Joan Shorenstein Centre on the Press,
menawarkan pembaharuan UU Pers sebagai
Politics, and Public Policy, Cambridge, hlm.3; Steve
langkah yang niscaya demi terpenuhinya rasa Paulussen, Ari Heinonen, David Domingo, Thorsten
Quandt, Doing It Together: Citizen Participation In The
keadilan hukum dalam bidang media berita
Professional News Making Process, Observatorio (OBS*)
Journ-al, 3 (2007), hlm.137,; Andrew Lih, Wikipedia as
Participatory Journalism: Reliable Sources? Metrics for
Pembahasan
evaluating collaborative media as a news resource, 5th
Citizen Journalism dan Media Berita International Sy-mposium on Online Journalism, Uni-
Tak saja mengancam media cetak yang versity of Texas at Austin, April 2004. hlm.2,; An Ngu-
yen, Journalism in the wake of participatory publishing,
meniscayakan kertas dan teknologi cetak, tek- Australian Journalism Review, 28(1), hlm.48,; Thomas
nologi internet pula membuat berbagai media Kern and Sang-Hui Nam, Social Movements as Agents of
Innovation: Citizen Journalism in South Korea, (GIGA)
maisntream seperti media elektronik kehilang- German Institute of Global and Area Stu-dies/Leibniz-
Institut für Globale und Regionale Studien, WP 73/
an dominasinya. Internet telah membuat orang 2008, April 2008, hlm.6,; John Perkins, Social and com-
mampu melakukan distribusi atas informasinya munity media in poor and marginalized urban commun-
ities: a study of collective action in Kibera, Digi-
sendiri, membuat media sendiri. Jika pada ma-
talCollecti-ons@SIT, 4-1-2010, hlm.24.
Revolusi Media, Jurnalisme Global, dan Hukum Pers Indonesia 369

bung dengan piranti komputer dan terhubung masinya. Dengan memberikan space kepada
de-ngan jaringan internet akan mampu menja- masyarakat, kebaharuan berita Tribun News
lankan fungsi sebagai penulis berita. Bukan per- bahkan menjadi lebih up to date lagi. Semen-
usahaan pers atau wartawan pengisi berita saja tara itu stasiun TV Metro TV telah cukup lama
yang menentukan konten suatu media, melain- membuka pintu redaksinya pada masyarakat
kan pula para user yang terdiri dari pengguna awam untuk mengirimkan video amatir. Peris-
dari belahan negara manapun tanpa meman- tiwa bencana alam seperti Tsunami maupun
dang asal-usul. jebolnya tanggul Situ Gintung di Jakarta pada
Monopoli kantor berita dan media massa 2008 adalah contoh nyata betapa keterlibatan
konvensional telah berakhir. Garis waktu seper- warga dalam pembuatan berita memikiki mak-
ti dikenal media konvensional yakni harian, na strategis.
mingguan, dwi mingguan, menjadi tak lagi rele- Keterlibatan masyarakat dalam pembe-
van. Suatu peristiwa yang terjadi di masyarakat ritaan kini seolah telah menjadi semacam fitur
tidak lagi mengharuskan kehadiran wartawan yang wajib ada dalam media berita. Ia telah
sebagai utusan korporasi media untuk melaku- menjadi standar yang harus dilakukan oleh se-
kan liputan. Inovasi di bidang teknologi infor- buah media berita. Pada satu sisi, strategi ini
masi berupa blog9, kamera dan video recorder membuat media berita dapat mengatasi kekur-
digital, internet menjadikan masyarakat mam- angan SDM yang tak mungkin ada dalam setiap
pu melakukan liputan sendiri dan menyiarkan ordinat geografis. Di sisi lain, keterlibatan audi-
sen-diri apa yang disaksikan di masyarakat dan ens akan menimbulkan loyalitas tersendiri kep-
dirasa penting di masyarakat. Perkembangan ada media sehingga pada gilirannya media tak
yang luarbiasa situs jejaring sosial Facebook akan kehilangan audiens, suatu hal yang ditaku-
dan Twitter adalah contoh nyata betapa in- ti oleh media.
formasi kini disebarluaskan oleh sesama warga Lepas dari kesemua yang ditulis di atas,
sendiri. nyatalah bahwa perkembangan teknologi infor-
Inovasi di bidang teknologi informasi yang masi telah membawa perubahan tak saja dalam
membuat orang semakin familiar dengan piranti moda penyampaian berita namun juga dalam
telekomunikasi yang saling terhubung menjadi- pembuatan berita. Teknologi informasi me-
kan dua kekuatan media dalam masyarakat. mungkinkan media berita dan audiens untuk
Pertama adalah para pelaku bisnis media yang berhubungan lebih intens dan saling mengisi.
telah ada (existing player) sedangkan yang Pola penyampaian berita seperti pada masa lalu
kedua adalah warga masyarakat yang menja- semakin tertinggal digantikan dengan pola baru
lankan fungsi penyampaian informasi dengan yang semakin partisipatorik. Di sisi lain, kesem-
jalur citizen journalism. Keduanya bisa berdiri patan bagi warga masyarakat untuk memiliki
dan berjalan sendiri-sendiri, namun ada kala- medianya sendiri lebih terbuka. Semakin ba-
nya berjalan beriringan secara sinergik. Situs nyak alternatif dalam memperoleh informasi
Tribun News yang berbasis di Indonesia misal- dalam masyarakat ini pada gilirannya akan
nya, adalah satu dari sekian contoh media be- membawa kepada persaingan yang sehat, di
rita yang memberi ruang begitu luas kepada mana media yang mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat untuk turut menyampaikan infor- mas-yarakat akan mendapatkan kepercayaan,
seda-ngkan mereka yang gagal untuk meme-
9 nuhinya akan ditinggalkan.
Blog yang sekalipun kerapkali tanpa editing, sifatnya
partisipatiris, bahkan merupakan tantangan tersendiri
bagi jurnalisme tradisional. Blog diyakini merupakan Perkembangan Teknologi Informasi dan Kait-
alternative dalam penyebaran berita dan pemikiran-
pemikiran baru. Lihat Anne Flanagan, “Blogging: A annya Dengan UU No.40 Tahun 1999 Tentang
Journal Need Not A Journa-list Make”, Fordham Intell.
Prop. Media & Ent. L.J vol.16 hlm. 395,; Sonja R. West,
Pers
“Awakening The Press Clause”, 58 UCLA LAW REVIEW Hukum dalam maknanya sebagai hukum
1025 (2011), hlm. 1030;
perundangan yang baik diidealkan mampu me-
370 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 11 No. 2 Mei 2011

nyesuaikan diri dengan perubahan jaman. Oleh ang yang visioner, dalam arti memandang jauh
karenanya, hukum harus selalu terbuka untuk ke depan. Dalam merumuskan frasa tersebut,
revisi jika kenyataan objektif dalam masyara- pembentuk UU ini dapat dikatakan memiliki visi
kat menghendakinya. Hukum yang angkuh tak bahwa wahana komunikasi massa yang melaku-
mau berubah sementara masyarakat telah ber- kan kegiatan jurnalistik tak saja akan terbatasi
ubah akan menjadi piranti yang tak berguna sebagai media cetak dan elektronik, namun ju-
dan bajkan akan lebih menjadi beban masya- ga berbagai alternatif kemungkinan yang akan
rakat. Dalam konteks hukum media, pelbagai muncul. Definisi yang cukup longgar tersebut
inovasi di bidang media yang dipicu inovasi di memberikan ruang terhadap kelahiran media
bidang teknologi komunikasi terutama internet yang relatif baru dalam jurnalistik yakni cyber
tak pelak membawa perubahan sosial di masya- media.
rakat. Sebagaimana telah dipaparkan sebelum- Definisi yang tertuang dalam UU Pers
nya, media berita konvensional dengan pola berkemiripan dengan apa yang diatur dalam
kerja konvensional di masa lalu yang melulu Deklarasi Hak Asasi Manusia (DUHAM) PBB 1948
me-nempatkan korporat media dan para jur- yang menjamin kebebasan berekspresi. Article
nalis sebagai aktor utama semakin tergeser de- 19 DUHAM menyatakan everyone has the right
ngan munculnya fenomena media online mau to freedom of opinion and expression: this
pun jurnalisme warga. Permasalahannya, ber- right includes freedom to hold opinions with-
bagai aspek dalam jurnalistik yang telah diatur out interference and to seek, receive, and im-
oleh hukum tak selalu dapat menyesuaikan diri part information and ideas through any media
dengan perubahan yang ada. UU Pers yakni UU and regardless of frontiers. Sementara, jamin-
No. 40 Tahun 1999 lahir dalam konteks zaman an yang sama juga diberikan dalam Pasal 21
yang amat berbeda dengan kehidupan media di Ketetap-an Majelis Permusyawaratan Rakyat
erah kekinian, yang sedikit banyak hanya dapat (Tap MPR) No. XVII/MPR 1998 Tentang Hak Asa-
menjangkau dan memanglah dimaksudkan un- si Manusia dan Pasal 14 ayat (2) UU No. 39 Ta-
tuk mengatur para aktor utama kehidupan me- hun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia yang pada
dia konvensional di masa lalu. intinya menegaskan jaminan hak setiap orang
Artikel ini mencoba menginventaris be- untuk mencari, memperoleh, memiliki, me-
berapa ketentuan dalam UU Pers yang dalam nyimpan, mengolah, dan menyampaikan infor-
beberapa hal tetap menemukan relevansinya masi dengan menggunakan segala jenis sarana
dalam konteks kehidupan bermedia di masa ki- yang tersedia.
ni, namun pada sisi lain mendapat cabaran se- Terlihat bahwa definisi pers dalam UU
rius berseiring dengan perkembangan dan pe- Pers meliputi segala hal yang mencakup kegiat-
rubahan-perubahan tersebut. an mencari, memperoleh, memiliki, menyim-
pan, mengolah, dan menyampaikan informasi
Definisi Pers baik dalam bentuk tulisan, suara dan gambar,
Pasal 1 ayat (1) UU No 40 Tahun 1999 serta data dan grafik maupun dalam bentuk
Tentang Pers mendefinisikan Pers sebagai lem- lainnya dengan menggunakan media cetak, me-
baga sosial dan wahana komunikasi massa yang dia elektronik, dan segala jenis saluran yang
melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi tersedia. Definisi ini sekaligus menjadi titik
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mula untuk mempertanyakan, apakah kegiatan
mengolah, dan menyampaikan informasi baik media berita yang terbaru sebagai akibat dam-
dalam bentuk tulisan, suara dan gambar, serta pak dari perkembangan teknologi informasi se-
data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya kaligus pula terakomodasi dalam berbagai klau-
dengan menggunakan media cetak, media elek- sul UU No 40 Tahun 1999. Tulisan ini akan men-
tronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. coba menjawabnya.
Frasa “…dan segala jenis saluran yang tersedia”
dapat dikatakan sebagai rumusan undang-und- Definisi wartawan
Revolusi Media, Jurnalisme Global, dan Hukum Pers Indonesia 371

Pasal 1 ayat (4) UU Pers mendefiniskan mana diatur dalam UU Pers? Permasalahan ini
wartawan sebagai orang yang secara teratur penting guna dicari jawabnya terkait dengan
melakukan kerja jurnalistik. Tidak ditemukan konsekwensi hukum yang tak remeh atas status
keterangan lebih lanjut pada penjelasan UU wartawan, terutama jika berkaitan dengan hak
tersebut karena pada bagian Penjelasan Pasal 1 dan kewajiban wartawan. Dalam konteks jurna-
UU Pers ditulis dengan “cukup jelas”. Dengan lis cyber sebagaimana diilustrasikan di atas,
demikian, dapat dikatakan bahwa undang-un- apakah orang yang mengelola situs internet
dang telah memberikan definisi final mengenai yang menjalankan kegiatan jurnalistik tersebut
apa yang dimaksud dengan wartawan. Namun juga mendapat jaminan perlindungan hukum
demikian, definisi yang seperti itu bukannya karena diakui sebagai wartawan sebagaimana
tanpa masalah. Pada era pra internet, memang termakt-ub dalam Pasal 8 UU Pers? Jika seorang
demikianlah adanya seorang pencari berita ia misalnya, mengalami tindak kekerasan atau
yang dikenal dengan sebutan wartawan itu. Ia dihalang-halangi dari kegiatannya mencari in-
melakukan kegiatan jurnalistik yang meliputi formasi ketika melakukan peliputan misalnya,
mencari, mengolah, dan menyampaikan infor- akankah ia mendapatkan perlindungan hukum
masi. Namun inovasi teknologi membuat defini- dalam kapasitasnya sebagai wartawan? Masih
si tersebut dapat dipertanyakan relevansinya. dalam kaitannya dengan hak seorang warta-
Sebagaimana telah disebutkan di atas, wan, akankah seorang wartawan cyber, akan-
teknologi informasi memungkinkan setiap orang kah para pegiat citizen journalism mempunyai
untuk melakukan kerja sebagaimana didefinisi- hak tolak manakala ia harus mempertanggung-
kan sebagai kerja wartawan sekaligus menja- jawabkan pemberitaan di depan hukum seba-
lankan bisnis media. Seorang yang mempunyai gaimana dijamin dalam Pasal 4 ayat (4) UU
situs internet yang dikelolanya sendiri, yang Pers?
mencari, mengolah dan menyampaikan infor- Beberapa pertanyaan di atas setidaknya
masi melaluinya adalah juga melakukan kerja mengajak kita untuk merenungkan betapa defi-
jurnalistik. Fenomena seperti ini tidak lagi ber- nisi wartawan sekarang telah mengalami perge-
ada di alam ide dan wacana belaka, melainkan seran makna yang signifikan. Tulisan ini sendiri
telah dipraktikkan secara massive. Dengan se- amat meyakini bahwa era untuk mengasosiasik-
buah blog orang maupun sekelompok orang da- an wartawan dengan media tertentu apalagi
pat mengelola sendiri suatu situs internet dan dalam relasi buruh-majikan kini telah lewat su-
menjadikannya sebagai wahana komunikasi ma- dah. Mengekalkan definisi wartawan seperti
ssa, menjadikannya sebagai media berita (news itu: yang berkerja di harian tertentu, dengan
media). Singkat kata, blog pula menjalankan membawa catatan kecil memakai rompi dimana
fungsi seperti yang diemban media tradisional tulisannya akan dibaca di surat kabar maupun
pada umumnya yakni mencari dan menyampai- media elektronik seperti radio telah menjadi
kan informasi. Kerapkali bahkan apa yang ditu- kenangan masa lalu dan jika hendak tetap dija-
lis dan disampaikan melalui blog lebih lengkap dikan sebagai definisi wartawan seolah mengi-
daripada media tradisional, apa yang disebut ngkari perubahan sosial. Sebagaimana ditulis
sebagai partcipatory journalism. Dalam bebera- oleh Robert L. Berkman dan Christoper A. Sum-
pa hal, blog pula adalah journalisme.10 way, banyak orang meyakini bahwa wartawan
Pertanyaan yang dapat diajukan terkait atau jurnalis haruslah mereka yang memiliki
dengan hal ini adalah apakah kemudian setiap standar kecakapan atau pendidikan tertentu.
orang yang menggeluti blog, dan menjalankan Namun demikian banyak pula yang meyakini
cyber journalism melalui situs internet terlepas bahwa mendefinisikan wartawan adalah tidak
berbayar atau tidak-juga akan dikategorikan lagi relevan. 11
(diakui oleh hukum) sebagai wartawan sebagai-
11
Robert L. Berkman & Christopher A. Sumway, 2003,
10
J.D. LAsica, ”Blogs and Journalism Need Each Other”, Digital Dillemas: Ethical Issues for Online Media
Nieman Reports, Fall 2003, hlm.71. Professionals, Iowa State Press, hlm. 63-64,; Nurudin,
372 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 11 No. 2 Mei 2011

mokrasi dan kebebasan informasi di Cuba men-


Sensor, Bredel, dan Pelarangan Penyiaran siasati sensor dan blokir yang diterapkan oleh
Persoalan lain terkait dengan dampak negeri komunis tersebut. Sanchez menulis “a
inovasi di bidang teknologi informasi adalah be- few websites with Cuban themes, created by
rkaitan dengan sensor, bredel, dan pelarangan Cubans in exile, are not accessible from natio-
penyiaran. Pasal 1 ayat (8) UU Pers menyatakan nal servers. Nevertheless, the proliferation of
bahwa penyensoran adalah penghapusan secara software to evade censorshiplike Psiphon, Tor,
paksa sebagian atau seluruh materi informasi and Tor Freedom-enable the interested reader
yang diterbitkan atau disiarkan, atau tindakan to enter those blocked pages. Some we-bsites
teguran atau peringatan yang bersifat mengan- made on the island have emerged to give advi-
cam dari pihak manapun, dan atau kewajiban ce on how to avoid cyvberpolice”.
melapor, serta memperoleh ijin dari pihak yang Demikianlah, pada era pra-internet, pe-
berwajib, dalam pelaksanaan jurnalistik. Se- nerbitan pers asing dalam format cetak ba-
mentara itu Pasal 1 ayat (9) UU Pers menya- rangkali bisa dicegah tangkal masuknya ke wila-
takan bredel atau pelarangan penyiaran seba- yah hukum Indonesia. Namun hal ini tak lagi
gai penghentian penerbitan dan peredaran atau mudah untuk diterapkan. Selain harga politik
penyiaran secara paksa atau melawan hukum. (pol-itical cost) yang terlalu mahal, sensor dan
Pasal 4 ayat (2) UU Pers menyatakan bah- bredel pers yang menggunakan media internet,
wa terhadap pers nasional tidak dikenakan sen- radio gelombang pendek adalah hal yang secara
sor, bredel, dan pelarangan penyiaran. Terke- teknis tidak mudah dilakukan. Kalaupun hal itu
san dari klausul tersebut bahwa UU Pers me- dilakukan pemerintah sebagaimana dilakukan
nganut prinsip non-bredel terhadap pers yang pemerintah China pada 2009 terhadap situs
menjamin kebebasan informasi. Namun demiki- youtube, teknologi juga memberikan jalan un-
an, secara implisit pasal tersebut menegaskan tuk keluar dari pemberangusan tersebut.
bahwa sesungguhnya UU Pers masih mengenal Pertanyaan-pertanyaan demikian menjadi
bredel, sensor dan pelarangan penyiaran yakni penting diajukan jika kita tak hendak memper-
jika terkait dengan pers asing. tahankan rumusan dalam UU Pers yang terlihat
Terlepas bahwa klausula tersebut adal-ah ‘heorik’ namun tak akan efektif dalam pelak-
diskriminatif, penafsiran secara a contrario ter- sanaannya. Disadari bahwa perundangan apa-
hadap ketentuan Pasal 4 ayat (2) UU tersebut pun seperti UU Pers bisa saja memuat klausul
menunjukkan bahwa sensor, bredel, dan pela- yang tidak feasible seperti demikian, namun
rangan penyiaran secara legal dapat diterap- tentu saja peraturan perundangan seperti itu
kan terhadap pers asing. Tulisan ini tak hendak akan dipertanyakan daya lakunya.
menggugat disksriminatifnya klausul tersebut, Alih-alih menerapkan sesuatu yang tak la-
namun bagaimana bredel, sensor, dan pelara- gi dimungkinkan dan sesuai dengan tujuan ja-
ngan penyiaran bisa diterapkan terhadap pers man, penghapusan klausul seperti itu akan
asing, terlebih pers asing yang menggunakan membuat UU Pers nampaknya menjadi pilihan
media internet? Dapatkah negara melakukan yang niscaya kalau kita tak ingin kehilangan ke-
blokir dan sensor terhadap pers asing? Bisa jadi wibawaan hukum. Kalaulah klausul demikian di-
dapat, namun demikian harus pula diingat bah- adakan untuk menangkal hal-hal yang dinilai
wa teknologi juga menawarkan jalan keluar un- negatif, kalaulah hal demikian dianggap suatu
tuk itu. masalah, maka harus mulai disadari adanya
Sebuah artikel yang ditulis Yoani Sanchez pendekatan non-hukum guna mengantisipasi
berjudul Lost in Cyberspace menceritakan de- hal-hal tersebut. Hukum bukan satu-satunya
ngan baik bagaimana elemen-elemen pro de- instrumen yang harus didayagunakan dalam
perubahan sosial. Mekanisme kontrol di dalam
“Desakan Jurnalisme Baru dan Tantangan Media Cetak”, masyarakat pula harus diperhitungkan sehingga
Jurnal Bestari, Vol 41 (2009), hlm.181,
Revolusi Media, Jurnalisme Global, dan Hukum Pers Indonesia 373

hukum, kendati minimalis sifatnya, akan lebih ai salah satu wujud prinsip kedaulatan rakyat.
berkesesuaian dengan kebutuhan masyarakat. Mengakui dan memberi legitimasi terhadap ke-
giatan pers semata pada yang berbadan hukum
Definisi Pers Nasional dengan segenap perlindungan hukum yang men-
UU Pers mendefinisikan pers nasional se- jadi konsekwensinya sama saja dengan pembat-
bagai perusahaan pers yang berbadan hukum asan bahkan diskriminasi terhadap hak warga
Indonesia, dan pers asing sebagai perusahaan untuk mencari, mengolah, dan menyampaikan
pers yang berbadan hukum asing. Distingsi ber- informasi serta hak untuk mendapatkan perlin-
basis badan hukum nampak berlebihan, karena dungan hukum.
seolah memberikan keharusan adanya bentuk
badan hukum untuk diakuinya suatu kegiatan Kantor Berita: Hanya Menyediakan Berita?
jurnalistik sebagai bagian dari pers nasional. Perkembangan teknologi dan informasi
Secara implisit, ketentuan tersebut dapat disi- telah pula berimbas pada aktifitas kantor beri-
mpulkan bahwa jika tak berbadan hukum nasio- ta. Pasal 1 butir 3 UU Pers menyatakan bahwa
nal, maka suatu aktifitas pers bukanlah bagian kantor berita adalah perusahaan pers yang me-
dari pers nasional, dan jika tidak berbadan hu- layani media cetak, media elektronik, atau me-
kum asing, maka ia bukan bagian dari pers dia lainnya serta masyarakat umum dalam me-
asing. Namun demikian, berbagai situs internet mperoleh informasi. Jika kita melihat aktifitas
yang melakukan citizen journalism tak saja kantor berita entah yang berbasis di dalam mau
menghilangkan kewajiban adanya kertas, na- pun di luar Indonesia, kantor berita kini tak lagi
mun juga menafikan bentuk organisasi yang benar-benar sebagai pelayan media cetak. Li-
berbadan hukum sekedar untuk menjadi per- hatlah situs kantor berita Antara (antara.co.id).
usahaan pers. Apakah mereka yang menjalan- Kini, Antara sebagai kantor berita Indonesia tak
kan kegiatan mencari menyimpan memperoleh saja melayani media berita, namun juga men-
dan menyebarlu-askan informasi seperti itu tak jalankan fungsinya sebagai media berita. Dalam
hendak dikatakan sebagai pers nasional sekedar portal Antara tak lagi dapat kita bedakan fitur-
karena tak berbadan hukum? Jika status badan nya dengan situs media berita lainnya seperti.
hukum adalah syarat mutlak dapat dikatakan Hal yang sama juga dijumpai dalam kantor be-
sebagai bagian dari pers nasional, maka sese- rita internasional seperti Reuters maupun Asso-
derhana itukah (status berbadan hukum) krite- ciated Press Kantor berita ini telah menjadi
ria untuk dapat mengatakan bahwa suatu akti- media berita, menjalankan aktivitas jurnalistik
fitas masyarakat dalam mencari, mengolah, yang sama dengan media berita umumnya.
menyimpan, dan menyampaikan informasi un- Hukum ada untuk mengabdi kepada ke-
tuk dapat terbilang sebagai kegiatan pers? pentingan masyarakat. Maknanya adalah bahwa
Jika pers nasional hanya diakui terhadap hukum harus mampu memenuhi kebutuhan ma-
institusi yang berbadan hukum saja, maka pers nusia yang berada dalam perubahan dan per-
nasional akan menjadi sangat sempit. Pers me- kembangan sosial, bukan manusia untuk meme-
ngalami reduksi makna hanya kepada mereka nuhi keharusan hukum yang kaku dan statis, ke-
yang memenuhi syarat formal saja. Dalam de- harusan mana tidak mensejahterakan namun
rajat tertentu, persyaratan berbadan hukum ini kerapkali justeru membuat manusia menjadi
bisa saja dimaksudkan sebagai instrumen kon- tak terfasilitasi yang pada gilirannya tidak ter-
trol Negara terhadap kebebasan informasi dan lindungi hak dan kebebasannya. Beberapa per-
berkespresi warga, menggantikan instrument masalahan dalam UU Pers seperti yang diutara-
Surat Ijin Terbit (SIT) dan Surat Ijin Usaha Pen- kan di atas berpotensi menimbulkan kerancuan
erbitan Pers (SIUPP) yang amat ampuh digunak- di lapangan dan dalam penegakan hukum pers
an pada masa authoritarian Orde Lama dan Or- itu sendiri karena UU memang tidak memberi-
de Baru. Hal ini jelas bertolakbelakang dengan kan definisi yang mampu menyesuaikan diri
kebebasan pers dan kebebasan informasi sebag- dengan perkembangan jaman.
374 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 11 No. 2 Mei 2011

Redefinisi terhadap profesi wartawan hakan UU Pers pada pengusaha daripada kepa-
menjadi mutlak diperlukan, yang mau tak mau da wartawan. Posisi wartawan dalam konteks
mengharuskan perubahan UU Pers ini. Hal ini keberadaannya sebagai buruh dari perusahaan
agar tidak terjadi ancaman pelanggaran hak amat sangat kentara tak diuntungkan.
atas kebebasan wartawan hanya karena tidak Satu hal yang dapat dijadikan contoh me-
ada pengakuan wartawan. Dalam hal sensor dan ngenai ini adalah soal perlindungan pada war-
bredel, juga akan menjadi pasal yang tidak tawan. Pasal 8 UU pers memberi jaminan per-
efektif karena perkembangan teknologi akan lindungan pada wartawan, namun hingga kini
memungkinkan bredel dan sensor untuk dihada- tak jelas benar apa yang dimaksud dengan per-
pi. lindungan hukum terhadap wartawan itu. Yang
pasti, UU Pers sama sekali tidak memberikan
Perubahan UU Pers: Perlukah klau-sul perlindungan terhadap wartawan da-
Dari paparan di atas maka kita dapat sim- lam hal liputan di medan konflik maupun dae-
pulkan bahwa perubahan teknologi informasi rah bencana. Lebih jauh ada indikasi bahwa UU
nyatalah menjadi hal yang amat berpengaruh Pers tak hendak mewajibkan pada pengusaha
dalam kehidupan media berita kita. Batas-batas untuk selalu dalam kedaan melindungi warta-
dan definisi sebagaimana tertuang dalam per- wan alias buruh yang bekerja padanya.12
undangan maupun peraturan hukum mengenai
pers menjadi semakin tidak relevan dan tak Penutup
berkesesuaian lagi dengan realita di masa kini. Simpulan
UU Pers masih menyibukkan diri dengan meng- Perkembangan yang begitu pesat dalam
atur media berita dan segala aspeknya, namun bidang media serta aktifitas jurnalistik warga
dalam paradigma lama yang tak lagi sesuai yang dipicu oleh perkembangan di bidang tek-
dengan kebutuhan dan praktik media kekinian. nologi informasi nyatalah tidak cukup terako-
Oleh karenanya sesungguhnyalah perubahan da- modir dalam hukum pers yang kini berlaku di
lam UU Pers menjadi sesuatu yang harus dilaku- Indo-nesia. Aktivitas-aktivitas seperti citizen
kan. Perubahan ini penting untuk menjangkau journa-lism, blog journalism yang telah nyata
berbagai hal yang kini berada di dal-am ranah dijalankan oleh media berita seolah merupakan
abu-abu (grey areas). Untuk itu, perlu berbagai ranah abu-abu yang tak jelas pengaturannya,
terobosan untuk mengatasi berbagai perubahan karena hukum pers yang ada belum disesuaikan
yang berada dalam ruang vakum tanpa peng- dengan perkembangan.
aturan oleh hukum. Tulisan ini meyakini bahwa adalah pen-
Perubahan undang-undang misalnya perlu ting untuk menyadari bahwa perkembangan ya-
memberikan batasan yang lebih tegas lagi ke- ng pesat terutama di bidang teknologi informasi
pada apa yang hendak didefinisikan sebagai telah membawa manusia kepada babak baru
wartawan. Hal ini penting untuk menghindari peradaban dimana manusia kian mampu meng-
adanya orang yang menjadi korban manakala olah informasi yang didapatnya. Di sini, mono-
melakukan kegiatan jurnalistik namun tak di- poli informasi termasuk dalam mengolah, me-
anggap sebagai wartawan dan oleh karenanya nyampaikan informasi tidak lagi dimiliki oleh
tak dilindungi oleh hukum. Selain itu, penting
pula mengadakan pelbagai perubahan lainnya 12
Mengenai permasalahan perlindungan wartawan kaitan-
dalam UU pers sekalipun tak bersangkut paut nya dengan regulasi hukum media di Indonesia bacalah
Manunggal K. Wardaya, “Kekerasan Terhadap Jurnalis,
dengan dampak perkembangan teknologi ter- Perlindungan Profesi Wartawan, dan Kemerdekaan Pers
kini terhadap kelangsungan media. Perubahan di Indonesia”, makalah disampaikan dalam Diskusi Ad-
vokasi Jurnalis, Baturraden, 20 Mei 2011,; Ishviati J
dimaksud adalah langkah yang dirasakan telah Koenti, “Perkembangan Media Massa Dalam Kerangka
mendesak dilakukan untuk mengakhiri keberpi- Politik Di Indonesia Dan Peranannya Dalam Pemilu”,
Jurnal Konstitusi, Vol. II, No. 1, Juni 2009, hlm.62,
Revolusi Media, Jurnalisme Global, dan Hukum Pers Indonesia 375

perusahaan pers besar yang mensyaratkan aku- Flew, Terry. “Democracy, Participation and
mulasi kapital yang besar. Semakin murahya Convergent Media: Case Studies in Con-
temporary Online News Journalism in
tekno-logi juga membuat media berita menjadi
Australia”. Communication, Politics &
dapat dimiliki dan dilakukan oleh semua. Culture, Vol. 42 No. 2 2009;
Perundangan pers Indonesia seharusnya Grimes, Charlotte. 1999. Whither the Civic
mengantisipasi dan memfasilitasi perkembang- Journalism Bandwagon?. Discussion Paper
an teknologi, sehingga kehidupan pers menjadi D-36, The Joan Shorenstein Centre on the
lebih demokratis. Sudah saatnya pemerintah Press, Politics, and Public Policy, Cam-
bridge;
dan DPR memahami hal ini dan untuk kemudian
Kern, Thomas. and Sang-Hui Nam, Social Move-
melakukan perubahan terhadap UU Pers. Peru- ments as Agents of Innovation: Citizen
bahan yang dilakukan tidak ditujukan untuk Journalism in South Korea. (GIGA) Ger-
membatasi namun lebih kepada memfasilitasi man Institute of Global and Area Stu-
pers nasional agar tetap dapat berfungsi maksi- dies/Leibniz-Institut für Globale und Re-
gionale Studien, WP 73/ 2008, April 2008;
mal sebagai kontrol sosial di tengah perubahan
Knight, Alan. 2003. Globalised Journalism in
teknologi. Justeru di sini yang perlu ditekankan
the Internet Age. ejournalist.com.au
adalah bahwa perubahan ditujukan pada perlin- Issue 03/0-2/2003, Central Queensland
dungan hukum yang lebih kuat terhadap insan University
pers. Koch, Jochen. “Strategic Paths and Media Ma-
nagement–A Path Dependency Analysis of
Daftar Pustaka the German Newspaper Branch of High
Quality Journalism”. Schmalenbach Busi-
Bardoel, Jo & Mark Deuze, “Network Jour- ness Review, 60 January 2008;
nalism: Converging Competences of Old
Koenti, Ishviati J. “Perkembangan Media Massa
And New Media Professionals”. Australian dalam Kerangka Politik di Indonesia dan
Journalism Review Vol. 23 No. 2 2001; Peranannya dalam Pemilu”, Jurnal Kons-
Berkman, Robert L. & Christopher A. Sumway. titusi, Vol. II, No. 1, Juni 2009;
2003. Digital Dillemas: Ethical Issues for
LAsica, J.D. ”Blogs and Journalism Need Each
Online Media Professionals. Iowa State Other”. Nieman Reports, Fall 2003;
Press;
Lih, Andrew. Wikipedia as Participatory Jour-
Cardoso, Gustavo. 2006. The Media in The Net- nalism: Reliable Sources? Metrics for eva-
work Society: Browsing, News, Filters, luating collaborative media as a news
and Citizenship. Lulu.com
resource. 5th International Symposium on
Chadwick, A. & PN. Howards (eds). The Hand- Online Journalism, University of Texas at
book of Internet Politics. New York: Austin, April 2004
Routledge; Meyer, Philip. “The Elite Newspaper of The Fu-
Debatin, Bernhard. “The Internet as A New ture”. American Journalism Review, Oc-
Plat-form for Expressing Opinions and as tober/November 2008;
a New Public Sphere”, dalam Donsbach:
-------. 2009. The Vanishing Newspaper: Saving
Public Opinion Research (SAGE Hand- Journalism in the Information Age. Co-
book); lumbia: University of Missouri Press,
Deuze, Mark. “The Professional Identity of Neumann, Julie. The Impact of internet Jour-
Journalists in the Context of Convergence nalism: An examination of Blogging, Citi-
Culture”. Observatorio (OBS*) Journal, 7 zen Journalism, and a Dot.Com Solution
(2008); for the Online Edition. University of
Educause. “7 Things You Should Know About Ci- Texas;
tizen Journalism”. dalam http://net.edu- Ngu-yen, An. “Journalism in the Wake of Parti-
cause.edu/ir/library/pdf/ELI7031.pdf,
cipatory Publishing”. Australian Journa-
tanggal 17 Januari 2011; lism Review, Vol. 28 No. 1;
Flanagan, Anne. “Blogging: A Journal Need Not
A Journalist Make”. Fordham Intell. Prop.
Media & Ent. L.J Vol. 16;
376 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 11 No. 2 Mei 2011

Nurudin. “Desakan Jurnalisme Baru dan Tan- ment dalam Penyelenggaraan Pemerinta-
tangan Media Cetak”. Jurnal Bestari, Vol han di Era Globalisasi”. Dialogue JIAKP,
41 2009; Vol. 02 No. 03, September 2005;
Paulussen, Steve; Ari Heinonen, David Domi- R. Sonja. West, “Awakening the Press Clause”,
ngo, Thorsten Quandt. “Doing It Toget- 58 UCLA LAW REVIEW 1025 2011;
her: Citizen Participation In The Profes- Uskali, Turo. “Paying Attention to Weak
sional News Making Process”, Observa- Signals-The Key Concept for Innovation
torio (OBS*) Joural, Vol. 3 (2007); Journalism”. Innovation Journalism, Vol.
Perkins, John. Social and Community Media in 02 No. 04, 25 Apr 2005;
Poor and Marginalized Urban Communi- Wardaya, Manunggal K. Kekerasan Terhadap
ties: a Study of Collective Action in Jurnalis, Perlindungan Profesi Wartawan,
Kibera. Digi-talCollecti-ons@SIT, 4-1- dan Kemerdekaan Pers di Indonesia. Ma-
2010; kalah disampaikan dalam Diskusi Ad-
Pratama, Arief Budi. “Impementasi E-Govern- vokasi Jurnalis, Baturraden, 20 Mei 2011.

Anda mungkin juga menyukai