Anda di halaman 1dari 72

JURNAL DEWAN PERS

EDISI 14 - JUNI 2017

Mendorong Profesionalisme Pers


Melalui
Verifikasi Perusahaan Pers

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 1


2 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14
DAFTAR ISI

EDISI 14 - JUNI 2017

Pengarah Pengantar | 5
Yosep Adi Prasetyo Editorial | 9
Ahmad Djauhar A.Fokus Utama :
Profesional, Abal-Abal, dan Hoax | 11
Penanggung Jawab / Pemimpin Redaksi
Ratna Komala Uji Kompetensi, Menuju Wartawan
Profesional | 21
Wakil Pemimpin Redaksi Media profesional dan
Hendry Ch. Bangun Literasi Digital| 29
Perspektif Verifikasi Perusahaan
Penyunting
Pers dari Sudut Pandang Jurnalis
Winarto
Artini Televisi dan Bisnis Media | 35
B.Profil :
Sekretariat Media Online: Yang Profesional dan
Lumongga Sihombing Yang Abal Abal | 41
Deritawati Sitorus C. Analisis
Sri Lestari
Analisis Rekapitulasi Data Pengaduan
Hartono
Watini Dewan Pers: Kasus Media
Abal-abal | 45
Desain & Tata Letak D. Pernak-Pernik
Dedy Kholik Kemelut Pers Orde Baru | 59

© 2017 DEWAN PERS

ISSN 2085-6199

Sekretariat Dewan Pers


Gedung Dewan Pers Lantai 7 – 8
Jl. Kebon Sirih No. 32-34 Jakarta Pusat
Telp. (021) 3504874-75, 77
Faks. (021) 3452030

Website
www.dewanpers.or.id
www.presscouncil.or.id

E-Mail
sekretariat@dewanpers.or.id
Twitter
@dewanpers

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 3


4 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14
KATA PENGANTAR

Verifikasi Pers
di Indonesia

P
ers Indonesia memiliki peranan penting
dalam mewujudkan cita-cita negara Indonesia
sebagaimana tercantum dalam pasal 6 Undang-
Undang No 40 Tahun 1999 tentang Pers.
Antara lain memenuhi hak masyarakat untuk
mengetahui; menegakkan nilai dasar demokrasi,
mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan HAM,
serta menghormati kebhinekaan; mengembangkan
pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat,
akurat dan benar; melakukan pengawasan, kritik,
koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan pemerintahan, bisnis, kepentingan umum.
Terakhir, memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
Kebebasan pers memiliki hubungan yang erat
dengan fungsi pers dalam masyarakat demokratis.
Pers adalah salah satu kekuatan demokrasi terutama
kekuatan untuk mengontrol dan mengendalikan
jalannya pemerintahan. Dalam masyarakat demokratis,
pers berfungsi menyediakan informasi dan alternatif
serta evaluasi yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk
partisipasinya dalam proses penyelenggaraan negara.
Kedaulatan rakyat tidak bisa berjalan atau berfungsi
dengan baik jika pers tidak memberikan informasi dan
alternatif pemecahan masalah yang dibutuhkan.
Kebebasan pers diperlukan untuk demokrasi,
keadilan dan kebenaran, memajukan kesejahteraan
umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Karena
itulah dalam Pasal 4 UU No 40/1999 tentang Pers
dinyatakan bahwa kemerdekaan pers dijamin sebagai
hak asasi warga negara; terhadap pers nasional tidak
dikenakan penyensoran; pembredelan atau pelarangan
penyiaran; untuk menjamin kemerdekaan pers, pers
nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan
menyebarluaskan gagasan dan informasi; dan hak tolak
sebagai bentuk pertanggungjawaban pemberitaan.
Sistem demokrasi jelas menjamin kemerdekaan

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 5


pers. Namun, demokrasi memerlukan untuk mendata perusahaan pers sebagai
sebuah prasyarat yaitu ketertiban. Tanpa mana diamanatkan undang-undang (Pasal
sebuah ketertiban, niscaya demokrasi bakal 15 UU No 40 Tahun 1999 tentang Pers),
tak ada. Karena itu, kemerdekaan pers juga Dewan Pers juga mesti menindak-lanjuti
membutuhkan model pengaturan. Dalam Piagam Palembang 2010 yang merupakan
hal ini, sesuai UU No 40/1999 tentang Pers, inisiatif masyarakat pers untuk menata diri.
adalah pengaturan berupa self regulation Jurnal Dewan Pers edisi kali ini
oleh kalangan komunitas pers. menyajikan urgensi uji kompetensi
Undang-undang pers adalah sebuah wartawan, Semuel Pangemanan membahas
undang-undang yang unik di Indonesia perihal profesionalisme media dan literasi
karena satu-satunya undang-undang digital, Indria Purnama Hadi mengulas soal
di Indonesia yang tidak ada peraturan perspektif verifikasi dari sudut pandang
pemerintah (PP) maupun peraturan jurnalis televisi dan bisnis media, Iin
menteri (Permen) sebagai peraturan Yumiyanto menulis tentang perspektif
pelaksanaannya. Banyak orang tidak tahu verifikasi dari sudut pandang jurnalis media
bahwa semangat para pengonsep dan online, dan tokoh pers senior Sabam Leo
penggagas undang-undang pers ini secara Batubara membuat analisis atas rekapitulasi
sengaja memang membatasi campur tangan pangaduan yang masuk ke Dewan Pers.
orang dari luar pers untuk mengatur-atur Pada bagian resensi, Artini mengulas buku
dan memasuki ruang kemerdekaan pers. referensi tentang HPN 2017.
Para penyusun undang-undang pers Selamat membaca dan menyimak.
berharap para wartawan profesional
dan masyarakat pers, dengan difasilitasi
Dewan Pers, mengatur diri sendiri melalui Yosep Adi Prasetyo
penyusunan berbagai peraturan, pedoman,
termasuk menyusun kode etik jurnalistik. Ketua Dewan Pers
Dalam prinsip kemerdakaan pers,
pengaturan pers di Indonesia dilakukan
sendiri oleh masyarakat pers melalui Dewan
Pers. Dengan demikian, Dewan Pers bisa
disebut sebagai self regulation body.
Verifikasi media adalah bagian penting
yang menjadi mandat Dewan Pers. Verifikasi
adalah suatu proses pemeriksaan untuk
menentukan data dan informasi yang
disampaikan perusahaan pers ke Dewan
Pers itu sudah benar dan sesuai atau tidak.
Di sisi lain, verifikasi media juga adalah
suatu proses pembuktian secara faktual.
Selain tercantum dalam fungsi Dewan Pers

6 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14


EDITORIAL

Mendorong
Profesionalisme Pers
Melalui Verifikasi
Perusahaan Pers

B
eberapa minggu jelang tanggal 9 Februari 2017,
para jurnalis, masyarakat pers dan media di
Indonesia ramai membicarakan soal verifikasi
Perusahaan Pers. Memang pada tanggal 9 Februari
2017, dalam peringatan Hari Pers Nasional di Ambon,
Dewan Pers mengumumkan media-media yang lulus
verifikasi sekaligus memberikan sertifikat verifikasi
kepada media yang bersangkutan. Momentum ini
memberikan hikmah dan menumbuhkan “awareness”
yang signifikan bagi sebagian besar media, karena sejak
komitmen verifikasi Perusahaan Pers yang ditandai
dengan dideklarasikannya Piagam Palembang tahun
2010, atau setelah tujuh tahun Piagam Palembang
dicanangkan, barulah Perusahan-perusahaan Pers yang
pemiliknya ikut menandatangani Piagam Palembang,
bersemangat untuk memenuhi komitmen tersebut.
Bahkan memberikan semangat pula kepada media-
media yang tidak termasuk penandatangan Piagam
Palembang, di mana secara proaktif perusahaan-
perusahaan tersebut mendaftar untuk diverifikasi.

Adapun isi dari Piagam Palembang ialah :


komitmen memenuhi Standard Perusahaan Pers
sesuai peraturan yang ditetapkan Dewan Pers,
menegakkan Kode Etik Jurnalistik dalam kegiatan
jurnalistiknya, mengikutsertakan jurnalisnya dalam
Uji Kompetensi Jurnalis untuk mendapatkan sertifikat,
dan pencantuman logo verifikasi Perusahaan Pers.

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 7


Ve r i f i k a s i P e r u s a h a a n P e r s : informasi hoax atau berita palsu. Hal ini
Profesionalisme Melawan Abal-abal dan antara lain tercatat dalam kasus-kasus
Hoax pengaduan yang disampaikan ke Dewan
pers yang rata-rata mencapai angka 500
Sejak Reformasi 1998, pertumbuhan kasus per tahun. Bahkan sebagian besar
media di Indonesia meningkat pesat, pengaduan menunjukkan adanya praktik
khususnya setelah diundangkannya media yang dikenal sebagai “abal-abal” ini
Undang Undang Pers No 40 tahun 1999, melakukan pemerasan terhadap pejabat
yang menjamin kemerdekaan pers sebagai Pemerintah Daerah.
hak asasi warga negara. Iklim kebebasan
kemudian mendorong pertumbuhan media Persoalan lain yang dihadapi pers
dan perusahaan pers, khususnya dengan Indonesia adalah perusahaan pers yang
tidak ada lagi persyaratan Surat Izin Usaha tidak memenuhi standard, termasuk standar
Penerbitan Pers (SIUPP) maka siapapun perlindungan terhadap wartawannya. Di sisi
dengan mudah mendirikan perusahaan lain data statistik
pers. Demikian pula kemudahan mendirikan menunjukkan ada kecenderungan
media berbasis internet, mendorong peningkatan kekerasan terhadap wartawan,
tingginya jumlah media online di Indonesia baik dalam bentuk intimidasi, menghalang-
yang hingga akhir tahun 2016 mencapai halangi tugas wartawan hingga pembunuhan
43.400 media, namun yang tercatat di yang antara lain dilakukan oleh kelompok
Dewan Pers baru 168 media. Sementara masyarakat tertentu termasuk oknum
jumlah media cetak menurut data Pers aparat. Perusahaan pers tentunya menjadi
Dewan Pers tahun 2016 ada 2000 media dan pihak pertama yang harus melindungi
yang tercatat di Dewan Pers baru 321 media. wartawannya termasuk mendorong
Dari data yang sama jumlah media Televisi penegakan hukumnya. Maka Dewan Pers
di Indonesia mencapai 523 dan media radio menganggap program verifikasi Perusahaan
berjumlah 674. pers menjadi sangat urgent untuk dilakukan.

Pesatnya pertumbuhan media pasca Beberapa bulan terakhir tahun 2016


reformasi ini menimbulkan tantangan Dewan Pers pun intensif melakukan
baru sekaligus berbagai persoalan bagi Program verifikasi Perusahaan Pers, yang
dunia pers Indonesia. Faktanya tidak juga sebagai amanat Pasal 15 ayat (2)g
semua media patuh dan memenuhi UU No 40 Tahun 1999 tentang Pers, yaitu
standard perusahaan pers sebagaimana mendata perusahaan pers. Pendataan yang
ditetapkan oleh Dewan Pers. Demikian dilakukan Dewan Pers meliputi sejumlah
pula dalam praktik menjalankan pekerjaan indikator, antara lain untuk memastikan
jurnalistiknya, tingkat pelanggaran media pelaksanaan komitmen Perusahaan
dalam menerapkan Kode Etik Jurnalistik Pers dalam menegakkan profesionalitas,
relatif tinggi. Bahkan ada media-media kesejahteraan, dan perlindungan terhadap
yang khusus berdiri untuk menghasilkan wartawan sebagaimana komitmen yang

8 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14


ditandatangani para pemilik Media di Selain memberikan sertifikat, untuk
tahun 2010 yang tercantum dalam Piagam jangka panjang sebagai tanda Perusahaan
Palembang. Pers sudah terverifikasi, Dewan Pers akan
menerapkan logo atau tepatnya diberi tanda
Dengan verifikasi Perusahaan Pers, Quick Respons (QR) Code di program berita
diharapkan Perusahaan Pers yang sudah atau produk jurnalistik dari Perusahaan
meratifikasi atau mengikatkan diri kepada Pers yang telah diverifikasi. Inilah nantinya
ketententuan-ketentuan yang ada di Piagam yang akan membedakan Perusahaan Pers
Palembang dapat memenuhi komitmen yang profesional dengan media yang tidak
menerapkan a). kode etik jurnalistik dan profesional atau belum profesonal. Apabila
kaidah jurnalistik dalam memproduksi Perusahaan Pers yang sudah terverifikasi
karya jurnalistiknya, b) perlindungan melakukan pelanggaran atas komitmen
terhadap wartawannya, khususnya apabila yang sudah ditetapkan, QR Code dapat
wartawannya mengalami intimidasi dan dicabut dan Dewan Pers akan melakukan
kekerasan saat meliput, c).menyejahterakan evaluasi ulang atas komitmen Perusahaan
wartawannya dan memenuhi hak-haknya Pers yang bersangkutan.
sesuai peraturan perundang-undangan, d)
mengikutsertakan wartawannya dalam uji Dalam situasi menjamurnya “media
kompetensi jurnalis, untuk mendapatkan abal-abal”, serbuan informasi hoax dan
sertifikat. produsen berita palsu yang semakin marak
pasca Pemilu 2014, verifikasi Perusahaan
Dengan semakin meningkat kesadaran Pers juga bisa menjadi instrumen untuk
Perusahaan Pers untuk memenuhi memperkuat dan mereposisi media-
komitmen Piagam Palembang 2010, artinya media arus utama menghasilkan berita-
komitmen ke arah profesionalitas dan berita yang berkualitas, terverifikasi dan
kredibilitas Perusahaan Pers semakin tinggi. bertanggungjawab serta memberikan
Dengan kata lain verifikasi Perusahaan Pers dampak yang baik bagi masyarakat. Meski
merupakan program untuk mendorong di sisi lain tetap diperlukan kebijakan
profesionalisme pers secara terintegrasi. Pemerintah terkait penanganan persoalan
media abal-abal dan maraknya berita hoax.
Program verifikasi Perusahaan Pers ini
memang merupakan program kerja Dewan Tak kurang dukungan terhadap
Pers yang akan terus berlanjut pasca kick Dewan Pers dalam pelaksanaan verifikasi
off 9 Februari 2017 silam hingga media Perusahaan Pers ini datang dari Komisi
yang ada terverifikasi secara keseluruhan. I Dewan Perwakilan Rayat RI, Menteri
Program verifikasi juga dilakukan bukan Komunikasi dan Informatika bahkan
hanya terhadap media-media yang ada di Presiden Republik Indonesia yang
Jakarta melainkan juga media yang ada di dinyatakan dalam pidato peringatan Hari
seluruh Indonesia. Pers Nasional di Ambon Februari 2017
lalu. Jelaslah akselerasi program verifikasi

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 9


Perusahaan Pers memerlukan dukungan
banyak pihak.

Dengan mendorong Perusahaan Pers


terverifikasi, artinya mendorong Perusahaan
Pers menjadi professional, menjalankan
dan menghasilkan jurnalisme professional
sebagaimana komitmen dalam Piagam
Palembang, yang pada gilirannya menjadi
penegak Pilar Demokrasi yang menjunjung
tinggi kemerdekaan pers.

Ratna Komala
Pemimpin Redaksi Jurnal Dewan Pers/
Ketua Komisi Penelitian, Pendataan dan
Ratifikasi Perusahaan Pers
Dewan Pers

10 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14


FOKUS UTAMA

Profesional,
Abal-Abal, dan Hoax
Oleh Yosep Adi Prasetyo

K
emerdekaan pers (press freedom) merupakan
satu sisi pada keping yang sama dengan
kebebasan berekspresi. Kemerdekaan pers
diakui merupakan kendaraan yang memastikan
hubungan antara kebebasan berekspresi dan
demokrasi. Di Indonesia, Undang-Undang No 40 Tahun
1999 tentang Pers menyatakan bahwa kemerdekaan
pers adalah bagian dari hak asasi kemerdekaan
menyatakan pikiran dan pendapat sesuai dgn hati
nurani dan hak memperoleh informasi.1 Dalam undang-
undang ini dinyatakan bahwa kemerdekaan pers ada
untuk demokrasi, keadilan dan kebenaran, memajukan
kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Selain berfungsi memenuhi hak untuk tahu dan
hak atas informasi, pers adalah salah satu sarana
bagi warga negara untuk mengeluarkan pikiran dan
pendapat serta memiliki peranan penting dalam
negara demokrasi. Pers yang bebas dan bertanggung
jawab memegang peranan penting dalam masyarakat
demokratis dan merupakan salah satu unsur bagi
negara dan pemerintahan yang demokratis. Almarhum
Profesor Miriam Budiardjo pernah menyatakan, bahwa
salah satu ciri negara demokrasi adalah memiliki pers
yang bebas dan bertanggung jawab.
Pasal 2 UU No 40/1999 menyatakan bahwa pers
bertugas mewujudkan kedaulatan rakyat yang
berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan
supremasi hukum. Inti dari demokrasi adalah adanya
kesempatan bagi aspirasi dan suara rakyat (individu)

1 Lihat butir menimbang Undang-Undang No 40 Tahun


1999 tentang Pers.

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 11



dalam mempengaruhi sebuah keputusan.
Dalam demokrasi juga diperlukan partisipasi
Kebebasan pers
rakyat, yang muncul dari kesadaran
politik untuk ikut terlibat dan andil dalam diperlukan untuk
sistem pemerintahan. Pada berbagai demokrasi, keadilan dan
aspek kehidupan di negara ini, sejatinya kebenaran, memajukan
masyarakat memiliki hak untuk ikut serta
kesejahteraan umum,
dalam menentukan langkah kebijakan suatu
negara.
Pers merupakan  pilar demokrasi ke
dan mencerdaskan
kehidupan bangsa.

empat setelah eksekutif, legislatif dan
yudikatif. Pers sebagai kontrol atas ketiga
pilar itu dan melandasi kinerjanya dengan ini biasanya terjadi melalui pencitraan
check and balance. Untuk dapat melakukan sistematis oleh media massa. Demokrasi
peranannya perlu dijunjung kebebasan bukan lagi realitas yang sebenarnya, ia
pers dalam menyampaikan informasi publik adalah kuasa dari pemilik informasi dan
secara jujur dan berimbang. Di samping penguasa opini publik.
itu pula untuk menegakkan pilar keempat Proses demokratisasi di sebuah negara
ini, pers juga harus bebas dari kapitalisme tidak hanya mengandalkan parlemen, tapi
dan  politik. Pers yang tidak sekadar juga media massa, yang merupakan sarana
mendukung kepentingan pemilik modal komunikasi antara pemerintah dengan
dan melanggengkan kekuasaan politik rakyat, maupun rakyat dengan rakyat.
tanpa mempertimbangkan kepentingan Keberadaan media massa ini, cetak maupun
masyarakat yang lebih besar. elektronik, memiliki cakupan bermacam-
Wajah demokrasi sendiri terlihat pada macam, baik dalam hal isu maupun
dua sisi. Pertama, demokrasi sebagai daya jangkau sirkulasi ataupun siaran.
realitas kehidupan sehari-hari, kedua, Akses informasi melalui media massa
demokrasi  sebagaimana ia dicitrakan oleh ini sejalan dengan asas demokrasi, yaitu
media informasi. Di satu sisi ada  citra, adanya tranformasi secara menyeluruh
di sisi lain ada realitas. Antara keduanya dan terbuka yang mutlak bagi negara
sangat mungkin terjadi pembauran, atau penganut paham demokrasi, sehingga
malah keterputusan hubungan. Ironisnya ada persebaran informasi secara merata.
yang terjadi sekarang justru terputusnya Namun, pada pelaksanaannya, banyak
hubungan antara citra dan realitas faktor menghambat proses komunikasi ini,
demokrasi itu sendiri. Istilah yang tepat terutama keterbatasan media massa dalam
digunakan adalah simulakrum demokrasi, menjangkau lokasi-lokasi pedalaman.
yaitu kondisi yang seolah-olah demokrasi Kebebasan pers diperlukan untuk
padahal sebagai citra ia telah mengalami demokrasi, keadilan dan kebenaran,
deviasi, distorsi, dan bahkan terputus memajukan kesejahteraan umum, dan
dari realitas yang sesungguhnya. Distorsi mencerdaskan kehidupan bangsa. Karena

12 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14


itulah dalam Pasal 4 UU No 40/1999 tentang (freedom from) yaitu kemerdekaan pers
Pers dinyatakan bahwa kemerdekaan pers dipahami sebagai kondisi yang diterima
dijamin sebagai hak asasi warga negara; oleh media sebagai hasil dari struktur
terhadap pers nasional tidak dikenakan tertentu. Negara disebut bebas apabila
penyensoran; pembredelan atau pelarangan tidak ada sensor, bebas dari tekanan
penyiaran; untuk menjamin kemerdekaan pada jurnalis, bisa independen di tengah
pers, pers nasional mempunyai hal mencari, pengaruh lingkungan ekonomi termasuk
memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan kepimilikan, tak ada aturan hukum yang
dan informasi; dan hak tolak sebagai bentuk mengekang kemerdekaan pers, bebas
pertanggungjawaban pemberitaan.2 dari tekanan sosial dan politik. Yang ke
Jelas bahwa dalam sistem demokrasi dua adalah performance (freedom to)
dijamin adanya kemerdekaan pers, namun yaitu bahwa kebebasan pers juga diukur
demokrasi membutuhkan sebuah prasyarat dari   bagaimana cara pers menggunakan
yaitu adanya ketertiban. Tanpa sebuah kemerdekaan tersebut. Misalnya apakah
ketertiban niscaya demokrasi bakal tak liputan media telah jujur dan adil (fair),
ada. Karena itulah kemerdekaan pers juga mengungkapkan fakta yang sebenarnya,
membutuhkan adanya model pengaturan. membela kepentingan publik.
Dalam hal ini, sesuai UU No 40/1999 tentang Media Tumbuh Mengejutkan
Pers, adalah pengaturan berupa self Pasca reformasi terjadi pertumbuhan
regulation oleh kalangan komunitas pers. media yang mencengangkan. Pertumbuhan
Pengertian kemerdekaan pers itu media ini terkait dengan adanya peluang
mencakup dua hal. Pertama adalah struktur bisnis baru melalui media. Ada banyak
pengusaha tergiur untuk mendirikan
2 UU No 40/1999 adalah sebuah undang- perusahaan pers dan merekrut wartawan-
undang yang unik di Indonesia karena barangkali wartawan dari berbagai media untuk
adalah satu-satunya undang-undang di Indonesia yang menjadi pemimpin redaksi di perusahaan
tidak ada peraturan pemerintah (PP) maupn Peraturan pers baru mereka dengan gaji yang lumayan
menteri (Permen) sebagai peraturan pelaksanaannya. menggiurkan. Peluang ini juga dimanfaatkan
Banyak orang tak tak tahu bahwa semangat para oleh orang-orang yang tadinya adalah para
pengonsep dan penggagas undang-undang pers ini wartawan bodrex untuk ikut mendirikan
secara sengaja memang membatasi campur tangan
media sebagai peluang bisnis.
orang dari luar pers untuk mengatur-atur dan memasuki
Posisi pers dan profesi wartawan yang
ruang kemerdekaan pers. Para penyusun undang-undang
strategis menjadi incaran baru untuk
berharap para wartawan profesional dan masyarakat
pers, dengan difasilitasi Dewan Pers, mengatur diri
mendapatkan uang secara mudah. Hal
sendiri melalui penyusunan berbagai beraturan, inilah yang membuat ada banyak orang
pedoman, termasuk menyusun kode etik jurnalistik. ingin menjadi wartawan dengan cara
Dalam prinsip kemerdakaan pers, pengaturan pers mudah melalui jalan pintas. Banyak mantan
di Indonesia dilakukan sendiri oleh masyarakat pers wartawan dan orang-orang yang sama sekali
melalui Dewan Pers. Dengan demikian Dewan Pers tak punya pengalaman di bidang jurnalistik
bisa disebut sebagai self regulation body. nekad mendirikan perusahan pers dengan

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 13


modal minim. Tanpa legalitas hukum dan Sedangkan media online/siber diperkirakan
juga tak memenuhi standar perusahaan mencapai angka 43.300, tapi yang tercatat
pers. Hal inilah yang menyebabkan maraknya sebagai media profesional yang lolos
pertumbuhan media yang kemudian lebih syarat pendataan pada 2014 hanya hanya
dikenal sebagai media abal-abal.3 berjumlah 211 media online saja. Angka
Media-media jenis abal-abal ini ini menyusut menjadi hanya 168 media
m e m p e k e r j a k a n w a r t a w a n s e c a ra online saja pada 2015. Selain itu hingga
sembarangan. Tanpa pernah memberikan akhir 2014 tercatat ada 1.166 media radio
pelatihan dan pembekalan ketrampilan dan 394 media televisi. Pada 2015 media
jurnalistik, pemilik media memberikan radio mengalami penyusutan menjadi 674
kartu pers yang dibuatnya sendiri. Hal media radio sedangkan televisi bertambah
ini melahirkan wartawan instan tanpa menjadi 523 media televisi.5
bekal ketrampilan dan pengetahuan yang Berdasar UU No. 40/1999 menyatakan
memadai. Bahkan kerap tanpa gaji dan bahwa setiap orang memang bisa membuat
malah mewajibkan ang wartawan untuk usaha pers tanpa perlu mengurus surat ijin
memberikan setoran bulanan kepada terbit (SIT) atau surat ijin usaha penerbitan
pemilik media. pers (SIUPP) seperti pada jaman Orde Baru.
Media di Indonesia saat ini diperkirakan Setiap orang yang berniat bikin usaha pers
mencapai jumlah 47.000 media. Di antara cukup mengurus badan hukum berbentuk
jumlah tersebut, 43.300 adalah media perseroan terbatas, koperasi, atau yayasan.
online. Sekitar 2.000-3.000 di antaranya Dalam UU juga dinyatakan bahwa setiap
berupa media cetak. Namun dari jumlah penerbitan pers harus mencantumkan
tersebut pada 2014 hanya 567 media cetak nama penanggungjawab dan alamat yang
yang memenuhi syarat disebut sebagai jelas. Khusus untuk media cetak, media juga
media profesional dan pada 2015 angka ini harus mencantumkan nama dan alamat
menyusut menjadi hanya 321 media cetak.4 percetakannya.6
Terkait menjamurnya ribuan media abal-

3 Beberapa ciri media abal-abal ini adalah


tidak memiliki hukum, alamat redaksi tak jelas, 5 Ibid.
tidak mencantumkan nama penanggungjawab,
terbit temporer (kadang terbit, kadang tidak), 6 Pasal 18 Ayat (3) UU No 40/1999 tentang
bahasa yang digunakan tidak sesuai standar, isi Pers menyatakan bahwa perusahaan pers yang
berita melanggar kode etik jurnalistik, dn yang tidak memiliki badan hukum sebagaimana diatur
terakhir nama media terkesan “menakutkan” dalam Pasal 9 ayat (2) dan tak mencantumkan nama
(kerap menggunakan nama-nama lembaga negara penanggungjawab sebagaimana diatur dalam Pasal
atau institusi penegak hukum seperti KPK, BIN, 12 bisa dipidana dengan pidana denda paling banyak
Tipikor, Buser, Bhayangkara, dan lain-lain. Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah). Lebih detil
pengaturan terkait perusahaan pers diatur dalam
4 Lihat Dewan Pers, Data Pers 2014, Jakarta Peraturan Dewan Pers Nomor: 4/Peraturan-DP/III/2008
2015, dan Dewan Pers, Data Pers 2015, Jakarta 2016. tentang Standar Perusahaan Pers.

14 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14


abal, sesuai UU No 40/1999 Dewan Pers diberi tetapi kebenaran yang bersifat fungsional,
mandat untuk mendata setiap perusahan yakni kebenaran yang diyakini pada saat itu
pers.7 Setiap tahun sejak 2002 hingga 2015 dan terbuka untuk koreksi. Komitmen utama
Dewan Pers selalu mengeluarkan Data Pers jurnalisme adalah pada kepentingan publik.
Indonesia. Namun sistem pendataan ini Dengan demikian kepentingan pribadi,
pada 2015 disepakati untuk diubah dengan kelompok, atau kepentingan pemilik
memisahkan antara data administratif media harus selalu di tempatkan di bawah
dengan data faktual. Dalam proses kepentingan publik.
pendataan ini, Dewan Pers juga melakukan Kebenaran yang disampaikan oleh
proses verifikasi baik terhadap originalitas kelompok profesi ini kini dicemari oleh
dokumen yang ada maupun verifikasi faktual maraknya berita-berita hoax dan berita
mencakup komitmen Piagam Palembang.8 bohong. Fakta kebenaran yang diungkap
media arus utama tertutup oleh berbagai
Wartawan Penyampai Kebenaran berita hoax.
Tugas wartawan sebagai sebuah profesi Hampir 3,5 tahun terakhir ini di Indonesia
adalah menyebarkan informasi secara bermunculan berita hoax. Berita hoax
faktual, akurat, netral, seimbang, dan adil ini bukan semata memuat kobohongan,
(fair); menyuarakan pihak-pihak yang lemah, tapi juga menebar kebencian, prasangka
kritis terhadap mereka yang berkuasa; dan kebencian terkait suku-agama-ras-
skeptis dan selalu menguji kebijakan antar golongan (SARA), fitnah, dan juga
yang dibuat penyelenggara kekuasaan; ketidakpercayaan kepada badan-badan
memberikan pandangan, analisis, dan publik. Ketika menjelang Pilkada serantek
interpretasi terhadap permasalahan 2017 fenomena ini kian menguat.
sosial, politik, dan ekonomi yang rumit; Ada banyak berita hoax yang diproduksi
serta memperkenalkan gagasan, ide dan oleh situs-situs yang mengaku sebagai
kecenderungan baru dalam masyarakat. situs berita tersebut banyak dikutip serta
N a m u n , t u ga s u t a m a j u r n a l i s disebarluaskan melalui berbagai media
sesungguhnya adalah menyampaikan sosial. Masyarakat sulit untuk membedakan
kebenaran. Kebenaran dalam jurnalistik mana berita yang benar dan mana berita
bukanlah kebenaran yang bersifat mutlak hoax. Media sosial yang tadinya berfungsi
untuk merawat silahturahmi, meng
update status, atau men share kenangan
7 Lihat Pasal 15 Ayat (2)g UU No. 40/1999.
lama, kini berubah menjadi ajang untuk
8 Piagam Palembang yang dibuat pada saat
menyampaikan sikap politik, keberpihakan,
Hari Pers Nasional di Palembang pada 9 Februari kebencian, dan permusuhan.
2010 ini merupakan komintem dari sejumlah pimpinan Yang rawan adalah ada semacam
grup media nasional terkait kepatuhan kepada Kode simbiosis mutualistis dimana ada banyak
Etik Jurnalistik, pelaksanaan standar perusahaan pers, wartawan menggunakan sumber media
standar kompetensi wartawan, dan standar perlindungan sosial untuk mendapatkan ide dan
wartawan. Lihat isi detil Piagam Palembang mengembangkan berita, sedangkan media

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 15


sosial menindaklanjuti berita-berita media Presiden pada 2014 lalu. Saat itu ada banyak
yang sebelumnya bersumber dari info di berita rekayasa. Hal ini juga didukung dengan
media sosial untuk disebar-luaskan (lihat adanya sejumlah pemilik media membuat
Bagan 1). Dengan demikian munculnya partai atau masuk partai dan menggunakan
efek viral yang luas dan menimbulkan pro- medianya untuk berkampanye. Selain
kontra sebuah masalah yang sebetulnya itu, ada sejumlah partai membuat media
bersumber dari berita hoax yang tak jelas baru untuk kepentingan kampanye dan
ujung-pangkalnya. mendulang suara dukungan. Dan kondisi
ini juga diperkuat dengan banyaknya
wartawan yang ikut jadi caleg atau sekadar
jadi joki politik, atau merangkap profesi
dengan menjadi tim sukses. Pada saat yang
sama para politisi berupaya menarik-narik
wartawan dan melakukan kunjungan ke
redaksi atau kantor organisasi wartawan
dengan alasan untuk sosialisasi.
Pada saaat ini media-media terbelah
m e n gu s u n g cal o n m as i n g- m as i n g .
Independensi mengalami peregangan
karena adanya tarik-ulur kepentingan antara
politik, kue iklan kampanye, dan ideologi.
Ada banyak liputan yang sebetulnya
berselubung iklan. Mulai dari liputan event,
Bagan 1. Lingkaran setan hoax wawancara, hingga penulisan profil. Hampir
semua platform media, baik media cetak,
Memang wabah informasi hoax bukan media siber (online), televisi maupun radio
monopoli Indonesia semata, tapi fenomena melakukannya. Dalam Pilpres 2014 bahkan
hoax ini terjadi juga di Jerman, Amerika media seperti terbelah menjadi dua kubu.
Serikat dan sejumlah negara Eropa. Berita- Pubik pun kehilangan kepercayaan terhadap
berita hoax telah menyita perhatian netralitas pers dan kebenaran isi media,
dunia. Di Indonesia, belakangan ini, berita termasuk media nasional yang merupakan
hoax telah memantik gejolak sosial yang media arus utama.
bukan tak mungkin bisa berujung pada Pada saat informasi maupun berita media
aksi kekerasan. Ada banyak orang menjadi arus utama tak bisa dipercaya, maka media
korban informasi hoax di dunia maya. Bisa sosial menjadi sumber informasi alternatif
jadi berita yang dianggap benar, justru bagi publik. Media sosial semacam Twitter
sebanarnya adalah berita hoax.  dan Facebook yang awal mulanya diciptakan
Bila ditelusuri lebih lanjut, informasi untuk keperluan membuat update status
dan berita hoax mulai marak di Indonesia personal atau menemukan kembali teman-
saat menjelang Pemilu Legislatif dan Pemilu teman lama yang berpisah, berubah menjadi

16 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14


sarana seseorang menyampaikan pendapat diperkuat dengan munculnya media buzzer
politik, mengomentari pendirian orang lain. dan pasukan siber (cyber troops) yang
Media sosial berubah fungsi menjadi ajang duibentuk oleh para calon yang akan maju
orang bermenemukan percakapan tikai, Pilkada. Berita hoax menemukan kombinasi
berita hoax marak. yang canggih, sekaligus jahat, saat sejumlah
Belakangan, masyarakat menemukan orang sengaja membuat akun-akun palsu
percakapan dalam grup media sosial atau sengaj membuat media abal-abal
semacam Whatsapp menjadi sarana yang untuk mendapatkan keuntungan ekonomi
cocok. Dalam grup-grup di media sosial dari maraknya berita hoax.
umumnya para anggota grup mengenal Bila lanskap ragam media di Indonesia
satu sama lain dan mula-mula orang saling digambarkan berdasar pengelompokan
percaya dan membagikan setiap info yang status dan isi pemberitaan yang ada
dimiliki masing-masing. Misalnya Si X maka muncul gambaran dalam bentuk
mendapatkan info dari sahabatnya si Y yang kuadran (lihat Bagan 2). Dalam kuadran
sama-sama berada dalam grup media sosial pertama berada semua kumpulan media
Grup A, maka info ini dikirimkan Y ke grup yang memenuhi syarat UU No 40/1999
teman-temannya yang lain yaitu Grup B. Si dan terverifikasi di Dewan Pers yang
Y tak merasa perlu lagi menelusuri asal isi pemberitaannya memenuhi standar
usiul info karena ia mengenal baik dan urnalistik dan Kode Etik Jurnalistik (positif
mempercayai Si X. Info ini akan terus dikirimk dan terpercaya). Sedangkan kuadran ke dua
dan dipertukarkan tanpa mempersoalkan merupakan pengelompokan media yang
dari mana asal maupun kebenaran info tak terverifikasi di Dewan Pers, namun isi
yang diforward tersebut. beritanya memenuhi standar jurnalistik
Hal inilah awal muasal munculnya dan Kode Etik Jurnalistik (positif dan
efek viral dari berita-berita hoax. Ada terpercaya). Kuadran ke tiga dan isinya
kemungkinan berita terkait sebuah isu bukan hanya negatif (mulai dari menghasut,
berasal dari media sosial, kemudian dikutip bernada kebencian, hingga konten-konten
oleh media online, dan kemudian karena bermuatan pertentangan SARA) dan juga
banyak dibicarakan orang maka media cetak tak bisa dipercaya (termasuk memuat hoax
arus utama mengangkat isu tersebut. Efek dan berita bohong). Sedangkan kuadran ke
viral yang muncul menciptakan kebenaran empat berisikan media yang terverifikasi
palsu. di Dewan Pers tapi isi medianya lebih
Situasi menjelang Pemilihan Umum merupakan sebuah koran kuning yaitu
Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Umum media yang lebih banyak memberitakan
Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2014 pembunuhan, pemerkosaan, seks dengan
ini kembali berulang pada Pilkada serentak mode penulisan yang sensasional.
2015 dan kini berulang kembali pada
menjelang pelaksanaan Pilkada serentak
2017. Fenomena berita hoax bukannya
melemah justru kian menguat. Apalabi

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 17


empat terdapat media-media yang sebagian
sudah terverifikasi dan sebagian belum
tapi isi pemberitaannya kadang hanya
mirip dengan koran kuning, tapi dalam
saat-saat tertentu juga memuat hoax atau
memuat pernyataan-pernyataan bernuansa
prasangka SARA.

Bagan 2. Kuadran media berdasarkan


isi/muatan dan status

Kuadran pertama berisi media-media


arus utama (baik media cetak, radio, maupun
televisi), media versi online arus utama,
dan berbagai portal berita. Kuadran ke dua
berisi media komunitas, media keagamaan,
media pers mahasiswa, media kehumasan, Bagan 3. Gambaran ragam media dalam
dan lain-lain termasuk media yang sedang setiap kuadran
dalam tahap rintisan maupun media yang
baru terdata di Dewan pers dan belum Salah satu tugas Dewan Pers adalah
dinyatakan lolos verifikasi. Pada kuadaran ke melindungi dan merawat kebebasan
tiga inilah tempat media-media bermasalah pers, karena itulah Dewan Pers bertugas
antara lain media yang memproduksi hoax, menjaga keberadaan media-media yang
media propaganda, media kebencian dan ada di wilayah kuadran ke dua. Semua
intoleran, media buzzer, dan media yang pengaduan terkait pemberitaan yang dibuat
isinya mempertentangkan SARA. Sedangkan oleh media yang berada di kuadran ke dua
kuadran ke empat lebih berisikan media- harusnya diselesaikan melakui mekanisme
media kuning yang isinya sensasional, UU No 40/1999, yaitu melalui mekanisme
gosip, kekerasan dan ekploitasi seks serta pemberian teguran, ajudikasi, mediasi
media-media partisan yang dibuat untuk ataupun penerbitan surat penilaian,
kepentingan politik pemilik media (lihat pendapat, dan rekomendasi (PPR) Dewan
Bagan 3). Pers. Untuk media yang berada di kuadran
Di antara kuadran ke dua dan ke dua lebih terkait dengan kebebasan
ke tiga ada media Abal-Abal Tipe 1 yang berekspresi. Bila ada masalah dengan
kadang isinya bermuatan positif tapi pemberitaan pada media yang berada di
kadang-kadang juga negatif. Sedangkan kuadran ke dua, Dewan Pers akan mencoba
di antara kuadaran ke tiga dan kuadran ke melakukan penyelesaian dengan pihak

18 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14



Salah satu tugas Dewan
Pers adalah melindungi
dan merawat kebebasan
pers, karena itulah
Dewan Pers bertugas
menjaga keberadaan
media-media yang ada
di wilayah kuadran ke
dua
“ Bagan 4. Cara penanganan terhadap
pemberitaan yang bermasalah.

yang dirugikan melalui cara mediasi.Bila


pihak yang dirugikan masih merasa tidak
puas bisa menempuh prosedur lain di luar
Undang-Undang No 40/1999.
Untuk penanganan media-media yang
berada di kuadran ke tiga sepenuhnya
adalah wilayah penegakan hukum. Antara
lain berupa laporan ke polisi yang bisa
berlanjut pada tindakan pemblokiran untuk
media online oleh Kementerian Komunikasi Bagan 5. Langkah dan wilayah
dan Informatika, atau penyidikan dan proses penanganan
hukum oleh penyidik kepolisian. Bila media Dewan Pers
online tentunya dapat digunakan UU ITE. Pers nasional adalah merupakan wahana
Media pada kuadran ke empat, meski komunikasi massa, penyebar informasi,
medianya berbadan hukum dan terverifikasi dan pembentuk opini harus dapat
di Dewan Pers, bila diduga melakukan melaksanakan asas, fungsi, hak, kewajiban,
perbuatan pidana akan direkomendasikan dan peranannya dengan sebaik-baiknya
untuk diproses secara hukum dengan berdasarkan kemerdekaan pers yang
menggunakan undang-undang lain selain professional. Dalam menjalankan profesi,
UU No 40/1999. Perbuatan pidana yang wartawan Indonesia bekerja berlandaskan
dimaksud mulai adanya niat buruk saat moral dan etika profesi yaitu Kode Etik
pembuatan berita, fitnah, pencemaran Jurnalistik.
nama baik, hingga pemerasan (lihat Bagan Karena itulah berita hoax dan praktek
4 dan Bagan 5). abal-abalisme dalam jurnalistik harus kita
perangi bersama. Namun, upaya menangkal

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 19


penyebaran informasi atau berita palsu memiliki kompetensi dan mengikatkan diri
alias hoax memang butuh dukungan semua pada nilai-nilai dan etik profesi.
pihak, tidak hanya dapat dilakukan oleh Karena itulah dalam puncak peringatan
pemerintah saja. Peran masyarakat sipil Hari Pers Nasional (HPN) 2017 di Ambon,
sangat diperlukan untuk berpartisipasi Dewan Pers menjadikan program verifikasi
melawan berita hoax yang semakin menjadi perusahaan pers dan Uji kompetensi
epidemi di Indonesia dalam setahun wartawan menjadi salah satu jalan untuk
terakhir ini. memerangi praktek abal-abalisme. Hal ini
Berita hoax yang belakangan muncul sekaligus untuk memerangi hoax. (art)
ini telah mencapai taraf yang cukup
menguatirkan. Terutama karena berita
hoax yang beredar telah bercampur
dengan ujaran kebencian, prasangka suku-
agama-ras-antargolongan (SARA), paham
radikalisme, dan ajakan melakukan aksi
kekerasan. Sejumlah pemberitaan media
massa memebritakan terjadinya sejumlah
kerusuhan dan penyerangan di beberapa
tempat akibat hal ini dan jatuhnya korban
jiwa maupun harta benda.9
Tentu saja hal ini tak boleh dibiarkan
terus terjadi karena yang paling dirugikan
adalah hak publik untuk mendapatkan
informasi yang benar. Otoritas kebenaran
faktual harus dikembalikan kepada media
arus utama yang terverifikasi di Dewan
Pers. Nilai-nilai luhur profesi jurnalis
harus dikembalikan kepada wartawan yang

9 Munculnya beberapa kerusuhan dan amuk


massa terkait beredarnya berita hoax yang bermula
dari media sosial tercatat antara lain adalah peristiwa
penyerangan tempat ibadah di Tanjung Balai Sumatera
utara pada 29 Juli 2016, penyerangan massa dan
perusakan terhadap 90 rumah di Desa Curug kecamatan
Kandanghaur Kabupaten Sukabumi pada 10 Januari
2017, dan penyerangan terhadap gelandangan dan
orang gila oleh massa di Brebes, Cilacap dan berapa
tempat lain pada akhir Maret 2017 akibat berita hoax Yosep Adi Prasetyo
tentang penculikan anak-anak untuk diambil organnya Ketua Dewan Pers
dan diperjual-belikan.

20 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14


FOKUS UTAMA

Uji Kompetensi,
Menuju Wartawan
Profesional
Hendry Ch Bangun, Ketua Komisi Pendidikan
Dewan Pers

S
ampai tulisan ini dibuat baru sekitar 10.000
(sepuluh ribu) orang wartawan Indonesia yang
memiliki sertifikat kompetensi, dibandingkan
dengan perkiraan kasar ada sejumlah 100.000
orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik. Berapa
sesungguhnya jumlah wartawan yang ada di Tanah Air
sulit diketahui, tetapi menjamurnya media siber dalam
beberapa tahun terakhir sehingga angkanya mencapai
belasan ribu media di 34 provinsi, membuat angka
100.000 cukup moderat.
Salah satu sasaran standarisasi profesi wartawan
melalui Peraturan Dewan Pers no 1 tahun 2010 tentang
Standar Kompetensi Wartawan adalah untuk membuat
peta sebaran wartawan di Indonesia. Jumlah media
di suatu provinsi berkorelasi positif dengan jumlah
wartawan yang bekerja di sana sehingga kota-kota
tempat pemusatan media sekaligus juga menjadi
tempat konsentrasi wartawan. Sementara di ibukota
kabupaten yang tidak ada medianya, pastilah hanya
ada sedikit wartawan yaitu para kontributor atau
koresponden. Tetapi belakangan gejala itu berubah
karena sebaran wartawan juga menyusup ke kota-kota
kabupaten dengan jumlah media yang tidak sedikit
sehingga pada saat ini di setiap kabupaten atau kota
dipastikan ada beberapa puluh orang wartawan. Saat
ini dapat dipastikan di setiap kota atau kabupaten ada
beberapa media siber, online, baik yang dikelola di
kabupaten tersebut maupun di ibukota provinsi.
Gejala “wartawan masuk desa” di satu sisi
menggembirakan karena secara teoritis mereka ini

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 21


menjadi penampung aspirasi masyarakat beritanya tidak berimbang, menuduh,
untuk disuarakan sehingga keluhan, menghakimi. Mereka bukan menyiarkan
harapan, dan keinginan mereka didengar informasi agar masyarakat tahu, memberi
oleh mereka yang berkuasa, melalui media. ruang dialog antara masyarakat dan
Informasi di media menjadi paralel dengan penyelenggara negara, melakukan kritik atas
informasi di media sosial yang sering pelaksanaan pembangunan, yang secara
diharapkan pemerintah lokal untuk menjadi keseluruhan mendudukkan berita sebagai
masukan agar pembangunan bersifat sebuah karya intelektual, sebagaimana yang
bottom-up dan mengontrol apa yang dituntut dari seorang wartawan.
dikerjakan pihak eksekutif dan legislatif Pada saat menjadi penguji di Kalimantan
serta yudikatif. akhir April lalu saya menemukan dua orang
Tetapi di sisi lain, kehadiran wartawan berusia paruh baya, 50 tahun, yang baru
sampai ke pelosok ini telah menjadi menjadi wartawan selama dua tahun.
fenomena menakutkan khususnya bagi Sebelumnya mereka bekerja di
aparat pemerintahan bahkan sampai strata perusahaan swasta dan tertarik menjadi
terbawah seperti kepala desa, kepala wartawan karena pekerjaan ini lebih
sekolah, pengelola puskesmas. Penyebabnya bergengsi dan menjanjikan pendapatan
tidak lain adalah karena “wartawan” yang yang lebih baik. Bisa berinteraksi dengan
saya sebutkan di atas adalah mereka yang bupati, kapolres, dandim, membuat dia
menyebut diri wartawan tetapi sebenarnya merasa disegani di masyarakat, bahkan
tidak memenuhi syarat-syarat untuk disebut kedekatan itu dapat memberi nilai tambah
sebagai wartawan. sebagai anggota masyarakat sehingga
Sebagian besar di antara mereka adalah bisa membuat usaha sampingan untuk
orang yang menjadikan wartawan sebagai menambah uang dapur.
pekerjaan belaka karena banyak media Ketika diminta menghubungi
yang memberikan lowongan pekerjaan bagi narasumber dalam ujian Jejaring cara
mereka yang berminat, dengan sarat ringan berinteraksi tidak menggambarkan perilaku
seperti pendidikan cukup lulusan SLTA dan wartawan yang bersikap sopan, di sisi
tidak harus memiliki kemampuan menulis lain tidak berupaya menggali lebih dalam
berita. informasi tetapi sekadar mengobrol untuk
Mereka ini tidak pernah mendapat menunjukkan kearaban sehingga tidak
pelatihan jurnalistik sebagaiman mestinya, independen. Mereka tidak tahu apa itu
bahkan sama sekali tidak tahu apa itu Kode pelatihan jurnalistik, bahkan sekadar untuk
Etik Jurnalistik, langsung dapat kartu pers membuat berita dengan piramida terbalik
dan bekerja. Mereka melakukan praktik atau teras berita dengan 5W1H. Kemampuan
jurnalistik sebagai seorang pegawai yang bahasa Indonesia pun payah sehingga tidak
bekerja sesuai apa yang diperintahkan bisa membedakan di untuk kata kerja dan
atasannya, oleh karena itu sejak menggali keterangan tempat, tidak tahu bagaimana
informasi sampai menyiarkan berita kerap menempatkan huruf kapital.
tidak peduli akan kode etik jurnalistik karena Mereka merasa tidak ada yang salah,

22 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14


tidak ada tuntutan dari pengelola media bagi wartawan itu sendiri yaitu butir 2
untuk menulis sesuai kaidah jurnalistik, dan 6. Butir nomer enam itu menegaskan
sampai akhirnya sadar bahwa mereka bahwa profesi wartawan sebagai karyawan
tidak kompeten sebagai wartawan ketika perusahaan media dihargai sebagai jantung
mengikuti ujian kompetensi. atau urat nadi perusahaan sebagaimana
Standarisasi Kompetensi Wartawan dokter di rumah sakit, atau mungkin satuan
Siapapun berhak menjadi wartawan reserse kriminal di satuan kepolisian.
karena profesi ini terbuka bagi semua warga Dengan kedudukan sentral tersebut maka
negara sebagaimana disebutkan dalam kesejahteraan wartawan seharusnya selalu
pengantar Peraturan Dewan Pers No. 1/2010 diperhatikan sebab kalau mereka tidak
tentang Sertifikasi Kompetensi Wartawan, sejahtera mereka tidak akan perform dan
tetapi untuk dapat disebut sebagai hasilnya kinerja perusahaan media juga
wartawan profesional beberapa syarat akan buruk. Akibatnya pelanggan ataupun
harus dipenuhi di antaranya tentu memiliki pengiklan bisa menghilang, yang bakal
sertifikat kompetensi yang diperoleh melalui merugikan media tersebut. Terkait dengan
ujian. Mereka yang telah lulus ujian dan butir 2, setiap penempatan dan peningkatan
dinyatakan kompeten, diharapkan sudah karier wartawan oleh perusahaan media,
memiliki kesadaran etika, pengetahuan, dan harus bertumpu pada kinerja profesional
keterampilan jurnalistik sebagai wartawan. mereka, bukan karena penilaian lain yang
S e baga i m a n a d i te ta p ka n d ala m subjektif. Hanya saja harus diakui bahwa
Peraturan Dewan Pers di atas ada enam penerapan standarisasi kompetensi sesuai
tujuan dari standarisasi kompetensi keinginan Dewan Pers baru dilakukan
wartawan, yaitu, segelintir perusahaan media, belum
1. M e n i n g k a t k a n k u a l i t a s d a n menjadi acuan sebagaimana diharapkan.
profesionalitas wartawan, Di sisi lain, butir nomor 4 juga memberi
2. Menjadi acuan sistem evaluasi rasa aman kepada para wartawan karena
kinerja wartawan oleh perusahaan apa yang mereka hasilkan adalah suatu
pers, karya intelektual sehingga apabila ada yang
3. Menegakkan kemerdekaan pers keberatan, tidak setuju, dianggap tidak
berdasarkan kepentingan publik, benar, maka penyelesaiannya dilakukan
4. Menjaga harkat dan martabat secara intelektual pula. Karya dibalas karya,
kewartawanan sebagai profesi kata dibalas kata, sebagaimana ditetapkan
khusus penghasil karya intelektual, dalam Undang Undang Pers no.40/1999.
5. Menghindarkan penyalahgunaan Tujuan lain sebenarnya kebutuhan
profesi wartawan, publik, para pemangku kepentingan,
6. Menempatkan wartawan pada entah itu masyarakat, pemerintah,
kedudukan strategis dalam industri maupun perusahaan pers itu sendiri.
pers. Meningkatnya kualitas dan profesionalitas
Dari enam tujuan di atas hanya dua wartawan akan bermanfaat bagi semua
yang secara khusus memberi manfaat karena karya jurnalistik yang dinikmati

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 23


masyarakat menjadi bermutu. Kemerdekaan wartawan berlajar teori diikuti praktik
pers membuat publik diuntungkan secara bertahap sehingga pada saat terjun
karena aspirasi mereka terwakili, proses ke pekerjaan sesungguhnya, sudah memiliki
penyelenggaraan negara terkontrol dengan bekal cukup.
baik, media menjadi forum interaksi Etika jurnalistik misalnya tidak perlu
semua kepentingan tanpa ada sensor dan lagi diajarkan karena mereka sudah
batasan. Wartawan yang kompeten juga menjalankannya dalam praktik, baik
membuat publik yakin bahwa mereka tidak dalam melakukan liputan maupun menulis
akan menyalahgunakan profesinya untuk atau menyiarkan berita, tahu mana yang
kepentingan kelompok, atau individu, dan boleh mana yang tidak boleh. Kode etik
membuat wartawan merasa malu untuk bukan hanya dipahami tetapi dijalani
bersikap partisan dan membuat karya dengan kesadaran bahwa pelanggaran
jurnalistik yang menghakimi. etik merupakan akhir dari karier sebagai
Di luar enam butir tujuan dari standarisasi wartawan sehingga harus ditaati.
kompetisi di atas, dari sisi Dewan Pers Di Indonesia tidak pernah ada
secara khusus, pernyataan “wartawan pembatasan, siapapun bisa menjadi
mendapat perlindungan hukum dalam wartawan asalkan dia diterima bekerja di
melaksanakan profesinya” yang tertera di suatu perusahaan media. Pimpinan media
Pasal 8 Undang-Undang No 40/1999 tentang massa saat ini misalnya sebagian besar
Pers, mengacu pada wartawan profesional justru bukan berasal dari jurusan jurnalistik,
yakni memiliki sertifikat kompetensi. Artinya ada yang sarjana pertanian, insinyur nuklir,
Dewan Pers tidak melindungi wartawan sarjana hukum, sarjana sastra, arsitek,
yang tidak profesional, baik karena masih dsb. Di zaman Orde Baru meskipun setiap
berstatus amatir, ataupun wartawan abal- orang boleh menjadi wartawan tetapi ada
abal yang hanya menjadikan pekerjaannya saringan yang dilakukan melalui organisasi
untuk mendapat keuntungan finansial atau profesi, sehingga walau latar belakang
kepentingan lain. keilmuannya bukan jurnalistik diharapkan
pelatihan yang dilakukan membuat mereka
Sertifikasi: Kontrol Kualitas Wartawan memahami Kode Etik Jurnalistik dan
Kita mengetahui bahwa di negara berbagai pengetahuan dan keterampilan
yang tradisi jurnalistiknya maju seperti di yang dituntut dari profesi itu. Adanya seleksi
Amerika Serikat dan Eropa wartawan adalah itu sedikit banyak mampu menyaring agar
profesi yang diperoleh melalu pendidikan profesi wartawan terjaga dari mereka yang
jurnalistik di perguruan tinggi. Menjadi sekadar bekerja, padahal wartawan adalah
wartawan adalah cita-cita yang diniatkan profesi yang dijiwai karena peran dan
sejak lulus sekolah menengah sehingga fungsinya.
secara sadar mengambil jurusan yang Pada saat ini kontrol atas mutu
memberi pembekalan dasar etika maupun profesionalisme wartawan ada pada
pengetahuan dan keterampilan jurnalistik. organisasi wartawan dan perusahaan
Dalam proses pembelajaran itu para calon media, yang begitu banyak jumlahnya,

24 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14


begitu beragam kualitasnya, dan tidak wartawan tetapi tidak jelas statusnya atau
ada batasannya. Ada puluhan organisasi status medianya. Ketika ada pengaduan
wartawan walaupun yang diakui dan atas mereka karena melanggar kode etik,
menjadi konstituen Dewan Pers hanya tiga pelanggaran dapat berakibat dicabutnya
yakni Aliansi Jurnalis Independen, Ikatan sertifikat dan kartu kompetensi sehingga
Jurnalis Televisi, dan Persatuan Wartawan sulit bagi mereka untuk meneruskan profesi
Indonesia. Ada ribuan media dan sebagian kewartawanan. Sementara media yang
belum memenuhi syarat administrasi beberapa kali melakukan pelanggaran akan
sehingga belum terverifikasi oleh Dewan diketahui profesionalitasnya dan menjadi
Pers. Mereka ini yang memiliki anggota dan acuan bagi masyarakat apakah patut
wartawan, dengan sistem rekrutmen dan dilayani atau tidak apabila mereka ingin
pembinaan yang tidak dapat dikontrol. mencari informasi.
Sertifikasi kompetensi wartawan Dikaitkan dengan verifikasi media yang
sangat relevan dengan kondisi terkini giat dikampanyekan Dewan Pers terkait
yang disebutkan di atas yaitu banyaknya momentum Hari Pers Nasional tanggal 9
orang yang menjadikan jurnalistik sebagai Februari 2017 di Ambon lalu, sertifikasi
pekerjaan dan mereka sungguh-sungguh wartawan ini telah menjadi program hampir
menjadi realita di masyarakat. Adanya semua perusahaan media karena salah
sertifikasi kompetensi akan membuat satu syarat terverifikasi adalah media harus
siapapun yang hendak menjadi wartawan mengadopsi Peraturan Dewan Pers tentang
harus memenuhi kualifikasi tertentu agar Standar Kompetensi Wartawan. Tiga aturan
bisa berpraktik jurnalistik dan ke depan lain yang harus diadopsi perusahaan
Dewan Pers akan meminta masyarakat, pers adalah Kode Etik Jurnalistik, Standar
lembaga pemerintah dan swasta hanya Perusahaan Pers, dan Standar Perlindungan
menerima wartawan bersertifikat ketika Wartawan.
mereka berinteraksi dengan pers. Dengan Wujud dari niat untuk tunduk pada
demikian maka mereka yang tidak aturan sertifikasi adalah Pemimpin Redaksi/
bersertifikat tidak akan lagi leluasa berperan Wakil Pemimpin Redaksi harus berserfikat
sebagai wartawan karena lahan basah Wartawan Utama, redaktur/produser
mereka telah tertutup, dan kalau pekerjaan atau asisten bersertifikat Warawan Madya
ini sudah dipagari maka secara ekonomis, dan para reporter dianjurkan memiliki
pekerjaan wartawan tidak akan lagi diminati sertifikat Wartawan Muda. Walaupun banyak
oleh para pencari kerja dadakan. dikaitkan dengan alasan ekonomis, yaitu
Wartawan bersertifikat mudah dikontrol pemerintahan di provinsi dan kabupaten-
baik oleh masyarakat secara umum maupun kota hanya mau bekerjasama dengan
oleh Dewan Pers karena namanya dan status perusahaan media yang terverifikasi Dewan
medianya ada di situs Dewan Pers yang Pers, gencarnya upaya sertifikasi oleh media
mudah diakses. Siapapun bisa mengetahui ini merupakan hal positif. Sebab ini sekaligus
apakah seseorang itu wartawan profesional juga menyaring mana media yang didirikan
atau sekadar orang yang mengaku dan dikelola dengan sungguh-sungguh,

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 25


sebagai lembaga pers maupun lembaga sertifikat kompetensi, mampu berbahasa
ekonomi, dan mana yang didirikan hanya Indonesia selain Inggris, dan bersedia digaji
untuk menjadi corong lembaga swadaya sesuai ketentuan pemerintah.
masyarakat atau alat untuk melalukan Kalau bisa tentu saja sebaliknya yaitu
intimidasi dan bersikap partisan. para wartawan Indonesia ke depan semakin
Wartawan bersertifikat dan media profesional sehingga justru akan semakin
terverifikasi tentu saja tidak akan banyak yang mampu bekerja di negara
menghilangkan praktik jurnalistik buruk tetangga atau di perusahaan media asing
dan karya jurnalistik bebas kepentingan yang membuka kantor di Tanah Air.
yang melanggar kode etik, tetapi jumlahnya Sertifikasi membuat standar kompetensi
akan semakin sedikit. Dengan demikian wartawan di seluruh Indonesia sama
masyarakat akan terlindungi dan mereka karena kartu kompetensi berlaku sama,
akan semakin percaya bahwa pers Indonesia memudahkan migrasi dari kota kecil ke kota
dapat dipercaya, kredibel dan independen, besar, dari media kecil ke media besar. Tidak
berpihak dan mengedepankan kepentingan ada kesulitan bagi media untuk mengetahui
publik, dan pada akhirnya menciptakan kemampuan pemegang Sertifkat Wartawan
situasi kondusif sebuah bangsa untuk Madya yang datang melamar misalnya,
tumbuh dan berkembang secara demokratis karena jelas ukurannya yaitu kompeten
dan berkeadilan sosial. dalam merancang rubrik, kompeten
mengedit, mampu membuat penugasan,
Beberapa Kendala mampu menulis feature, mampu membuat
Sertifikasi menjadi keharusan sebuah rencana liputan investigasi, dsb. Sertifikasi
profesi di tengah semakin hilangnya batas- juga membuat profesi wartawan memiliki
batas negara dan siapapun bisa bekerja di kedudukan jelas di birokrasi pemerintahan
negara mana saja seperti dilakukan negara- maupun masyarakat akademis sehingga
negara ASEAN dan diadopsi oleh pemerintah bagus bagi perkembangan karier si wartawan
Republik Indonesia. Sampai saat ini pekerja karena bisa disetarakan. Untuk honorarium
media belum termasuk salah satu bidang sebagai ahli, katakanlah, wartawan utama
yang boleh dimasuki sesama negara ASEAN, diparalelkan dengan lektor kepala atau
tetapi dalam waktu yang tidak lama lagi itu pembina, sehingga secara komersial
akan terjadi. dihargai setara dengan pangkat tersebut.
Ketika saatnya tiba maka salah satu Tetapi harus diakui masih ada beberapa
persyaratan untuk dapat bekerja itu adalah kendala dalam proses sertifikasi. Sampai
sertifikat kompetensi, di samping syarat saat ini belum semua lembaga uji yang
khusus lainnya misalnya kemampuan telah ditetapkan Dewan Pers mampu
berbahasa Inggris atau bahasa lokal. melakukan ujian, ada kesenjangan antara
Tentu kita tidak ingin nanti di Medan atau satu lembaga dengan lembaga lain. Ada
Makassar, Pontianak atau Kupang, bekerja yang sudah menghasilkan ribuan sertifikat,
wartawan dari Laos, Kamboja, Filipina, ada yang sama sekali belum atau hanya
karena mereka profesional yang memiliki puluhan. Kendala utamanya adalah belum

26 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14


semua lembaga memiliki jumlah penguji Rekapitulasi Nomor ID Sertifikat UKW
yang memadai. Menciptakan penguji adalah & Lembaga UKW
dengan melakukan Training of Trainers bagi
Wartawan Utama yang memenuhi syarat, No Lembaga UKW Jumlah
kemudian harus magang beberapa kali.
1 Dewan Pers 500
PWI, AJI, IJTI masih terus berusaha mencetak
penguji agar anggota mereka semakin 2 AJI 780
banyak yang terverifikasi. 3 IJTI 230
Di samping kendala penguji, faktor penting 4 PWI 6.572
lain adalah biaya. Setiap pelaksanaan Uji
5 LPDS 901
Kompetensi Wartawan membutuhkan biaya,
untuk itu organisasi wartawan harus bekerja 6 LKBN ANTARA 305
keras mencari dana. Sedangkan perusahaan 7 Fajar 250
pers, tidak semua bersedia mengeluarkan 8 IISIP 250
uang untuk mengikutkan wartawannnya
9 Bali Pos 250
dalam uji kompetensi. Dari sisi wartawan
sendiri, melihat kondisi yang ada, hanya 10 Tempo 250
mereka yang bekerja di perusahaan pers 11 Kompas 297
yang sehat yang memiliki kemampuan 12 LSPR 200
membayar, katakanlah uang sekitar Rp 2
13 RRI 39
juta untuk ikut uji kompetensi. Dalam suau
14 Solo Pos 28
kesempatan Rapat Dengar Pendapat Dewan
Pers dengan Komisi I DPR RI pada tahun Total Nomor ID 10.852
2016, pihak legislatif mendorong Dewan
Pers untuk mempercepat proses sertifikasi
ini, tetapi apa boleh buat kendalanya masih
saja sama yaitu ketiadaan anggaran.
Sertifikasi kompetensi sangat bermanfaat
bagi seluruh pemangku kepentingan
pers. Tetapi semua itu terpulang pada
bagaimana para pemangku kepentingan
memperlakukan sertifikasi ini. Dewan Pers
akan terus mempromosikan sertifikasi
sehingga menjadi alat untuk mengontrol
pers yang sehat, bermutu, bermanfaat bagi
masyarakat, bangsa, dan negara, dengan
cara agar lembaga pemerintah dan swasta
mengutamakan memberi informasi kepada Hendry Ch Bangun,
wartawan bersertifikat kompetensi. (****) Ketua Komisi Pendidikan
Dewan Pers

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 27


28 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14
FOKUS UTAMA

Media profesional dan


Literasi Digital
Semuel A. Pangerepan

D
alam sebuah forum, Ketua Dewan Pers pernah
menyampaikan bahwa Pers dalam menjalankan
perannya harus menjunjung kemerdekaan pers,
menyampaikan informasi kepada publik secara jujur
dan berimbang, serta bebas dari tekanan kapitalisme
dan politik.
Pers tidak boleh menggunakan kebebasannya untuk
bertindak seenaknya saja karena berdasarkan Pasal
7 ayat (2) UU Nomor 40/1999 tentang Pers, wartawan
adalah profesi yang memiliki dan menaati Kode Etik
Jurnalistik. Berbicara mengenai profesi dan kode etik
artinya menyangkut masalah profesionalisme media
dalam menyampaikan pemberitaan. Hal tersebut
menjadi penting dengan perkembangan teknologi
informasi yang membuat pertumbuhan pengguna
internet di Indonesia sangat cepat.
Pada  tahun 2016, menurut data APJII, pengguna
internet mencapai 132,7 juta atau 51,5% dari total jumlah
penduduk Indonesia 256,2 juta. Angka ini diprediksi
akan terus bertambah pada 2017. Semakin banyak
jumlah pengguna internet ini menunjukkan bahwa
masyarakat Indonesia telah ‘melek teknologi’. Keadaan
tersebut mengubah beberapa pola komunikasi
dan interaksi di masyarakat seperti e-government,
e-commerce, e-learning, e-health dan lain-lain. Selain
yang telah disebutkan sebelumnya, salah satu hasil
dari kehadiran internet adalah munculnya jurnalisme
online atau biasa disebut media online. Pada awalnya
kegiatan jurnalistik itu dilaksanakan dalam surat
kabar (news paper). Kini kegiatan jurnalistik itu tidak
hanya menggunakan media cetak seperti surat kabar,
tetapi juga dilaksanakan dengan menggunakan media
elektronik seperti film dalam bentuk film berita dan
seperti radio dan televisi dalam bentuk siaran berita

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 29


atau reportase. online mengatasnamakan portal berita
Kegiatan jurnalistik itu dapat juga yang menyebarkan berita tidak benar atau
dilaksanakan melalui saluran lainnya hoax, jika ruang siber atau internet ini diisi
seperti media sosial atau internet. Akibat dengan berita-berita yang tidak benar, kerja
perkembangan teknologi informasi pers jadi berbahaya karena khawatirnya
membuat media online atau situs-situs masyarakat mengganggap pers di Indonesia
yang mengaku portal berita menjamur. sudah tidak dapat dipercaya.
Sesuai Pasal 7 ayat (2) UU Nomor 40/1999 Meminjam istilah Jean Couteau (2015),
tentang Pers, wartawan adalah profesi yang kondisi sekarang disebut sebagai era
memiliki dan menaati Kode Etik Jurnalistik, “tsunami informasi” dimana Informasi
sehingga walaupun di publish dan di akses datang silih berganti setiap detik, setiap
secara online, jurnalisme online atau media menit. Portal-portal berita yang tidak jelas
online tetap merupakan kegiatan jurnalistik pengelola dan rekam jejaknya berseliweran
yang harus berdasarkan etika dan aturan menyajikan berita-berita cenderung
yang ada. Setiap hal memiliki etika, terlebih konfrontatif dan mengabaikan validitas
lagi hal tersebut berhubungan dengan sebuah berita sehingga sulit membedakan
sebuah profesi. informasi bermanfaat dan informasi
Menurut catatan Dewan Pers, jumlah sampah.
situs yang mengklaim diri sebagai portal Fe n o m e n a i n i m e m b u a t ge ra m
berita di Indonesia mencapai kisaran 43.000 Pemerintah dan Dewan Pers karena
situs. Dari jumlah tersebut, jumlah yang banyak penyebaran hoax dan berita-berita
sudah terverifikasi sebagai situs berita konfrontatif ini lantaran tidak jelasnya
resmi hanya berada di kisaran 200-an. identitas dan penanggung jawab dari portal
Dengan jumlah tersebut, dari sebelumnya berita itu. Sementara mereka mengaku
masyarakat susah mendapatkan informasi sebagai portal berita sehingga pemerintah
sekarang masyarakat justru sangat mudah dan Dewan Pers dianggap oleh masyarakat
mendapatkan informasi bahkan dapat tidak dapat mengatur keberadaan media
dikatakan banjir informasi. online karena tidak sedikit portal berita abal-
Permasalahannya, banjir informasi abal yang menyebarkan informasi-informasi
ini diiringi dengan tercampurnya hoax dan kerap kali memutarbalikkan fakta
informasi berkualitas dengan informasi dan bahkan juga provokatif. S
sampah. Hoax bertebaran dimana-mana, Sebagian besar masyarakat menganggap
orang menyampaikan pendapat hanya semua portal atau situs-situs yang ada
berdasarkan informasi di dunia maya. merupakan produk pers. Padahal bila
Sehingga kita mulai sulit membedakan, suatu situs ingin disebut pers dan ingin
mana informasi yang penting dan tidak mendapatkan perlindungan dari Dewan
penting. Mana informasi yang berkualitas Pers, maka harus mengacu pada ketentuan
tinggi dan berkualitas rendah, hal tersebut di UU Pers, kode etik, standar dan prinsip
karena pasca-revolusi digital, banyak sekali jurnalistik dalam kerja dan isi tulisannya.
muncul situs-situs atau media-media Untuk itu dengan menjamurnya media

30 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14



Komunikasi dan Informatika tidak akan ragu
memblokir situs ‘siluman’ tersebut.
Fenomena ini membuat Verifikasi yang dilakukan Dewan
Pers bukan bentuk bredel, sensor atau
geram Pemerintah dan pembatasan kebebasan pers, tapi justru
Dewan Pers karena berusaha menjamin mutu produk jurnalistik
banyak penyebaran yang disajikan kepada publik. Verifikasi

hoax dan berita-berita sendiri merupakan bagian dari amanat


Undang-undang Pers khususnya terkait
konfrontatif ini lantaran standar perusahaan. Bahwa perusahaan
tidak jelasnya identitas media harus berbentuk badan hukum,
dan penanggung jawab
dari portal berita itu
“ bagaimana mekanisme pengupahan, dan
seterusnya. Standar ini akan berpengaruh
kepada kualitas berita yang dihasilkan.
Semua itu yang diverifikasi Dewan Pers.
Selain itu, publik harus selalu kritis
online ini diperlukan pendataan yang terhadap informasi diterimanya. Publik
lengkap bagi media. harus mencari tahu dari mana sumbernya,
Salah satu tujuan pendataan untuk apakah dari media mainstream, pesan
mengukur profesionalisme perusahaan singkat, media sosial, dan seterusnya.
media karena Pers yang profesional Ketika informasi hoax, fitnah atau muatan
tentu tidak akan memproduksi hoax yang kebencian datang dari media mainstream
merugikan masyarakat pembacanya,  yang justru sudah terverifikasi, publik
tapi tentunya Dewan Pers, pemerintah, dapat melaporkannya ke Dewan Pers,
dan penegak hukum perlu melakukan jika disampaikan oleh portal yang tidak
tindakan tegas terhadap situs-situs yang terverifikasi maka dapat melaporkannya ke
mengaku sebagai media online tetapi justru Kementerian Komunikasi dan Informatika
pekerjaannya menebar hoax dan berita untuk dimintakan pemblokiran.
provokatif. Konsep verifikasi atau sertifikasi di media
Verifikasi Perusahaan Pers online atau portal berita menjadi sangat
Salah satu yang sedang dilakukan oleh penting karena di dunia siber atau internet
Kementerian Komunikasi dan Informatika ini bersifat anonimitas. Setiap orang bisa
dengan Dewan Pers adalah menertibkan mengaku apa saja atau menjadi siapa
situs-situs  atau media online tersebut saja sehingga verifikasi ini penting agar
sebagai langkah mengatasi penyebaran identitasnya dapat diketahui dengan jelas.
berita palsu. Pengelola situs-situs yang Hal ini membuat media online atau portal
mengklaim sebagai media akan diberikan berita lebih bertanggung jawab dengan
kesempatan untuk melengkapi syarat- berita atau informasi yang disampaikan.
syarat untuk terdaftar di Dewan Pers sesuai Dengan adanya kejelasan identitas dari
dengan Undang-Undang Nomor 40 tahun portal berita tersebut, membuat pers lebih
1999 tentang pers. Jika tidak, Kementerian

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 31



profesional dalam melakukan pemberitaan.
Setidaknya, jika ada yang merasa dirugikan
akibat pemberitaan, dapat melakukan Verifikasi yang
permintaan hak jawab kepada media
tersebut. Sementara bagi situs-situs
dilakukan Dewan Pers
yang tidak mau melakukan verifikasi, bukan bentuk bredel,
dipersilahkan saja karena konsep verifikasi sensor atau pembatasan
ini tidak memaksa bagi yang memang buka
perusahaan pers, tetapi jangan mengaku
kebebasan pers,
portal berita atau pers dan berlindung di tapi justru berusaha
bawah Undang-Undang Pers jika tidak mau menjamin mutu
mengikuti aturan di Undang-Undang Pers.
Melalui pendataan atau verifikasi
media ini dengan sendirinya akan terihat
produk jurnalistik yang
disajikan kepada publik

mana produk jurnalistik yang dihasilkan
oleh perusahaan pers, mana yang tengah
berproses atau berupaya memenuhi pemberitaan, maka yang berlaku adalah
standar profesional, mana yang belum mekanisme atau proses penyelesaian
memenuhi standar profesional. Dengan sebagaimana yang diatur dalam UU Pers.
demikian, kedepannya hanya perusahaan Selain itu, terhadap situs-situs yang
yang terverifikasi yang akan mendapatkan mengaku pers tetapi tidak melakukan
Dewan Pers jika terjadi sengketa terkait verifikasi, selain dapat dilakukan
perusahaan pers pemblokiran terhadap situs atau wesbitenya
Ada beberapa konsekuensi jika media juga dapat diproses dengan menggunakan
online atau situs-situs yang mengaku portal UU ITE untuk tindak pidana konten ilegalnya
berita jika tidak melakukan verifikasi sesuai sehingga dengan adanya verifikasi media
Undang-Undang Pers. Terhadap media online tersebut perlahan-lahan situs-situs
online tersebut tidak dapat dilindungi oleh yang mengaku portal berita yang tidak ikut
Dewan Pers dan berlindung di balik Undang- verifikasi tetapi menyebarkan berita hoax
Undang Pers karena tidak memenuhi atau konten yang melanggar peraturan
persyaratan sesuai UU Pers sehingga jika perundang-undangan tersebut akan diblokir
menyebarkan konten yang dilarang oleh sehingga berkurang jumlahnya.
undang-undang terhadap media yang tidak Literasi Digital dan Literasi Media
terverifikasi ini dapat dilakukan pemblokiran Langkah pemerintah dalam mengatasi
karena dianggap bukan sebagai pers. banjir atau tsunami informasi yang membuat
Sementara bagi media online yang maraknya berita bohong atau hoax ini,
sudah terverifikasi maka akan dilindungi selain melakukan verifikasi perusahaan pers
kebebasan persnya selama mengikuti kaidah oleh Dewan Pers, dan pemblokiran melalui
pemberitaan atau kode etik jurnalistik Kementerian Komunikasi dan Informatika,
sehingga jika ada sengketa mengenai salah satu hal yang sangat penting adalah

32 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14


gerakan literasi digital dan literasi media diverifikasi menjadi perusahaan media yang
untuk menumbuhkan kesadaran berinternet profesional dan bertangungjawab dalam
dan memperoleh atau menyebarkan pemberitaannya.
informasi secara sehat dan cerdas. Hal S e la i n m e n d o ro n g m e d i a a ta u
ini karena tidak semua pengguna internet perusahaan pers menjadi profesional
mampu menganalisa konten-konten yang dengan melalui verifikasi justru yang paling
bertebaran, apakah konten hoax atau penting adalah dengan mendorong gerakan
konten yang bermanfaat. literasi digital dan literasi media agar
Kaitan dengan persoalan penerimaan masyarakat atau publik lebih kritis dalam
informasi atau berita ini, sangat penting menerima sebuah informasi sehingga
untuk dikemukakan dalam kondisi sekarang. mampu memilih dan memilah informasi
Yang pertama dilakukan adalah dengan yang bermanfaat.
tidak begitu saja percaya dengan informasi Salah satu yang dilakukan oleh
diterima, memeriksa, dan memverifikasinya Kementerian Komunikasi dan Informatika
sehingga mendapatkan informasi yang valid adalah dengan adanya program Internet
dan akurat. Cerdas, Kreatif, dan Produktif (INCAKAP)
Cek dan ricek serta verifikasi yang sebagai media bimbingan untuk pengguna
mendalam dikalangan muslim dikenal internet di Indonesia sehingga dapat
dengan tabayun. Jika tabayun benar- memberikan dampak positif dan nilai
benar diterapkan, kita tidak akan mudah tambah bagi kemajuan bangsa.
terombang-ambing isu atau berita hoax. Gerakan literasi digital tidak sekadar
Dihadapan banjir atau tsunami informasi penguasaan teknologi masyarakat, namun
yang tidak terkendali inilah justru sikap lebih pada etika penggunanya. Gerakan ini
tabayun dibutuhkan sehingga bisa tidak mungkin sepihak, harus melibatkan
menyaring informasi. Untuk itu gerakan seluruh elemen masyarakat dan terus
literasi digital dan literasi media harus terus melakukan penyadaran besar-besaran
didorong agar masyarakat siap menghadapi baik literasi digital maupun literasi media.
tsunami informasi sehingga mampu memilih Persoalan literasi ini pernah disampaikan
dan memilah informasi yang bermanfaat. perwakilan masyarakat anti hoax dalam
Penutup diskusi bertema menuju media sosial yang
Dalam rangka menghadapi era tsunami memberdayakan di Habibie Center.
informasi ini, salah satu yang dilakukan oleh Persoalan literasi adalah kompetensi
pemerintah dan Dewan Pers adalah dengan yang harus dimiliki setiap orang. Khususnya
memverifikasi media online dan situs-situs untuk mengkritisi dan memahami.
portal berita dan memblokir situs-situs Setidaknya ada beberapa hal yang harus
yang menyebarkan berita bohong atau dipahami oleh pengguna internet, di
hoax. Dengan demikian, konten-konten antaranya adalah akses digital, komunikasi
yang negatif menjadi berkurang karena digital, etiket digital, hukum digital,
sumber yang tidak jelas akan diblokir, kelebihan dan kelamahan digital, dan
sementara media online yang sudah keamanan digital. Selain literasi digital,

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 33


literasi media juga menjadi sangat penting.
Literasi Media adalah sejenis kemampuan
atau skill untuk menggunakan media masa.
Terdapat beberapa tujuan literasi media,
yaitu proteksionis untuk mencegah dampak
media pada khalayak, preparsionis untuk
menyiapkan khalayak agar bisa menjadi
konsumen media yang kritis, partisipatif
untuk menanamkan kompetensi literasi
media agar khalayak dapat memberdayakan
diri ketika berhadapan dengan media,
advokasi untuk gerakan sosial, bukan hanya
untuk meningkatkan kesadaran, tetapi juga
untuk mengubah situasi politik. (art)

Semuel A. Pangerepan
Direktur Jenderal Aplikasi
Informatika
Kementerian Komunikasi dan
Informatika

34 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14


FOKUS UTAMA

Perspektif Verifikasi
Perusahaan Pers
Dari Sudut Pandang
Jurnalis Televisi dan
Bisnis Media

Oleh Indria Purnama Hadi

B
ulan Februari tahun ini, jelang peringatan Hari
Pers Nasional (HPN) di Ambon, dunia pers geger.
Ini berkaitan dengan “ketentuan baru tapi
lama” yang diterapkan Dewan Pers, yakni verifikasi
perusahaan pers.
Dewan Pers merilis 74 perusahaan pers yang sudah
dikategorikan terverifikasi. Namun dalam daftar itu,
sejumlah media yang tergolong arus utama ternyata
tidak tercantum. Media Tempo Grup, misalnya.
Koran Tempo, Majalah Tempo dan Tempo.co.id tidak
termasuk dalam kelompok media yang terverifikasi.
Dua perusahaan TV, yakni Rajawali TV dan NETTV juga
tidak terlihat dalam daftar.
Protespun terlontar. Bahkan sempat terdengar
pernyataan di media, bahwa verifikasi perusahaan
pers, merupakan upaya pemberangusan media gaya
baru. Protes makin kencang, ketika saat itu Dewan
Pers menyatakan akan membacakan daftar media
terverifikasi itu dalam peringatan Hari Pers Nasional
(HPN) di Ambon, 9 Februari 2017, di depan Presiden
Republik Indonesia.
Serikat Perusahaan Pers (SPS) juga bereaksi karena
beberapa anggotanya, tidak ada dalam daftar standar
perusahaan pers yang telah terverifikasi oleh Dewan
Pers. Meski sempat panas di awal, tetapi akhirnya
didapat titik temu. SPS memahami bahwa daftar 74
media itu merupakan tahap awal verifikasi perusahaan

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 35



Dewan Pers melakukan sertifikasi
perusahaan pers ini sesungguhnya
Meski sempat panas di
awal, tetapi akhirnya
didapat titik temu
“ merupakan pengejawantahan sekaligus
menagih janji komitmen perusahaan
pers sesuai yang tertuang dalam Piagam
Palembang.
Mungkin yang menjadi pertanyaan
adalah mengapa pelaksanaan program
pers, yang nantinya akan berlanjut pada
verifikasi perusahaan pers ini terkesan
tahap-tahap berikutnya.
lambat. Dari saat pencanangannya yakni
Termaktub juga dalam kesepakatan
ketika peringatan Hari Pers Nasional (HPN)
juga bahwa daftar nama 74 perusahaan
2010 Palembang. Namun Ketua Dewan
pers terverifikasi tahap pertama tidak jadi
Pers Yoseph Adi Prasetyo, dalam berbagai
dibacakan atau dilakukan penyerahan
forum menyatakan, sesungguhnya proses
sertifikatnya di perayaan Hari Pers
verifikasi telah dilakukan Dewan Pers
Nasional tahun 2017. SPS dan Dewan Pers
sejak lama. Tepatnya tahun 2012 hingga 6
juga sepakat untuk melanjutkan program
Februari 2017. Dalam kurun waktu itu Dewan
verifikasi perusahaan pers cetak. Ini karena
Pers mencatatkan 77 perusahaan pers
mandat Dewan Pers kepada SPS melalui
terverifikasi. Mencakup perusahaan media
SK Dewan Pers Nomor 01/SK-DP/111/ 2015
massa cetak, dalam jaringan (daring/ online)
tentang Penetapan Serikat Perusahaan Pers
dan elektronik radio maupun televisi.
(SPS) sebagai Lembaga Pelaksana Verifikasi
Perusahaan Pers Media Cetak tanggal 24
Amanah UU NO.40/1999
Maret 2015, hinggga kini masih berlaku.
Dewan Pers adalah lembaga independen
Kenapa verifikasi perusahaan pers
yang dibentuk berdasar UU Nomor 40 Tahun
sebagai “ketentuan baru tapi lama”? Ini
1999 tentang Pers sebagai bagian dari upaya
karena sesungguhnya program verifikasi
mengembangkan kemerdekaan pers dan
ini sudah mengemuka saat perayaan Hari
meningkatkan kehidupan pers nasional.
Pers Nasional 2010 di Palembang. Sejumlah
Fungsi Dewan Pers adalah:
perusahaan pers saat itu menandatangani
Melindungi Kemerdekaan Pers dari
dan meratifikasi Piagam Palembang.
campur tangan pihak lain
Piagam Palembang merupakan komitmen
Melakukan pengkajian untuk
perusahaan pers untuk memenuhi standar
pengembangan kehidupan pers
perusahaan pers sesuai dengan yang
Menetapkan dan mengawasi pelaksanaan
ditetapkan Dewan Pers, menegakkan kode
Kode Etik Jurnalistik
etik jurnalistik dalam kegiatan jurnalistiknya,
M e m b e r i ka n Pe r t i m ba n ga n d a n
mengikutsertakan jurnalisnya dalam uji
mengupayakan penyelesaian pengaduan
kompetensi jurnalis untuk mendapatkan
masyarakat atas kasus-kasus yang
sertifikat, dan pencantuman logo verifikasi
berhubungan dengan pemberitaan pers\
perusahaan pers
Mengembangkan komunikasi antara
Jadi pada dasarnya apa yang dilakukan

36 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14


pers, masyarakat dan pemerintah (IJTI), Persatuan Wartawan Indonesia
Memfasilitasi organisasi-organisasi pers (PWI) dan Aliansi Jurnalis Independen
dalam menyusun peraturan-peraturan di (AJI). Tiga organisasi pers yang sekaligus
bidang pers dan meningkatkan kualitas merupakan konstituen Dewan Pers.
profesi kewartawanan Perusahaan pers juga harus memiliki kantor
Mendata Perusahaan Pers (Pasal 15 UU yang jelas. Ada alamat redaksi, ruang kerja,
No.40/1999) ruang rapat maupun prasarana lainnya.
Fungsi mendata perusahaan pers Kondisi fisik ini juga menjadi pertimbangan
inilah yang diterjemahkan dan dielaborasi verifikasi jurnalis.
Dewan Pers sebagai verifikasi. Mendata Komponen penting dalam verifikasi
tak sebatas mencatat nama perusahaan, perusahaan pers adalah kesejahteraan
alamat, struktur organisasi dan siapa karyawan, termasuk dalam hal ini adalah
pejabat di perusahaan pers. Tapi mencakup para jurnalis. Secara spesifik disebutkan
berbagai hal: administrasi, bangunan fisik bahwa pekerja perusahaan pers minimal
kantor, sumberdaya manusia, dan juga digaji sesuai dengan Upah Minimum
kesejahteraan karyawan atau pekerjanya. Perusahaan (UMP) yang berlaku. Secara
Setidaknya ada empat unsur pokok luas, kesejahteraan ini meliputi gaji, bonus,
dalam verifikasi. Komponen pertama tunjangan hingga asuransi.
adalah administrasi berkaitan dengan akta Program verifikasi perusahaan pers
pendirian perusahaan pers. Bila merujuk berawal saat perayaan Hari Pers Nasional
pada peraturan di Dewan Pers, perusahaan 2010 di Palembang. Sejumlah perusahaan
pers harus berbentuk Perseroan Terbatas pers saat itu menandatangani dan
(PT) dan harus tercatat di Kementerian meratifikasi Piagam Palembang.
Hukum dan HAM. Perusahaan juga Piagam Palembang merupakan komitmen
diharuskan memiliki peraturan yang jelas perusahaan pers yang menyangkut
di dalam perusahaan dan memiliki kode pemenuhan standar perusahaan pers
perilaku (code of conduct) perusahaan. sesuai dengan yang ditetapkan Dewan
Sumber daya manusia merupakan Pers, penegakan kode etik jurnalistik,
komponen penting lainnya. Persoalan mengikutsertakan jurnalis dalam uji
sumber daya manusia ini, salah satunya, kompetensi jurnalis untuk mendapatkan
menyangkut kompetensi wartawan. sertifikat, dan pencantuman logo verifikasi
Kompetensi seorang pekerja pers, atau perusahaan pers.
jurnalis ini harus dibuktikan dengan sertifikat Jadi, pada dasarnya apa yang dilakukan
yang dikeluarkan Dewan Pers. Sertifikat Dewan Pers melakukan sertifikasi
tersebut hanya bisa didapat setelah jurnalis perusahaan pers ini sesungguhnya
bersangkutan lulus uji kompetensi jurnalis merupakan pengejawantahan sekaligus
oleh lembaga yang ditunjuk Dewan Pers. Ini, menagih janji komitmen perusahaan
organisasi pers yang diberikan wewenang pers sesuai yang tertuang dalam Piagam
untuk melakukan uji kompetensi jurnalis Palembang 2010.
adalah Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia Mungkin yang menjadi pertanyaan
adalah mengapa pelaksanaan program

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 37


verifikasi perusahaan pers ini terkesan berorientasi pada tugas menyampaikan
lambat. informasi dan edukasi, terjebak pada tujuan
Saat pencanangannya yakni ketika entitas bisnis, yakni untung dan rugi.
peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2010 Kompetisi antar media menjadi
Palembang. Namun Ketua Dewan Pers tidak sehat. Atas nama kecepatan dan
Yoseph Adi Prasetyo, dalam berbagai eksklusifitas, media saling mendahului
forum menyatakan, sesungguhnya proses untuk menayangkan atau memberitakan
verifikasi telah dilakukan Dewan Pers lebih dulu. Akibatnya faktor konfirmasi,
sejak lama. Tepatnya tahun 2012 hingga klarifikasi dan akurasi menjadi kerap
6 Februari 2017. Dalam kurun waktu itu terabaikan.
Dewan Pers mencatatkan 77 perusahaan Keberadaan lembaga rating membuat
pers terverifikasi. Mencakup perusahaan persaingan untuk ditonton semakin keras.
media massa cetak, dalam jaringan (daring/ Rating menjadi acuan. Padahal dari sisi
online) dan elektronik radio maupun survey rating tak langsung menggambarkan
televisi. Apapun kondisinya, Dewan Pers sebagai rapor kualitas. Namun lebih
telah memulai kerja besarnya dalam merujuk kepada kuantitas dalam arti
memverifikasi perusahaan pers, untuk banyak ditonton. Angka rating tak selalu
penyehatan dunia pers, menuju pers yang berbanding lurus dengan kualitas. Program
professional dan bertanggungjawab berita yang secara konten dinilai bagus oleh
standar umum, tapi faktanya sering berating
Dari kacamata jurnalis rendah.
Dalam poin program verifikasi perusahaan Jurnalis televisi bahkan kadang ada yang
pers setidaknya ada dua komponen menambahkan syarat berita. Tak lagi 5W 1H.
yang menyinggung jurnalis, yakni soal Berita, khususnya TV, tak hanya mencakup
kekaryawanan, yang mengarah ke persoala unsur: What, Who, When, Where, Why dan
administrasi, gaji dan kesejahteraan pada How. Tetapi tambah satu unsur W lagi yakni
umumnya. Serta yang berhubungan dengan Wow!
sumber daya manusia yang menitikberatkan Unsur Wow ini kadang-kadang yang
potensi, kompetensi dan apresiasi . menisbikan kualitas. Program berita lebih
Dewan Pers, dalam salah satu unsur sering dilihat dari sisi show dan kemasan,
verifikasi, menyangkut kompetensi ini, tetapi kerap mengabaikan konten. Unsur
mensyaratkan bahwa minimal harus ada sensasi, kendati tak sampai melanggar Kode
satu jurnalis kompeten di level utama dalam Etik Jurnalistik, kerap menegasikan faktor
sebuah perusahaan pers. Dan menyusul di isi.
jajaran redaksi lainnya. Verifikasi perusahaan pers, yang di
Ini merupakan langkah maju. Kita ingat, dalamnya menyoroti sisi kompetensi
jauh sebelum ini, ada perusahaan pers yang menjadi langkah penting. Syarat pemimpin
pimpinannya tidak pernah sama sekali terjun redaksi harus jurnalis utama yang
di dunia jurnalistik. Yang terjadi kemudian dibuktikan dengan sertifikat dari Dewan
perusahaan pers, media yang seharusnya Pers, menjadi jaminan bahwa unsur kualitas

38 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14


media atau program berita dapat terjaga. tidak langsung sudah diakui masyarakat
Pemimpin media, tak lagi sekedar tahu yang umum. Dalam hal lembaga atau departemen
akan disajikan, tetapi mengerti sekaligus yang banyak berhubungan jurnalis.
memahami apa yang disebarkannya kepada Lembaga-lembaga itu, dengan inisiatif
khalayak. sendiri, kemudian membuat ketentuan,
Para jurnalispun berlomba untuk bahwa mereka hanya melayani jurnalis yang
memperbaiki kompetensi diri mereka. memiliki sertifikasi profesi. Narasumber
Mereka juga beramai-ramai mengikuti uji juga lebih nyaman, karena yakin mereka
kompetensi. Mereka berpikir sertifikasi berhubungan dengan jurnalis yang tepat
jurnalis melalui uji kompetensi bisa dan berkompeten. Bukan jurnalis abal-abal,
memperbaiki karir profesionalitas yang wawancara mau, tayang tak tentu.
mereka. Apalagi Dewan Pers dalam setiap Bahkan kerap meminta imbalan dalam
kesempatan mengatakan, HRD perusahaan sebuah peliputan
seharusnya menggunakan hasil uji Sertifikasi Uji Kompetensi Jurnalis
kompetensi untuk dijadikan pertimbangan, oleh Dewan Pers ini juga penting untuk
dalam promosi jenjang kepangkatan, menyiapkan jurnalis untuk bersaing ke
penentuan remunerasi dan hal lain yang level yang lebih luas. Terlebih menghadapi
terkait kesejahteraan sumber daya manusia. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang
Himbauan Dewan Pers ini ternyata sudah di depan mata. Para jurnalis Indonesia
mendapat respon positif. Bahkan sebuah akan berkompetisi dengan jurnalis seluruh
stasiun televisi, tempat penulis ikut Asia Tenggara. Pesaingnya bukan lagi tingkat
menjadi penguji Uji Kompetensi Jurnalis, lokal, tetapi naik kelas ke tingkat regional,
akan menerapkan himbauan Dewan Pers bahkan global.
tersebut. Pimpinan HRD di stasiun televise Bagi perusahaan pers, verifikasi
tersebut secara tegas menyatakan, akan juga penting. Media yang terverifikasi
menggunakan hasil uji kompetensi itu merupakan media yang sudah memenuhi
sebagai salah satu poin utama, ketika syarat penegakan kode etik jurnalistik.
melakukan promosi jabatan, termasuk Media yang terverifikasi ini juga dianggap
kenaikan remunerasi. juga mensertifikasi, menyejahterakan, dan
Perusahaan pers senang karena melindungi wartawannya. Ini penting bagi
mendapatkan masukan kriteria agar citra perusahaan.
tak salah pilih ketika mempromosikan Dewan Pers juga telah menyiapkan
karyawan, jurnalispun senang karena kode label media terpercaya (QR code).
jenjang karir, mengacu kepada kompetensi Dan sebagai perusahaan pers, label media
dan kemampuan individu. Merit system terpercaya akan meningkatkan kekuatan
berlaku. Jenjang karir dan kepangkatan mereka untuk bersaing. Trust (kepercayaan)
di perusahaan mengacu kepada kriteria adalah unsur utama dalam bisnis media. Dan
kompetensi yang baku, dan berlaku label terpercaya dari lembaga independen
universal. Dewan Pers yang dibentuk melalui UU,
Sertifikasi kompetensi ini bahkan secara tentu saja akan meningkatkan energi dalam
kancah persaingan.

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 39



kualifikasi yang baik. Melalui pendataan
atau verifikasi media ini, akan terlihat
Kenapa verifikasi mana produk jurnalistik yang dihasilkan
perusahaan pers oleh perusahaan pers yang profesional,

sebagai “ketentuan mana yang tengah berproses atau berupaya


memenuhi standar profesional, dan mana
baru tapi lama”? Ini yang belum memenuhi standar professional
karena sesungguhnya Namun, tugas Dewan Pers tak ringan.
program verifikasi ini Saat ini jumlah perusahaan media massa
sangat banyak. Terlebih pasca terbitnya
sudah mengemuka UU No.40/1999, di mana sanksi bredel dan
saat perayaan Hari penutupan terhadap media ditiadakan.
Pers Nasional 2010 di Menurut catatan LKBN Antara, tahun

Palembang. Sejumlah 2016 ada 500 perusahaan media massa


cetak yang menerbitkan koran, majalah dan
perusahaan pers saat tabloid.
itu menandatangani “ Sedikitnya terdapat 1200 radio, yang
dan meratifikasi Piagam selain menyajikan hiburan, juga menjadi
sarana informasi dan edukasi, bahkan
Palembang. sebagai sarana pendidikan demokrasi.
Tak heran di radio-radio banyak disiarkan
program berita, ulasan, dialog interaktif
Untuk melawan hoax
dan talkshow. Yang sangat luar biasa
Verifikasi perusahaan pers diharapkan
adalah perkembangan media online, dari
bisa memperkuat media arus utama di
yang tercatat di Dewan Pers sebanyak 1200
tengah maraknya hoax, informasi palsu/
situs online, saat ini disebutkan ada 43.000
bohong (fake news), yang dibuat seolah-
(empat puluh tiga ribu) media online. Dan
olah sebagai karya jurnalistik, yang makin
ironisnya, menurut Dewan Pers dari media
merajalela saat ini.
online sebanyak itu hanya 234 yang bisa
Maraknya hoax, salah satunya disinyalir
disebut sebagai media professional. Itupun
adalah karena menurunnya tingkat
belum banyak terverifikasi oleh Dewan
kepercayaan publik terhadap media arus
Pers. Mengacu pada daftar Dewan Pers,
utama. Penyebabnya bisa berbagai hal.
Februari 2017, baru tujuh media online yang
Pemilik perusahaan pers yang terlalu
terverifikasi
condong ke organisasi politik tertentu, atau
Tentu saja ini bukan pekerjaan rumah
juga justru ketidakakuratan informasi yang
yang ringan bagi Dewan Pers. Ribuan media
disampaikan.
harus diverifikasi. Sementara mereka
Verifikasi perusahaan pers bakal
menargetkan akan tuntas melakukan
memperjelas media mana yang bisa
verifikasi pada tahun 1919. Dengan
dipercaya masyarakat dan media mana
melihat sumber daya, perangkat dan
yang masih berproses untuk memenuhi

40 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14


PROFIL

pendukung lainnya, tugas verifikasi Dewan


Pers memerlukan kerja ekstra keras dan
dukungan dari semua pihak.
Perusahaan pers dan organisasi
kewartawanan wajib ikut menyukseskan
program verifikasi sebagai wujud
pertanggungjawaban profesi. Verifikasi
perusahaan pers penting untuk masa
depan pers Indonesia yang profesional dan
bertanggungjawab.
Pastinya masyarakat pers, tak ingin
penyehatan pers Indonesia dilakukan oleh
kekuatan luar pers yang memaksa pers
untuk menyehatkan diri. 
Atur diri sendiri, jika tak mau, niscaya
akan banyak pihak luar yang berusaha
mengaturnya. Jika itu yang terjadi.
kemerdekaan pers akhirnya hanya sebatas
di pernyataan, tak tercermin di lapangan.
Dan hal ini tentu saja bukan hal yang
dinginkan. (iph/art

Indria Purnama Hadi


*News Production Dept.
Head PT Indosiar Visual Mandiri
(Kepala Produksi Berita Indosiar)
*Sekretaris Jenderal Ikatan Jurnalis
Televisi Indonesia (IJTI)

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 41


42 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14
Media Online: Yang
Profesional dan Yang
Abal Abal
Oleh Iin Yumiyanti

“Di kampung melayu ada yang meledak!! Apaan


tuh ye? Gwe pas di atas flyover kampung melayu
pulak!#LiveReport#KebetulanLewat.”
Posting tersebut dibuat akun @ikhsan_agustama
pada pukul 20.58 WIB. Pada saat yang hampir
bersamaan, salah seorang editor detikcom melalui
aplikasi percakapan mendapat pesan dari seorang
temannya yang kebetulan melintas di Terminal
Kampung Melayu mengenai peristiwa mengerikan
tersebut. 
Tidak lama kemudian, setelah editor lainnya
mendapat konfirmasi dari polisi, berita tentang
ledakan tersebut pun muncul di detikcom pukul 21.05
WIB. Berbarengan dengan itu, koordinator liputan
mengirim reporter ke tempat kejadian perkara, yang
kemudian berita running pun dibuat susul-menyusul. 
Salah satu karakter media online memang berita
bersifat real time, melaporkan peristiwa yang sedang
terjadi. Jadi peristiwa yang sedang terjadi saat itu juga
bisa langsung dinikmati pembaca, bahkan sebelum si
wartawan sampai di lokasi kejadian. 
Kecepatan tidak menjadi masalah lagi karena
teknologi digital sangat memungkinkan media online
mempublikasikan berita sesegera mungkin. Bila
mendapat data yang akurat, publish bisa dilakukan
secepat kita mem-posting status di media sosial.
Hanya dalam hitungan detik atau menit, berita yang
sudah dikurasi dan diunggah bisa langsung muncul
dan tersaji untuk publik. Tidak aneh bila kebaruan
berita media online bisa tersaji dari detik per detik.

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 43



bukan membeli sahamnya, melainkan sang
jenderal mengira detikcom semacam koran
Salah satu karakter yang bisa dibeli di lapak-lapak. “Saya sudah
suruh ajudan saya untuk cari di Blok M,
media online memang tapi tidak ada juga,” kata si jenderal. Maka
berita bersifat real time, saat itu saya harus menjelaskan apa itu
melaporkan peristiwa internet, dan bagaimana caranya agar bisa

yang sedang terjadi. Jadi mengaksesnya sebelum pada akhirnya saya


menjelaskan apa itu media online dan apa
peristiwa yang sedang itu detikcom.
terjadi saat itu juga Tahun 2000-an saya mulai punya banyak
bisa langsung dinikmati teman reporter media online. Tapi itu pun
jumlahnya tidak lebih dari jari-jari di tangan.
pembaca, bahkan Antara lain muncul media online Satunet,
sebelum si wartawan
sampai di lokasi
kejadian
“ Kopitime, dan Astaga.com. Namun itu pun
tidak bertahan lama karena lantas terjadi
krisis gelembung atau bubble dotcom,
satu per satu mereka berguguran. Hingga
kemudian pada 2009, media online kembali
Journalism in Progress mengalami booming hingga sekarang.
Saya bergabung menjadi wartawan Pada tahun 2000-an, isu yang paling
detikcom pada Agustus 1999. Saat itu, setiap sering dipersoalkan adalah apakah berita di
kali saya melakukan peliputan di suatu media online bisa disebut berita. Pada masa
tempat, rasanya hanya saya seorang yang itu, masih sedikit orang yang punya telepon
merupakan wartawan media online. Saat itu seluler dan pembaca koran masih sangat
saya tidak pernah membayangkan jumlah banyak jumlahnya. Di kampus-kampus,
media online akan mencapai 8.000 seperti para dosen dalam seminar-seminar masih
data Dewan Pers sekarang ini. sering membahas kontroversi bahwa berita
Rasanya susah dibayangkan media yang muncul di media online tidak bisa
online akan membesar dan mendominasi dimasukkan dalam kategori berita karena
seperti sekarang ini. Pada tahun-tahun tidak mengandung lengkap unsur berita 5W
awal reformasi itu, sebagai wartawan, tugas + 1H (what, who, when, where, why + how)
saya tidak hanya meliput, tapi juga harus seperti halnya berita di koran.
mengedukasi masyarakat tentang internet, Seiring dengan berjalannya waktu, ketika
saya harus menjelaskan apa itu internet makin banyak orang yang memiliki ponsel
dan apa itu media online kepada para sehingga mampu membaca berita dari
narasumber. media online kapan pun dan di mana pun,
Seorang jenderal polisi saat itu bahkan kontroversi itu hilang dengan sendirinya.
bertanya kepada saya, di mana bisa Orang tidak lagi cerewet apakah berita
membeli detikcom? Membeli dalam hal ini yang mereka baca di detikcom ataupun

44 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14


di situs lain itu bisa disebut berita atau berada di lokasi, kami tetap mengujinya
bukan. Masyarakat rupanya mulai paham dengan disiplin verifikasi. “Tolong difoto,
jurnalisme online adalah journalism in dong!” pinta kami kepada si pemberi
progress alias kelengkapan berita akan informasi.
terus update, menyusul kemudian. Mereka Kami juga segera mengontak polisi untuk
mengakui apa yang ditulis detikcom itu meminta konfirmasi dan mengirim reporter
adalah berita meskipun kadang tulisannya ke lokasi. Setelah yakin data informasi bom
(ketika menyangkut peristiwa yang sangat tersebut valid, informan di TKP memberi
penting, seperti bom) sangat pendek, foto, dan polisi membenarkannya, kami
hanya 3-4 alinea, yang sering kali belum baru berani menurunkan berita pertama.
menjelaskan mengapa (why) dan bagaimana Ketika masalah akurasi selesai dan
(how) peristiwa terjadi. kami menjalankan praktek jurnalisme
sesuai dengan kode etik, pada tahun-
Antara Kecepatan dan Akurasi tahun sebelum 2004, sepertinya kami
Ketika berita media online sudah tidak mempunyai persoalan besar lagi
diakui sebagai berita, masalah yang tetap selain bersiap-siap menghadapi protes
menjadi perhatian serius hingga sekarang narasumber. 
adalah akurasi. Seperti dinyatakan Robert I Saat itu, persaingan belum ketat, jumlah
Berkman dan Christopher A Sumway bahwa media online tidak banyak, sehingga media
speed is not a friend of accuracy, kecepatan online saat itu hanya bersaing dengan
acap kali tidak bersahabat dengan akurasi. televisi, radio, dan koran. Friendster, media
Untuk mendapatkan akurasi, kuncinya sosial yang hadir pada 2002, belum populer
adalah disiplin melakukan verifikasi. Di dan belum masif pemakaiannya.
detikcom, jurnalis dididik keras bahwa Kondisi berubah dengan lahirnya
senjata jurnalis adalah obyektivitas, Facebook pada 2004, yang disusul dengan
disiplinnya adalah verifikasi, nilainya adalah kelahiran Twitter pada 2006 dan WhatsApp
hak rakyat untuk tahu. pada 2009. Perkembangan media sosial
Prinsip utama detikcom adalah akurasi, yang sangat pesat ini mengubah lanskap
baru kemudian kecepatan. Maka, seperti jurnalisme online.
dalam kasus bom di Kampung Melayu, Sebelum adanya tiga platform media
meskipun kami mendapatkan informasi dari sosial ini, orang mencari berita dengan


seorang teman yang bisa dipercaya yang mengandalkan media massa: media yang
dikelola dengan serius, memiliki kantor,
pengelolanya jelas, serta punya modal yang
memadai untuk menggaji wartawannya dan
Untuk mendapatkan mengembangkan bisnisnya. Masyarakat
akurasi, kuncinya adalah
disiplin melakukan
verifikasi
“ mencari berita dengan mengetik langsung
nama situs berita yang ingin dibaca. Kini
orang-orang banyak mendapatkan berita
dari media sosial yang mereka gunakan. 

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 45


Perkembangan teknologi digital juga Hoax dan Verifikasi Media
memungkinkan orang menjalankan fungsi Fenomena hoax ini makin parah
jurnalisme sendiri, yakni mengumpulkan karena banyaknya pemakai internet kita
i n fo r m as i , m e n go l a h b e r i t a , d a n tidak diimbangi dengan tingginya tingkat
menyebarluaskannya lewat situs pribadi pendidikan. Data Asosiasi Penyelenggara
ataupun akun media sosial. Dengan biaya J a r i n ga n I n te r n e t I n d o n e s i a 2 01 6
dan sumber daya manusia yang minimalis, menyebut, 132,7 juta orang Indonesia telah
warga dimungkinkan untuk memiliki dan terhubung dengan internet. Sementara itu,
mengelola sendiri medianya. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
  Jurnalisme warga pun bermunculan. menyebut angkatan pekerja di Indonesia
Kegiatan yang sebelumnya dimonopoli dan sekitar 60 persen merupakan masyarakat
dilakukan wartawan bergeser dilakukan dengan pendidikan tamatan tingkat sekolah
oleh siapa saja, termasuk perorangan atau dasar hingga sekolah menengah pertama.
lembaga yang tidak memiliki badan hukum Dalam badai lautan informasi, dengan
atau badan usaha, dan mungkin tidak tingkat pendidikan yang rendah, memilah
mempraktikkan kode etik jurnalistik. informasi menjadi masalah besar.
Di sisi lain, media cetak, yang diramal CEO Bagaimana memilah informasi yang bisa
Microsoft Steve Ballmer akan berakhir pada dipercaya dan akurat dengan informasi
2018, semakin tidak populer dan ramai- bohong, juga antara pokok pembicaraan
ramai bermigrasi ke online. Tidak aneh bila dan pelintiran. Di sinilah peran pers justru
lantas media online menjamur. Dewan Pers kian penting ketimbang sebelumnya.
mencatat ada 8.000 situs berita online. Di antara bombardir informasi dari
Dengan begitu banyaknya media online, media sosial, masyarakat membutuhkan
terjadilah banjir informasi. Informasi yang pers untuk membantu menyahihkan fakta
tersaji kepada masyarakat melimpah ruah. yang benar dan dapat dipercaya. Pers,
Informasi bukan hanya berasal dari media seperti disampaikan Bill Kovac dalam
massa yang dikelola secara profesional, tapi 9 Elemen Jurnalisme, harus mengambil
juga dari media yang dikelola serampangan, peran sebagai otentikator atau penyahih.
yang tidak pernah melakukan peliputan, Dan detikcom sudah terbiasa menjalankan
hanya meng-copy-paste dan mengubah fungsi ini. Banyak pihak berkata, “Coba cek
seenak udelnya berita dari media saja di detikcom. Kalau di detikcom belum
profesional. Intinya, berita yang dibuat ada, paling hanya hoax!” 
tanpa mengindahkan kode etik jurnalistik. Saat ini, saya pikir penting untuk
Produk yang lahir dari proses abal-abal membuat pembeda antara berita profesional
seperti itu tentu sudah bisa dipastikan dan berita nonprofesional. Banyak media
bukanlah produk yang berkualitas. Kerap abal-abal yang tidak jelas pengelola dan
kali hasilnya berupa hoax atau berita standar kerjanya bisa survive hanya modal
bohong yang diproduksi dengan sengaja copy-paste dari media profesional. Bila tidak
untuk tujuan politis, ekonomis, ataupun ada pembedanya, bisa-bisa berita yang
tujuan destruktif lainnya. independen digantikan oleh komersialisme

46 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14


untuk kepentingan diri sendiri yang menyaru
sebagai berita.
Langkah Dewan Pers menjalankan
verifikasi terhadap media perlu diapresiasi
di sini. Yang perlu diperhatikan Dewan
Pers adalah bagaimana agar media yang
terverifikasi tersebut merupakan media yang
benar-benar profesional dan jangan sampai
verifikasi itu mengganggu kebebasan pers.
Di sisi lain juga perlu dijaga agar verifikasi
ini tidak mengerdilkan jurnalisme warga
ataupun jurnalisme komunitas yang sudah
memberi manfaat positif kepada warga.
Adalah tanggung jawab kita semua
untuk menjaga pers Indonesia agar tidak
jatuh pada pers yang bermutu rendah. Pers
Indonesia harus tetap berdiri menegakkan
profesionalitas sehingga memberi manfaat
dan menjadi penerang bagi bangsa
Indonesia.
Sebagai pengingat, saya kutip Joseph
Pulitzer: republik kita dan persnya akan
timbul dan tenggelam bersama-sama. Pers
yang sinis, pers yang mata duitan, dan
pers menggebu-gebu akan menghasilkan
masyarakat yang sama rendahnya. (***)
 

Iin Yumiyanti
Pemimpin Redaksi detikcom

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 47


48 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14
ANALISIS

Analisis Rekapitulasi Data Pengaduan Dewan Pers:

Kasus Media
Abal-abal
Oleh Sabam Leo Batubara

D
ewan Pers oleh UU No. 40 Tahun 1999 tentang
Pers (disingkat UU Pers) diberi kewenangan
untuk melaksanakan tujuh fungsi, antara
lain melindungi kemerdekaan pers dari campur
tangan pihak lain, melakukan pengkajian untuk
pengembangan kehidupan pers, menetapkan dan
mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik.
Dalam kaitan pelaksanaan fungsi mendata
perusahaan pers, Dewan Pers secara periodik
mempublikasikan laju pertumbuhan media cetak,
media radio, media televisi, dan media online (siber).
Untuk menangani pengawasan pelaksanaan
Kode Etik Jurnalistik dan penyelesaian pengaduan
masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan
dengan pemberitaan pers dibentuk Komisi Pengaduan
Masyarakat dan Penegakan Etika Pers (KMP-PEP/
disingkat Komisi Pengaduan). Unit kerja tersebut
sudah beroperasi sejak Dewan Pers independen
dibentuk pada April 2000. Dari hasil kerja komisi
tersebut terproyeksi data ribuan kasus pemberitaan
dan meningkatnya kegiatan media abal-abal.
Sejumlah media tercatat lalai mempedomani
ketentuan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Beritanya
didapati melanggar Kode Etik Jurnalistik seperti
antara lain tidak menggunakan narasumber yang jelas
(kredibel), tidak berimbang (cover both sides), tidak uji
infromasi (verifikasi, klarifikasi, cek & ricek, konfirmasi),
mengandung opini media yang menghakimi, dan atau
tidak menerapkan asas praduga tak bersalah.
Dalam menyikapi pengaduan masyarakat, Dewan
Pers menilai sejumlah media terindikasi perform
sebagai penumpang gelap kemerdekaan pers
dengan beroperasi tanpa memenuhi persyaratan

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 49


“ Dalam menyikapi pengaduan masyarakat, Dewan
Pers menilai sejumlah media terindikasi perform
sebagai penumpang gelap kemerdekaan pers dengan
beroperasi tanpa memenuhi persyaratan berbadan
hukum Indonesia dan atau tidak mengumumkan alamat

dan penanggung jawab media itu
berbadan hukum Indonesia dan atau tidak Pasal 6 UU Pers. Media tersebut terindikasi
mengumumkan alamat dan penanggung melanggar undang-undang lain di luar UU
jawab media itu. Sejumlah media Pers. Kelompok media tersebut di atas
beritanya dinilai tidak memenuhi standar disebut sebagai media abal-abal.
jurnalistik, berintensi itikad buruk, dan 1. Eksplosi Media dan Invasi Media Abal-
tidak menjalankan fungsi dan peran pers abal
sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 3 dan
1997 1997 2017
No Media Perusahaan Tiras P e r u s a h a a n Perusahaan
Pers Pers Pers
(Juta eks)
1. Media Cetak 320 Terveri-
fikasi
-
A. Surat Kabar 79 5,0 299
-
Harian
-
B. Tabloid, SKM 88 5,0 886
-
C. Majalah 144 4,3 491
-
D. Buletin - - 11
2.000
Jumlah 289 14,4 1.687
2. Media Radio 70+RRI - 1.000+RRI 674
3. Media TV 6 - 5TV Swasta 523
TVRI
5 izin baru
4. Media siber (online) - - - 43.300
68 Terverifi-
kasi
(Sumber: Deppen RI, SPS, Dewan Pers)

50 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14


2. Media Profesional dan Media Abal- setiap perusahaan pers wajib berbentuk
abal badan hukum Indonesia (Pasal 9) dan
Dari hasil pendataan perusahaan pers wajib mengumumkan nama, alamat,
dan dari hasil kajian Komisi Pengaduan penanggung jawab secara terbuka. Untuk
Dewan Pers terhadap ribuan media yang penerbitan pers ditambah nama dan alamat
diadukan media dapat dibagi dalam empat percetakan (Pasal 12). Perusahaan pers yang
kelompok. melanggar ketentuan Pasal 9 dan Pasal 12
dipidana dengan denda paling banyak Rp.

3. Media pers 100.000.000,- (Pasal 18 ayat (3).


Media pers dinilai sebagai media Dari segi pekerjaan jurnalistik atau
profesional, jika bergiat dengan menaati jurnalisme pers berfungsi menyampaikan
ketentuan UU Pers. Pada bagian Menimbang informasi yang faktual dengan fakta
UU Pers menyebut, pers nasional harus jurnalistik yang benar. Fungsi pers juga
dapat melaksanakan fungsi, hak, kewajiban, untuk mendidik bangsa dan melakukan
dan peranannya berdasarkan pers yang fungsi kontrol sosial (Pasal 3). Pers juga
profesional. berperan melakukan pengawasan, kritik,
P ro f e s i o n a l b e ra r t i d a r i s e g i dan koreksi untuk kepentingan umum (Pasal
kelembagaan atau dari segi administrasi, 6). Selain itu, pers mempunyai hak mencari,

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 51


“ Profesional berarti dari segi kelembagaan atau dari
segi administrasi, setiap perusahaan pers wajib
berbentuk badan hukum Indonesia (Pasal 9) dan wajib “
mengumumkan nama, alamat, penanggung jawab
secara terbuka
memperoleh, dan menyebarkan informasi buruk.
(Pasal 4). Pers wajib memberitakan Menyikapi pengaduan masyarakat atas
peristiwa dan opini dengan menghormati media jenis ini, Dewan Pers merekomendasi
norma-norma agama dan rasa kesusilaan pengadu dan pihak yang dirugikan dapat
masyarakat serta asas praduga tak bersalah menempuh jalur hukum di luar UU Pers.
(Pasal 5). Berdasarkan Pasal 7 dalam
melaksanakan fungsi, peranan, hak dan 5. Media abal-abal
kewajiban tersebut wartawan menaati Kode Media jenis seperti itu, dari segi
Etik Jurnalistik. kelembagaan dan dari segi jurnalisme sama
Jika dalam melaksanakan pekerjaan sekali tidak mengindahkan persyaratan
jurnalistik untuk kepentingan umum yang ditetapkan oleh UU Pers. Dari 43.232
berita media pers dituduh menghina media online dan 1.680 media cetak yang
dan mencemarkan nama baik, dan belum terverifikasi di Dewan Pers sebagian
dilaporkan ke jalur hukum, Dewan Pers jelas media abal-abal. Media tersebut
akan membela media dan wartawannya tidak berbadan hukum. Alamat dan
untuk tidak dikriminalkan. Kasusnya dinilai penanggung jawabnya tidak transparan.
sebagai perkara pers, dan oleh karena Mereka melakukan kegiatan tidak sejalan
itu persoalaannya diselesaikan di Dewan dengan fungsi, peran, hak, dan kewajiban
Pers mempedomani UU Pers dan Kode Etik pers sebagaimana dipersyaratkan oleh
Jurnalistik. UU Pers. Mereka melabrak Kode Etik
Jurnalistik, intensi mereka sekadar untuk
4. Media “peres” mengisi “peluang kerja”, untuk memperoleh
Media jenis ini dari segi kelembagaan “penyelesaian secara adat”, alias mengejar
memenuhi persyaratan, akan tetapi amplop.
beritanya bertujuan untuk menguber amplop Menyikapi pengaduan masyarakat
dan atau memeras (“peres”). Beritanya atas media seperti ini, Dewan Pers
dikemas tanpa narasumber berita yang merekomendasi-karena media jenis itu
jelas, tidak kredibel, tanpa keberimbangan tidak layak disebut sebagai media pers atau
dan tanpa uji informasi. Pemberitaannya media profesional-pengadu atau pihak yang
berkandungan menghakimi, berbohong, dan dirugikan untuk menempuh jalan hukum di
atau memfitnah yang intensinya beritikad luar UU Pers.

52 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14


Sebagai catatan, Dewan Pers yang salah semua peraturan-peraturan Dewan Pers
satu fungsinya adalah untuk melindungi antara lain tentang “Standar Perusahaan
kemerdekaan pers dan oleh karena itu tidak Pers”, “Standar Kompetensi Wartawan”, dan
pernah mempunyai niat untuk melarang “Kode Etik Jurnalistik”. Menyikapi media
eksistensi media abal-abal termaksuk jenis ini, kebijakan Dewan Pers adalah
media “peres”. Menyikapi pengaduan memberikan perlindungan dan pembinaan.
masyarakat atas kasus pemberitaan oleh
media abal-abal , termasuk media”peres” 7. Dewan Pers Menyikapi Pengaduan
didalamnya, kewenangan Dewan Pers Masyarakat
berdasarkan UU Pers adalah menerbitkan Ketika menyikapi surat pengaduan
pernyataan penilaian bahwa berita media langsung, Dewan Pers melakukan mediasi
abal-abal yang diadukan bukan perkara antara pengadu dan media teradu dan
pers yang menjadi domain Dewan Pers. Oleh ajudikasi berisi pernyataan penilaian Dewan
karena itu, Dewan Pers merekomendasikan Pers apakah terjadi pelanggaran Kode Etik
penyelesaiannya menjadi kewenangan Jurnalistik atau tidak. Kemudian Dewan
penegak hukum. Pers mengeluarkan rekomendasi apakah
media teradu wajib melayani hak jawab
6. Media yang perlu dibina atau tidak.
Dari ribuan media yang diadukan ke Menyikapi surat pengaduan yang
Dewan Pers terpantau bahwa sejumlah ditembuskan ke Dewan Pers, Dewan Pers
media pendatang baru diawaki oleh menyurati media teradu agar merespon
penanggung jawab yang masih mempunyai komplain pengadu sesuai ketentuan Kode
idealisme untuk melakukan perkerjaan Etik Jurnalistik dan UU Pers. Jika pengadu
jurnalistik sesuai aturan. Mereka berjanji tidak puas atas respon media teradu,
mempedomani ketentuan UU Pers dan penilaian akhir akan dilakukan oleh Dewan
Pers.
2017
Jumlah pengaduan periode 2007-2017 hingga 19 Juni

No Tahun Jumlah Pengad- Tahun Jumlah Pengaduan


uan
1. 2007 319 2013 614
2. 2008 424 2014 598
3. 2009 442 2015 838
4. 2010 514 2016 721
5. 2011 511 2017 411
6. 2012 470

Jumlah 5.862
Rekapitulasi jumlah pengaduan masyarakat ke Dewan Pers :

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 53


Periode 2000-2010 : 2.741
Periode 2011-2017 : 4.163
Jumlah : 6.877
Contoh penyelesaian surat pengaduan tahun 2015
• Komisi Pengaduan menerima pengaduan masyarakat : 838
• Surat pengaduan langsung ke Dewan Pers : 427
• Surat pengaduan langsung ke media teradu
• tembusan ke Dewan Pers : 411

• Penyelesaian terhadap 838 surat pengaduan


• Kasus pemberitaan untuk diproses : 397
• Diselenggarakan dengan surat menyurat
• Dewan Pers- media teradu-pengadu : 286
• Surat masuk tidak mengandung kasus : 139
• Surat baru masuk di akhir Desember 2015 : 16
Jumlah : 838

Contoh-contoh penyelesaian kasus pemberitaan media


No Perihal Pengaduan Pelanggaran Penyelesaian
1. Tidak lang- C. Suhadi, pengacara Berita itu didapati ber- Media teradu tidak melanggar
gar KEJ mengadukan beri- narasumber jelas dan Kode Etik Jurnalistik. (PPR Dewan
ta majalah Tempo kredibel serta panggung Pers, 26/5/2017).
“Sumpah Setya dan (cover both sides dan uji
Koleganya”, 13- informasi) untuk pihak
19/3/2017. yang dirugikan juga
dimuat.
2. Wajib me- Unit Konsultasi dan Lewat sidang mediasi SBO TV melayani hak jawab
layani hak Bantuan Hukum dan ajudikasi di Suraba- pangadu secara proporsional.
jawab Universitas Airlangga, ya, pangadu dan teradu (Risalah Penyelesaian Dewan Pers,
Surabaya mengadukan menyepakati berita teradu 2/2/2016)
berita SBO TV berjudul melanggar Pasal 1 KEJ
“Kasus Sengketa karena tidak berimbang.
Tanah”, 6/7/2015
3. Melayani Artis Luna Maya men- Lewat mediasi dan ajudi- Radar Bogor melayani hak jawab
hak jawab gadukan SKH Radar kasi di Bandung pengadu pengadu disertai permintaan maaf
dan minta Bogor berjudul “Harga dan teradu menyepakati kepada pangadu dan masyarakat
maaf Short Time Nikita Rp. penilaian Dewan Pers, secara mencolok (Risalah Penyele-
65 juta”, 12/12/2015 bahwa Radar Bogor me- saian Dewan Pers, 5/2/2016)
langgar Pasal 1,2,3,4 KEJ,
karena tidak akurat, tidak
menggunakan sumber
yang kredibel, tidak pro-
fesional, menghakimi, dan
berita (Infografis) bohong.

54 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14


4. Melayani Adhy Samsetyo Mana- Dewan Pers menilai 26 Media teradu memuat 26 hak
hak jawab jer HRD PT. Gala Bumi dari 34 berita mengand- jawab pengadu, dan 7 permint-
26 kali dan Perkasa atas nama ung konflik kepentingan, aan maaf kepada pengadu dan
minta maaf PT. Gala Bumi Perkasa subjektif, tidak berimbang, masyarakat. (PPR Dewan Pers,
7 kali mengadukan Surabaya tidak memberi tempat se- 22/9/2015)
Pagi Grup terkait 34 layaknya kepada pengadu
berita dari 8 Novem- untuk melakukan klari-
ber 2014 hingga 24 fikasi dan bantahannya.
Februari 2015 Serangkaian berita teradu
berisi opini menghakimi,
tidak menghormati asas
praduga tak bersalah, yang
bisa mangarah adanya
niat buruk.
5. Terindikasi Kamar Dagang dan In- Dewan Pers menilai berita Karena media teradu tidak
langgar UU dustri (KADIN) Provinsi tersebut tidak berim- menunjukkan itikad baik dan
Pers Banten mengadukan bang, tidak akurat, tidak melakukan tidakan yang tidak
SK Sinar Pagi Baru atas uji informasi. Pemuatan sesuai dengan fungsi pers sebagai
beritanya 13/1/2014 bantahan KADIN Banten sarana kontrol sosial berdasarkan
hingga 2/6/2014. (24/2/2014) belum cukup Pasal 3 UU Pers, media teradu
memadai. Berita yang dinilai terindikasi kuat melanggar
memuat bantahan masih Pasal 5 ayat (1) UU Pers ten-
memuat opini yang meng- tang asas praduga tak bersalah.
hakimi terhadap pengadu. Berdasarkan PPR Dewan Pers,
17/6/2014 pengadu dapat mene-
mpuh jalur hukum mempedomani
Pasal 18 ayat (2) UU Pers tentang
ancaman pidana denda paling
banyak Rp. 500 juta.

6. Terindikasi H. Usman Effendi, Dewan Pers menilai berita Berdasarkan pernyataan dan pe-
langgar UU SE., Si mengadukan tersebut melanggar Pasal 1 nilaian ini, pengadu dapat mene-
lain di luar Tabloid Warta One dan dan 3 KEJ karena tidak uji mpuh mekanisme hukum lainnya.
UU Pers wartaone.co.id ke De- informasi, tidak berim- (PPR Dewan Pers, 2/7/2015).
wan pers atas 4 berita bang, memuat opini meng-
29/8/2014-5/10/2014 hakimi serta melanggar
asas praduga tak bersalah.
Judul satu berita disertai
bermuatan foto pengadu
di sampul belakang media
teradu melanggar Pasal 4
KEJ tentang fitnah. Teradu
mencampuradukkan peran
sebagai wartawan dan
pengurus LSM. Berita-ber-
ita tersebut tanpa mem-
perhatikan prinsip-prinsip
KEJ, tidak sesuai dengan
asas fungsi, hak, kewa-
jiban, dan peranan pers
sebagaimana tercantum di
UU Pers.

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 55


7. Dewan Pers menilai media Dewan Pers menyerahkan kepada
teradu tidak memenuhi pengadu untuk menempuh upaya
Media tidak penuhi kriteria media pers standar jurnalistik dan hukum lain diluar UU Pers (PPR
ketaatan terhadap Kode Dewan Pers, 23/5/2016)
Kombes Polri Rudy Heriyanto, Kapolres Etik Jurnalistik. Teradu
Jakarta Barat mengadukan Portal RIM.com, belum memenuhi syarat
Padang terkait beritanya berjudul “Kramat sebagai perusahaan pers
mendesak Kapolri untuk mencopot Kapolres sebagaimana ditetapkan
Jakarta Barat”, 7/3/2016 dalam UU Pers antara lain
tentang berbadan hukum
Indonesia

8 Media tidak penuhi Elbrino Shah dan Muh. Dewan Pers menilai berita-berita Dengan mem-
kriteria media pers. Rahmaddian Shah tersebut : perhatikan
mengadukan SKH Batak serangkaian
Pos Bersinar, Medan. 25 * Melanggar pasal 1,3,dan 8 KEJ penilaian terse-
Februari 2014, atas 14 karena tidak uji informasi, tidak but, Dewan Pers
berita. berimbang,menghakimi, melanggar merekomen-
azas praduga tak bersalah,ber- dasikan agar
prasangka SARA, beritikad buruk , masyarakat
menggunakan kata-kata kasar,. yang merasa
dirugikan oleh
* Tidak menghormati hak jawab pemberitaan
pengadu. harian Batak
Pos Bersinar
* Pelanggaran teradu tidak sesuai dapat menem-
dengan fungsi pers berdasarkan puh prosedur
pasal 3 UU Pers, hukum lain di
luar UU Pers
* Media teradu telah berkali-kali (PPR Dewan Pers
melakukan pelanggaran dan meno- 16 April 2014).
lak penyelesaian dan rekomendasi
Dewan Pers.

* Menyikapi pelanggaran tersebut


diatas, Dewan Pers menilai Batak
Pos Bersinar tidak memenuhi
kriteria media sebagaimana diatur
dalam UU Pers dan peratur-
an-peraturan Dewan Pers.

56 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14


9 Konflik non berita Ahmad Cerem Meha, Dalam pertemuan Dewan Pers Berdasarkan
wartawan SKH Waspada, dengan wartawan Ahmad C. Meha pertimban-
Medan mengadukan PT. dan PT. AR di Medan, 12 Desember gan di atas,
Agincourt Resources (PT. 2011 tidak tercapai penyelesaian Dewan Pers ber-
AR), penambang emas di melalui musyawarah mufakat. pendapat tidak
Batang Toru, Tapanuli Pihak Ahmad C Meha dan Harian terjadi pengha-
Selatan, 15 Agustus 2011. Waspada tetap ingin menerus- langan pelipu-
PT AR dituduh mengha- kan proses kasus tersebut ke tan jurnalistik
langi pengadu melaku- Kepolisian. Dewan Pers menilai terhadap Ahmad
kan peliputan berita. Ahmad Cerem tidak profesional Meha oleh PT.
Menjawab surat Dewan dan bersikap berlebihan ketika AR sebagaima-
Pers, PT. AR menjelaskan menanggapi permintaan pimpinan na disebut di
bahwa pada 10 Agustus PT. AR agar dia keluar ruangan me- dalam UU Pers.
2011 berlangsung per- diasi tertutup di PT. AR, 10 Agustus (PPR Dewan
temuan tertutup antara 2011. Pengadu melanggar Pasal Pers, 6 Januari
Forum Komunikasi Adat 2 KEJ tentang keprofesionalan 2012).
Luat Marancar, PT. AR wartawan.
dan Tim Fasilitasi Pem- Catatan :
kab Tapsel di kantor PT.
AR di Batangtoru. Karena Menyikapi pen-
wartawan Ahmad C Meha gaduan Ahmad
ada dalam pertemuan Meha bahwa PT.
tanpa di undang. PT. AR AR melanggar
meminta agar dia tidak upaya pelipu-
mengikuti pertemuan. tan berita oleh
PT. AR, dan
mendengar ke-
saksian Ahli Pers
Dewan Pers,
Majelis hakim di
Tapanuli tidak
lama kemu-
dian menolak
tuntutan Ahmad
Meha.


Sejumlah surat pengaduan ditujukan sekitar Jakarta, Dewan Pers mengundang
langsung kepada Dewan Pers. Sejumlah lain mereka untuk menghadiri sidang mediasi
surat tembusan yang diterima oleh Dewan dan ajudikasi. Jika musyawarah mencapai
Pers. Surat asli ditujukan langsung ke media kesepakatan, Dewan Pers menerbitkan
teradu. Menyikapi surat tembusan tersebut, Risalah Penyelesaian. Jika musyawarah
Dewan Pers mengirim surat ke media teradu tidak menghasilkan kesepakatan, sidang
untuk merespon surat pengadu. Jika teradu pleno Dewan Pers menerbitkan Pernyataan
mengakui terjadi pelanggaran Kode Etik Penilaian dan Rekomendasi (PPR) Dewan
Jurnalistik media tersebut memuat hak Pers.
jawab dan atau melaksanakan Pedoman Karena keterbatasan anggaran tim
Hak Jawab. Jika masih terjadi sengketa, Komisi Pengaduan hanya melakukan
Dewan Pers menerbitkan penilaian akhir. mediasi dan ajudikasi di daerah bila
Menyikapi pengaduan langsung, untuk pengaduan menangani 4 (empat) kasus atau
pengadu dan media teradu beralamat di lebih. Terhadap kasus pemberitaan lainnya

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 57


diselesaikan dengan surat menyurat. atau tidak independen.
Pada periode 6,5 tahun terkahir dari
8. Analisa Terhadap Rekapitulasi Data 4.163 pengaduan masyarakat yang diproses
Pengaduan Masyarakat Dewan Pers, dari sejumlah media pendatang
Kemerdekaan pers sebagai salah satu baru- media cetak dan media online-
wujud kedaulatan rakyat membuka peluang muncul kecenderungan pola pikir dan pola
meningkatnya jumlah media cetak, radio, tindak yang menyimpang dari ketentuan
televisi, dan media online (siber). Sesuai yang diamanatkan oleh UU Pers. Tercatat
dengan amanat UU Pers tentang fungsi 14 media yang direkomendasi Dewan Pers
pers, dengan peningkatan jumlah media untuk diajukan ke jalur hukum, karena
diharapkan kontribusi pers terhadap terindikasi melanggar Pasal 9, Pasal 12, dan
upaya membantu pencerdasan bangsa juga atau Pasal 5 ayat (1) UU Pers. Berdasarkan UU
semakin meningkat. Selain itu pelaksanaan Pers Pasal 18 pelanggaran tersebut terancam
fungsi kontrol pers juga diharapkan efektif dipidana denda ratusan juta rupiah.
untuk mewujudkan terciptanya clean and Tercatat 32 media direkomendasi oleh
good governance. Dewan Pers dapat diajukan ke jalur hukum,
A k a n t e t a p i d a r i p e n ga l a m a n karena beritanya dinilai bukan produk
menyelesaikan persoalan ribuan media pers, dan terindikasi melanggar antara
yang diadukan masyarakat ke Dewan Pers lain KUHP. Dewan Pers juga memutusakn
terproyeksi beberapa hal sebagai berikut. bahwa 8 (delapan) media tidak layak
Pertama, kecenderungan pelanggaran disebut media pers atau media profesional,
hukum oleh sejumlah media mencemaskan. karena beritanya tidak berstandar UU Pers.
Posisi media pada periode 6,5 tahun Konsekuensinya, karena media tersebut
terakhir (2011- Juni 2017) dibandingkan melakukan pelanggaran dalam pemberitaan
dengan posisi pada 11 tahun pertama (2000- pengadu dapat langsung menempuh jalur
2010) menunjukkan terjadinya ledakan hukum tanpa melewati Dewan Pers.
media. Dari rekapitulasi data pengaduan Dari uraian tersebut di atas dapat
masyarakat, pada periode 11 tahun pertama, disimpulkan, bahwa perkembangan media
Dewan Pers menerima 2.714 pengaduan pada 6,5 tahun terakhir menunjukkan
masyarakat. Menyikapi pengaduan tersebut terjadinya ledakan media dan invasi media
didapati satu media dihukum oleh MA abal-abal.
karena menolak melayani hak jawab Kedua, invasi media yang tidak berstandar
pengadu. Sementara pelanggaran lain yang UU Pers. Dari 1.680 media cetak dan 43.232
terjadi adalah pelanggaran berkategori media online yang belum diverifikasi di
perkara pers. Pelanggaran tersebut dinilai Dewan Pers terpantau keengganan media
tidak bermuatan itikad buruk . Pelanggaran tersebut untuk mendaftar ke Dewan Pers.
berkisar pada fakta tidak akurat, sumber Kenapa ? Karena, banyak dari pengelola
berita tidak kredibel, tidak uji informasi, media tersebut menyadari bahwa media
tidak berimbang, opini media menghakimi, mereka belum memenuhi persyaratan
melanggar asa praduga tak bersalah, dan UU Pers. Badan hukum belum ada, modal

58 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14


minimal belum tersedia, struktur organisasi knowledge society”.
perusahaan tidak jelas, awaknya hanya Persoalan strategisnya, bagaimana
beberapa orang. Konsep editorial tidak jelas. jadinya bangsa ini, jika tiap saat dicekoki
Gaji wartawan dibawah standar, malah ada oleh media yang wartawannya 90% lebih
media yang tidak menggaji wartawannya. tidak kempeten ? Kondisi media nasional
Media tidak teratur terbit. Seyogyanya, sekarang ini – 72 tahun setelah Indonesia
calon media pendatang baru membaca dulu merdeka-masih mirip dengan kondisi
Standar Perusahaan Dewan Pers. Indonesia 1945-1955, ketika dukun beranak
Dari sejumlah media yang diadukan ke tanpa ijazah masih menjadi tumpuan
Dewan Pers-media tersebut pada umumnya bangsa untuk merawat ibu-ibu hamil,
media pendatang baru media cetak dan membantu kelahiran bayi, merawat anak-
media online-terditeksi penanggung jawab anak yang baru lahir dan ibu-ibu muda.
dan awaknya buta Kode Etik Jurnalistik. Ketika itu tingkat kematian anak-anak
Mereka sepertinya belum pernah kursus dan ibu-ibu yang melahirkan masih tinggi.
kilat atau mengikuti diklat tentang aturan Dengan dibukanya ratusan sekolah bidan/
main yang bernama Kode Etik Jurnlaistik. akademi bidan dan fakultas kedokteran
Selain itu media tersebut enggan jurusan Gynecology di setiap provinsi
mendaftar ke Dewan Pers karena medianya terwujud success story dalam perawatan
juga tidak mempunyai wartawan yang telah ibu-ibu hamil, kelahiran bayi-bayi dan ibu-
memiliki sertifikat Standar Kompetensi ibu muda.
Wartawan. Menurut data Departemen Ironisnya kita tidak punya waktu untuk
Penerangan RI pada tahun 1998 tercatat menyadari betapa besar kerugian bangsa
8.000 wartawan. Sekarang ini ditaksir yang diakibatkan oleh beroperasinya
lebih dari 100.000 yang mengklaim dirinya sedemikian banyak wartawan yang tidak
wartawan. Jika misalnya 43.300 media online memiliki kompetensi. Kebijakan pembiaran
masing-masing mempunyai 3 wartawan, terhadap berlangsungnya terus menerus
maka jumlahnya sudah 129.900 wartawan. kondisi buruk sebagaimana dikemukakan
Padahal menurut taksiran Dewan Pers, berarti membiarkan kesenjangan keadilan
jumlah wartawan yang memiliki sertifikat sosial semakin menajam. Warga negara
kompetensi belum mencapai 10%. yang mengkonsumsi quality media
Tidakkah realita seperti itu semakin cerdas, sementara warga negara
mencemaskan? Kondisi buruk seperti itu yang paling membutuhkan informasi yang
jelas tidak sejalan dengan kebijakan yang mencerdaskan justru dicekoki dan dimangsa
dicanangkan oleh World Press Freedom oleh media abal-abal.
Day 5 Mei 2017 Jakarta, bahwa “quality
journalists produce quality media; quality 9. Strategi Membebaskan Pers dari
media produce quality society.” Global Media Abal-abal
formula tersebut juga sering dinyatakan Media abal-abal adalah media yang eksis
dengan: “Only the knowledge journalists tidak sesuai dengan ketentuan UU No.40
can provide the knowledge media for the Tahun 1999 tentnag Pers. Keberadaannya

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 59


bukan saja dinilai sebagai penumpang upah mininum provinsi. Media wajib terbit
gelap kemerdekaan pers, akan tetapi atau bersiar teratur.
kegiatannya juga tidak memberi manfaat Komit mematuhi Standar Kompetensi
bagi perjuangan bangsa. Wartawan (Dewan Pers, 2 Februari 2010).
Transformasi Indonesia dari negara Supaya media mampu mendidik bangsa,
berparadigma otoriter ke demokrasi yang wartawannya harus kompeten.
menjunjung kedaulatan rakyat sebagai Komit mematuhi Kode Etik Jurnalistik
hasil gerakan reformasi tidak menganut (Dewan Pers, 24 Maret 2006). Hanya
paham melarang keberadaan media abal- dengan komitmen ini, media bebas dari
abal. Akan tetapi kegiatannya dapat diatasi pemberitaan yang menghakimi, memfitnah,
dengan langkah-langkah berikut, yang tidak berbohong, beritikad buruk, dan atau yang
bertentangan dengan konsep kemerdekaan melanggar hukum.
pers berstandar international. Komit mematuhi Standar Perlindungan
Pe r ta m a , m e la ksa n a ka n P i aga m Profesi Wartawan (Dewan Pers, 28 April
Palembang secara konsekuen. Pada Hari 2008). Menggaji wartawan di bawah standar
Pers Nasional (HPN) 9 Februari 2010, apalagi tidak memberi gaji berarti menyuruh
Palembang dicanangkan, bahwa dalam wartawan untuk menguber amplop, untuk
waktu tidak terlalu lama, Dewan Pers akan kemudian potensial memeras.
melakukan verifikasi media dan akan Kelompok kedua, adalah media yang
mempublikasikannya kepada publik. Hasil mengklaim medianya juga media pers, tetapi
verifikasi itu akan membagi media dalam belum atau tidak lulus verifikasi Dewan Pers.
dua kelompok. Media tersebut belum memenuhi dan komit
Kelompok pertama, adalah media pers kepada 4(empat) kriteria verifikasi media.
yang dinilai telah komit memenuhi empat Dewan Pers tidak merekomendasikan
peraturan Dewan Pers. Media tersebut masyarakat untuk membaca, mendengar,
berhak diberi tanda lulus verifikasi Dewan dan atau memirsa media jenis itu. Akan
Pers sebagai media profesional yang layak tetapi jika timbul sengketa pemberitaan
untuk dibaca, didengar, dan atau dipirsa. oleh media itu, Dewan Pers mempersilahkan
Dewan Pers komit untuk melindungi media pihak-pihak yang dirugikan untuk langsung
tersebut mempedomani UU No.40 Tahun memprosesnya kejalur hukum dengan
1999 tentang Pers. mempedomani UU diluar UU No.40 Tahun
Piagam Palembang berisi kesediaan 1999 tentang Pers.
perusahaan pers untuk meratifikasi Pelaksanaan verifikasi media sesuai
4(empat) peraturan Dewan Pers dan komit kesepakatan Piagam Palembang akan
melaksanakannya. membantu para pejabat, politisi, pengusaha,
Komit mematuhi Standar Perusahaan dan masyarakat untuk mengetahui media
Pers (Dewan Pers, 3 Maret 2008). Isinya mana yang telah memenuhi dan komit
antara lain media wajib memenuhi Pasal 9 kepada 4 (empat) kriteria verifikasi
dan Pasal 12 UU Pers, menggaji wartawannya media. Melaksanakan verifikasi media
13 kali pertahun minimal sesuai dengan selain bertujuan untuk melindungi media

60 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14


profesional juga menjadi strategi pertama periodik, dan mengamplopi wartawan
untuk mengendalikan media abal-abal. membunuh entrepreneurship pers. Pasal 3
Kedua, mengubah kebijakan pemerintah UU Pers menyebutkan pers nasional dapat
membantu media dengan ikan menjadi berfungsi sebagai lembaga ekonomi. Pasal
dengan pancing. Selama ini instansi ini bermakna media profesional hanya
pemerintah dalam anggaran belanjanya bisa sehat bisnis jika prinsip-prinsip
mengalokasikan dana publikasi untuk keekonomian pers dijalankan.
melanggani, memasang iklan advetorial dan Membiarkan wartawan berkarya dengan
atau memasok amplop kepada sejumlah menguber amplop bukan hanya mematikan
media dan wartawan. Semua bantuan itu semangat menumbuhkembangkan pers
dapat diartikan sebagai bantuan berupa sesuai dengan prinsip-prinsip keekonomian
pasokan ikan untuk memenuhi konsumsi pers, tetapi justru mengundang lebih banyak
media dan wartawan. Disebut demikian preman dan penganggur menerbitkan
karena untuk mempertahankan kehidupan media cetak dan media online abal-abal.
media dan wartawan penerimanya, bantuan Pemimpin Redaksi Merdeka.com,
itu menjadi kebutuhan permanen. Persoalan Didik Supriyanto menyuarakan early
potensialnya, jika pasokan ikan dihentikan warning. Dalam artikel berjudul “Berantas
pemberitaan pun mulai berubah menjadi Budaya Amplop” yang dimuat di buku
bermuatan negatif, yang melanggar Kode Kepemimpinan Pro Rakyat yang diterbitkan
Etik Jurnalistik. Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)
Apakah dana publikasi yang diberikan persis menjelang Joko Widodo dilantik
pemerintah tersebut telah membantu menjadi Presiden ke 7 RI, Didik Supriyanto
kehidupan pers menjadi sehat? Penggunaan mengharapkan,”Pemerintahan Jokowi dan
dana publikasi itu tidak terbukti telah seluruh jajarannya harus memulai tradisi
memampukan penyehatan pers secara tidak menggunakan uang negara untuk
kuantitas dan kualitas. Penggunaan dana menyogok wartawan melalui kerja-kerja
itu terkesan sekadar untuk mendukung kehumasan yang selama ini berlangsung.
perselingkuhan pemerintah dan pers. Fakta Pemerintahan baru Jokowi-Jusuf Kalla
menunjukkan hanya instansi yang bersih harus mampu menyadarkan jajarannya,
yang berani meniadakan amplop untuk dari kementerian, instansi, hingga gubernur
wartawan. dan kepala daerah, bahwa kultur yang
Mengamplopi wartawan juga berarti menyuburkan budaya penyuapan dan
menumpulkan fungsi kontrol pers. Selain pemerasan tidak akan menghasilkan
itu, wartawan amplop mencederai citra apa-apa. Bagi wartawan, lahan subur
kemerdekaan pers. Dewan Pers berpendapat yang bertabur uang justru berujung pada
wartawan amplop adalah penumpang gelap pemerasan dan penipuan. Jika tidak ada
kemerdekaan pers dan mencederai profesi pembinaan dari pemerintahan yang baru,
wartawan profesional. lingkaran setan penipuan dan pemerasan
Dana publikasi untuk melanggani, tidak akan pernah diputus.”
memasang iklan advetorial secara Poin dari uraian di atas, salah satu

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 61


strategi yang diperkirakan paling efektif schools of journalism. Kadernya banyak
untuk mengakhiri kegiatan media abal- berasal dari pers kampus, lalu oleh media
abal adalah, Presiden Jokowi menerbitan dilatih menjadi berkualifikasi kompeten.
kebijakan yang melarang kementerian, Tidak mengherankan, media yang diawaki
kepala daerah, dan unit kerja di bawah oleh sekitar 90% dari jumlah wartawan
pemerintahannya untuk mengalokasikan nasional yang tidak kompeten tidak mampu
dana guna mengamplopi wartawan. membuat medianya sehat isi dan sehat
Dari sejarah diperoleh informasi, bisnis.
pemerintahan penjajah Belanda Dalam perspektif to shape the future,
memprioritaskan pembukaan sekolah mungkinkah Presiden Jokowi mengalihkan
kedokteran, tetapi tidak berminat membuka dana yang jumlahnya ditaksir triliunan
schools of journalism. Kenapa? Hindia rupiah untuk membiayai program
Belanda butuh dokter agar rakyat terjajah pemberdayaan pers nasional? Untuk
meskipun sudah diekploitasi tetapi tersedianya wartawan lulusan schools of
kesehatannya perlu dirawat. Hindia Belanda journalism negara seyogiyanya juga harus
tidak membutuhkan schools of journalism adil dengan membuka dan mendanai
karena kehadiran lebih banyak wartawan sekolah tinggi jurnalistik di setiap provinsi
cerdas berpotensi semakin mengancam dan menyediakan semacam “SESPA” untuk
kekuasaan penjajahan. wartawan.
Ironisnya 7 (tujuh) presiden kita terkesan Untuk memenuhi kebutuhan jangka
meneruskan kebijakan Hindia Belanda pendek, sebagian dari dana itu digunakan
yang tidak berminat membuka schools of untuk membantu pelatihan ribuan wartawan
journalism. Sejak tentara penjajah Belanda di 34 propinsi yang sekarang tercatat
meninggalkan bumi Nusantara ini, untuk dalam waiting list untuk mengikuti ujian
menghasilkan hakim, jaksa, camat, intel, kompetensi wartawan yang diselenggarakan
perwira militer, dan polisi yang profesional, oleh Lembaga Pendidikan Dr Soetomo
negara mendirikan sekolah tinggi untuk (LPDS) Jakarta, PWI, AJI dan IJTI.
mereka. Mereka pada gilirannya dilatih di Harapan terhadap terwujudnya gagasan
Sekolah Staf dan Pimpinan Administrasi tersebut di atas sejalan dengan strategi
(SESPA), Sekolah Staf dan Komandan berstandar internasional bahwa pancing
(SESKO), serta Lembaga Ketahanan Nasional yang dibutuhkan oleh wartawan dan calon
(Lemhannas). Semua biaya ditanggung wartawan nasional untuk menjadi quality
negara. journalists adalah tersedianya lebih banyak
Adakah pemerintah membuka schools diklat dan lebih banyak sekolah tinggi
of jouralism yang lulusannya didesain jurnalistik.
untuk memenuhi kebutuhan dunia pers?
Dari puluhan perusahaan pers nasional
yang berkategori sehat isi dan sehat bisnis
diperoleh informasi bahwa sebagian besar
wartawan mereka bukanlah berasal dari

62 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14


Sabam Leo Batubara1

1 Sabam Leo Batubara, dari 2000 – 2003: Wakil Ketua


Komisi Pengaduan; 2003-2006: Aggota Dewan Pers merangkap
Ketua Komisi Pengaduan: 2006-2010 Wakil Ketua Dwan Pers; 2010
– sekarang anggota Kelompok Kerja Dewan Pers. Data pengaduan
Risalah Penyelesaian dan PPR disiapkan oleh Staf Komisi Pengaduan

Sabam Leo Batubara


Kelompok Kerja Dewan Pers

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 63


64 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14
PERNAK - PERNIK

Kemelut Pers
Orde Baru
Oleh Artini

A
da tiga kata yang melekat ketika membicarakan
pers Orde Baru, yakni pembredelan, bersih
diri dan bersih lingkungan, dan hanya dua
nama narasumber kuat yakni Pak Harto sebagai
Presiden dan Harmoko sebagai Menteri Penerangan.
Di masa Orde Baru, kental dikenal istilah
bersih diri dan bersih lingkungan. Orang paling
takut kalau dicap tidak bersih diri atau tidak bersih
lingkungan. Bersih diri artinya seseorang tidak
terlibat PKI. Kalau terlibat, ceritanya lain lagi, bisa-
bisa mendekam bertahun-tahun di rumah tahanan.
Bersih lingkungan artinya seseorang yang tidak ada
keluarganya terlibat PKI. Seseorang dinyatakan bersih
diri atau bersih lingkungan setelah diperiksa Laksus
Kopkamtib (Pelaksana Khusus Komando Operasi
Pemulihan Keamanan DAN Ketertiban). Pemeriksaan
dan penelitian secara khusus dikenal dengan istilah
litsus. Seseorang yang mau jadi pejabat., pegawai
negeri, anggota DPR atau pimpinan organisasi harus
dilitsus. Termasuk Ketua PWI (Persatuan Wartawan
Indonesia), karena jabatan ini dianggap strategis.
Kalaupun sudah dilotsus, beum tentu aman, karena
suatu hal bisa saja suatu hari dihantam dengan isu
mematikan tak bersih lingkungan.
Bagi PWI sebagai organisasi professional memang
cukup berat melintasi sejarah mnerobos belantara
perpolitikan di Indonesia. Sejak dilahirkann1946,
PWI mendeklarasikan sebagai organisai professional
ysng independen membawa misi erjuangan bangsa,
namun refleksi kekuasaan perpolitikan sama-sama
tetap terasa.
UU nomor 11 tahun 1966 tentang Ketentuan-

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 65


mengejutkan.
H.Sofyan Lubis, salah satu tokoh pers,-
-Pemimpin Redaksi dan Ketua PWI—
yang acap dianggap tangan kananya
Harmoko, menuangkan pengalaman dan
pengamatannya mengenai kemelut pers
Orde Baru dalam sebuah buku setebal
299 halaman dalam rangka Hari Pers
Nasional (HPN) 2017. Pengamatannya cukup
cermat, karena di dalamnya tidak hanya
menyangkut dirinya pribadi sejak muda
dalam merintis karir sebagai wartawan,
tapi juga tuturan rekan-rekannya yang
mengalami langsung kemelut pers di Orde
Baru. Buku yang dicetak sederhana ini
agaknya dapat dikategorikan buku narasi
karena hamper seluruhnya merupakan
rekaman tuturan para tokoh pers.
Bagi wartawan muda, buku ini sarat
nilai tentang bagaimana bersikap dalam
ketentun Pokok Pers memang menjamin politik pers, apalagi ketika membaca
tak ada sensor dan pembredelan. masalah kedekatan wartawan dengan
Namun, di dalam Peraturan Peralihan narasumber. Sofyan Lubis sangat dekat
UU itu disebutkan dalam masa peralihan dengan Harmoko, apalagi ketika Harmoko
tetap harus ada Surat Izin Terbit (STT). diangkat menjadi Menteri Penerangan
Namanya izin, maka bisa dicabut atau maka Sofyan Lubis pun menggantikannya
dibatalkan, dengan kata lain dibredel. menjadi Pemimpin Redaksi Pos Kota.
Ketika UU tersbut diubah dengan UU Gagalnya perebutan kekuasaan oleh PKI
Nomor 21 tahun 1982, ada penambahan dengn Gerakan 30 September 1965, telah
ayat pada Pasal 13 tentang Perusahaan membawa perubahan politik di Tanah Air.
Pers. Disebutkan bahwa: Setiap penerbitan Hal itu ditandai dengan tumbangnya Orde
pers yang diselenggarakan oleh Lama dan ahirnya Orde Baru. Namun,,
perusahaan pers memerlkan Surat Izin perubahan ity tidak banyak berarti bagi
Usaha Penerbitan Pers yang disingkat pers. Pers tetap dalam kungkungan. Kalau
SIUPP yang dikeluarkan pemerintah”. zaman Orde Lama, penerbitan pers harus
Setahun kemudian, pemerintah punya Surat Izin Terbit (SIT), maka di awal
membatalkan SIUUP harian Prioritas Orde Baru izin tersebut ditambah lagi
setelah memebrikan peringatan keras dengan keharusan punya Surat Izin Cetak
dengan alas an pemuatan berita dan (SIC). Pers tetap diawasi. SIC dikeluarkan
iklan yang tidak memenuhi SIUPP. Inilah oleh Komando Daerah Militer (Kodam)
peristwa pembredelan pertam yang

66 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14


setempat. Dominasi penguasa terutama media bahwa system pers disuatu Negara
militer terhadap pers saat itu cukup kuat. selalu mengikuti system politik yag dianut
Persyaratan untuk mendapat SIUUP Negara tersebut. Pemerintahan yang
dirasakan cukup berat. Pemerintah berhati- otoriter tidak mungkin menghasilkan pers
hati mengeluarkan SIUUP walaupun PWI yang liberal. Pemerintahan otoriter pasti
dan SPS sudah memberikan rekomendasi. melahirkan pers yang dicengkeram habis
Alasan yang sering dikemukakan adalah, penguasa. Baragsiapa tidak mendukung
pasar sudah jenuh. Maka jumlah penerbtan kebijakan-kebijakan pemerintah, apalagi
pers dibatasi. Selama bertahun-tahun, berani memaki-maki pemerintah, kematian
jumlah penerbitan pers sekitar 183 saja. pers itu tinggal tunggu waktu saja. Makanya,
Dengan sulitnya mendapat SIUUP, maka pembredelan menjadi isu penting ketika
terjadilah jual beli SIUUP di bawah tangan. membahas kemelut pers Orde Baru.
Pertangahan tahun 1994, masyarakat Angin terus bergulir dan perjalanan
kembali dikejutkan dengan pembatalan sejarah pers juga mengalami banyak
SUUP tiga majalh bear Tempo, DeTik perubahan. Jatuhnya rezim Orde Baru
dan Editor, yang berarti ketiga majalah ditandai dengan munculnya reformasi
ini tidak boleh terbit dengan alasan yang antara lain membuka kran
substansif pemberitaan dan administrasi. ketertutupan informasi selama ini dengan
Armoko, waktu itu kelihatannya waktu dipermudahkannya syarat mendapatkan
itu juga tidak menduga kalau Pak Harto SIUPP.
akan mengambil keputusn tentang Bagi publik, terutama wartawan muda,
pembredelan itu. Tak lama kemudian, banyak nilai yang dapat diambil dalam
terjadi pembredelan lagi, yaitu Populer buku yang memuat kisah-kisah wartawan
dengan alasan pornorafi. Berikutnya dalam menjalankan tugasnya, selain
juga kena musibah pembredelan tujuh tentunya kisah asmara Sofyan Lubis.
mingguan lainnya. Yang unik dari kasus (Artini)
pembredelan ini ialah para korban tenang-
tenang saja.
Perlawanan terhadap pemredelan baru
terjadi baberapa bulan kemudian, karena
kecewa terhadap pernyataan PWI yang
hanya menyatakan prihatin dan hanya bisa
memahami terhadp kasus pembredelan.
Wartawan – wartawan itu lalu menyatakan
tidak mempercayai PWI dan lalu
membentuk Aliansi Jurnalis Independen
yang dideklarasikan di Sinargalih.
Potret dan kemelut pers di zaman Orde
Artini
Baru yang dituangkan dalam buku Sofyan
Dosen STIKOM The London School of
Lubis ini menunjukkan perspektif teori
Public Relations - Jakarta

JURNAL DEWAN PERS EDISI 14 67


68 JURNAL DEWAN PERS EDISI 14

Anda mungkin juga menyukai