Anda di halaman 1dari 134

I

II
Jurnal Dewan Pers
Edisi No. 09, Juli 2014

Mengungkap
Independensi Media

DEWAN PERS

III
IV
Jurnal Dewan Pers
Edisi No. 09, Juli 2014

Cetakan Pertama, Juli 2014

Penerbit: Dewan Pers


Tebal: 114 halaman, 17 X 23 cm
ISSN: 2085-6199

DEWAN PERS

Sekretariat Dewan Pers:


Gedung Dewan Pers, Lantai 7-8, Jl. Kebon Sirih 34, Jakarta 10110
Telp. (021) 3521488, 3504877, 3504874-75, Faks. (021) 3452030
E-mail: dewanpers@cbn.net.id
Website: www.dewanpers.or.id
Twitter: @dewanpers

V
VI
DAFTAR ISI

Pengantar
Mempertanyakan Independensi Media .................................................. | IX

Penelitian Pertama
Menakar Independensi dan Netralitas
Jurnalisme dan Media di Indonesia......................................................... | 3

Penelitian Kedua
Analisis terhadap Kecenderungan Pemberitaan
4 Grup Media Nasional di Indonesia...................................................... | 41

Penelitian Ketiga
Independensi Televisi Menjelang Pemilu 2014:
Ketika Media Jadi Corong Kepentingan Politik Pemilik........................ | 87

VII
VIII
Pengantar

Mempertanyakan Independensi Media


Di negara demokrasi yang sudah maju, isu konvergensi menyebabkan bidang media
massa diwajibkan tunduk pada pengaturan tentang kepemilikan silang yang berasaskan
kepada keterbukaan dan pembatasan kepemilikan di bidang yang berkonvergensi.
Pembatasan ini dilakukan karena pemberitaan menggunakan ranah publik seperti
penggunaan frekuensi untuk menyiarkan konten berita melalui stasiun televisi maupun
radio harus memperhatikan kepentingan publik pula. Di pihak lain, pemilihan umum
merupakan subyek tersendiri untuk diatur karena menyangkut kepentingan yang
berskala nasional sehingga negara-negara maju memberikan pembatasan yang ketat
terhadap iklan dan pemberitaan kegiatan maupun persiapannya demi independensi dan
netralitasnya.
Tak jauh berbeda, saat pemilihan umum, independensi dan netralitas jurnalisme dan
media di Indonesia semakin banyak dipertanyakan orang, karena keterlibatan pemilik
media dalam aktivitas atau partai politik. Aburizal Bakrie, sebagai pemilik saham
Anteve dan TV One adalah Ketua Umum Golkar, sekaligus kandidat calon presiden.
Metro TV yang dimiliki Surya Paloh adalah pendiri Partai Nasdem. Hary Tanoesoedibjo
yang menguasai MNCTV, RCTI, dan Global TV adalah kandidat wakil presiden dari
Partai Hanura. Dalam situasi semacam ini, menjadi tidak mengherankan jika orang
lantas mulai berfikir sejauh mana media-media yang menggunakan public domain itu
independen, tidak digunakan para pemiliknya untuk memperjuangkan kepentingan
politik mereka.
Gencarnya iklan politik dan pemberitaan yang ditayangkan oleh suatu stasiun televisi
dimana pemiliknya merupakan pengurus partai dan/atau mencalonkan diri sebagai
presiden/wakil presiden sudah terlihat pada saat sebelum masa kampanye pemilu
yakni di tahun 2013 maupun saat terjadinya kampanye di paruh pertama tahun 2014.
Berdasarkan catatan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), pada saat Hary Tanoesoedibjo,
pemilik RCTI dan MNC group, masih di Partai NasDem, antara bulan Oktober sampai
dengan November 2012, stasiun televisi swasta tersebut menayangkan sebanyak 127
iklan partai tersebut. Kemudian, ketika Hary Tanoesoedibyo berpindah ke Partai Hanura,
dalam periode yang sangat singkat, yaitu 2-15 April 2013, KPI mencatat adanya 11
berita tentang Hanura yang muncul tidak hanya di RCTI, tapi juga di seluruh grup MNC
(MNC TV dan Global TV). Pemberitaan tentang Aburizal Bakrie yang mencalonkan diri
sebagai presiden RI juga banyak bermunculan di TV One. KPI mencatat 10 pemberitaan
dan 143 kali tayangan iklan politik tentang Si Pemilik sepanjang April 2013.
Jurnal yang mencakup rangkuman tiga penelitian ini menangkap dan memotret
media konvensional maupun online pada kurun waktu 1-7 November 2013 dalam rangka
menjawab pertanyaan mendasar, bagaimana independensi dan netralitas jurnalisme dan

IX
media di Indonesia? Metoda penelitian menggunakan teknik wawancara dan observasi
untuk melihat trend keberagaman dan porsi berita dan iklan di berbagai grup media
Indonesia.
Temuan berbagai penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan media massa oleh
satu pengurus partai politik yang ikut bertarung sudah menunjukkan kecenderungan
untuk mendukung kegiatan partai politik yang diusung oleh pemiliknya. Setidaknya
pemberitaan yang menekankan kegiatan pemilik media dan afiliasinya terlihat memiliki
porsi yang lebih banyak dibandingkan dengan pemberitaan saingan politiknya.
Upaya media untuk menjaga kode etik, independensi dan netralitas tetap diusahakan
oleh para pekerjanya. Namun, intervensi dari pemilik terkadang terjadi sehingga
menimbulkan kesan media berpihak pada satu sisi secara terbuka. Hasil wawancara
menunjukkan bahwa intervensi adalah salah satu yang menimbulkan ketegangan di
kalangan para pekerja media dengan pemiliknya walaupun mereka yang menjadi
narasumber wawancara tidak pernah mengakuinya secara terbuka.
Konsep independensi menjadi terbuka untuk didebat dan salah satu dari narasumber
mengingatkan bahwa yang seharusnya dilakukan oleh pihak otoritas pers bukanlah
menegur dan melarang media terkait untuk memberitakan kegiatan pemiliknya
melainkan untuk melaksanakan prinsip keadilan (fairness) sebaik mungkin.
Diharapkan dari penelitian ini, publik yang mempersoalkan independensi jurnalisme
media dalam konteks Pemilihan Umum 2014 mendapatkan rujukan. Temuan
penelitian ini memberikan bukti bahwa media baik itu televisi, suratkabar, maupun
berita online yang pemiliknya memiliki kaitan dengan aktivitas partai politik, terlebih
lagi berkeinginan menjadi presiden atau wakil presiden, memiliki kecenderungan
tidak independen dan netral dalam pemberitaan politik. Ketidakindependenan dan
ketidaknetralan berita politik dapat diamati dari sejumlah indikator, yaitu: adanya bias
pemberitaan yang cenderung membela kepentingan pemilik, adanya opini mengenai
pemilik dan kelompok afiliasinya, mengandung unsur personalisasi, sensasionalisme,
stereotype, juxtaposition/linkage, keberimbangan dan persoalan akurasi. Temuan
penelitian menunjukkan dengan sangat jelas bagaimana pemberitaan cenderung
membela atau menonjolkan kepentingan pemilik dan pemilik dicitrakan positif. Temuan
pun menunjukkan kecenderungan pemberitaan yang mengarah negatif pada aktor politik
lainnya yang menjadi rival Sang Pemilik.
Hasil penelitian juga menunjukan bahwa walaupun jumlahnya tidak banyak namun
secara kualitatif membela kepentingan pemiliknya. Ini menunjukkan bahwa media-
media yang dimiliki oleh elit politik cenderung digunakan pemilik untuk kepentingan
pribadinya dibandingkan melayani publik. Televisi, koran dan berita online yang
pemiliknya memiliki kepentingan politik, iklan-iklan politik yang muncul cenderung
didominasi oleh wajah pemilik sendiri dan kelompok atau partai politik yang menjadi
afiliasinya. Kecenderungan pemilik media yang mempergunakan medianya sendiri
untuk beriklan rawan manipulasi, terutama menyangkut laporan pendapatan perusahaan

X
dan setoran pajak.
Dewan Pers mengemban tugas untuk memberikan perlindungan terhadap
kepentingan publik dan kemerdekaan pers. Oleh karena itu, penerbitan jurnal ini adalah
untuk menjadi pembelajaran dan rujukan bagi para pemegang kepentingan di bidang
jurnalisme. Informasi dan data yang terdapat di dalam penelitian ini merupakan rekam
jejak sekaligus data untuk membangun bidang yang dinamis ini demi Indonesia yang
lebih baik.

XI
XII
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

Penelitian Pertama

MENAKAR INDEPENDENSI
DAN NETRALITAS
JURNALISME DAN MEDIA DI INDONESIA

1
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

2
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

MENAKAR INDEPENDENSI DAN NETRALITAS


JURNALISME DAN MEDIA DI INDONESIA

Amir Effendi Siregar, Rahayu, Puji Rianto, Wisnu Martha Adiputra

A. Pendahuluan MNC group, masih di Partai NasDem,


Menjelang pemilihan umum, antara bulan Oktober sampai dengan
independensi dan netralitas jurnalisme November 2012, stasiun televisi swasta
dan media di Indonesia semakin banyak tersebut telah menayangkan sebanyak
dipertanyakan orangkarena keterlibatan 127 iklan partai tersebut. Kemudian,
pemilik media dalam aktivitas atau ketika Hary Tanoesoedibyo berpindah
partai politik tertentu. Abu Rizal Bakrie, ke Partai Hanura, dalam periode yang
misalnya, pemilik Anteve dan TV sangat singkat, yaitu 2-15 April 2013, KPI
Oneadalah Ketua Umum Golkar, sekaligus mencatat adanya 11 berita tentang Hanura
kandidat calon presiden. Metro TV yang yang muncul tidak hanya di RCTI, tapi
dimiliki Surya Paloh adalah pendiri juga di seluruh grup MNC (MNC TV dan
Partai Nasdem. Hary Tanoesoedibjo yang Global TV). Pemberitaan tentang Aburizal
menguasai MNCTV, RCTI, dan Global TV Bakrie yang mencalonkan diri sebagai
adalah kandidat wakil presiden dari Partai presiden RI juga banyak bermunculan di
Hanura. Dalam situasi semacam ini, TV One. KPI mencatat 10 pemberitaan dan
menjadi tidak mengherankan jika orang 143 kali tayangan iklan politik tentang Si
lantas mulai berfikir sejauh mana media- Pemilik sepanjang April 2013.
media yang menggunakan milik danpublic Beberapa kenyataan di atas lantas
domain itu independen, tidak digunakan lantas memicu pertanyaan mendasar-
para pemiliknya untuk memerjuangkan dan mungkin juga filosofis-berkaitan
kepentingan politik mereka. dengan bagaimana sebenarnya persoalan
Kekuatiran di atas juga terkait erat independensi dan netralitas jurnalisme dan
dengan gencarnya iklan politik dan media ini dipandang dan disikapi? Dengan
pemberitaan yang ditayangkan oleh kata lain, apakah jurnalisme dan media
suatu stasiun televisi dimana pemiliknya diperkenankan untuk tidak independen
merupakan pengurus partai dan/atau dan tidak netral atau sebaliknya bahwa
mencalonkan diri sebagai presiden/wakil jurnalisme dan media harus menjaga
presiden. Berdasarkan catatan Komisi independensi dan netralitasnya dalam
Penyiaran Indonesia (KPI), pada saat situasi apapun tanpa terkecuali? Di sinilah,
Hary Tanoesoedibjo, pemilik RCTI dan sebuah penelitian yang serius dan hati-hati

1. Artikel ini merupakan rangkuman dari laporan penelitian berjudul “Menakar Independensi dan Netralitas
Jurnalisme dan Media Di Indonesia” (2014) yang disusun oleh PR2Media bekerja sama dengan Dewan Pers.
2. Peneliti pada Pemantau Regulasi dan Regulator Media (PR2Media), Yogyakarta.

3
Dinamika Pers dan Pemilu 2014



perlu dilakukan. Penelitian jurnalisme dan media
dilakukan untuk menjawab selalu relevan untuk
suatu pertanyaan mendasar, dibahas. Dalam konteks
yakni bagaimana penelitian ini, pertanyaan
independensi dan netralitas penelitian yang akan coba
jurnalisme dan media di dijawab adalah bagaimana
Indonesia. independensi, objektivitas
Beberapa ahli telah dan netralitas berita terkait tujuan
melakukan penelitian dengan pemberitaan politik
semacam itu. Dalam dan pemilik? penelitian
konteks Indonesia, adalah untuk
penelitian Annet Keller C. Tujuan dan Manfaat
(2010) barangkali menjadi Penelitian
mengetahuii
salah satu penelitian Penelitian ini pada seberapa besar
independensi dan otonomi dasarnya untuk menjawab independensi,
redaksi yang layak pertanyaan penelitian.
dirujuk. Meskipun begitu, Dengan demikian, tujuan objektivitas
penelitian Keller lebih penelitian adalah untuk dan netralitas
membahas media-media mengetahuii seberapa besar berita di media
cetak nasional, dan belum independensi, objektivitas
menyasar penelitian di dan netralitas berita di cetak dan
media elektronik, dalam media cetak dan elektronik, elektronik,
hal ini media online dan terutama yang menjadi
televisi. Padahal, media-
terutama yang
objek penelitian ini.
media ini mempunyai Dari tujuan penelitian
menjadi objek
sifat yang sangat berbeda, tersebut, diharapkan penelitian ini.
terutama medium televisi penelitian ini akan
karena ia menggunakan memberikan beberapa
frekuensi milik publik atau manfaat. Dari sisi praktisi,
public domain. penelitian ini diharapkan
akan memberikan gambaran
B. Masalah Penelitian dan sekaligus masukan
Sejak media mengenai sikap yang harus
mempunyai kemampuan diambil ketika terjadi
memengaruhi dan benturan kepentingan
membentuk opini publik, antara visi jurnalisme
dan sedemikian penting ideal dengan kebutuhan
dalam sistem politik pragmatis pekerjaan. Bagi
demokrasi maka persoalan Dewan Pers, penelitian
independensi dan netralitas ini diharapkan akan bisa
4
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

memberikan masukan mengenai formulasi berimbang, akurat, tak memihak kecuali


regulasi media yang menggunakan demi kepentingan publik. Dalam kaitan
milik dan public domain dan yang tidak ini, Siregar mengemukakan bahwa
menggunakan milik dan public domain independensi dan netralitas harus dilihat
ketika media itu terlibat dalam usaha sebagai sesuatu yang berbeda, tetapi
memerjuangkan kepentingan pragmatis satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.
pemiliknya. Dalam konteks pemilu, Bila ingin menjadi media yang baik,
penelitian ini diharapkan bisa memberikan kedua prinsip ini harus dilaksanakan.
rekomendasi tentang pengaturan Itu sebabnya KEJ yang disahkan Dewan
pemanfaatan media menjelang pemilu Pers merumuskan sangat bagus dalam
2014. Dari sisi akademis, penelitian ini satu tarikan napas: “Wartawan Indonesia
diharapkan bisa memberikan sumbangan bersikap independen, menghasilkan
yang cukup berharga bagi penelitian- berita yang akurat, berimbang, dan tidak
penelitian jurnalisme dan media di beriktikad buruk.” Penafsirannya sangat
Indonesia. Selain itu, penelitian ini jelas, prinsip independensi dan netralitas
diharapkan bisa merangsang penelitian harus dilaksanakan (Pasal 1) (Siregar,
lebih lanjut mengenai pratik-praktik Kompas, 21 Juli 2013)
pemanfaatan media oleh pemilik di masa Isi media terutama institusi media
datang yang tidak semata kepentingan komersial terdiri dari tiga elemen, yaitu:
politik pemilihan umum, tapi juga lainnya. berita, hiburan, dan iklan. Berita adalah isi
media yang merujuk pada fakta sehingga
D. Kerangka Konsep memerlukan perlakuan yang lebih khusus
1. Prinsip Independensi dan Netralitas dan hati-hati bila dibandingkan dengan
dalam Jurnalisme dan Jurnalistik isi media yang lain. Sementara itu, isi
Jurnalisme adalah paham media hiburan merujuk pada imajinasi
tentang kegiatan jurnalistik yang sehingga perlakuannya tidak seketat
meliputi: mencari,memeroleh, berita. Namun bukan berarti media dapat
memiliki, menyimpan, mengolah dan bebas sepenuhnya memroduksinya karena
menyampaikan informasi dengan isi hiburan sangat erat kaitannya dengan
menggunakan media. Dalam jurnalisme, konteks sosial masyarakat. Terakhir, isi
terkandung idealisme. Ada suatu ideologi, iklan yang merujuk pada isi yang berasal
yaitu usaha memberikan informasi untuk dari pihak lain, baik itu bermotif ekonomi,
pemberdayaan masyarakat (Siregar, sosial, maupun politik. Tanggung-jawab
Kompas, 21 Juli 2013). Menurut Siregar isi iklan bukan pada media sepenuhnya.
lebih lanjut, dalam jurnalisme dan Tanggung-jawab isi iklan lebih kepada
kegiatan jurnalistik, terdapat prinsip produsen dan pihak yang membayar
independensi dan netralitas yang kepada media. Permasalahan independensi
harus ditegakkan. Independen dalam dan netralitas media biasanya merujuk
arti merdeka melaksanakan ideologi pada berita walau sebenarnya juga
jurnalisme, sedangkan netral artinya berpengaruh pada isi hiburan dan iklan.

5
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

Namun, penerapan independensi dan mengakses media. Dalam kaitan ini,


netralitas lebih ketat diwujudkan dalam tidak boleh ada pengutamaan khusus bagi
isi berita. pemilik dan/atau kelompok afiliasinya
Meskipun independensi dan netralitas dan juga diskriminasi bagi publik dalam
sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan mengakses media, baik dalam pengertian
mudah, kedua konsep tersebut masing- menerima maupun mengirimkan gagasan.
masing dapat didefinisikan. Independensi Prinsip keberagaman mengharuskan
media berarti bahwa dalam memroduksi media berpihak pada kelompok-kelompok
isi media tidak ada tekanan dari pihak minoritas untuk dapat mempertahankan
lain. Independensi didefinisikan sebagai eksistensinya serta menjamin diversitas
kemerdekaan yang dimiliki oleh ruang budaya di masyarakat. Prinsip
redaksi dalam memroduksi berita. kebenaran dan kualitas informasi
Selanjutnya, bila independensi lebih merujuk pada objektivitas informasi
berkaitan dengan proses produksi berita, (tingkat korespondensi dengan realitas
maka netralitas lebih berkaitan dengan apa masyarakat) dan signifikansi atau
yang muncul di dalam berita. Netralitas relevansi informasi bagi masyarakat.
menunjukkan bahwa media tidak berpihak Prinsip mempertimbangkan tatanan sosial
dalam menyampaikan berita, terutama dan solidaritas merujuk pada peran media
untuk berita tentang konflik. bagi demokrasi dan keberpihakannya pada
McQuail (1992, 2005) berpendapat kepentingan publik. Prinsip akuntabilitas
bahwa media yang berfungsi merujuk pada tanggung jawab sosial
menyebarluaskan informasi kepada
publik seharusnya bekerja berdasarkan “
media menyangkut pemberitaan atau
penyebarluasan isi media dan dampaknya


prinsip-prinsip: kebebasan, kesetaraan, bagi masyarakat.
keberagaman, kebenaran dan kualitas
informasi, mempertimbangkan tatanan
sosial dan solidaritas, serta akuntabilitas.
Oleh karena itu, baik pemilik maupun
pengelola media seharusnya mematuhi Meskipun independensi
prinsip-prinsip tersebut. Prinsip
kebebasan di sini merujuk pada kebebasan dan netralitas
atau kemandirian media (ruang redaksi) sebenarnya tidak dapat
dalam memroduksi dan menyebarluaskan
isi media dari intervensi pemilik dan
dipisahkan dengan
juga pihak-pihak lain yang memiliki mudah, kedua konsep
kepentingan politik dan ekonomi terhadap tersebut masing-masing
media. Prinsip kesetaraan memiliki
kaitan dengan akses media. Di sini, dapat didefinisikan
publik seharusnya memiliki peluang
atau kesempatan yang sama untuk dapat

6

Dinamika Pers dan Pemilu 2014


2. Indikator Independensi dan
Netralitas
Objektivitas dan netralitas telah
menjadi standart baku bagi jurnalistik
yang menuntun kinerja mereka, sekaligus Objektivitas dan
sebagai suatu ‘penanda’ bagi tingkat netralitas telah
profesionalitas kinerja media (lihat
McQuail, 1992). Di sini, liputan-liputan menjadi standart baku
media yang objektif dan netral menjadi bagi jurnalistik yang
penanda bahwa media yang bersangkutan
profesional, dan, dengan demikian,
menuntun kinerja
mempunyai tingkat independensi yang mereka, sekaligus
tinggi. Ini karena hanya media yang sebagai suatu
independen-lah yang mampu membuat
reportase peristiwa secara objektif. ‘penanda’ bagi tingkat
Sebaliknya, media-media yang tidak profesionalitas kinerja
independen akan cenderung membuat media
laporan-laporan yang bias dan tidak
objektif.
Objektivitas didefinisikan sebagai
aktivitas melaporkan kenyataan atau dan bahasa (Maras, 2013: 8). Berkaitan
fakta, semampu yang bisa dilakukan dengan nilai, kita dapat mengaitkan
oleh wartawan tanpa terpengaruh objektivitas dalam jurnalisme dengan tiga
oleh prasangka dan opini personal tujuan utama. Pertama, memisahkan fakta
(Walker Cronkite dalam Maras, 2013: dari opini. Kedua, memilah deskripsi
7). Objektivitas sangat erat dengan yang bersifat emosional dari berita.
pemahaman secara kultural wartawan Terakhir, berupaya untuk keadilan dan
atas masyarakat di sekitarnya. Dengan keseimbangan (Everette E. Dennis dalam
kata lain, wartawan mesti independen Maras, 2013: 8).
dari faksi. Wartawan, bagaimana pun Sementara itu, dimensi prosedur
juga, harus independen dari pihak yang kemungkinan meliputi upaya
mereka liput (Kovach & Rosenstiel 2001: menyediakan cara pandang yang kontras,
122). Dengan demikian wartawan bisa keseimbangan, dan cara pandang
lebih obyektif. Independensi dari kelas alternatif dengan menggunakan bukti
atau status ekonomi, dan juga independen pendukung, memastikan pengutipan
dari ras, etnis, agama, dan gender penting secara tepat, dan akhirnya mengorganisir
untuk menghasilkan berita yang obyektif berita ke dalam format yang dikenal oleh
(Kovach & Rosenstiel 2001: 131 – 133). kebanyakan masyarakat (Maras, 2013: 9).
Objektivitas sendiri dapat diamati dari Prosedur untuk memastikan independensi
tiga aspek yang berbeda, yaitu nilai, proses dan netralitas antara lain komitmen
yang kuat untuk selalu memverifikasi
7
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

informasi melalui metode yang obyektif. berlebih-lebihan baik bernada positif


Aspek ketiga yang juga penting untuk maupun negatif terkait dengan pemilik
mewujudkan objektivitas adalah bahasa. atau aktor politik. Unsur personalisasi
Bahasa adalah sarana menyampaikan merupakan salah unsur penting (selain
fakta di dalam berita. Objektivitas sensasionalisme, stereotype dan linkage)
adalah sejenis “permainan bahasa”, yang dalam menilai netralitas pemberitaan
merupakan strategi spesifik menampilkan (media) (McQuail, 1992). Netralitas
kembali kejadian, fakta, dan detailnya memiliki arti penting yang senada
(Maras, 2013: 9). dengan keseimbangan namun lebih
McQuail (1992) menguraikan menekankan pada bagaimana informasi
beberapa indikator penting dalam melihat dipresentasikan. Untuk berita yang
persoalan independensi (objektivitas) dan memuat unsur personalisasi, seringkali,
netralitas, diantaranya: ada tidaknya opini, tidak mudah untuk diamati. Personalisasi
unsur personalisasi, sensasionalisme, muncul ketika media melalui jurnalisnya
stereotype, juxtaposition atau linkage, dan secara tidak sengaja ataupun sengaja
akurasi dalam pemberitaan. terlalu menonjolkan person dibandingkan
Fakta berkorespondensi dengan peristiwanya. Dalam pandangan McQuail,
kejadian atau informasi yang ada unsur personalisasi ini menyebabkan
di lapangan, sedangkan opini minimnya keberagaman, kebenaran dan
berkorespondensi dengan pendapat kualitas informasi dan berimplikasi pada
dan interpretasi tentang suatu kejadian pembatasan pengetahuan masyarakat
atau isu. Fakta sendiri tidak selalu tentang peristiwa sebenarnya (kondisi
merujuk pada suatu kebenaran karena objektif).
fakta bisa juga palsu (misalnya, hasil Sensasionalisme (emosionalisme dan
suatu rekayasa). Idealnya, jurnalis dapat dramatisasi) merupakan dimensi-dimensi
menyajikan sebanyak mungkin fakta yang mengukur netralitas berita. Dalam
dalam berita agar publik memahami penelitian ini, personalisasi sengaja
kejadian atau isu secara (relatif) utuh. Ini dipisahkan dengan sensasionalime
karena orang menggunakan informasi karena berdasarkan hasil pengamatan
(berita) untuk segala macam tujuan, dan berita, beberapa berita mengandung
tujuan yang paling penting adalah untuk unsur sensasionalime meskipun berita
belajar tentang dunia di sekitar mereka tersebut tidak mengandung unsur
(tempat mereka di dalamnya). personalisasi. Sementara itu, dimensi
Unsur personalisasi dalam pemberitaan sensasionalisme dalam penelitian ini
diartikan sebagai pandangan yang melihat dibatasi hanya pada unsur emosionalisme
pemilik atau aktor politik sebagai aktor dan dramatisasi karena kedua unsur
utama/penting atau tunggal yang paling ini dianggap utama dalam mengukur
berpengaruh dalam sebuah peristiwa. ada-tidaknya sensasionalisme. Unsur
Personalisasi dapat dilacak dengan sensasionalisme dalam berita diartikan
melihat ada-tidaknya klaim peran yang sebagai sifat suka menimbulkan sensasi.

8
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

Sensasionalisme tidak dapat dibenarkan mendiskriditkan (menjelek-jelekkan)


dalam karya jurnalistik yang menekankan lawan politiknya juga dilihat.
objekstivitas penyajian. Sensasionalisme, Stereotype berkorespondensi dengan
antara lain dapat dilihat dari ada-tidaknya sebuah pandangan (cara pandang)
unsur emosionalisme dan dramatisasi. terhadap seseorang atau kelompok sosial
Emosionalisme dapat diartikan sebagai dimana cara pandang tersebut kemudian
penonjolan aspek emosi seperti ekspresi melekat, menyebar, meluas dan menjadi
suka, benci, sedih, gembira, marah, kepercayaan orang lain sebagai sesuatu
kecewa yang berlebihan dibandingkan kebenaran. Stereotype dalam konteks
aspek logis rasional dalam penyajian pemberitaan berkaitan dengan ada-
sebuah berita. Meskipun penggunaan tidaknya pemberian atribut tertentu
emosionalisme dapat mengangkat sebuah terhadap individu atau kelompok dalam
berita, aspek objektivitas dan juga penyajian berita. Stereotypee dapat
netralitas dalam pemberitaan menuntut menjadikan individu atau kelompok
sebuah penyajian berita yang “dingin” tertentu dalam berita sering dipersepsi
dan terkendali.Dramatisasi diartikan dan diperlakukan berdasarkan atribut
sebagai bentuk penyajian atau penulisan mereka. Atribut tersebut mungkin
berita yang bersifat hiperbolik dan memiliki asosiasi yang negatif maupun
melebih-lebihkan sebuah fakta dengan positif, tetapi yang jelas tidak pernah
maksud menimbulkan efek dramatis bersifat netral atau berdasarkan pada
bagi pembacanya. Efek dramatis kenyataan yang sebenarnya. Penggunaan
sengaja digunakan oleh jurnalis untuk stereotype, baik yang bermakna positif
dapat membantu pembaca untuk lebih maupun negatif, dalam penyajian sebuah
“mengalami” secara langsung peristiwa berita dapat mengundang tuduhan
yang disajikan. Meskipun demikian, keberpihakan wartawan atau media
objektivitas pemberitaan menuntut terhadap seseorang atau kelompok
sebuah penyajian berita yang hati-hati yang ada dalam masyarakat. Dalam
dan mengambil jarak dengan fakta yang konteks komunikasi politik, pemberian
dilaporkan. Disamping itu, oleh karena atribut tertentu terhadap individu,
dramatisasi (termasuk dimensi-dimensi kelompok, atau institusi tertentu dalam
netralitas lainnya) lebih berkaitan dengan penyajian berita utamanya dilakukan
aspek presentasi suatu berita (McQuail, kepada lawan-lawan politik.Stereotype,
1992: 233), maka dramatisasi juga dilihat menurut McQuail (1992), merupakan
dari penempatan dan sudut pandang salah satu dimensi yang juga mengukur
berita. Di sini, aspek seperti apakah derajat netralitas pemberitaan. Dalam
penyajian berita-berita di suatu medium pemberitaan, seharusnya,stereotype
memiliki kecenderungan membesar- dapat dihindari karena mengurangi
besarkan pemilik media (dan/atau aspek objektivitas berita. Berita
kelompok afiliasinya) atas konstribusinya (media) memiliki peran penting tidak
dalam suatu hal atau persistiwa, dan/atau saja memberikan informasi, tapi juga

9
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

menyebarluaskan stereotype. Stereotype (tidak berhubungan) menjadi sama


tentang seseorang dan/atau kelompok (berhubungan) secara kontras.Sementara
yang terus menerus diangkat oleh media, itu, linkages berkaitan dengan upaya
bukan tidak mungkin akan berpengaruh wartawan untuk menyandingkan dua fakta
pada sikap seseorang terhadap orang lain yang berlainan dengan maksud untuk
dan/atau kelompok sosial karena terjadi menimbulkan efek asosiatif. Media sering
penyesuaian informasi yang terjadi dalam menghubungkan beberapa hal, baik itu
pola pikir kita agar apa yang kita pikirkan aspek yang berbeda dari suatu peristiwa;
sesuai dengan (rujukan) informasi yang cerita yang berbeda dari halaman atau
ada (yang dapat mereka akses). Efek media yang sama; aktor yang berbeda
stereotype ditandai dengan munculnya yang berhubungan dengan peristiwa
kepercayaan, harapan, atau suatu yang sama, dsb. Ini bertujuan untuk
pemikiran yang dipegang oleh seseorang membangun kesatuan atas keragaman
tentang bagaimana menggolongkan suatu atau bisa juga untuk membangun mood
masyarakat yang kemudian informasi tertentu. Wartawan menggunakan
tersebut memiliki pengaruh pada cara linkages untuk menghubungkan dua fakta
bersikap/perilaku seseorang terhadap yang sebenarnya berbeda sehingga kedua
kelompok dan anggota kelompok yang faktor tersebut dianggap (diasosiasikan)
lain (Hamilton & Sherman, 1994). memiliki hubungan sebab akibat. Dalam
Unsur penting berikutnya adalah penelitian ini, antara juxtaposition dan
juxtaposition dan linkages. Juxtaposition linkages tidak dipisahkan karena keduanya
diartikan sebagai menyandingkan dua hal menggunakan teknik yang sama dalam
yang berbeda. Juxtaposition digunakan melahirkan kesan asosiatif-berhubungan.
oleh wartawan untuk menyandingkan Akurasi di sini dikaitkan dengan
dua hal yang berbeda seolah-seolah narasumber berita. Narasumber seharusnya
berhubungan dengan maksud untuk memiliki kaitan dengan tema berita,
menimbulkan efek kontras dan/atau misalnya orang yang tahu/mengalami
asosiatif, yang pada akhirnya menambah suatu peristiwa, seorang yang ahli/expert
kesan dramatis berita yang disajikan. Dalam dan bukan karena berafiliasi dengan partai
berita politik dimana pemilik memiliki politik atau pendukung Capres/Cawapres
kepentingan (seperti mencalonkan diri dijadikan narasumber. Kriteria ini penting
sebagai presiden dan wakil presiden), karena narasumber memegang peran
wartawan melakukan juxtaposition penting dalam memberikan informasi.
dengan cara ‘meninggikan’ pemilik Keahlian atau pengalaman menyangkut
menyangkut kebaikannya, kekayaannya, isu atau kejadian membuat penjelasan
kecerdasannya, dan sebagainya dengan dan kesaksian yang mereka berikan
cara menghubungkannya dengan suatu memiliki nilai akurasi yang tinggi.
hal. Dengan demikian, juxtaposition dapat Dalam pemberitaan, mengukur akurasi
mengubah atau menggeser pemaknaan juga terkait dengan ketepatan dalam
dua fakta yang sebenarnya berbeda menulis sumber, penggunaan bahasa,

10
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

penyajian data, penjelasan/keterangan dan halaman satu. Halaman satu


sebagainya. Dalam penelitian ini, akurasi dipilih karena halaman ini yang
hanya dikaitkan dengan narasumber menjadi fokus utama perhatian
karena di dalam berita politik persoalan publik dalam mencari berita dan
ini menjadi isu penting. juga redaksi dalam meletakkan
berita-berita utama. Berita
E. MetodePenelitian politik dalam penelitian ini
Penelitian ini akan menerapkan dibatasi pengertiannya pada
pendekatan triangulasi, yaitu suatu berita mengenai calon presiden
pendekatan yang menggabungkan dan calon wakil presiden, partai
sejumlah metode yang memungkinkan politik, kebijakan pemerintah/
peneliti mendapatkan variasi data untuk pemerintahan, kegiatan legislatif,
dapat menjawab beberapa pertanyaan kegiatan partai, elit politik, KPU,
penelitian dan melakukan cross PPI, Perindo, dst. Pengamatan
verification terhadap data (Lewis-Beck, terhadap isi berita dilakukan
etal., 2004). Secara garis besar, metode selama kurang lebih 4 minggu
yang digunakan adalah sebagai berikut. terhitung mulai 29 Oktober s.d.
26 November 2013. Untuk berita
1. Studi pustaka. Studi pustaka online, PR2Media mengambil
dilakukan dengan menelusuri kompas.com dan okezone.com.
sejumlah literature yang membahas Waktu pengamatan dilakukan
tentang independensi dan netralitas selama 1 minggu terhitung mulai
jurnalisme dan media, baik 3 s.d. 9 November. Analisis isi
yang berbahasa asing maupun kuantitatif berita televisidilakukan
berbahasa Indonesia, dokumen- di RCTI dan Kompas TV. Program
dokumen yang dikeluarkan oleh siaran berita RCTI yang diteliti
lembaga atau organisasi terkait adalah Seputar Indonesia (Pagi,
dengan persoalan penelitian, Siang, dan Petang). Pengamatan
dilakukan selama satu minggu
2. Analisis isi berita. Metode ini terhitung mulai 1 s.d. 7 November
dilakukan untuk mendapatkan 2013.Untuk Kompas TV, analisis
gambaran sekaligus melakukan isi tidak dapat dilakukan dengan
penilaian tentang netralitas berita mempertimbangkan eksistnesinya
politik, baik yang dipublikasikan sebagai content provider.
di surat kabar (merepresentasikan
media cetak) maupun televisi 3. Analisis isi iklan. Iklan politik yang
(merepresentasikan media dimaksud dalam penelitian ini
elektronik yang menggunakan adalah iklan mengenai capres dan
ranah publik). Berita yang cawapres, partai politik, kebijakan
diteliti hanya yang berada di pemerintah/pemerintahan,

11
Dinamika Pers dan Pemilu 2014


kegiatan legislatif, kegiatan partai,
elit politik, KPU, PPI, Perindo,
dsb. Analisis isi iklan ini dilakukan
pada semua iklan yang muncul
di halaman satu. Pengamatan
berlangsung selama 4 minggu
Jumlah berita politik
terhitung mulai 29 Oktober s.d. 26 yang dianalisis dalam
November 2013. Untuk isi iklan, penelitian ini sebanyak
peneliti mengamati semua iklan
dalam tayangan sehari penuh 372. Dari jumlah tersebut,
selama tujuh hari terhitung 1 s.d. 7 222 item berita (59.68%)
November 2013. merupakan berita online,
4. Wawancara mendalam.Wawancara 80 (21.51%) merupakan
mendalam ini dilakukan terhadap berita surat kabar, dan
tokoh pers, akademisi, dan juga
praktisi media.
70 (18.81%) merupakan
berita televisi.
5. Observasi. Observasi dimaksudkan
untuk melihat ada/tidaknya trend
keberagaman isi berita dan iklan jumlah tersebut, 222 item berita (59.68%)
antarmedia/platform (televisi, merupakan berita online, 80 (21.51%)
surat kabar dan online), baik merupakan berita surat kabar, dan 70
media-media yang berada dalam (18.81%) merupakan berita televisi. Dari
satu grup maupun berbeda grup. total 222 item berita online, sebanyak 97
Observasi juga dimaksudkan untuk item berita (44%) berasal dari okezone.
mengamati porsi pemberitaan com dan sebanyak 125 item berita (56%)
dan iklan politik antarmedia yang berasal dari kompas.com.Dari total 80
dialokasikan bagi pemilik atau item berita surat kabar, sebanyak 43 item
relasinya yang teralibat dalam berita (54%) berasal dari Kompas, dan
aktivitas politik (pemilu) ataupun 37 item berita (46%) berasal dari Koran
bagi pihak lain. Berita online yang Sindo. Jumlah berita surat kabar lebih
akan diamati adalah Okezone dan sedikit karena hanya diambil di halaman
Kompas.com. pertama, dan biasanya di halaman tersebut
hanya berisi 7-10 item berita.
F. Temuan Penelitian
1. Independensi dan Netralitas Berita a. Pemberitaan Pemilik dan Kelompok
Politik Afiliasinya
Jumlah berita politi k yang dianalisis Temuan penelitian menunjukkan
dalam penelitian ini sebanyak 372. Dari bahwa berita-berita yang disajikan di
12
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

surat kabar, media online, dan televisi pemilik. Pemberitaan mengenai pemilik
mengandung pemberitaan tentang pemilik juga banyak tampil diRCTI. Dari total
media dan kelompok afilisiasinya. Dalam 70 berita RCTI yang diteliti, sebanyak
periode waktu penelitian (pengambilan 4 berita (5.7%) yang mempublikasikan
sampel berita), di harian Kompas,dari pemilik/kelompok afiliasinya.
total empat puluh (40) berita politik, ada Berdasarkan hasil penelusuran data,
satu (1) berita tentang pemilik. Di Koran ditemukan bahwa berita tentang pemilik
Sindo, dari total 35 berita politik, juga media cenderung bias kepentingan pemilik
dijumpai hanya satu (1) berita tentang dan/atau kelompok afiliasinya. Dalam
pemilik. Meskipun tidak ada perbedaan penelitian ini, suatu berita dinilai bias
signifikan antara Kompas dengan Koran kepentingan pemilik dan/atau kelompok
Sindo, perlu diberi catatan bahwa berita afiliasinya jika berita hanya menyajikan
yang dianalisis dalam penelitian ini narasumber tunggal (yaitu dari sisi pemilik
adalah berita-berita di halaman pertama. da/atau afiliasinya) atau tidak menyajikan
Jika penelitian dilakukan dalam lingkup sudut pandang lain dari narasumber
yang lebih luas kemungkinan akan yang berbeda pandangan tentang suatu
ada perbedaan yang lebih signifikan. persoalan atau kasus yang menimpa
Sebagaimana observasi peneliti, di pemilik dan/atau kelompok afiliasinya.
halaman-halaman dalam, berita mengenai Dalam berita berjudul “Pemimpin
pemilik di Koran Sindo, misalnya, lebih Indonesia Harus Jujur, Kompeten,
sering muncul terutama mengenai aktivis dan Tegas” (okezone, 7 November
pemilik dalam kegiatan politik. 2013), misalnya, dimuat pernyataan
Di okezone.com,jumlah berita tentang Hary Tanoesoedibjo bahwa “Indonesia
pemilik lebih banyak dibanding di kompas. membutuhkan pemimpin yang memiliki
com. Dalam periode waktu pengamatan, tiga kriteria [jujur, kompeten, dan tegas]”
dari 97 berita politik di okezone.com, dikutip dan dijadikan judul berita. Berita
terdapat 7 berita yang menampilkan ini dinilai bias karena Hari Tanoesoedibjo
pemilik dan/atau kelompok afiliasinya. sebagai pemilik Sindo dan okezone (grup
Sementara itu, di kompas.com, dari 125
“ MNC) dan juga calon wakil presiden dari


berita politik, tidak dijumpai berita tentang Partai Hanura memiliki keistimewaan
dalam hal akses media (melanggar prinsip

Berdasarkan hasil penelusuran data, ditemukan


bahwa berita tentang pemilik media cenderung bias
kepentingan pemilik dan/atau kelompok afiliasinya.

13
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

kesetaraan). Jika media tersebut bersikap tersebut mengangkat kunjunga HT ke


adil, maka pernyataan atau pandangan Kupang untuk melantik pengurus Perindo
serupa tentang karakteristik pemimpin dan memberi kuliah umum.
Indonesia yang disampaikan oleh tokoh-
tokoh lain (di luar Partai Hanura) juga c. U n s u r P e r s o n a l i s a s i d a l a m
seharusnya diakomodir. Pemberitaan
Ada cukup banyak berita yang
b. Opini dalam Pemberitaan Mengenai mengandung unsur personalisasi. Di
Pemilik dan Kelompok Afiliasinya Kompas, dari 40 berita yang diteliti,
Penelitian ini menemukan adanya terdapat 5 berita (12.5%) yang
opini dalam sejumlah berita politik, baik mengandung unsur personalisasi. Di
di Kompas maupun Sindo. Jika temuan Sindo, dari 35 berita yang diteliti, terdapat
di kedua koran diperbandingkan, maka 6 berita (17.14%) yang mengandung
tampak bahwa Koran Sindo mengandung unsur personalisasi. Personalisasi banyak
opini relatif lebih banyak dibandingkan ditemukan di Sindo daripada di Kompas.
dengan Kompas. Hal yang kurang lebih Temuan yang hampir sama dijumpai di
sama terjadi untuk berita online dan berita okezone.com dan kompas.com. Dari 97
tv. Jumlah pemberitaan yang mengandung berita di okezone.com yang diteliti, terdapat
opini mengenai pemilik akan lebih banyak 8 berita (8.25%) yang mengandung unsur
ditemukan di okezone.com daripada di personalisasi. Di kompas.com, dari total
kompas.com. berita yang diteliti (125 berita), 10 berita
Beberapa contoh berita yang (8%) mengandung unsur personalisasi.
mengandung opini diantaranya sebagai Unsur personalisasi dalam pemberitaan
berikut. Dalam berita berjudul “Hanura: juga dijumpai di televisi (RCTI). Dari
KPU, Kemendagri dan Bawaslu Bak Tom 70 berita yang diteliti, sebanyak 7 (10%)
and Jerry” (okezone.com, 6 November berita mengandung unsur tersebut
2013), yang memaparkan tanggapan Unsur personalisasi dalam berita-berita
anggota Komisi II DPR sekaligus politisi tersebut cukup bervariasi, baik berkaitan
Partai Hanura (Miryam Haryani) atas dengan pemilik media dan/atau kelompok
DPT bermasalah, berita tersebut terlalu afiliasinya maupun tokoh-tokoh politik
condong ke pihak Partai Hanura tanpa lain. Isi berita yang mengandung unsur
memuat keterangan atau tanggapan dari personalisasi yang menyangkut pemilik
pihak KPU. Pemilik media dan afiliasi media dan/atau kelompok afiliasinya
politiknya digambarkan cenderung pada umumnya cenderung positif.
positif dalam berita melalui tanggapan Sementara isi berita yang mengandung
kritis mereka terhadap DPT yang unsur personalisasi yang menyangkut
bermasalah. Berita di televisi (RCTI) aktor politik lain, cenderung netral dan
yang mengandung bias opini terdapat juga negatif. Di media yang pemiliknya
dalam program Seputar Indonesia yang menjadi kandidat presiden, personalisasi
ditayangkan 3 November 2013. Berita cenderung lebih kuat dibandingkan

14
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

dengan media yang pemiliknya tidak tidak menggambarkan bagaimana fraksi


berafiliasi atau menjadi kandidat presiden. dari partai lain bersikap terkait dengan
persoalan ini. Kasus sensasionalisme juga
d. Unsur Sensasionalisme dalam nampak di Sindo yang memberitakan
Pemberitaan Jokowi-Ahok cenderung negatif. Dalam
Dari 40 berita di Kompas, sebanyak berita berjudul (11 November 2013)
12,50% berita mengandung unsur “Jakarta Semakin Macet. Jurus Jokowi
sensasionalisme. Sementara di Sindo, Tak Ampuh”, digambarkan bahwa Jokowi
dari total 35 berita yang diteliti, sebanyak telah gagal mengatasi kemacetan Jakarta
25,71% mengandung unsur tersebut. dengan menyajikan satu perspektif
Sensasionalisme juga dijumpai di berita saja. Berita lain yang berjudul “Jokowi
online. Dari 97 berita okezone, ada Salahkan Pemerintah Pusat” (15
sebanyak 15,46% yang mengandung November 2013) diawali dengan kutipan-
unsur sensasionalisme. Sementara itu, kutipan langsung pernyataan Jokowi
dari total 125 berita kompas.com, ada yang bernada menyalahkan pemerintah
sebanyak 13,60% berita yang mengandung pusat tanpa penjelasan memadai tentang
sensasionalisme. Unsur sensasionalisme latarbelakang atau konteks munculnya
juga terdapat dalam berita televisi. Dari pernyataan tersebut.
70 berita RCTI (Seputar Indonesia) yang
diteliti, sebanyak 8 (11.40%) berita e. Unsur Stereotype dalam Pemberitaan
mengandung unsur sensasionalisme. Hasil penelitian ini menunjukkan
Dari hasil penelusuran lebih lanjut, bahwa unsur Stereotype ditemukan di
ternyata, berita-berita yang mengandung kedua koran dengan persentase yang
unsur sensasionalisme yang dijumpai hampir berimbang. Di Kompas, dari
baik di Sindo maupun di okezone, total 40 berita, terdapat 15% berita yang
banyak yang mengenai pemilik media mengandung stereotype. Sementara itu
(yang juga sebagai kandidat cawapres). di Sindo, dari 35 total berita, terdapat
Sebagai contoh, berita berjudul “Tak 11,43% berita yang mengandung unsur
Segera Tuntaskan 10,4 Juta Pemilih, stereotype. Kecenderungan yang sama
Hanura Ancam Pidanakan KPU” terjadi untuk berita online meskipun
(okezone, 6 November 2013) cenderung dengan presentase yang jauh lebih kecil.
menonjolkan reaksi fraksi Partai Hanura Dari total 97 berita di okezone, terdapat 5%
atas penempatan DPT oleh KPU, dimana berita mengandung stereotype. Dari total
terdapat 10,4 juta pemilih tidak memiliki 125 berita di kompas.com, terdapat 8%
NIK Penggunaan kata-kata “keras” dan mengandung stereotype. Hal yang relatif
“kudeta” dalam menggambarkan sikap sama juga terdapat di berita televisi. Dari
fraksi partai Hanura juga menimbulkan total 70 berita televisi di RCTI, sebanyak
kesan berlebihan. Dalam berita tersebut, 5 (7.1%) mengandung unsur stereotype.
narasumber yang digunakan hanya Ham p i r s el u ru h b eri t a y an g
tunggal (tidak ada variasi perspektif), dan mengandung stereotype negatif berkaitan

15
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

dengan pemberitaan tokoh politik jauh berbeda terdapat pula di berita online.
lain, selain pemilik media yang juga Dari 97 berita okezone, terdapat 3,09%
memiliki kepentingan politik. Dalam yang mengandung unsur juxtaposition/
konteks komunikasi politik, hal ini linkage. Dari 125 berita di kompas.com,
dapat dikategorikan sebagai upaya terdapat 8% mengandung juxtaposition/
“penenggelaman” pihak lawan. Beberapa linkage. Temuan yang relatif sama
contoh berita yang mengandung unsur dijumpai dalam berita televisi. Dari 70
stereotype antara lain terdapat pada berita berita televisi, terdapat 7 berita (10%) yang
berjudul “Di Posko itu, Jokowi Bersanding yang mengandung unsur juxtaposition/
dengan Soekarno” (Kompas, 5 November linkage.
2013). Dalam berita tersebut, narasumber
dan penyampaiannya melabeli Jokowi g. Unsur Akurasi Pemberitaan
sebagai calon presiden idaman. Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan, dari 35 berita yang diteliti,
f. Unsur Juxtaposition/Linkage dalam terdapat 8,57% berita yang tidak
Pemberitaan memenuhi unsur akurasi. Untuk Kompas,
Hasil penelitian ini menunjukkan dari 40 berita yang diteliti, semua dinilai
bahwa terdapat unsur juxtaposition/ memenuhi unsur akurasi. Untuk berita
linkage dalam sejumlah berita baik di online, dari 97 berita okezone.com yang
Kompas maupun Sindo. Dari 40 berita diteliti, terdapat 11,34% berita yang tidak
Kompas yang diteliti, 10% mengandung memenuhi unsur akurasi. Sementara itu,


unsur juxtaposition/linkage. Begitu pula
dengan berita di Sindo, dari 35 berita
dari 125 berita kompas.comyang diteliti,
terdapat 2,40% berita. Persoalan akurasi


yang diteliti, 8,57% mengandung unsur juga dijumpai di berita televisi. Dari
juxtaposition/linkage. Hasil yang tidak total berita yang diteliti, terdapat 10
berita (14.3%) yang diidentifikasi kurang
memenuhi unsur akurasi.

Dari 40 berita Kompas h. Keberpihakan Pemberitaan


Untuk berita koran, ada sebanyak
yang diteliti, 10% 2,50% berita di Kompasdari total berita
mengandung unsur yang diteliti (40 berita) cenderung
juxtaposition/linkage. berpihak pada kepentingan partai politik
atau ormas. Sementara itu, terdapat
Begitu pula dengan 14,29% berita di Sindo dari total 35 berita
berita di Sindo, dari 35 cenderung berpihak pada kepentingan
partai politik atau ormas.Hal serupa juga
berita yang diteliti, 8,57% terdapat di berita online. Di okezone.com,
mengandung unsur terdapat 16,49% berita yang cenderung
juxtaposition/linkage. berpihak pada kepentingan partai politik

16
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

atau ormas. Sementara itu, semua berita Group, cukup banyak berita politik yang
di kompas.com yang diteliti (125 berita) justru mempublikasikan pemilik dan/atau
tidak ada yang berpihak pada kepentingan afiliasinya. Di sini, penggambaran pemilik
partai politik atau ormas. Keberpihakan media dan afiliasi politiknya cenderung
pemberitaan juga nampak di berita positif dan hadir secara konsisten hampir
televisi (RCTI, Seputar Indonesia). Dari di setiap platform berita (surat kabar,
total berita yang diteliti, terdapat 9 berita online dan televisi).
(12.9%) berita yang berpihak. Berdasarkan analisis isi dan
pengamatan secara kualitatif, ada empat
i. Keberimbangan Pemberitaan (4) pola pemberitaan yang diterapkan oleh
Untuk keberimbangan berita, dari MNC Group dalam upaya mengangkat
40 total berita Kompas, ada sebanyak pemilik dan/atau kelompok afiliasinya.
20% yang beritanya dinilai kurang Pertama, pemilik dan afiliasi politiknya
adil/berimbang. Sementara di Sindo, digambarkan sebagai tokoh yang
dari 35 berita, terdapat 22,86% yang paling tahu tentang sosok atau kriteria
diidentifikasi kurang adil/berimbang. pemimpin Indonesia. Hal ini dilakukan
Dalam berita online, pemberitaan yang dengan menyampaikan pendapat Hary
tidak adil/berimbang juga dijumpai. Dari Tanoesoedibjo tentang kriteria pemimpin
97 berita di okezone.com, ada sebanyak yang layak bagi Indonesia. Cukup
60% yang dinilai beritanya tidak adil/ banyak isu pemberitaan yang sengaja
berimbang. Untuk berita di kompas.com, diangkat untuk dapat menonjolkan visi
dari 125 berita yang diteliti, terdapat 36% dan misi kepemimpinan pasangan calon
berita yang dinilai tidak adil/berimbang. presiden dan wakil presiden dari partai
Beberapa berita televisi juga mengandung Hanura (Wiranto-Hary Tanoesoedibjo).
pemberitaan yang tidak adil/berimbang. Contoh berita ini dapat ditemukan di
Hasil penelitian terhadap berita RCTI okezone.com (7 November 2013) yang
(Seputar Indonesia), sebanyak 34 (48.6%) berjudul “Pemimpin Indonesia Harus
berita mengandung unsur tidak adil/ Jujur, Kompeten dan Tegas” dimana
berimbang. narasumber yang dihadirkan dalam berita
tersebut hanyalah Hary Tanosoedibjo
j. Penggambaran Pemilik Media dan (calon wakil presiden dari partai Hanura
Afiliasi Politiknya dalam Berita sekaligus pemilik dan pemimpin grup
Ada perbedaan menyolok antara MNC). Contoh yang lain dijumpai di
Kompas grup dan MNC grup dalam berita RCTI (Seputar Indonesia) yang
penggambaran pemilik media (dan/atau ditayangkan 2 November 2013. Dalam
afiliasi pemilik) dalam berita. Di Kompas berita tersebut, Hary Tanoesoedibjo yang
grup, penggambaran pemilik dalam tengah memberikan pembekalan kepada
berita-berita politik relatif minim, begitu 600 kader Hanura di Kupang digambarkan
pula dengan pemberitaan tentang pemilik positif dengan menonjolkan semboyannya
dengan afiliasinya. Sebaliknya, di MNC untuk pemenangan Pemilu 2014 yang

17
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

disebut 4D: Dikenal, Disukai, Diyakini tentang Perindo (Ormas bentukan HT)
dan Dipilih. Kedua, pasangan calon sehingga berita ini terkesan menjadi
presiden dan cawapres dari Partai Hanura ruang berkampanye bagi Hanura/Perindo.
juga digambarkan terus mendapatkan Keempat, anggota legislatif (calon
kepopuleran. Hal ini ditunjukkan dengan legislatif dari Partai Hanura untuk pemilu
mempublikasikan sebuah hasil survei 2014) dicitrakan sebagai sosok yang kritis
tentang elektabilitas calon tersebut untuk dalam melihat persoalan bangsa. Hal ini
memenangi pemilu 2014. Contoh berita dilakukan dengan mengangkat anggota
dapat ditemukan di Sindo halaman pertama atau calon legislatif dari Hanura sebagai
yang dipublikasi pada tanggal 3 November narasumber untuk mengkritisi suatu
2013 berjudul “Win-HT Terus Melaju.” persoalan. Contoh berita semacam ini
Dari judulnya saja, berita tersebut sudah dapat dilihat di okezone.com (9 November
sangat pro terhadap CEO MNC Group. 2013). Berita yang mengangkat kasus
Meskipun berita ini mempublikasikan penyadapan tersebut mengambil salah
hasil survei tentang elektabilitas capres satu narasumber dari Partai Hanura
dan cawapres 2014, tetapi uniknya fokus (Syarifudin Sudding, anggota DPR
pemberitaan justru lebih banyak diberikan sekaligus kader Hanura). Dalam berita
pada pasangan Win-HT. Ketiga, pemilik tersebut, Syarifudin digambarkan positif
media dan afiliasi politiknya digambarkan karena sikapnya yang tegas terhadap kasus
sebagai tokoh yang memberikan bantuan/ penyadapan yang dilakukan Australia dan
solusi bagi persoalan bangsa. Hal ini AS. Contoh lain dijumpai di Sindo halaman
dilakukan dengan mengangkat aktivitas satu (24 November 2013) terkait dengan
Hary Tanosoedibjo (Hanura) memberikan pemeriksaan Wakil Presiden Boediono
bantuan kepada warga masyarakat yang terkait dengan kasus Century. Dalam
sedang terkena musibah. Beberapa berita berita tersebut, politisi Partai Hanura
yang diangkat oleh grup MNC, baik itu (Syarifuddin Suddin) menjadi narasumber
di surat kabar (Sindo), online dan televisi dan mendapatkan porsi pemberitaan yang
menyoroti aktivitas tersebut. Contoh cukup besar. Dalam pemberitaan tentang
berita televisi (RCTI, Seputar Indonesia) kasus ini, pemilihan Syarifuddin sebagai
tentang hal ini dapat dilihat pada berita narasumber sebenarnya tidak cukup
yang ditayangkan pada 3 November relevan karena tidak memiliki kaitan
2013 tentang “Kunjungan Hary Tanoe”. langsung dengan kasus tersebut.
Dalam berita tersebut, Hary Tanoe dan
Hanura digambarkan telah melakukan k. Penggambaran Tokoh Politik Lain
hal yang bermanfaat bagi warga Kupang dalam Berita
dengan memberikan bantuan berupa Penggambaran tokoh politik lain
sembako, mengisi kuliah umum di salah dalam berita, terutama yang terdapat di
satu universitas di sana dan digambarkan media dalam MNC Group dilakukan
sebagai tokoh yang menginspirasi banyak secara berbeda menyangkut tiga kategori
orang. Dalam berita ini juga, disinggung tokoh, yaitu: (1) tokoh politik yang sedang

18
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

menjabat (dalam hal ini sebagai legislatif (9 November 2013) berjudul “Sefti
dan/atau pemerintahan) dan tidak menjadi Sanustika Jenguk Fathanah di Rutan
calon presiden/wakil presiden; (2) tokoh KPK”. Di sini, pemberitaan justru
politik yang menjabat dan menjadi calon cenderung memberikan ruang kepada
presiden/wakil presiden; (3) tokoh politik Sefti untuk mengungkapkan keluhan-
yang tidak menjabat dan menjadi calon keluahan yang bersifat pribadi. Berita
presiden/wakil presiden. yang lain yang dipublikasikan okezone.
Tokoh politik yang sedang menjabat com (9 November 2013) yang berjudul
(dalam hal ini sebagai legislatif dan/ “RI Akan Negosiasi dengan Arab Saudi
atau pemerintahan) dan tidak menjadi Soal Status TKI Overstay.” Tokoh politik,
calon presiden/wakil presiden, cenderung yaitu Muhaimin Iskandar (dari PKB) dan
diberitakan secara “netral” dalam Reyna Usman (Golkar) yang menjadi
pengertian diberitakan sesuai dengan aktor utama berita ini diberitakan secara
kondisi yang dialaminya atau kondisi “netral” dalam arti tidak ada kritikan atau
apa adanya. Jika sang tokoh politik pemojokan. Di sisi yang lain, untuk kasus
memiliki prestasi terkait dengan bidang pemberitaan yang berkaitan dengan SBY,
pekerjaan (tanggung jawabnya) maka ada kecenderungan pemberitaan negatif.
sang tokoh pun diberitakan secara positif. Pemberitaan di okezone.com (5 November
Sebaliknya, jika sang tokoh politik 2013) yang berjudul “PDIP: Pemerintah
memiliki masalah, misalnya, terjerat kasus Tak Efektif Lindungi Rakyat” terdapat
korupsi, maka pemberitaan sang tokoh klaim penilaian terhadap SBY. Dalam
pun cenderung negatif. Di sini, pemberian berita tersebut, terdapat kutipan yang
atribut terhadap si tokoh hampir tidak menyatakan SBY terlalu sibuk mengurusi
dilakukan oleh jurnalis karena jurnalis partainya sendiri yang mengakibatkan
menempatkan diri sebagai pihak yang keamanan masyarakat tidak terpenuhi.
“netral” (disinterested actor). Berita Sindo Tokoh politik ini dilabeli tidak mumpuni
(6 November 2013) berjudul “KPK Sita dalam mengemban tugas UUD 1945.
Uang Akil Rp 109 Milliar” memberitakan Pemberitaan tokoh politik yang
Akil Mochtar dengan kecenderungan menjabat dan menjadi capres-cawapres
‘negatif’ karena keterlibatannya dalam cenderung diberitakan secara kritis
kasus suap dan korupsi. Pemberitaan bahkan cenderung negatif. Topik berita
tentang Fathanah yang muncul di berbagai yang dipilih dan pemberitaan tentang
platform cenderung mengungkapkan sang tokoh cenderung mengarah pada
keterlibatannya dalam kasus pencucian persoalan yang dihadapi sang tokoh
uang yang membelitnya dengan “apa atau kegagalan sang tokoh dalam
adanya”. Bahkan, ada indikasi berita menyelesaikan persoalan tersebut. Contoh
yang ditayangkan tidak ‘sekeras’ berita- mengenai berita semacam ini dapat dilihat
berita yang memublikasikan lawan pada berita yang dipublikasikan okezone.
politik Hanura. Hal ini terlihat, misalnya, com (6 November 2013) dengan judul
dalam pemberitaan di okezone.com “Nyapres, Jokowi Akan Dikeroyok

19

Dinamika Pers dan Pemilu 2014


Pemberitaan tokoh politik yang tidak
menjabat, tapi menjadi kandidat capres-
cawapres cenderung diberitakan secara
kritis dengan mengaitkannya dengan
Pemberitaan tokoh track record kepemimpinan mereka
politik yang menjabat sebelumnya. Contoh mengenai berita
semacam ini bisa dilihat pada berita di
dan menjadi capres- okezone.com (5 November 2013) berjudul
cawapres cenderung “Pencalonan Agung Laksono Jadi Ketua
diberitakan secara kritis Golkar, Tak Ada yang Istimewa.” Berita
tersebut menggambarkan tokoh politik
bahkan cenderung dari partai lain (di luar Partai Hanura)
negatif. dengan nada sumbang. Dalam berita
tersebut, Aburizal Bakrie dianggap tidak
Publik.” Kesan negatif terhadap Jokowi mumpuni dalam memimpin Golkar
dimunculkan melalui pandangan bahwa dengan bukti perpecahan yang ada dalam
ia memiliki ambisi untuk maju sebagai tubuh partai sendiri. Berita tersebut juga
Capres pada pilpres 2014 dan apabila ia membuat penilaian bahwa penggantain
maju dinilai dalam berita tersebut akan ARB dengan Agung Laksono dianggap
menerima banyak hujatan karena rakyat tidak ada yang istimewa. Contoh lain
masih menunggu hasil kinerjanya sebagai adalah berita di okezone.com (6 November
Gubernur DKI. Contoh lain dapat dijumpai 2013) berjudul “Pramono Edhie dan Mega
di berita Sindo (4 November 2013) Figur Paling Buruk dalam Komunikasi
berjudul “Buruh Mogok, Pengusaha Rugi Politik”. Dalam berita tersebut, tokoh
Miliaran”. Dalam berita tersebut, Hatta politik Megawati digambarkan secara
Rajasa diwawancarai untuk berkomentar negatif dalam berita melalui hasil riset
tentang sikap pengusaha kepada buruh, yang menyatakan bahwa komunikasi
yaitu dengan tidak melakukan PHK. kedua tokoh tersebut terburuk.
Dalam berita tersebut, tokoh lain yang
diangkat adalah Jokowi yang digambarkan 2. Iklan Politik
kurang memahami rakyat kecil dan Secara garis besar, iklan politik bisa
melakukan pembahasan UMP lebih dibedakan ke dalam dua bagian besar,
berpihak pada pengusaha karena tidak yakni iklan dari pemerintah dan iklan
melibatkan buruh. Berita yang lain juga dari partai politik atau tokoh partai
terdapat di Sindo (11 November 2013), politik. Iklan-iklan dari pemerintahan
berjudul “Jakarta Semakin Macet. Jurus sebagian besar diisi oleh iklan-iklan
Jokowi Tak Ampuh”. Dalam berita ini, layanan masyarakat dari kementrian
Jokowi digambarkan tidak juga mampu seperti kementerian ESDM, kementrian
menyelesaikan masalah jabatan dalam keuangan, dan sebagainya. Ada juga
masa satu tahun jabatannya. iklan yang berasal dari lembaga negara

20
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

seperti KPAI dan DPD. Jumlah iklan maupun lainnya tidak demikian halnya
politik yang dianalisis dalam penelitian dengan Sindo. Tidak hanya pemilik,
ini komposisinya adalah iklan politik Koran Sindo juga digunakan untuk
dari Koran Sindo berjumlah 17 (13.50%), mengiklankan perusahaan, dalam hal
Kompas berjumlah 11 (8.70%), dan di ini MNC Group, induk perusahaan yang
RCTI berjumlah 98 (77.80%) iklan. menaungi Koran Sindo.

a. Tema Iklan Politik b. Keberadaan Iklan Terselubung



Iklan-iklan politik di Sindo Sejumlah iklan politik dikategorikan


menunjukkan dengan sangat baik sebagai iklan terselubung jika pesan
bagaimana Win-HT sangat dominan di dalam iklan tersebut tidak termasuk
dalam kategori Adbanner, TV-C, Kuis,
ataupun iklan layanan masyarakat, tapi
media memberikan atensi khusus pada
simbol-simbol tertentu dengan maksud
Iklan-iklan politik di membangun citra. Dari keseluruhan iklan
Sindo menunjukkan yang diteliti, hanya di Sindo ternyata
ada iklan tersebut. Dari total sebanyak
dengan sangat baik 125 item iklan politik, sebanyak 7 item
bagaimana Win-HT berita (26%) merupakan iklan politik
terselubung.
sangat dominan Sebagai contoh, berita Sindo (1
dalam Koran Sindo. November 2013) yang mengangkat tema
tentang kegiatan Win-HT membuka acara
dalam Koran Sindo. Sementara di pembekalan calon DPRD provinsi dan
Kompas, iklan politik yang muncul kabupaten se-NTB mengandung iklan
berasal dari Partai Demokrat dan Partai terselubung karena berita ini sebenarnya
Nasdem. Di Sindo, iklan partai Nasdem merupakan iklan kampanye bagi Win-HT,
juga muncul, tapi Win-Ht muncul berkali- tetapi dikemas dalam bentuk berita tentang
kali. Beberapa tema iklan politik Win-Ht aktivitas mereka. Sejumlah iklan politik
diantaranya berita-berita advertorial yang dikategorikan sebagai iklan terselubung
mengisahkan kegiatan sosial dan politik jika pesan di dalam iklan tersebut tidak
masing-masing kandidat. Hal serupa termasuk dalam kategori Adbanner, TV-C,
terjadi juga di RCTI, iklan-iklan tentang Kuis, atau pun iklan layanan masyarakat,
Win-HT juga muncul berulang-ulang tapi media memberikan atensi khusus
Di sini, tampak jelas bagaimana pada simbol-simbol tertentu dengan
media digunakan dengan sangat baik oleh maksud membangun citra. Sebagai
pemilik untuk publikasi dirinya. Berbeda contoh, berita Sindo (1 November 2013)
dengan Kompas dimana pemilik tidak yang mengangkat tema tentang kegiatan
mempunyai afiliasi politik, keberadaan Win-HT membuka acara pembekalan
iklan politik baik dalam bentu advertorial
21
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

calon DPRD provinsi dan kabupaten dalam iklan ucapan-ucapan selamat.


se-NTB mengandung iklan terselubung Sebagai contoh, pemberitaan di Sindo
karena berita ini sebenarnya merupakan (22 November 2013) yang mengangkat
iklan kampanye bagi Win-HT, tetapi kegiatan bakti sosial Win-HT di Solo, Jawa
dikemas dalam bentuk berita tentang Tengah, mereka digambarkan secara positif
aktivitas mereka. dalam artikel tersebut. Kutipan-kutipan
Win-HT menggambarkan bahwa mereka
c. Penggambaran Pemilik Media dan peduli terhadap persoalan-persoalan yang
Afiliasi Politiknya dalam Iklan dirasakan oleh rakyat kecil. Foto yang
Penggambaran pemilik media dan menyertai artikel pun mengilustrasikan
afiliasi politiknya dalam iklan dapat Win-HT sedang mengunjungi seorang
dikategorikan setidaknya ke dalam anak kecil yang menderita penyakit
4 (empat) pola. Pola-pola ini secara persendian di Solo. Ketiga, pemilik media
eksplisit merupakan wujud kampanye dan afiliasinya digambarkan sebagai
yang dilakukan oleh Hary Tanoesoedibjo sosok calon pemimpin yang memenuhi
(dan Wiranto) dalam mendukung Hanura kriteria pemimpin Indonesia yang cerdas,
dan pencalonannya sebagai calon presiden berkerakyatan, dan mampu membawa
dan wakil presiden pada pemilu 2014. perubahan. Citra ini dibangun melalui
Pertama, pemilik media dan afiliasinya pemberitaan dan program kuis. Sebagai
digambarkan sebagai tokoh sentral contoh, dalam berita di Sindo (15 November
dalam membahas isu-isu kebangsaan. 2013) yang mengangkat kegiatan Win-HT
Penggambaran tersebut dilakukan dengan membuka acara pembekalan calon DPRD
menempatkan foto Hary Tanoe secara provinsi dan kabupaten se-NTB, Wiranto
lebih menonjol dari tokoh-tokoh lainnya. dan Hary Tanoesoedibjo (Win-HT)
Sebagai contoh, di Adbanner (Sindo, 10 digambarkan secara positif. Keempat,
November 2013) yang memublikasikan Hary Tanoe dipblikasikan sebagai sosok
acara seminar nasional yang bertema “Etos pahlawan. Dalam advertorial di Sindo (5
Kepahlawanan untuk Kemaslahatan”, November 2013) yang bertema “MNC
foto Hary dipasang pada posisi di atas dan TV Pahlawan untuk Indonesia,” pemilik
disebut pertama sebagai pembicara diikuti digambarkan mendukung kegiatan yang
oleh tokoh-tokoh lainnya. Placement menyelamatkan lingkungan sekitar.
ini bertujuan menimbulkan kesan pada
khlayak bahwa Hary sebagai pembicara 3. Independensi Media dan ‘Otonomi’
utama dan paling berkompeten membahas Ruang Redaksi
isu-isu kebangsaan. Kedua, pemilik a. Independensi dan Otonomi di
media dan afiliasinya digambarkan Kompas dan Kompas TV
memiliki kepedulian pada masyarakat. Di Harian Kompas dan KompasTV,
Penggambaran ini dilakukan dengan independensi dan netralitas dipahami
memasang foto pasangan Capres dan dalam konteks keberjarakan dengan
Cawapres Hanura dan juga slogan partai berbagai pihak-baik ekonomi maupun

22
“ Dinamika Pers dan Pemilu 2014


layak. Ada sekitar kurang lebih 12 desk,
sedangkan yang dibutuhkan di halaman
pertama kurang lebih empat berita. Dalam
rapat redaksi-biasanya dilakukan sore
Di Harian Kompas hari- diputuskan melalui diskusi berita-
dan KompasTV, berita mana yang akan masuk halaman
independensi dan pertama dan yang tidak.
Ukuran-ukuran untuk menjadikan
netralitas dipahami suatu berita dimuat ataukah tidak,
dalam konteks ditaruh di halaman pertama ataukah
tidak adalah publik/pembaca atau pasar
keberjarakan dalam pengertian tertentu sebagaimana
dengan berbagai dikemukakan Budiman Tanuredjo berikut.
pihak-baik ekonomi
Tentu nilai pentingnya, nilai penting
maupun politik. bagi publik, itu menjadi sebuah, sesuatu
politik. Dalam konteks saat ini, yang kemudian menonjol. Penting
independensi adalah menjaga jarak kepada bagi publik, tetapi sekarang harus
kekuasaan dan partai politik (Budiman penting dan juga menarik. Nah, inilah
Tanuredjo, wawancara, 14 Januari 2014), yang kadang-kadang menjadi sebuah
sebagai usaha menjaga netralitas maka pergulatan bagi kami, tidak hanya
kedekatan dengan partai politik dan juga menonjolkan sisi yang penting, tapi
kekuasaan harus tetap dijaga. juga menarik. Saya bertemu dengan
Selanjutnya, untuk menjaga loper-loper koran di jalan bagaimana
netralitas dan independensi itu, mereka mencari judul, mencari foto
Kompasmenggunakan tiga mekanisme, yang memang memudahkan orang itu
yakni melalui rapat redaksi, Litbang, untuk menjual korannya.
dan Ombudsmen. Pemimpin umum telah
menggariskan bahwa Kompas harus tetap Usaha untuk menempatkan publik
independen dengan memberikan ruang sebagai dasar pertimbangan dimuat
kepada semua kelompok untuk menjadikan tidaknya sebuah berita karena publik itu
Kompas tempat bertukar gagasan. Rapat sendirilah yang harus senantiasa menjadi
redaksi kemudian menerjemahkan hal itu. orientasi jurnalisme Kompas. Budiman
Rapat redaksi ini menjadi forum tertinggi Tanuredjo mengemukakan sebagai
bagi penentuan dimuat tidaknya sebuah berikut.
berita, termasuk di dalamnya mana yang
menjadi headline atau ‘sekedar’ dimuat Independensi adalah kita tetap
di halaman pertama. Untuk isi halaman dalam prinsip-prinsip yang sangat
pertama, misalnya, masing-masing desk jelas, yakni cover all side. (Di
akan mengusulkan berita yang paling sini,) bagaimana kita secara sadar

23
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

menempatkan publik sebagai


sesuatu yang utama. Jurnalisme tetap …..karena itu, pemilihan kata-kata,
didedikasikan untuk kepentingan pemilihan kalimat, penempatan berita,
publik bukan untuk kepentingan misalnya, mau ditaruh di headline
kekuasaan, bukan untuk kepentingan atau mau dimana, ada pertimbangan-
pengiklan, bukan untuk kepentingan pertimbangannya. Nah di situ-lah,
partai politik. kita bermain mempergunakan atau
memanfaatkan ruang yang kita punya,
Di sini, terlihat bagaimana publik space yang memang seyogianya
dipahami dalam orientasi kebijakan menjadi bagian dari kepentingan
redaksional Kompas bahwa publik masyarakat. Masyarakat mana?
menjadi hal paling utama dalam karya Masyarakat banyak, masyarakat
jurnalisme. Hal yang tidak jauh berbeda terbanyak.
juga terjadi dalam Kompas TV. Di Kompas
TV, rapat redaksi juga menjadi kekuasaan Pernyataan di atas secara jelas
tertinggi dalam menentukan output berita merefleksikan orientasi jurnalisme yang
dengan senantiasa berorientasi pada berusaha menempatkan publik sebagai
publik. Selain itu, sejauh menggunakan prioritas utama. Jurnalisme bekerja demi
Kompas, kebijakan redaksi tidak jauh kepentingan publik, bukan yang lainnya.
berbeda. Pertama, dia senantiasa
berpijak pada manusia (memanusiakan b. Independensi dan Otonomi di RCTI
manusia). Kedua, dalam penyajiannya, dan Koran Sindo
tidak pernah memojokkan orang atau Di RCTI dan Koran Sindo, orientasi
kelompok tertentu melampaui batas atau jurnalistik media yang bersangkutan
hingga menjatuhkan orang bersangkutan. tidak seluruhnya tergambar. Langkanya
‘Kritik’ sebatas orang yang bersangkutan narasumber yang bisa diwawancarai di
menyadari kesalahannya. RCTI dan Koran Sindo menyebabkan
Di Kompas TV, independensi analisis terhadap independensi redaksi
diterjemahkan sebagai “bukan anggota” di kedua media kurang lengkap. Oleh
partai politik. Seperti dikemukakan karena itu, dengan beberapa kelemahan,
Taufik H Mihardja (Wawancara, 14 gambaran besar mengenai apa yang terjadi
Januari 2014), ketidakanggotaan partai dalam media yang tergabung dalam MNC
merupakan upaya KompasTV untuk Grup akan didasarkan pada wawancara
menunjukkan bahwa mereka independen dengan Corporate Secretary MNC Grup,
karena tidak mempunyai kepentingan Arya Sinulangga, dan mantan jurnalis di
apapun dalam pemilu 2014 kecuali bahwa RCTI, Dandhy Dwi Laksono.1
pemilu dilakukan secara baik. Taufik Di RCTI, sebagaimana diterangkan
H Mihardja, dalam kaitannya dengan Dandhy Dwi Laksono (wawancara, 27
orientasi kepada publik, mengemukakan September 2014), pemilik menggunakan
sebagai berikut. berita RCTI untuk menyerang kompetitor

24
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

bisnis mereka atau melakukan pembelaan membela kepentingannya.


diri pada saat pemilik tersandung kasus Arya Sinulingga dalam wawancara
hukum. Dalam kasus Astro, tv layanan dengan peneliti di kantor MNC Grup
berbayar dari Malaysia yang merupakan (wawancara, 15 Januari 2014) menolak
pesaing utama Indovision waktu itu, RCTI adanya intervensi dalam tubuh redaksi
digunakan untuk menyerang Astro dengan di media dalam jaringan MNC Grup. Ini
berbagai cara seperti menyebut secara dibuktikan ketika jurnalis terlibat dalam
berulang-ulang dalam siaran beritanya partai politik maka ia tidak boleh lagi
bahwa “astro ilegal”, “melanggar hukum”, terlibat dalam rapat-rapat redaksi. Arya
“izinnya ga beres”, dan sebagainya. Sinulingga saat ini tidak lagi terlibat dalam
Indovision adalah anak perusahaan MNC redaksi meskipun namanya masih tertera
Grup, dan menjadi salah satu penyedia di website Global TV sebagai pemimpin
layanan tv berbayar terbesar di Indonesia. redaksi. Dalam konteks independensi, Arya
Masuknya Astro telah mengganggu Sinulingga mengemukakan independensi
bisnis mereka karena memberikan biaya terjadi jika tidak ada intervensi. Oleh
langganan yang jauh lebih murah. karena itu, untuk melihat apakah liputan-
Ketika HT tersandung kasus liputan media dalam jaringan MNC Grup
Negotiable Certificate of Deposit (NCD) seperti RCTI, Global TV, dan juga MNC
bodong senilai 28 juta dolar AS dari TV independen ataukah tidak maka harus
Unibank ke PT Citra Marga Nusaphala dicek berita-berita dalam media-media
Persada yang melibatkan Hary Iswanto tersebut.
Tanoesoedibjo tahun 2006, RCTI
membuat program acara bincang-bincang [……] Coba check pemberitaan
yang ditujukan untuk meng-counter kami pada saat pemilihan pilkada
berita-berita kritis media lain (Cipasang, Jateng (Jawa Tengah). Hanura kemana
2008). Dalam konteks ini, Dandhy Dwi arahnya, pemberitaan kami dimana
Laksono menuturkan bahwa dalam kasus banyaknya. Coba check, dan silahkan
NCD bodong meskipun liputan tersebut tanya. Anda bisa tanya ke KPI
selalu diupayakan cover both side dengan mengenai pemberitaan kami, bobot
selalu melakukan klarifikasi ke HT, tapi pemberitaannya kemana? [Demikian
sang pemilik tidak puas dengan standart pula dengan] Pilkada Jawa Timur,
objektivitas liputan semacam itu. Oleh ………Pilkada Jawa Timur Pak Hary
karena itu, HT memerintahkan Arief sudah masuk [Partai Hanura]. Coba
Suditomo untuk menyiapkan talkshow check, Hanura kemana benderanya?
dan mengundang narasumber yang dapat Setelah itu, apakah pemberitaan kami

33. Wawancara dengan Dandhy Dwi Laksono bersumber dari bahan penelitian PR2Media atas dukungan Yayasan
Tifa dengan tema, Kepemilikan dan Intervensi Isi Siaran, pada tanggal 27 September 2013. Selain itu, bahan-
bahan juga diambilkan dari Focus Group Discussion untuk penelitian yang sama yang dilakukan PR2Media di
Wisma PGI, Jakarta, 26 September 2013.

25
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

ke calon tersebut? diberi keleluasaan untuk membuat agenda


liputannya sendiri-sendiri. Di Global TV,
Menurut Arya Sinulingga, banyaknya ada tiga pertimbangan utama untuk sebuah
berita mengenai Partai Hanura karena peristiwa apakah akan diangkat menjadi
Partai Hanura-lah yang mempunyai event sebuah berita ataukah tidak. Pertama, sifat
sehingga layak diliput, sedangkan partai kekinian dari peristiwa itu, lebih-lebih jika
yang lainnya tidak. Di Partai Hanura, peristiwa itu mengandung magnitude yang
menurut Arya Sinulingga, caleg-caleg di besar. Kedua, disesuaikan dengan angle
Partai Hanura mendapatkan pembekalan, penonton. Oleh karena segmen terbesar
dan itulah yang kemudian diliput oleh Global TV adalah ibu-ibu, maka angle-nya
media dalam jaringan MNC Grup. juga harus disesuaikan dengan mereka.
Termasuk, tentu saja, Koran Sindo. Berita-berita mengenai penculikan anak,
karenanya, menjadi lebih banyak muncul
Nah, Anda bilang sekarang kog di Global TV karena disesuaikan dengan
banyak sekali [berita] Hanura. … segmenya. Terakhir, adakah peristiwa itu
Kami, saya sudah tanya sama anak- bisa diperdalam liputannya. Jika suatu
anak dan ternyata partai yang membuat peristiwa memenuhi syarat untuk lebih
banyak kegiatan hanya partai Hanura, diperdalam, maka liputan mengenai
yang lainnya tidak. Tidak ada partai peristiwa itu akan lebih panjang.
yang membuat kegiatan [meskipun] Sementara itu, berkaitan dengan
caleg betul [membuat kegiatan]. independensi, Arya Sinulingga
Namun, karena kami ke partai bukan memberikan catatan bahwa media
ke caleg, maka ketika minta informasi yang dianggap independen sekalipun
partai tidak pernah bisa di cek, apakah sebenarnya (tidak bisa) dikatakan
partai punya kegiatan [ataukah tidak]? independen. Media-media itu mempunyai
Maksudnya, kalau bisa tolong juga kecenderungan tertentu dalam
tanya ke masing-masing partai apa saja memberitakan seorang tokoh politik.
kegiatan mereka? Ada tidak kegiatan Seperti ia kemukakan, “media tidak bisa
partainya? Kemarin, kami ditanya lepas dari kondisi objektifnya.” Artinya,
KPI, “Ini kog banyak sekali acaranya media akan selalu mengambil posisi
Hanura bukan caleg sendiri.” Saya tertentu dalam meliput seorang tokoh
bilang ternyata hanya satu partai yang politik. Suatu media akan memberikan
membuat pembekalan caleg di seluruh ruang yang lebih besar kepada suatu tokoh
Indonesia, Hanura. Yang lain tidak politik atau kandidat, dan tidak pada yang
membuat pembekalan caleg. Lalu, lainnya. Oleh karena itu, jauh lebih baik
siapa yang harus saya liput? sebenarnya bahwa media-media tersebut
harus jujur menyangkut posisinya. Oleh
Menurut Arya Sinulingga, intervensi di karena itu, yang seharusnya dilakukan
tubuh redaksi dalam jaringan Kelompok bukan melakukan pelarangan ataupun
MNC juga tidak dilakukan. Redaksi pembatasan, tapi melaksanakan prinsip

26
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

fairness sebaik mungkin. 4. Regulasi Media dalam Konteks


Independensi: Pengalaman-
Kita telah melakukan kesalah Pengalaman Terbaik
kaprahan yang besar. Karena ketakutan Dalam negara demokrasi, regulasi
terhadap pemilik media berpolitik, media pada dasarnya diatur dengan melihat
akibatnya kita melakukan kesalahan apakah media itu mempergunakan ranah
total.…., Negara kitajadimundur, publik (public domain) atau tidak. Artinya,
danmenafikkan media.Apaitu? ada dua macam dan jenis regulasi, yaitu
Harusnyabukanpelarangan. media yang mempergunakan ranah publik
Bukanpembatasan yang dibuat, dan yang tidak mempergunakan ranah
tapifairness, keadilan, jangandilarang, publik.Media yang tidak mempergunakan
jangandibatasi.

ranah publik, misalnya, buku, surat kabar,
majalah, dan film, pada prinsipnya,


Di MNC Grup, prinsip fairness itu intervensi negara dalam kehidupan media
dilakukan dengan menyurati semua
partai politik untuk beriklan dan juga
memberikan informasi mengenai kegiatan
mereka.

Jelas fairness. Misalnya, untuk Dalam negara demokrasi,


media kami, kami surati semua regulasi media pada
partai politik untuk beriklan di kami. dasarnya diatur dengan
Kami menyurati partai politik untuk
memberikan informasi mengenai melihat apakah media itu
jadwal-jadwal kegiatan partai mereka mempergunakan ranah
untuk kami liput. …..Kami berikan
juga contact person-nya siapa, silahkan
publik (public domain)
hubungi. Itulah namanya kesempatan atau tidak.
yang sama diberikan secara sama.
Kesempatan untuk beriklan dengan sangat kecil. Pengaturannya lebih longgar
harga dan waktu yang sama. berdasarkan prinsip self regulatory. Di
banyak negara demokrasi, pengaturan
Persoalan yang paling utama, menurut penyiaran berdasarkan prinsip diversity
Arya Sinulingga, bukanlah independensi, of ownership dan diversity of content
tapi kejujuran. Merujuk FOX dan CNN, untuk kesejahteraan rakyat. Pengaturan
orang-orang Amerika paham kemana berlangsung ketat karena pertama, lembaga
arah pemberitaan masing-masing media penyiaran mempergunakan frekuensi yang
tersebut. Namun, publik sudah mengetahui menjadi milik dan ranah publik. Kedua,
hal itu. frekuensi itu terbatas (limited resources).
Dengan teknologi digital, jumlah lembaga

27
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

penyiaran bisa lebih banyak, tetapi tetap (2) salah satu stasiun televisi tak berada
terbatas. Sebagai contoh, sebuah kanal dalam peringkat pertama hingga ke-4
frekuensi yang dalam teknologi analog (market share) dalam satu wilayah dan
hanya memuat satu program siaran paling sedikit masih terdapat 8 stasiun
televisi dengan teknologi digital dapat independen di situ.
menampung 12 program siaran televisi Di Inggris, regulasi media cetak
sekaligus (multipleksing dengan teknologi lebih terfokus pada self-regulation atau
terbaru DVB-T2). Ketiga, siaran televisi pengaturan isi, terutama mekanisme
dapat memasuki dan menembus rumah laporan dari masyarakat, sementara
kita secara serentak dan meluas tanpa regulasi mengatur media penyiaran dengan
kita undang (pervasive presence theory). lebih ketat (Conboy, 2013: 100 - 101).
Itu sebabnya mengapa industri penyiaran Regulator utama untuk bidang penyiaran
harus diatur ketat (Siregar 2012). dan komunikasi di Inggris adalah Office
Menurut Federal Communications of Communications (Ofcom), sebuah
Commission (FCC, 2011, sebagaimana otoritas yang disebut sebagai Independent
dikutip Siregar, 2012), di Amerika Serikat, Regulator and Competition Authority
pengaturan kepemilikan dan penguasaan untuk industri komunikasi (Ofcom, 2012).
stasiun televisi diatur ketat berdasarkan Ofcom meregulasi kehidupan televisi,
luas jangkauan stasiun televisi yang radio, telepon fixed line ataupun mobile,
berbadan hukum. Kepemilikan dapat dan beberapa kegiatan komunikasi lainnya,
banyak selama total jangkauan tidak termasuk memberikan izin. Ofcom
melebihi 39 persen dari nation’s tv homes menjalankan tugas dari lima regulator
atau rumah tangga yang memiliki pesawat sebelumnya, yaitu: the Broadcasting
televisi. Merujuk TVNewsCheck (April Standards Commission (BSC), the
7, 2010), Siregar mengemukakan bahwa Independent Television Commission
FCC menghitung jangkauan TV dengan (ITC), Oftel, the Radio Authority and the
UHF separuh dari perhitungan VHF. Radiocommunications Agency.2
Maka, sebenarnya daya jangkau televisi Semua pengaturan di Inggris tersebut
berjaringan di Amerika 5-63 persen. bersumber dari Undang-Undang
Selain itu, sebagaimana dikemukakan Komunikasi (Communication Act)
Siregar lebih lanjut, FCC (2011) melarang yang dirilis pada tahun 2003. Undang-
merger antarstasiun jaringan televisi Undang ini lahir diawali oleh rencana
nasional pada peringkat pertama hingga kebijakan yang berjudul A New Future
ke-4 secara komersial, seperti ABC, for Communications, yang disahkan
CBS, FOX, dan NBC. Namun, FCC pada 17 Juli 2003. Undang-Undang ini
memperkenankan sebuah badan hukum adalah produk legislasi yang komplek,
memiliki dua stasiun televisi lokal di satu yang terdiri dari lima bab dan 411
wilayah siaran/pasar dengan mengikuti bagian. Undang-Undang Komunikasi ini
syarat: (1) pelayanan setiap stasiun merefleksikan kebijakan negara Inggris
televisi tak berimpit (contour overlap); yang lebih komprehensif, terutama pada

28
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

isi dan kepemilikan media yang dirilis tersebut (2002: 2).Lebih lanjut, Doyle
berdasarkan laporan Komite Peacock menjelaskan bagaimana kebijakan dan
pada tahun 1986 (Franklin et al., 2005: 42 regulasi media di Inggris mengatur
– 43). kepemilikan. Salah satu dokumen penting
Di banyak negara, terutama negara yang dirilis pemerintah Inggris berkaitan
maju, isu kepemilikan media adalah isu dengan kepemilikan media adalah Green
yang penting sehingga harus dikelola Paper yang disusun dan kemudian
dengan serius dan terbuka. Contoh yang dipublikasikan pada tahun 1995. Dokumen

menarik adalah kasus kepemilikan media ini relatif diterima secara luas, tidak


di Kanada. Komisi Kent yang dibentuk hanya oleh industri media dan regulator,
melainkan juga oleh partai politik oposisi
(Doyle, 2002: 95). Melalui Green Paper,
pemerintah Inggris menyarankan untuk
mengatur kepemilikan dalam dua tahap.
Dalam jangka panjang, kepemilikan media
Di banyak negara, di Inggris berubah total dan kepemilikan
ditentukan oleh persentase pasar media
terutama negara maju, secara total. Sementara itu, untuk jangka
isu kepemilikan media pendek, kepemilikan media diatur melalui
adalah isu yang penting pemberian dan perpanjangan ijin media
penyiaran sehingga didapatkan jaringan
sehingga harus dikelola kepemilikan yang lebih seimbang. Cara
dengan serius dan lain yang juga ditempuh untuk jangka
pendek adalah dengan menambah
terbuka. persentase produsen media independen,
oleh pemerintah Kanada pada tahun 1980 terutama untuk televisi, dari 15 persen
dan melaporkan hasil kerjanya pada tahun menjadi 25 persen dari produsen media
1981. Komisi tersebut melaporkan bahwa yang ada di Inggris. Terakhir, tindakan
kepemilikan yang semakin sedikit dan yang ditempuh pemerintah Inggris
berkembangnya rantai kepemilikan surat dalam jangka pendek dalam kepemilikan
kabar menurunkan independensi editorial media, adalah mengamandemen Undang-
(McQuail, 1992: 40). Undang Komunikasi 1990 dalam hal
Dalam Media Ownership, aturan kepemilikan media tunggal dan
Doylemenjelaskan bahwa isu kepemilikan kepemilikan silang antara media penyiaran
media adalah topik politik yang “panas” dan media cetak.
sehingga diperlakukan dengan berhati- Regulasi secara spesifik untuk
hati karena dapat mengganggu relasi mengatur media dalam kaitannya dengan
antarnegara, juga relasi di dalam negara pemilu dilakukan oleh Afrika Selatan.

4. Lihat: http://www.ofcom.org.uk/, diakses 3 Februari 2014.

29
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

Pada pemilu 1999, The Independent memuat kampanye terselubung. “Ensure


Communications Authority of South that all election broadcasts transmitted
Africa (ICASA), membuat regulasi tentang by it are clearly identified as election
pengaturan siaran pemilu. Peraturan broadcasts.”Kemudian, dalam pasal 7.3,
tersebut dituangkan dalam Independent ICASA mengatur tayangan berita dan
Broadcasting Authority (1999 General current affairs untuk tidak memihak dan
Elections) Regulations, 1999. Menjelang objektif. Pasal tersebut menyebutkan
pemilu tersebut, ICASA mengeluarkan sebagai berikut.
regulasi untuk penyelenggara siaran
maupun untuk partai peserta pemilu Every broadcaster who transmits
terkait siaran berupa iklan, berita, maupun news or current affairs programmes
tayangan lain. in respect of the elections shall do so
Pada salah satu pasal pengaturan iklan, in an impartial and objective manner
ICASA menyebutkan, dengan terang and in a manner which, treats all
sebagai berikut. parties fairly. In complying with this
obligation, broadcasters should have
Every broadcaster who transmits regard to the guidelines set out in
election broadcasts shall make Annexture C.
available, on every day throughout Aturan ini akan menekan
the election broadcast period four keberpihakan media terhadap partai
time-slots of two minutes each for the atau kandidat tertentu.
transmission of election broadcasts,
provided that the Authority shall be E. Diskusi atas Temuan Penelitian
entitled to prescribe by regulation Perhatian publik yang mempersoalkan
an increased number of daily time independensi dan jurnalisme media
slots for the transmission of election dalam konteks Pemilihan Umum
broadcasts (4.2.1). 2014 mendapatkan rujukan dari hasil
penelitian ini. Temuan penelitian ini
Afrika Selatan membatasi tayangan memberikan bukti bahwa media baik
iklan per hari hanya sebanyak 4 slot itu televisi, suratkabar maupun berita
waktu, dan tiap slot hanya sepanjang 2 online yang pemiliknya memiliki kaitan
menit durasi. Jika dibandingkan dengan dengan aktivitas partai politik terlebih
kondisi Indonesia saat ini, partai politik lagi berkeinginan mencalonkan diri
atau kandidat bisa dengan mudah wara- sebagai calon wakil presiden memiliki
wiri dalam tayangan sepanjang hari. kecenderungan tidak independen dan
Selain itu, pada pasal 4.2.3, ICASA juga netral dalam pemberitaan politik.
menegaskan bahwa tayangan pemilu harus Ketidakindependenan dan ketidaknetralan
teridentifikasi secara jelas sebagai tayangan berita politik dapat diamati dari sejumlah
pemilu. Dengan demikian, ICASA indikator, yaitu: adanya bias pemberitaan
melarang adanya iklan atau tayangan yang yang cenderung membela kepentingan

30
Dinamika Pers dan Pemilu 2014



pemilik, adanya opini mengenai pemilik
dan kelompok afiliasinya, mengandung
unsur personalisasi, sensasionalisme,
stereotype, juxtaposition/linkage,
keberimbangan dan persoalan akurasi.
Temuan penelitian menunjukkan
dengan sangat jelas bagaimana
Temuan penelitian pemberitaan cenderung membela atau
menonjolkan kepentingan pemilik dan
ini memberikan pemilik dicitrakan positif. Temuan
bukti bahwa media pun menunjukkan kecenderungan
baik itu televisi, pemberataan yang mengarah negatif pada
aktor politik lainnya yang menjadi rival
suratkabar maupun Sang Pemilik.
berita online Pemberitaan yang tidak independen
yang pemiliknya dan netral adalah menyalahi ideologi
jurnalisme karena berita seharusnya
memiliki kaitan dihadirkan untuk memenuhi kepentingan
dengan aktivitas publik akan informasi dan komunikasi,
dan bukannya untuk kepentingan
partai politik pemiliknya (Kovach & Rosentiel, 2001).
terlebih lagi Dalam jurnalisme, prinsip independensi
berkeinginan dan netralitas adalah harga mati dan
harus ditegakkan. Independen berarti
mencalonkan diri ada kemerdekaan yang dimiliki oleh
sebagai calon wakil ruang redaksi dan personil redaksi dalam
memproduksi berita. Sementara netralitas
presiden memiliki berarti media secara institusional tidak
kecenderungan berpihak dalam menyampaikan berita,
tidak independen termasuk berita tentang pemiliknya.
Dengan menjalankan ideologi jurnalisme
dan netral dalam ini maka media dan juga jurnalisme
pemberitaan sendiri akan dapat memberikan
politik. kontribusi pada ruang publik karena
memungkinkan masyarakat dan aktor
politik berkomunikasi dengan relatif
terbuka dengan informasi yang objektif,
bebas, dan tanpa tekanan.
Hasil penelitian juga menunjukan
bahwa bukan hanya berita yang

31

Dinamika Pers dan Pemilu 2014


dan/atau pengelola media dan afiliasi
kelompoknya. Agenda kepentingan ini
yang kemudian men-drive agenda media
dengan tujuan memengaruhi pendapat atau
sikap publik. Perdebatan apakah agenda
bukan hanya berita tersebut kemudian memengaruhi publik
yang cenderung masih terus hangat berlangsung. Dalam
dimanfaatkan pandangannya, McCombs dan Reynolds
menyatakan bahwa besar kemungkinan
oleh pemilik agenda media mempengaruhi agenda
untuk mendukung publik karena media tidak sekedar
menjadi sumber informasi atau orientasi
kepentingan politiknya, bagi perkembangan isu-isu politik, tapi
namun juga iklan. juga memberikan suatu pengalaman
terkait dengan suatu isu/kejadian terutama
cenderung dimanfaatkan oleh pemilik
jika isu/kejadian tersebut tidak dialami
untuk mendukung kepentingan
langsung oleh publik.
politiknya, namun juga iklan. Televisi,
Ada dua jenis isu atau kejadian
koran dan berita online yang pemiliknya
yang kemudian memiliki efek terhadap
memiliki kepentingan politik, iklan-
pendapat atau sikap publik. Pertama
iklan politik yang muncul cenderung
adalah isu atau kejadian obstrusive. Di sini,
didominasi oleh wajah pemilik sendiri
publik mengetahui isu/kejadian secara
dan kelompok atau partai politik yang
langsung karena mereka mengetahui,
menjadi afiliasinya. Kecenderungan
mengalami atau terlibat. Kedua adalah
pemilik media yang mempergunakan
isu/kejadian unobstrusive. Di sini, publik
medianya sendiri untuk beriklan rawan
mengetahui suatu isu/kejadian secara
manipulasi, terutama menyangkut laporan
tidak langsung karena keterbatasan
pendapatan perusahaan dan setoran pajak.
akses atau memang isu/kejadian tersebut
Karena rekayasa terhadap harga, bukti
berada di luar lingkungan sosialnya.
pembayaran dan laporan keuangan akan
Mereka mengetahui, mengalami atau
sangat mudah dilakukan.
terlibat suatu isu/kejadian karena media
Mengapa independensi dan netralitas
memberitakannya. Dalam konteks ini,
berita politik dan juga keberadaan iklan
agenda setting memiliki dampak yang
politik yang dipublikasikan oleh media
luas bagi publik terkait dengan isu-isu
penting dipersoalkan terutama menjelang
unobstrusive. Berdasarkan pandangan
Pemilihan Umum. McCombs dan
Edward Tolman dalam General Theory
Reynolds (2002) berpandangan bahwa
of Cognitive Mapping, manusia memiliki
presentasi media tidak dapat dilepaskan
tendensi untuk membangun peta dalam
dari agenda-agenda politik suatu seseorang
pikirannya untuk membantu mengarahkan
dan/atau kelompok kepentingan,
lingkungan eksternalnya. Dalam proses
termasuk di sini kepentingan pemilik
32
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

membangun peta tersebut, pengetahuan seharusnya diperhatikan dan dipikirkan


termasuk yang berasal dari berita (media) oleh publik, tapi juga mendefinisikan
memiliki kontribusi penting. Bagi publik bagaimana seharusnya publik memikirkan
yang memiliki akses terhadap isu dari isu tersebut.
beragam sumber informasi (forums Informasi apa dan bagaimana
diskusi atau seminar, dsb.), kemungkinan informasi disampaikan dalam
besar terbuka ruang untuk melakukan pemberitaan ditentukan oleh keputusan
negosiasi atau pun mengkritisi isu yang redaksi, sehingga persoalan otonomi
diekspos di dalam media. Namun, jika di ruang redaksi merupakan hal vital.
seseorang tidak memiliki alternatif Temuan ini menunjukkan bahwa ruang
sumber informasi maka isu unobstrutive redaksi media yang pemiliknya terlibat
akan menentukan dalam peta pengetahuan dalam aktivitas politik cenderung kurang
yang dimilikinya. otonom. Dalam panadangan Kovach
Kekuatan media dalam teori ini dinilai dan Rosenstiel (2001), independensi
cukup besar karena objek dan atribut dan otonomi ruang redaksi, antara lain,
tentang obyek (yaitu karakteristik dan dapat dilihat melalui dua indikator, yakni
properti) merupakan dua unsur penting orientasi jurnalisme pada kebenaran dan
yang diagendakan. Pemilihan atau loyalitas jurnalisme kepada warga negara.
seleksi objek pemberitaan dan bagaimana Secara ideal, berita harus mengandung
atribut tentang objek tersebut diangkat, kebenaran atau menjadi bagian dari
ditonjolkan atau ditenggelamkan di media usaha mengejar kebenaran. Independensi
menjadi pertimbangan penting dalam dan otonomi redaksi menjadi prasyarat
agenda-setting dan membentuk gambaran penting bagi para jurnalis untuk meraih
suatu objek (isu pemberitaan). Perbedaan kebenaran jurnalistik. Loyalitas kepada
antara agenda objek dan agenda atribut
tampak jelas pada berita-berita politik, “
warga mengindikasikan dimensi penting
bagi kerja jurnalistik menyangkut


termasuk pemilihan umum. Bagaimana pihak mana yang seharusnya mereka
seorang atau pasangan kandidat
mencalonkan diri untuk memerebutkan
kekuasaan politik merupakan agenda
objek, sementara bagaimana kandidat
dicitrakan di media merupakan agenda
atribut. Kebanyakan pengetahuan publik Independensi dan
tentang atribut kandidat mulai dari
ideologi sampai kepribadiannya didapat
otonomi redaksi menjadi
dari media. Bagaimana media melakukan prasyarat penting bagi
framing suatu isu atau kandidat para jurnalis untuk
merupakan peran agenda-setting yang
sangat kuat. Di sini, terlihat bahwa media meraih kebenaran
tidak hanya menjelaskan isu apa yang jurnalistik.
33
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

layani dalam derajat yang paling tinggi. kepentingan masyarakat. Di sini, tanggung
Temuan penelitian yang menunjukkan jawab pemilik media adalah melayani
adanya tendensi pemberitaan yang kebutuhan masyarakat atas informasi
bias kepentingan pemilik mendistorsi dan komunikasi dan bukan memfasilitasi
makna kebenaran, dan secara bersamaan dirinya sendiri untuk suatu kepentingan
menggeser loyalitas jurnalisme dari warga yang bersifat pribadi.
negara. Ini merupakan indikasi kuat tidak Dalam konteks pemilihan umum,
adanya indepensi dan otonomi ruang seharusnya, media dikelola untuk
redaksi. Dalam pandangan McQuail mendukung pendidikan politik warga
media yang berfungsi menyebarluaskan negara, misalnya, digunakan sebagai
informasi kepada publik seharusnya sarana untuk memperkenalkan berbagai
bekerja berdasarkan prinsip-prinsip: partai politik dan kontestan yang akan
kebebasan, kesetaraan, keberagaman, maju sebagai calon legislatif maupun
kebenaran dan kualitas informasi, presiden/wakil agar masyarakat tahu
mempertimbangkan tatanan sosial dan dan dapat mengambil keputusan dengan
solidaritas, serta akuntabilitas. Redaksi tepat. Oleh karena itu, sungguh tidak tidak
harus independen dan otonom agar beretika jika pemilik media memaksakan
prinsip-prinsip tersebut berjalan dan keinginannya menggunakan media demi
kepentingan masyarakat dapat terpenuhi. mendukung kepentingan politiknya.
Hasil studi dokumentasi
tentang regulasi media di negara-negara F. Kesimpulan dan Rekomendasi
demokrasi menunjukkan bukti bahwa D ari h as i l p en el i t i an , d ap at
regulasi diterapkan untuk mengatur disimpulkan bahwa pemberitaan pemilik
persoalan independensi dan netralitas. dalam rentang penelitian tidak banyak atau
Pengaturan tersebut erat berkaitan dengan sangat sedikit. Namun, secara kualitatif,
upaya negara dalam menjamin diversity tetap membela kepentingan pemilik.
of content, ownership dan voices. Wujud Di berita online dan media elektronik
pengaturan ini salah satunya adalah (Televisi), berita mengenai pemilik dan
dengan membatasi kepemilikan. kelompok afiliasinya cenderung lebih
Makna kehadiran suatu media sering muncul di media-media yang
selalu diukur dari kemanfaatannya bagi pemiliknya mempunyai kepentingan
masyarakat. Prinsip-prinsip kerja media politik pragmatis. Di okezone dan juga
yang diutarakan McQuail sebagaimana RCTI, berita mengenai pemilik jauh
telah dipaparkan sebelumnya (meliputi lebih tinggi dibandingkan dengan berita
kebebasan, kesetaraan, keberagaman, di kelompok Kompas. Ini menunjukkan
kebenaran dan kualitas informasi, bahwa media-media yang dimiliki
mempertimbangkan tatanan sosial dan oleh elit politik cenderung digunakan
solidaritas, serta akuntabilitas) tidak lain pemilik untuk kepentingan pribadinya
dimaksudkan untuk dapat memenuhi dibandingkan melayani publik. Kebenaran
yang dijunjung tinggi dalam jurnalisme

34
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

juga berada dalam ancaman yang serius. pada persoalan yang dihadapi sang
Liputan-liputan yang bias pemilik akan tokoh atau kegagalan sang tokoh dalam
mengaburkan kebenaran. Kebenaran menyelesaikan persoalan tersebut.
jurnalisme menjadi semakin jauh ketika Tidak jarang, pemberitaan tentang sang
kebijakan redaksional media bersangkutan tokoh mengklaim lemahnya kompetensi
juga mengarah pada usaha untuk sang tokoh sebagai pemimpin bangsa.
‘menenggelamkan’ pesaing politiknya. Sementara itu, pemberitaan tokoh politik
Liputan-liputan mengenai elit politik yang tidak menjabat, tapi menjadi kandidat
yang menjabat cenderung netral, dalam capres-cawapres cenderung diberitakan
arti bahwa pemberitaan itu dilakukan secara kritis dengan mengaitkannya
sesuai kondisi yang dialami si pejabat. dengan track record kepemimpinan
Namun, ketika pejabat atau seseorang mereka sebelumnya. Sementara jurnalis
tersebut terlibat dalam ‘persaingan’ terlibat dalam membuat laporan yang bias
politik maka liputannya cenderung bias. mengenai pejabat dan kandidat politik,
Pemberitaan tokoh politik yang menjabat pada waktu bersamaan, mereka membuat
dan menjadi capres-cawapres sebagai liputan yang meninggikan nilai politik
lawan politik cenderung diberitakan pemilik. Digambarkan bahwa pemilik


secara kritis bahkan cenderung negatif.
Topik berita yang dipilih dan pemberitaan
sebagai orang yang berjasa dan paling
tepat memimpin Indonesia.


tentang sang tokoh cenderung mengarah Selain itu, objektivitas dalam jurnalisme
juga dirusak oleh masuknya opini dalam
pemberitaan, utamanya ketika berita itu
menyangkut pemilik. Di Kompas, opini
muncul dalam pemberitaan, tapi besaran
berita yang mengandung opini di kelompok
media-media yang MNC jauh lebih besar. Kepentingan
pragmatis pemilik dalam dunia pemilik
dimiliki oleh elit politik mempunyai kencenderungan untuk
cenderung digunakan merusak standart jurnalisme profesional
pemilik untuk yang sudah diyakini bertahun-tahun,
yakni objektivitas. Begitu pula, unsur-
kepentingan pribadinya unsur personalisasi, dramatisasi,
dibandingkan melayani sensasionalisme, juxtaposition/linkage,
cenderung lebih tinggi di media-media
publik. Kebenaran yang yang pemiliknya mempunyai kepentingan
dijunjung tinggi dalam politik.
jurnalisme juga berada Di Koran Sindo, berita yang
berpihak kepada pemilik jauh lebih
dalam ancaman yang besar dibandingkan dengan Kompas.
serius. Di Kompas, dari 40 berita yang

35
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

dianalisis, terdapat 1 berita (2.50%) yang bias kecuali demi kepentingan publik.
mengandung keberpihakan, sedangkan Oleh karena itu, penting bagi Dewan
di Koran Sindo dari 35 item berita Pers untuk melindungi independensi
yang dianalisis terdapat 5 berita atau ini bukan hanya dari tekanan-tekanan
14.29% yang mengandung keberpihakan negara seperti yang berlaku dalam negara
terhadap partai politik atau ormas dimana otoriter, tapi juga pemilik. Untuk itu,
pemilik berada. Di okezone, berita-berita Dewan Pers selayaknya juga memberikan
semacam itu juga cenderung lebih besar teguran secara aktif dan reguler atas
dibandingkan dengan kompas.com. pelanggaran prinsip-prinisp independensi
Liputan-liputan yang bias semacam itu dan netralitas jurnalisme yang dilakukan
tak pelak terjadi sebagai akibat menurunnya oleh pers Indonesia. Ini dimaksudkan
independensi dan otonomi redaksi di agar pers Indonesia menjadi lebih sehat
media dimana pemilik mempunyai dan demokratis. Prinsip independensi
kepentingan politik praktis. Bukan hanya dan netralitas itu berlaku untuk media
itu, seperti ditunjukkan dalam kasus cetak dan media elektronik. Namun,
RCTI, pemilik tidak hanya menggunakan sanksinya berbeda. Pelanggaran prinsip
medianya untuk kepentingan politik, tapi independensi dan netralitas terhadap
juga demi memenangkan persaingan media yang tidak mempergunakan ranah
bisnis dan pembelaan di depan hukum. publik, sanksinya adalah etik dan sosial.
Dalam situasi semacam ini, media dan Bila itu, terjadi pada media elektronik,
jurnalisme telah menggeser loyalitas sanksinya tidak hanya etik dan sosial tapi
mereka dan usaha mencari kebenaran dan juga hukum.
bertanggung jawab kepada publik kepada Seperti ditunjukkan oleh pengalaman-
loyalitas terhadap pemilik. Dalam konteks pengalaman di negara lain, aturan-aturan
ini, sama sekali tidak terlihat adanya mengenai media elektronik karena
kesadaran penggunaan media elektronik menggunakan public domain jauh lebih
yang mempergunakan frekuensi sebagai ketat. Di Afrika Selatan, pembatas
milik dan ranah publik yang menuntut bahkan dilakukan untuk iklan pemilu
tanggung jawab lebih besar. yang ditayangkan di media elektronik.
Bagi Dewan Pers, persoalan ini harus Indonesia mestinya juga bisa mengambil
mendapatkan perhatian yang serius. pengalaman-pengalaman negara ini
Salah satu tujuan penting kemerdekaan demi kebaikan demokrasi di Indonesia.
pers-dan karena itu media mempunyai Ini karena kualitas informasi menjadi
keistimewaan, tidak boleh dibredel- prasyarat penting bagi kualitas demokrasi.
adalah agar jurnalis mampu melayani Intervensi pemilik dalam ruang redaksi
publik dengan benar. Ini karena hanya merusak kualitas informasi yang
dengan kemerdekaan pers maka jurnalis dimaksud.
dan media bisa menjaga otonomi dan Selanjutnya, secara tetap, Dewan Pers
independensinya. Independensi akan sebaiknya melakukan penelitian terhadap
melahirkan liputan-liputan yang tidak Pers Indonesia untuk melihat media apa

36
Dinamika Pers dan Pemilu 2014



sehingga didorong pelaksanaannya oleh
negara, sementara etika berada pada
wilayah masyarakat. Walau begitu,
seringkali, sanksi sosial lebih berat
dibandingkan dengan sanksi hukum. *
Dewan Pers sebaiknya
melakukan penelitian
terhadap Pers Indonesia
untuk melihat media apa
dan yang mana telah
menjalankan prinsip-
prinisp professionalisme
pemberitaan dan
jurnalisme.

dan yang mana telah menjalankan prinsip-


prinisp professionalisme pemberitaan
dan jurnalisme. Kemudian, memberikan
penghargaan kepada media yang telah
menjalankan profesionalisme secara
baik. Penghargaan dalam bentuk Dewan
Pers Award dapat diberikan pada Pers
Indonesia tingkat nasional maupun lokal.
Dengan begitu, diharapkan Pers Indonesia
akan menjadi sehat dan bermakna buat
bangsa dan negara.
Masyarakat berkepentingan mengawasi
jurnalisme karena kualitas jurnalisme
menentukan kualitas demokrasi. Ini
karena tidak ada masyarakat demokratis
tanpa keberagaman isi media. Masyarakat
kemudian mengawasi regulasi dan etika
yang berlaku pada institusi media dan
pekerjanya untuk menjamin keberagaman
isi. Regulasi memiliki konsekuensi hukum

37
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

Daftar Pustaka
Baggini, Julian. (2003). Making Sense: Filsafat di Balik Berita. Jakarta: Teraju.
Conboy, Martin (2013). Journalism Studies: the Basics. London: Routledge.
Dominick, Joseph R., Messere, Fritz., Sherman, Barry L.,(2012). Broadcasting, Cable,
the Internet, and Beyond. McGraw-Hill, New York, USA.
Doyle, Gillian (2002). Media Ownership. London: Sage.
Eriyanto (2002). Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta:
LkiS
Federal Communications Commission (2011, December 22), FCC 11-186, Notice of
Proposed Rulemaking,In the Matter of 2010 Quadrennial Regulatory Review –
Review of the Commission’s Broadcast Ownership Rules and Other Rules Adopted
Pursuant to Section 202 o fthe Telecommunications Act of 1996 and Promoting
Diversification of Ownership in the Broadcasting Services. www.fcc.gov/document/
fcc-release-not
Fleming, Carole, Emma Hemingway, Gillian Moore and Dave Welford (2006).
An Introduction to Journalism. London: Sage.
Franklin, Rob, Martin Hamer, Mark Hanna, Marie Kinsey & John E. Richardson (2005).
Key Concepts in Journalism Studies. London
Garden, John Gardiner and Chown Jonathan ( 2006 ), Media Ownership Regulation in
Australia, www.aph.gov.au
Kovach, Bill & Tom Rosenstiel (2001). SembilanElemenJurnalisme. Jakarta: Pantau.
Maras, Steven (2013). Objectivity in Journalism. Cambridge: Polity.
McChesney, Robert W. (2008). The Political Economy of Media: Enduring Issues,
Emerging Dilemmas. New York: Monthly Review Press.
McCombs, Maxwell & Reynolds, Amy (2002) “News Influence on Our Oictures of
the World” Dalam Bryant, Jennings & Zilman, Dolf (eds.) Media Effects: Advances
in Theory and Research. New Jersey, London: Lawrence Erlbaum Associates.
McQuail, Denis. (1992). Media Performance: Mass Communication and The Public
Interest. New Delhi: Sage Publications.
McQuail, D. (2005). McQuail’s mass communication theory. 5th ed. New Delhi: Sage
Publications.
McQuail, Denis (2013). Journalism and Society. London: Sage.
Murdock, Graham (2005) “Large communication and the control of the communication
industry.” Dalam James Curran, Michael Gurevitch & Janet Woollacott (Ed.).
Culture, Ideology and The Media. London Taylor & Francis.
Reese, Stephen D (2008). “Prologue-Framing Public Life: A bridging model for media
research.” Dalam Stephen D: Reese, Oscar H. Gandy and JR August E. Grant (Eds.).
Framing Public Life. New Jersey: Taylor & Francis.

38
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

Rice, Ronald E. (Ed.)(2008). Media Ownership: Research and Regulation. New Jersey:
Hampton Press.
Rianto, Puji. (2007) Pers Indonesia Kontemporer: Antara Profesionalisme dan
Tanggung jawab Sosial. Yogyakarta : PKMBP.
Rivers, William L; Jay W. Jensen, dan Theodore Peterson. (2003). Media Massa dan
Masyarakat Modern. Jakarta: Prenada Media.
Siregar, Amir Effendi (2012). “Digitalisasi Televisi “, Kompas, 20 Februari 2012
Siregar, Amir Effendi. (2013) “Independensi dan netralitas jurnalisme dan media”.
Opini Kompas, 20 Juli 2013.
Tim Peneliti Dewan Pers (2006). “Media Performance: Suatu Kerangka Analisis”.
Dalam Rahayu (Ed.). Menyingkap Profesionalisme Kinerja Surat Kabar Di Indonesia.
(p.1-29). Yogyakarta: PKMBP-Dewan Pers-Depkominfo.
Turner, Barry and Richard Orange (Ed.) (2013). Specialist Journalism. London:
Routledge.

39
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

40
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

Penelitian Kedua

ANALISIS TERHADAP
KECENDERUNGAN PEMBERITAAN
4 GRUP MEDIA NASIONAL
DI INDONESIA

41
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

42
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

PEMILU 2014 DAN


KONGLOMERASI MEDIA NASIONAL
Analisis terhadap Kecenderungan Pemberitaan
4 Grup Media Nasional di Indonesia

Tim Peneliti dari Masyarakat Peduli Media (MPM)1

BAB 1 MNC Group-nya (RCTI, Global TV, MNC


PENDAHULIAN TV, Sindo Network).2 Kegelisahan atas
masuknya pemilik media ke dalam partai
A. Latar Belakang politik sudah banyak mengemuka dalam
Bagaimana jadinya bila pemilik sejumlah pemberitaan.3
media ikut terjun dalam kancah politik? Atas fenomena seperti itu, wajar bila
Apakah media akan tetap independen? Dewan Pers berencana merevisi pedoman
Pertanyaan tersebut adalah kegelisahan pemberitaan dalam Pemilu. Ketua
yang muncul ketika banyak pemilik Dewan Pers, Bagir Manan, berharap
media di Indonesia masuk partai politik. newsroom tetap independen meski
Mereka itu adalah Surya Paloh dengan pemiliknya berafiliasi dengan parpol
Grup Media Indonesia (Metro TV, Media tertentu. 4 Tak berbeda, Ketua KPI
Indonesia, Lampung Post, Tabloid periode 2010-2013 Mochamad Riyanto,
Prioritas); Abu Rizal Bakrie dengan Grup juga mengatakan bahwa akhir-akhir ini
Vivanews (TV One, ANTV, Vivanews. pengaduan terbanyak yang masuk ke KPI
com); dan Hari Tanoesoedibjo dengan justru soal iklan politik.

1. Tim Peneliti dari Masyarakat Peduli Media (MPM) yaitu Masduki, A Darmanto, Muzayin Nazaruddin,
Budhi Hermanto, Anugrah Pambudi W, Sulistiyawati, Widodo Iman Kurniadi
2. A. Pambudi W., “Huru-Hara Konglomerasi Media”, Majalah Kombinasi Edisi ke-42 (Januari 2012),
Hal. 22-23. Andi Achdian dan Sri Ahyani (ed.), 10 Tahun Yayasan Tifa Semangat Masyarakat Terbuka,
(Jakarta: Yayasan Tifa, 2010), hal. 17. Lihat juga Firdaus Cahyadi, “Indepth Report Konglomerasi
Media di Era Konvergensi Telematika”, Makalah, tidak diterbitkan, One World Indonesia, Jakarta, tt,
hal. 7-11.
3. Muhammad Yazid dkk., “Harry Tanoe masuk Nasdem, lampu kuning bagi independensi lembaga
penyiaran”, dikutip dari http://nasional.kontan.co.id/news/harry-tanoe-masuk-nasdem-lampu-kuning-
bagi-independensi-lembaga-penyiaran-1 diakses pada 1 Februari 2013. Lihat juga “Waspadai Politisi
Pemilik Media”, dikutip dari http://www.jpnn.com/read/2012/03/08/-120019/jpnn_network.php diakses
pada 1 Februari 2013.

43
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

Independensi media saat pemilu adalah kepentingan pemilik media adalah hal
harga mati. Bila media tidak independen tabu. 7 Media bukan lagi mengusung
pada masa pemilu, maka siapa yang idealismenya: menjadi corong bagi
dikorbankan? Tentu kebenaran dan mereka yang tertindas.8 Media menjadi
wargalah yang menjadi korban. Bukankah alat untuk kepentingan mereka yang
menurut jurnalis senior AS Bill Kovach berkuasa.
loyalitas media hanya untuk warga dan Temuan Komisi Penyiaran Indonesia
kebenaran?5 (KPI) juga cukup bisa menjadi cermin
Kasus bocornya rekaman kongkalikong bahwa pemilik televisi betul-betul tidak
televisi swasta nasional dan parpol untuk punya orientasi untuk kepentingan publik.
kepentingan pencitraan politik di media KPI mencatat televisi grup media MNC
internet adalah salah satu bukti media menayangkan 11 pemberitaan tentang
telah menyalahgunakan frekuensi milik partai Hanura sepanjang 2-15 April 2013.
publik. 6 Problem kepemilikan media Ini artinya dalam 14 hari, hanya 3 hari yang
oleh para politisi semacam ini sudah jadi tidak digunakan untuk beriklan politik
rahasia umum. Sudah sejak lama pemilik oleh MNC Grup! Temuan lain, KPI juga
selalu mengintervensi kebijakan dan mencatat TV One menayangkan sosok
pilihan media. Dua pola intervensi, bila Aburizal Bakrie sebanyak 10 pemberitaan
bukan untuk kepentingan politik, tentu dan 143 kali iklan politik sepanjang April
untuk kepentingan akumulasi kapital. 2013.9
Tentu, dalam level internal, memberitakan

4. Dikutip dalam http://www.indonesiaelectionportal.org/read/2285/Independensi-Media-Dipertanyakan


diakses pada 18 Juli 2013.
5. Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, Sembilan Elemen Jurnalisme,(The Elements Of Journalism), alih
bahasa Yusi A. Pareanom, kata pengantar Goenawan Mohamad, Ed. 3, Cet. 1, (Jakarta: Yayasan Pantau,
2006), hal. 57-83.
6. rujuk rekaman kongkalikong media dan politik yang bocor di laman youtube.com di alamat http://bit.
ly/103BQW3.
7. Lihat beberapa liputan yang membeberkan segi pemanfaatan media untuk kepentingan politik
pemilik media. Misal baca Widiyanto, “Geger di Sisminbakum, Sunyi di RCTI dan Okezone”, dalam
Arief Kuswardono dkk. (ed.), Wajah Retak Media : Kumpulan Laporan Penelusuran, (Jakarta: Aliansi
Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, 2009), hal. 1. Bisa juga rujuk rekaman kongkalikong media
dan politik yang bocor di laman youtube.com di alamat http://bit.ly/103BQW3. Baca juga Ignatius
Haryanto,”Mendemokratiskan Kelembagaan Media di Indonesia: Kata Pengantar untuk Buku Anett
Keller”, dalam Anett Keller, Tantangan dari Dalam - Otonomi Redaksi di 4 Media Cetak Nasional,
(Jakarta: Friedrich Ebert Stiftung (FES) Indonesia Office, 2009), hal. xxi. Lihat juga Lukas Luwarso
(ed.), Mengelola Kebebasan Pers, Cet. I, (Jakarta: Dewan Pers, 2008), hal. 32. Coen Husain Pontoh,
“Amanat Hati Nurani Karyawan”, Majalah Pantau Edisi April 2001, hal. 11-18.
8. Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, Sembilan., hal. 41.

44
Dinamika Pers dan Pemilu 2014



radio, televisi, hingga dotcom dalam satu
grup media. Dampaknya bukan saja pada
profesionalisme jurnalis, tetapi juga pada
semakin terbuka dan tersebarnya ruang-
ruang pencitraan baru para pemilik media
Independensi media untuk berbagai kepentingan, termasuk
politik.
saat pemilu adalah Maka sesungguhnya kegelisahan-
harga mati. Bila media kegelisahan yang muncul dalam
tidak independen pemberitaan akhir-akhir ini merupakan
respon atas realitas media di Indonesia
pada masa pemilu, saat ini, terutama media televisi yang
maka siapa yang berbasis berita dan informasi seperti
TV One dan Metro TV. Dalam berbagai
dikorbankan? program beritanya, kedua stasiun
penyiaran televisi itu secara jelas
Penelitian Centre for Innovation kecenderungan keperpihakan kepada
Policy & Governance (CIPG) yang kepentingan sang pemilik. Namun, karena
digawangi oleh Yanuar Nugroho pada

belum adanya data hasil penelitian,


2012 menguatkan bahwa konglomerasi maka pihak-pihak yang resah karena
dalam grup media nasional telah
digunakan untuk meraup keuntungan
politik dan bisnis oleh pemiliknya.
Penelitian ini juga mengungkap bahwa
dua kebijakan tentang media nasional
(UU 40 tentang Pers dan UU 32 tentang
Penyiaran) selama ini tidak diindahkan
Penelitian Centre for
karena merugikan industri media. CIPG Innovation Policy &
membeberkan bahwa hampir semua kanal Governance (CIPG) yang
media di Indonesia hanya dikuasai oleh
12 grup media besar. Artinya, konsentrasi digawangi oleh Yanuar
kepemilikan media di Indonesia telah Nugroho pada 2012
mengakibatkan warga hanya dijadikan menguatkan bahwa
sebagai konsumen dan komoditi. Penelitian
ini menjabarkan dengan detil 12 grup konglomerasi dalam grup
media tersebut. Kondisi ini diperparah media nasional telah
dengan bergesernya media saat ini ke
arah konvergensi. Media-media nasional
digunakan untuk meraup
marak membuat varian-varian baru dalam keuntungan politik dan
media. Menggabungkan media cetak, bisnis oleh pemiliknya.
45
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

kepentingannya terganggu tidak berani media dan ruang publik untuk kepentingan
menyebut pers mana yang sebenarnya pemilik media yang berkiprah di partai
mereka khawatirkan tidak bersikap politik.
independen dalam pemberitaannya.
Sebab, sesungguhnya tidak semua B. Rumusan Masalah
pers telah terkooptasi oleh pemiliknya. Bagaimana protret independensi 4
Masih ada pers yang mengedepankan Grup media dilihat dari segi kepemilikan
profesionalisme dan independensi, media yang berafiliasi dengan parpol dan
terutama pers cetak. yang tidak berafiliasi dengan parpol serta
Sehubungan dengan itu, diperlukan dilihat dari konten, dan jurnalis?
riset sistematis dan berkesinambungan Regulasi seperti apa yang diperlukan
melalui metode analisis isi media atas untuk menjamin independensi media
berita-berita politik jelang Pemilu 2014 dilihat dari segi kepemilikan, konten dan
pada grup media konglomerasi. Perlu profesionalisme jurnalis?
diteliti bagaimana independensi media-
media yang pemiliknya tidak berafiliasi C. Tujuan
dengan partai politik, meski, khususnya Mengetahui secara mendasar
beberapa pemilik televisi swasta saat bagaimana independensi 4 Grup media
ini, tidak menunjukkan gelagat ke dilihat dari segi kepemilikan, konten, dan
arah keberpihakan pada partai politik jurnalis antara media yang pemiliknya
tertentu. Ini diperlukan untuk menjadikan berafiliasi dengan parpol maupun Calaon
perbandingan praktik media di 4 grup presiden/calon wakil presiden tertentu
media di Indonesia (Media Group, Viva dengan yang pemiliknya tidak berafiliasi.
Group, CT Corp, Jawa Pos Group). Tujuan lebih jauh dari penelitian ini adalah
Tujuan utama riset ini adalah untuk mendorong lahirnya regulasi yang mampu
mengetahui independensi pemberitaan membuat tegaknya independensi media
politik jelang Pemilu 2014 di 4 grup dilihat dari segi kepemilikan, konten, dan
media di Indonesia. Data hasil riset akan jurnalis.
sangat berguna sebagai instrumen untuk
masukan perubaikan regulasi media D. Manfaat Penelitian
menjelang masa-masa pemilu 2014. Secara akademik penelitian ini
Penting dicatat, bahwa sampai bermanfaat untuk menambah khasanah
pertengahan tahun 2013, regulasi media hasil-hasil penelitian media, terutama
yang tersedia seperti UU 32/2002 dan UU untuk isu independensi media yang akhir-
40/1999 masih relatif lemah, tidak mampu akhir ini menjadi sorotan tajam dari
mengatasi kecenderungan penggunaan berbagai pihak. Hasil penelitian ini akan

9. Dikutip dalam http://koran.tempo.co/konten/2013/05/11/309653/KPI-Temukan-Ratusan-Iklan-Politik-


Terselubung diakses pada 23 Juli 2013.

46
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

menambah komprehensivitas referensi BAB 2


di bidang media massa yang berbasis KERANGKA TEORI DAN
penelitian. METODE
Pada level pragmatik, hasil penelitin
dapat menjadi masukan bagi pihak Dewan A. Kerangka Teori
Pers dan Komisi Penyiaran Indonesia (K) 1. Media dalam Perspektif Kritis
I) untuk menyusun regulasi yang dapat Media, dalam pandangan kritis,
menjamin terwujudnya independensi dipandang sebagai medan pertarungan
media dalam memberitakan Pemilu ideologi antar berbagai kelompok dan
2014 maupun pemilu selanjutnya. kelas dalam masyarakat. Berbagai
Sedangkan bagi pelaku media, hasil perangkat ideologi, dalam bentuknya
riset ini dapat menjadi masukan dan sebagai entitas wacana, diangkat dan
sekaligus kritik atas kinerja mereka dari diperkuat oleh media massa, diberikan
aspek independensi. Dengan adanya hasil legitimasi, disebarluaskan secara
penelitian ini diharapkan para pengelola persuasif – sering secara mencolok –
media mendapatkan alasan kuat untuk kepada khalayak yang besar jumlahnya.
membongkat isu independensi di internal Dalam proses ini, gagasan-gagasan
mereka. dari sebuah ideologi tertentu akan
disajikan berulang-ulang sehingga
E. Penerima Manfaat mendapatkan perhatian, memperoleh arti
Adapun para penerima langsung penting, serta memperkokoh makna dan
dari manaan penelitian ini adalah penerimaannya.10
masyarakat pemerhati media, masyarakat Namun, dalam pertarungan ideologi
pada umumnya, Dewan Pers, Jurnalis, tersebut, media bukanlah sarana netral
pihak penyelenggara siaran televisi, yang menampilkan berbagai ideologi dan
pelaku media pada umumnya, Parpol kelompok apa adanya, tetapi media adalah
Peserta Pemilu 2014, Komisi Penyiaran subjek yang lengkap dengan pandangan,
Indonesia, Komisi Pemilihan Umum, kepentingan, serta keberpihakan
Bawaslu, dan akademisi komunikasi dan ideologisnya. Janet Woollacott dan David
media. Barrat menegaskan pandangan para
teoritisi Marxis bahwa ideologi yang
dominanlah yang akan tampil dalam
media.11 Media berpihak pada kelompok
dominan, menyebarkan ideologi mereka

10. James Lull, Media, Communication, Culture: A Global Approach, Cambridge: Polity Press, 1995, hal.
8-11.
11. David Barrat, Media Sociology, London and New York: Routledge, 1994, hal. 51-52.
12. Tony Bennet, “Media, Reality, Signification”, dalam Michael Gurevitch, Bennet, James Curran dan
James Wollacott (eds.), Culture, Society and The Media, London: Methuen, 1982, hal. 287-288.

47
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

sekaligus mengontrol dan memarginalkan jumlah pemilik media di Amerika pada


wacana dan ideologi kelompok-kelompok tahun 1983 berjumlah 50 perusahaan.
lain. Seperti penegasan Tony Bennett, Namun, 20 tahun kemudian, tepatnya
media adalah agen konstruksi sosial yang pada tahun 2003, 50 perusahaan media
mendefinisikan realitas sesuai dengan tersebut telah diakuisisi oleh lima
kepentingannya.12 perusahaan besar yang memonopoli
Bagi James Lull, bukan sebatas media industri media di Amerika, yaitu AOL-
berpihak kepada kelompok dominan Time Warner, Disney, Viacom, The News
melainkan bahkan para produsen ideologi Corporation, dan Bertelsmann.13 Kelima
dominan tersebut menjadi elit informasi. raksasa media tersebut, ditambah Vivensi
Mereka menguasai lembaga-lembaga dan Sony Columbia, menguasai studio-
yang menyalurkan bentuk-bentuk studio film utama di Amerika, hampir
simbolik dari komunikasi, termasuk media seluruh jaringan televisi Amerika, 80-85%
massa. Media komunikasi (misalnya surat pasar musik dunia, sejumlah besar satelit
kabar atau televisi) cenderung dimiliki penyiaran seluruh dunia, sejumlah besar
oleh para anggota kelas berada yang penerbitan buku dan majalah, hampir
diharapkan menjalankan media tersebut semua saluran televisi kabel komersial,
bagi kepentingan kelas mereka sendiri. dan masih banyak lagi.14
Apa dampak konglomerasi media
2. Konglomerasi Media dan ini? Yang jelas, para konglomerat ini
Implikasinya menjadikan media sebagai bisnis besar
Salah satu fenomena mutakhir dalam untuk mengumpulkan laba sebesar-
industri media adalah konglomerasi besarnya dengan wilayah garapan seluas-
media, dimana sebuah grup media luasnya. Namun, implikasi konglomerasi
memiliki perusahaan-perusahaan media media tidak hanya dalam ranah bisnis,
dengan jumlah yang cukup banyak, namun juga pada ranah politik. Di
tersebar mulai dari media televisi, radio, Amerika Serikat, lobi-lobi para raksasa
koran, majalah, online, dan sebagainya. media kepada para politisi sangat ampuh,
Buku yang paling gamblang terlebih jika lawan politik mereka adalah
menjelaskan hal ini adalah Media publik yang tidak berdaya. Chesney (2006)
Monopoly karya Ben Bagdikian, menegaskan, ”....it makes the media giants
yang telah direvisi berkali-kali untuk perticularly effective political lobbyists at
terus memutakhirkan data mengenai the national, regional, and global levels.
perkembangan kepemilikan media di The media giants have had a heavy hand
Amerika Serikat. Menurut Bagdikian, in drafting these laws and regulations,

13. Ben Bagdikian, The New Media Monopoly, Boston: Beacon Press, 2003.
14. Robert McChesney, “Global Media, Neoliberalism & Imperialism”, 2006, www.thirdworldtraveler.
com/Robert_McChesney_page.html.
15. Robert McChesney, ibid.

48
Dinamika Pers dan Pemilu 2014



memilih isu-isu yang tidak bertentangan
dengan kepentingan pemilik modal.18

3. Independensi Media
implikasi konglomerasi Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28
F menyatakan bahwa setiap orang punya
media tidak hanya dalam hak untuk berkomunikasi dan memperoleh
ranah bisnis, namun juga informasi guna mengembangkan pribadi
dan lingkungan sosialnya. Dalam pasal
pada ranah politik. itu juga disebutkan hak setiap orang
untuk mencari, memeroleh, memiliki,
and the public tends to have little or no
mengolah, dan menyimpan informasi
input.” 15
dengan menggunakan saluran yang
Konglomerasi media juga memiliki
tersedia.
implikasi yang sangat mendasar dalam
Dalam konteks tersebut, pers
pemberitaan. Contoh paling nyata
mengambil peran dengan fungsi
adalah bias kepentingan pemilik modal
jurnalistiknya. Fungsi ini banyak berperan
dalam dukungan Murdoch melalui The
dalam proses demokratisasi di Indonesia
Sun dan The Times of London untuk
terutama paska runtuhnya Orde Baru. Yang
kampanye Thatcher pada 1998, serta
menjadi catatan penting bagi pers terkini
dukungan melalui New York Times untuk
adalah bahwa pers yang menggunakan
Reagan. Contoh lain, Norman Chandler
frekuensi publik haruslah berdasarkan
menyediakan Los Angeles Times sebagai
kemerdekaan pers yang profesional, serta
media kampanye Nixon sepanjang karir
bebas dari campur tangan dan paksaan
politiknya. 16 Bagi para konglomerat
dari manapun. Hal ini terkandung d alam
pemilik industri media, kekuasaan mereka
konsideran UU No. 40/1999 tentang Pers.
bukan lagi berasal dari akses namun
Salah satu aspek profesionalisme,
kepemilikan atas media itu sendiri.17 Bias
sebagaimana dijabarkan dalam Kode Etik
pemberitaan juga terlihat dari hilangnya
Jurnalistik (KEJ) adalah independen. Lebih
daya kritis media di hadapan para pemilik
lanjut KEJ menjabarkan, independen berarti
modal. Dalam hal ini, media cenderung
memberitakan peristiwa atau fakta sesuai
mengangkat sebuah isu dengan perspektif
dengan suara hati nurani tanpa campur
yang sejalan dengan kepentingan pemilik
tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak
modal. Selain itu, media cenderung

16. Ben Bagdikian, op.cit.


17. James Lull, Media, Communication, Culture: A Global Approach, Cambridge: Polity Press, 1995, hal.
9-16, 31-38.
18. Ignatius Haryanto, ”Kepemilikan Media Terpusat dan Ancaman terhadap Demokrasi”, Bentara
Kompas, Rabu, 4 Agustus 2004.

49
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

lain termasuk pemilik perusahaan pers. B. Metode Penelitian


Independensi juga dapat dilihat dari tiga
level, yaitu pandangan, sikap, dan tindakan. 4. Pendekatan Penelitian
Dalam dunia penyiaran, independensi harus Secara mendasar penelitian ini
mengejawantah tidak hanya dalam tataran memadukan metode kuantitatif dengan
kognitif saja (pandangan dan sikap), tetapi metode kualitatif. Perpaduan metode
juga dalam tataran operasional (tindakan). ini dilakukan di level pengumpulan
Bila ditilik secara teoritik, maka dan analisa data. Pendekatan kuantitatif
pendapat Shoemaker dan Reese dapat dilakukan dengan analisis isi terhadap
menjadi rujukan. Shoemaker dan Reese teks-teks media di empat media grup
dalam bukunya Mediating The Message yang diteliti, bertujuan untuk mengetahui
mengemukakan bahwa secara teoritik ada kecenderungan keberpihakan dan
lima hal yang memengaruhi isi media. Dari independensi dari empat media grup
lima hal tersebut, dua poin teramat jelas tersebut. Sementara, pendekatan kualitatif
turut membentuk isi media di Indonesia, dilakukan dengan focus group discussion
yaitu jurnalis (individual media workers) (FGD), bertujuan mengkonfirmasi,
dan pemilik media (organizational membahas, serta mendalami temuan-
influences). Tiga hal lain yang cukup temuan yang diperoleh dari analisis isi,
memengaruhi konten media adalah: (1) dalam rangka merumuskan regulasi yang
rutinitas media, termasuk di dalamnya “
mampu menjamin tegaknya independensi


proses dan mekanisme produksi berita, media dalam masa pemilu.
(2) faktor eksternal media, termasuk di
dalamnya adalah sumber berita, kalangan
bisnis, pemerintah, dan lingkungan
media (kultur), dan (3) ideologi.19 Teori
ini menjelaskan bahwa kepentingan
bisnis pemilik media bisa menjadi faktor teks media dan proses
penting bagi konten media. Namun,
selain kepentingan bisnis, kepentingan produksinya, sebagai
politik (ideologi) media, khususnya objek kajian, akan
ideologi pemilik media, adalah satu faktor didekati dengan
mendasar yang menentukan isi media.
Secara sederhana alur pikir penelitian perspektif kritis.
ini dapat digambarkan seperti berikut:

50
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

Namun, bukan berarti penelitian ini historis ilmiah atas berbagai


tidak konsisten secara paradigmatik. faktor yang mempengaruhi proses
Penelitian ini berpijak pada asumsi filosofis produksi berita tersebut.
paradigma kritis. Artinya, teks media dan 2. P e r a n peneliti sebagai
proses produksinya, sebagai objek kajian, transformative intelectual, dengan
akan didekati dengan perspektif kritis.20 pilihan moral bersandar pada
Dengan landasan paradigmatik tersebut, komitmen etis kepada prinsip
penelitian ini memiliki beberapa asumsi independensi dan imparsialitas
dasar: media.
1. Berita-berita politik di media- 3. Demi menjaga kualitas penelitian,
media yang diteliti bukanlah peneliti melakukan multy-level
cerminan realitas yang analysis.
sesungguhnya. Berita-berita
tersebut adalah hasil konstruksi 2. Objek dan Unit Analisis Penelitian
media selaku produsen berita Objek penelitian ini adalah empat grup
yang dipengaruhi oleh banyak media nasional di Indonesia, yaitu Media
faktor, antara lain afiliasi politik, Group, Vivanews Group, CT Corp., dan
ekonomi, atau ideologis pemilik Jawa Pos Group. Terdapat beberapa
media, ideologi dan keyakinan pembatasan objek penelitian, yaitu:
wartawan, agenda setting media, a. Pembatasan jenis media:

Media Group Televisi Koran


Media Group Metro TV Media Indonesia
Vivanews Group TV One
CT Corp. Trans TV
Jawa Pos Group Rakyat Merdeka

relasi kuasa antar aktor yang b. Pembatasan teks media: penelitian


terlibat dalam proses produksi ini difokuskan pada berita politik
berita, rutinitas kerja jurnalistik, dan iklan politik, khususnya yang
dan sebagainya. Karena itu, berkaitan dengan pemilu 2014.
penelitian ini menganalisis berita- c. Pembatasan waktu: televisi (2
berita politik tersebut secara kritis, minggu) dan media cetak (1 bulan)
sekaligus melakukan investigasi

19. Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Message, New York: Longman, 1991, hal.
217-228.

51
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

3. Pengumpulan dan Analisis Data Studi dokumen. Metode ini dilakukan


Penelitian ini menggunakan tiga model untuk menyusuri penelitian-penelitian
pengumpulan dan analisis data, yaitu terdahulu mengenai independensi media
analisis isi, focus group discussion (FGD), dalam pemberitaan politik, dokumen
dan studi pustaka. mengenai kepemilikan media di Indonesia,
Analisis isi. Analisis isi digunakan dokumen mengenai regulasi dan praktik
untuk mengetahui kecenderungan kepemilikan media di berbagai negara,
pemberitaan politik dan iklan politik serta dokumen-dokumen lainnya yang
di 4 grup media nasional yang diteliti. dibutuhkan dalam penelitian ini.
Mudahnya, analisis ini menjawab apakah
konten di 4 grup media ini memiliki
kecenderungan terhadap kelompok politik BAB 3
atau tokoh politik tertentu atau tidak. HASIL DAN PEMBAHASAN
FGD. Focus Group Discussion (FGD)
atau bisa juga disebut dengan PKT A. TV ONE
(Perbincangan Kelompok Terfokus),
adalah suatu cara untuk mengumpulkan 1. Profil Singkat TV One
informasi mengenai suatu hal yang TV One adalah satu dari 3 media
khusus melalui perbincangan kelompok.21 massa nasional yang tergabung dalam
Ada beberapa hal yang dipersiapkan kelompok Visi Media Asia Group.
dan dijadikan perhatian saat FGD, Dua media lainnya adalah ANTV yang
yaitu perumusan pertanyaan, alat, dipimpin Anindya Bakrie, salah satu
peserta, pemilihan tempat, perekaman, keluarga Bakrie-pemilik Bakrie Groups,
perbincangan, penggalian wawasan, serta dan Vivanews di laman viva.co.id yang
pembingkaian persoalan. termasuk lini dotcom dan turut dalam
Metode FGD dipilih untuk menggali kompetisi berita online sejak 2008.
informasi mengenai pandangan jurnalis TV One awalnya adalah Lativi, televisi
tentang independensi media dan sikap yang dimiliki oleh Pasaraya Group, yang
mereka terhadap praktik pemberitaan didirikan pada 2002. Pasaraya Group
yang cenderung berpihak pada kekuatan merupakan grup usaha Abdul Latief.
politik tertentu. Di sini, peneliti ingin Sejak 2006, sahamnya juga telah dikuasai
mengetahui apakah jurnalis akan teguh Bakrie Group. Pada 2008, Lativi resmi
menegakkan kemandirian demi idealisme berganti nama menjadi TV One, dan
atau cenderung berkompromi demi Abdul Latief tak lagi menjadi pemegang
kelangsungan profesi mereka, ataukah saham di stasiun televisi ini. Kini TV One
ada faktor lain.
20. Lebih jauh tentang paradigma dalam penelitian komunikasi dan media, lihat Dedy N. Hidayat,
“Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi”, dalam Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi
Indonesia, No. 2 Oktober 1998, hal. 38-40. Lihat juga Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian
Sosial, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001, hal 48-49.

52
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

mengedepankan program-programnya pemilu seperti Kabar Pemilu. Program


pada program berita (70 persen), Olahraga, ini menurunkan 40 berita (67,8 persen)
dan Hiburan. pemilu dalam satu minggu.
Menariknya, tokoh capres yang dimuat
2. Temuan Analisis Isi Berita TV One dalam pemberitaannya hanya
Tidak berbeda dengan media lain yang Aburizal Bakrie. Capres/cawapres lain
kami teliti, kami juga menganalisa TV One tidak pernah disebut dalam tayangan
selama satu minggu: 4 – 10 November seminggu ini. Aburizal Bakrie disebut 12
2013. Hasilnya kami menemukan kali (20,3 persen) dalam pemberitaan TV
setidaknya rata-rata dalam sehari ada lebih One. Temuan ini sedikit berbeda dengan
dari 6 berita tentang pemilu, baik tentang temuan parpol yang paling sering diliput.
kinerja KPU, DPT, pencalonan capres/ TV one tercatat paling sering
cawapres, hingga caleg dan aktivitas memunculkan Partai Golkar dalam
partai. Secara berurutan, berita pemilu liputannya. Golkar dimuat sebanyak 14
yang paling sering tayang adalah pada 4 kali (23,7 persen) dibanding partai lain
November 2013. Pada hari ini tercatat 16 yang hanya disebut satu kali tanpa disebut
berita pemilu yang tayang dalam sehari. partai lain dalam satu berita. Partai lain
Kemudian berita terbanyak berikutnya lebih banyak disebut bila bersamaan
disusul pada 8, 7, dan 6 November 2013. dengan penyebutan partai politik lainnya.
Masing-masing memuat 13 berita (8/11), Bentuk berita yang paling banyak
11 berita (7/11), 8 berita (6/11). Berita “
pun berita yang berbentuk “sound up,


pemilu yang paling sedikit tayang adalah gambar bergerak, dan narasi yang dibaca
pada 9 November 2013 (1 berita). Dari penyiar” sebanyak 15,3 persen dari total
semua berita pemilu itu paling banyak
bicara dalam dimensi politik (53 kali) dan
berskala nasional (72,9 persen/43 kali).
Dari 59 berita yang membicarakan isu
pemilu, kami juga menemukan program tokoh capres yang
Kabar Pagi adalah program reguler yang dimuat TV One dalam
paling banyak (13,6 persen) memuat pemberitaannya hanya
berita pemilu, capres, caleg dan partai.
Kemudian disusul program Kabar Petang Aburizal Bakrie. Capres/
yang menayangkan 6 berita pemilu (10,2 cawapres lain tidak
persen) dalam satu minggu ini. Sedangkan
program lain yang paling banyak memuat
pernah disebut dalam
berita pemilu adalah program khusus tayangan seminggu ini.
21. George Kamberelis dan Greg Dimitriadis, “Focus Groups: Strategic Articulations of Pedagogy, Politics,
and Inquiry, dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln (ed.), Handbook of Qualitative Research:
Third Edition, Sage Publications, 2005, hal. 887-889.

53
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

berita. Bentuk berita yang paling banyak keduanya dari partai Golkar, paling
digunkan berikutnya adalah bentuk berita mendominasi menjadi narasumber yang
yang menggabungkan banyak bentuk dikutip TV One. Aburizal Bakrie paling
seperti menggabungkan bentuk ‘narasi sering dikutip oleh TV One hingga
yang dibaca penyiar’, ‘suara laporan mencapai 9 kali (15,3 persen) pemuatan,
reporter’, ‘gambar bergerak’, gambar dan disebut pertama. Sedangkan Nurul
statis, dan infografis jadi dalam satu Arifin hanya selisih satu kali di bawah
berita/liputan sebanyak 6 kali. Bentuk Aburizal Bakrie. Narasumber lain yang
berita tunggal paling jarang dipakai dikutip hanya berkisar satu sampai lima
seperti hanya menggunakan teknik ‘sound kali kutip dalam liputan. Seperti Nasrullah,
up’ sebanyak hanya 1 kali. komisioner Bawaslu, ia lima kali atau 8,5
Kecenderungan pemberitaan pemilu persen dikutip sebagai narasumber. Lalu
dan partai pun paling banyak yang “
diikuti Husni Kamil Malik, Komisioner


cenderung positif (35,6 persen) ketimbang KPU, yang hanya dikutip dua kali.
yang negatif. Positif berarti berita yang
dimunculkan punya kecenderungan baik,
dan begitu pula sebaliknya. Selebihnya
berita yang memiliki kecenderungan
negatif ada sekira 11,9 persen. Namun
berita yang cenderungannya netral Aburizal Bakrie dan
mencapai 31 kali.
Dan dari total berita pemilu itu banyak Nurul Arifin, keduanya
yang menggunakan teknik liputan satu sisi dari partai Golkar, paling
(51 Berita/86,4 persen). Sedangkan berita
yang melakukan liputan dengan teknik
mendominasi menjadi
liputan dua sisi jumlahnya lebih sedikit narasumber yang dikutip
sekira 10,2 persen. Dan hanya satu berita TV One.
yang melakukan teknik liputan dengan
banyak sisi. B. METRO TV
Lalu bila dilihat dari tema berita yang
paling sering dimuat TV One dalam 1. Profil Singkat Metro TV
minggu ini adalah tema berita mengenai Surya Paloh mendirikan Metro TV
pemilu. Berita ini berkisar mengenai pada 1999 dengan bendera PT. Media
kinerja KPU, bawaslu, DPT, dan Televisi Indonesia. Ia sebelumnya
kampanye. Dan berita tentang DPT paling juga telah mengambil alih suratkabar
mendominasi (22 berita) dalam liputan nasional Media Indonesia pada 1989. Ia
TV one dalam satu minggu ini. Ini sangat juga salah seorang yang menggawangi
berbeda dengan liputan tentang dana harian Prioritas yang akhirnya dibredel
kampanye yang hanya dimuat satu kali. pemerintah pada 1987. Kini Media
Aburizal Bakrie dan Nurul Arifin, Indonesia, menurut laman metrotvnews.

54
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

com, telah menjadi Koran nasional ketiga “



terbesar.22
Metro TV kini adalah salah satu media
dari kelompok Media Group. Kelompok
Media Group adalah industri media yang
di dalamnya terdapat beberapa media
seperti Metro TV untuk media televisi,
Media Indonesia, Lampung Post, dan Visi Metro TV ingin
Borneo News untuk media cetak, 23 menjadikannya
dan mediaindonesia.com yang telah sebagai stasiun
bergabung dengan metrotvnews.com
untuk media dotcom. televisi yang
Metro TV pertama kali mengudara berbeda dengan
secara 24 jam tercatat pada 1 april 2001.
70 persen materi siarannya ada berita,
menjadi nomor
selebihnya adalah materi non berita seperti satu di program
hiburan, gaya hidup, dan bincang wicara. beritanya. Misinya
Program acaranya juga disajikan dengan
tiga bahasa seperti Indonesia, Inggris, dan ingin memberikan
Mandarin. alternative hiburan
Visi Metro TV ingin menjadikannya
sebagai stasiun televisi yang berbeda
dan informasi
dengan menjadi nomor satu di program yang berkualitas
beritanya. Misinya ingin memberikan dan sangat
alternative hiburan dan informasi yang
berkualitas dan sangat mengapresiasi mengapresiasi
moral dan etika dalam setiap penyajian moral dan etika
program-programnya.

2. Temuan Analisis Isi Berita


Analisis isi metro TV mengambil
sample satu minggu pada 4 hingga 10
November 2013. Riset ini akan melihat

22. www.metrotvnews.com
23. (Nugroho, Putri, dan Laksmi, 2012) - Nugroho, Y., Putri, DA., Laksmi, S. 2012. Memetakan
Lansekap Industri Media Kontemporer di Indonesia (Edisi Bahasa Indonesia). Laporan. Bermedia,
Memberdayakan Masyarakat: Memahami kebijakan dan tatakelola media di Indonesia melalui kacamata
hak warga negara. Riset kerjasama antara Centre for Innovation Policy and Governance dan HIVOS
Kantor Regional Asia Tenggara, didanai oleh Ford Foundation. Jakarta: CIPG dan HIVOS, hal. 131-142

55
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

kecenderungan pemberitaan Metro TV Tercatat ada 35 berita yang berkaitan


yang pemiliknya berafiliasi dengan dengan pemilu 2014 muncul dalam
partai politik. Kecenderungan itu akan minggu ini. Ini merupakan hal yang wajar
dilihat dari liputan beritanya. Berita- karena memang Metro TV membuat
berita yang diteliti pun berita yang terkait program ini khusus untuk meliput segala
dengan pemilu 2014 seperti topik tentang yang berkait dengan pemilu 2014. Jadi
pencalonan calon presiden/calon wakil memang Indonesia Memilih didesain
presiden (capres/cawapres), aktivitasnya, sebagai program khusus pemilu yang
janji, hingga survey/polling politik tayang selama setengah jam mulai pukul
tentangnya. Berita pemilu yang dimaksud 13.05 WIB. Meski begitu, Headline News
juga mencakup berita tentang calon sebagai program berita dengan bentuk
legislatif (caleg), aktivitas caleg, kinerja hardnews juga memunculkan tayangan
KPU, bawaslu, dan lebih spesifik tentang berita pemilu yang banyaknya mendekati
Daftar Pemilih Tetap (DPT). jumlah berita pemilu Program Indonesia
Hasil yang didapat dari analisis isi Memilih. Program Headline News, yang
kuantitatif Metro TV menunjukkan tayang setiap jam-setiap hari, dalam
temuan yang menarik untuk melihat topik minggu ini tercatat menurunkan 24 berita
berita yang muncul. Rata-rata dalam tentang pemilu. Ini menunjukkan bahwa
sehari, Metro TV memunculkan minimal meski bukan program khusus berita
tiga (3) berita pemilu terutama tentang pemilu, headline news juga dijadikan
Daftar Pemilih Tetap (DPT). Bahkan pada Metro TV untuk mengabarkan informasi
4 November 2013, Metro TV menurunkan pemilu baik itu seputar capres/cawapres,
19 kali berita pemilu (DPT) yang merata parpol, caleg, maupun tentang persiapan
dari jam tayang pagi hingga petang. dan pelaksanaan pemilu seperti isu DPT,
Paling sedikit berita DPT muncul pada kinerja KPU, dan lain-lain. Selain itu, ada
9 November 2013. Selain berita pemilu, dua program acara juga yang meski tidak
berita lain yang menjadi primadona dibuat sebagai program khusus pemilu
tertinggi dalam minggu ini adalah berita yang memakan porsi lumayan besar
tentang aktivitas partai politik (parpol) untuk berita pemilu. Dua program itu
dan aktivitas capres/cawapres. Berita adalah program Metro Hari Ini (MHI) dan
aktivitas parpol dan capres/cawapres Prime Time News yang keduanya secara
muncul hampir tiap hari dalam minggu ini berurutan tayang pada waktu-waktu
meskipun rata-rata hanya sekira dua (2) utama (prime time) televisi yaitu masing-
sampai (3) berita tiap harinya. masing pada pukul 17.05 dan 18.05 WIB.
Sedangkan berdasarkan data Program berita pemilu justru tidak lebih
kuantitatif, riset ini menunjukkan bahwa banyak pada tayangan program berita
program Indonesia Memilih adalah rutin seperti Metro Pagi, Metro Siang, dan
program berita dari Metro TV yang Metro Malam.
paling sering memuat berita pemilu, Kemudian, setelah melihat tayangan
parpol, dan capres/cawapres serta caleg. dan program yang paling sering memuat

56
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

berita pemilu dan parpol, maka akan Jumlah ini sebanding juga, meskipun
terlihat pula konten berita apa yang tidak sama persis, dengan jumlah pemuatan
disajikan. Dari seminggu tayangan Metro parpol yang muncull dalam seminggu ini.
TV, capres/cawapres yang paling sering Bila sebelumnya Surya Paloh menempati
dimuat adalah Surya Paloh. Suryo Paloh urutan teratas capres/cawapres yang paling
(Partai Nasdem) menduduki peringkat sering disebut, maka dalam kolom pilihan
pertama capres yang paling sering parpol, parpol Nasdem menempati urutan
dimunculkan Metro TV diikuti Rhoma teratas disebut juga. Nasdem disebut
Irama dan Aburizal Bakrie (Partai Golkar). 22 kali dalam seminggu berita dalam
Dua nama yang disebut terakhir memiliki berbagai kesempatan program Metro TV.
selisih yang tidak jauh. Nama-nama capres Bahkan hampir di tiap liputan tentang
lain yang juga masuk dalam pemberitaan parpol manapun, ada penyebutan Partai
Metro TV tetapi tidak sebanyak tiga nama Nasdem mengiringinya. Parpol Golkar
sebelumnya adalah Anis Matta, Jokowi, juga menempati urutan teratas setelah
Jusuf Kalla, Marzuki Alie, Gita Wirjawan, Nasdem. Meskipun jumlahnya jauh di

Win-HT. semua yang disebut terakhir ini bawah Nasdem, namun penyebutannya


frekuensi penyebutannya sama. lebih banyak dari partai lain. Jumlah
pemuatan Partai Golkar hampir mendekati
setengah kali pemuatan Nasdem. Partai
lain di bawah Nasdem dan Golkar yang
juga dimuat tapi dengan jumlah yang
sama besar adalah Demokrat, PKS, dan
Suryo Paloh (Partai PDIP. Lalu di bawah ketiganya hanya
Nasdem) menduduki dimuat setidaknya satu kali pemuatan
dalam seminggu adalah PBB (2), Hanura
peringkat pertama (1), dan Gerindra (1).
capres yang paling Bentuk berita pemilu yang paling
sering digunakan oleh Metro TV adalah
sering dimunculkan bentuk Narasi yang dibaca penyiar.
Metro TV diikuti Bentuk “Narasi yang dibaca penyiar”
Rhoma Irama dan tercatat digunakan sebanyak 63 kali. Ini
artinya lebih dari setengah dari jumlah
Aburizal Bakrie total berita yang diteliti menggunakan
(Partai Golkar). bentuk berita seperti ini. Bentuk lain
yang paling sering digunakan adalah
dengan “Gambar Bergerak” yang
jumlahnya hampir mencapai setengah
dari keseluruhan berita yang diteliti.
Justru bentuk berita dengan “sound up”
yang lebih banyak mengemukakan fakta

57
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

langsung di lapangan hanya digunakan hal ini. Walaupun sebenarnya pemuatan


39 kali atau 31 persen dari total seluruh berita tentang parpol yang merespon isu-
berita. Selebihnya bentuk berita yang isu terkini juga punya porsi yang tak jauh
digunakan adalah bentuk Reporter On berbeda dengan aktivitas parpol . Namun
Screen (17,6 persen), Suara laporan pemuatannya tidak atas isu dan parpol
reporter (15 persen), dan telewicara yang yang sama.
satu kali digunakan dalam minggu ini. Jumlah narasumber yang paling sering
Dari seluruh program yang tayang pada dikutip secara angka menunjukkan tak
minggu ini kami juga mencatat diantaranya jauh berbeda dengan prosentase pemuatan
kecenderungan pemuatan berita dengan parpol dan capres/cawapres. Surya Paloh
punya muatan beritanya positif dan adalah narasumber yang paling sering
netral hampir sama prosentasenya. Dari dikutip (10,4 persen) dalam pemberitaan
total berita pemilu yang diteliti, ada 51 pemilu minggu ini diikuti narasumber
persen yang memberikan muatan berita dari KPU (4 persen) dan Bawaslu (4
cenderung positif. Sebaliknya hanya 12 persen). Akbar Tanjung sebagai Ketua
persen berita yang ditayangkan dengan Dewan Pertimbangan Partai Golkar,
kecenderungan punya muatan negatif. Gamawan Fauzi (Mendagri), dan Arif
Wa l a u p u n b e g i t u d a t a j u g a WIbowo (Bapilu PDIP) justru menempati
menunjukkan bahwa dari sekian banyak urutan paling sering dikutip setelah KPU
berita itu juga masih sangat banyak dan Bawaslu dengan prosentase masing-
menggunakan teknik liputan dengan masing sebesar (2,4) persen. Baru setelah
menggunakan hanya satu sisi atau satu itu diikuti Aburizal Bakrie (1,6 persen).
pihak. Jumlah berita yang menggunakan Dan dari total berita yang dimuat dan
teknik liputan satu sisi lebih dari 50 persen diteliti dari Metro TV 79,2 persen di
berita pemilu yang diteliti atau tepatnya antaranya dalah berita dengan dimensi
60 persen. Hanya 12 persen berita yang politik. Dimensi berita paling banyak yang
menggunakan teknik liputan banyak sisi lain adalah dimensi hokum (12 persen)
atau meng-cover banyak pihak. dan Sosial budaya (7 persen). Berita
Berikut ini juga adalah temuan dengan dimensi ekonomi sangat kecil
menarik tentang tema pemberitaan yang pemuatannya hanya satu kali pemuatan.
paling sering dimuat. Tema pemberitaan Metro TV juga seolah ingin menekankan
tentang pencalonan capres/cawapres (6,4 bahwa prioritasnya adalah pada berita-
persen) paling banyak dimuat dibanding berita berskala nasional. Ini bisa dilihat
aktivitas capres/cawapres (4,8 persen). Ini dari peristiwa yang paling banyak diliput
berbeda dengan pemuatan berita tentang adalah peristiwa dengan lingkup nasional
parpol yang lebih banyak memuat berita (63 persen). Ini lebih banyak dari berita
aktivitas parpol (12 persen) ketimbang dengan lingkup peristiwa provinsi (20
berita tentang profil parpol (3 persen). persen) dan kabupaten/kota (15,2 persen).
Artinya ada perbedaan prioritas menurut
redaksi pemberitaan Metro TV tentang

58
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

3. Temuan Analisis Isi Iklan Iklan yang paling sering muncul yaitu
Iklan apa yang paling sering dimuat/ versi ‘Nasdem 1’ dimuat dengan durasi
tayang di Metro TV? Pertanyaan ini hampir satu menit. Iklan ini mengambil
menjadi kunci dari bagian ini. Metro TV, latar/setting hutan dan sungai. Latar ini
dalam seminggu, tercatat memuat 100 sebagai bentuk cintanya pemuda terhadap
kali iklan Partai Nasdem dengan berbagai nusa dan bangsa yang digambarkan dengan
versi. Misalkan dibagi rata, tiap satu hari narasi, ”Anak-anak indonesia kibarkanlah
berarti khalayak televisi disuguhi 14 merah putih diatas awan agar mata
iklan Nasdem. Jumlah itu akan semakin menyala, hati bergerak berani dan suci.”
bertambah bila iklan tidak setiap hari Iklan ini ingin seperti ingin mengajak
tayang dalam satu minggu. Riset ini pemuda menjadi cinta bangsa. Dan
menemukan hanya iklan Partai Nasdem Nasdem digambarkan memiliki gerakan
dan Prabowo Subianto, dari Partai yang visioner dengan menggandeng
Gerindra, yang tayang di Metro TV dalam kaum muda untuk merubah bangsa seperti
periode 4 sampai 10 November 2013. jargonnya ‘gerakan perubahan’.
Jumlah iklan Nasdem di Metro TV sangat Sedangkan iklan versi ‘Hari Pahlawan’
tidak sebanding dengan Iklan Prabowo yang juga berdurasi hampir satu menit
Subianto. Iklan Prabowo Subianto tercatat (59”) ini adalah iklan yang muncul untuk
hanya tayang tiga (3) kali. Iklan Prabowo memeringati hari pahlawan. Iklan ini
dibagi menjadi dua versi. Masing- menampilkan tokoh-tokoh masyarakat
masing mengangkat isu Kedaulatan dan seakan sebagai simbol bahwa pahlawan
kebangkitan Bangsa menjadi macan Asia harus diteladani seperti tokoh-tokoh
serta dukungan dari seorang ibu kepada yang ditampilkan. Ini juga dikuatkan
Prabowo. dengan narasi iklan yang memilih diksi
Iklan Prabowo yang frekuensinya ‘keteladanan’ dalam iklannya yang
bahkan tidak sampai setengah dari ikaln berbunyi, “Keteladanan adalah sikap yang
Nasdem seperti tenggelam oleh sangat utama, Mendalami makna perjuangan
banyaknya iklan Nasdem di Metro TV. adalah hakikat.” Dan diksi ‘perubahan’
Tak hanya itu, Iklan Nasdem pun beragam tak hilang juga seperti dalam narasi
versi. Setidaknya yang tercatat ada 11 versi kata terakhirnya,”Kobarkan semangat
iklan politik ala Nasdem. Dari 11 itu, iklan kepahlawanan, teruskan perjuangan,
versi ‘Nasdem 1’ dan ‘Hari Pahlawan’ berbeda dalam perubahan bersama.”
paling banyak tayang dalam satu minggu.
Iklan versi ‘Nasdem 1’ tayang 22 kali. C. RANS TV
Iklan ‘Hari Pahlawan’ tayang 20 Kali
hanya dalam dua hari. Kemudian diikuti 1. Profil Singkat Trans TV
iklan versi ‘Nasdem 2’ dengan 13 kali PT televisi Transformasi Indonesia
pemuatan dan iklan versi ‘Nusa Bangsa 1’ (TRANS TV) memperoleh ijin siaran
dengan 12 kali pemuatan. pada Oktober 1998, tetapi mulai
beroperasi siaran secara resmi pada 15

59
Dinamika Pers dan Pemilu 2014



Desember 2001. Trans TV adalah tasiun
tv wsasta dibawah naungan TRANS Corp
dan dimiliki oleh CT CORP. Pemiliknya
adalah Chairul Tanjung (CT). Sasaran
penonton Trans TV adalah anak muda.
Program televii ini berupa film, komedi Iklan politik yang
dan variety, travel dan lifestyle, berita beriklan di Trans TV
dan light info religious, reality dan game
show, serta acara gosip (infotainment).
periode 4-10 november
2013 hanya Prabowo
2. Temuan Analisis Isi Berita Subianto.
Trans TV tidak memiliki tayangan
berita politik. Program berita yang dimiliki
juga hanya satu yaitu “Reportase” pada berbeda. Versi “Prabowo perubahan”
pukul 05.00 WIB dan 16.30 WIB. Adapun paling banyak muncul yaitu satu kali
berita yang ditayangkan adalah berita dalam satu hari, sedangkan versi
kecelakaan, kriminal, kinerja pemerintah, “Prabowo pancasila” hanya muncul
kuliner, penggusuran, traveling, dan lain- pada hari pertama kemunculan iklan (8
lain. november 2013).
Tetapi perlu menjadi catatan bahwa Dalam iklan “Prabowo Perubahan”
stasiun televisi yang dimiliki Chairul menampilkan kuli bangunan,
Tanjung ini menayangkan launching buku pengangguran, orang berdesak-desakkan
yang ditulis oleh Anita Chairul Tanjung, di jembatan, angkutan umum, seorang
istri Chairul tanjung hingga 2 kali. Televisi anak yang dipangku ibunya, anak kecil
ini juga menayangkan berita pergelaran yang hanya memakai kaus kutang meratap
seni SMA Unggulan CT Foundation Deli melihat anak-anak sekolah, pemulung
Serdang, Sumatra Utara. tua, buruh, guru, kontraktor, juga preman
pasar. Visual yang didukung narasi yang
3. Temuan Analisis Isi Iklan dibaca oleh Prabowo, menyoroti korupsi
Iklan politik yang beriklan di Trans yang menyebabkan rakyat Indonesia tidak
TV periode 4-10 november 2013 hanya berdaya. Uang yang dikorupsi seharusnya
Prabowo Subianto. Iklan Prabowo dapat digunakan untuk membangun
memiliki 2 versi. Masing masing adalah angkutan, pendidikan, kesehatan, dan
versi “Prabowo Perubahan” dan versi membuat lapangan kerja. Oleh karena itu,
“Prabowo Pancasila”. Indonesia harus bersih dengan melakukan
Dalam periode tersebut iklan perubahan. Dalam detik-detik akhir iklan
Prabowo muncul 4 kali dengan frekuensi tersebut, Prabowo bersalaman dengan
kemunculan satu kali dalam satu hari kerumunan masyarakat, bekerja sama
kecuali pada tanggal 8 November 2013 dengan kontraktor, bersatu dan memberi
yang muncul 2 kali dengan versi yang semangat orang-orang di pasar. Iklan itu

60
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

diakhiri dengan Prabowo berdiri dalam Muhammad Diah (BM Diah) ini mati suri
angkutan umum menatap keluar, “kalau karena konflik keluarga. Pemilik utama
bukan kita? Siapa lagi?” narasi penutup BM Diah berinisiatif untuk menyerahkan
iklan. manajemen Merdeka kepada Dahlan Iskan
Iklan versi kedua yaitu “Prabowo (Pemimpin Jawa Pos Group). Dahlan
pancasila”. Di iklan ini Indonesia berhasil memajukanRM hingga mencapai
digambarkan dengan hamparan sawah omzet miliaran rupiah.
yang hijau, laut lengkap dengan kapal Berhubung surat kabar RM dikelola
dan para nelayan, dan berbagai pemeluk oleh sebagian besar mantan karyawan
agama di tempat ibadahnya masing koran harian Merdeka, maka model
masing. Selain itu, iklan tersebut juga pemberitaan surat kabar ini nyaris sama
menampilkan sepakbola. Prabowo dengan harian Merdeka. Sama-sama
menjadi salah satu pemain diantara anak- memposisikan diri sebagai media oposisi
anak, ia juga merangkul pemain sepakbola yang siap mengkritisi siapapun yang
tersebut memberi semangat. Iklan tersebut berkuasa di negeri ini. Gejala ini tampak
mengangkat Kebhinekean dan toleransi dari headline-nya yang selalu “berani”.
umat beragama. Tetapi dbagian akhir saat
visualnya berganti menjadi permainan 2. Temuan Analisis Isi Berita
sepakbola, narasi diarahkan ke isu korupsi. Analisis isi yang dilakukan tim
Beberapa cuplikan scene iklan Masyarakat Peduli Media menggunakan
Prabowo versi “Prabowo Perubahan” bahan baku 218 item berita di Rakyat
dan versi “Prabowo Pancasila” ada yang Merdeka, yang terbit sepanjang tanggal
sama yaitu visual yang menunjukkan 1-15 November 2013. Dalam periode
kerjasama dengan kontraktor, bersalaman tersebut, kami mendapatkan lebih dari
dan komunikasi dengan warga. Masing- 200 berita yang dapat dikategorikan
masing iklan Prabowo ini berdurasi 30 sebagai berita pemilu. Jumlah yang
detik (1 spot). tidak mengherankan mengingat Rakyat
Merdeka memang menahbiskan dirinya
D. RAKYAT MERDEKA sebagai The News Political Leader.
Rata-rata dalam sehari koran ini dapat
1. Profil Singkat Rakyat Merdeka menurunkan minimal atau lebih dari 10
Surat kabar Rakyat Merdeka (RM), berita yang berkaitan dengan pemilu. Baik
beredar di Jakarta dan merupakan salah itu tentang kinerja KPU, DPT, aktivitas
satu perusahaan di bawah naungan caleg, profil organ partai, atau bahkan
Jawa Pos Group yang terbit pertama mengomentari fasilitas kerja Bawaslu.
kali sebanyak 12 halaman pada 22 April Jumlah ini tidak muncul pada Rakyat
1999. Surat kabar harian Rakyat Merdeka Merdeka yang terbit pada 13 November
secara historis sangat berhubungan 2013. Pada hari itu Rakyat Merdeka
dengan Koran Harian Merdeka. Harian hanya menurunkan 7 berita. Jumlah yang
Merdeka yang dimiliki oleh Baharuddin tidak biasa. Tercatat pada 2 November

61
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

koran ini betul-betul menyesaki halaman- Uniknya, halaman depan yang menjadi
halamanyanya dengan 19 berita pemilu kulit muka, dan yang paling awal dilihat
dalam sehari. Setelah itu barulah pada 4 pembaca, hanya memuat 10 berita dalam
dan 6 November Rakyat Merdeka baru lebih dari dua minggu terbitan koran ini.
menurunkan banyak berita pemilu. Pada Adapun Capres dan Cawapres yang
tarih itu ada 17 berita yang dicetak meski paling sering dimuat Rakyat Merdeka
dengan tersebar di beragam rubrik. sesuai urutan: Surya Paloh (6), Dahlan
Berita politik Pemilu mayoritas dimuat Iskan (6), Aburizal dan Jusuf Kalla
pada halaman 6 (65 item) dan halaman 12 (5). Mayoritas topik berita terkait soal
(57 item) dan halaman 7 (51 item). Rubrik pencalonan (29) dan aktifitas dari Caprès/
mayoritas tempat berita Pemilu adalah Cawapres (23). Jika menggunakan
pada ROAD To SENAYAN (116). Terdiri prosentase, capres/cawapres yang paling
dari posisi headline (55 item) dan non sering dimuat, adalah Surya Paloh
headline (163 item), mayoritas berformat (3,2 persen), Dahlan Iskan selisih satu
berita singkat (straight news) yaitu 183 berita dengan Surya Paloh yang dalam
buah. Mayoritas teknik liputan yang prosentase mencatat Dahlan Iskan
dipilih adalah wawancara satu sisi nara mencapai 2,8 persen dari total seluruh
sumber (173). Berita yang menggunakan pemuatan berita. Capres/cawapres paling
nara sumber berimbang/dua sisi hanya 31 sering dimuat ketiga adalah Jusuf Kalla
item. (2,3 persen) dan Aburizal Bakrie (2,3
Rubrik Road To Senayan tercatat
paling sering memuat berita pemilu. Ini “
persen), lalu diikuti Jokowi (4 1,8 persen),
Sutiyoso (1,8 persen), dan terakhir adalah


merupakan kewajaran karena rubrik ini Wiranto (1,4 persen).
memang diperuntukkan menjadi rubrik
yang seluruhnya bicara mengenai serba-
serbi pemilu 2014. Road To Senayan
adalah rubrik khusus liputan pemilu.
Maka memang jumlah yang banyak
adalah suatu kewajaran. Lain halnya Adapun Capres dan
dengan rubrik di halaman belakang yang Cawapres yang paling
bukan halaman khusus pemilu. Halaman
belakang ini menjadi halaman tersering sering dimuat Rakyat
kedua yang paling sering memuat berita Merdeka sesuai urutan:
tentang pemilu. Bila Road To Senayan Surya Paloh (6), Dahlan
mencapai 53,2 persen atau 116 berita
pemuatannya, maka halaman belakang Iskan (6), Aburizal dan
hanya bisa mencapai 27, 1 persen atau Jusuf Kalla (5).
59 berita. Baru setelah ini rubric Gerpol
menjadi urutan ketiga dari halaman/rubrik
yang paling sering memuat berita pemilu.

62
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

Sedangkan bila dilihat item lain berbeda dengan aktivitas parpol . Namun
seperti parpol, Rakyat Merdeka paling pemuatannya tidak atas isu dan parpol
sering memuat partai-partai berikut tanpa yang sama.
menyebut partai lain dalam satu berita. Adapun nara sumber terbanyak yang
Misalnya, Rakyat Merdeka dalam 15 hari dikutip RM adalah pimpinan Partai Politik
ini paling banyak memuat Partai Golkar (71), disusul ahli/pengamat politik (20)
sebanyak 14 kali (6,4 persen) dibanding dan Capres Cawapres (19). Dan dari total
partai diurutan terbanyak kedua yaitu berita yang dimuat dan diteliti dari Rakyat
Demokrat (11 kali/ 5,0 persen). Parpol Merdeka 79,2 persen di antaranya dalah
lain yang dimuat punya selisih banyak berita dengan dimensi politik. Dimensi
dibanding dua partai sebelumnya. berita paling banyak yang lain adalah
Misalnya Gerindra hanya, dimuat tanpa dimensi hukum (12 persen) dan Sosial
partai lain, 4 kali (1,8 persen). Hanura budaya (7 persen). Berita dengan dimensi
sebanyak 3 kali (1,4 persen). Selebihnya, ekonomi sangat kecil pemuatannya hanya
berita yang dimuat lebih banyak satu kali pemuatan.
menyandingkan dua atau tiga partai dalam Rakyat Merdeka juga seolah ingin
satu berita. menekankan bahwa prioritasnya adalah
Adapun topik berita Pemilu terbanyak pada berita-berita berskala nasional. Ini
adalah soal kisruh DPT (17) disusul kinerja bisa dilihat dari peristiwa yang paling
KPU dan Bawaslu. Lingkup peristiwa banyak diliput adalah peristiwa dengan
yang diliput mayoritas berskala nasional lingkup nasional (63 persen). Ini lebih
khususnya di Jakarta (166) disusul daerah banyak dari berita dengan lingkup
provinsi (36). Dimensi berita umumnya peristiwa provinsi (20 persen) dan
bertendensi politik (189) disusul berita kabupaten/kota (15,2 persen).
yang berkonteks social budaya (15).
Berikut ini juga adalah temuan menarik E. MEDIA INDONESIA
tentang tema pemberitaan yang paling
sering dimuat. Tema pemberitaan tentang Riset ini menemukan sejumlah 94
pencalonan capres/cawapres (6,4 persen) (sembilan puluh empat) berita terkait
paling banyak dimuat dibanding aktivitas dengan politik dan pemilihan umum di
capres/cawapres (4,8 persen). Ini berbeda harian Media Indonesia diteliti selama
dengan pemuatan berita tentang parpol periode tanggal 1-15 Nopember 2013.
yang lebih banyak memuat berita aktivitas Dari sejumlah 94 berita tersebut,
parpol (12 persen) ketimbang berita ditemukan kecenderungan Media
tentang profil parpol (3 persen). Artinya Indonesia memberitakan positif tentang
ada perbedaan prioritas menurut redaksi Partai Nasional Demokrat (20.21%) dan
pemberitaan Rakyat Merdeka tentang sebaliknya bersikap sangat kritis tentang
hal ini. Walaupun sebenarnya pemuatan kinerja KPU, khususnya terkait dengan
berita tentang parpol yang merespon isu- soal Daftar Pemilih Tetap (11.70%).
isu terkini juga punya porsi yang tak jauh

63
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

Tabel 1
Jumlah Prosentase Pemberitaan Partai Politik, Pemerintah, KPU dan Bawaslu

No Nama Parpol/Tema Berita Berita Positif Berita Negatif


1 Partai Nasional Demokrat 20.21% 0%
2 Partai Kebangkitan Bangsa 1.06% 0%
3 Partai Keadilan Sejahtera 1.06% 0%
4 PDI Perjuangan 7.45% 0%
5 Partai Golkar 5.32% 4.26%
6 Partai Gerindra 1.06 % 0%
7 Demokrat 1.06 % 9.57%
8 Partai Amanat Nasional 2.13 % 0%
9 Partai Persatuan Pembangunan 2.13 % 0%
10 Partai Hanura 1.06 % 0%
11 Partai Bulan Bintang 0% 0%
12 PKPI 1.06% 1.06%
13 Kinerja KPU 6.38% 11.70%
14 Kinerja Bawaslu 2.13% 2.13%
15 Kinerja Kemendagri 0% 1.06%
Total berita (n) 94 berita

Prosentase pemberitaan tersebut 2013, Media Indonesia menurunkan


diukur berdasar jumlah berita yang laporan tentang permasalahan DPT
diteliti selama periode penelitian. hingga 7 (tujuh) kali laporan. Bahkan,
Berita positif adalah berita yang Media Indonesia menempatkan 6
bercitra baik, sedangkan berita negatif (enam) laporan Kisruh DPT Pemilu ini
adalah berita yang bercitra buruk. menjadi Headline media tersebut.
Positif atau negatif sebuah berita, bisa Beberapa judul headline tentang
juga menggunakan ukuran isi berita permasalahan DPT itu adalah:
menguntungkan obyek berita dan atau 1. Kemendagri Menyerah Soal DPT
sebaliknya. (Media Indonesia, 2/11/2013)
Jika melihat tabel 1 diatas, Media 2. DPT Kisruh Rawan Dimanipulasi
Indonesia sangat bersikap kritis (Media Indonesia, 3/11/2013)
terhadap penyelenggara pemilihan 3. KPU Berkeras Tetapkan DPT
umum (Komisi Pemilihan Umum) dan (Media Indonesia, 4/11/2013)
pemerintah, kaitannya dengan Daftar 4. Pastikan 10,4 Juta bukan
Pemilih Tetap (DPT) yang dinilai Pemilih Fiktif (Media Indonesia,
bermasalah. Dari 14 edisi selama 6/11/2013)
kurun waktu tanggal 1-15 November 5. Data DPT Bermasalah Tinggal 7,2
64
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

Juta (Media Indonesia, 7/11/2013) 6. Kemenangan ditentukan Pengurus


6. P e m e r i n t a h J a m i n Ti d a k Ranting (MI, 7 November 2013)
Campuri DPT (Media Indonesia, 7. Restorasi, Munculkan 72% Wajah
14/11/2013) Politisi Baru (MI, 7 November
2013)
Untuk mempertajam laporan adanya 8. Ubi Pasung Persembahan Partai
ketidakberesan dalam penanganan Nasdem (MI, 9 November 2013)
DPT Pemilu, Harian Media Indonesia 9. Nasdem Akan Kembalikan
menurunkan berita penunjang dari daerah Keperayaan Terhadap Parpol (MI,
misalnya, “Satu Nomor Induk Dimiliki 20 10 November 2013)
Orang” yang dimuat di Media Indonesia Total ada sejumlah 19 berita/tulisan
pada tanggal 2 November 2013 pada (20.21%) tentang Partai Nasional
rubrik Indonesia Memilih pada halaman Demokrat yang dimuat oleh Media
4. Hal serupa pada berita “Aneh, 90% Indonesia yang kesemuanya bernada
Warga Terdaftar di DPT” yang dimuat positif. Berita tentang partai nasional
pada tanggal 4 Nopember 2013 pada demokrat berisi sejumlah gagasan
halaman 4. “restorasi” yang menjadi jargon partai
Gencarnya pemberitaan tentang DPT tersebut, termasuk sejumlah janji-janji
tersebut merupakan bentuk sikap kritis politik partai nasional demokrat untuk
terhadap pemerintah dan penyelenggara perubahan Indonesia menjadi lebih baik.
negara. Media Indonesia pada tanggal Hal yang menarik lain dari
7 November 2013, bahkan menurunkan pemberitaan tentang politik dan pemilu
laporan “Kekacauan DPT Diduga pada harian Media Indonesia adalah
Skenario Penguasa” (halaman 5). tentang berita foto, baik yang secara
Berbanding terbalik dengan berita khusus menjadi berita foto sendiri atau
negatif tentang kekacauan DPT, Media foto yang melengkapi berita. Berikut ini
Indonesia menurunkan berita postif tabel yang menggambarkan berita foto
terkait dengan Partai Nasional Demokrat, tentang politik dan pemilu selama periode
misalnya ; 1-15 November 2013.
1. Restorasi Majukan Kampung
Terpencil (MI, 1 November 2013)
2. Caleg Masih Malas Dekati Pemilih
(MI, 2 November 2013)
3. Sekolah Legislatif Cegah Korupsi
(MI, 4 November 2013)
4. Harus Punya Fraksi Sendiri di
Parlemen (MI, 4 November 2013)
5. P e m i m p i n H a r u s P a h a m i
Kepentingan Rakyat (MI, 6
Nove,ber 2013)

65
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

Tabel 2
Berita Foto Tentang Politik dan Pemilu

No Isi Foto Frekuensi


1 Aktivitas Surya Paloh 6
2 Sosialisasi Pemilu 4
3 Alat Peraga/Baliho Caleg 3
4 Daftar DPT 1
5 Calon Presiden Yusuf Kalla & Rhoma Irama 2
6 Logistik Pemilu 2
7 Peluncuran Buku Bambang Soesatyo 1
8 Relawan Demokrasi 1
9 Ferry Mursyidam Baldan 1
10 Caleg PPP Wardjoko 1
11 Pidato Presiden SBY di Bali Democracy Forum 1
12 GKR Hemas 1
13 Mobil baru Bawaslu 1
14 Paparan hasil survey Lembaga Pemilih Indonesia 1
15 Konvensi Rakyat Capres R1 2014 1
16 Caleg Nasdem, Taufik Basari 1
17 Diskusi Kepemimpinan 2014 1
18 Transparansi Anggaran Pemilu 1
19 Presiden bahas kistruk DPT 1
20 Diskusi menata ulang sistem bernegara 1
21 Pembekalan kader Nasdem 1
Jumlah berita foto (n) 33

Berdasarkan tabel tersebut diatas,


frekuensi dimuatnya foto Surya Paloh
dalam berbagai aktivitas sebagai ketua
Partai Nasional Demokrat mendominasi
berita foto dalam Media Indonesia hingga
mencapai 18% dari total 33 berita foto.

66
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

Gambar 1
Contoh Berita Foto Surya Paloh

Selama 14 (empat belas) kali terbit, tercatat ada 6 foto surya paloh termuat pada
harian Media Indonesia dengan ukuran yang rata-rata sebesar 3 kolom, 40 baris, dan
menjadi headline pada rublik yang memuatnya. Jika dibandingkan dengan pemuatan

foto tokoh politik lainnya, hanya ada tingkat kecenderungan pemberitaan Media
Rhoma Irama yang fotonya dimuat oleh Indonesia tentang politik dan pemilu
Media Indonesia dengan ukuran 2 kolom, di Indonesia. Riset ini baru membaca
24 baris. frekuensi pemberitaan dan isi berita yang
Sedangkan dalam frekuensi ditulis oleh harian Media Indonesia.
penyebutan tokoh politik sebagai calon Namun, jika merunut hanya pada
presiden, Surya Paloh disebut hingga 2 (dua) tabel diatas, isi pemberitaan harian
12 kali, dibandingkan dengan tokoh lain Media Indonesia dapat terbaca sangat
seperti Prabowo, Jusuf Kalla, Megawati, berpihak pada Partai Nasional Demokrat
Ical/Soekarwo, Sutiyoso, Rhoma Irama, yang dipimpin oleh Surya Paloh, kendati
Wiranto, dan Jokowi yang masing-masing dalam susunan kepengurusan Media
hanya tersebutkan satu kali. Indonesia mulai pendiri, direktur, dewan
Penelitian ini belum secara khusus redaksi, hingga redaktur tidak tersebutkan
melakukan analisis isi menggunakan nama Surya Paloh. Akan tetapi, karena
analisis framming untuk menemukenali harian Media Indonesia adalah bagian

67
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

dari Media Group yang didirikan oleh mereka? Bagaimana sikap dan
Surya Paloh, maka peneliti meyakini ada pandangan mereka mengenai
pengaruh kepemilikan media terhadap independensi dari tekanan pemilik
kebijakan redaksional media, sehingga media yang menjadi capres/
isi pemberitaan Media Indonesia lebih cawapres ataupun calon legislatif
berpihak pada Surya Paloh. (caleg)?
2. Bagaimana pengalaman nyata
yang mereka pernah alami terkait
F. FOCUS GROUP DISCUSSION dengan independensi dalam
pemberitaan pemilu? Apa yang
Menjelang pemilu 2014, isu telah mereka lakukan menghadapi
independensi media sangat semakin krusial tekanan pemilik media dalam
mengingat banyaknya pemilik media yang pemberitaan? Pengalaman penting
juga mencalonkan diri sebagai presiden/ dan pelajaran apa yang bisa
wakil presiden, baik secara lugas maupun dipetik?
tersirat. Sudah menjadi pengetahuan 3. Lalu, regulasi dan mekanisme
publik bahwa para pemilik media yang newsroom seperti apa yang harus
menjadi calon presiden (capres) atau dilakukan untuk mempertahankan
calon wakil presiden (cawapres) tersebut independensi media dalam
menjadikan media massa yang mereka pemberitaan pemilu?
miliki sebagai alat kampanye. Pertanyaan FGD diikuti delapan orang jurnalis
krusialnya, bagaimana media-media yang dari beberapa media/grup media,
dimiliki oleh capres/cawapres ini menjaga diselenggarakan pada Sabtu, 7 Desember
independensi mereka? Mekanisme 2013, pukul 09.30 – 12.00 WIB, di Hotel
newsroom seperti apa yang diperlukan Galuh Anindita, Sagan, Yogyakarta.
untuk mempertahankan independensi Berikut ini adalah deskripsi mengenai
ini? Lalu, regulasi seperti apa yang harus beberapa temuan penting dalam FGD.
ditetapkan? Para jurnalis merasa bahwa menjelang
FGD diselenggarakan dalam rangka pemilu tidak ada tekanan dalam proses
menjawab pertanyaan-pertanyaan produksi berita, khususnya dalam kerja-
tersebut. Dengan mengundang para kerja lapangan (reportase). Berikut
jurnalis, khususnya dari grup-grup kutipan pernyataan dari mereka:
media yang dimiliki oleh politisi/capres- Narasumber 1 Menjelang pemilu
cawapres/caleg, FGD menjawab beberapa sekarang ini, di KR tempat saya bekerja
pertanyaan kunci: tidak ada semacam tekanan atau apa,
1. Bagaimana sikap dan pandangan meskipun pemilik atau penasihat KR
para jurnalis mengenai mungkin ada yang menjadi pengurus
independensi media dalam salah satu partai.
pemilu? Apa makna “independen”,
“netral”, dan “imparsial” bagi

68
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

Narasumber 2 Arahan, petunjuk Hanura. Wah, ini ke partai mana lagi.


atau sejenisnya yang mengarahkan Partai apapun terserah, tapi itu bukan
ke suatu keinginan atau tidak boleh berarti kamu wajib meliput, dari pihak
menyampaikan berita tentang pihak produser seperti itu.
lain tampaknya belum ada. Bahkan
ketika si bos datang kadang-kadang Di satu sisi, jurnalis merasa bahwa
justru informasinya dari teman-teman. dalam proses reportase dan penulisan
Waktu si bos datang belum pernah ada berita mereka memiliki kemerdekaan
guidance atau paksaan, apalagi harus (self determination). Namun, di sisi
di liput. lain mereka juga mengakui bahwa
pengambilan keputusan terjadi di tingkat
Narasumber 4 Kalau mengenai news room, khususnya pimpinan redaksi,
liputan yang terkait dengan pemilu, di mana tekanan atau keberpihakan justru
sebenarnya MI membebaskan. Artinya lebih terlihat. Berikut kutipan pernyataan
silahkan apapun yang akan diliput. mereka:
Untuk pola peliputan dibebaskan, Narasumber 1 Sebagai contoh,
bahkan Media Indonesia pernah mungkin ketika Pak Idham diberitakan
mengeluarkan aturan untuk reporter secara ramai oleh media lain, KR
lapangan maupun redaktur tidak tetap menerjunkan reporternya untuk
boleh menjadi anggota parpol, kecuali terus mengikuti dan mereka juga tetap
mereka yang sudah menjadi anggota membuat berita. Kemudian, perkara
parpol sebelumnya. Dengan catatan, tidak dimuat itu sudah di level atas.
baik reporter maupun redaktur yang
ada di parpol maka dia tidak boleh Narasumber 8 Kalaupun kemudian
menangani berita terkait dengan parpol kami di Sindo partisan, tentunya
di mana dia bernaung. saya juga belum tahu bagaimana
keputusan atasan, tapi saya berharap
Narasumber 6 Untuk yang lokal, secara pribadi sebagai reporter lebih
khususnya Radar Solo, belum ada berimbang, semuanya dapat.
permintaan khusus ataupun pencitraan
untuk Pak Dahlan. Bahkan, beberapa jurnalis menyatakan
bahwa mereka kadang mendapat ‘order’
Narasumber 7 Saya dari Jawa Pos dari redaksi (news room) untuk meliput
Radar Jogja terus terang belum ada partai atau capres/cawapres yang
instruksi. Bahkan sekarang pak Dahlan merupakan pemilik media dimana mereka
ada dijogja dan tidak ada woro-woro bekerja. Ataupun sebaliknya, permintaan
liputan. untuk tidak meliput kasus-kasus yang
melibatkan pemilik media, capres/
Narasumber 5 Ketika HT keluar dari cawapres, ataupun tokoh politik tertentu.
Nasdem, waktu itu belum deklarasi ke

69
Dinamika Pers dan Pemilu 2014



Narasumber 5 Itu dari redaksi bisa,
kemudian dari partainya sendiri. Jadi,
kadang saya mendapat undangan
bukan dari redaksi, tetapi dari ketua
beberapa jurnalis DPD/DPC atau caleg.
menyatakan bahwa
Narasumber 8 Tapi kalau kemudian
mereka kadang ada sebuah arahan, saya pikir
mendapat ‘order’ dari arahannya pasti sifatnya normatif.
redaksi (news room) Artinya, ini kamu cover, ini pasti kita
akan cover, kemudian akan kita taruh
untuk meliput partai di halaman pertama. Mungkin partai
atau capres/cawapres lain atau capres lain di halaman yang
yang merupakan pemilik khusus pemilu dengan porsi yang
sama. Artinya kemudian tidak terjadi
media dimana mereka keirian di masing-masing. Saya pikir
bekerja. tekniknya seperti itu mas.

Narasumber 8 Sejauh ini kami Mereka mengatakan bahwa ‘order’


cukup berimbang meskipun kalau tersebut seringkali dilontarkan dalam
dibilang kadarnya pasti jelas kita ada kondisi bercanda. Artinya, order tersebut
by order dari news room, pasti sudah dipahami oleh wartawan bukan sebagai
jelas, partai yang saya sebutkan pasti tekanan, namun sebagai hal yang wajar
tercover. Namun, ketika partai kami atau lumrah.
muncul hari berikutnya adalah partai- Narasumber 5 Kalau bentuk tekanan
partai yang lain. Dalam waktu rentang pressure tinggi, sedang, atau rendah,
seminggu itu semua tercover. saya kira tidak menganggap sebagai
tekanan. Jadi kalau ada penugasan
Narasumber 8 Dua-duanya (media atau arahan meliput partai tertentu
partisan, ada kebijakan mengarah itu dalam kondisi canda. Itu ada dari
ke sana dan pengalaman lapangan), Jogja, nanti dicover, kalau khususnya
artinya harus ada kesadaran secara HT. Kemudian partai lain juga begitu,
politis, karena kita juga hidup di dunia saya juga sering dapat order liputan
politis, kita ada kesadaran juga. Yang partai lain.
kemudian muncul adalah by order,
jadi di tingkat atas. Ini ada bakti sosial Narasumber 6 Kebetulan ada
partai, mohon dicover, karena ini manajemen yang mempunyai
adalah partai yang berafiliasi dengan kedekatan emosional dengan Bu
kita. Rina. Memang beberapa kali sempat

70
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

diinstruksikan, walaupun sambil dari tim sukses. Kecuali ada arahan


guyon, di Radar Solo jangan dulu untuk dokumentasi full, saya datang
karena di Jawa Pos juga ada beritanya. dari awal. Tetapi sekarang ini kan
Jadi ketika penetapan tersangka format berita paling lama 1,5 menit,
memang di halaman belakang Jawa Pos kadang cuma 30 detik, jadi saya ambil
ada berita Bu Rina tersangka. Di Radar seluruhnya paling antara 2-3 menit.
Solo yang jadi headline juga Bu Rina. Kalau misalnya HT ngomong kita
Tadinya sambil guyon, “Wes Jawa Pos ambil saja, saya kirim sekitar segitu.
wae sing keluar beritanya”. Salah satu
manajemen di kantor ngomong begitu Seorang peserta FGD bahkan
pak. menceritakan pengalaman bahwa
seorang jurnalis pernah diberhentikan
Lebih spesifik, para jurnalis mengakui oleh medianya hanya karena memasang
bahwa memang kadang ada pengaruh, foto politisi yang berseberangan dengan
tekanan, atau ‘order’ dari pemilik media pemilik media.
tempat mereka bekerja. Narasumber 6 Ada pengalaman
Narasumber 4 Kalau yang terbesar menarik, ketika saya di Banten dulu,
partai apa saya kurang begitu terkait pilgub. Salah satu media lokal
mengamati. Tetapi bisa dikatakan tidak di sana memasang profil picture. Waktu
menempatkan Nasdem pada porsi itu Bu Atut dan Pak Wahidin Chalid
terbesar. Hanya memang sempat ada saling berseberangan sama-sama
sedikit tekanan ketika HT ada di situ. nyalon. Salah satu redaktur memasang
foto dirinya dengan Chalid, sedangkan
Narasumber 5 Kalau mengenai media tempat si redaktur bekerja pro
independensi, khususnya liputan dengan Bu Atut. Selang beberapa lama
pemilu, sebelum HT keluar dari setelah itu dipanggillah si redaktur ini
Nasdem memang ada kampanye. oleh pimpinannya, dia diberi tawaran
Terkait Nasdem ataupun sekarang mau mundur atau di PHK. Alasannya
Hanura memang ada arahan untuk tidak jelas, tetapi rumor yang beredar
mengambil liputan itu, memang tidak gara-gara dia berseberangan dengan
bisa dipungkiri, karena pemiliknya pemilik modal.
sendiri kan mencalonkan, jadi sedikit
banyak pasti berpengaruh. Kalaupun tidak ada tekanan atau order,
para jurnalis mengakui bahwa tetap ada
Narasumber 5 Iya tetap ada rasa ‘ewuh-pakewuh’, rasa sungkan, atau
pengaruhnya sedikit banyak. Owner rasa tidak nyaman secara psikologis jika
yang ikut mencalonkan tetap ada tidak meliput kegiatan yang dilakukan
pengaruhnya. Kemarin terakhir HT di pemilik media mereka. Memang, mereka
Pacific, ada arahan saya harus datang tidak menerima instruksi, namun mereka
dari awal, tapi bukan dari redaksi, akan datang sendiri untuk meliput karena

71
Dinamika Pers dan Pemilu 2014



tidak perlu dikomando. Mungkin Pak
Dahlan bisa menangkap, jadi wartawan
dibiarkan saja.

Narasumber 3 Memang sudah ada


Kalaupun tidak ada pakemnya.
tekanan atau order, para Kondisi ini, tekanan-tekanan halus yang
jurnalis mengakui bahwa sering tidak dirasakan sebagai tekanan,
tetap ada rasa ‘ewuh- menghilangkan atau membungkam daya
kritis media terhadap news room ataupun
pakewuh’, rasa sungkan, terhadap pemilik media.
atau rasa tidak nyaman Narasumber 1 Ya memang ada
beberapa teman reporter yang
secara psikologis jika menanyakan (ketika meliput kasus
tidak meliput kegiatan sensitif tapi tidak dimuat). Kalau
yang dilakukan pemilik tidak salah dari dewan redaksi sudah
memberi penjelasan, kemudian
media mereka. reporternya juga maklum. Tapi setiap
kali ada pemberitaan kita tetap disuruh
ada rasa ‘sungkan’ dengan pemilik media untuk meliput.
mereka. Ada juga jurnalis yang secara
implisit membahasakannya sebagai Narasumber 2 Kalau langsung
‘sudah ada pakemnya’. Berikut statemen mengkritisi bos secara langsung
mereka: tentu saja belum. Tapi kalau secara
Narasumber 6 Dari perasaan sedikit keseluruhan mengkritisi parpol
banyak ada pak (utang budi ke Pak menjadi makanan sehari-hari.
Dahlan).
Banyak narasumber yang menyatakan
Narasumber 6 Ya secara langsung bahwa tekanan atau ‘order’ juga sering
maupun tidak langsung, namanya datang dari pengurus partai dimana
juga bos, meskipun tidak ada instruksi pemilik media mereka menjadi pimpinan
secara langsung, secara emosional atau capres/cawapres dari partai tersebut,
ya berpengaruh, meskipun tidak ataupun dari teman (sesama jurnalis) yang
seluruhnya. memasuki ranah politik praktis.
Narasumber 4 Untuk sekarang, sejauh
Narasumber 6 Tapi biasanya begini, ini tidak ada instruksi maupun bisikan
kalau wartawan disuruh malah malas, teknis mengenai apa yang harus diliput
tetapi kalau dibiarkan malah ada rasa dan apa yang tidak boleh, bahkan
tertantang dan inisiatif sendiri. Jadi terkait dengan Nasdem sekalipun.

72
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

Kadang-kadang ada perbenturan antara Narasumber 2 Teman-teman di


rekan-rekan di lapangan dengan orang- lapangan ini justru malah kadang-
orang partai yang justru merepotkan. kadang dipengaruhi oleh bukan lagi
atasannya yang sedang berpolitik,
Narasumber 5 Kalau di Hanura, tapi temannya sendiri yang sedang
tidak jauh beda sebetulnya ketika HT berpolitik. Jadi temannya sendiri yang
di Jogja, saya cuma dapat arahan, ini berpolitik lalu dengan rajinnya “Ayo,
HT di Jogja. Yang lebih cenderung dong, support, begini, begini.” Dan
mengejar-ngejar adalah DPD, DPC ada penumpang gelap lainnya, ternyata
atau calegnya. Kalau dari redaksi yang rese adalah partai-partainya itu,
paling, itu ada HT di Jogja, diambil yang minta terus “Ini diliput dong.”
saja. Padahal itu belum tentu instruksi dari
pusat.
Narasumber 1 Kami yang di KR sering
ada, kami menyebutnya cecunguk- Jika berhadapan dengan permintaan
cecunguk partai, yang kadang-kadang atau ‘tekanan’ meliput dari partai tertentu,
merasa bahwa “Ini harus diliput”. para jurnalis menyatakan bahwa mereka
akan bersikap profesional, dalam arti
Narasumber 4 Memang benar ada akan meliput jika memang kegiatan yang
semacam cecunguk-cecunguknya, dilakukan memiliki nilai berita. Namun,
termasuk di lingkungan Nasdem hampir semua jurnalis mengatakan
kadang-kadang juga. Kalau sudah jika permintaan itu datang dari redaksi,
seperti itu, ya kita datang, “Karepmu menjadi penugasan resmi, mereka akan
opo, tak potret, omong”. Begitu cara memenuhinya. Artinya, tidak akan sikap
penghindarannya. Kemudian paling kritis terhadap penugasan yang diberikan
kalau ditanyakan beritanya, “Embuh redaksi.
aku ra moco korane, aku ra mudeng”. Narasumber 5 Kalau bukan penugasan,
biasanya kita abaikan meskipun itu
Narasumber 4 Kemudian memang partai pemilik medianya itu sendiri.
yang paling merepotkan, kalau Kemudian kalau meliput, kita juga
pengurus partai di daerah mengirim masih profesional sesuai standar kerja,
undangannya ke kantor pusat. nggak terlalu menonjolkan kelebihan
Kemudian pusat yang memerintahkan tertentu. Termasuk ketika HT ada di
ke saya atau ke daerah. Itu kadang- Jogja atau ketika Nasdem ada di Jogja,
kadang ditagih, “Seperti apa tadi penulisannya terkait dia mau ngomong
liputannya?”. Tidak hanya Nasdem apa, kita gak terlalu menggali kelebihan
saja, hampir seluruh partai. Kalau dia apa.
mereka mengirim undangan ke pusat,
pusat kemudian memerintahkan ke Narasumber 5 Kalau di Jogja ada tiga
saya, biasanya sore harinya ditagih. sekaligus acara partai lain, tidak ada

73
Dinamika Pers dan Pemilu 2014



penting menggugurkan kewajiban’,
misalnya:
Narasumber 2 Ketika ada case
milih yang mana, kadang-kadang
Jika berhadapan dengan jawabannya adalah yang penting
menggugurkan tugas. Jadi semuanya
permintaan atau dicari, hanya menggugurkan tugas
‘tekanan’ meliput dari saja. Kalaupun tidak diliput nanti
partai tertentu, para salah? Jadi akhirnya diliput, terserah
nanti naik atau tidak. Jakarta minta
jurnalis menyatakan atau tidak, itu bukan urusan kami.
bahwa mereka akan Kami menggugurkan tugas saja.
bersikap profesional, Narasumber 8 Tapi secara pribadi
dalam arti akan meliput kami rata-rata cuek, kalau dibilang
jika memang kegiatan golput tidak, kami lihat mendekati hari
H yang paling bagus mana itu yang kita
yang dilakukan memiliki pilih. Suasana emosionalnya begitu.
nilai berita.
Narasumber 5 Maka kalau saya
arahan, tidak ada penugasan, kalau sebagai orang daerah kadang nggak
menurut saya, skala prioritas. Jadi mau mengambil resiko partai apapun
kalau isu yang diangkat isu nasional, ambil saja. Masalah nanti tayang atau
yang bisa diangkat menjadi berita gak tayang yang penting kan sudah.
nasional, itu yang kita datangi.
Hanya ada satu jurnalis yang bersikap
Narasumber 3 Kalau saya, karena di kritis dengan menyatakan tidak akan
Jogja ini reporternya memang cuma meliput kegiatan partai, kecuali berkaitan
satu, tapi kontributor banyak dan dengan kepentingan publik. Itupun dengan
tersebar di berbagai wilayah di Jogja, catatan, jurnalis tersebut menyatakan
jadi pasti bagi-bagi penugasan. Tapi bahwa jika ada penugasan dia terpaksa
bagi saya pribadi, saya pilih yang nilai akan memenuhinya.
beritanya paling kuat. Narasumber 7 Ketika ada undangan,
biasanya mereka ada kumpul partai,
Narasumber 4 Ya kalau ada beberapa saya jarang sekali meliput. Atau
acara yang penting, kita lihat mungkin apatisme saya terhadap partai
kapabilitas yang hadir. besar sekali.

Namun, ada juga jurnalis yang Narasumber 7 Saya sendiri (keputusan


cenderung ‘cuek’ dan bersikap ‘yang sendiri, bukan redaksional), maksudnya

74
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

tidak akan meminta argumen partai partai. Jadi, cukup masih independen.
kecuali itu ada kaitannya tentang Walaupun Partai Nasdem banyak kita
kebijakan untuk dewan atau pemprov. liput, tapi partai lain juga tetap kita
liput.
Narasumber 7 Ketika ada beberapa
partai dalam satu waktu buat acara dan Narasumber 8 Kalau kami dari koran
tidak ada paksaan untuk meliput, saya SINDO, menjadi tantangan kami
tidak meliput, karena buat saya isu di untuk membuat kadar keberpihakan
provinsi lebih banyak yang bisa digali tidak terlalu tinggi. Sindo salah satu
daripada harus meliput partai. Tapi ownernya salah satu cawapres yang
kalau ada jobdesk, saya laksanakan beraviliasi dengan partai tertentu. Ini
saja. yang menjadi tantangan buat kami.
Sebenarnya tantangan itu di sini,
Sebagian jurnalis mengakui secara independensi juga ditantang ketika
eksplisit bahwa media tempat mereka media tempat saya kerja menjadi
bekerja adalah partisan, artinya tidak partisan.
independen. Bagi jurnalis tersebut, hal itu
wajar mengingat pemilik media mereka Narasumber 8 Jadi kemudian
menjadi capres atau cawapres. Bagi instruksi arahan itu hal yang wajar,
mereka, tugas mereka adalah mengurangi apalagi media kami berafiliasi dengan
kadar keberpihakan tersebut, dengan capres atau partai tertentu, itu adalah
tetap meliput partai atau capres/cawapres wajar saya pikir.
lainnya, meskipun dengan porsi yang
tidak setara dengan partai pemilik media Secara umum, para wartawan
mereka. Berikut pernyataan mereka: menyatakan bahwa ketika pemilu, media
Narasumber 3 Terkait dengan mereka akan memberikan ruang yang sama
independensi, menurut saya memang pada semua partai politik. Hal itu mereka
ada porsi-porsi, di mana tampilnya maknai sebagai independensi dari media
pemilik tv kita memang ada porsinya. mereka. Jadi, sebagian jurnalis memaknai
Tapi di sisi lain ada beberapa program independensi sebagai ‘memberikan
juga yang memang menampilkan ruang yang sama bagi semua partai
tokoh-tokoh lain yang akan ada dalam politik’. Tampak bahwa para jurnalis
pemilu 2014. Misalnya, dalam salah mencampuradukkan makna ‘independen’
satu program primetime news di mana dengan ‘imparsial’ atau ‘netral’. Berikut
ada satu segmen masyarakat diajak kutipan pernyataan mereka:
untuk lebih kenal dengan ketua-ketua Narasumber 1 Kalau berkaitan dengan
partai. Jadi memang di satu sisi ada pemilu, yang saya tahu KR akan
porsi untuk menampilkan Pak Surya memberi kesempatan yang sama pada
Paloh, tapi di sisi lain juga ada porsi- semua partai politik untuk diberitakan.
porsi untuk menampilkan ketua-ketua Artinya, ketika ada partai mengundang

75
Dinamika Pers dan Pemilu 2014



dalam acara, kita liput kemudian
kita muat. Tentu kita lihat materinya,
kalau memang materinya bagus tentu
kolomnya besar. Sedangkan untuk
yang berkaitan dengan seorang caleg
memang kemarin saya mendengar ada
beberapa arahan. Kalau sifat materinya
Hampir semua
berisi kampanye silahkan berhubungan jurnalis berpendapat
dengan periklanan. bahwa media mereka
Narasumber 4 Menurut saya di menyediakan halaman-
Media Indonesia sudah terbangun halaman khusus untuk
independensi, memperlakukan parpol
itu sama.
pemilu, sehingga mereka
yakin bahwa semua
Pendapat bahwa independen adalah partai bisa diakomodasi.
‘memberikan ruang bagi semua partai’
tampak semakin jelas ketika wartawan tidak seolah-olah terlihat sebagai
ditanya mengenai apa yang akan partainya ini. Saya pikir ini yang
mereka lakukan menghadapi masa- dilakukan teman-teman di lapangan
masa kampanye dimana iklim politik untuk menyiasati kondisi yang ada.
semakin memanas dan semua partai
melakukan kampanye. Hampir semua Narasumber 8 Kalau di tingkat
jurnalis berpendapat bahwa media mereka reporter di lapangan, nanti bisa
menyediakan halaman-halaman khusus pembagian tugas. Misalnya, di DIY ini
untuk pemilu, sehingga mereka yakin kami punya 14 reporter, itu bisa kita
bahwa semua partai bisa diakomodasi. tugaskan, dari partai manapun bisa
Adapula jurnalis yang menyatakan bahwa kami terjunkan semua. Persoalannya
keberimbangan dalam pemberitaan partai kemudian ada di dapur redaksi, mau
ini bisa dilakukan dalam rentang waktu di headline-kan yang mana. Kalau
tertentu, maksudnya dalam sepekan menurut saya dalam kasus ini kita
semua partai bisa diakomodasi. Strategi seharusnya berimbang. Sekarang tidak
ini mereka pandang sebagai bentuk haram lagi media cetak menampilkan
independensi. foto berjejer.
Narasumber 8 Artinya, hari ini ada,
hari berikutnya bagaimana kita yang Narasumber 1 Kalau lebih banyak
ada di daerah mengcover partai atau partai yang melakukan aktivitas tentu
acara lain untuk bisa mengimbangi. kami di daerah banyak reporter. Jadi
Artinya dalam suatu rentang waktu, semua diterjunkan, nanti pemuatannya
minimal ada 7 partai yang kita cover, tinggal lihat spacenya. Artinya semua

76
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

bisa terwadahi. Harus independen. Independen itu


bagaimana menampilkan semua itu, itu
Narasumber 1 Menjelang 2014 nanti adalah independensi, kalau apatis tidak
KR menyediakan halaman tersendiri mau meliput itu beda. Saya pikir sudah
untuk pemuatan seluruh parpol, bukan independen. Tapi kalau yang
jadi ketika masa-masa kampanye, namanya independen, pastilah apapun
hari itu semua kampanye saya kira kejadiaannya, baksospun, menurut
akan terakomodir di media halaman saya tetap meliput, tinggal bagaimana
tersendiri. Nah, itu saya kira wujud dari kita framing.
kemerdekaan media terhadap partai
pollitik, meskipun media itu milik Narasumber 8 Semuanya harus
seorang yang aktif di partai tertentu. tampil, bukan tidak diliput, tapi
semuanya harus tampil. Itu menurut
Narasumber 8 Menjelang panas- saya independensi.
panasnya pemilu kami menyediakan
sekitar 4 halaman khusus untuk Narasumber 1 Ya kalau mungkin
pemilu. Dengan jumlah halaman ini, tidak memihak, jadi artinya berimbang.
saya bayangkan aja, semua partai Jadi ketika menjelang pemilu kami
berkampanye pada hari yang sama menyediakan halaman tersendiri untuk
tidak bisa full. Semua partai sudah semua parpol, saya kira itu bagian dari
kita cover, semua capres sudah kita independen itu sendiri.
cover, tapi masih kurang sebenarnya,
masih dibutuhkan anekdot atau opini, Narasumber 7 Independen itu sendiri
atau apa. Justru yang kita takutkan menurut saya penting. Mungkin saat
kehilangan agenda. Ini yang selama ini pemilu, menyediakan informasi yang
saya rasakan empat lima tahun seperti sama porsinya, mungkin semua partai
itu. kita harus bisa cover. Karena pada
saat itu jurnalis punya tugas untuk
Narasumber 8 Kalau soal reporter, menyediakan, untuk memberitahu
karena kita punya 14 reporter, masyarakat, nanti masyarakat mau
yakinlah, DIY kampanye di manapun milih yang mana terserah. Jadi menurut
pasti tercover. saya independen adalah memberikan
porsi yang sama kepada semua,
Secara eksplisit, beberapa jurnalis khususnya untuk pemilu.
menegaskan bahwa independensi adalah
penting, dan mereka menegaskan bahwa Namun, ada juga beberapa jurnalis
independensi adalah menampilkan semua yang memaknai independen sebagai bebas
partai, memberikan ruang bagi semua dari tekanan dari pihak manapun.
partai. Narasumber 8 Ya semuanya, tidak
Narasumber 8 Kalau pribadi jelas. tertekan oleh atasan, tidak tertekan

77
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

oleh birokrasi, tidak tertekan oleh Para jurnalis berpendapat bahwa


temen, tidak tertekan oleh aparat, tidak regu l as i at au at u ran m en g en ai
tertekan oleh saudara, saya pikir itu independensi sangat penting.
independen. Narasumber 4 Yang kami perlukan di
lapangan adalah aturan jangan sampai
Narasumber 5 Independensi menurut mereka yang ada di parpol, calon
saya, bagaimana melakukan tugas legislatif, calon DPD ataupun capres
jurnalistik secara proporsonial tanpa memberikan arahan-arahan khusus
tekanan. demi kepentingan mereka dengan
mengorbankan kebebasan kami.
Narasumber 4 Menurut saya
memang independensi itu memang Hampir semua wartawan menilai
perlu. Wartawan harus tertib, harus bahwa regulasi mengenai independensi ini
impas. Dalam melakukan liputan, harusnya dikeluarkan oleh Dewan Pers.
menuangkan ide, memang harus Narasumber 8 Untuk mengeluarkan
independen, harus bebas. Artinya semacam peraturan yang kemudian
janganlah kemudian ditekan untuk disebarkan, mungkin dewan pers.
memberitakan yang harus seperti Dewan pers saat ini penting, kemudian
ini, atau seperti ini. Terserah dia regulasi itu dipakai atau tidak kan
mau memberitakan. Masih ada filter urusan nomor dua. Saya pikir itu
berikutnya yaitu redaksi. kewajiban dewan pers.

Narasumber 6 Terkait independen, Narasumber 6 Dewan Pers selaku


kalau menurut saya artinya merdeka. penengah harusnya memang
Jadi kalau ingin merdeka ya butuh perlu, tapi saya kira cukup sulit
pengorbanan. Kalau merasa tertekan untuk merumuskannya, karena
di media tertentu, ya kita harus berani kepentingannya luas sekali.
menyatakan sikap. Kasarannya, kalau Dibutuhkanlah, independensi, ya
merasa tidak cocok ya segera keluar. dilihat dari konteksnya masing-
Masing-masing media itu ibarat satu masing.
rumah, kita di situ numpang makan,
mandi dan sebagainya. Tentunya, tuan Narasumber 5 Sudah seharusnya
rumah ini punya aturan sendiri-sendiri. tugas Dewan Pers memberi regulasi
Ketika tuan rumah mempunyai aturan, agar media tidak bisa menekan
tapi tidak dipatuhi oleh kita sebagai karyawan atau wartawan. Tugas
penumpang, tentunya ada sanksi- Dewan Pers untuk membuat regulasi
sanksi. Kalau kita tidak ingin ditekan, untuk melindungi kebebasan jurnalis.
dipressure, kita harus keluar dari
rumah tadi, mencari rumah yang lain. Namun, ada juga jurnalis yang
berpendapat bahwa Dewan Pers tidak

78
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

perlu mengeluarkan regulasi khusus untuk liputan ini. Jadi menurut saya, internal
mengatur independensi ini. Menurutnya, redaksinya harus kuat, harus saling
masalah independensi adalah masalah beri pengertian satu sama lain.
masing-masing redaksi media yang pasti
sudah memiliki kebijakan sendiri-sendiri.
Narasumber 4 Kalaupun Dewan BAB 4
Pers mau, saya kira tidak perlu PENUTUP
mengeluarkan aturan harus independen,
tapi saya kira cukup mengingatkan A. Simpulan
saja bahwa anda harus independen, Penelitian bertema “Pemilu 2014 dan
karena kata independen ini sendiri bisa Konglomerasi Media Nasional (Analisis
dimaknai macam-macam. Artinya, terhadap Kecenderungan Pemberitaan 4
masing-masing sudah memiliki Grup Media Nasional di Indonesia)” ini
kedewasaan sesuai kebijakan news dilakukan dengan tujuan: (1) mengetahui
room masing-masing. Yang terpenting potret independensi 4 grup media
adalah ketika kami ketika melakukan dilihat dari segi kepemilikan media yang
peliputan itu terlindungi, tidak sekedar berafiliasi dengan parpol dan yang tidak
kemudian diberikan asuransi kalau berafiliasi dengan parpol serta dilihat dari
anda mengalami kecelakaan atau konten, dan jurnalis; (2) mengetahui jenis
dipukuli ketika liputan, kami tanggung regulasi yang diperlukan untuk menjamin
biayanya, tapi jangan sampai kami independensi media dilihat dari segi
disakiti, baik secara fisik maupun kepemilikan, konten dan profesionalisme
psikologis, itu saja yang sebenarnya jurnalis.
diperlukan. Untuk mengetahui independensi
media televisi dari aspek isi (konten)
Yang jelas, tidak ada satupun dari dilakukan dengan menggunakan
mereka yang menawarkan solusi mengenai analisis isi kuantitatif. Adapun sampel
perbaikan mekanisme newsroom dalam televisinya adalah TV One dan Metro
rangka menguatkan independensi. Hanya TV dimana pemiliknya berafiliasi pada
ada satu lontaran yang mengusulkan partai tertentu dan bahkan mencalonkan
perlunya keterbukaan dalam newsroom. diri sebagai Capres pada Pemilu 2014.
Narasumber 7 Tapi kalau menurut Sedangkan Trans TV diambil sebagai
saya, ketika pemilu komunikasi di sampel bahwa pemiliknya tidak secara
redaksi sendiri harusnya bisa dibuka nyata menunjukkan afiliasinya pada
dengan lebar, supaya komunikasi Parpol atau Capres tertentu. Pengamatan
antara wartawan dengan redaktur dengan menggunakan lembar koding
bisa benar-benar terjalin. Kalau (coding sheet) dilakukan terhadap berita
umpamanya kita ditugasin meliput ini, seputar Capres/Cawapres, Caleg, Parpol,
itu ada kejelasannya, jadi bukan cuma dan Penyelenggara Pemilu 2014 yang
perintah harus ada, kenapa kita harus disiarkan oleh ketiga televisi tersebut

79
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

antara tanggal 4 – 10 Nopember 2013. Yogyakarta dan Solo untuk mengungkap


Kemudian untuk mengetahui konteks relasi pusat-daerah dalam
independensi media cetak (koran) diambil kebijakan redaksional peliputan politik
sampel Surat Kabar Rakyat Merdeka yang dan rekomendasi regulasi yang aplikatif
terbit di Jakarta dan kepemilikannya di dengan stuasi daerah. Rekomendasi juga
bawah Grup Jawa Post dan merupakan dirumuskan setelah mencermati hasil
representasi dari surat kabar yang analisis isi.
pemiliknya tidak berafiliasi langsung Berdasarkan hasil olah data baik yang
pada Parpol atau Capres tertentu. Adapun dihimpun melalui lembar koding (coding
sampel koran yang menunjukkan afiliasi sheet) analisis isi, FGD, dan hasil studi
pemiliknya pada parpol/capres tertentu pustaka, riset ini menyimpulkan:
adalah Media Indonesia yang merupakan 1. Analisis isi terhadap konten
milik Ketua Umum Partai Nasdem, berita di tiga stasiun televisi,
Surya Paloh. Berita politik yang diamati yaitu Trans TV, Metro TV, dan
mencakup empat topik, yaitu seputar TV One menemukan adanya
Capres/Cawapres, Caleg, Parpol, dan perbedaan yang signifikan antara
Penyelenggara Pemilu 2014 yang terbit media yang pemiliknya berafiliasi
antara tanggal 1-15 Nopember 2013. kepada Parpol/Capres/Cawapres
Adapun untuk mengetahui dan yang tidak berafiliasi. Berita-
independensi pada level jurnalis berita tentang Pemilu 2014 di
dilakukan melalui Focus Group TV One lebih banyak menyebut
Discussion (FGD) dengan melibatkan Partai Golkar serta Capres
jurnalis dari media yang diteliti dan ARB dibanding parpol lainnya.
dari media lain yang dipandang dapat Demikian pula Metro TV lebih
memberikan masukan tentang isu banyak menampilkan narasumber
independensi dengan mengungkap dari kalangan partai Nasdem
persepsi, pemahaman dan pengalaman dan Capres Surya Paloh. Ketika
empirik mereka ketika bertugas di TVOne memberitakan aktivitas
lapangan meliput Pemilu. Di samping Capres Aburizal Bakrie (ARB)
itu, untuk mempertajam analisis, temuan selalu disertai insert suara (sound
data lapangan tersebut dikombinasikan up) ARB yang menunjukkan
dengan hasil studi dokumentasi terkait isu pemberian porsi istimewa.
independensi media. Hal yang sama dilakukan juga
Untuk mengetahui jenis regulasi yang dilakukan oleh Metro TV.
diperlukan untuk menjamin adanya Sedangkan siaran TransTV
independensi media dilakukan studi secara umum tidak menunjukkan
dokumen, analisis data sekunder dan focus keberpihakan pada Parpol maupun
grup diskusi yang melibatkan jurnalis Capres/Cawapres tertentu.
lokal di Yogya-Solo. Peserta FGD sengaja 2. Dari segi penggunaan waktu di
dipilih dari perwakilan jurnalis lokal di ruang publik, TVone terbukti

80
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

secara signifikan memberikan 4. Hasil analisis isi pemberitaan


porsi yang paling besar kepada di media cetak, yaitu Koran
ARB. Bahkan dalam siaran tanggal Koran Rakyat Merdeka dan
9 November 2013, meskipun Media Indonesia menunjukkan
siaran pada waktu itu minim kemipiran dengan televise. Dari
dengan berita Pemilu, TVone 94 item berita Pemilu 2014 di
memberi porsi waktu yang besar Media Indonesia ditemukan
(lebih dari satu jam) kepada ARB kecenderungan memberitakan
untuk menjadi narasumber tunggal secara positif partai Nasdem,
dalam talkshow kebudayaan yang sebaliknya bersikap sangat kritis
bernama Ayuuuk Rembug Bareng terhadap kinerja KPU. Sementara
(ARB). Sementara kapling waktu Rakyat Merdeka member porsi
untuk Capres dari partai lainnya dominan atas Dahlan Iskan selaku
hampir tidak ada sama sekali. owner Jawa Pos Group. Capres/
Hal serupa juga dilakukan oleh Cawapres yang paling sering
Metro TV yang kerap menyajikan diliput RM sesuai urutan: Dahlan
hasil liputan aktivitas Capres Iskan, Surya Paloh, Aburizal
Surya Paloh lengkap dengan Bakrie dan Jusuf Kalla. Intinya,
insert suara, sedangkan Capres MI dan RM cenderung berpihak
Partai lain sangat minim porsinya. kepada pemiliknya.
Kecenderungan seperti itu tidak 5. Melalui FGD, ditemukan data
terjadi pada Trans TV. belum adanya kesamaan persepsi
3. Pada kasus iklan politik terdapat tentang konsep dan sikap terkait
kecenderungan yang sama. independensi media dan jurnalis
Dalam periode November 2013, terutama ketika menghadapi
TVone dan Metro TV menyiarkan penugasan membuat berita yang
iklan politik dari pemilik mereka berpotensi partisan. Ada banyak
masing-masing dengan frekuensi perbedaan pengalaman empirik di
tinggi. Jika dirata-rata, untuk di kalangan jurnalis ketika meliput
TV One tidak kurang dari 15 kali isu Pemilu.
tayang per hari tentang iklan ARB 6. Pandangan para jurnalis terhadap
dengan dua versi. Hal yang sama konsep dan prinsip independensi
juga ditemukan di Metro TV. cukup beragam, bahkan ada
Selama periode November jika yang tidak dapat membedakan
dirata-rata tidak kurang dari 20 antara independensi, netralitas,
kali per hari Metro TV menyiarkan dan imparsialitas. Mayoritas
iklan politik Nasdem/Surya Paloh. peserta FGD mengemukakan
Sedangkan pada periode yang bahwa independensi dimaknai
sama TransTV tidak menyiarkan dengan memberikan ruang
iklan politik terkait Pemilu. yang sama kepada semua calon

81
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

legislatif, Parpol, dan Capres/ tersandung kasus dugaan


Cawapres. Pandangan seperti korupsi menunjukan, bahwa
ini menunjukkan adannya secara sadar mereka tetap
penyederhanaan konsep tentang melakukan peliputan, tetapi
independensi dan menyamakannya memilih angle yang dapat
dengan prinsip imparsialitas. menguntungkan pemilik
7. Dalam posisi selaku jurnalis untuk media tersebut karena adanya
bersikap independen, peneliti perasaan ewuh-pekewuh/relasi
menemukan perbedaan sikap di psikologis.
antara peserta FGD. Mayoritas c. Diakui ada instruksi dari
menyatakan bahwa mereka dan kantor pusat untuk melakukan
medianya harus independen, peliputan terhadap kegiatan
tetapi ada peserta yang menyadari/ Capres/Cawapres pemilik
mafhum bahwa ketika media media, reporter lokal bahkan
tempat dia bekerja dimiliki oleh harus menggunakan atribut
Capres/Cawapres maka dengan media secara jelas. Penggunaan
sendirinya media tersebut partisan. atribut tersebut dimaksudkan
8. Saat jurnalis mengemukakan untuk menjamin kenyamanan
pengalamannya dalam melakukan pemilik media menyampaikan
liputan Pemilu, muncul data-data statement politik, sehingga jika
empirik, seperti berikut: media lain berusaha memelintir,
a. Ketika melakukan peliputan di ada jaminan perimbangan dari
lapangan ada kebebasan untuk media yang dimilikinya.
menentukan topik, angle berita, d. Diakui ada strategi lain redaksi
dan aspek lain dalam kegiatan untuk tetap memberitakan
jurnalistik, tetapi mereka tidak aktivitas politisi, Parpol,
dapat memastikan berita akan Caleg, Capres/Cawapres yang
dimuat atau tidak, disiarkan dikelola pemilik medianya
atau tidak. Otoritas pemuatan/ dengan pendekatan promosi
penyiaran sepenuhnya ada di melalui iklan dan advetorial
redaksi (newsroom). Dengan sehingga tidak masuk kategori
kata lain, tekanan/intervensi berita politik, melainkan iklan
pemilik dinilai terjadi lebih politik.
banyak terjadi pada newsroom
kantor pusat, bukan di level B. Rekomendasi
reporter. Bertitik tolak dari temuan dan simpulan
b. Pengalaman jurnalis saat penelitian seperti tersebut pada butir A,
meliputi kegiatan pemilik maka selanjutnya diajukan rekomendasi
medianya yang menjadi sebagai berikut:
pengurus partai dan sedang 1. Dewan Pers dan Komisi Penyiaran

82
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

Indonesia (KPI) harus segera redaksi benar-benar memahami


menyusun dan melakukan independensi media, dan secara
penegakan lebih tegas terhadap jelas dapat membedakan dengan
regulasi pemberitaan dan siaran prinsip netralitas dan imparsialitas.
Pemilu yang menjamin kesetaraan 6. Media massa perlu menunjukkan
antar semua kandidat dan Parpol. posisi editorialnya secara terbuka
2. Ketidakberimbangan porsi waktu dalam hal pemberitaan tentang
yang diberikan kepada Capres/ Pemilu 2014 agar publik dapat
Cawapres tidak hanya ditemukan menilai secara jelas tingkat
dalam program berita tetapi pada independensi media yang
program non berita. Oleh karena bersangkutan, sehingga publik
itu regulasi yang dibuat KPI harus dapat dengan jelas membedakan
mampu menjangkau ketentuan antara berita dengan advertorial.
alokasi waktu yang berimbang 7. Dewan Pers perlu membuat
pada semua jenis siaran. aturan teknis di bawah UU yang
3. Dewan Pers dan KPI harus melindungi profesi wartawan
bersinergi membuat regulasi dan dari tekanan pemimpin media
menegakkan aturan pembatasan yang berafiliasi pada parpol
maksimal pemuatan iklan politik tertentu maupun menjadi Capres/
di media cetak dan elektronik, Cawapres. Peraturan tersebut akan
menjamin adanya kesetaraan sangat berguna untuk menegakkan
kesempatan. Media massa independensi media. Dengan
dilarang memuat iklan politik yang adanya peraturan itu, pihak redaksi
hanya berasal dari Parpol/kandidat dan reporter akan dengan mudah
tertentu. mengelak dari tekanan pemilik
4. Dewan Pers dan KPI perlu yang memaksakan kehendak untuk
menginisiasi regulasi yang diberitakan kegiatan politiknya.
mengharuskan pemilik dan
pekerja media untuk non-aktif/
mundur dari manajemen atau kerja
media ketika mencalonkan diri
sebagai politisi, Capres/Cawapres.
Pemilik media wajib melepaskan
kepemilikannya ketika terjun
menjadi politisi.
5. Dewan Pers dan Organisasi
profesi jurnalis perlu melakukan
peningkatakan pengetahuan dan
kemampuan wartawan dalam hal
independensi media. Reporter dan

83
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

DAFTAR PUSTAKA

Achdian, Andi dan Sri Ahyani (eds.). 2010. 10 Tahun Yayasan Tifa Semangat Masyarakat
Terbuka. Jakarta: Yayasan Tifa.
Adi, Kurniawan, makalah Metodologi Penelitian Khalayak Media, 2012.
Bagdikian, Ben. 2003. The New Media Monopoly. Boston: Beacon Press.
Barrat, David. 1994. Media Sociology. London and New York: Routledge.
Bennet, Tony. 1982. “Media, Reality, Signification”. Dalam Michael Gurevitch, Bennet,
James Curran dan James Wollacott (eds.). Culture, Society and the Media. London:
Methuen.
Berger, Arthur Asa, Media Analysis Technique, edisi 2, Yogyakarta: Penerbit Universitas
Atmajaya, 2000.
Cahyadi, Firdaus. “Indepth Report Konglomerasi Media di Era Konvergensi Telematika”.
Makalah tidak diterbitkan, One World Indonesia.
Haryanto, Ignatius. 2004. ”Kepemilikan Media Terpusat dan Ancaman terhadap
Demokrasi”. Kompas, 4 Agustus 2004.
Haryanto, Ignatius. 2009. ”Mendemokratiskan Kelembagaan Media di Indonesia: Kata
Pengantar untuk Buku Anett Keller”. Dalam Anett Keller, Tantangan dari Dalam -
Otonomi Redaksi di 4 Media Cetak Nasional. Jakarta: Friedrich Ebert Stiftung (FES)
Indonesia Office.
Hidayat, Dedy N. 1998. “Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi”. Jurnal
Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, No. 2 Oktober 1998.
Husain Pontoh, Coen, “Amanat Hati Nurani Karyawan”, Jakarta: Majalah Pantau Edisi
April 2001.
Irianto, Heru dan Burhan Bungin. 2006. “Pokok-Pokok Penting Tentang Wawancara”.
Dalam Burhan Bungin (ed.). Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi
Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers.
Kamberelis, George dan Greg Dimitriadis. 2005. “Focus Groups: Strategic Articulations
of Pedagogy, Politics, and Inquiry. Dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln
(eds.). Handbook of Qualitative Research: Third Edition. Sage Publications.
Kovach, Bill dan Tom Rosenstiel. 2006. Sembilan Elemen Jurnalisme (The Elements of
Journalism). Alih bahasa Yusi A. Pareanom. Jakarta: Yayasan Pantau.
Lull, James. 1995. Media, Communication, Culture: A Global Approach. Cambridge:
Polity Press.
Luwarso, Lukas (ed.). 2008. Mengelola Kebebasan Pers. Jakarta: Dewan Pers.
McChesney, Robert. 2006. “Global Media, Neoliberalism & Imperialism”.
www.thirdworldtraveler.com/Robert_McChesney_page.html.
Pambudi W. 2012. “Huru-Hara Konglomerasi Media”. Majalah Kombinasi, Edisi 42,
Januari 2012.

84
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

Pontoh, Coen Husein. 2001. “Amanat Hati Nurani Karyawan”. Majalah Pantau, Edisi
April 2001.
Rujuk rekaman: kongkalikong media dan politik yang bocor di laman youtube.com di
alamat http://bit.ly/103BQW3.
Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Shoemaker, Pamela J. dan Stephen D. Reese. 1991. Mediating The Message. New York:
Longman.
Suryabrata, Sumadi, Metode Penelitian, Jakarta: CV. Rajawali, 1983.
“Waspadai Politisi Pemilik Media”. http://www.jpnn.com/read/2012/03/08/120019/
jpnn_network.php. Diakses pada 1 Februari 2013.
Widiyanto. 2009. “Geger di Sisminbakum, Sunyi di RCTI dan Okezone”. Dalam Arief
Kuswardono dkk. (ed.). Wajah Retak Media: Kumpulan Laporan Penelusuran.
Jakarta: Aliansi Jurnalis Independen Indonesia.
Yazid, Muhammad dkk. 2013. “Harry Tanoe masuk Nasdem, lampu kuning bagi
independensi lembaga penyiaran”. http://nasional.kontan.co.id/news/. Diakses pada
1 Februari 2013.
Http://www.indonesiaelectionportal.org/read/2285/Independensi-Media-
Dipertanyakan. Diakses pada 18 Juli 2013.
Http://www.cipg.org.
http://bit.ly/103BQW3.

85
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

86
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

Penelitian Ketiga

INDEPENDENSI TELEVISI MENJELANG


PEMILU 2014:
KETIKA MEDIA JADI CORONG
KEPENTINGAN POLITIK PEMILIK

87
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

88
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

INDEPENDENSI TELEVISI MENJELANG PEMILU 2014:


Ketika Media Jadi Corong Kepentingan Politik Pemilik1
Muhamad Heychael dan Holy Rafika Dhona

I. Latarbelakang untuk memperebutkan hati publik.


Hubungan tegak lurus antara masifnya
Independensi media adalah syarat kampanye politik di media terhadap
dari berlangsungnya sebuah demokrasi keputusan politik warga negara pada
yang berkualitas. Menyongsong pesta Pemilu telah dibuktikan lewat berbagai
demokrasi Pemilu 2014, independensi penelitian, seperti yang terjelaskan pada
media kian dibutuhkan publik. Sebab, nukilan berikut:
tanpa adanya media yang menyajikan
informasi yang berkualitas, berimbang, “Riset yang dilakukan Institut Studi
dan akurat, maka publik berpotensi tidak Arus Informasi (ISAI), TIFA, dan
mampu mengambil keputusan yang Media Development Loan Fund
tepat dalam kehidupannya sebagai warga pada Pemilu 2004 menunjukkan
negara. Namun faktanya kita tahu, di balik bahwa frekuensi kemunculan seorang
segala teori normatif media, realitasnya politikus di media berbanding lurus
media tak pernah begitu saja bisa terpisah dengan jumlah perolehan suara rakyat.
dari kepentingan ekonomi dan politik, Begitu pula riset ISAI dan TIFA lima
sebagaimana minyak terpisah dari air. tahun kemudian, yakni pada Pemilu
Kenyataan tersebut terutama bisa disimak 2009. Kemenangan pasangan SBY-JK
pada masa menjelang pemilihan umum, pada 2004 dan SBY-Boediono pada
di mana media massa kerap digunakan 2009 dilatari oleh aktivitas tampil di
sebagai sarana kampanye politik. media dengan jumlah terbanyak. Maka
bisa jadi: kemenangan politik bermula
Media di waktu-waktu sekarang ini dari kemenangan menguasai media”
berada di dalam tegangan kekuatan- (Roy Thaniago, Koran Tempo, 26 Juli
kekuatan politik yang ada. Salah satu 2013).
media yang berada pada arus politik
yang kuat adalah televisi. Sebagai media Peran penting media sebagai sarana
yang menjangkau publik paling luas, kampanye politik bagi elit dan harapan
peran televisi sentral dalam mengenalkan normatif media sebagai sarana informasi
figur ataupun partai politik pada publik. yang jernih bagi publik dalam proses
Inilah mengapa televisi dan berita televisi demokrasi menjadi signifikansi dari
khusus jadi ruang pertarungan politik pentingnya upaya mengawal independensi
89
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

media. Apalagi umum diketahui, beberapa Pertanyaan Penelitian


grup usaha media, pemiliknya terafiliasi • Berapa banyak kemunculan tokoh dan
langsung dengan partai politik tertentu, partai politik dalam masing-masing
dan ini yang memunculkan pertanyaan: berita stasiun televisi (frekuensi,
munginkah media mampu menghadirkan durasi, dan durasi penonjolan)?
informasi yang jernih bagi publik • Bagaimana nada pemberitaan tiap
dalam situasi demikian? Bertumpu stasiun televisi atas masing-masing
pada kerangka pemikiran demikianlah, tokoh dan partai politik: positif,
penelitian ini dilakukan dengan tujuan negatif, atau netral?
memotret aktivitas televisi menjelang • Berapa banyak (frekuensi) dan lama
Pemilu 2014. Dalam upaya ini, penelitian (durasi) tokoh dan partai politik
ini menjadikan 6 stasiun televisi sebagai muncul di siaran produk non-
subjek amatan. Keenamnya dipilih berita, baik kehadirannya langsung,
berdasarkan representasi tiap kelompok secara simbolik, maupun sebagai
perusahaan media, yakni: RCTI (MNC pembicaraan?
Group), SCTV (EMTEK Group), Trans • Dalam produk non-berita, dalam
TV (Trans Corp), TV One (Viva News), bentuk dan tema macam apa saja
dan Metro TV (Media Group). tokoh dan partai politik muncul di
siaran televisi, baik kehadirannya
Untuk mengukur independensi langsung, secara simbolik, maupun
keenam stasiun televisi tersebut, sebagai pembicaraan?
penelitian ini berfokus untuk mengamati • Dari s em u a i t u , b ag ai m an a
24 jam penuh isi siaran pada periode 1-7 independensi masing-masing stasiun
November 2013. Dari pendekatan ini, isi televisi tersebut?
siaran terklasifikasi dalam tiga bentuk,
yakni produk berita, produk non-berita II. Metodologi
(hiburan, musik, sinetron, talk show, dan
sebagainya), dan iklan. Sedangkan objek 1. Objek amatan
yang diteliti adalah kemunculan tokoh • 6 stasiun televisi
calon presiden (capres) dan partai politik Pilihan untuk meneliti 6 stasiun
peserta Pemilu 2014 pada isi siaran. televisi sebagai objek amatan
berangkat dari asumsi teoritis teori
ekonomi politik media, bahwa
pada satu grup usaha media atau

1. Peneltian ini merupakan hasil kerja Divisi Penelitian Remotivi. Materi tayangan televisi yang digunakan
untuk keperluan analisis diperoleh dari rekaman yang dilakukan Remotivi, dan sebagian kecil lainnya
didapat dari Komisi Penyiaran Indonesia. Penelitian ini terselenggara atas dukungan Dewan Pers.
Kecuali dinyatakan berbeda, seluruh isi laporan ini dilindungi dengan lisensi Creative Common
Attribution 3.0.

90
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

konglomerasi, meski berbeda mengingat pada beberapa media


manajemen dan pengelolaan massa proses “kampanye” (dalam
sesungguhnya merefleksikan definisi yang tentu saja berbeda
kepentingan yang sama. dengan yang dimaksud Komisi
Pemilihan Umum) telah mulai
In addition to ownership dilakukan.
concentration of the mass media
industry, content • Kontestan politik: 36 tokoh
provision, packaging and politik dan 12 partai politik
distribution have also become a peserta Pemilu 2014
standardised Tokoh politik yang menjadi subjek
production and marketing dalam penelitian ini mengacu
process in which the messages kepada hasil survey majalah
communicated are Indonesia 2014 mengenai 36 tokoh
constrained and directed in both yang dinilai berpeluang menjadi
quantity and quality to meet the calon presiden (capres) pada 2014.
economic Pilihan untuk menggunakan data
imperatives of that process Indonesia2014 sebagai acuan
(Melody 1978: 219) adalah karena versi ini yang paling
akomodatif. Ini berbeda dari
Karena itu penelitian ini mengamati hasil lembaga survei yang, selain
stasiun televisi yang mewakili terus menerus berubah (sehingga
grup usaha atau kepemilikan, tokoh yang bisa dilihat sangat
yaitu: RCTI (MNC Group), SCTV terbatas), kerap kali memiliki hasil
(EMTEK Group), Trans TV (Trans yang relatif terhadap pemesan
Corp), TV One (Viva News), dan survei. Sebagai contoh, pada saat
Metro TV (Media Group). penelitian dimulai, November
2013, belum banyak pihak yang
• Periode sampel data yang mendeklarasikan diri maju sebagai
diteliti: 1-7 November 2013 capres. Sementara itu, kita tahu
Periode ini dipilih karena bahwa dinamika politik bergerak
merupakan periode menjelang amat cepat. Mereka yang hari ini
Pemilu. Pasalnya, Januari 2014 bukan calon, dalam satu atau dua
adalah waktu ditetapkannya calon minggu bisa jadi calon. Itulah
legislatif dari masing-masing alasan kami menjatuhkan pilihan
partai politik, yang menandai pada data versi Indonesia2014.
dimulainya tahapan Pemilu 2014. Beberapa dari 36 nama ini memang
Rentang antara November 2013 terbilang tidak mungkin lagi untuk
dan Januari 2014 inilah yang maju pada pemilihan presiden,
sesungguhnya hendak diamati, seperti Anas Urbaningrum dan

91
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

Luthfi Hasan Ishaaq yang terjerat


kasus korupsi. Namun demi taat
azas metodologi, maka tetap
dihitung tiap kemunculannya di
televisi.

92
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

• Bentuk siaran: produk berita, Produk berita yang dimaksud dalam


produk non-berita, dan iklan penelitian ini adalah program reguler
Produk berita. Informasi yang berita di masing-masing stasiun
disajikan redaksi masing-masing televisi. Misalnya Liputan 6 di SCTV,
stasiun televisi sangat berharga Metro Pagi di Metro TV, Seputar
dan penting untuk dianalisis. Indonesia di RCTI, dan seterusnya.
Karena informasi adalah oksigen
demokrasi, demikian ungkap Pada setiap berita, penelitian ini
Tocqueville, maka kejernihan mempertimbangkan tiga variabel untuk
informasi yang tidak bias melihat independensi ruang redaksi,
kepentingan politik golongan yakni “frekuensi”, “durasi”, “durasi
tertentu adalah kualitas informasi penonjolan”, serta “nada pemberitaan”
yang diharapkan publik menjelang pada objek penelitian (tokoh dan partai
Pemilu seperti saat ini. Karenanya politik).
berita adalah instrumen penting
yang perlu mendapat perhatian Variabel “frekuensi” dan “durasi”
khusus.
93
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

perlu untuk diperhatikan, sebab Namun, melihat proporsi ruang saja


pembagian proporsi ruang bagi tidak cukup. Pasalnya bisa jadi ada partai
kontestan politik bisa jadi indikasi atau capres yang banyak diberitakan
sebuah sikap keberpihakan redaksi. (juga ditonjolkan) tapi dengan isu dan
Hal lain, berkait dengan proporsi bingkai pemberitaan yang negatif.
ruang, penelitian ini juga menghitung Dengan demikian, pemberian porsi
durasi berita yang disedikan sebuah yang besar itu tidak selalu berarti
stasiun televisi untuk memberi positif. Itu artinya dibutuhkan variabel
“penonjolan” pada kontestan politik, lain untuk mengukur independensi
yakni sebuah perlakuan menampilkan selain proporsi ruang (frekuensi,
kontestan melalui gambar dan suara. durasi, dan durasi penonjolan), yaitu
Pada media audio dan visual seperti “nada pemberitaan”.
televisi, kemunculan fisik dan suara
dari figur yang diberitakan merupakan Dalam penelitian ini, nada
pemberian proporsi yang berarti. pemberitaan diidentifikasi lewat kata
Dalam pengertiannya inilah “durasi sifat yang digunakan oleh pembawa
penonjolan” menjadi penting dicatat. berita ketika membacakan informasi
Dengannya kita bisa mengetahui mengenai kontestan politik. Penelitian
durasi yang diberikan stasiun televisi ini memindai kata sifat, baik yang
pada masing-masing kontestan untuk bersifat positif seperti “keberhasilan”,
mengartikulasikan dirinya lewat berita. “gebrakan”, “keberanian”, atau
negatif seperti “lambat”, “kurang
responsif”, dan sebagainya. Selain
bernada positif atau negatif, sebuah
berita juga bisa jadi bernada netral,
yaitu ketika narasinya hanya sebatas
menyampaikan informasi tanpa
tendensi menilai.
Variabel “frekuensi” dan Produk non-berita. Mengukur
“durasi” perlu untuk indepensi media melalui kerja
diperhatikan, sebab junalistik saja tidaklah memadai.
Dalam dinamika industri media yang
pembagian proporsi kian dinamis, upaya pencitraan diri
ruang bagi kontestan untuk tujuan politik tak hanya berwujud
berita atau iklan saja, tapi juga dalam
politik bisa jadi bentuknya yang muktahir, seperti
indikasi sebuah sikap yang bisa ditemukan dalam format
keberpihakan redaksi. kuis2, infotainment, sinetron, reality
show, atau bahkan penggalangan dana

94
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

satu tokoh dalam 36 nama yang ada


atau 12 partai politik, akan di-coding
sebagai bentuk kemunculan. Inilah
yang persis terjadi pada Marzuki Alie
yang membintangi iklan Maspion.
Dalam penelitian ini,
• Populasi data
nada pemberitaan 310 buah berita dengan durasi
diidentifikasi lewat kata 64.810 detik, 215 spot iklan,
sifat yang digunakan oleh dan 98 titik kemunculan dalam
program non-jurnalistik.
pembawa berita ketika
membacakan informasi 2. Definisi Operasional
mengenai kontestan
• Frekuensi
politik. Frekuensi dihitung berdasarkan
tiap kemunculan kontestan politik
pemirsa untuk bantuan korban bencana dalam setiap item berita, iklan, dan
alam3. Pada produk non-jurnalistik, non-berita.
variabel yang dipakai adalah “durasi”
dan “frekuensi” kemunculan kontestan • Durasi
politik. Variabel tersebut ikut dihitung Durasi adalah lama waktu tayang
bila kontestan politik nama, slogan, sebuah berita, iklan, dan non-
atau materi kampanyenya muncul berita (hitungan detik) dalam
dalam tayangan dalam bentuk suara memunculkan tokoh dan partai
(langsung dan dibicarakan) dan politik.
gambar (sosok, logo, simbol).
• Durasi Penonjolan (khusus
Iklan. Iklan dalam pengertian ini berita)
adalah comercial break yang di Durasi Penonjolan dalam berita
dalamnya memunculkan tokoh adalah ketika suara (berupa
ataupun partai politik. Dengan definisi kalimat yang utuh, tidak termasuk
yang demikian, baik iklan komersial kalimat sapaan) kontestan politik
sekalipun, jika memunculkan salah muncul di dalam tayangan visual,

2. Contoh paling fenomemal mengenai medium kuis sebagai sarana kampanye bisa dilihat pada Kuis
Kebangsaan yang tayang di RCTI dan Indonesia Cerdas di Global TV. Kuis ini merupakan sarana
kampanye Partai Hanura, calon legislatifnya, dan capres-cawapresnya, Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo.
3. Heychael, Muhamad dan Roy Thaniago. Ketika Televisi Peduli: Potret Dilematis Filantropi Media.
Jakarta: Remotivi, 2012.

95
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

baik diwawancarai langsung III. Tokoh dan Partai Politik pada


maupun ketika sedang berpidato Produk Berita
atau beraktivitas lainnya.
1. Pemberitaan Tokoh Politik 4di 6
• Nada Pemberitaan (khusus Stasiun Televisi Bersiaran Nasional
berita)
Nada pemberitaan adalah bingkai Pada bagian ini, pemaparan akan
yang diciptakan media televisi difokuskan pada pembicaraan
dalam sebuah berita melalui kata mengenai kemunculan tokoh politik
sifat, yang terdapat pada teks/audio pada produk berita. Pertama-tama akan
yang dibacakan oleh pembaca ditampilkan data umum yang diperoleh
berita. dari enam stasiun televisi. Ini untuk
melihat gambaran besar hiruk-pikuk
media dalam memunculkan tokoh-
tokoh. Baru setelah itu pemaparan data
akan dilanjutkan dalam tiap stasiun
televisi.

96
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

Berdasarkan data total dari enam pemberitaan tinggi dan dibarengi dengan
stasiun televisi, Joko Widodo (Jokowi) tingginya frekuensi berita bernada negatif.
adalah tokoh yang durasi pemberitaannya
paling tinggi (9.557 detik). Tapi, dari Meski durasi dan frekuensi berita
sisi “durasi penonjolan”, Jokowi hanya mengenai Jokowi merupakan yang
mendapat 1.479 detik, atau nomor dua tertinggi, namun Jokowi juga merupakan
setelah Surya Paloh. Tokoh yang paling tokoh yang paling banyak diberitakan
banyak memperoleh “durasi penonjolan” secara negatif (30%). Dari 59 berita, berita
adalah Surya Paloh (2.745 detik), dan positif mengenainyaberjumlah 11 berita
90% durasi penonjolan tersebut terjadi di dan berita negatif sebanyak 12. Secara
Metro TV, stasiun televisi miliknya. umum, perolehan berita positif untuk
Jokowi ada di bawah Surya Paloh, sebagai
Durasi tertinggi kedua diperoleh oleh figur yang paling banyak diberitakan
Surya Paloh (6.575 detik), yang sebagian secara positif (21.8%). Berbeda dengan
besar diperoleh dari Metro TV, lalu Jokowi, Surya Paloh tidak mendapatkan
menyusul Mahfud MD di urutan ketiga satu pun berita negatif. Hal yang sama
(6.562). Sekadar catatan, ketika penelitian
ini berlangsung di awal November 2013,
media kita sedang ramai memberitakan
mengenai razia topeng monyet di Jakarta,
tuntutan buruh akan kenaikan upah minum Meski durasi dan
provinsi DKI Jakarta, dan kasus tangkap
tangan bekas Ketua Mahkamah Konstitusi frekuensi berita
Akil Mochtar. Jokowi dan Mahfud MD mengenai Jokowi
mendapat perolehan durasi dan frekuensi merupakan yang
pemberitaan yang tinggi karena keduanya
adalah aktor utama dalam berita-berita tertinggi, namun Jokowi
tersebut. Hal yang sama berlaku untuk juga merupakan tokoh
Anas Urbaningrum dan Lutfi Hasan Ishaaq
yang berkisar mengenai kasus korupsi
yang paling banyak
yang dituduhkan pada keduanya, sehingga diberitakan secara
juga memperoleh durasi dan frekuensi negatif (30%).

4. Dari 36 tokoh yang menjadi subjek penelitian ini, hanya 20 orang yang mendapat porsi pemberitaan
selama periode penelitian. 16 sisanya sama sekali luput dari pemberitaan, dan mereka adalah Megawati
Soekarno Putri, Sutiyoso, Endiartono Sutanto, Yusril Ihza Mahendra, Agus Martowardojo, Anies
Baswedan, Chairul Tandjung (satu-satunya pemilik media yang tidak mendapat porsi pemberitaan),
Djoko Suyanto, Irman Gusman, Prabowo Subianto, Pramono Edhie Wibowo, Puan Maharani, Rizal
Ramli, Sri Mulyani Indrawati, dan Sri Sultan Hamengkubuwana X.

97
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

terjadi pada Aburizal Bakrie, pemilik pada peringkat ketiga tokoh yang paling
TV One dan ANTV sekaligus Ketua banyak diberitakan secara positif. Semua
Umum Partai Golkar. Meski perolehan berita mengenainya bernada positif,
durasi (1.061 detik) dan frekuensi (6 kali) tidak ada yang netral, apalagi negatif.
beritanya tidak banyak, Aburizal ada

98
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

PemberitaanTokoh Politik pada Tiap detik), kemudian Jokowi (990) dan yang
Stasiun TV ketiga adalah Anas Urbaningrum (638).
Tetapi untuk “durasi penonjolan” TVRI
TVRI menempatkan Jokowi sebagai tokoh
politik paling banyak ditonjolkan, yaitu
Dalam hal durasi, TVRI paling banyak 380 detik. Disusul olehSurya Paloh (278)
memberitakan Mahfud MD (1.599 dan Anas Urbaningrum (151).

5. Persentase lima tokoh politik ini dihitung dari total durasi penonjolan semua tokoh politik di 6 stasiun
televisi yang jumlah totalnya sepanjang 7.325 detik.
6. Persentase dihitung berdasarkan berita postif yang diperoleh masing-masing tokoh politik berbanding
dengan total seluruh berita bernada positif di 6 stasiun televisi yang jumlahnya 55 buah.
7. Persentase dihitung berdasarkan pada berita negatif yang diperoleh masing-masing tokoh politik
berbanding total seluruh berita bernada negatif di 6 stasiun televisi yang jumlahnya 40 buah.

99
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

SCTV

SCTV banyak memberitakan Jokowi.


Total durasi berita untuk Jokowi adalah
1.279 detik dalam minggu awal November SCTV banyak
2013. Pada peringkat kedua Mahfud MD
sejumlah 125 detik, dan ketiga Hidayat memberitakan Jokowi.
Nur Wahid (90 detik). Selain ketiga Total durasi berita untuk
tokoh di atas, tidak ada lagi tokoh politik
yang diberitakan SCTV. Untuk durasi
Jokowi adalah 1.279
penonjolan di SCTV, Jokowi mendapatkan detik dalam minggu awal
paling banyak, yakni sepanjang 242 detik, November 2013.
Hidayat Nur Wahid sepanjang 26 detik,
dan Mahfud MD hanya sepanjang 15
detik.

100
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

RCTI 133 detik. Hary Tanoesoedibjo adalah


tokoh kedua yang ditonjolkan paling
RCTI memberikan durasi tayang berita banyak (119 detik). Yang menarik adalah,
yang cukup banyak untuk Jokowi, yakni hanya RCTI yang mempunyai durasi
1.048 detik. Hari Tanoesoedibjo, pemilik berita dan durasi penonjolan berita untuk
RCTI sekaligus tokoh Hanura berada di Hary Tanoesoedibjo. Selain RCTI, tidak
urutan kedua, dengan durasi 518 detik. ada stasiun TV yang menjadikan Hary
Muhaimin Iskandar berada di urutan ketiga Tanoesoedibjo sebagai subjek berita.
(314 detik). Dalam “durasi penonjolan”,
Jokowi tetap terbanyak, yakni sepanjang
8. RCTI hanya memiliki dua berita positif. Satu untuk Muhaimin Iskandar dan satu lagi untuk Hary
Tanoesoedibjo.
9. RCTI hanya memiliki dua berita negatif dan semuanya untuk Muhaimin Iskandar.

101
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

102
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

TransTV

Selama kurun 1-7 November 2014,


Trans TV hanya menampilkan Jokowi
dalam semua pemberitaannya (1.655 Meski porsi ruang
detik durasi berita dan hanya 188 detik diberikan TV One kepada
durasi penonjolan tokoh dalam berita).
Dari 10 berita Jokowi, 1 di antaranya Bakrie tidak begitu besar,
bernada positif, 6 netral, dan 3 negatif. namun semua berita
Kebanyakan berita yang mengangkat mengenai pemilik TV One
Jokowi berkisar soal razia topeng monyet.
itu bernada positif. Bakrie
TVOne adalah tokoh yang paling
TV One paling banyak memberikan
banyak diberitakan
durasi berita kepada Jokowi, yakni secara positif oleh TV
sepanjang 2.592 detik dengan 391 detik One.
durasi penonjolan. Ani Yudhoyono
menduduki peringkat kedua, yakni frekuensi pemberitaan paling banyak,
sepanjang 839 detik, dengan tanpa tapi banyak pemberitaan di antaranya
penonjolan. Kala itu, hanya TV One yang bernada negatif. Jokowi adalah tokoh
menayangkan berita yang melibatkan yang paling banyak diberitakan secara
Ani. Yang ketiga adalah Mahfud MD negatif oleh TV One. Hal yang kurang
sebanyak 815 detik berita dengan 360 lebih sama terjadi dengan Mahfud MD.
detik penonjolan. Bakrie sebagai pemilik Banyaknya durasi penonjolan terhadap
TV One muncul sebagai tokoh nomor dirinya juga berbanding lurus dengan
empat terbanyak (663 detik durasi berita nada pemberitaan negatif mengenainya.
dan 112 detik durasi penonjolan).
Fakta lain yang menarik adalah TV
Meski porsi ruang diberikan TV One One merupakan satu-satunya televisi yang
kepada Bakrie tidak begitu besar, namun memberi perhatian begitu besar pada Ani
semua berita mengenai pemilik TV One Yudhoyono. Berita mengenai ibu negara
itu bernada positif. Bakrie adalah tokoh ini semuanya membicarakan persoalan
yang paling banyak diberitakan secara pertikaiannya dengan beberapa orang di
positif oleh TV One. Ini jelas berbeda Instagram.
dengan Jokowi, yang meski meraih

10. RCTI hanya memiliki dua berita positif. Satu untuk Muhaimin Iskandar dan satu lagi untuk Hary
Tanoesoedibjo.
11. RCTI hanya memiliki dua berita negatif dan semuanya untuk Muhaimin Iskandar.

103
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

104
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

MetroTV Surya Paloh juga adalah tokoh yang


paling banyak diberitakan secara positif
Metro TV paling banyak memberikan di Metro TV. Dari 17 berita mengenainya,
durasi berita kepada Surya Paloh, 12 di antaranya bernada positif dan 5
yakni sebanyak 6.297 detik,serta durasi lainnya bernada netral. Sementara tiga
penonjolan sebanyak 2.467 detik. Mahfud tokoh lainnya, yaitu Hidayat Nur Wahid,
MD adalah yang kedua, sebanyak 3.955 Mahfud MD, dan Lutfhi Hasan Ishaaq,
detik dengan hanya 787 detik durasi merupakan tiga teratas tokoh yang paling
penonjolan. Ketiga terbanyak durasi banyak diberitakan dengan isu korupsi.
berita di Metro TV diberikan kepada Jusuf Hidayat Nur Wahid diberitakan melalui
Kalla (3.407 detik dengan 187 detik durasi kasus korupsi suap impor daging sapi
penonjolan). yang sedang mendera petinggi Partai
Keadilan Sejahtera, Luthfi Hasan Ishaaq.
Sementara Mahfud MD terkait dengan isu
korupsi di tubuh Mahkamah Konstitusi
yang dilakukan oleh Akil Mochtar.

105
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

106
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

2. Pemberitan Partai Politik di 6 “slogan partai”.


Stasiun Bersiaran Nasional
Hal lain yang patut dicatat datang
Hal yang menarik dalam pemberitaan dari TV One. Pada 3 November 2013
mengenai partai politik selama awal stasiun televisi milik keluarga Bakrie ini
November 2013 adalah SCTV dan Trans menayangkan Mubes Kosgoro sebagai
TV merupakan dua stasiun televisi berita. Lalu pada 5 November 2013
yang tidak pernah menayangkan berita, TV One menayangkan peringatan 1
iklan, dan program non-berita yang Muharram 1435 Partai Golkar, dan pada
memunculkan partai politik. Sementara 7 November 2013m enayangkan berita
Metro TV adalah stasiun televisi yang berjudul “Pemenangan Golkar”. Hal ini
paling banyak menayangkan berita, iklan, patut dicatat sebab ketiga berita tersebut
dan non-berita yang memunculkan partai isinya bersifat amat internal partai Golkar,
politik. yang barangkali tidak bersangkut-paut
dengan publik luas.
Durasi penonjolan partai politik
tertinggi dalam berita adalah berita Metro TV tercatat adalah stasiun
mengenai Partai Nasdem, sebanyak 6.964 televisi yang paling banyak menampilkan
detik, yang terjadi di Metro TV, milik Golkar dalam beritanya, yakni sebanyak
Surya Paloh, Ketua Umum Partai Nasdem. 31 berita. Namun tidak ada satu pun
Jumlah tersebut sangat jauh dengan durasi berita tersebut bernada positif (22 berita
penonjolan partai lain di semua televisi bernada netral dan 9 berita bernada
nasional. negatif). Sementara untuk Nasdem, Metro
TV menayangkan berita sebanyak 21
Di Metro TV, paling tidak ada 5 kali berita dan tak ada satu pun yang bernada
berita dengan judul “Gerakan Perubahan” negatif (16 berita merupakan berita netral
dan 3 kali berita berjudul “Gerakan dan 5 berita bernada positif). Secara
Restorasi Indonesia” (6 dan 7 November keseluruhan, Nasdem memiliki berita
2013). Kedua judul tersebut, sama dengan bernada positif terbanyak di antara partai
slogan Nasdem. Model pemberitan lainnya.
semacam ini berpotensi mengaburkan
batas antara “judul sebuah berita” dan
107
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

108
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

Pemberitaan Partai Politik pada Tiap dua berita bernada positif, yaitu Nasdem,
Stasiun Televisi PDIP, dan Gerindra, sementara sisanya
masing-masing satu berita. Sedangkan
TVRI parpol yang paling banyak diberitakan
secara negatif adalah PKS. Dari 9 berita
Dari total 40 berita mengenai partai bernada negatif, PKS memperoleh 4.
politik di TVRI, pembagiannya terbilang Keempatnya berkisar mengenai kasus
cukup merata. PDIP memperoleh korupsi suap impor daging sapi yang
pemberitaan paling banyak (8 kali), tengahmenimpa petinggi PKS.
disusul Partai Demokrat dan PKS yang
sama-sama mendapat 5 kali pemberitaan.
PDIP meraih durasi yang signifikan, yaitu
38.7% dari total durasi yang ada, disusul
Golkar (18.9%) dan Nasdem (15.5%).
Dari total 40 berita
Perolehan berita bernada positif mengenai partai politik
tersebar dengan tidak ada satu parpol di TVRI, pembagiannya
pun yang dominan. Dari total 12 berita
bernada positif di TVRI, tiga partai meraih terbilang cukup merata.

109
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

110
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

RCTI kali, dengan durasi total 326 detik (juga


tertinggi). Dan RCTI hanya memiliki
Hanura merupakan partai yang paling satu berita bernada positif yang juga
banyak diberitakan oleh RCTI. Dari total merupakan berita mengenai Hanura. Tiga
9 berita mengenai partai politik yang ada, berita Hanura lainnya bernada netral.
RCTI memberitakan Hanura sebanyak 4

111
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

TV One sejajar dengan nada berita negatif yang


didapatnya. Demokrat merupakan partai
Demokrat merupakan partai dengan yang paling banyak diberitakan secara
frekuensi (9 kali) dan durasi (955 detik) negatif. Dari total seluruh berita negatif di
pemberitaan tertinggi di TV One. Posisi TV One, Demokrat mendapat porsi 50%.
kedua ditempati Golkar dengan 6 kali Sementara Golkar adalah partai dengan
penayangan dan durasi 666 detik. Namun, nada pemberitaan positif tertinggi (60%
tingginya proporsi ruang pemberitaan dari total seluruh berita positif).
yang dimiliki Demokrat di TV One juga

12. Tidak ada berita bernada negatif di RCTI


13. Hanya ada satu berita positif di RCTI dan itu milik Hanura
14. Hanya ada lima berita bernada positif di TV One, dengan perincian sebagai berikut: Golkar (3), PKS
(1), dan Demokrat (1).
15. Hanya ada 8 berita bernada negatif di TV ONE, dan 4 diantaranya berita soal Demokrat.

112
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

MetroTV durasi 3813 detik, sedangkan Nasdem


6.964 detik.
Metro TV adalah televisi yang paling
banyak mengangkat Golkar sebagai Separuh (50%) berita bernada positif
subjek berita. Golkar mendapat 31 yang ada di Metro TV dimiliki oleh
frekuensi pemberitaan, dan itu adalah Nasdem. Sementara pemberitaan negatif
angka tertinggi di Metro TV. Meski didominasi oleh Golkar (37.5%), disusul
begitu, secara durasi perolehan angka Demokrat dan PKS, yang sama-sama
untuk Nasdem hampir dua kali lipat dari memperoleh 29,2%.
yang didapat Golkar. Golkar mendapat

113
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

IV. Tokoh dan Partai Politik pada


Iklan

Dari lima tokoh yang mengiklankan Dari lima


diri di televisi nasional, Bakrie tercatat tokoh yang
sebagai tokoh politik yang paling sering
beriklan, yakni sebanyak 152 kali selama
mengiklankan
satu minggu dengan durasi 6.060 detik diri di televisi
di TV One. Durasi itu 10 kali lipat dari nasional, Bakrie
durasi kemunculan berita tentangnya di
stasiun televisi miliknya tersebut. tercatat sebagai
tokoh politik yang
Wiranto adalah tokoh politik dengan
durasi iklan terbanyak kedua (5.685
paling sering
detik). Ia beriklan 38 kali di Metro TV beriklan, yakni
dan 66 kali di RCTI, stasiun televisi milik sebanyak 152
Hary Tanoe, calon wakil presiden Hanura.
Dalam hal durasi, iklan Wiranto di Metro kali selama satu
TV (2.963 detik) lebih banyak ketimbang minggu dengan
di RCTI (2.722 detik). Sementara itu, durasi 6.060 detik
tokoh politik ketiga yang mempunyai
durasi iklan paling banyak adalah Hary di TV One.v
Tanoesoedibjo, yakni sebanyak 2.693

114
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

detik dari 66 kali kemunculannya di politik muncul di televisi. Yang menarik


RCTI. Berbeda dari Wiranto yang pada kasus Marzuki Alie, iklan yang
sesekali muncul sendiri (dalam iklan di dimaksud di sini bukanlah iklan politik
Metro TV), di RCTI iklan Wiranto selalu sebagaimana dilakukan oleh tokoh-
bersandingan dengan pasangannya, Hary tokoh lain, melainkan iklan produk
Tanoesoedibjo. Itulah mengapa frekuensi “Maspion” yang ia bintangi. Penelitian
kemunculan iklan keduanya di RCTI ini tetap mencatatnya sebagai sebentuk
berjumlah sama, yaitu 66 kali. iklan, sekadar agar taat azas metodologi.
Apalagi patut dicatat bahwa dalam era
Sementara itu, tokoh politik yang politik media hari ini, kemunculan di
tidak memiliki stasiun televisi, seperti televisi dalam bentuk apapun bisa jadi
Gita Wirjawan dan Marzuki Alie, hanya keuntungan politik, karena frekuensi
mempunyai frekuensi dan durasi yang muncul dalam televisi berarti juga
sedikit untuk iklan. Artinya, dalam iklan, memperoleh kesempatan lebih besar
kepemilikan media turut mempengaruhi untuk diingat oleh publik.
banyaknya frekuensi dan durasi tokoh

115
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

Partai Nasdem adalah partai politik


dengan jumlah iklan terbanyak (100 kali,
atau lebih dari 14 kali setiap harinya).
Iklan tersebut hanya ditayangkan oleh
Metro TV yang dimiliki oleh Surya Paloh.
RCTI menayangkan
Jumlah iklan terbanyak kedua adalah Kuis Kebangsaan
milik partai Hanura, yang menayangkan selama 14 kali
iklan 66 kali dalam seminggu di RCTI.
Disusul oleh Golkar yang beriklan 49 kali dalam seminggu.
dalam seminggu di TV One. Dalam kuis ini
Hal yang menarik adalah bahwa dalam
menampilkan
seminggu hanya tiga partai tersebut yang Partai Hanura dan/
beriklan di televisi. Ketiganya pun hanya atau Wiranto-Hary
beriklan di stasiun yang dimiliki oleh
petinggi partai tersebut. Ini menguatkan
Tanoesoedibjo, baik
dugaan bahwa dalam hal iklan politik, riil maupun hanya
kepemilikan atas televisi menentukan simbol.
kesempatan beriklan di televisi.
terdapat program Sejuta Kisah Mahfud
V. Tokoh dan Partai Politik pada MD yang menampilkan Mahfud MD dan
Produk Non-Berita16 ditayangkan setiap hari sekali. Data ini
menempatkan RCTI sebagai televisi yang
RCTI menayangkan Kuis Kebangsaan paling banyak memuat tokoh politik,
selama 14 kali dalam seminggu. Dalam dalam hal ini pemiliknya, dalam program
kuis ini menampilkan Partai Hanura dan/ non-berita.
atau Wiranto-Hary Tanoesoedibjo, baik
riil maupun hanya simbol. Selain itu,
116
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

16. Untuk program non-berita, penelitian ini hanya menghitung jumlah frekuensi kemunculan tokoh dan
partai politik, tanpa mengkalkulasi durasinya. Hal ini terutama akibat dari kesulitan teknis coding untuk
melokalisir durasi kemunculan dalam format tayangan seperti sinetron, reality show, kuis dan banyak
lainnya, yang sering kali terjadi secara acak. Untuk menghindari kemungkinan error, kami memutuskan
untuk hanya menghitung frekuensi kemunculan.

117
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

Setidaknya ada dua hal yang patut Indonesia, yang menampilkan pembicara
dicatat terkait kemunculan partai politik dari Partai Nasdem.
dalam produk non-berita. Pertama, hanya
ada dua televisi yang memuat partai politik VI. Kesimpulan
dalam program non-berita yaitu TV One
dan Metro TV. Kedua, Demokrat adalah Surya Paloh adalah pemilik stasiun
partai yang paling banyak mendapat televisi yang paling masif menjadikan
porsi penayangan, yang sebagian besar media miliknya sebagai sarana politik.
disumbang TV One (sebanyak 8 tayangan Hal ini bisa diidentifikasi dari empat hal.
dari total 9 tayangan). Kebanyakan adalah
talkshow TV One seperti Debat, Berita Pertama, Metro TV menayangkan
Parlemen, Indonesia Lawyers Club, Sesi 15 judul berita dengan durasi 6.297
Talkshow dalam Apa Kabar Indonesia, dan detik mengenai Surya Paloh (dari durasi
lainnya. PDIP menduduki urutan kedua tersebut, sebanyak 2.745 detik memberi
dengan 7 tayangan. Pada posisi tiga ada penonjolan padanya). Dari jumlah
Nasdem dengan 3 tayangan. Kemunculan tersebut, 10 berita bernada positif dan
Nasdem terdapat pada program Indonesia lima lainnya netral. Kedua, frekuensi
Bersuara (4 dan 6 November) serta Forum pemberitan Partai Nasdem di Metro TV
Indonesia (7 November) yang membahas adalah yang kedua tertinggi setelah Partai
soal spionase Amerika Serikat di Golkar, yaitu 21 kali.

17. Variabel ini terhitung bila kontestan politik nama, slogan, atau materi kampanyenya muncul dalam
tayangan dalam bentuk suara (langsung dan dibicarakan) dan gambar (sosok, logo, simbol). Pada
praktiknya, tayangan yang memunculkan kontstan politik sebagaimana definisi di atas, dihitung sebagai
satu kemunculan. Umumnya, sebuah program bisa memuat lebih dari satu kali kemuncul, bahkan
hingga mencapai puluhan.
18. Mahfud MD memiliki tayangan di RCTI yang berjudul Sejuta Kisah Mahfud MD, taya ng
seminggu sekali dengan durasi 4-5 menit. Tayangan ini berisi kisah-kisah inspiratif yang dibawakan
Mahfud MD, seperti: “Salahudian dan Suportivitas”, “Toleransi Sebagai Ajaran Agama”, dll.
19. Din Syamsudin muncul di Hot Shot dan Halo Selebriti.

118
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

Ketiga, pemberitaan mengenai partai positif tertinggi di TV One (60% dari


lain cenderung bernada netral atau bahkan total seluruh berita positif). Sebaliknya,
negatif. Partai Golkar yang mendapat pada partai lain yang merupakan lawan
31 frekuensi (tertinggi di Metro TV) politik pemilik, TV One cenderung
pemberitaan di Metro TV, tidak satu pun memberitakannya secara negatif. Hal
yang bernada positif: 22 kali bernada ini ditandai dengan fakta bahwa Partai
netral dan 9 kali bernada negatif. Hal yang Demokrat mendapat pemberitaan negatif
sama juga terjadi pada PKS; dari 15 berita, tertinggi di TV One (50% dari seluruh
8 bernada netral dan 7 lainnya negatif. berita negatif di TV One).
Ini menandakan bahwa besarnya sorotan
Metro TV terhadap partai lain (lawan Fakta lain adalah, meski tidak masif
politik Nasdem), lebih banyak mengangkat diberitakan, frekunsi dan durasi iklan
isu negatif. Dugaan ini juga diperkuat politik Aburizal di TV One merupakan
oleh fakta bahwa hanya ada 3 partai yang yang tertinggi, yaitu 152 kali dengan
mendapat pemberitaan bernada positif di durasi 6.060 detik. Jumlah ini merupakan
Metro TV, yaitu Nasdem (10 kali), PDIP frekuensi dan durasi iklan tokoh politik
(4 kali), dan PBB (1 kali). Dari 3 partai tertinggi sepanjang awal November 2013
tersebut, Nasdemlah yang paling banyak di semua stasiun televisi. Hal ini bisa
mendapat nilai positif. Keempat, meski diartikan bahwa Aburizal Bakrie memilih
Surya Paloh, sebagai Ketua Umum Partai jalan yang berbeda dari Surya Paloh.
Nasdem, tidak pernah beriklan sama sekali Bakrie lebih banyak menggunakan siaran
di Metro TV, tapi frekuensi iklan Nasdem iklan ketimbang berita. Ini konsisten
di Metro TV adalah yang tertinggi (100 dengan data frekuensi iklan politik Partai
kali). Angka tersebut merupakan jumlah Golkar di TV One yang mencapai 49 kali.
terbesar iklan partai politik di televisi Bakrie dan Partai Golkar menggunakan
selama awal November 2013. 201 spot di TV One untuk beriklan
sepanjang 1-7 November 2013.
Aburizal Bakrie, selaku Ketua Umum
Golkar dan sekaligus pemilik TV One, Seperti halnya TV One dan Aburizal
memang tidak banyak mendapat porsi Bakrie, pasangan Hary Tanosoedibjo-
pemberitaan di televisi miliknya (hanya Wiranto tidak banyak mendapat peliputan
7 kali). Namun ini bukan berarti TV One berita (hanya 6 kali) di RCTI. Meski
adalah stasiun TV yang independen. demikian, Hanura merupakan partai
Sebab, dari 7 berita mengenai Bakrie enam dengan prosi pemberitaan tertinggi di
bernada positif dan satu sisanya netral. RCTI. Stasiun televisi ini juga merupakan
Dengan kata lain, Bakrie adalah tokoh stasiun yang paling masif menjadi tempat
politik dengan nada berita positif tertinggi bagi iklan politik pasangan Wiranto-Hary
di TV One. Hal yang sama terjadi pada Tanoesoedibjo (dengan 66 kali frekuensi
Partai Golkar yang diketuai oleh Bakrie. pemberitaan dan 2.605 detik durasi
Partai itu mendapat porsi pemberitaan pemberitaan). Angka ini belum termasuk

119
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

dengan kemunculan Wiranto dan Hary Indonesia hari ini), serta figur Jokowi
Tanoesoedibjo, baik secara langsung sendiri yang unik dan memiliki nilai berita
maupun dalam bentuk atribut atau slogan bagi media. (*)
kampanye, dalam Kuis Kebangsaan (14
kali). Jumlah ini adalah yang tertinggi
untuk kemunculan tokoh politik pada
program non-berita di 6 stasiun televisi.

Berbeda dari tiga pemilik media


(Hary Tanoesodibjo, Aburizal Bakrie,
dan Surya Paloh), besarnya frekuensi
pemberitaan Joko Widodo (Jokowi)
di 6 stasiun televisi—yang mencapai
59 kali dengan durasi 9.557 detik—
didapat dari pemberitaan yang tersebar
di 6 stasiun televisi secara non-eksklusif
dan merata. Ini menandakan besarnya
peliputan berita Jokowi tidak berkaitan
dengan kepemilikan media. Fakta lain
yang menguatkan dugaan ini adalah,
dari 59 berita Jokowi, 11 di antaranya
bernada positif, 12 negatif, dan sisanya
netral. Jokowi adalah tokoh yang paling
banyak memperoleh pemberitaan negatif
sekaligus positif dari semua tokoh politik
yang ada. Senada dengan itu, dari total
durasi berita yang mencapai 5.898 detik,
hanya 1.065 detik durasi penonjolan yang
diberikan kepada Jokowi. Bandingkan
dengan Surya Paloh, yang mendapatkan
porsi pemberitan 6.297 dengan durasi
penonjolan sebanyak 2.745 (43.6%
dari total durasi berita) hanya dalam
satu stasiun TV saja, Metro TV. Data-
data tersebut membawa kita pada suatu
kesimpulan bahwa besarnya peliputan
berita atas Jokowi lebih diakibatkan oleh
posisinya sebagai Gubernur Jakarta yang
berada di pusat penyiaran (mengingat
tersentralisasinya sistem penyiaran di

120
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

Daftar Pustaka:

Heychael, Muhamad dan Roy Thaniago. Ketika Televisi Peduli: Potret Dilematis
Filantropi Media. Jakarta: Remotivi, 201
Thaniago, Roy. 2013. “Mewaspadai Televisi di Tahun Politik”. Koran Tempo, 26 Juni
2013.
Meier, A Mewer, “Media Ownership Does it Matter?”, dalam Networking Knowledge
for Information Societies: Institutions & Intervention, diedit oleh Robin Mansell,
Rohan Samarajiva Dan Amy Mahan, 2002: Delft University Press.
http://lirne.net/resources/netknowledge/meier.pdf
http://www.indonesia-2014.com/majalah

Tim Peneliti Remotivi

Penyunting:
Roy Thaniago
Yovantra Arief

Tim Peneliti:
Moh. Ismail
Hani Sukma Adji
Akfin Risqiantine
Grace Esther
Nadia Silvarani
Rayhana Anwarie
Setyo Manggala Utama
Yulia Angraini

Remotivi adalah sebuah inisiatif warga untuk kerja pemantauan tayangan televisi di
Indonesia. Cakupan kerjanya turut meliputi aktivitas pendidikan melek media, penelitian,
dan advokasi, yang bertujuan (1) mengembangkan tingkat kemelekmediaan masyarakat,
(2) menumbuhkan, mengelola, dan merawat sikap kritis masyarakat terhadap televisi,
dan (3) mendorong profesionalisme pekerja televisi untuk menghasilkan tayangan yang
bermutu, sehat, dan mendidik.

121
Dinamika Pers dan Pemilu 2014

122

Anda mungkin juga menyukai