II
Jurnal Dewan Pers
Edisi No. 09, Juli 2014
Mengungkap
Independensi Media
DEWAN PERS
III
IV
Jurnal Dewan Pers
Edisi No. 09, Juli 2014
DEWAN PERS
V
VI
DAFTAR ISI
Pengantar
Mempertanyakan Independensi Media .................................................. | IX
Penelitian Pertama
Menakar Independensi dan Netralitas
Jurnalisme dan Media di Indonesia......................................................... | 3
Penelitian Kedua
Analisis terhadap Kecenderungan Pemberitaan
4 Grup Media Nasional di Indonesia...................................................... | 41
Penelitian Ketiga
Independensi Televisi Menjelang Pemilu 2014:
Ketika Media Jadi Corong Kepentingan Politik Pemilik........................ | 87
VII
VIII
Pengantar
IX
media di Indonesia? Metoda penelitian menggunakan teknik wawancara dan observasi
untuk melihat trend keberagaman dan porsi berita dan iklan di berbagai grup media
Indonesia.
Temuan berbagai penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan media massa oleh
satu pengurus partai politik yang ikut bertarung sudah menunjukkan kecenderungan
untuk mendukung kegiatan partai politik yang diusung oleh pemiliknya. Setidaknya
pemberitaan yang menekankan kegiatan pemilik media dan afiliasinya terlihat memiliki
porsi yang lebih banyak dibandingkan dengan pemberitaan saingan politiknya.
Upaya media untuk menjaga kode etik, independensi dan netralitas tetap diusahakan
oleh para pekerjanya. Namun, intervensi dari pemilik terkadang terjadi sehingga
menimbulkan kesan media berpihak pada satu sisi secara terbuka. Hasil wawancara
menunjukkan bahwa intervensi adalah salah satu yang menimbulkan ketegangan di
kalangan para pekerja media dengan pemiliknya walaupun mereka yang menjadi
narasumber wawancara tidak pernah mengakuinya secara terbuka.
Konsep independensi menjadi terbuka untuk didebat dan salah satu dari narasumber
mengingatkan bahwa yang seharusnya dilakukan oleh pihak otoritas pers bukanlah
menegur dan melarang media terkait untuk memberitakan kegiatan pemiliknya
melainkan untuk melaksanakan prinsip keadilan (fairness) sebaik mungkin.
Diharapkan dari penelitian ini, publik yang mempersoalkan independensi jurnalisme
media dalam konteks Pemilihan Umum 2014 mendapatkan rujukan. Temuan
penelitian ini memberikan bukti bahwa media baik itu televisi, suratkabar, maupun
berita online yang pemiliknya memiliki kaitan dengan aktivitas partai politik, terlebih
lagi berkeinginan menjadi presiden atau wakil presiden, memiliki kecenderungan
tidak independen dan netral dalam pemberitaan politik. Ketidakindependenan dan
ketidaknetralan berita politik dapat diamati dari sejumlah indikator, yaitu: adanya bias
pemberitaan yang cenderung membela kepentingan pemilik, adanya opini mengenai
pemilik dan kelompok afiliasinya, mengandung unsur personalisasi, sensasionalisme,
stereotype, juxtaposition/linkage, keberimbangan dan persoalan akurasi. Temuan
penelitian menunjukkan dengan sangat jelas bagaimana pemberitaan cenderung
membela atau menonjolkan kepentingan pemilik dan pemilik dicitrakan positif. Temuan
pun menunjukkan kecenderungan pemberitaan yang mengarah negatif pada aktor politik
lainnya yang menjadi rival Sang Pemilik.
Hasil penelitian juga menunjukan bahwa walaupun jumlahnya tidak banyak namun
secara kualitatif membela kepentingan pemiliknya. Ini menunjukkan bahwa media-
media yang dimiliki oleh elit politik cenderung digunakan pemilik untuk kepentingan
pribadinya dibandingkan melayani publik. Televisi, koran dan berita online yang
pemiliknya memiliki kepentingan politik, iklan-iklan politik yang muncul cenderung
didominasi oleh wajah pemilik sendiri dan kelompok atau partai politik yang menjadi
afiliasinya. Kecenderungan pemilik media yang mempergunakan medianya sendiri
untuk beriklan rawan manipulasi, terutama menyangkut laporan pendapatan perusahaan
X
dan setoran pajak.
Dewan Pers mengemban tugas untuk memberikan perlindungan terhadap
kepentingan publik dan kemerdekaan pers. Oleh karena itu, penerbitan jurnal ini adalah
untuk menjadi pembelajaran dan rujukan bagi para pemegang kepentingan di bidang
jurnalisme. Informasi dan data yang terdapat di dalam penelitian ini merupakan rekam
jejak sekaligus data untuk membangun bidang yang dinamis ini demi Indonesia yang
lebih baik.
XI
XII
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
Penelitian Pertama
MENAKAR INDEPENDENSI
DAN NETRALITAS
JURNALISME DAN MEDIA DI INDONESIA
1
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
2
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
1. Artikel ini merupakan rangkuman dari laporan penelitian berjudul “Menakar Independensi dan Netralitas
Jurnalisme dan Media Di Indonesia” (2014) yang disusun oleh PR2Media bekerja sama dengan Dewan Pers.
2. Peneliti pada Pemantau Regulasi dan Regulator Media (PR2Media), Yogyakarta.
3
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
“
“
perlu dilakukan. Penelitian jurnalisme dan media
dilakukan untuk menjawab selalu relevan untuk
suatu pertanyaan mendasar, dibahas. Dalam konteks
yakni bagaimana penelitian ini, pertanyaan
independensi dan netralitas penelitian yang akan coba
jurnalisme dan media di dijawab adalah bagaimana
Indonesia. independensi, objektivitas
Beberapa ahli telah dan netralitas berita terkait tujuan
melakukan penelitian dengan pemberitaan politik
semacam itu. Dalam dan pemilik? penelitian
konteks Indonesia, adalah untuk
penelitian Annet Keller C. Tujuan dan Manfaat
(2010) barangkali menjadi Penelitian
mengetahuii
salah satu penelitian Penelitian ini pada seberapa besar
independensi dan otonomi dasarnya untuk menjawab independensi,
redaksi yang layak pertanyaan penelitian.
dirujuk. Meskipun begitu, Dengan demikian, tujuan objektivitas
penelitian Keller lebih penelitian adalah untuk dan netralitas
membahas media-media mengetahuii seberapa besar berita di media
cetak nasional, dan belum independensi, objektivitas
menyasar penelitian di dan netralitas berita di cetak dan
media elektronik, dalam media cetak dan elektronik, elektronik,
hal ini media online dan terutama yang menjadi
televisi. Padahal, media-
terutama yang
objek penelitian ini.
media ini mempunyai Dari tujuan penelitian
menjadi objek
sifat yang sangat berbeda, tersebut, diharapkan penelitian ini.
terutama medium televisi penelitian ini akan
karena ia menggunakan memberikan beberapa
frekuensi milik publik atau manfaat. Dari sisi praktisi,
public domain. penelitian ini diharapkan
akan memberikan gambaran
B. Masalah Penelitian dan sekaligus masukan
Sejak media mengenai sikap yang harus
mempunyai kemampuan diambil ketika terjadi
memengaruhi dan benturan kepentingan
membentuk opini publik, antara visi jurnalisme
dan sedemikian penting ideal dengan kebutuhan
dalam sistem politik pragmatis pekerjaan. Bagi
demokrasi maka persoalan Dewan Pers, penelitian
independensi dan netralitas ini diharapkan akan bisa
4
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
5
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
“
prinsip-prinsip: kebebasan, kesetaraan, bagi masyarakat.
keberagaman, kebenaran dan kualitas
informasi, mempertimbangkan tatanan
sosial dan solidaritas, serta akuntabilitas.
Oleh karena itu, baik pemilik maupun
pengelola media seharusnya mematuhi Meskipun independensi
prinsip-prinsip tersebut. Prinsip
kebebasan di sini merujuk pada kebebasan dan netralitas
atau kemandirian media (ruang redaksi) sebenarnya tidak dapat
dalam memroduksi dan menyebarluaskan
isi media dari intervensi pemilik dan
dipisahkan dengan
juga pihak-pihak lain yang memiliki mudah, kedua konsep
kepentingan politik dan ekonomi terhadap tersebut masing-masing
media. Prinsip kesetaraan memiliki
kaitan dengan akses media. Di sini, dapat didefinisikan
publik seharusnya memiliki peluang
atau kesempatan yang sama untuk dapat
6
“
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
“
2. Indikator Independensi dan
Netralitas
Objektivitas dan netralitas telah
menjadi standart baku bagi jurnalistik
yang menuntun kinerja mereka, sekaligus Objektivitas dan
sebagai suatu ‘penanda’ bagi tingkat netralitas telah
profesionalitas kinerja media (lihat
McQuail, 1992). Di sini, liputan-liputan menjadi standart baku
media yang objektif dan netral menjadi bagi jurnalistik yang
penanda bahwa media yang bersangkutan
profesional, dan, dengan demikian,
menuntun kinerja
mempunyai tingkat independensi yang mereka, sekaligus
tinggi. Ini karena hanya media yang sebagai suatu
independen-lah yang mampu membuat
reportase peristiwa secara objektif. ‘penanda’ bagi tingkat
Sebaliknya, media-media yang tidak profesionalitas kinerja
independen akan cenderung membuat media
laporan-laporan yang bias dan tidak
objektif.
Objektivitas didefinisikan sebagai
aktivitas melaporkan kenyataan atau dan bahasa (Maras, 2013: 8). Berkaitan
fakta, semampu yang bisa dilakukan dengan nilai, kita dapat mengaitkan
oleh wartawan tanpa terpengaruh objektivitas dalam jurnalisme dengan tiga
oleh prasangka dan opini personal tujuan utama. Pertama, memisahkan fakta
(Walker Cronkite dalam Maras, 2013: dari opini. Kedua, memilah deskripsi
7). Objektivitas sangat erat dengan yang bersifat emosional dari berita.
pemahaman secara kultural wartawan Terakhir, berupaya untuk keadilan dan
atas masyarakat di sekitarnya. Dengan keseimbangan (Everette E. Dennis dalam
kata lain, wartawan mesti independen Maras, 2013: 8).
dari faksi. Wartawan, bagaimana pun Sementara itu, dimensi prosedur
juga, harus independen dari pihak yang kemungkinan meliputi upaya
mereka liput (Kovach & Rosenstiel 2001: menyediakan cara pandang yang kontras,
122). Dengan demikian wartawan bisa keseimbangan, dan cara pandang
lebih obyektif. Independensi dari kelas alternatif dengan menggunakan bukti
atau status ekonomi, dan juga independen pendukung, memastikan pengutipan
dari ras, etnis, agama, dan gender penting secara tepat, dan akhirnya mengorganisir
untuk menghasilkan berita yang obyektif berita ke dalam format yang dikenal oleh
(Kovach & Rosenstiel 2001: 131 – 133). kebanyakan masyarakat (Maras, 2013: 9).
Objektivitas sendiri dapat diamati dari Prosedur untuk memastikan independensi
tiga aspek yang berbeda, yaitu nilai, proses dan netralitas antara lain komitmen
yang kuat untuk selalu memverifikasi
7
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
8
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
9
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
10
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
11
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
“
“
kegiatan legislatif, kegiatan partai,
elit politik, KPU, PPI, Perindo,
dsb. Analisis isi iklan ini dilakukan
pada semua iklan yang muncul
di halaman satu. Pengamatan
berlangsung selama 4 minggu
Jumlah berita politik
terhitung mulai 29 Oktober s.d. 26 yang dianalisis dalam
November 2013. Untuk isi iklan, penelitian ini sebanyak
peneliti mengamati semua iklan
dalam tayangan sehari penuh 372. Dari jumlah tersebut,
selama tujuh hari terhitung 1 s.d. 7 222 item berita (59.68%)
November 2013. merupakan berita online,
4. Wawancara mendalam.Wawancara 80 (21.51%) merupakan
mendalam ini dilakukan terhadap berita surat kabar, dan
tokoh pers, akademisi, dan juga
praktisi media.
70 (18.81%) merupakan
berita televisi.
5. Observasi. Observasi dimaksudkan
untuk melihat ada/tidaknya trend
keberagaman isi berita dan iklan jumlah tersebut, 222 item berita (59.68%)
antarmedia/platform (televisi, merupakan berita online, 80 (21.51%)
surat kabar dan online), baik merupakan berita surat kabar, dan 70
media-media yang berada dalam (18.81%) merupakan berita televisi. Dari
satu grup maupun berbeda grup. total 222 item berita online, sebanyak 97
Observasi juga dimaksudkan untuk item berita (44%) berasal dari okezone.
mengamati porsi pemberitaan com dan sebanyak 125 item berita (56%)
dan iklan politik antarmedia yang berasal dari kompas.com.Dari total 80
dialokasikan bagi pemilik atau item berita surat kabar, sebanyak 43 item
relasinya yang teralibat dalam berita (54%) berasal dari Kompas, dan
aktivitas politik (pemilu) ataupun 37 item berita (46%) berasal dari Koran
bagi pihak lain. Berita online yang Sindo. Jumlah berita surat kabar lebih
akan diamati adalah Okezone dan sedikit karena hanya diambil di halaman
Kompas.com. pertama, dan biasanya di halaman tersebut
hanya berisi 7-10 item berita.
F. Temuan Penelitian
1. Independensi dan Netralitas Berita a. Pemberitaan Pemilik dan Kelompok
Politik Afiliasinya
Jumlah berita politi k yang dianalisis Temuan penelitian menunjukkan
dalam penelitian ini sebanyak 372. Dari bahwa berita-berita yang disajikan di
12
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
surat kabar, media online, dan televisi pemilik. Pemberitaan mengenai pemilik
mengandung pemberitaan tentang pemilik juga banyak tampil diRCTI. Dari total
media dan kelompok afilisiasinya. Dalam 70 berita RCTI yang diteliti, sebanyak
periode waktu penelitian (pengambilan 4 berita (5.7%) yang mempublikasikan
sampel berita), di harian Kompas,dari pemilik/kelompok afiliasinya.
total empat puluh (40) berita politik, ada Berdasarkan hasil penelusuran data,
satu (1) berita tentang pemilik. Di Koran ditemukan bahwa berita tentang pemilik
Sindo, dari total 35 berita politik, juga media cenderung bias kepentingan pemilik
dijumpai hanya satu (1) berita tentang dan/atau kelompok afiliasinya. Dalam
pemilik. Meskipun tidak ada perbedaan penelitian ini, suatu berita dinilai bias
signifikan antara Kompas dengan Koran kepentingan pemilik dan/atau kelompok
Sindo, perlu diberi catatan bahwa berita afiliasinya jika berita hanya menyajikan
yang dianalisis dalam penelitian ini narasumber tunggal (yaitu dari sisi pemilik
adalah berita-berita di halaman pertama. da/atau afiliasinya) atau tidak menyajikan
Jika penelitian dilakukan dalam lingkup sudut pandang lain dari narasumber
yang lebih luas kemungkinan akan yang berbeda pandangan tentang suatu
ada perbedaan yang lebih signifikan. persoalan atau kasus yang menimpa
Sebagaimana observasi peneliti, di pemilik dan/atau kelompok afiliasinya.
halaman-halaman dalam, berita mengenai Dalam berita berjudul “Pemimpin
pemilik di Koran Sindo, misalnya, lebih Indonesia Harus Jujur, Kompeten,
sering muncul terutama mengenai aktivis dan Tegas” (okezone, 7 November
pemilik dalam kegiatan politik. 2013), misalnya, dimuat pernyataan
Di okezone.com,jumlah berita tentang Hary Tanoesoedibjo bahwa “Indonesia
pemilik lebih banyak dibanding di kompas. membutuhkan pemimpin yang memiliki
com. Dalam periode waktu pengamatan, tiga kriteria [jujur, kompeten, dan tegas]”
dari 97 berita politik di okezone.com, dikutip dan dijadikan judul berita. Berita
terdapat 7 berita yang menampilkan ini dinilai bias karena Hari Tanoesoedibjo
pemilik dan/atau kelompok afiliasinya. sebagai pemilik Sindo dan okezone (grup
Sementara itu, di kompas.com, dari 125
“ MNC) dan juga calon wakil presiden dari
“
berita politik, tidak dijumpai berita tentang Partai Hanura memiliki keistimewaan
dalam hal akses media (melanggar prinsip
13
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
14
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
15
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
dengan pemberitaan tokoh politik jauh berbeda terdapat pula di berita online.
lain, selain pemilik media yang juga Dari 97 berita okezone, terdapat 3,09%
memiliki kepentingan politik. Dalam yang mengandung unsur juxtaposition/
konteks komunikasi politik, hal ini linkage. Dari 125 berita di kompas.com,
dapat dikategorikan sebagai upaya terdapat 8% mengandung juxtaposition/
“penenggelaman” pihak lawan. Beberapa linkage. Temuan yang relatif sama
contoh berita yang mengandung unsur dijumpai dalam berita televisi. Dari 70
stereotype antara lain terdapat pada berita berita televisi, terdapat 7 berita (10%) yang
berjudul “Di Posko itu, Jokowi Bersanding yang mengandung unsur juxtaposition/
dengan Soekarno” (Kompas, 5 November linkage.
2013). Dalam berita tersebut, narasumber
dan penyampaiannya melabeli Jokowi g. Unsur Akurasi Pemberitaan
sebagai calon presiden idaman. Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan, dari 35 berita yang diteliti,
f. Unsur Juxtaposition/Linkage dalam terdapat 8,57% berita yang tidak
Pemberitaan memenuhi unsur akurasi. Untuk Kompas,
Hasil penelitian ini menunjukkan dari 40 berita yang diteliti, semua dinilai
bahwa terdapat unsur juxtaposition/ memenuhi unsur akurasi. Untuk berita
linkage dalam sejumlah berita baik di online, dari 97 berita okezone.com yang
Kompas maupun Sindo. Dari 40 berita diteliti, terdapat 11,34% berita yang tidak
Kompas yang diteliti, 10% mengandung memenuhi unsur akurasi. Sementara itu,
“
unsur juxtaposition/linkage. Begitu pula
dengan berita di Sindo, dari 35 berita
dari 125 berita kompas.comyang diteliti,
terdapat 2,40% berita. Persoalan akurasi
“
yang diteliti, 8,57% mengandung unsur juga dijumpai di berita televisi. Dari
juxtaposition/linkage. Hasil yang tidak total berita yang diteliti, terdapat 10
berita (14.3%) yang diidentifikasi kurang
memenuhi unsur akurasi.
16
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
atau ormas. Sementara itu, semua berita Group, cukup banyak berita politik yang
di kompas.com yang diteliti (125 berita) justru mempublikasikan pemilik dan/atau
tidak ada yang berpihak pada kepentingan afiliasinya. Di sini, penggambaran pemilik
partai politik atau ormas. Keberpihakan media dan afiliasi politiknya cenderung
pemberitaan juga nampak di berita positif dan hadir secara konsisten hampir
televisi (RCTI, Seputar Indonesia). Dari di setiap platform berita (surat kabar,
total berita yang diteliti, terdapat 9 berita online dan televisi).
(12.9%) berita yang berpihak. Berdasarkan analisis isi dan
pengamatan secara kualitatif, ada empat
i. Keberimbangan Pemberitaan (4) pola pemberitaan yang diterapkan oleh
Untuk keberimbangan berita, dari MNC Group dalam upaya mengangkat
40 total berita Kompas, ada sebanyak pemilik dan/atau kelompok afiliasinya.
20% yang beritanya dinilai kurang Pertama, pemilik dan afiliasi politiknya
adil/berimbang. Sementara di Sindo, digambarkan sebagai tokoh yang
dari 35 berita, terdapat 22,86% yang paling tahu tentang sosok atau kriteria
diidentifikasi kurang adil/berimbang. pemimpin Indonesia. Hal ini dilakukan
Dalam berita online, pemberitaan yang dengan menyampaikan pendapat Hary
tidak adil/berimbang juga dijumpai. Dari Tanoesoedibjo tentang kriteria pemimpin
97 berita di okezone.com, ada sebanyak yang layak bagi Indonesia. Cukup
60% yang dinilai beritanya tidak adil/ banyak isu pemberitaan yang sengaja
berimbang. Untuk berita di kompas.com, diangkat untuk dapat menonjolkan visi
dari 125 berita yang diteliti, terdapat 36% dan misi kepemimpinan pasangan calon
berita yang dinilai tidak adil/berimbang. presiden dan wakil presiden dari partai
Beberapa berita televisi juga mengandung Hanura (Wiranto-Hary Tanoesoedibjo).
pemberitaan yang tidak adil/berimbang. Contoh berita ini dapat ditemukan di
Hasil penelitian terhadap berita RCTI okezone.com (7 November 2013) yang
(Seputar Indonesia), sebanyak 34 (48.6%) berjudul “Pemimpin Indonesia Harus
berita mengandung unsur tidak adil/ Jujur, Kompeten dan Tegas” dimana
berimbang. narasumber yang dihadirkan dalam berita
tersebut hanyalah Hary Tanosoedibjo
j. Penggambaran Pemilik Media dan (calon wakil presiden dari partai Hanura
Afiliasi Politiknya dalam Berita sekaligus pemilik dan pemimpin grup
Ada perbedaan menyolok antara MNC). Contoh yang lain dijumpai di
Kompas grup dan MNC grup dalam berita RCTI (Seputar Indonesia) yang
penggambaran pemilik media (dan/atau ditayangkan 2 November 2013. Dalam
afiliasi pemilik) dalam berita. Di Kompas berita tersebut, Hary Tanoesoedibjo yang
grup, penggambaran pemilik dalam tengah memberikan pembekalan kepada
berita-berita politik relatif minim, begitu 600 kader Hanura di Kupang digambarkan
pula dengan pemberitaan tentang pemilik positif dengan menonjolkan semboyannya
dengan afiliasinya. Sebaliknya, di MNC untuk pemenangan Pemilu 2014 yang
17
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
disebut 4D: Dikenal, Disukai, Diyakini tentang Perindo (Ormas bentukan HT)
dan Dipilih. Kedua, pasangan calon sehingga berita ini terkesan menjadi
presiden dan cawapres dari Partai Hanura ruang berkampanye bagi Hanura/Perindo.
juga digambarkan terus mendapatkan Keempat, anggota legislatif (calon
kepopuleran. Hal ini ditunjukkan dengan legislatif dari Partai Hanura untuk pemilu
mempublikasikan sebuah hasil survei 2014) dicitrakan sebagai sosok yang kritis
tentang elektabilitas calon tersebut untuk dalam melihat persoalan bangsa. Hal ini
memenangi pemilu 2014. Contoh berita dilakukan dengan mengangkat anggota
dapat ditemukan di Sindo halaman pertama atau calon legislatif dari Hanura sebagai
yang dipublikasi pada tanggal 3 November narasumber untuk mengkritisi suatu
2013 berjudul “Win-HT Terus Melaju.” persoalan. Contoh berita semacam ini
Dari judulnya saja, berita tersebut sudah dapat dilihat di okezone.com (9 November
sangat pro terhadap CEO MNC Group. 2013). Berita yang mengangkat kasus
Meskipun berita ini mempublikasikan penyadapan tersebut mengambil salah
hasil survei tentang elektabilitas capres satu narasumber dari Partai Hanura
dan cawapres 2014, tetapi uniknya fokus (Syarifudin Sudding, anggota DPR
pemberitaan justru lebih banyak diberikan sekaligus kader Hanura). Dalam berita
pada pasangan Win-HT. Ketiga, pemilik tersebut, Syarifudin digambarkan positif
media dan afiliasi politiknya digambarkan karena sikapnya yang tegas terhadap kasus
sebagai tokoh yang memberikan bantuan/ penyadapan yang dilakukan Australia dan
solusi bagi persoalan bangsa. Hal ini AS. Contoh lain dijumpai di Sindo halaman
dilakukan dengan mengangkat aktivitas satu (24 November 2013) terkait dengan
Hary Tanosoedibjo (Hanura) memberikan pemeriksaan Wakil Presiden Boediono
bantuan kepada warga masyarakat yang terkait dengan kasus Century. Dalam
sedang terkena musibah. Beberapa berita berita tersebut, politisi Partai Hanura
yang diangkat oleh grup MNC, baik itu (Syarifuddin Suddin) menjadi narasumber
di surat kabar (Sindo), online dan televisi dan mendapatkan porsi pemberitaan yang
menyoroti aktivitas tersebut. Contoh cukup besar. Dalam pemberitaan tentang
berita televisi (RCTI, Seputar Indonesia) kasus ini, pemilihan Syarifuddin sebagai
tentang hal ini dapat dilihat pada berita narasumber sebenarnya tidak cukup
yang ditayangkan pada 3 November relevan karena tidak memiliki kaitan
2013 tentang “Kunjungan Hary Tanoe”. langsung dengan kasus tersebut.
Dalam berita tersebut, Hary Tanoe dan
Hanura digambarkan telah melakukan k. Penggambaran Tokoh Politik Lain
hal yang bermanfaat bagi warga Kupang dalam Berita
dengan memberikan bantuan berupa Penggambaran tokoh politik lain
sembako, mengisi kuliah umum di salah dalam berita, terutama yang terdapat di
satu universitas di sana dan digambarkan media dalam MNC Group dilakukan
sebagai tokoh yang menginspirasi banyak secara berbeda menyangkut tiga kategori
orang. Dalam berita ini juga, disinggung tokoh, yaitu: (1) tokoh politik yang sedang
18
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
menjabat (dalam hal ini sebagai legislatif (9 November 2013) berjudul “Sefti
dan/atau pemerintahan) dan tidak menjadi Sanustika Jenguk Fathanah di Rutan
calon presiden/wakil presiden; (2) tokoh KPK”. Di sini, pemberitaan justru
politik yang menjabat dan menjadi calon cenderung memberikan ruang kepada
presiden/wakil presiden; (3) tokoh politik Sefti untuk mengungkapkan keluhan-
yang tidak menjabat dan menjadi calon keluahan yang bersifat pribadi. Berita
presiden/wakil presiden. yang lain yang dipublikasikan okezone.
Tokoh politik yang sedang menjabat com (9 November 2013) yang berjudul
(dalam hal ini sebagai legislatif dan/ “RI Akan Negosiasi dengan Arab Saudi
atau pemerintahan) dan tidak menjadi Soal Status TKI Overstay.” Tokoh politik,
calon presiden/wakil presiden, cenderung yaitu Muhaimin Iskandar (dari PKB) dan
diberitakan secara “netral” dalam Reyna Usman (Golkar) yang menjadi
pengertian diberitakan sesuai dengan aktor utama berita ini diberitakan secara
kondisi yang dialaminya atau kondisi “netral” dalam arti tidak ada kritikan atau
apa adanya. Jika sang tokoh politik pemojokan. Di sisi yang lain, untuk kasus
memiliki prestasi terkait dengan bidang pemberitaan yang berkaitan dengan SBY,
pekerjaan (tanggung jawabnya) maka ada kecenderungan pemberitaan negatif.
sang tokoh pun diberitakan secara positif. Pemberitaan di okezone.com (5 November
Sebaliknya, jika sang tokoh politik 2013) yang berjudul “PDIP: Pemerintah
memiliki masalah, misalnya, terjerat kasus Tak Efektif Lindungi Rakyat” terdapat
korupsi, maka pemberitaan sang tokoh klaim penilaian terhadap SBY. Dalam
pun cenderung negatif. Di sini, pemberian berita tersebut, terdapat kutipan yang
atribut terhadap si tokoh hampir tidak menyatakan SBY terlalu sibuk mengurusi
dilakukan oleh jurnalis karena jurnalis partainya sendiri yang mengakibatkan
menempatkan diri sebagai pihak yang keamanan masyarakat tidak terpenuhi.
“netral” (disinterested actor). Berita Sindo Tokoh politik ini dilabeli tidak mumpuni
(6 November 2013) berjudul “KPK Sita dalam mengemban tugas UUD 1945.
Uang Akil Rp 109 Milliar” memberitakan Pemberitaan tokoh politik yang
Akil Mochtar dengan kecenderungan menjabat dan menjadi capres-cawapres
‘negatif’ karena keterlibatannya dalam cenderung diberitakan secara kritis
kasus suap dan korupsi. Pemberitaan bahkan cenderung negatif. Topik berita
tentang Fathanah yang muncul di berbagai yang dipilih dan pemberitaan tentang
platform cenderung mengungkapkan sang tokoh cenderung mengarah pada
keterlibatannya dalam kasus pencucian persoalan yang dihadapi sang tokoh
uang yang membelitnya dengan “apa atau kegagalan sang tokoh dalam
adanya”. Bahkan, ada indikasi berita menyelesaikan persoalan tersebut. Contoh
yang ditayangkan tidak ‘sekeras’ berita- mengenai berita semacam ini dapat dilihat
berita yang memublikasikan lawan pada berita yang dipublikasikan okezone.
politik Hanura. Hal ini terlihat, misalnya, com (6 November 2013) dengan judul
dalam pemberitaan di okezone.com “Nyapres, Jokowi Akan Dikeroyok
19
“
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
“
Pemberitaan tokoh politik yang tidak
menjabat, tapi menjadi kandidat capres-
cawapres cenderung diberitakan secara
kritis dengan mengaitkannya dengan
Pemberitaan tokoh track record kepemimpinan mereka
politik yang menjabat sebelumnya. Contoh mengenai berita
semacam ini bisa dilihat pada berita di
dan menjadi capres- okezone.com (5 November 2013) berjudul
cawapres cenderung “Pencalonan Agung Laksono Jadi Ketua
diberitakan secara kritis Golkar, Tak Ada yang Istimewa.” Berita
tersebut menggambarkan tokoh politik
bahkan cenderung dari partai lain (di luar Partai Hanura)
negatif. dengan nada sumbang. Dalam berita
tersebut, Aburizal Bakrie dianggap tidak
Publik.” Kesan negatif terhadap Jokowi mumpuni dalam memimpin Golkar
dimunculkan melalui pandangan bahwa dengan bukti perpecahan yang ada dalam
ia memiliki ambisi untuk maju sebagai tubuh partai sendiri. Berita tersebut juga
Capres pada pilpres 2014 dan apabila ia membuat penilaian bahwa penggantain
maju dinilai dalam berita tersebut akan ARB dengan Agung Laksono dianggap
menerima banyak hujatan karena rakyat tidak ada yang istimewa. Contoh lain
masih menunggu hasil kinerjanya sebagai adalah berita di okezone.com (6 November
Gubernur DKI. Contoh lain dapat dijumpai 2013) berjudul “Pramono Edhie dan Mega
di berita Sindo (4 November 2013) Figur Paling Buruk dalam Komunikasi
berjudul “Buruh Mogok, Pengusaha Rugi Politik”. Dalam berita tersebut, tokoh
Miliaran”. Dalam berita tersebut, Hatta politik Megawati digambarkan secara
Rajasa diwawancarai untuk berkomentar negatif dalam berita melalui hasil riset
tentang sikap pengusaha kepada buruh, yang menyatakan bahwa komunikasi
yaitu dengan tidak melakukan PHK. kedua tokoh tersebut terburuk.
Dalam berita tersebut, tokoh lain yang
diangkat adalah Jokowi yang digambarkan 2. Iklan Politik
kurang memahami rakyat kecil dan Secara garis besar, iklan politik bisa
melakukan pembahasan UMP lebih dibedakan ke dalam dua bagian besar,
berpihak pada pengusaha karena tidak yakni iklan dari pemerintah dan iklan
melibatkan buruh. Berita yang lain juga dari partai politik atau tokoh partai
terdapat di Sindo (11 November 2013), politik. Iklan-iklan dari pemerintahan
berjudul “Jakarta Semakin Macet. Jurus sebagian besar diisi oleh iklan-iklan
Jokowi Tak Ampuh”. Dalam berita ini, layanan masyarakat dari kementrian
Jokowi digambarkan tidak juga mampu seperti kementerian ESDM, kementrian
menyelesaikan masalah jabatan dalam keuangan, dan sebagainya. Ada juga
masa satu tahun jabatannya. iklan yang berasal dari lembaga negara
20
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
seperti KPAI dan DPD. Jumlah iklan maupun lainnya tidak demikian halnya
politik yang dianalisis dalam penelitian dengan Sindo. Tidak hanya pemilik,
ini komposisinya adalah iklan politik Koran Sindo juga digunakan untuk
dari Koran Sindo berjumlah 17 (13.50%), mengiklankan perusahaan, dalam hal
Kompas berjumlah 11 (8.70%), dan di ini MNC Group, induk perusahaan yang
RCTI berjumlah 98 (77.80%) iklan. menaungi Koran Sindo.
“
menunjukkan dengan sangat baik sebagai iklan terselubung jika pesan
bagaimana Win-HT sangat dominan di dalam iklan tersebut tidak termasuk
dalam kategori Adbanner, TV-C, Kuis,
ataupun iklan layanan masyarakat, tapi
media memberikan atensi khusus pada
simbol-simbol tertentu dengan maksud
Iklan-iklan politik di membangun citra. Dari keseluruhan iklan
Sindo menunjukkan yang diteliti, hanya di Sindo ternyata
ada iklan tersebut. Dari total sebanyak
dengan sangat baik 125 item iklan politik, sebanyak 7 item
bagaimana Win-HT berita (26%) merupakan iklan politik
terselubung.
sangat dominan Sebagai contoh, berita Sindo (1
dalam Koran Sindo. November 2013) yang mengangkat tema
tentang kegiatan Win-HT membuka acara
dalam Koran Sindo. Sementara di pembekalan calon DPRD provinsi dan
Kompas, iklan politik yang muncul kabupaten se-NTB mengandung iklan
berasal dari Partai Demokrat dan Partai terselubung karena berita ini sebenarnya
Nasdem. Di Sindo, iklan partai Nasdem merupakan iklan kampanye bagi Win-HT,
juga muncul, tapi Win-Ht muncul berkali- tetapi dikemas dalam bentuk berita tentang
kali. Beberapa tema iklan politik Win-Ht aktivitas mereka. Sejumlah iklan politik
diantaranya berita-berita advertorial yang dikategorikan sebagai iklan terselubung
mengisahkan kegiatan sosial dan politik jika pesan di dalam iklan tersebut tidak
masing-masing kandidat. Hal serupa termasuk dalam kategori Adbanner, TV-C,
terjadi juga di RCTI, iklan-iklan tentang Kuis, atau pun iklan layanan masyarakat,
Win-HT juga muncul berulang-ulang tapi media memberikan atensi khusus
Di sini, tampak jelas bagaimana pada simbol-simbol tertentu dengan
media digunakan dengan sangat baik oleh maksud membangun citra. Sebagai
pemilik untuk publikasi dirinya. Berbeda contoh, berita Sindo (1 November 2013)
dengan Kompas dimana pemilik tidak yang mengangkat tema tentang kegiatan
mempunyai afiliasi politik, keberadaan Win-HT membuka acara pembekalan
iklan politik baik dalam bentu advertorial
21
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
22
“ Dinamika Pers dan Pemilu 2014
“
layak. Ada sekitar kurang lebih 12 desk,
sedangkan yang dibutuhkan di halaman
pertama kurang lebih empat berita. Dalam
rapat redaksi-biasanya dilakukan sore
Di Harian Kompas hari- diputuskan melalui diskusi berita-
dan KompasTV, berita mana yang akan masuk halaman
independensi dan pertama dan yang tidak.
Ukuran-ukuran untuk menjadikan
netralitas dipahami suatu berita dimuat ataukah tidak,
dalam konteks ditaruh di halaman pertama ataukah
tidak adalah publik/pembaca atau pasar
keberjarakan dalam pengertian tertentu sebagaimana
dengan berbagai dikemukakan Budiman Tanuredjo berikut.
pihak-baik ekonomi
Tentu nilai pentingnya, nilai penting
maupun politik. bagi publik, itu menjadi sebuah, sesuatu
politik. Dalam konteks saat ini, yang kemudian menonjol. Penting
independensi adalah menjaga jarak kepada bagi publik, tetapi sekarang harus
kekuasaan dan partai politik (Budiman penting dan juga menarik. Nah, inilah
Tanuredjo, wawancara, 14 Januari 2014), yang kadang-kadang menjadi sebuah
sebagai usaha menjaga netralitas maka pergulatan bagi kami, tidak hanya
kedekatan dengan partai politik dan juga menonjolkan sisi yang penting, tapi
kekuasaan harus tetap dijaga. juga menarik. Saya bertemu dengan
Selanjutnya, untuk menjaga loper-loper koran di jalan bagaimana
netralitas dan independensi itu, mereka mencari judul, mencari foto
Kompasmenggunakan tiga mekanisme, yang memang memudahkan orang itu
yakni melalui rapat redaksi, Litbang, untuk menjual korannya.
dan Ombudsmen. Pemimpin umum telah
menggariskan bahwa Kompas harus tetap Usaha untuk menempatkan publik
independen dengan memberikan ruang sebagai dasar pertimbangan dimuat
kepada semua kelompok untuk menjadikan tidaknya sebuah berita karena publik itu
Kompas tempat bertukar gagasan. Rapat sendirilah yang harus senantiasa menjadi
redaksi kemudian menerjemahkan hal itu. orientasi jurnalisme Kompas. Budiman
Rapat redaksi ini menjadi forum tertinggi Tanuredjo mengemukakan sebagai
bagi penentuan dimuat tidaknya sebuah berikut.
berita, termasuk di dalamnya mana yang
menjadi headline atau ‘sekedar’ dimuat Independensi adalah kita tetap
di halaman pertama. Untuk isi halaman dalam prinsip-prinsip yang sangat
pertama, misalnya, masing-masing desk jelas, yakni cover all side. (Di
akan mengusulkan berita yang paling sini,) bagaimana kita secara sadar
23
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
24
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
33. Wawancara dengan Dandhy Dwi Laksono bersumber dari bahan penelitian PR2Media atas dukungan Yayasan
Tifa dengan tema, Kepemilikan dan Intervensi Isi Siaran, pada tanggal 27 September 2013. Selain itu, bahan-
bahan juga diambilkan dari Focus Group Discussion untuk penelitian yang sama yang dilakukan PR2Media di
Wisma PGI, Jakarta, 26 September 2013.
25
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
26
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
“
Di MNC Grup, prinsip fairness itu intervensi negara dalam kehidupan media
dilakukan dengan menyurati semua
partai politik untuk beriklan dan juga
memberikan informasi mengenai kegiatan
mereka.
27
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
penyiaran bisa lebih banyak, tetapi tetap (2) salah satu stasiun televisi tak berada
terbatas. Sebagai contoh, sebuah kanal dalam peringkat pertama hingga ke-4
frekuensi yang dalam teknologi analog (market share) dalam satu wilayah dan
hanya memuat satu program siaran paling sedikit masih terdapat 8 stasiun
televisi dengan teknologi digital dapat independen di situ.
menampung 12 program siaran televisi Di Inggris, regulasi media cetak
sekaligus (multipleksing dengan teknologi lebih terfokus pada self-regulation atau
terbaru DVB-T2). Ketiga, siaran televisi pengaturan isi, terutama mekanisme
dapat memasuki dan menembus rumah laporan dari masyarakat, sementara
kita secara serentak dan meluas tanpa regulasi mengatur media penyiaran dengan
kita undang (pervasive presence theory). lebih ketat (Conboy, 2013: 100 - 101).
Itu sebabnya mengapa industri penyiaran Regulator utama untuk bidang penyiaran
harus diatur ketat (Siregar 2012). dan komunikasi di Inggris adalah Office
Menurut Federal Communications of Communications (Ofcom), sebuah
Commission (FCC, 2011, sebagaimana otoritas yang disebut sebagai Independent
dikutip Siregar, 2012), di Amerika Serikat, Regulator and Competition Authority
pengaturan kepemilikan dan penguasaan untuk industri komunikasi (Ofcom, 2012).
stasiun televisi diatur ketat berdasarkan Ofcom meregulasi kehidupan televisi,
luas jangkauan stasiun televisi yang radio, telepon fixed line ataupun mobile,
berbadan hukum. Kepemilikan dapat dan beberapa kegiatan komunikasi lainnya,
banyak selama total jangkauan tidak termasuk memberikan izin. Ofcom
melebihi 39 persen dari nation’s tv homes menjalankan tugas dari lima regulator
atau rumah tangga yang memiliki pesawat sebelumnya, yaitu: the Broadcasting
televisi. Merujuk TVNewsCheck (April Standards Commission (BSC), the
7, 2010), Siregar mengemukakan bahwa Independent Television Commission
FCC menghitung jangkauan TV dengan (ITC), Oftel, the Radio Authority and the
UHF separuh dari perhitungan VHF. Radiocommunications Agency.2
Maka, sebenarnya daya jangkau televisi Semua pengaturan di Inggris tersebut
berjaringan di Amerika 5-63 persen. bersumber dari Undang-Undang
Selain itu, sebagaimana dikemukakan Komunikasi (Communication Act)
Siregar lebih lanjut, FCC (2011) melarang yang dirilis pada tahun 2003. Undang-
merger antarstasiun jaringan televisi Undang ini lahir diawali oleh rencana
nasional pada peringkat pertama hingga kebijakan yang berjudul A New Future
ke-4 secara komersial, seperti ABC, for Communications, yang disahkan
CBS, FOX, dan NBC. Namun, FCC pada 17 Juli 2003. Undang-Undang ini
memperkenankan sebuah badan hukum adalah produk legislasi yang komplek,
memiliki dua stasiun televisi lokal di satu yang terdiri dari lima bab dan 411
wilayah siaran/pasar dengan mengikuti bagian. Undang-Undang Komunikasi ini
syarat: (1) pelayanan setiap stasiun merefleksikan kebijakan negara Inggris
televisi tak berimpit (contour overlap); yang lebih komprehensif, terutama pada
28
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
isi dan kepemilikan media yang dirilis tersebut (2002: 2).Lebih lanjut, Doyle
berdasarkan laporan Komite Peacock menjelaskan bagaimana kebijakan dan
pada tahun 1986 (Franklin et al., 2005: 42 regulasi media di Inggris mengatur
– 43). kepemilikan. Salah satu dokumen penting
Di banyak negara, terutama negara yang dirilis pemerintah Inggris berkaitan
maju, isu kepemilikan media adalah isu dengan kepemilikan media adalah Green
yang penting sehingga harus dikelola Paper yang disusun dan kemudian
dengan serius dan terbuka. Contoh yang dipublikasikan pada tahun 1995. Dokumen
“
menarik adalah kasus kepemilikan media ini relatif diterima secara luas, tidak
“
di Kanada. Komisi Kent yang dibentuk hanya oleh industri media dan regulator,
melainkan juga oleh partai politik oposisi
(Doyle, 2002: 95). Melalui Green Paper,
pemerintah Inggris menyarankan untuk
mengatur kepemilikan dalam dua tahap.
Dalam jangka panjang, kepemilikan media
Di banyak negara, di Inggris berubah total dan kepemilikan
ditentukan oleh persentase pasar media
terutama negara maju, secara total. Sementara itu, untuk jangka
isu kepemilikan media pendek, kepemilikan media diatur melalui
adalah isu yang penting pemberian dan perpanjangan ijin media
penyiaran sehingga didapatkan jaringan
sehingga harus dikelola kepemilikan yang lebih seimbang. Cara
dengan serius dan lain yang juga ditempuh untuk jangka
pendek adalah dengan menambah
terbuka. persentase produsen media independen,
oleh pemerintah Kanada pada tahun 1980 terutama untuk televisi, dari 15 persen
dan melaporkan hasil kerjanya pada tahun menjadi 25 persen dari produsen media
1981. Komisi tersebut melaporkan bahwa yang ada di Inggris. Terakhir, tindakan
kepemilikan yang semakin sedikit dan yang ditempuh pemerintah Inggris
berkembangnya rantai kepemilikan surat dalam jangka pendek dalam kepemilikan
kabar menurunkan independensi editorial media, adalah mengamandemen Undang-
(McQuail, 1992: 40). Undang Komunikasi 1990 dalam hal
Dalam Media Ownership, aturan kepemilikan media tunggal dan
Doylemenjelaskan bahwa isu kepemilikan kepemilikan silang antara media penyiaran
media adalah topik politik yang “panas” dan media cetak.
sehingga diperlakukan dengan berhati- Regulasi secara spesifik untuk
hati karena dapat mengganggu relasi mengatur media dalam kaitannya dengan
antarnegara, juga relasi di dalam negara pemilu dilakukan oleh Afrika Selatan.
29
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
30
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
“
“
pemilik, adanya opini mengenai pemilik
dan kelompok afiliasinya, mengandung
unsur personalisasi, sensasionalisme,
stereotype, juxtaposition/linkage,
keberimbangan dan persoalan akurasi.
Temuan penelitian menunjukkan
dengan sangat jelas bagaimana
Temuan penelitian pemberitaan cenderung membela atau
menonjolkan kepentingan pemilik dan
ini memberikan pemilik dicitrakan positif. Temuan
bukti bahwa media pun menunjukkan kecenderungan
baik itu televisi, pemberataan yang mengarah negatif pada
aktor politik lainnya yang menjadi rival
suratkabar maupun Sang Pemilik.
berita online Pemberitaan yang tidak independen
yang pemiliknya dan netral adalah menyalahi ideologi
jurnalisme karena berita seharusnya
memiliki kaitan dihadirkan untuk memenuhi kepentingan
dengan aktivitas publik akan informasi dan komunikasi,
dan bukannya untuk kepentingan
partai politik pemiliknya (Kovach & Rosentiel, 2001).
terlebih lagi Dalam jurnalisme, prinsip independensi
berkeinginan dan netralitas adalah harga mati dan
harus ditegakkan. Independen berarti
mencalonkan diri ada kemerdekaan yang dimiliki oleh
sebagai calon wakil ruang redaksi dan personil redaksi dalam
memproduksi berita. Sementara netralitas
presiden memiliki berarti media secara institusional tidak
kecenderungan berpihak dalam menyampaikan berita,
tidak independen termasuk berita tentang pemiliknya.
Dengan menjalankan ideologi jurnalisme
dan netral dalam ini maka media dan juga jurnalisme
pemberitaan sendiri akan dapat memberikan
politik. kontribusi pada ruang publik karena
memungkinkan masyarakat dan aktor
politik berkomunikasi dengan relatif
terbuka dengan informasi yang objektif,
bebas, dan tanpa tekanan.
Hasil penelitian juga menunjukan
bahwa bukan hanya berita yang
31
“
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
“
dan/atau pengelola media dan afiliasi
kelompoknya. Agenda kepentingan ini
yang kemudian men-drive agenda media
dengan tujuan memengaruhi pendapat atau
sikap publik. Perdebatan apakah agenda
bukan hanya berita tersebut kemudian memengaruhi publik
yang cenderung masih terus hangat berlangsung. Dalam
dimanfaatkan pandangannya, McCombs dan Reynolds
menyatakan bahwa besar kemungkinan
oleh pemilik agenda media mempengaruhi agenda
untuk mendukung publik karena media tidak sekedar
menjadi sumber informasi atau orientasi
kepentingan politiknya, bagi perkembangan isu-isu politik, tapi
namun juga iklan. juga memberikan suatu pengalaman
terkait dengan suatu isu/kejadian terutama
cenderung dimanfaatkan oleh pemilik
jika isu/kejadian tersebut tidak dialami
untuk mendukung kepentingan
langsung oleh publik.
politiknya, namun juga iklan. Televisi,
Ada dua jenis isu atau kejadian
koran dan berita online yang pemiliknya
yang kemudian memiliki efek terhadap
memiliki kepentingan politik, iklan-
pendapat atau sikap publik. Pertama
iklan politik yang muncul cenderung
adalah isu atau kejadian obstrusive. Di sini,
didominasi oleh wajah pemilik sendiri
publik mengetahui isu/kejadian secara
dan kelompok atau partai politik yang
langsung karena mereka mengetahui,
menjadi afiliasinya. Kecenderungan
mengalami atau terlibat. Kedua adalah
pemilik media yang mempergunakan
isu/kejadian unobstrusive. Di sini, publik
medianya sendiri untuk beriklan rawan
mengetahui suatu isu/kejadian secara
manipulasi, terutama menyangkut laporan
tidak langsung karena keterbatasan
pendapatan perusahaan dan setoran pajak.
akses atau memang isu/kejadian tersebut
Karena rekayasa terhadap harga, bukti
berada di luar lingkungan sosialnya.
pembayaran dan laporan keuangan akan
Mereka mengetahui, mengalami atau
sangat mudah dilakukan.
terlibat suatu isu/kejadian karena media
Mengapa independensi dan netralitas
memberitakannya. Dalam konteks ini,
berita politik dan juga keberadaan iklan
agenda setting memiliki dampak yang
politik yang dipublikasikan oleh media
luas bagi publik terkait dengan isu-isu
penting dipersoalkan terutama menjelang
unobstrusive. Berdasarkan pandangan
Pemilihan Umum. McCombs dan
Edward Tolman dalam General Theory
Reynolds (2002) berpandangan bahwa
of Cognitive Mapping, manusia memiliki
presentasi media tidak dapat dilepaskan
tendensi untuk membangun peta dalam
dari agenda-agenda politik suatu seseorang
pikirannya untuk membantu mengarahkan
dan/atau kelompok kepentingan,
lingkungan eksternalnya. Dalam proses
termasuk di sini kepentingan pemilik
32
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
“
termasuk pemilihan umum. Bagaimana pihak mana yang seharusnya mereka
seorang atau pasangan kandidat
mencalonkan diri untuk memerebutkan
kekuasaan politik merupakan agenda
objek, sementara bagaimana kandidat
dicitrakan di media merupakan agenda
atribut. Kebanyakan pengetahuan publik Independensi dan
tentang atribut kandidat mulai dari
ideologi sampai kepribadiannya didapat
otonomi redaksi menjadi
dari media. Bagaimana media melakukan prasyarat penting bagi
framing suatu isu atau kandidat para jurnalis untuk
merupakan peran agenda-setting yang
sangat kuat. Di sini, terlihat bahwa media meraih kebenaran
tidak hanya menjelaskan isu apa yang jurnalistik.
33
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
layani dalam derajat yang paling tinggi. kepentingan masyarakat. Di sini, tanggung
Temuan penelitian yang menunjukkan jawab pemilik media adalah melayani
adanya tendensi pemberitaan yang kebutuhan masyarakat atas informasi
bias kepentingan pemilik mendistorsi dan komunikasi dan bukan memfasilitasi
makna kebenaran, dan secara bersamaan dirinya sendiri untuk suatu kepentingan
menggeser loyalitas jurnalisme dari warga yang bersifat pribadi.
negara. Ini merupakan indikasi kuat tidak Dalam konteks pemilihan umum,
adanya indepensi dan otonomi ruang seharusnya, media dikelola untuk
redaksi. Dalam pandangan McQuail mendukung pendidikan politik warga
media yang berfungsi menyebarluaskan negara, misalnya, digunakan sebagai
informasi kepada publik seharusnya sarana untuk memperkenalkan berbagai
bekerja berdasarkan prinsip-prinsip: partai politik dan kontestan yang akan
kebebasan, kesetaraan, keberagaman, maju sebagai calon legislatif maupun
kebenaran dan kualitas informasi, presiden/wakil agar masyarakat tahu
mempertimbangkan tatanan sosial dan dan dapat mengambil keputusan dengan
solidaritas, serta akuntabilitas. Redaksi tepat. Oleh karena itu, sungguh tidak tidak
harus independen dan otonom agar beretika jika pemilik media memaksakan
prinsip-prinsip tersebut berjalan dan keinginannya menggunakan media demi
kepentingan masyarakat dapat terpenuhi. mendukung kepentingan politiknya.
Hasil studi dokumentasi
tentang regulasi media di negara-negara F. Kesimpulan dan Rekomendasi
demokrasi menunjukkan bukti bahwa D ari h as i l p en el i t i an , d ap at
regulasi diterapkan untuk mengatur disimpulkan bahwa pemberitaan pemilik
persoalan independensi dan netralitas. dalam rentang penelitian tidak banyak atau
Pengaturan tersebut erat berkaitan dengan sangat sedikit. Namun, secara kualitatif,
upaya negara dalam menjamin diversity tetap membela kepentingan pemilik.
of content, ownership dan voices. Wujud Di berita online dan media elektronik
pengaturan ini salah satunya adalah (Televisi), berita mengenai pemilik dan
dengan membatasi kepemilikan. kelompok afiliasinya cenderung lebih
Makna kehadiran suatu media sering muncul di media-media yang
selalu diukur dari kemanfaatannya bagi pemiliknya mempunyai kepentingan
masyarakat. Prinsip-prinsip kerja media politik pragmatis. Di okezone dan juga
yang diutarakan McQuail sebagaimana RCTI, berita mengenai pemilik jauh
telah dipaparkan sebelumnya (meliputi lebih tinggi dibandingkan dengan berita
kebebasan, kesetaraan, keberagaman, di kelompok Kompas. Ini menunjukkan
kebenaran dan kualitas informasi, bahwa media-media yang dimiliki
mempertimbangkan tatanan sosial dan oleh elit politik cenderung digunakan
solidaritas, serta akuntabilitas) tidak lain pemilik untuk kepentingan pribadinya
dimaksudkan untuk dapat memenuhi dibandingkan melayani publik. Kebenaran
yang dijunjung tinggi dalam jurnalisme
34
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
juga berada dalam ancaman yang serius. pada persoalan yang dihadapi sang
Liputan-liputan yang bias pemilik akan tokoh atau kegagalan sang tokoh dalam
mengaburkan kebenaran. Kebenaran menyelesaikan persoalan tersebut.
jurnalisme menjadi semakin jauh ketika Tidak jarang, pemberitaan tentang sang
kebijakan redaksional media bersangkutan tokoh mengklaim lemahnya kompetensi
juga mengarah pada usaha untuk sang tokoh sebagai pemimpin bangsa.
‘menenggelamkan’ pesaing politiknya. Sementara itu, pemberitaan tokoh politik
Liputan-liputan mengenai elit politik yang tidak menjabat, tapi menjadi kandidat
yang menjabat cenderung netral, dalam capres-cawapres cenderung diberitakan
arti bahwa pemberitaan itu dilakukan secara kritis dengan mengaitkannya
sesuai kondisi yang dialami si pejabat. dengan track record kepemimpinan
Namun, ketika pejabat atau seseorang mereka sebelumnya. Sementara jurnalis
tersebut terlibat dalam ‘persaingan’ terlibat dalam membuat laporan yang bias
politik maka liputannya cenderung bias. mengenai pejabat dan kandidat politik,
Pemberitaan tokoh politik yang menjabat pada waktu bersamaan, mereka membuat
dan menjadi capres-cawapres sebagai liputan yang meninggikan nilai politik
lawan politik cenderung diberitakan pemilik. Digambarkan bahwa pemilik
“
secara kritis bahkan cenderung negatif.
Topik berita yang dipilih dan pemberitaan
sebagai orang yang berjasa dan paling
tepat memimpin Indonesia.
“
tentang sang tokoh cenderung mengarah Selain itu, objektivitas dalam jurnalisme
juga dirusak oleh masuknya opini dalam
pemberitaan, utamanya ketika berita itu
menyangkut pemilik. Di Kompas, opini
muncul dalam pemberitaan, tapi besaran
berita yang mengandung opini di kelompok
media-media yang MNC jauh lebih besar. Kepentingan
pragmatis pemilik dalam dunia pemilik
dimiliki oleh elit politik mempunyai kencenderungan untuk
cenderung digunakan merusak standart jurnalisme profesional
pemilik untuk yang sudah diyakini bertahun-tahun,
yakni objektivitas. Begitu pula, unsur-
kepentingan pribadinya unsur personalisasi, dramatisasi,
dibandingkan melayani sensasionalisme, juxtaposition/linkage,
cenderung lebih tinggi di media-media
publik. Kebenaran yang yang pemiliknya mempunyai kepentingan
dijunjung tinggi dalam politik.
jurnalisme juga berada Di Koran Sindo, berita yang
berpihak kepada pemilik jauh lebih
dalam ancaman yang besar dibandingkan dengan Kompas.
serius. Di Kompas, dari 40 berita yang
35
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
dianalisis, terdapat 1 berita (2.50%) yang bias kecuali demi kepentingan publik.
mengandung keberpihakan, sedangkan Oleh karena itu, penting bagi Dewan
di Koran Sindo dari 35 item berita Pers untuk melindungi independensi
yang dianalisis terdapat 5 berita atau ini bukan hanya dari tekanan-tekanan
14.29% yang mengandung keberpihakan negara seperti yang berlaku dalam negara
terhadap partai politik atau ormas dimana otoriter, tapi juga pemilik. Untuk itu,
pemilik berada. Di okezone, berita-berita Dewan Pers selayaknya juga memberikan
semacam itu juga cenderung lebih besar teguran secara aktif dan reguler atas
dibandingkan dengan kompas.com. pelanggaran prinsip-prinisp independensi
Liputan-liputan yang bias semacam itu dan netralitas jurnalisme yang dilakukan
tak pelak terjadi sebagai akibat menurunnya oleh pers Indonesia. Ini dimaksudkan
independensi dan otonomi redaksi di agar pers Indonesia menjadi lebih sehat
media dimana pemilik mempunyai dan demokratis. Prinsip independensi
kepentingan politik praktis. Bukan hanya dan netralitas itu berlaku untuk media
itu, seperti ditunjukkan dalam kasus cetak dan media elektronik. Namun,
RCTI, pemilik tidak hanya menggunakan sanksinya berbeda. Pelanggaran prinsip
medianya untuk kepentingan politik, tapi independensi dan netralitas terhadap
juga demi memenangkan persaingan media yang tidak mempergunakan ranah
bisnis dan pembelaan di depan hukum. publik, sanksinya adalah etik dan sosial.
Dalam situasi semacam ini, media dan Bila itu, terjadi pada media elektronik,
jurnalisme telah menggeser loyalitas sanksinya tidak hanya etik dan sosial tapi
mereka dan usaha mencari kebenaran dan juga hukum.
bertanggung jawab kepada publik kepada Seperti ditunjukkan oleh pengalaman-
loyalitas terhadap pemilik. Dalam konteks pengalaman di negara lain, aturan-aturan
ini, sama sekali tidak terlihat adanya mengenai media elektronik karena
kesadaran penggunaan media elektronik menggunakan public domain jauh lebih
yang mempergunakan frekuensi sebagai ketat. Di Afrika Selatan, pembatas
milik dan ranah publik yang menuntut bahkan dilakukan untuk iklan pemilu
tanggung jawab lebih besar. yang ditayangkan di media elektronik.
Bagi Dewan Pers, persoalan ini harus Indonesia mestinya juga bisa mengambil
mendapatkan perhatian yang serius. pengalaman-pengalaman negara ini
Salah satu tujuan penting kemerdekaan demi kebaikan demokrasi di Indonesia.
pers-dan karena itu media mempunyai Ini karena kualitas informasi menjadi
keistimewaan, tidak boleh dibredel- prasyarat penting bagi kualitas demokrasi.
adalah agar jurnalis mampu melayani Intervensi pemilik dalam ruang redaksi
publik dengan benar. Ini karena hanya merusak kualitas informasi yang
dengan kemerdekaan pers maka jurnalis dimaksud.
dan media bisa menjaga otonomi dan Selanjutnya, secara tetap, Dewan Pers
independensinya. Independensi akan sebaiknya melakukan penelitian terhadap
melahirkan liputan-liputan yang tidak Pers Indonesia untuk melihat media apa
36
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
“
“
sehingga didorong pelaksanaannya oleh
negara, sementara etika berada pada
wilayah masyarakat. Walau begitu,
seringkali, sanksi sosial lebih berat
dibandingkan dengan sanksi hukum. *
Dewan Pers sebaiknya
melakukan penelitian
terhadap Pers Indonesia
untuk melihat media apa
dan yang mana telah
menjalankan prinsip-
prinisp professionalisme
pemberitaan dan
jurnalisme.
37
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
Daftar Pustaka
Baggini, Julian. (2003). Making Sense: Filsafat di Balik Berita. Jakarta: Teraju.
Conboy, Martin (2013). Journalism Studies: the Basics. London: Routledge.
Dominick, Joseph R., Messere, Fritz., Sherman, Barry L.,(2012). Broadcasting, Cable,
the Internet, and Beyond. McGraw-Hill, New York, USA.
Doyle, Gillian (2002). Media Ownership. London: Sage.
Eriyanto (2002). Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta:
LkiS
Federal Communications Commission (2011, December 22), FCC 11-186, Notice of
Proposed Rulemaking,In the Matter of 2010 Quadrennial Regulatory Review –
Review of the Commission’s Broadcast Ownership Rules and Other Rules Adopted
Pursuant to Section 202 o fthe Telecommunications Act of 1996 and Promoting
Diversification of Ownership in the Broadcasting Services. www.fcc.gov/document/
fcc-release-not
Fleming, Carole, Emma Hemingway, Gillian Moore and Dave Welford (2006).
An Introduction to Journalism. London: Sage.
Franklin, Rob, Martin Hamer, Mark Hanna, Marie Kinsey & John E. Richardson (2005).
Key Concepts in Journalism Studies. London
Garden, John Gardiner and Chown Jonathan ( 2006 ), Media Ownership Regulation in
Australia, www.aph.gov.au
Kovach, Bill & Tom Rosenstiel (2001). SembilanElemenJurnalisme. Jakarta: Pantau.
Maras, Steven (2013). Objectivity in Journalism. Cambridge: Polity.
McChesney, Robert W. (2008). The Political Economy of Media: Enduring Issues,
Emerging Dilemmas. New York: Monthly Review Press.
McCombs, Maxwell & Reynolds, Amy (2002) “News Influence on Our Oictures of
the World” Dalam Bryant, Jennings & Zilman, Dolf (eds.) Media Effects: Advances
in Theory and Research. New Jersey, London: Lawrence Erlbaum Associates.
McQuail, Denis. (1992). Media Performance: Mass Communication and The Public
Interest. New Delhi: Sage Publications.
McQuail, D. (2005). McQuail’s mass communication theory. 5th ed. New Delhi: Sage
Publications.
McQuail, Denis (2013). Journalism and Society. London: Sage.
Murdock, Graham (2005) “Large communication and the control of the communication
industry.” Dalam James Curran, Michael Gurevitch & Janet Woollacott (Ed.).
Culture, Ideology and The Media. London Taylor & Francis.
Reese, Stephen D (2008). “Prologue-Framing Public Life: A bridging model for media
research.” Dalam Stephen D: Reese, Oscar H. Gandy and JR August E. Grant (Eds.).
Framing Public Life. New Jersey: Taylor & Francis.
38
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
Rice, Ronald E. (Ed.)(2008). Media Ownership: Research and Regulation. New Jersey:
Hampton Press.
Rianto, Puji. (2007) Pers Indonesia Kontemporer: Antara Profesionalisme dan
Tanggung jawab Sosial. Yogyakarta : PKMBP.
Rivers, William L; Jay W. Jensen, dan Theodore Peterson. (2003). Media Massa dan
Masyarakat Modern. Jakarta: Prenada Media.
Siregar, Amir Effendi (2012). “Digitalisasi Televisi “, Kompas, 20 Februari 2012
Siregar, Amir Effendi. (2013) “Independensi dan netralitas jurnalisme dan media”.
Opini Kompas, 20 Juli 2013.
Tim Peneliti Dewan Pers (2006). “Media Performance: Suatu Kerangka Analisis”.
Dalam Rahayu (Ed.). Menyingkap Profesionalisme Kinerja Surat Kabar Di Indonesia.
(p.1-29). Yogyakarta: PKMBP-Dewan Pers-Depkominfo.
Turner, Barry and Richard Orange (Ed.) (2013). Specialist Journalism. London:
Routledge.
39
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
40
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
Penelitian Kedua
ANALISIS TERHADAP
KECENDERUNGAN PEMBERITAAN
4 GRUP MEDIA NASIONAL
DI INDONESIA
41
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
42
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
1. Tim Peneliti dari Masyarakat Peduli Media (MPM) yaitu Masduki, A Darmanto, Muzayin Nazaruddin,
Budhi Hermanto, Anugrah Pambudi W, Sulistiyawati, Widodo Iman Kurniadi
2. A. Pambudi W., “Huru-Hara Konglomerasi Media”, Majalah Kombinasi Edisi ke-42 (Januari 2012),
Hal. 22-23. Andi Achdian dan Sri Ahyani (ed.), 10 Tahun Yayasan Tifa Semangat Masyarakat Terbuka,
(Jakarta: Yayasan Tifa, 2010), hal. 17. Lihat juga Firdaus Cahyadi, “Indepth Report Konglomerasi
Media di Era Konvergensi Telematika”, Makalah, tidak diterbitkan, One World Indonesia, Jakarta, tt,
hal. 7-11.
3. Muhammad Yazid dkk., “Harry Tanoe masuk Nasdem, lampu kuning bagi independensi lembaga
penyiaran”, dikutip dari http://nasional.kontan.co.id/news/harry-tanoe-masuk-nasdem-lampu-kuning-
bagi-independensi-lembaga-penyiaran-1 diakses pada 1 Februari 2013. Lihat juga “Waspadai Politisi
Pemilik Media”, dikutip dari http://www.jpnn.com/read/2012/03/08/-120019/jpnn_network.php diakses
pada 1 Februari 2013.
43
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
Independensi media saat pemilu adalah kepentingan pemilik media adalah hal
harga mati. Bila media tidak independen tabu. 7 Media bukan lagi mengusung
pada masa pemilu, maka siapa yang idealismenya: menjadi corong bagi
dikorbankan? Tentu kebenaran dan mereka yang tertindas.8 Media menjadi
wargalah yang menjadi korban. Bukankah alat untuk kepentingan mereka yang
menurut jurnalis senior AS Bill Kovach berkuasa.
loyalitas media hanya untuk warga dan Temuan Komisi Penyiaran Indonesia
kebenaran?5 (KPI) juga cukup bisa menjadi cermin
Kasus bocornya rekaman kongkalikong bahwa pemilik televisi betul-betul tidak
televisi swasta nasional dan parpol untuk punya orientasi untuk kepentingan publik.
kepentingan pencitraan politik di media KPI mencatat televisi grup media MNC
internet adalah salah satu bukti media menayangkan 11 pemberitaan tentang
telah menyalahgunakan frekuensi milik partai Hanura sepanjang 2-15 April 2013.
publik. 6 Problem kepemilikan media Ini artinya dalam 14 hari, hanya 3 hari yang
oleh para politisi semacam ini sudah jadi tidak digunakan untuk beriklan politik
rahasia umum. Sudah sejak lama pemilik oleh MNC Grup! Temuan lain, KPI juga
selalu mengintervensi kebijakan dan mencatat TV One menayangkan sosok
pilihan media. Dua pola intervensi, bila Aburizal Bakrie sebanyak 10 pemberitaan
bukan untuk kepentingan politik, tentu dan 143 kali iklan politik sepanjang April
untuk kepentingan akumulasi kapital. 2013.9
Tentu, dalam level internal, memberitakan
44
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
“
“
radio, televisi, hingga dotcom dalam satu
grup media. Dampaknya bukan saja pada
profesionalisme jurnalis, tetapi juga pada
semakin terbuka dan tersebarnya ruang-
ruang pencitraan baru para pemilik media
Independensi media untuk berbagai kepentingan, termasuk
politik.
saat pemilu adalah Maka sesungguhnya kegelisahan-
harga mati. Bila media kegelisahan yang muncul dalam
tidak independen pemberitaan akhir-akhir ini merupakan
respon atas realitas media di Indonesia
pada masa pemilu, saat ini, terutama media televisi yang
maka siapa yang berbasis berita dan informasi seperti
TV One dan Metro TV. Dalam berbagai
dikorbankan? program beritanya, kedua stasiun
penyiaran televisi itu secara jelas
Penelitian Centre for Innovation kecenderungan keperpihakan kepada
Policy & Governance (CIPG) yang kepentingan sang pemilik. Namun, karena
digawangi oleh Yanuar Nugroho pada
“
belum adanya data hasil penelitian,
“
2012 menguatkan bahwa konglomerasi maka pihak-pihak yang resah karena
dalam grup media nasional telah
digunakan untuk meraup keuntungan
politik dan bisnis oleh pemiliknya.
Penelitian ini juga mengungkap bahwa
dua kebijakan tentang media nasional
(UU 40 tentang Pers dan UU 32 tentang
Penyiaran) selama ini tidak diindahkan
Penelitian Centre for
karena merugikan industri media. CIPG Innovation Policy &
membeberkan bahwa hampir semua kanal Governance (CIPG) yang
media di Indonesia hanya dikuasai oleh
12 grup media besar. Artinya, konsentrasi digawangi oleh Yanuar
kepemilikan media di Indonesia telah Nugroho pada 2012
mengakibatkan warga hanya dijadikan menguatkan bahwa
sebagai konsumen dan komoditi. Penelitian
ini menjabarkan dengan detil 12 grup konglomerasi dalam grup
media tersebut. Kondisi ini diperparah media nasional telah
dengan bergesernya media saat ini ke
arah konvergensi. Media-media nasional
digunakan untuk meraup
marak membuat varian-varian baru dalam keuntungan politik dan
media. Menggabungkan media cetak, bisnis oleh pemiliknya.
45
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
kepentingannya terganggu tidak berani media dan ruang publik untuk kepentingan
menyebut pers mana yang sebenarnya pemilik media yang berkiprah di partai
mereka khawatirkan tidak bersikap politik.
independen dalam pemberitaannya.
Sebab, sesungguhnya tidak semua B. Rumusan Masalah
pers telah terkooptasi oleh pemiliknya. Bagaimana protret independensi 4
Masih ada pers yang mengedepankan Grup media dilihat dari segi kepemilikan
profesionalisme dan independensi, media yang berafiliasi dengan parpol dan
terutama pers cetak. yang tidak berafiliasi dengan parpol serta
Sehubungan dengan itu, diperlukan dilihat dari konten, dan jurnalis?
riset sistematis dan berkesinambungan Regulasi seperti apa yang diperlukan
melalui metode analisis isi media atas untuk menjamin independensi media
berita-berita politik jelang Pemilu 2014 dilihat dari segi kepemilikan, konten dan
pada grup media konglomerasi. Perlu profesionalisme jurnalis?
diteliti bagaimana independensi media-
media yang pemiliknya tidak berafiliasi C. Tujuan
dengan partai politik, meski, khususnya Mengetahui secara mendasar
beberapa pemilik televisi swasta saat bagaimana independensi 4 Grup media
ini, tidak menunjukkan gelagat ke dilihat dari segi kepemilikan, konten, dan
arah keberpihakan pada partai politik jurnalis antara media yang pemiliknya
tertentu. Ini diperlukan untuk menjadikan berafiliasi dengan parpol maupun Calaon
perbandingan praktik media di 4 grup presiden/calon wakil presiden tertentu
media di Indonesia (Media Group, Viva dengan yang pemiliknya tidak berafiliasi.
Group, CT Corp, Jawa Pos Group). Tujuan lebih jauh dari penelitian ini adalah
Tujuan utama riset ini adalah untuk mendorong lahirnya regulasi yang mampu
mengetahui independensi pemberitaan membuat tegaknya independensi media
politik jelang Pemilu 2014 di 4 grup dilihat dari segi kepemilikan, konten, dan
media di Indonesia. Data hasil riset akan jurnalis.
sangat berguna sebagai instrumen untuk
masukan perubaikan regulasi media D. Manfaat Penelitian
menjelang masa-masa pemilu 2014. Secara akademik penelitian ini
Penting dicatat, bahwa sampai bermanfaat untuk menambah khasanah
pertengahan tahun 2013, regulasi media hasil-hasil penelitian media, terutama
yang tersedia seperti UU 32/2002 dan UU untuk isu independensi media yang akhir-
40/1999 masih relatif lemah, tidak mampu akhir ini menjadi sorotan tajam dari
mengatasi kecenderungan penggunaan berbagai pihak. Hasil penelitian ini akan
46
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
10. James Lull, Media, Communication, Culture: A Global Approach, Cambridge: Polity Press, 1995, hal.
8-11.
11. David Barrat, Media Sociology, London and New York: Routledge, 1994, hal. 51-52.
12. Tony Bennet, “Media, Reality, Signification”, dalam Michael Gurevitch, Bennet, James Curran dan
James Wollacott (eds.), Culture, Society and The Media, London: Methuen, 1982, hal. 287-288.
47
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
13. Ben Bagdikian, The New Media Monopoly, Boston: Beacon Press, 2003.
14. Robert McChesney, “Global Media, Neoliberalism & Imperialism”, 2006, www.thirdworldtraveler.
com/Robert_McChesney_page.html.
15. Robert McChesney, ibid.
48
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
“
“
memilih isu-isu yang tidak bertentangan
dengan kepentingan pemilik modal.18
3. Independensi Media
implikasi konglomerasi Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28
F menyatakan bahwa setiap orang punya
media tidak hanya dalam hak untuk berkomunikasi dan memperoleh
ranah bisnis, namun juga informasi guna mengembangkan pribadi
dan lingkungan sosialnya. Dalam pasal
pada ranah politik. itu juga disebutkan hak setiap orang
untuk mencari, memeroleh, memiliki,
and the public tends to have little or no
mengolah, dan menyimpan informasi
input.” 15
dengan menggunakan saluran yang
Konglomerasi media juga memiliki
tersedia.
implikasi yang sangat mendasar dalam
Dalam konteks tersebut, pers
pemberitaan. Contoh paling nyata
mengambil peran dengan fungsi
adalah bias kepentingan pemilik modal
jurnalistiknya. Fungsi ini banyak berperan
dalam dukungan Murdoch melalui The
dalam proses demokratisasi di Indonesia
Sun dan The Times of London untuk
terutama paska runtuhnya Orde Baru. Yang
kampanye Thatcher pada 1998, serta
menjadi catatan penting bagi pers terkini
dukungan melalui New York Times untuk
adalah bahwa pers yang menggunakan
Reagan. Contoh lain, Norman Chandler
frekuensi publik haruslah berdasarkan
menyediakan Los Angeles Times sebagai
kemerdekaan pers yang profesional, serta
media kampanye Nixon sepanjang karir
bebas dari campur tangan dan paksaan
politiknya. 16 Bagi para konglomerat
dari manapun. Hal ini terkandung d alam
pemilik industri media, kekuasaan mereka
konsideran UU No. 40/1999 tentang Pers.
bukan lagi berasal dari akses namun
Salah satu aspek profesionalisme,
kepemilikan atas media itu sendiri.17 Bias
sebagaimana dijabarkan dalam Kode Etik
pemberitaan juga terlihat dari hilangnya
Jurnalistik (KEJ) adalah independen. Lebih
daya kritis media di hadapan para pemilik
lanjut KEJ menjabarkan, independen berarti
modal. Dalam hal ini, media cenderung
memberitakan peristiwa atau fakta sesuai
mengangkat sebuah isu dengan perspektif
dengan suara hati nurani tanpa campur
yang sejalan dengan kepentingan pemilik
tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak
modal. Selain itu, media cenderung
49
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
“
proses dan mekanisme produksi berita, media dalam masa pemilu.
(2) faktor eksternal media, termasuk di
dalamnya adalah sumber berita, kalangan
bisnis, pemerintah, dan lingkungan
media (kultur), dan (3) ideologi.19 Teori
ini menjelaskan bahwa kepentingan
bisnis pemilik media bisa menjadi faktor teks media dan proses
penting bagi konten media. Namun,
selain kepentingan bisnis, kepentingan produksinya, sebagai
politik (ideologi) media, khususnya objek kajian, akan
ideologi pemilik media, adalah satu faktor didekati dengan
mendasar yang menentukan isi media.
Secara sederhana alur pikir penelitian perspektif kritis.
ini dapat digambarkan seperti berikut:
50
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
19. Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Message, New York: Longman, 1991, hal.
217-228.
51
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
52
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
“
pemilu yang paling sedikit tayang adalah gambar bergerak, dan narasi yang dibaca
pada 9 November 2013 (1 berita). Dari penyiar” sebanyak 15,3 persen dari total
semua berita pemilu itu paling banyak
bicara dalam dimensi politik (53 kali) dan
berskala nasional (72,9 persen/43 kali).
Dari 59 berita yang membicarakan isu
pemilu, kami juga menemukan program tokoh capres yang
Kabar Pagi adalah program reguler yang dimuat TV One dalam
paling banyak (13,6 persen) memuat pemberitaannya hanya
berita pemilu, capres, caleg dan partai.
Kemudian disusul program Kabar Petang Aburizal Bakrie. Capres/
yang menayangkan 6 berita pemilu (10,2 cawapres lain tidak
persen) dalam satu minggu ini. Sedangkan
program lain yang paling banyak memuat
pernah disebut dalam
berita pemilu adalah program khusus tayangan seminggu ini.
21. George Kamberelis dan Greg Dimitriadis, “Focus Groups: Strategic Articulations of Pedagogy, Politics,
and Inquiry, dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln (ed.), Handbook of Qualitative Research:
Third Edition, Sage Publications, 2005, hal. 887-889.
53
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
berita. Bentuk berita yang paling banyak keduanya dari partai Golkar, paling
digunkan berikutnya adalah bentuk berita mendominasi menjadi narasumber yang
yang menggabungkan banyak bentuk dikutip TV One. Aburizal Bakrie paling
seperti menggabungkan bentuk ‘narasi sering dikutip oleh TV One hingga
yang dibaca penyiar’, ‘suara laporan mencapai 9 kali (15,3 persen) pemuatan,
reporter’, ‘gambar bergerak’, gambar dan disebut pertama. Sedangkan Nurul
statis, dan infografis jadi dalam satu Arifin hanya selisih satu kali di bawah
berita/liputan sebanyak 6 kali. Bentuk Aburizal Bakrie. Narasumber lain yang
berita tunggal paling jarang dipakai dikutip hanya berkisar satu sampai lima
seperti hanya menggunakan teknik ‘sound kali kutip dalam liputan. Seperti Nasrullah,
up’ sebanyak hanya 1 kali. komisioner Bawaslu, ia lima kali atau 8,5
Kecenderungan pemberitaan pemilu persen dikutip sebagai narasumber. Lalu
dan partai pun paling banyak yang “
diikuti Husni Kamil Malik, Komisioner
“
cenderung positif (35,6 persen) ketimbang KPU, yang hanya dikutip dua kali.
yang negatif. Positif berarti berita yang
dimunculkan punya kecenderungan baik,
dan begitu pula sebaliknya. Selebihnya
berita yang memiliki kecenderungan
negatif ada sekira 11,9 persen. Namun
berita yang cenderungannya netral Aburizal Bakrie dan
mencapai 31 kali.
Dan dari total berita pemilu itu banyak Nurul Arifin, keduanya
yang menggunakan teknik liputan satu sisi dari partai Golkar, paling
(51 Berita/86,4 persen). Sedangkan berita
yang melakukan liputan dengan teknik
mendominasi menjadi
liputan dua sisi jumlahnya lebih sedikit narasumber yang dikutip
sekira 10,2 persen. Dan hanya satu berita TV One.
yang melakukan teknik liputan dengan
banyak sisi. B. METRO TV
Lalu bila dilihat dari tema berita yang
paling sering dimuat TV One dalam 1. Profil Singkat Metro TV
minggu ini adalah tema berita mengenai Surya Paloh mendirikan Metro TV
pemilu. Berita ini berkisar mengenai pada 1999 dengan bendera PT. Media
kinerja KPU, bawaslu, DPT, dan Televisi Indonesia. Ia sebelumnya
kampanye. Dan berita tentang DPT paling juga telah mengambil alih suratkabar
mendominasi (22 berita) dalam liputan nasional Media Indonesia pada 1989. Ia
TV one dalam satu minggu ini. Ini sangat juga salah seorang yang menggawangi
berbeda dengan liputan tentang dana harian Prioritas yang akhirnya dibredel
kampanye yang hanya dimuat satu kali. pemerintah pada 1987. Kini Media
Aburizal Bakrie dan Nurul Arifin, Indonesia, menurut laman metrotvnews.
54
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
22. www.metrotvnews.com
23. (Nugroho, Putri, dan Laksmi, 2012) - Nugroho, Y., Putri, DA., Laksmi, S. 2012. Memetakan
Lansekap Industri Media Kontemporer di Indonesia (Edisi Bahasa Indonesia). Laporan. Bermedia,
Memberdayakan Masyarakat: Memahami kebijakan dan tatakelola media di Indonesia melalui kacamata
hak warga negara. Riset kerjasama antara Centre for Innovation Policy and Governance dan HIVOS
Kantor Regional Asia Tenggara, didanai oleh Ford Foundation. Jakarta: CIPG dan HIVOS, hal. 131-142
55
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
56
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
berita pemilu dan parpol, maka akan Jumlah ini sebanding juga, meskipun
terlihat pula konten berita apa yang tidak sama persis, dengan jumlah pemuatan
disajikan. Dari seminggu tayangan Metro parpol yang muncull dalam seminggu ini.
TV, capres/cawapres yang paling sering Bila sebelumnya Surya Paloh menempati
dimuat adalah Surya Paloh. Suryo Paloh urutan teratas capres/cawapres yang paling
(Partai Nasdem) menduduki peringkat sering disebut, maka dalam kolom pilihan
pertama capres yang paling sering parpol, parpol Nasdem menempati urutan
dimunculkan Metro TV diikuti Rhoma teratas disebut juga. Nasdem disebut
Irama dan Aburizal Bakrie (Partai Golkar). 22 kali dalam seminggu berita dalam
Dua nama yang disebut terakhir memiliki berbagai kesempatan program Metro TV.
selisih yang tidak jauh. Nama-nama capres Bahkan hampir di tiap liputan tentang
lain yang juga masuk dalam pemberitaan parpol manapun, ada penyebutan Partai
Metro TV tetapi tidak sebanyak tiga nama Nasdem mengiringinya. Parpol Golkar
sebelumnya adalah Anis Matta, Jokowi, juga menempati urutan teratas setelah
Jusuf Kalla, Marzuki Alie, Gita Wirjawan, Nasdem. Meskipun jumlahnya jauh di
“
Win-HT. semua yang disebut terakhir ini bawah Nasdem, namun penyebutannya
“
frekuensi penyebutannya sama. lebih banyak dari partai lain. Jumlah
pemuatan Partai Golkar hampir mendekati
setengah kali pemuatan Nasdem. Partai
lain di bawah Nasdem dan Golkar yang
juga dimuat tapi dengan jumlah yang
sama besar adalah Demokrat, PKS, dan
Suryo Paloh (Partai PDIP. Lalu di bawah ketiganya hanya
Nasdem) menduduki dimuat setidaknya satu kali pemuatan
dalam seminggu adalah PBB (2), Hanura
peringkat pertama (1), dan Gerindra (1).
capres yang paling Bentuk berita pemilu yang paling
sering digunakan oleh Metro TV adalah
sering dimunculkan bentuk Narasi yang dibaca penyiar.
Metro TV diikuti Bentuk “Narasi yang dibaca penyiar”
Rhoma Irama dan tercatat digunakan sebanyak 63 kali. Ini
artinya lebih dari setengah dari jumlah
Aburizal Bakrie total berita yang diteliti menggunakan
(Partai Golkar). bentuk berita seperti ini. Bentuk lain
yang paling sering digunakan adalah
dengan “Gambar Bergerak” yang
jumlahnya hampir mencapai setengah
dari keseluruhan berita yang diteliti.
Justru bentuk berita dengan “sound up”
yang lebih banyak mengemukakan fakta
57
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
58
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
3. Temuan Analisis Isi Iklan Iklan yang paling sering muncul yaitu
Iklan apa yang paling sering dimuat/ versi ‘Nasdem 1’ dimuat dengan durasi
tayang di Metro TV? Pertanyaan ini hampir satu menit. Iklan ini mengambil
menjadi kunci dari bagian ini. Metro TV, latar/setting hutan dan sungai. Latar ini
dalam seminggu, tercatat memuat 100 sebagai bentuk cintanya pemuda terhadap
kali iklan Partai Nasdem dengan berbagai nusa dan bangsa yang digambarkan dengan
versi. Misalkan dibagi rata, tiap satu hari narasi, ”Anak-anak indonesia kibarkanlah
berarti khalayak televisi disuguhi 14 merah putih diatas awan agar mata
iklan Nasdem. Jumlah itu akan semakin menyala, hati bergerak berani dan suci.”
bertambah bila iklan tidak setiap hari Iklan ini ingin seperti ingin mengajak
tayang dalam satu minggu. Riset ini pemuda menjadi cinta bangsa. Dan
menemukan hanya iklan Partai Nasdem Nasdem digambarkan memiliki gerakan
dan Prabowo Subianto, dari Partai yang visioner dengan menggandeng
Gerindra, yang tayang di Metro TV dalam kaum muda untuk merubah bangsa seperti
periode 4 sampai 10 November 2013. jargonnya ‘gerakan perubahan’.
Jumlah iklan Nasdem di Metro TV sangat Sedangkan iklan versi ‘Hari Pahlawan’
tidak sebanding dengan Iklan Prabowo yang juga berdurasi hampir satu menit
Subianto. Iklan Prabowo Subianto tercatat (59”) ini adalah iklan yang muncul untuk
hanya tayang tiga (3) kali. Iklan Prabowo memeringati hari pahlawan. Iklan ini
dibagi menjadi dua versi. Masing- menampilkan tokoh-tokoh masyarakat
masing mengangkat isu Kedaulatan dan seakan sebagai simbol bahwa pahlawan
kebangkitan Bangsa menjadi macan Asia harus diteladani seperti tokoh-tokoh
serta dukungan dari seorang ibu kepada yang ditampilkan. Ini juga dikuatkan
Prabowo. dengan narasi iklan yang memilih diksi
Iklan Prabowo yang frekuensinya ‘keteladanan’ dalam iklannya yang
bahkan tidak sampai setengah dari ikaln berbunyi, “Keteladanan adalah sikap yang
Nasdem seperti tenggelam oleh sangat utama, Mendalami makna perjuangan
banyaknya iklan Nasdem di Metro TV. adalah hakikat.” Dan diksi ‘perubahan’
Tak hanya itu, Iklan Nasdem pun beragam tak hilang juga seperti dalam narasi
versi. Setidaknya yang tercatat ada 11 versi kata terakhirnya,”Kobarkan semangat
iklan politik ala Nasdem. Dari 11 itu, iklan kepahlawanan, teruskan perjuangan,
versi ‘Nasdem 1’ dan ‘Hari Pahlawan’ berbeda dalam perubahan bersama.”
paling banyak tayang dalam satu minggu.
Iklan versi ‘Nasdem 1’ tayang 22 kali. C. RANS TV
Iklan ‘Hari Pahlawan’ tayang 20 Kali
hanya dalam dua hari. Kemudian diikuti 1. Profil Singkat Trans TV
iklan versi ‘Nasdem 2’ dengan 13 kali PT televisi Transformasi Indonesia
pemuatan dan iklan versi ‘Nusa Bangsa 1’ (TRANS TV) memperoleh ijin siaran
dengan 12 kali pemuatan. pada Oktober 1998, tetapi mulai
beroperasi siaran secara resmi pada 15
59
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
“
“
Desember 2001. Trans TV adalah tasiun
tv wsasta dibawah naungan TRANS Corp
dan dimiliki oleh CT CORP. Pemiliknya
adalah Chairul Tanjung (CT). Sasaran
penonton Trans TV adalah anak muda.
Program televii ini berupa film, komedi Iklan politik yang
dan variety, travel dan lifestyle, berita beriklan di Trans TV
dan light info religious, reality dan game
show, serta acara gosip (infotainment).
periode 4-10 november
2013 hanya Prabowo
2. Temuan Analisis Isi Berita Subianto.
Trans TV tidak memiliki tayangan
berita politik. Program berita yang dimiliki
juga hanya satu yaitu “Reportase” pada berbeda. Versi “Prabowo perubahan”
pukul 05.00 WIB dan 16.30 WIB. Adapun paling banyak muncul yaitu satu kali
berita yang ditayangkan adalah berita dalam satu hari, sedangkan versi
kecelakaan, kriminal, kinerja pemerintah, “Prabowo pancasila” hanya muncul
kuliner, penggusuran, traveling, dan lain- pada hari pertama kemunculan iklan (8
lain. november 2013).
Tetapi perlu menjadi catatan bahwa Dalam iklan “Prabowo Perubahan”
stasiun televisi yang dimiliki Chairul menampilkan kuli bangunan,
Tanjung ini menayangkan launching buku pengangguran, orang berdesak-desakkan
yang ditulis oleh Anita Chairul Tanjung, di jembatan, angkutan umum, seorang
istri Chairul tanjung hingga 2 kali. Televisi anak yang dipangku ibunya, anak kecil
ini juga menayangkan berita pergelaran yang hanya memakai kaus kutang meratap
seni SMA Unggulan CT Foundation Deli melihat anak-anak sekolah, pemulung
Serdang, Sumatra Utara. tua, buruh, guru, kontraktor, juga preman
pasar. Visual yang didukung narasi yang
3. Temuan Analisis Isi Iklan dibaca oleh Prabowo, menyoroti korupsi
Iklan politik yang beriklan di Trans yang menyebabkan rakyat Indonesia tidak
TV periode 4-10 november 2013 hanya berdaya. Uang yang dikorupsi seharusnya
Prabowo Subianto. Iklan Prabowo dapat digunakan untuk membangun
memiliki 2 versi. Masing masing adalah angkutan, pendidikan, kesehatan, dan
versi “Prabowo Perubahan” dan versi membuat lapangan kerja. Oleh karena itu,
“Prabowo Pancasila”. Indonesia harus bersih dengan melakukan
Dalam periode tersebut iklan perubahan. Dalam detik-detik akhir iklan
Prabowo muncul 4 kali dengan frekuensi tersebut, Prabowo bersalaman dengan
kemunculan satu kali dalam satu hari kerumunan masyarakat, bekerja sama
kecuali pada tanggal 8 November 2013 dengan kontraktor, bersatu dan memberi
yang muncul 2 kali dengan versi yang semangat orang-orang di pasar. Iklan itu
60
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
diakhiri dengan Prabowo berdiri dalam Muhammad Diah (BM Diah) ini mati suri
angkutan umum menatap keluar, “kalau karena konflik keluarga. Pemilik utama
bukan kita? Siapa lagi?” narasi penutup BM Diah berinisiatif untuk menyerahkan
iklan. manajemen Merdeka kepada Dahlan Iskan
Iklan versi kedua yaitu “Prabowo (Pemimpin Jawa Pos Group). Dahlan
pancasila”. Di iklan ini Indonesia berhasil memajukanRM hingga mencapai
digambarkan dengan hamparan sawah omzet miliaran rupiah.
yang hijau, laut lengkap dengan kapal Berhubung surat kabar RM dikelola
dan para nelayan, dan berbagai pemeluk oleh sebagian besar mantan karyawan
agama di tempat ibadahnya masing koran harian Merdeka, maka model
masing. Selain itu, iklan tersebut juga pemberitaan surat kabar ini nyaris sama
menampilkan sepakbola. Prabowo dengan harian Merdeka. Sama-sama
menjadi salah satu pemain diantara anak- memposisikan diri sebagai media oposisi
anak, ia juga merangkul pemain sepakbola yang siap mengkritisi siapapun yang
tersebut memberi semangat. Iklan tersebut berkuasa di negeri ini. Gejala ini tampak
mengangkat Kebhinekean dan toleransi dari headline-nya yang selalu “berani”.
umat beragama. Tetapi dbagian akhir saat
visualnya berganti menjadi permainan 2. Temuan Analisis Isi Berita
sepakbola, narasi diarahkan ke isu korupsi. Analisis isi yang dilakukan tim
Beberapa cuplikan scene iklan Masyarakat Peduli Media menggunakan
Prabowo versi “Prabowo Perubahan” bahan baku 218 item berita di Rakyat
dan versi “Prabowo Pancasila” ada yang Merdeka, yang terbit sepanjang tanggal
sama yaitu visual yang menunjukkan 1-15 November 2013. Dalam periode
kerjasama dengan kontraktor, bersalaman tersebut, kami mendapatkan lebih dari
dan komunikasi dengan warga. Masing- 200 berita yang dapat dikategorikan
masing iklan Prabowo ini berdurasi 30 sebagai berita pemilu. Jumlah yang
detik (1 spot). tidak mengherankan mengingat Rakyat
Merdeka memang menahbiskan dirinya
D. RAKYAT MERDEKA sebagai The News Political Leader.
Rata-rata dalam sehari koran ini dapat
1. Profil Singkat Rakyat Merdeka menurunkan minimal atau lebih dari 10
Surat kabar Rakyat Merdeka (RM), berita yang berkaitan dengan pemilu. Baik
beredar di Jakarta dan merupakan salah itu tentang kinerja KPU, DPT, aktivitas
satu perusahaan di bawah naungan caleg, profil organ partai, atau bahkan
Jawa Pos Group yang terbit pertama mengomentari fasilitas kerja Bawaslu.
kali sebanyak 12 halaman pada 22 April Jumlah ini tidak muncul pada Rakyat
1999. Surat kabar harian Rakyat Merdeka Merdeka yang terbit pada 13 November
secara historis sangat berhubungan 2013. Pada hari itu Rakyat Merdeka
dengan Koran Harian Merdeka. Harian hanya menurunkan 7 berita. Jumlah yang
Merdeka yang dimiliki oleh Baharuddin tidak biasa. Tercatat pada 2 November
61
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
koran ini betul-betul menyesaki halaman- Uniknya, halaman depan yang menjadi
halamanyanya dengan 19 berita pemilu kulit muka, dan yang paling awal dilihat
dalam sehari. Setelah itu barulah pada 4 pembaca, hanya memuat 10 berita dalam
dan 6 November Rakyat Merdeka baru lebih dari dua minggu terbitan koran ini.
menurunkan banyak berita pemilu. Pada Adapun Capres dan Cawapres yang
tarih itu ada 17 berita yang dicetak meski paling sering dimuat Rakyat Merdeka
dengan tersebar di beragam rubrik. sesuai urutan: Surya Paloh (6), Dahlan
Berita politik Pemilu mayoritas dimuat Iskan (6), Aburizal dan Jusuf Kalla
pada halaman 6 (65 item) dan halaman 12 (5). Mayoritas topik berita terkait soal
(57 item) dan halaman 7 (51 item). Rubrik pencalonan (29) dan aktifitas dari Caprès/
mayoritas tempat berita Pemilu adalah Cawapres (23). Jika menggunakan
pada ROAD To SENAYAN (116). Terdiri prosentase, capres/cawapres yang paling
dari posisi headline (55 item) dan non sering dimuat, adalah Surya Paloh
headline (163 item), mayoritas berformat (3,2 persen), Dahlan Iskan selisih satu
berita singkat (straight news) yaitu 183 berita dengan Surya Paloh yang dalam
buah. Mayoritas teknik liputan yang prosentase mencatat Dahlan Iskan
dipilih adalah wawancara satu sisi nara mencapai 2,8 persen dari total seluruh
sumber (173). Berita yang menggunakan pemuatan berita. Capres/cawapres paling
nara sumber berimbang/dua sisi hanya 31 sering dimuat ketiga adalah Jusuf Kalla
item. (2,3 persen) dan Aburizal Bakrie (2,3
Rubrik Road To Senayan tercatat
paling sering memuat berita pemilu. Ini “
persen), lalu diikuti Jokowi (4 1,8 persen),
Sutiyoso (1,8 persen), dan terakhir adalah
“
merupakan kewajaran karena rubrik ini Wiranto (1,4 persen).
memang diperuntukkan menjadi rubrik
yang seluruhnya bicara mengenai serba-
serbi pemilu 2014. Road To Senayan
adalah rubrik khusus liputan pemilu.
Maka memang jumlah yang banyak
adalah suatu kewajaran. Lain halnya Adapun Capres dan
dengan rubrik di halaman belakang yang Cawapres yang paling
bukan halaman khusus pemilu. Halaman
belakang ini menjadi halaman tersering sering dimuat Rakyat
kedua yang paling sering memuat berita Merdeka sesuai urutan:
tentang pemilu. Bila Road To Senayan Surya Paloh (6), Dahlan
mencapai 53,2 persen atau 116 berita
pemuatannya, maka halaman belakang Iskan (6), Aburizal dan
hanya bisa mencapai 27, 1 persen atau Jusuf Kalla (5).
59 berita. Baru setelah ini rubric Gerpol
menjadi urutan ketiga dari halaman/rubrik
yang paling sering memuat berita pemilu.
62
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
Sedangkan bila dilihat item lain berbeda dengan aktivitas parpol . Namun
seperti parpol, Rakyat Merdeka paling pemuatannya tidak atas isu dan parpol
sering memuat partai-partai berikut tanpa yang sama.
menyebut partai lain dalam satu berita. Adapun nara sumber terbanyak yang
Misalnya, Rakyat Merdeka dalam 15 hari dikutip RM adalah pimpinan Partai Politik
ini paling banyak memuat Partai Golkar (71), disusul ahli/pengamat politik (20)
sebanyak 14 kali (6,4 persen) dibanding dan Capres Cawapres (19). Dan dari total
partai diurutan terbanyak kedua yaitu berita yang dimuat dan diteliti dari Rakyat
Demokrat (11 kali/ 5,0 persen). Parpol Merdeka 79,2 persen di antaranya dalah
lain yang dimuat punya selisih banyak berita dengan dimensi politik. Dimensi
dibanding dua partai sebelumnya. berita paling banyak yang lain adalah
Misalnya Gerindra hanya, dimuat tanpa dimensi hukum (12 persen) dan Sosial
partai lain, 4 kali (1,8 persen). Hanura budaya (7 persen). Berita dengan dimensi
sebanyak 3 kali (1,4 persen). Selebihnya, ekonomi sangat kecil pemuatannya hanya
berita yang dimuat lebih banyak satu kali pemuatan.
menyandingkan dua atau tiga partai dalam Rakyat Merdeka juga seolah ingin
satu berita. menekankan bahwa prioritasnya adalah
Adapun topik berita Pemilu terbanyak pada berita-berita berskala nasional. Ini
adalah soal kisruh DPT (17) disusul kinerja bisa dilihat dari peristiwa yang paling
KPU dan Bawaslu. Lingkup peristiwa banyak diliput adalah peristiwa dengan
yang diliput mayoritas berskala nasional lingkup nasional (63 persen). Ini lebih
khususnya di Jakarta (166) disusul daerah banyak dari berita dengan lingkup
provinsi (36). Dimensi berita umumnya peristiwa provinsi (20 persen) dan
bertendensi politik (189) disusul berita kabupaten/kota (15,2 persen).
yang berkonteks social budaya (15).
Berikut ini juga adalah temuan menarik E. MEDIA INDONESIA
tentang tema pemberitaan yang paling
sering dimuat. Tema pemberitaan tentang Riset ini menemukan sejumlah 94
pencalonan capres/cawapres (6,4 persen) (sembilan puluh empat) berita terkait
paling banyak dimuat dibanding aktivitas dengan politik dan pemilihan umum di
capres/cawapres (4,8 persen). Ini berbeda harian Media Indonesia diteliti selama
dengan pemuatan berita tentang parpol periode tanggal 1-15 Nopember 2013.
yang lebih banyak memuat berita aktivitas Dari sejumlah 94 berita tersebut,
parpol (12 persen) ketimbang berita ditemukan kecenderungan Media
tentang profil parpol (3 persen). Artinya Indonesia memberitakan positif tentang
ada perbedaan prioritas menurut redaksi Partai Nasional Demokrat (20.21%) dan
pemberitaan Rakyat Merdeka tentang sebaliknya bersikap sangat kritis tentang
hal ini. Walaupun sebenarnya pemuatan kinerja KPU, khususnya terkait dengan
berita tentang parpol yang merespon isu- soal Daftar Pemilih Tetap (11.70%).
isu terkini juga punya porsi yang tak jauh
63
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
Tabel 1
Jumlah Prosentase Pemberitaan Partai Politik, Pemerintah, KPU dan Bawaslu
65
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
Tabel 2
Berita Foto Tentang Politik dan Pemilu
66
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
Gambar 1
Contoh Berita Foto Surya Paloh
Selama 14 (empat belas) kali terbit, tercatat ada 6 foto surya paloh termuat pada
harian Media Indonesia dengan ukuran yang rata-rata sebesar 3 kolom, 40 baris, dan
menjadi headline pada rublik yang memuatnya. Jika dibandingkan dengan pemuatan
foto tokoh politik lainnya, hanya ada tingkat kecenderungan pemberitaan Media
Rhoma Irama yang fotonya dimuat oleh Indonesia tentang politik dan pemilu
Media Indonesia dengan ukuran 2 kolom, di Indonesia. Riset ini baru membaca
24 baris. frekuensi pemberitaan dan isi berita yang
Sedangkan dalam frekuensi ditulis oleh harian Media Indonesia.
penyebutan tokoh politik sebagai calon Namun, jika merunut hanya pada
presiden, Surya Paloh disebut hingga 2 (dua) tabel diatas, isi pemberitaan harian
12 kali, dibandingkan dengan tokoh lain Media Indonesia dapat terbaca sangat
seperti Prabowo, Jusuf Kalla, Megawati, berpihak pada Partai Nasional Demokrat
Ical/Soekarwo, Sutiyoso, Rhoma Irama, yang dipimpin oleh Surya Paloh, kendati
Wiranto, dan Jokowi yang masing-masing dalam susunan kepengurusan Media
hanya tersebutkan satu kali. Indonesia mulai pendiri, direktur, dewan
Penelitian ini belum secara khusus redaksi, hingga redaktur tidak tersebutkan
melakukan analisis isi menggunakan nama Surya Paloh. Akan tetapi, karena
analisis framming untuk menemukenali harian Media Indonesia adalah bagian
67
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
dari Media Group yang didirikan oleh mereka? Bagaimana sikap dan
Surya Paloh, maka peneliti meyakini ada pandangan mereka mengenai
pengaruh kepemilikan media terhadap independensi dari tekanan pemilik
kebijakan redaksional media, sehingga media yang menjadi capres/
isi pemberitaan Media Indonesia lebih cawapres ataupun calon legislatif
berpihak pada Surya Paloh. (caleg)?
2. Bagaimana pengalaman nyata
yang mereka pernah alami terkait
F. FOCUS GROUP DISCUSSION dengan independensi dalam
pemberitaan pemilu? Apa yang
Menjelang pemilu 2014, isu telah mereka lakukan menghadapi
independensi media sangat semakin krusial tekanan pemilik media dalam
mengingat banyaknya pemilik media yang pemberitaan? Pengalaman penting
juga mencalonkan diri sebagai presiden/ dan pelajaran apa yang bisa
wakil presiden, baik secara lugas maupun dipetik?
tersirat. Sudah menjadi pengetahuan 3. Lalu, regulasi dan mekanisme
publik bahwa para pemilik media yang newsroom seperti apa yang harus
menjadi calon presiden (capres) atau dilakukan untuk mempertahankan
calon wakil presiden (cawapres) tersebut independensi media dalam
menjadikan media massa yang mereka pemberitaan pemilu?
miliki sebagai alat kampanye. Pertanyaan FGD diikuti delapan orang jurnalis
krusialnya, bagaimana media-media yang dari beberapa media/grup media,
dimiliki oleh capres/cawapres ini menjaga diselenggarakan pada Sabtu, 7 Desember
independensi mereka? Mekanisme 2013, pukul 09.30 – 12.00 WIB, di Hotel
newsroom seperti apa yang diperlukan Galuh Anindita, Sagan, Yogyakarta.
untuk mempertahankan independensi Berikut ini adalah deskripsi mengenai
ini? Lalu, regulasi seperti apa yang harus beberapa temuan penting dalam FGD.
ditetapkan? Para jurnalis merasa bahwa menjelang
FGD diselenggarakan dalam rangka pemilu tidak ada tekanan dalam proses
menjawab pertanyaan-pertanyaan produksi berita, khususnya dalam kerja-
tersebut. Dengan mengundang para kerja lapangan (reportase). Berikut
jurnalis, khususnya dari grup-grup kutipan pernyataan dari mereka:
media yang dimiliki oleh politisi/capres- Narasumber 1 Menjelang pemilu
cawapres/caleg, FGD menjawab beberapa sekarang ini, di KR tempat saya bekerja
pertanyaan kunci: tidak ada semacam tekanan atau apa,
1. Bagaimana sikap dan pandangan meskipun pemilik atau penasihat KR
para jurnalis mengenai mungkin ada yang menjadi pengurus
independensi media dalam salah satu partai.
pemilu? Apa makna “independen”,
“netral”, dan “imparsial” bagi
68
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
69
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
“
“
Narasumber 5 Itu dari redaksi bisa,
kemudian dari partainya sendiri. Jadi,
kadang saya mendapat undangan
bukan dari redaksi, tetapi dari ketua
beberapa jurnalis DPD/DPC atau caleg.
menyatakan bahwa
Narasumber 8 Tapi kalau kemudian
mereka kadang ada sebuah arahan, saya pikir
mendapat ‘order’ dari arahannya pasti sifatnya normatif.
redaksi (news room) Artinya, ini kamu cover, ini pasti kita
akan cover, kemudian akan kita taruh
untuk meliput partai di halaman pertama. Mungkin partai
atau capres/cawapres lain atau capres lain di halaman yang
yang merupakan pemilik khusus pemilu dengan porsi yang
sama. Artinya kemudian tidak terjadi
media dimana mereka keirian di masing-masing. Saya pikir
bekerja. tekniknya seperti itu mas.
70
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
71
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
“
“
tidak perlu dikomando. Mungkin Pak
Dahlan bisa menangkap, jadi wartawan
dibiarkan saja.
72
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
73
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
“
“
penting menggugurkan kewajiban’,
misalnya:
Narasumber 2 Ketika ada case
milih yang mana, kadang-kadang
Jika berhadapan dengan jawabannya adalah yang penting
menggugurkan tugas. Jadi semuanya
permintaan atau dicari, hanya menggugurkan tugas
‘tekanan’ meliput dari saja. Kalaupun tidak diliput nanti
partai tertentu, para salah? Jadi akhirnya diliput, terserah
nanti naik atau tidak. Jakarta minta
jurnalis menyatakan atau tidak, itu bukan urusan kami.
bahwa mereka akan Kami menggugurkan tugas saja.
bersikap profesional, Narasumber 8 Tapi secara pribadi
dalam arti akan meliput kami rata-rata cuek, kalau dibilang
jika memang kegiatan golput tidak, kami lihat mendekati hari
H yang paling bagus mana itu yang kita
yang dilakukan memiliki pilih. Suasana emosionalnya begitu.
nilai berita.
Narasumber 5 Maka kalau saya
arahan, tidak ada penugasan, kalau sebagai orang daerah kadang nggak
menurut saya, skala prioritas. Jadi mau mengambil resiko partai apapun
kalau isu yang diangkat isu nasional, ambil saja. Masalah nanti tayang atau
yang bisa diangkat menjadi berita gak tayang yang penting kan sudah.
nasional, itu yang kita datangi.
Hanya ada satu jurnalis yang bersikap
Narasumber 3 Kalau saya, karena di kritis dengan menyatakan tidak akan
Jogja ini reporternya memang cuma meliput kegiatan partai, kecuali berkaitan
satu, tapi kontributor banyak dan dengan kepentingan publik. Itupun dengan
tersebar di berbagai wilayah di Jogja, catatan, jurnalis tersebut menyatakan
jadi pasti bagi-bagi penugasan. Tapi bahwa jika ada penugasan dia terpaksa
bagi saya pribadi, saya pilih yang nilai akan memenuhinya.
beritanya paling kuat. Narasumber 7 Ketika ada undangan,
biasanya mereka ada kumpul partai,
Narasumber 4 Ya kalau ada beberapa saya jarang sekali meliput. Atau
acara yang penting, kita lihat mungkin apatisme saya terhadap partai
kapabilitas yang hadir. besar sekali.
74
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
tidak akan meminta argumen partai partai. Jadi, cukup masih independen.
kecuali itu ada kaitannya tentang Walaupun Partai Nasdem banyak kita
kebijakan untuk dewan atau pemprov. liput, tapi partai lain juga tetap kita
liput.
Narasumber 7 Ketika ada beberapa
partai dalam satu waktu buat acara dan Narasumber 8 Kalau kami dari koran
tidak ada paksaan untuk meliput, saya SINDO, menjadi tantangan kami
tidak meliput, karena buat saya isu di untuk membuat kadar keberpihakan
provinsi lebih banyak yang bisa digali tidak terlalu tinggi. Sindo salah satu
daripada harus meliput partai. Tapi ownernya salah satu cawapres yang
kalau ada jobdesk, saya laksanakan beraviliasi dengan partai tertentu. Ini
saja. yang menjadi tantangan buat kami.
Sebenarnya tantangan itu di sini,
Sebagian jurnalis mengakui secara independensi juga ditantang ketika
eksplisit bahwa media tempat mereka media tempat saya kerja menjadi
bekerja adalah partisan, artinya tidak partisan.
independen. Bagi jurnalis tersebut, hal itu
wajar mengingat pemilik media mereka Narasumber 8 Jadi kemudian
menjadi capres atau cawapres. Bagi instruksi arahan itu hal yang wajar,
mereka, tugas mereka adalah mengurangi apalagi media kami berafiliasi dengan
kadar keberpihakan tersebut, dengan capres atau partai tertentu, itu adalah
tetap meliput partai atau capres/cawapres wajar saya pikir.
lainnya, meskipun dengan porsi yang
tidak setara dengan partai pemilik media Secara umum, para wartawan
mereka. Berikut pernyataan mereka: menyatakan bahwa ketika pemilu, media
Narasumber 3 Terkait dengan mereka akan memberikan ruang yang sama
independensi, menurut saya memang pada semua partai politik. Hal itu mereka
ada porsi-porsi, di mana tampilnya maknai sebagai independensi dari media
pemilik tv kita memang ada porsinya. mereka. Jadi, sebagian jurnalis memaknai
Tapi di sisi lain ada beberapa program independensi sebagai ‘memberikan
juga yang memang menampilkan ruang yang sama bagi semua partai
tokoh-tokoh lain yang akan ada dalam politik’. Tampak bahwa para jurnalis
pemilu 2014. Misalnya, dalam salah mencampuradukkan makna ‘independen’
satu program primetime news di mana dengan ‘imparsial’ atau ‘netral’. Berikut
ada satu segmen masyarakat diajak kutipan pernyataan mereka:
untuk lebih kenal dengan ketua-ketua Narasumber 1 Kalau berkaitan dengan
partai. Jadi memang di satu sisi ada pemilu, yang saya tahu KR akan
porsi untuk menampilkan Pak Surya memberi kesempatan yang sama pada
Paloh, tapi di sisi lain juga ada porsi- semua partai politik untuk diberitakan.
porsi untuk menampilkan ketua-ketua Artinya, ketika ada partai mengundang
75
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
“
“
dalam acara, kita liput kemudian
kita muat. Tentu kita lihat materinya,
kalau memang materinya bagus tentu
kolomnya besar. Sedangkan untuk
yang berkaitan dengan seorang caleg
memang kemarin saya mendengar ada
beberapa arahan. Kalau sifat materinya
Hampir semua
berisi kampanye silahkan berhubungan jurnalis berpendapat
dengan periklanan. bahwa media mereka
Narasumber 4 Menurut saya di menyediakan halaman-
Media Indonesia sudah terbangun halaman khusus untuk
independensi, memperlakukan parpol
itu sama.
pemilu, sehingga mereka
yakin bahwa semua
Pendapat bahwa independen adalah partai bisa diakomodasi.
‘memberikan ruang bagi semua partai’
tampak semakin jelas ketika wartawan tidak seolah-olah terlihat sebagai
ditanya mengenai apa yang akan partainya ini. Saya pikir ini yang
mereka lakukan menghadapi masa- dilakukan teman-teman di lapangan
masa kampanye dimana iklim politik untuk menyiasati kondisi yang ada.
semakin memanas dan semua partai
melakukan kampanye. Hampir semua Narasumber 8 Kalau di tingkat
jurnalis berpendapat bahwa media mereka reporter di lapangan, nanti bisa
menyediakan halaman-halaman khusus pembagian tugas. Misalnya, di DIY ini
untuk pemilu, sehingga mereka yakin kami punya 14 reporter, itu bisa kita
bahwa semua partai bisa diakomodasi. tugaskan, dari partai manapun bisa
Adapula jurnalis yang menyatakan bahwa kami terjunkan semua. Persoalannya
keberimbangan dalam pemberitaan partai kemudian ada di dapur redaksi, mau
ini bisa dilakukan dalam rentang waktu di headline-kan yang mana. Kalau
tertentu, maksudnya dalam sepekan menurut saya dalam kasus ini kita
semua partai bisa diakomodasi. Strategi seharusnya berimbang. Sekarang tidak
ini mereka pandang sebagai bentuk haram lagi media cetak menampilkan
independensi. foto berjejer.
Narasumber 8 Artinya, hari ini ada,
hari berikutnya bagaimana kita yang Narasumber 1 Kalau lebih banyak
ada di daerah mengcover partai atau partai yang melakukan aktivitas tentu
acara lain untuk bisa mengimbangi. kami di daerah banyak reporter. Jadi
Artinya dalam suatu rentang waktu, semua diterjunkan, nanti pemuatannya
minimal ada 7 partai yang kita cover, tinggal lihat spacenya. Artinya semua
76
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
77
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
78
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
perlu mengeluarkan regulasi khusus untuk liputan ini. Jadi menurut saya, internal
mengatur independensi ini. Menurutnya, redaksinya harus kuat, harus saling
masalah independensi adalah masalah beri pengertian satu sama lain.
masing-masing redaksi media yang pasti
sudah memiliki kebijakan sendiri-sendiri.
Narasumber 4 Kalaupun Dewan BAB 4
Pers mau, saya kira tidak perlu PENUTUP
mengeluarkan aturan harus independen,
tapi saya kira cukup mengingatkan A. Simpulan
saja bahwa anda harus independen, Penelitian bertema “Pemilu 2014 dan
karena kata independen ini sendiri bisa Konglomerasi Media Nasional (Analisis
dimaknai macam-macam. Artinya, terhadap Kecenderungan Pemberitaan 4
masing-masing sudah memiliki Grup Media Nasional di Indonesia)” ini
kedewasaan sesuai kebijakan news dilakukan dengan tujuan: (1) mengetahui
room masing-masing. Yang terpenting potret independensi 4 grup media
adalah ketika kami ketika melakukan dilihat dari segi kepemilikan media yang
peliputan itu terlindungi, tidak sekedar berafiliasi dengan parpol dan yang tidak
kemudian diberikan asuransi kalau berafiliasi dengan parpol serta dilihat dari
anda mengalami kecelakaan atau konten, dan jurnalis; (2) mengetahui jenis
dipukuli ketika liputan, kami tanggung regulasi yang diperlukan untuk menjamin
biayanya, tapi jangan sampai kami independensi media dilihat dari segi
disakiti, baik secara fisik maupun kepemilikan, konten dan profesionalisme
psikologis, itu saja yang sebenarnya jurnalis.
diperlukan. Untuk mengetahui independensi
media televisi dari aspek isi (konten)
Yang jelas, tidak ada satupun dari dilakukan dengan menggunakan
mereka yang menawarkan solusi mengenai analisis isi kuantitatif. Adapun sampel
perbaikan mekanisme newsroom dalam televisinya adalah TV One dan Metro
rangka menguatkan independensi. Hanya TV dimana pemiliknya berafiliasi pada
ada satu lontaran yang mengusulkan partai tertentu dan bahkan mencalonkan
perlunya keterbukaan dalam newsroom. diri sebagai Capres pada Pemilu 2014.
Narasumber 7 Tapi kalau menurut Sedangkan Trans TV diambil sebagai
saya, ketika pemilu komunikasi di sampel bahwa pemiliknya tidak secara
redaksi sendiri harusnya bisa dibuka nyata menunjukkan afiliasinya pada
dengan lebar, supaya komunikasi Parpol atau Capres tertentu. Pengamatan
antara wartawan dengan redaktur dengan menggunakan lembar koding
bisa benar-benar terjalin. Kalau (coding sheet) dilakukan terhadap berita
umpamanya kita ditugasin meliput ini, seputar Capres/Cawapres, Caleg, Parpol,
itu ada kejelasannya, jadi bukan cuma dan Penyelenggara Pemilu 2014 yang
perintah harus ada, kenapa kita harus disiarkan oleh ketiga televisi tersebut
79
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
80
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
81
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
82
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
83
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
DAFTAR PUSTAKA
Achdian, Andi dan Sri Ahyani (eds.). 2010. 10 Tahun Yayasan Tifa Semangat Masyarakat
Terbuka. Jakarta: Yayasan Tifa.
Adi, Kurniawan, makalah Metodologi Penelitian Khalayak Media, 2012.
Bagdikian, Ben. 2003. The New Media Monopoly. Boston: Beacon Press.
Barrat, David. 1994. Media Sociology. London and New York: Routledge.
Bennet, Tony. 1982. “Media, Reality, Signification”. Dalam Michael Gurevitch, Bennet,
James Curran dan James Wollacott (eds.). Culture, Society and the Media. London:
Methuen.
Berger, Arthur Asa, Media Analysis Technique, edisi 2, Yogyakarta: Penerbit Universitas
Atmajaya, 2000.
Cahyadi, Firdaus. “Indepth Report Konglomerasi Media di Era Konvergensi Telematika”.
Makalah tidak diterbitkan, One World Indonesia.
Haryanto, Ignatius. 2004. ”Kepemilikan Media Terpusat dan Ancaman terhadap
Demokrasi”. Kompas, 4 Agustus 2004.
Haryanto, Ignatius. 2009. ”Mendemokratiskan Kelembagaan Media di Indonesia: Kata
Pengantar untuk Buku Anett Keller”. Dalam Anett Keller, Tantangan dari Dalam -
Otonomi Redaksi di 4 Media Cetak Nasional. Jakarta: Friedrich Ebert Stiftung (FES)
Indonesia Office.
Hidayat, Dedy N. 1998. “Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi”. Jurnal
Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, No. 2 Oktober 1998.
Husain Pontoh, Coen, “Amanat Hati Nurani Karyawan”, Jakarta: Majalah Pantau Edisi
April 2001.
Irianto, Heru dan Burhan Bungin. 2006. “Pokok-Pokok Penting Tentang Wawancara”.
Dalam Burhan Bungin (ed.). Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi
Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers.
Kamberelis, George dan Greg Dimitriadis. 2005. “Focus Groups: Strategic Articulations
of Pedagogy, Politics, and Inquiry. Dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln
(eds.). Handbook of Qualitative Research: Third Edition. Sage Publications.
Kovach, Bill dan Tom Rosenstiel. 2006. Sembilan Elemen Jurnalisme (The Elements of
Journalism). Alih bahasa Yusi A. Pareanom. Jakarta: Yayasan Pantau.
Lull, James. 1995. Media, Communication, Culture: A Global Approach. Cambridge:
Polity Press.
Luwarso, Lukas (ed.). 2008. Mengelola Kebebasan Pers. Jakarta: Dewan Pers.
McChesney, Robert. 2006. “Global Media, Neoliberalism & Imperialism”.
www.thirdworldtraveler.com/Robert_McChesney_page.html.
Pambudi W. 2012. “Huru-Hara Konglomerasi Media”. Majalah Kombinasi, Edisi 42,
Januari 2012.
84
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
Pontoh, Coen Husein. 2001. “Amanat Hati Nurani Karyawan”. Majalah Pantau, Edisi
April 2001.
Rujuk rekaman: kongkalikong media dan politik yang bocor di laman youtube.com di
alamat http://bit.ly/103BQW3.
Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Shoemaker, Pamela J. dan Stephen D. Reese. 1991. Mediating The Message. New York:
Longman.
Suryabrata, Sumadi, Metode Penelitian, Jakarta: CV. Rajawali, 1983.
“Waspadai Politisi Pemilik Media”. http://www.jpnn.com/read/2012/03/08/120019/
jpnn_network.php. Diakses pada 1 Februari 2013.
Widiyanto. 2009. “Geger di Sisminbakum, Sunyi di RCTI dan Okezone”. Dalam Arief
Kuswardono dkk. (ed.). Wajah Retak Media: Kumpulan Laporan Penelusuran.
Jakarta: Aliansi Jurnalis Independen Indonesia.
Yazid, Muhammad dkk. 2013. “Harry Tanoe masuk Nasdem, lampu kuning bagi
independensi lembaga penyiaran”. http://nasional.kontan.co.id/news/. Diakses pada
1 Februari 2013.
Http://www.indonesiaelectionportal.org/read/2285/Independensi-Media-
Dipertanyakan. Diakses pada 18 Juli 2013.
Http://www.cipg.org.
http://bit.ly/103BQW3.
85
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
86
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
Penelitian Ketiga
87
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
88
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
1. Peneltian ini merupakan hasil kerja Divisi Penelitian Remotivi. Materi tayangan televisi yang digunakan
untuk keperluan analisis diperoleh dari rekaman yang dilakukan Remotivi, dan sebagian kecil lainnya
didapat dari Komisi Penyiaran Indonesia. Penelitian ini terselenggara atas dukungan Dewan Pers.
Kecuali dinyatakan berbeda, seluruh isi laporan ini dilindungi dengan lisensi Creative Common
Attribution 3.0.
90
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
91
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
92
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
94
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
2. Contoh paling fenomemal mengenai medium kuis sebagai sarana kampanye bisa dilihat pada Kuis
Kebangsaan yang tayang di RCTI dan Indonesia Cerdas di Global TV. Kuis ini merupakan sarana
kampanye Partai Hanura, calon legislatifnya, dan capres-cawapresnya, Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo.
3. Heychael, Muhamad dan Roy Thaniago. Ketika Televisi Peduli: Potret Dilematis Filantropi Media.
Jakarta: Remotivi, 2012.
95
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
96
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
Berdasarkan data total dari enam pemberitaan tinggi dan dibarengi dengan
stasiun televisi, Joko Widodo (Jokowi) tingginya frekuensi berita bernada negatif.
adalah tokoh yang durasi pemberitaannya
paling tinggi (9.557 detik). Tapi, dari Meski durasi dan frekuensi berita
sisi “durasi penonjolan”, Jokowi hanya mengenai Jokowi merupakan yang
mendapat 1.479 detik, atau nomor dua tertinggi, namun Jokowi juga merupakan
setelah Surya Paloh. Tokoh yang paling tokoh yang paling banyak diberitakan
banyak memperoleh “durasi penonjolan” secara negatif (30%). Dari 59 berita, berita
adalah Surya Paloh (2.745 detik), dan positif mengenainyaberjumlah 11 berita
90% durasi penonjolan tersebut terjadi di dan berita negatif sebanyak 12. Secara
Metro TV, stasiun televisi miliknya. umum, perolehan berita positif untuk
Jokowi ada di bawah Surya Paloh, sebagai
Durasi tertinggi kedua diperoleh oleh figur yang paling banyak diberitakan
Surya Paloh (6.575 detik), yang sebagian secara positif (21.8%). Berbeda dengan
besar diperoleh dari Metro TV, lalu Jokowi, Surya Paloh tidak mendapatkan
menyusul Mahfud MD di urutan ketiga satu pun berita negatif. Hal yang sama
(6.562). Sekadar catatan, ketika penelitian
ini berlangsung di awal November 2013,
media kita sedang ramai memberitakan
mengenai razia topeng monyet di Jakarta,
tuntutan buruh akan kenaikan upah minum Meski durasi dan
provinsi DKI Jakarta, dan kasus tangkap
tangan bekas Ketua Mahkamah Konstitusi frekuensi berita
Akil Mochtar. Jokowi dan Mahfud MD mengenai Jokowi
mendapat perolehan durasi dan frekuensi merupakan yang
pemberitaan yang tinggi karena keduanya
adalah aktor utama dalam berita-berita tertinggi, namun Jokowi
tersebut. Hal yang sama berlaku untuk juga merupakan tokoh
Anas Urbaningrum dan Lutfi Hasan Ishaaq
yang berkisar mengenai kasus korupsi
yang paling banyak
yang dituduhkan pada keduanya, sehingga diberitakan secara
juga memperoleh durasi dan frekuensi negatif (30%).
4. Dari 36 tokoh yang menjadi subjek penelitian ini, hanya 20 orang yang mendapat porsi pemberitaan
selama periode penelitian. 16 sisanya sama sekali luput dari pemberitaan, dan mereka adalah Megawati
Soekarno Putri, Sutiyoso, Endiartono Sutanto, Yusril Ihza Mahendra, Agus Martowardojo, Anies
Baswedan, Chairul Tandjung (satu-satunya pemilik media yang tidak mendapat porsi pemberitaan),
Djoko Suyanto, Irman Gusman, Prabowo Subianto, Pramono Edhie Wibowo, Puan Maharani, Rizal
Ramli, Sri Mulyani Indrawati, dan Sri Sultan Hamengkubuwana X.
97
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
terjadi pada Aburizal Bakrie, pemilik pada peringkat ketiga tokoh yang paling
TV One dan ANTV sekaligus Ketua banyak diberitakan secara positif. Semua
Umum Partai Golkar. Meski perolehan berita mengenainya bernada positif,
durasi (1.061 detik) dan frekuensi (6 kali) tidak ada yang netral, apalagi negatif.
beritanya tidak banyak, Aburizal ada
98
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
PemberitaanTokoh Politik pada Tiap detik), kemudian Jokowi (990) dan yang
Stasiun TV ketiga adalah Anas Urbaningrum (638).
Tetapi untuk “durasi penonjolan” TVRI
TVRI menempatkan Jokowi sebagai tokoh
politik paling banyak ditonjolkan, yaitu
Dalam hal durasi, TVRI paling banyak 380 detik. Disusul olehSurya Paloh (278)
memberitakan Mahfud MD (1.599 dan Anas Urbaningrum (151).
5. Persentase lima tokoh politik ini dihitung dari total durasi penonjolan semua tokoh politik di 6 stasiun
televisi yang jumlah totalnya sepanjang 7.325 detik.
6. Persentase dihitung berdasarkan berita postif yang diperoleh masing-masing tokoh politik berbanding
dengan total seluruh berita bernada positif di 6 stasiun televisi yang jumlahnya 55 buah.
7. Persentase dihitung berdasarkan pada berita negatif yang diperoleh masing-masing tokoh politik
berbanding total seluruh berita bernada negatif di 6 stasiun televisi yang jumlahnya 40 buah.
99
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
SCTV
100
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
101
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
102
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
TransTV
10. RCTI hanya memiliki dua berita positif. Satu untuk Muhaimin Iskandar dan satu lagi untuk Hary
Tanoesoedibjo.
11. RCTI hanya memiliki dua berita negatif dan semuanya untuk Muhaimin Iskandar.
103
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
104
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
105
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
106
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
108
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
Pemberitaan Partai Politik pada Tiap dua berita bernada positif, yaitu Nasdem,
Stasiun Televisi PDIP, dan Gerindra, sementara sisanya
masing-masing satu berita. Sedangkan
TVRI parpol yang paling banyak diberitakan
secara negatif adalah PKS. Dari 9 berita
Dari total 40 berita mengenai partai bernada negatif, PKS memperoleh 4.
politik di TVRI, pembagiannya terbilang Keempatnya berkisar mengenai kasus
cukup merata. PDIP memperoleh korupsi suap impor daging sapi yang
pemberitaan paling banyak (8 kali), tengahmenimpa petinggi PKS.
disusul Partai Demokrat dan PKS yang
sama-sama mendapat 5 kali pemberitaan.
PDIP meraih durasi yang signifikan, yaitu
38.7% dari total durasi yang ada, disusul
Golkar (18.9%) dan Nasdem (15.5%).
Dari total 40 berita
Perolehan berita bernada positif mengenai partai politik
tersebar dengan tidak ada satu parpol di TVRI, pembagiannya
pun yang dominan. Dari total 12 berita
bernada positif di TVRI, tiga partai meraih terbilang cukup merata.
109
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
110
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
111
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
112
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
113
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
114
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
115
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
16. Untuk program non-berita, penelitian ini hanya menghitung jumlah frekuensi kemunculan tokoh dan
partai politik, tanpa mengkalkulasi durasinya. Hal ini terutama akibat dari kesulitan teknis coding untuk
melokalisir durasi kemunculan dalam format tayangan seperti sinetron, reality show, kuis dan banyak
lainnya, yang sering kali terjadi secara acak. Untuk menghindari kemungkinan error, kami memutuskan
untuk hanya menghitung frekuensi kemunculan.
117
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
Setidaknya ada dua hal yang patut Indonesia, yang menampilkan pembicara
dicatat terkait kemunculan partai politik dari Partai Nasdem.
dalam produk non-berita. Pertama, hanya
ada dua televisi yang memuat partai politik VI. Kesimpulan
dalam program non-berita yaitu TV One
dan Metro TV. Kedua, Demokrat adalah Surya Paloh adalah pemilik stasiun
partai yang paling banyak mendapat televisi yang paling masif menjadikan
porsi penayangan, yang sebagian besar media miliknya sebagai sarana politik.
disumbang TV One (sebanyak 8 tayangan Hal ini bisa diidentifikasi dari empat hal.
dari total 9 tayangan). Kebanyakan adalah
talkshow TV One seperti Debat, Berita Pertama, Metro TV menayangkan
Parlemen, Indonesia Lawyers Club, Sesi 15 judul berita dengan durasi 6.297
Talkshow dalam Apa Kabar Indonesia, dan detik mengenai Surya Paloh (dari durasi
lainnya. PDIP menduduki urutan kedua tersebut, sebanyak 2.745 detik memberi
dengan 7 tayangan. Pada posisi tiga ada penonjolan padanya). Dari jumlah
Nasdem dengan 3 tayangan. Kemunculan tersebut, 10 berita bernada positif dan
Nasdem terdapat pada program Indonesia lima lainnya netral. Kedua, frekuensi
Bersuara (4 dan 6 November) serta Forum pemberitan Partai Nasdem di Metro TV
Indonesia (7 November) yang membahas adalah yang kedua tertinggi setelah Partai
soal spionase Amerika Serikat di Golkar, yaitu 21 kali.
17. Variabel ini terhitung bila kontestan politik nama, slogan, atau materi kampanyenya muncul dalam
tayangan dalam bentuk suara (langsung dan dibicarakan) dan gambar (sosok, logo, simbol). Pada
praktiknya, tayangan yang memunculkan kontstan politik sebagaimana definisi di atas, dihitung sebagai
satu kemunculan. Umumnya, sebuah program bisa memuat lebih dari satu kali kemuncul, bahkan
hingga mencapai puluhan.
18. Mahfud MD memiliki tayangan di RCTI yang berjudul Sejuta Kisah Mahfud MD, taya ng
seminggu sekali dengan durasi 4-5 menit. Tayangan ini berisi kisah-kisah inspiratif yang dibawakan
Mahfud MD, seperti: “Salahudian dan Suportivitas”, “Toleransi Sebagai Ajaran Agama”, dll.
19. Din Syamsudin muncul di Hot Shot dan Halo Selebriti.
118
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
119
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
dengan kemunculan Wiranto dan Hary Indonesia hari ini), serta figur Jokowi
Tanoesoedibjo, baik secara langsung sendiri yang unik dan memiliki nilai berita
maupun dalam bentuk atribut atau slogan bagi media. (*)
kampanye, dalam Kuis Kebangsaan (14
kali). Jumlah ini adalah yang tertinggi
untuk kemunculan tokoh politik pada
program non-berita di 6 stasiun televisi.
120
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
Daftar Pustaka:
Heychael, Muhamad dan Roy Thaniago. Ketika Televisi Peduli: Potret Dilematis
Filantropi Media. Jakarta: Remotivi, 201
Thaniago, Roy. 2013. “Mewaspadai Televisi di Tahun Politik”. Koran Tempo, 26 Juni
2013.
Meier, A Mewer, “Media Ownership Does it Matter?”, dalam Networking Knowledge
for Information Societies: Institutions & Intervention, diedit oleh Robin Mansell,
Rohan Samarajiva Dan Amy Mahan, 2002: Delft University Press.
http://lirne.net/resources/netknowledge/meier.pdf
http://www.indonesia-2014.com/majalah
Penyunting:
Roy Thaniago
Yovantra Arief
Tim Peneliti:
Moh. Ismail
Hani Sukma Adji
Akfin Risqiantine
Grace Esther
Nadia Silvarani
Rayhana Anwarie
Setyo Manggala Utama
Yulia Angraini
Remotivi adalah sebuah inisiatif warga untuk kerja pemantauan tayangan televisi di
Indonesia. Cakupan kerjanya turut meliputi aktivitas pendidikan melek media, penelitian,
dan advokasi, yang bertujuan (1) mengembangkan tingkat kemelekmediaan masyarakat,
(2) menumbuhkan, mengelola, dan merawat sikap kritis masyarakat terhadap televisi,
dan (3) mendorong profesionalisme pekerja televisi untuk menghasilkan tayangan yang
bermutu, sehat, dan mendidik.
121
Dinamika Pers dan Pemilu 2014
122