Anda di halaman 1dari 30

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia penyiaran khususnya berita semakin cepat, aktual dan beragam. Hal ini didukung jumlah stasiun televisi di Indonesia baik televisi swasta, publik, lokal hingga televisi berlangganan yang menayangkan program-program berita. Kondisi ini selanjutnya dimanfaatkan masyarakat sebagai sarana informasi dan hiburan termasuk untuk mengetahui perkembangan berita dan informasi yang perlu diketahui masyarakat secepatnya. Menurut Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 Bab I Pasal 4, penyiaran televisi adalah media komunikasi massa dengar pandang, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang teratur dan berkesinambungan. Oleh karena itu, dunia penyiaran televisi adalah salah satu media yang dapat memberikan perkembangan berita dan informasi terkini yang perlu diketahui oleh masyarakat luas. Selain itu, media penyiaran televisi dapat mempengaruhi pemirsanya dalam berpikir, berpendapat serta memandang suatu permasalahan yang terjadi di sekitar kita melalui informasi dan gagasan yang disampaikan media tersebut. Saat ini, media penyiaran televisi Indonesia terbagi menjadi beberapa bentuk lembaga penyiaran seperti yang diuraikan dalam UU No.32 Tahun 2002

tentang Penyiaran yaitu lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran berlangganan dan lembaga penyiaran komunitas. Selanjutnya, UU tersebut juga menetapkan status TVRI dan RRI menjadi lembaga penyiaran publik di Indonesia. Sebelumnya TVRI sempat berganti-ganti bentuk mulai dari Yayasan, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Penerangan, Perusahaan Jawatan (Perjan) hingga Perseroan Terbatas (PT) dan akhirnya berdasarkan UU no. 32 / 2002 tentang Penyiaran, TVRI berubah bentuk menjadi Lembaga Penyiaran Publik (LPP) atau Televisi Publik. Di dalam UU Penyiaran No.32 / 2002 Bab III Pasal 14 Ayat 1 telah ditetapkan definisi lembaga penyiaran publik adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Keputusan tersebut juga diperkuat oleh Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2005 yang menetapkan tugas TVRI adalah memberikan pelayanan informasi, pendidikan dan hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui

penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. UU penyiaran dan peraturan pemerintah tersebut selanjutnya

diimplementasikan dalam program-program siaran berita dan hiburan yang ditayangkan di LPP TVRI. Program-program berita yang disajikan di LPP TVRI mulai buletin berita hingga talkshow interaktif disesuaikan dengan prinsip-prinsip lembaga penyiaran publik di dalam UU Penyiaran tersebut seperti netral,

independen dan tidak komersil. Di dalam BBC Guidelines tertuang prinsip-prinsip utama dari lembaga penyiaran publik yaitu : Independen artinya bebas dari pengaruh politik dan pemodal (public sectors funding) mengawasi pelaksanaan pemerintahan tapi bukan oposisi dan ketatanegaraan serta peranan kelompok berpengaruh serta mengawasi dan menyebarluaskan informasi yang menyangkut proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan publik. Netral berarti tidak memihak satu golongan, menjembatani, mencari solusi bukan memprovokasi serta mandiri artinya memberdayakan kemampuan dan kekuatan yang dimiliki (Dwi Hernuningsih:2002). Selain itu, Mohamad Nasrul mengatakan pers selalu dituntut bersikap independen dan tidak memihak kelompok tertentu dalam pengabdiannya kepada publik. Dan dalam pengabdiannya kepada publik, pers dituntut selalu bersikap independen, tidak parsial dan sekterian. Saya kira tidak seorang pun berhak melarang kebebasan berkumpul dan berserikat para wartawan dan pengelola media, termasuk afiliasi mereka dengan suatu partai, tim sukses atau bahkan dalam suatu lingkaran kekuatan penguasa (incumbent). Akan tetapi suatu kekhawatiran terbesar muncul manakala afiliasi mereka itu mempengaruhi arah dan kebijakan pemberitaan media mereka. Wartawan semestinya bebas menulis sesuatu tanpa dibelenggu kekuatan-kekuatan lain di luar etika profesinya dan peraturan hukum yang berlaku. Hanya dengan menyajikan sebuah fakta secara benar, jujur, dan obyektif ke ruang publik, seorang wartawan sebetulnya sedang menunjukkan independensinya, juga reputasi medianya di mata khalayak. (http://www.indomedia.com/poskup/2007/02/09/edisi09/opini.htm) Oleh karena itu, siaran berita yang dihasilkan lembaga penyiaran publik harus menerapkan unsur kepublikannya seperti netral, independen, tidak komersial dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat sehingga siaran berita dari lembaga penyiaran publik dapat memenuhi harapan dan kebutuhan publik pada informasi seperti yang dijelaskan oleh JB. Wahyudi setiap karya jurnalistik harus mampu memberikan jawaban apa yang diperlukan sebagian besar

khalayak dan apa yang diinginkan sebagian besar khalayak. Pada dasarnya, apa yang diperlukan dan diinginkan sebagian besar khalayak, ditambah dengan aktualitas, adalah apa yang disebut dengan nilai berita (1996:4). DR William Chang dalam Diskusi Jurnalis dan KPU Kalbar di Pontianak menekankan satu hal terpenting dari wartawan diantaranya harus memiliki keberanian mengungkapkan fakta dan data karena letak netralitas seorang jurnalis ada pada nilai keadilan dan kebenaran. Sikap profesional juga harus ditunjukan dengan berfikir secara independen, tidak berpayung pada golongan tertentu, terutama saat pelaksanaan pemilu mendatang. Berusaha menyampaikan fakta yang berpihak pada kebenaran. Akurasi dan ketelitian suatu berita adalah kebenaran berita. Jadi netralitas berita menjadi sebuah kepentingan bersama (Pontianak, 12 Februari 2004). Peralihan bentuk lembaga penyiaran TVRI menjadi televisi publik secara resmi baru berubah sejak 24 Agustus 2006. Peralihan bentuk ini memakan waktu lebih dari 3 tahun sejak dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No.13 Tahun 2005. Melihat kurun waktu yang cukup lama sebenarnya cukup menarik apalagi melihat hasil peralihan bentuk yang telah berjalan selama itu. Pertanyaannya adalah apakah persiapan selama itu telah melahirkan televisi publik yang memenuhi harapan publik dan sesuai dengan konsep peraturan yang ada. Belum diterapkannya UU tersebut akan berpengaruh pada kualitas siaran berita yang dihasilkan di TVRI. Ketidakmatangan ini antara lain dapat dilihat dari isi beritanya yang kebanyakan masih berupa berita ceremonial dan kurang mendalam dalam penggalian materi berita. Salah satu contoh yakni Peresmian Kantor Kecamatan Depok yang diresmikan Gubernur DIY. Berita itu hanya

menjelaskan tentang acara peresmian dan diresmikan oleh siapa namun tidak menjelaskan informasi selain itu yang perlu diketahui lebih banyak lagi oleh publik. Hal ini bertolak belakang dengan pengertian independen dan netral dari BBC Guidelines antara lain bebas dari pengaruh politik dan pemodal dan mengawasi pelaksanaan pemerintahan tapi bukan oposisi. Sebaliknya berita tersebut terkesan dalam posisi oposisi dan tidak bebas dari pengaruh politik pemerintah yakni bersikap mendukung kebijakan-kebijakan pemerintah dan kurang terlihat unsur mengawasi pelaksanaan pemerintah. Selain itu, isi siaran berita di TVRI khususnya Stasiun Yogyakarta banyak mengulas liputan yang didasari pada kepentingan tertentu. Contohnya, di dalam salah satu edisi Berita Jogja di TVRI Yogyakarta mengulas tentang acara UMY Family Day Gathering yang diselenggarakan untuk keluarga besar UMY. Berita ini sebenarnya kurang dibutuhkan publik luas karena acara ini sifatnya tidak umum karena untuk keluarga besar UMY saja dan menandakan belum terpenuhinya loyalitas dan kemandirian jurnalisme kepada masyarakat. Berita ini juga kurang terlihat unsur independennya karena nampaknya TVRI terpengaruh oleh pihak pemodal (UMY) untuk menceritakan dan mempromosikan program-program yang dilakukan oleh UMY. TVRI juga kurang menyebarluaskan informasi yang menyangkut proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan publik. Hal ini dikarenakan TVRI banyak menyiarkan berita-berita yang kurang menyangkut kepentingan publik banyak. Padahal menurut Kovach dan Rosenstiel, jurnalisme harus memenuhi beberapa elemen penting diantaranya elemen loyalitas kepada masyarakat karena

jurnalis tidak bekerja atas kepentingan pelanggan namun atas komitmen, keberanian dan profesionalisme (2001:12). Berita tersebut kurang memenuhi elemen jurnalisme yang ada karena di dalam berita tersebut, TVRI tidak bersikap independen dan mengabaikan kelompok masyarakat lainnya hanya untuk mengejar kelompok tertentu dalam hal ini UMY. Perubahan bentuk TVRI menjadi sebuah televisi publik perlu dirumuskan secara matang karena didalam siaran berita TVRI tidak terlihat adanya tujuan dari konsep televisi publik. Padahal menurut Bab III Pasal 14 Ayat 1 dalam UU

No.32/2002 Tentang Penyiaran ada beberapa unsur televisi publik yang harus dipenuhi TVRI sebagai televisi publik yakni netral, independen, tidak komersial dan memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Hal ini menarik bagi penulis untuk menelitinya lebih lanjut terkait implementasi UU tentang Penyiaran pada Siaran Berita Jogja di TVRI Yogyakarta karena kedua contoh kasus berita tersebut memperlihatkan jika LPP TVRI belum memenuhi unsur-unsur televisi publik didalam UU Penyiaran karena pada Siaran Berita Jogja unsur netral dan independen belum terpenuhi padahal persiapan menuju Televisi Publik sudah berjalan lebih dari 3 tahun. Dengan melihat beberapa permasalahan terkait peranan UU Penyiaran dan penerapannya pada hasil siaran berita yang dihasilkan di TVRI Yogyakarta, maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut di Stasiun LPP TVRI D.I Yogyakarta dengan judul Implementasi UU Penyiaran No.32 Tahun 2002 Bab III Pasal 14 Ayat 1 terhadap Siaran Berita Jogja di LPP TVRI Yogyakarta.

B.

Perumusan Masalah Berdasarkan beberapa hal yang melatarbelakangi timbulnya permasalahan tersebut diatas yakni yakni implementasi UU Penyiaran pada siaran Berita Jogja, maka penulis merangkum kedalam suatu permasalahan bagaimana implementasi UU No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran Bab III Pasal 14 Ayat pada Siaran Berita Jogja di LPP TVRI Yogyakarta?

C.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi UU No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran Bab III Pasal 14 Ayat pada Siaran Berita Jogja di LPP TVRI Yogyakarta.

D.

Manfaat Penelitian Penelitian kali ini dengan judul Implementasi UU Penyiaran No.32 Tahun 2002 Bab III Pasal 14 Ayat 1 terhadap Siaran Berita Jogja di LPP TVRI Yogyakarta sangat bermanfaat antara lain bagi : 1. Penulis Menambah wawasan dalam dunia penyiaran khususnya tentang implementasi unsur televisi publik serta pengaruhnya terhadap siaran program berita.

a.

b.

Mengetahui seluk beluk dari bentuk lembaga penyiaran publik secara menyeluruh dan perilaku kinerja bidang pemberitaan di LPP TVRI

c.

Mengetahui sistem dan proses kerja bidang pemberitaan di lembaga penyiaran publik pertama di Indonesia. 2. Lembaga STMM MMTC a. Diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi dunia penyiaran antara lain di bidang jurnalistik karena MMTC adalah kampus yang khusus mengajarkan dunia penyiaran televisi dan radio. b. Menjadi bahan masukan dalam kurikulum baru di lembaga agar dapat memasukan kurikulum ataupun pengetahuan baru tentang

penyelenggara jasa penyiaran seperti lembaga penyiaran publik, swasta, komunitas dan berlangganan dan perbedaan serta peranan masing-

masing bentuk lembaga penyiaran tersebut. 3. LPP TVRI a. Mengetahui pandangan masyarakat terhadap LPP TVRI b. Mengetahui peranan dari kehadiran televisi publik yakni LPP TVRI di masyarakat melalui siaran berita jogja c. Mengetahui penerapan atau implementasi unsurunsur televisi publik di bidang pemberitaan TVRI Yogyakarta d. Mengetahui permasalahan dan kelemahan yang ada dalam operasional dan manajemen LPP LPP TVRI terkait implementasi unsur televisi publik yang tertuang di UU tentang Penyiaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.

Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan judul Tugas Akhir karya tulis ilmiah yang penyusun ambil masih ada relevansinya. Nampaknya, topik mengenai lembaga penyiaran publik di TVRI dan RRI cukup menarik bagi beberapa mahasiswa kedinasan untuk menelitinya. Contohnya adalah salah satu judul penelitian Tugas Akhir Karya Tulis Ilmiah yang dilakukan Bambang Supriadi, mahasiswa kedinasan di Sekolah Tinggi Multi Media MMTC yang membahas tentang Penerapan Prinsip-prinsip Radio Publik dalam siaran berita di RRI Cabang Madya Mataram . Namun bedanya, peneliti tersebut menelitinya di RRI sedangkan penyusun akan meneliti di LPP TVRI Yogyakarta. Penelitian ini menjadi menarik sebagai bahan referensi penyusun karena RRI dan TVRI memiliki bentuk lembaga penyiaran yang sama yakni lembaga penyiaran publik. Peneliti tersebut meneliti jika di RRI Mataram belum sepenuhnya menerapkan prinsip-prinsip radio publikseperti yang tetuang dalam UU Penyiaran No.32/2002 yakni bersifat netral, independen dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Selain itu, Tri Ummy yang sebelumnya adalah mahasiswa kedinasan MMTC dan sekarang telah menjadi salah satu dosen di MMTC juga pernah meneliti dan menulis tentang Implementasi Prinsip Radio Publik Pada Siaran Pemberitaan Pemilu tahun 2004 silam. Tri Ummy menjelaskan jika lembaga penyiaran publik dalam menyiarkan berita harus sesuai dengan UU tersebut yang selama ini belum dilakukan oleh RRI dan juga menggunakan kaidah jurnalistik

yang ada untuk mendukung tercapainya pemberian informasi yang sehat seperti nilai berita dan kualitas berita. Sementara itu, ada beberapa pakar komunikasi dan penyiaran yang juga meneliti tentang bentuk lembaga penyiaran publik antara lain Effendi Ghazali yang menulis tentang Penyiaran Publik dan Penyiaran Komunitas Alternatif tapi Mutlak. Efendi menguraikan jika Penyiaran Publik dan Komunitas tidak bisa bersaing dengan Lembaga penyiaran komersial namun dapat menjadi siaran alternatif bagi masyarakat.

B.

Kerangka Teori Teori-teori yang relevan dengan topik penelitian ini adalah : 1. a. Lembaga Penyiaran Publik Menurut Eric Barendt yang dikutip Ashadi Siregar pada Workshop Introducing Public Service Broadcasting di Yogyakarta Tahun 2001: Media penyiaran publik (public service broadcasting) sebagai media yang: tersedia (available) secara general-geographis, memiliki concern terhadap identitas dan kultur nasional, bersifat independen, baik dari kepentingan negara maupun kepentingan komersil, memiliki imparsialitas program, memiliki ragam varietas program, dan pembiayaannya dibebankan kepada pengguna media (Mendel: 2000).

b.

Menurut Unesco Public Service Broadcasting (PSB) is broadcasting made, financed and controlled by the public, for the public. It is

10

neither commercial nor state-owned, free from political interference and pressure from commercial forces. Through PSB, citizens are informed, educated and also entertained. When guaranteed with pluralism, programming diversity, editorial independence, appropriate funding, accountability and transparency, public service broadcasting can serve as a cornerstone of democracy. (http://portal.unesco.org/ci/en/ev.phpURL_ID=1525&URL_D O=DO_TOPIC&URL_SECTION=201.html) Penulis mendefinisikan teori ini sebagai penyiaran yang didirikan, dibiayai dan diawasi oleh publik, untuk publik, tidak komersial maupun dikuasai negara, bebas dari intervensi politik dan tekanan komersil. Melalui LPP, masyarakat diberikan informasi, didik dan juga dihibur.LPP juga berisi pluralisme, keragaman program, edtorial yang independen, transparan dan dapat menjadi ujung tombak dari demokrasi. c. Menurut J. Habermas J. Habermas menguraikan ide dari lembaga penyiaran publik adalah : The idea of public service broadcasting is rooted in the enlightment of the public and of a public sphere in which social and political life democratically unfolds as well as in the tradition of independent publicly organized broadcasting organization created to deliver radio programs to audience in the period between two world wars. (1989) Menurut penulis, ide Habermas tentang LPP dapat diartikan sebagai ide dari LPP berakar pada pemberian pengetahuan dan pemahaman yang lebih kepada public dalam kehidupan sosial dan politik yang demokratis dan disesuikan oleh tradisi organisasi penyiaran yang independen. d. Menurut Philip Savage, Manager of Coverage and Regulatory Affair, CBC (Radio Kanada)

11

A public broadcaster attemps to inform, entertain, and enlighten the citizens of the country as citizens first and foremost, that is as active participants in the social, cultural, economic, and political life of Canada. Teori tersebut dapat penulis artikan jika penyiaran publik harus mencoba untuk menginformasikan, menghibur dan memberikan pengetahuan dan pemahaman yang lebih kepada masyarakat secara utama sebagai warga yang aktif dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya. Penyiaran publik diharapkan dapat membuat masyarakatnya menjadi masyarakat yang aktif dalam semua lini kehidupan yang menyangkut isu-isu penting seperti isu ekonomi,

politik, sosial, dan budaya. 2. Independen dan Netral a.Menurut Johnson, unsur independen menjelaskan jika kaum profesional yang bekerja di lembaga penyiaran publik harus memiliki code of conduct karena sebagai seorang profesional memiliki kesadaran akan otonomi dan independensi (1991). b.Menurut Eric Barendt Eric Barendt yang dikutip oleh Mendel, independen adalah: sikap independen baik dari kepentingan negara maupun kepentingan komersil. Otonomi dan independensi yakni sikap dasar dalam menjalankan profesi media yang melahirkan orientasi independen dan impartialitas medianya. Dengan sikap ini seorang profesional harus dapat menghindari posisi yang mendukung terhadap kekuasaan negara, sistem pasar dan tidak boleh menjadi komoditas pihak atau pribadi tertentu (2000). c. Menurut BBC Guidelines yang dikutip Dwi Hernuningsih:

12

Independen artinya bebas dari pengaruh politik dan pemodal (public sectors funding), mengawasi pelaksanaan pemerintahan tapi bukan oposisi dan ketatanegaraan serta peranan kelompok berpengaruh serta mengawasi dan menyebarluaskab informasi yang menyangkut proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan publik. Netral berarti tidak memihak satu golongan, menjembatani, mencari solusi bukan memprovokasi serta mandiri artinya memberdayakan kemampuan dan kekuatan yang dimiliki (2002). d.Unsur netralitas berita dalam Sendjaja yang terinspirasi oleh Harol D. Lasswell (1946) berasal dari beberapa fungsi sosial lembaga penyiaran publik sebagai pengawas sosial (social surveillance). Hal ini merujuk pada upaya penyebaran informasi dan interpretasi yang objektif mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di dalam dan di luar lingkungan sosial dengan tujuan kontrol sosial agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (2001:1). e.Selain itu, Melvin Mencher menguraikan komponen pengisahan berita antara lain obyektif yakni penghindaran kepada bias subyektifpersonalitas atau pengaruh lain yang mengandung opini dan sifat emosional f. Menurut Muhammad Nasrul Dan dalam pengabdiannya kepada publik, pers dituntut selalu bersikap independen, tidak parsial dan sekterian. Saya kira tidak seorang pun berhak melarang kebebasan berkumpul dan berserikat para wartawan dan pengelola media, termasuk afiliasi mereka dengan suatu partai, tim sukses atau bahkan dalam suatu lingkaran kekuatan penguasa (incumbent). Akan tetapi suatu kekhawatiran terbesar muncul manakala afiliasi mereka itu mempengaruhi arah dan kebijakan pemberitaan media mereka. Wartawan semestinya bebas menulis sesuatu tanpa dibelenggu kekuatan-kekuatan lain di luar etika profesinya dan peraturan hukum yang berlaku. Hanya dengan menyajikan sebuah fakta secara benar, jujur, dan obyektif ke ruang publik, seorang

13

wartawan sebetulnya sedang menunjukkan independensinya, juga reputasi medianya di mata khalayak. (http://www.indomedia.com/poskup/2007/02/09/edisi09/opini.ht m) g.DR William Chang dalam diskusi Jurnalis dan KPU Kalbar menekankan sikap profesionalisme seorang jurnalis dalam menyajikan berita tercermin dari rasa ingin tahu kebenaran faktual. Letak netralitas seorang jurnalis ada pada nilai keadilan dan kebenaran sehingga wartawan harus menegakan netralitas dalam pemberitaan. Kebenaran berita berdasarkan fakta dan data fisis, bukan sekedar opini imajinatif belaka. Wartawan juga harus profesional dalam menyajikan berita dengan tidak meninggalkan dimensi netralitas untuk pemilu mendatang. Sikap profesional juga harus ditunjukan dengan berfikir secara independen, tidak berpayung pada golonga tertentu, terutama saat pelaksanaan pemilu mendatang. Berusaha menyampaikan fakta yang berpihak pada kebenaran. Akurasi dan ketelitian suatu berita adalah kebenaran berita. Jadi netralitas berita menjadi sebuah kepentingan bersama (Pontianak, 12 Februari 2004). 3. Elemen dasar jurnalisme menurut Kovach dan Rosenstiel yang dikutip oleh Septiawan Santana : the purpose of journalism is to provide people with the information they need to be free and self-governing. Untuk itu jurnalisme memiliki tugas menyampaikan kebenaran, memiliki loyalitas kepada masyarakat, memiliki disiplin untuk melakukan verifikasi, memiliki kemandirian terhadap apa yang diliputnya, memiliki kemandirian untuk memantau kekuasaan, menjadi forum bagi kritik dan kesepakatan publik, menyampaikan sesuatu secara menarik dan relevan kepada publik, membuat berita secara komprehensif dan proporsional, memberi keleluasaan wartawan untuk mengikuti nurani mereka (2005:5). 4. a. Berita Menurut Mitchel V. Charnley yang dikutip oleh Dedy Iskandar Muda: Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang

14

memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas( 2005:21). b. Menurut Williard S. Maulsby dalam bukunya Getting The News menegaskan, berita bisa didefinisikan sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi yang memuat berita tersebut. (2007:14) c. Menurut Edward Jay Friedlander dalam bukunya Excellence in Reporting: News is what you should know that you dont know. News is what has happened recently that is important to you in your daily life. News is what local, national and international shakers and movers are doing to to affect your life. News is the unxepected event that, fortunately, did happened (2005:39). d. Menurut Asep Syamsul berita adalah laporan peristiwa yang memiliki nilai jurnalistik atau nilai berita (news values) - aktual, faktual, penting, dan menarik (2004:17) . 5. Unsur Layak Berita Menurut Hikmat & Purnama Kusumaningrat Unsur-unsur layak berita yaitu akurat, lengkap, adil dan berimbang, objektif, ringkas, jelas dan hangat (2006:47). 6. Formula Penulisan Berita ABCSS menurut Soren H. Munhoff yang dikutip Deddy Iskandar Muda a.Accuracy, penulisan berita harus tepat dan sesuai dengan konteks permasalahan termasuk pemilihan orang-orang yang akan diwawancarai, b.Brevity, penulisan berita di media elektronik singkat tapi mengakumulasikan inti permasalahan. c.Clarity, berita harus jelas dan kontinuitas penulisan antara paragraf satu dan lainnya agar informasi jangan membingungkan audience

15

d.Simplicity, penulisan yang sederhana dan dikenal oleh sebagian besar masyarakat awam dengan menggunakan bahasa tutur(bahasa sehari-hari) e.Sincerity, informasi tentang peristiwa yang terjadi dapat ditulis apa adanya atau ditulis dengan objektif adn tidak memanipulasi informasi.(2005:48) 7. Jenis Berita Menurut Deddy Iskandar Muda Jenis berita menurut Deddy ada 3 yakni hard news, soft news dan investigative reports. Hard News adalah berita yang tentang peristiwa yang dianggap penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok maupin organisasi. Soft News adalah berita ringan yaitu berita yang tidak terikat dengan aktualitas namun memiliki daya tarik bagi pemirsanya. Investigative reports adalah laporan penyelidikan, jenis berita yang eksklusif, datanya tidak bisa diperoleh di permukaan, tetapi harus dilakukan berdasarkan penyelidikan (2005:33). 8. News bulletin atau buletin berita menurut Deddy Iskandar Muda adalah : Suatu kemasan untuk sekumpulan paket sajian berita, dengan durasi yang tetap. Durasi buletin berita sangat bervariasi mulai dari 5 menit hingga 30 menit. Bahkan ada yang menggunakan waktu untuk siaran buletin berita selama 60 menit atau satu jam. Di dalam buletin berita tersebut disajikan berita-berita aktual mengenai politik, ekonomi, perang, bencana, kriminal, olahraga dan berita ringan (feature) (2005:133). 9. Konsep Implementasi Pengertian implementasi sebagaimana yang diuraikan oleh Charles O. Jones adalah "getting the job done" dan "doing it"(1991). Penulis mengartikan implementasi adalah mengerjakan sesuatu atau mendapatkan suatu pekerjaan beres atau selesai. Oleh karena itu, implementasi dapat diartikan sebagai pelaksanaan dan penerapan suatu kebijakan, rencana maupun ide yang telah ada dan menyelesaikannya. Selanjutnya, Van Meter dan Horn mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai berikut: Policy implementation encompasses those actions by public and private individuals (and groups) that are directed at the achievement of goals and objectives set forth in prior policy decisions (1978:70). Definisi tersebut penulis artikan sebagai tindakan-tindakan yang

16

dilakukan oleh individu-individu (dan kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan pada pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan pada keputusan kebijakan. C. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir penulis dapat digambarkan dalam skema atau bagan seperti dibawah ini : UU.No 32/2002 Penetapan TVRI sebagai LPP ( Netral, Independen, Tidak Komersial )

PP No.13/2005 Pedoman Penyiaran TV Publik ( Netral, Independen, Tidak Komersial )

Kebijakan Bidang Pemberitaan LPP TVRI Yogyakarta

Siaran Berita Jogja di LPP TVRI

Gambar 1. Kerangka Berpikir D. 1. Definisi Konsep Lembaga penyiaran publik Lembaga penyiaran publik adalah suatu bentuk lembaga penyiaran yang didirikan oleh negara dan dapat diakses setiap warga negaranya serta memiliki beberapa prinsip-prinsip dasar di dalamnya yakni bersifat independen baik

17

dari kepentingan negara maupun kepentingan komersil, netral, programnya bervariasi namun menaruh perhatian pada kultur dan identitas negara dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. 2. UU Penyiaran Bab III Pasal 14 Ayat 1 Di dalam UU Penyiaran No.32 / 2002 Bab III Pasal 14 Ayat 1 telah ditetapkan definisi lembaga penyiaran publik adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. 3. Siaran Siaran adalah pesan atau rangkaian pesan yang berisi informasi, hiburan, pendidikan bermanfaat dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima masyarakat melalui perangkat penerima siaran. 4. Berita Jogja Nama salah satu program berita harian di TVRI Yogyakarta yang ditayangkan setiap hari pukul 17.30 hingga 18.30 WIB dengan format penyajian buletin berita atau news buletin berdurasi sekitar 60. Di dalam buletin berita ini terdapat beberapa jenis berita seperti hard news dan soft news, selain itu juga terdapat format wawancara berita pendek (fokus jogja) yang menyajikan topik-topik berita aktual dan menarik seputar jogja dengan mengundang narasumber yang berkompeten ke studio. 5. Implementasi

18

Implementasi adalah pelaksanaan, penerapan maupun tidakan-tindakan yang dilakukan oleh individu ataupun kelompok yang diarahkan pada pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

BAB III METODE PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih oleh penulis kali ini di Televisi Republik Indonesia Stasiun D.I Yogyakarta. Lokasi ini dipilih karena TVRI merupakan

19

televisi publik pertama dan satu-satunya yang ada di Indonesia saat ini dan memiliki beberapa stasiun di kota-kota besar seluruh Indonesia khususnya di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Alasan lain karena lokasi ini sesuai dengan judul proposal penelitian Tugas Akhir Karya Ilmiah yang penyusun ajukan dan berkaitan dengan topik Lembaga Penyiaran Publik khususnya Televisi Publik. Waktu penelitian yang penyusun rencanakan akan berlangsung dari tanggal 6 April - 6 Mei 2009. Penulis akan meneliti selama kurun waktu sekitar sebulan (1 bulan). Kurun waktu ini dianggap sudah dapat melakukan penelitian secara maksimal di lokasi tersebut untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya yang berkaitan dengan topik yang penulis ajukan.

B.

Strategi dan Bentuk Penelitian Strategi penelitian kualitatif yang digunakan kali ini yaitu bersifat deskriptif yang akan menjelaskan implementasi prinsip televisi publik ditinjau dari UU Penyiaran Bab III Pasal 14 Ayat 1 terhadap Siaran Berita Jogja. HB. Sutopo mendeskripsikan deskriptif kualitatif sebagai studi kasus yang mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi mengenai apa yang terjadi sesuai dengan di lapangan (2002:11). Penulis selanjutnya akan meneliti UU Tentang Penyiaran terkait unsur-unsur Lembaga penyiaran publik pada Siaran Berita Jogja termasuk sistem, peranan dan proses kerja bidang pemberitaan TVRI Yogyakarta.

C.

Sumber Data dan Teknik Sampling

20

Teknik Sampling yang digunakan adalah purposive sampling yang akan memilih orang-orang tertentu sebagi sample yang dianggap mewakili populasinya, mengetahui secara pasti permasalahan dan dapat menjawab masalah penelitian. Sumber data yang akan diteliti yakni sumber data primer dan sekunder. Sesuai dengan tujuan penelitian yakni untuk mengetahui peranan lembaga penyiaran publik khususnya televisi publik maka yang akan menjadi sumber data primer berupa naskah Berita Jogja selama kurun waktu sekitar 1 bulan. Sedangkan, sumber data sekunder atau tidak langsung yakni diambil dari arsip/dokumen/literatur yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti serta informan dan responden serta observasi yang dilakukan peneliti.Informan yang akan dijadikan sumber data sekunder adalah orang-orang yang terlibat secara langsung dalam pembuatan naskah berita jogja yakni redaktur dan reporter yang bertugas di TVRI Yogyakarta. Sedangkan responden yang akan diteliti antara lain dengan Kepala Pemberitaan TVRI Yogyakarta yang tidak terlibat secara langsung dalam pembuatan naskah berita namun sebagai penentu kebijakan dan penanggung jawab bidang pemberitaan.

D.

Teknik Pengumpulan Data dan Validitasnya Teknik pengumpulan data yang digunakan kali ini antara lain mengamati (observasi) ataupun terjun langsung dengan melihat, mendengar dan bertanya

tentang kondisi yang terjadi di lapangan atau lokasi penelitian. Hal ini dilakukan untuk memahami situasi dan kondisi sebenarnya yang terjadi di lapangan sebagai bahan penulisan Tugas Akhir dengan mengamati serta meneliti permasalahan yang

21

ada di TVRI Stasiun D.I Yogyakarta. Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan terhadap sumber data primer dan sekunder adalah: 1. Sumber data primer Sumber data primer berupa naskah akan dianalisa isi dari naskah-naskah berita tersebut. Dokumen yang akan dianalisa antara lain UU tentang penyiaran, naskah-naskah siaran Berita Jogja selama satu bulan dan peraturanperaturan di TVRI terkait operasional dan pelaksanaan di bidang pemberitaan. 2. Sumber data sekunder Teknik pengumpulan data untuk sumber data sekunder antara lain reporter, redaktur dan produser LPP TVRI Stasiun D.I Yogyakarta khususnya di dalam program Berita Jogja akan diinterview atau diwawancara oleh peneliti. Menurut Lincoln dan Guba (1985:266) maksud diadakannya wawancara antara lain mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, persaaan, motivasi, tuntutan, memverikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperolah dari orang lain. Bentuk wawancara yang dilakukan dengan wawancara formal/ resmi dan wawancara informal untuk menggali lebih dalam mengenai kemungkinan hal- hal penting yang tersembunyi dan belum tergali. Selanjutnya, data-data yang telah didapatkan tersebut akan diperiksa validitasnya atau keabsahan datanya dengan triangulasi data. Lexy J. Moleong (1996:178) mendefinisikan triangulasi sebagai teknik pemeriksaaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding data itu. Teknik triangulasi yang digunakan kali ini adalah triangulasi

22

data dan metode dengan data seperti yang digambarkan dalam skema berikut ini menurut HB, Sutopo (2002:79). 1. Triangulasi data Triangulasi data adalah proses pengujian kebenaran data dengan menggali dari beberapa sumber data yang berbeda antara lain dari wawancara dengan karyawan, manajemen dan redaksi Berita Jogja yang berbeda-beda posisinya di LPP TVRI Yogyakarta. Sumber data naskah akan dianalisa isi naskah-naskah Berita Jogja selama kurun waktu 1 bulan atau content analysis dengan membandingkan antara naskah yang sudah baik dengan naskah yang belum sesuai dengan UU Penyiaran. Selanjutnya, teknik pengumpulan data dari observasi dilapangan yakni di LPP TVRI Yogyakarta sendiri akan dianalisa dan dilihat aktivitas serta perilaku yang dilakukan oleh manajemen karyawan khususnya redaksi Berita Jogja. Data-data yang diperolah dari sumber berbeda dan teknik pengupulan data berbeda akan teruji kebenarannya atau validitasnya melalui cara ini. Beriku gambar atau skema triangulasi data

Wawancara

Informan dan Responden

Data

Content Analysis

Arsip/dokumen

Observasi

Aktifitas

23

Gambar 2. Triangulasi Data (HB. Sutopo, 2002:79) 2. Triangulasi metode Triangulasi metode adalah teknik pengujian data dengan cara mengumpulkan data sejenis atau berbeda dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda. Contohnya reporter dan redaktur yang akan diwawancara secara mendalam oleh peneliti tentang seberapa jauh pengertiannya akan unsur atau prinsip yang terkandung dalam UU Penyiaran Bab III Pasal 14 Ayat 1 seperti netral, independen dan tidak komersil. Selanjutnya, naskah-naskah Berita Jogja yang ditulis oleh reporter tersebut ataupun redaksi akan diuji menggunakan metode pengumpulan data analisis isi/content analysis naskah tersebut dalam penerapannya di dalam naskah-naskah yang ditulis oleh reporter bersangkutan yakni apakah sudah menerapkan unsur tersebut. Hasilnya diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik observasi pada saat reporter dan redaksi Berita Jogja melakukan kegiatan pemberitaan untuk mengetahui mengapa Redaksi dan Reporter Berita Jogja belum bisa konsisten menerapkan unsur-unsur lembaga penyiaran publik. Dari tiga jenis data tersebut peneliti bisa menarik simpulan mengenai implentasi UU Penyiaran Bab III Pasal 14 Ayat 1 terhadap Penyiaran Berita Jogja di LPP TVRI Yogyakarta. Berikut gamabr atau skema triangulasi metode.

24

Wawancara

Data

Content Analysis

Sumber Data

Observasi

Gambar 3. Triangulasi Metode (HB. Sutopo, 2002:79)

E.

Teknik Analisis Teknik analisis yang akan digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini dengan teknik analisis interaktif yang sesuai untuk jenis penelitian deskriptif atau eksplanatif. Menurut HB. Sutopo, Analisis dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga komponen pokok yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan dengan verifikasinya. Tiga komponen tersebut aktivitasnya dapat dilakukan dengan cara interaksi, baik antar komponenenya, maupun dengan proses pengumpulan data, dalam proses yang berbentuk siklus(2002:96)

25

Proses analisis data akan dimulai dari pengumpulan data yang didapatkan dari sumber-sumber data seperti naskah-naskah Berita Jogja, hasil wawancara, dan observasi. Selanjutnya, data-data tersebut direduksi ataupun diseleksi data-data yang pentign dan relevan dengan topik penelitian. Setelah itu, data masuk dalam tahap penarikan simpulan/verifikasi semua data dengan mengolah hasil sementara yang telah terkumpul dalam reduksi data dan memverifikasinya berdasarkan datadata yang didapatkan di lapangan. Teknik ini paling sesuai dengan masalah yang akan dikaji dan diangkat nantinya karena akan meneliti implementasi dari Undang-Undang tentang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 Bab III Pasal 14 Ayat 1 yang mengatur tentang lembaga penyiaran publik terhadap siaran berita jogja. Naskah-naskah Berita Jogja akan dianalisis isinya beritanya. Teknik ini akan menganalisis dan menjelaskan permasalahan yang ada dan terjadi di lapangan dan mendeskripsiakn dalam bentuk narasi.

DAFTAR PUSTAKA Iskandar Muda, Deddy.2005.Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional.Bandung : Rosda. Kusumaningrat, Hikmat, Purnama Kusumaningrat.2006.Jurnalistik Teori& Praktik.Bandung : Rosda. Mendel, Toby.2000.Public Service Broadcasting.A comparative LegalSurvey. Kuala Lumpur : UNESCO, Asia Pacific Institute for Broadcasting Development. Moleong, Lexy J, 1996. Metode penelitian Kualitatif. Bandung:Rosda Santana, Septiawan, 2005. Jurnalisme Kontemporer.Jakarta:Yayasan Obor

26

Indonesia. Setyawati, Tri Umi.2004.Tugas Akhir Implementasi Prinsip Radio Publik Pada Siaran Pemberitaan pemilu 2004.Yogyakarta: STMMMMTC. Siregar, Ashadi. 2001. Pertimbangan Bagi Kehadiran Lembaga Media Penyiaran Publik.Yogyakarta:Workshop Introducing Public Service Broadcasting, Kerjasama RRI Nusantara II Yogyakarta dan Radio Swedia. Sutopo, HB. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:Rosda Karya. Wahyudi, JB.1996. Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi.Jakarta:Pustaka Utama Grafiti. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32-Tahun 2002 tentang Penyiaran.Bandung:Citra Umbara. Johnson, Terence J.1991.Profesi dan Kekuasaan: Merosotnya Peran Kaum Profesional dalam Masyarakat. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti. Gazali, Effendi 2003. Kontruksi Sosial Lembaga Penyiaran. Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI, Jakarta. Website http://www.opensubscriber.com/message/mediacare@yahoogroups.com/6005338. html diakses 17.30, 11 Maret 2009. http://www.indomedia.com/poskup/2007/02/09/edisi09/opini.htm diakses 17.45, 11 Maret 2009 http://arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Utama&id=49342pontiank post diakses 17.15, 11 Maret 2009 www.mediabersama.com diakses 07.53, 27 Oktober 2008 www.wikipedia.com diakses 07.53, 27 Oktober 2008

27

PROPOSAL TUGAS AKHIR KARYA TULIS ILMIAH

OPTIMALISASI PENGGUNAAN KAMERA HOME USES SETARA KAMERA STANDARD BROADCAST

Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Diploma IV pada Sekolah Tinggi Multi Media MMTC Yogyakarta

28

Oleh Dipo Andimuharrom NIM : 008 07 144 175 Program Studi MATEKSTOSI

Sekolah Tinggi Multi Media MMTC Yogyakarta 2011

29

PROPOSAL TUGAS AKHIR KARYA TULIS ILMIAH

OPTIMALISASI PENGGUNAAN KAMERA HOME USES SETARA KAMERA STANDARD BROADCAST


Oleh Dipo Andimuharrom NIM : 008 07 144 175 Program Studi MATEKSTOSI Telah disetujui oleh Dewan Penilai Proposal Tugas Akhir Sekolah Tinggi Multi Media MMTC Yogyakarta, pada Tanggal 18 Januari 2011 Penguji I Dra. Nunuk Parwati, M.M Penguji II St. Iman Santosa, S.IP Penguji III Drs. Bambang Sudjarwadi Penguji IV Rini Wurdjanti, S.H ............................................................ ............................................................ ............................................................ ............................................................

Mengetahui Kepala Bidang Pengajaran

Drs. Suparwoto, M.Sn NIP : 050028699

30

Anda mungkin juga menyukai